You are on page 1of 19

INFESTASI PARASIT PADA KULIT

1).SKABIES
*Definisi :

Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabei varian
hominis, yang penularannya terjadi secara kontak langsung.

*Etiologi :

Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda , kelas Arachnida, ordo Ackarina,


superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Kecuali itu
terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan babi

*Morfologi :

Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung


dan bagian perutnya rata. Tungau ini berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya
yang betina berkisar antara 330 – 450 mikron x 250 – 350 mikron, sedangkan yang jantan
lebih kecil, yakni 200 – 240 mikron x 150 – 200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang
kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada
betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir
dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.

*Siklus hidup :

Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di
atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan
yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam
stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2
atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang telah dibuahi ini
dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan
menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan,
tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfayang mempunyai 2
bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur
sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8–12 hari.

Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3–4 hari, kemudian larva meninggalkan
terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa
yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau skabies betina membuat liang di dalam
epidermis, dan meletakkan telur-telurnya di dalam liang yang di tinggalkannya, sedangkan
tungau skabies jantan hanya mempunyai satu tugas dalam kehidupannya yaitu kawin
dengan tungau betina setelah melaksanakan tugas mereka masing-masing mereka akan
mati.

*Patogenesis :

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Penularan dapat terjadi karena bersalaman atau
bergandengan tangan yang lama sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan
kuman skabies berpindah ke lain tangan, kuman skabies dapat menyebabkan bintil (papul,
gelembung berisi air, vesikel dan kudis) pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi
disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu
kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis
dengan ditemukannya papul,vesikel, urtikaria dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul
erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat
lebih luas dari lokasi tungau.

*Klasifikasi :

Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal,
sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain :

1. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated).


Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya
sehingga sangat sukar ditemukan.
2. Skabies incognito.
Bentuk ini timbul pada skabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga gejala
dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih bisa terjadi.
Skabies incognito sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi
atipik, lesi luas dan mirip penyakit lain.
3. Skabies nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya
terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila.
Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau skabies. Pada
nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin
dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi
pengobatan anti skabies dan kortikosteroid.
4. 4. Skabies yang ditularkan melalui hewan.
Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan
skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan
genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering
kontak/memeluk binatang kesayangannya yaitu paha, perut, dada dan lengan. Masa
inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4–
8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena S. scabiei var. binatang tidak dapat
melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.
5. Skabies Norwegia.
Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta,
skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit
kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang
dapat disertai distrofi kuku. Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita
skabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah
tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat
defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi
tungau dapat berkembang biak dengan mudah.
6. Skabies pada bayi dan anak.
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala,
leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa
impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan, sedangkan pada bayi lesi
di muka sering terjadi.
7. Skabies terbaring di tempat tidur (bed ridden).
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur
dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.

*Gejala klinis :

Ada 4 tanda cardinal :

a. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas
tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
b. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah
keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam
sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang
berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi,
yang seluruh anggota keluarganya terkena, walaupun mengalami infestasi tungau,
tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).
c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih
atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok dengan rata-rata panjang 1
cm, pada ujung terowongan ini ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi
sekunder ruam kulitnya menjadi polimarf (pustule, ekskoriasi dan lainlain). Tempat
predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu
sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak
bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria)
dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak
kaki.
d. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat ditemukan satu
atau lebih stadium hidup tungau ini.

Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut.

Terdapat dua tipe utama lesi kulit pada skabies, yaitu terowongan dan ruam (Graham-
Brown dan Burn, 2005), yaitu:

1. Terowongan terutama ditemukan pada tangan dan kaki bagian samping jari tangan
dan jari kaki, sela-sela jari, pergelangan tangan dan punggung kaki
2. Ruam skabies berupa erupsi papula kecil yang meradang, yang terutama terdapat di
aksila, umbilikus, dan paha. Ruam adalah reaksi alergi dari tubuh terhadap tungau.

*Pengobatan :

Semua keluarga yang berkontak dengan penderita harus diobati termasuk pasangan
hidupnya. Beberapa macam obat yang dapat dipakai pada pengobatan skabies yaitu:

I. Permetrin.
II. Merupakan obat pilihan untuk saat ini, tingkat keamanannya cukup tinggi, mudah
pemakaiannya dan tidak mengiritasi kulit. Dapat digunakan di kepala dan leher anak
usia kurang dari 2 tahun. Penggunaannya dengan cara dioleskan ditempat lesi lebih
kurang 8 jam kemudian dicuci bersih.
III. Malation.
IV. Malation 0,5 % dengan daasar air digunakan selama 24 jam. Pemberian berikutnya
diberikan beberapa hari kemudian .
V. Emulsi Benzil-benzoas (20-25 %).
VI. Efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Sering
terjadi iritasi dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai .
VII. Sulfur.
VIII. Dalam bentuk parafin lunak, sulfur 10 % secara umum aman dan efektif digunakan.
Dalam konsentrasi 2,5 % dapat digunakan pada bayi. Obat ini digunakan pada malam
hari selama 3 malam .
IX. Monosulfiran.
X. Tersedia dalam bentuk lotion 25 %, yang sebelum digunakan harus ditambah 2–3
bagian dari air dan digunakan selama 2–3 hari .
XI. Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan).
XII. Kadarnya 1 % dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap
semua stadium, mudah digunakan dan jarang terjadi iritasi. Tidak dianjurkan pada
anak di bawah 6 tahun dan wanita hamil karena toksik terhadap susunan saraf pusat.
Pemberian cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala ulangi seminggu kemudian
(Handoko, 2001). Krotamiton 10 % dalam krim atau losio, merupakan obat pilihan.
Mempunyai 2 efek sebagai antiskabies dan antigatal.

2). Pediculus capitis


*Definisi :

Pedikulosis kapitis (PK) adalah infestasi kutu kepala yang disebabkan oleh
ektoparasit spesifik yang terbatas pada rambut kepala, walaupun sesekali juga dapat terlibat
pada daerah janggut. Infiltrasi terberat sering pada regio ocipital dan
postauricular.Dikatakan kurang dari 5% pasien, dapat dijumpai lebih dari 100 kutu di
kepalanya.

*Etiologi : pediculus humanus var capitis

*Morfologi :

Pediculus humanus capitis merupakan suatu arthropoda dari kelas serangga yang
termasuk pada kelompok pterigotes dari ordo Anoplura. Terdapat 2 jenis kelamin dari kutu
kepala tersebut yaitu kutu jantan dan betina. Kutu betina dibedakan dengan kutu jantan
berdasarkan ukuran tubuh yang lebih besar dan adanya penonjolan daerah posterior yang
membentuk huruf V yang digunakan untuk menjepit sekeliling batang rambut ketika
bertelur. Kutu jantan memiliki pita berwarna coklat gelap yang terbentang di punggungnya.

*Siklus hidup :

Siklus hidup Pediculus humanus capitis terdiri dari stadium telur, nimfa dan
dewasa.Setelah perkawinan, kutu betina dewasa akan menghasilkan 1 sampai 6 telur per
hari selama 30 hari. Telur kutu berbentuk oval dan umumnya berwarna putih. Telur
diletakkan oleh betina dewasa pada pangkal rambut (sekitar 1 cm daripermukaan kulit
kepala) dan bergerak ke arah distal sesuai dengan pertumbuhan rambut. Telur kutu ini akan
menetas setelah 7-10 hari, dengan meninggalkan kulit atau selubungnya pada rambut,
selubung berwarna putih dan kolaps. Selubung telur tersebut dapat tetap melekat pada
rambut selama 6 bulan. Sedangkan telur kutu yang belum menetas tampak berwarna hitam,
bulat, dan translusen. Hal ini merupakan cara terbaik untuk membedakan dan memeriksa
keberadaan operkulumnya yang mengindikasikan bahwa telur kutu tersebut belum menetas
atau sudah menetas.

Berdasarkan penelitian Buxton (1946) dikatakan bahwa keadaan kering akibat


pemanasan dapat mengurangi jumlah cairan amniotik pada telur kutu, sehingga
menyulitkan untuk menetas, oleh karena itu dapat dijelaskan mengapa pemanasan dapat
menyebabkan telur kutu menjadi hancur. Telur yang menetas akan menjadi nimfa.
Bentuknya menyerupai kutu dewasa, namun dalam ukuran kecil. Nimfa akan menjadi
dewasa dalam waktu 9-12 hari setelah menetas. Untuk hidup, nimfa membutuhkan
makanan berupa darah. Kutu dewasa mempunyai 2 mata dan 3 pasang kaki, berwarna abu-
abu dan menjadi kemerahan jika telah menghisap darah. Kutu kepala tidak bersayap,
memipih di bagian dorsoventral dan memanjang. Kutu dewasa dapat merayap untuk
berpindah dengan kecepatan sekitar 23 cm per menitnya. Rentang hidupnya sekitar 30 hari
dan dapat bertahan hidup di lingkungan bebas sekitar 3 hari.

*Gejala klinis :

Gejala khas yang sering timbul akibat infestasi kutu kepala berupa rasa gatal di
sekitar kulit kepala. Hal ini disebabkan oleh karena sensitisasi dari saliva kutu dan garukan
menyebabkan terjadinya ekskoriasi dan krusta pada kulit kepala akibat garukan dan
memudahkan terjadinya infeksi sekunder. Bila infeksi sekunder berat, rambut akan
bergumpal yang disebabkan oleh banyaknya pus dan krusta dan dapat pula terjadi
pembesaran kelenjar getah bening regional. Pada keadaan tersebut kepala akan berbau
busuk.

Penderita PK terutama yang di pedesaan kadang-kadang sudah merasa keadaan


tersebut wajar-wajar saja tetapi ada kalanya pula PK menyebabkan berbagai dampak pada
penderitanya, antara lain berkurangnya kualitas tidur anak pada malam hari akibat rasa
gatal, stigma sosial, rasa malu dan rendah diri.

*Diagnosis :

Gold standard untuk menegakkan diagnosis PK adalah dengan cara mengidentifikasi


kutu dan telur kutu yang terlihat di kepala dan dapat dibantu dengan menggunakan kaca
pembesar dan sisir kutu. Ditemukannya satu kutu dewasa yang hidup di kepala merupakan
diagnosis yang adekuat sebagai suatu infestasi yang aktif. Sedangkan bila hanya ditemukan
telur kutu saja tidak dapat diindikasikan sebagai infestasi yang aktif, sehingga diperlukan
pemeriksaan mikroskopis untuk melihat dan memastikan suatu embrio yang masih viable.
*Penatalaksanaan :

Sejak era 1960 an, prevalensi PK telah meningkat di banyak negara. PK ini masih
merupakan masalah di seluruh dunia, yang membutuhkan solusi yang pasti.16 Ada
beberapa bentuk pengobatan dasar untuk PK yang umum digunakan yaitu dengan
menggunakan preparat pedikulosid topikal atau sampo yang mengandung bahan-bahan
kimia, bahan-bahan yang tersedia di rumah dan sisir kutu. Semua bentuk pengobatan ini
mempunyai keterbatasan masing-masing dalam penggunaanya.

Pengobatan dengan preparat pedikulosid topikal atau sampo yang mengandung


bahan-bahan kimia seperti lindane, pyrethrin, permethrin dan malathion dikatakan belum
ada yang dapat membunuh 100% kutu dan telurnya. Dibutuhkan pengobatan yang berulang
yaitu sekitar 1 minggu kemudian setelah pengobatan yang pertama untuk membunuh kutu
dari telur kutu yang baru menetas.7 Penggunaan preparat pedikulosid topikal tersebut
dikatakan dapat menimbulkan efek samping, misalnya lindane dapat menyebabkan
toksisitas pada susunan saraf pusat manusia dan pada beberapa kasus telah dilaporkan
terjadi kejang berat pada anak-anak yang menggunakan preparat lindane.

Selain itu dilaporkan telah terjadi resistensi PK terhadap preparat pedikulosid


topikal tersebut yang kemungkinan dikarenakan penggunaan yang berlebihan dari produk
insektisidal sebelumnya, sehingga terjadi peningkatan resisten strain pada kutu.

3). Pediculus pubis


*Definisi :

Pedikulosis adalah infeksi kulit/rambut pada manusia yang disebabkan oleh


Pediculus (termasuk golongan famili Pediculidae). Selain menyerang manusia, penyakitini
juga menyerang binatang, oleh karena itu diklasifikasikan menjadi Pediculushumanus
dengan Pediculis animalis.Pediculus ini merupakan parasit obligat yangartinya harus
menghisap darah manusia agar dapat mempertahankan hidup. Pedikulosis pubis merupakan
infestasi kutu Phthirus pubis pada rambut pubis.

*Morfologi :

Pedikulosis pubis disebabkan oleh kutu Phthirus Pubis yang panjangnya 1-2mm,
berwarna coklat tua/muda; mempunyai 3 pasang kaki dengan ujung seperti cakar yang
digunakan untuk mencengkam rambut, dan kepalanya dimasukkan ke dalam folikel.

Pediculus pubis sering juga disebut crab karena ukurannya yang lebih pendek, badan
yang lebih lebar (0,8 - 1,2 mm) dan cakar depan yang besar, memberikangambaran seperti
kepiting. Kutu pubis berwarna putih hingga abu-abu dan berbentuk oval dan memiliki
abdomen yang lebih kecil daripada P. humanus capitis dan P.humanus corporis.
*Siklus hidup :

Siklus hidup rata-rata Pediculosis pubis adalah 35 hari, periode dari ovummenjadi
dewasa selama 15 hari. Pediculosis pubis betina rata-rata bertelur 1 - 2 butir per hari.
Telurnya, berwarna coklat terang, yang melengket pada rambut manusia dapathidup hingga
10 hari. Cakar yang besar memungkinkan Pediculosis pubis memegangrambut pada daerah
paha, perianal, dan aksila.

*Gejala klinis

· Gejala yang terutama adalah gatal di daerah pubis dan sekitarnya. Gatal ini
dapat meluas kedaerah abdomen dan dada, di situ dijumpai bercak-bercak
yang berwarna abu-abu atau kebiruan yang disebut macula serulae. Kutu ini
dapat dilihat dengan mata telanjangn dan susah untuk dilapaskan karena
kepalanya dimasukkan ke dalam muara folikel rambut.
· Black dot yaitu adanya bercak-bercak hitam yang tampak jelas pada celana
dalam berwarna putih yang dilihat oleh penderita pada waktu bangun tidur.
Bercak hitam ini merupakan krusta berasal dari darah yang sering
diinterpretasikan salah sebagai hematuria.
· Kadang-kadang terjadi infeksi sekunder dengan pembesaran kelenjar getah
bening.

*Pengobatan :

o Krim gameksan 1 %
o Emulsi benzyl benzoate 25 % yang dioleskan kemudian didiamkan selama 24 jam.
Pengobatan diulangi 4 hari kemudian jika belum sembuh.
o Sebaiknya rambut kelamin dipotong
o Pakaian dalam direbus atau disetrika
o Mitra seksual juga harus diperiksa jika perlu diobati.
4). Pediculus corporis
*Definisi :

Infestasi kutu pedikulosis humanus korporis pada badan (Ronny P Handoko)

*Etiologi :

Pediculus humanus var corporis mempunyai jenis kelamin, yakni jantan dan betina,
yang betina berukuran panjang 1,2-4,2 mm dan lebar kira-kira setengah panjangnya,
sedangkan yang jantan lebih kecil. Siklus hidup dan warna kutu ini sama dengan yang
ditremukan pada kepala.

*Epidemiologi :

Penyakit ini biasanya menyerang orang dewasa terutama pada orang dengan
hygiene yang buruk, misalnya penggembala,disebabkan mereka jarang mandi atau jarang
mengganti dan mencuci pakaian. Maka itu penyakit ini sering disebut penyakit vagabond.
Hal ini disebabkan karena kutu tidak melekat pada kulit, tetapi pada serat kapas di sela-sela
lipatan pakaian dan hanya transien ke kulit untuk menghisap darah. Penyebaran penyakit ini
bersifat kosmopolit, lebih sering pada daerah beriklim dingin karena orang memakai baju
tebal serta jarang dicuci.

*Cara penularan :

· Melalui pakaian
· Pada orng yang dadanya berambut terminal kutu ini dapat melekat
padarambut tersebut dan dapat ditularkan melalui kontak langsung.

*Pathogenesis :

Kelainan kulit yang timbul disebabkan oleh garukan untuk menghilangkan rasa gatal.
Rasa gatal ini diebabkan oleh pengaruh liur dan ekskreta dari kutu pada waktu menghisap
darah.

*Gejala klinis :

· Umumnya hanya ditemukan kelainan berupa bekas-bekas garukan pada


badan, karena gatal baru berkurang dengan garukan yang lebih intensif.
· Kadang timbul infeksi sekunder dengan pembesaran kelenjar getah bening
regional.

*Pengobatan :

· Krim gameksan 1 % yang dioleskan tipis di seluruh tubuh dan didiamkan 24


jam, setelah itu penderita disuruh mandi. Jika masih belum sembuh diulangi
4 hari kemudian.
· Obat lain adalah emulsi benzyl benzoate 25 % dan bubukn malathion 2 %.
· Pakaian agar direbus atau disetrika, maksudnya untuk membunuh telur atau
kutu. Jika terdapat infeksi sekunder diobati dengan antibiotic secara sistemik
dan topical.

5). Onchocerca volvulus


*Klasifikasi :

 Kingdom : animalia
 Fillum : nematoda
 Class : secernentea
 Ordo : spirurida
 Genus : onchocerca
 Spesies : o.volvulus

Penyakitnya disebut onkoserkosis, onchocerciasis, river blindess, blinding filariasis.

Ada 2 tipe onkoserkiasis

1. Tipe forest  kelainan kulit lebih dominan


2. Tipe savanna kelainan mata yg lebih dominan

Cacing dewasa hidup dalam jaringan ikat: melingkar satu dengan lainnya seperti benang
kusut dalam benjolan.

*Morfologi :

Cacing betina berukuran 33,5-50cm x 270-400 mikron dan cacing jantan 19-42 mm x
130x210 mikron. Bentuknya seperti kawat berwarna putih opasalen dan transparan.
*Siklus hidup :

Cacing betina yang gravid (hamil) mengeluarkan mikrovilaria di dalam jaringan


subkutan, kemudian mikrofilaria meninggalkan jaringan subkutan mencari jalan ke kulit.
Mikrofilaria mempunyai 2 ukuran 285-368 x 6-9 mikron dan 150-287 x 5-7 mikron. Bagian
kepala dan ujung ekor tidak ada inti dan tidak mempunyai sarung.

*Pengobatan :

 Ivermectin  efektif membunuh mikrofilaria


 Suramin  efektif membunuh cacing dewasa
 DEC  membunuh mikrofilaria

6). Dermacentor andersoni


*klasifikasi :

 Kingdom : animalia
 Fillum : arthtropoda
 Kelas : arachinida
 Ordo : ixodida
 Genus : dermacentor
 Spesies : D.andersoni

D. andersoni menularkan penyakit rocky mountain spotted fever dan tularemia serta
anaplasmosis, coloradotick fever, babesiosis anjing, demam q dan leptopspirosis. Sengkenit
ini juga menyebabkan paralisis pada manusia, sapi, biri-biri, bison dan anjing.
7). Pitiriasis versikolor
*Definisi :

Pitiriasis versikolor yang disebabkan Malassezia furfur Robin (BAILLON 1889) adalah
penyakit jamir superfisial yang kronik, biasanya tidak memberikan keluhan subyektif, berupa
bercak berskuama halus yang berwarna putih sampai coklat hitam, terutama meliputi badan
dan kadang-kadang dapat menyerang ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas, leher, muka
dan kulit kepala yang berambut.

*Sinonim :

Tinea versikolor, kromofitosis, dermatomikosis, liver spots, tinea flava, pitiriasis


versikolor flava dan panau.

*Epidemiologi :

Pitiriasis versikolor adalah penyakit universal dan terutama ditemukan di daerah


tropis.

*Patogenesis :

Pada kulit terdapat flora normal yang berhubungan dengan timbulnya pitiriasis
vesikolor ialah Pityrosporum orbiculare yang berbentuk bulat atau Pityrosporum ovale yang
berbentuk oval. Keduanya merupakan organisme yang sama, dapat berubah sesuai
lingkungannya, misalnya suhu, media, dan kelembaban.

Malassezia furfur merupakan fase spora dan miselium. Faktor predisposisi menjadi patogen
dapat endogen atau eksogen. Endogen dapat disebabkan diantaranya oleh defisiensi imun.
Eksogen dapat karena faktor suhu, kelembaban udara, dan keringat.

*Gejala Klinis :

Kelainan kulit pitiriasis versikolor sangat superfisial dan ditemukan terutama di


badan. Kelainan ini terlihat sebagai bercak-bercak berwarna-warni, bentuk tidak teratur
sampai teratur, batas jelas sampai difus. Becak-bercak tersebut berfluoresensi bila dilihat
dengan lampu Wood. Bentuk papulo-vesikular dapat terlihat walaupun jarang. Kelainan
biasanya asimtomatik sehingga adakalanya penderita tidak mengetahui bahwa ia
berpenyakit tersebut.

Kadang-kadang penderita dapat merasakan gatal ringan, yang merupakan alasan


berobat. Pseudoakromia, akibat tidak terkena sinar matahari atau kemungkinan pengaruh
toksis jamur terhadap pembentukan pigmen, sering dikeluhkan penderita.

Penyakit ini sering dilihat pada remaja, walaupun anak-anak dan orang dewasa tua
tidak luput dari infeksi. Menurut BURKE (1961) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
infeksi, yaitu faktor herediter, penderita yang sakit kronik atau yang mendapat pengobatan
steroid dan malnutrisi.

*Diagnosis :

Diagnosis ditegakkan atas dasar gambaran klinis, pemeriksaan flurosensi, lesi kulit
dengan lampu Wood dan sedian langsung.

Gambaran klinis dapat dilihat pada judul “gejala klinis”, fluoresensi lesi pada kulit
pada pemeriksaan lampu Wood berwarna kuning keemasan dan pada sediaan langsung
kerokan kulit dengan larutan KOH 20% terlihat campuran hifa pendek dan spora-spora bulat
yang dapat berkelompok.

*Diagnosis Banding :

Penyakit ini harus dibedakan dengan dermatitis seboroika, eritramas, sifilis II,
aachromia parasitik dari Pardo-Costello dan Dominiquez, morbus hansen, ptiriasis alba,
serta vitiligo.

*Pengobatan :

Pengobatan harus dilakukan menyeluruh, tekun dan konsisten. Obat-obatan yang


dapat dipakai misalnya : suspensi selenium sulfide (selsun) dapat dipakai sebagai sampo 2-3
kali seminggu. Obat digosokkan pada lesi dan didiamkan 15-30 menit, sebelum mandi. Obat-
obat lain yang berkhasiat terhadap penyakit ini adalah salisil spiritus 10%; derivat-derivat
azol, misalnya mikonazol, klotrimazol, isokonazol dan ekonazol; sulfur presipitatum dalam
bedak kocok 4-20%; tolsiklat; tolnaftat dan haloprogin. Larutan tiosulfas natrikus 25% dapat
pula digunakan; dioleskan sehari 2 kali sehabis mandi selama 2 minggu. Jika sulit
disembuhkan ketokanazol dapat dipertimbangkan dengan dosis 1x200mg sehari selama 10
hari.
8). Kalajengking/scorpiones
*Klasifikasi :

 Kingdom : animalia
 Fillum : arthropoda
 Kelas : arachinida
 Ordo : scorpiones
 Genus : heterometrus, buthus, centruroides
 Spesies : H.spinifes, B.occitanus, C.vittatus

*Morfologi :

Sebagaimana Arachnida, kalajengking mempunyai mulut yang disebut khelisera,


sepasang pedipalpi, dan empat pasang tungkai. Pedipalpi seperti capit terutama digunakan
untuk menangkap mangsa dan alat pertahanan, tetapi juga dilengkapi dengan berbagai tipe
rambut sensor. Tubuhnya dibagi menjadi dua bagian yaitu sefalotoraks dan abdomen.
Sefalotoraks ditutup oleh karapas atau pelindung kepala yang biasanya mempunyai
sepasang mata median dan 2-5 pasang mata lateral di depan ujung depan. Beberapa
kalajengking yang hidup di guwa dan di liter sekitar permukiman tidak mempunyai mata.

*Racun :

Semua spesies kalajengking memiliki bisa. Pada umumnya, bisa kalajengking


termasuk sebagai neurotoksin (racun saraf). Suatu pengecualian adalah Hemiscorpius
lepturus yang memiliki bisa sitotoksik (racun sel). Neurotoksin terdiri dari protein kecil dan
juga natrium dan kalium, yang berguna untuk mengganggu transmisi saraf sang korban.
Kalajengking menggunakan bisanya untuk membunuh atau melumpuhkan mangsa mereka
agar mudah dimakan.

Bisa kalajengking lebih berfungsi terhadap artropoda lainnya dan kebanyakan


kalajengking tidak berbahaya bagi manusia; sengatan menghasilkan efek lokal (seperti rasa
sakit, pembengkakan). Namun beberapa spesies kalajengking, terutama dalam keluarga
Buthidae dapat berbahaya bagi manusia. Salah satu yang paling berbahaya adalah Leiurus
quinquestriatus, dan anggota dari genera Parabuthus, Tityus, Centruroides, dan terutama
Androctonus. Kalajengking yang paling banyak menyebabkan kematian manusia adalah
Androctonus australis.

9). Cimex
*Klasifikasi :

 Kingdom : Animalia
 Filum : Arthropoda
 Classis : Insecta
 Ordo : Hemiptera
 Family : Cimicidae
 Genus : Cimex
 Spesies : Cimex lectularius

*Morfologi :

· Kutu busuk, tubuhnya berbentuk oval, gepeng dorsoventral, berukuran 4-6 mm, dan
berwarna coklat kekuningan atau coklat gelap.
· Kepalanya mempunyai sepasang antena yang panjang, mata majemuk yang
menonjol di lateral, dan alat mulut yang khas sebagai probosis yang dapat dilipat ke
belakang di bawah kepala dan toraks bila tidak digunakan. Bila menghisap darah
bagian mulut ini menjulur ke depan. Protoraks membesar dengan lekukan yang
dalam di bagian depan tempat kepala menempel
· Sayapnya tidak berkembang (vestigial) dan abdomennya terdiri atas 9 ruas yang
jelas. Seluruh tubuhnya tertutup oleh rambut-rambut kasar (seta) dan beberapa
rambut halus.
· Tibia kaki panjang dan tarsinya mempunyai tiga ruas. Yang dewasa mempunyai
sepasang kelenjar bau di ventral toraks, dan yang muda mempunyai kelenjar serupa
di dorsal abdomen.
· Bagian mulut digunakan untuk menusuk dan menghisap. Labrumnya kecil dan tidak
dapat digerakkan. Labium membentuk suatu tabung yang terdiri atas 4 ruas, dan
mengandung stilet maksila dan mandibula yang berguna untuk menusuk dan
mengisap.

*Siklus hidup :
10). Laba-laba
*Klasifikasi :

 Kingdom : animalia
 Fillum : artropoda
 Kelas : arachinida
 Ordo : arnea

*Morfologi :

Ukuran tubuhnya mikroskopis sampai beberapa sentimeter panjangnya. Tubuhnya terdiri


atas chepalothoraks dan abdomen serta tidak mempunyai antena. Jumlah matanya
bervariasi dan biasanya mempunyai delapan mata sederhana (Laila,2007). Pada bagian
depan chepalothoraksnya terdapat mulut yang mempunyai enam pasang alat tambahan,
yaitu:

o Sepasang pedipalpus (seperti kaki yang berakhir pada cakar) untuk memegang
mangsanya
o Sepasang kelisera (berupa gunting dan capit) untuk melumpuhkan musuhnya
o Empat pasang kaki untuk berjalan.

11). Lebah
*Klasifikasi :

· Kingdom : animalia
· Fillum : artropoda
· Kelas : insecta
· Ordo : hymenoptera
· Genus : apis
· Spesies : A.adreniformis

*Morfologi :

· Mempunyai 2 pasang sayap yang tipis (membranosa)


· Mempunyai pedisel
· Mulut lebah tipe menggigit atau menjilat
· Alat penyengat pada ujung ekor

*Patologi :

Senyawa toksin : apamine, melitin, histamin, asetilkolin, dll. Zat tersebut bersifat
anafilaktogenik, hemolitik, sitolitik, antigenik.

*Gejala klinik :
· Nyeri
· Gatal
· Eritem
· Edema

12). Semut
*Klasifikasi :

· Kingdom : animalia
· Fillum : artropoda
· Kelas : insecta
· Ordo : hymenoptera
· Genus : solenopsis
· Spesies : S.geminate

*Morfologi :

Tubuh semut terdiri atas tiga bagian, yaitu kepala, mesosoma (dada), dan metasoma
(perut). Morfologi semut cukup jelas dibandingkan dengan serangga lain yang juga memiliki
antena, kelenjar metapleural, dan bagian perut kedua yang berhubungan ke tangkai semut
membentuk pinggang sempit (pedunkel) di antara mesosoma (bagian rongga dada dan
daerah perut) dan metasoma (perut yang kurang abdominal segmen dalam petiole). Petiole
yang dapat dibentuk oleh satu atau dua node (hanya yang kedua, atau yang kedua dan
ketiga abdominal segmen ini bisa terwujud).

Tubuh semut, seperti serangga lainnya, memiliki eksoskeleton atau kerangka luar
yang memberikan perlindungan dan juga sebagai tempat menempelnya otot, berbeda
dengan kerangka manusia dan hewan bertulang belakang. Serangga tidak memiliki paru-
paru, tetapi mereka memiliki lubang-lubang pernapasan di bagian dada bernama spirakel
untuk sirkulasi udara dalam sistem respirasi mereka. Serangga juga tidak memiliki sistem
peredaran darah tertutup. Sebagai gantinya, mereka memiliki saluran berbentuk panjang
dan tipis di sepanjang bagian atas tubuhnya yang disebut "aorta punggung" yang fungsinya
mirip dengan jantung. sistem saraf semut terdiri dari sebuah semacam otot saraf ventral
yang berada di sepanjang tubuhnya, dengan beberapa buah ganglion dan cabang yang
berhubungan dengan setiap bagian dalam tubuhnya.
13). Tomcat
*Klasifikasi

· Kingdom : animalia
· Fillum : artropoda
· Kelas : insecta
· Ordo : Coleoptera
· Genus : paederus
· Spesies : P.litteralis

*Morfologi :

Seperti bisa diduga untuk suatu keluarga kumbang yang besar, terdapat variasi besar
di antara spesies ini. Ukuran berkisar antara 1 hingga 35 mm (1,5 inci), dengan sebagian
besar di kisaran 2-8 mm, dan bentuk umumnya memanjang, dengan beberapa serangga
tomcat yang berbentuk bulat seperti telur. Badannya berwarna kuning gelap di bagian atas,
bawah abdomen (perut) dan kepala berwarna gelap. Pada antena kumbang biasanya 11
tersegmentasi dan filiform, dengan clubbing moderat dalam beberapa generasi kumbang.
Biasanya, kumbang ini terlihat merangkak di kawasan sekeliling dengan menyembunyikan
sayapnya dan dalam pandangan sekilas ia lebih menyerupai semut. Apabila merasa
terganggu atau terancam, maka kumbang ini akan menaikkan bagian abdomen agar ia
terlihat seperti kalajengking untuk menakut-nakuti musuhnya.

*Pengobatan :

Jika kulit terkena racun Serangga Tomcat segeralah mencuci bagian kulit yang
terkena dengan menggunakan sabun, jangan diberi odol, minyak kayu putih, balsem, minyak
tawon maupun bedak tabur karena hanya akan memperparah keadaan. Kulit yang terkena
toksin Tomcat akan merah meradang mirip herpes tetapi tidak sama. Pengobatannya
menggunakan salep dan antibiotik. Biasanya hydrocortisone 1% atau salep betametasone
dan antibiotik neomycin sulfat 3 x sehari atau salep Acyclovir 5%. Peradangan juga dapat
diredakan dengan mengkompres bagian kulit yang terkena racun dengan air dingin.

14). Kupu-kupu
*Klasifikasi :

· Kingdom : animalia
· Fillum : artropoda
· Kelas : insecta
· Ordo : lepidoptera
· Genus : papylio
· Spesies : P.polyxenes
*Morfologi :

Ciri spesifik dari kupu-kupu adalah badan terbagi menjadi tiga bagian yaitu, caput
(kepala), thoraks (dada) dan abdomen (perut). Ada 3 (tiga) pasang tungkai (kaki) dan dua
pasang sayap terdapat pada ruas dada, alat kelamin dan anus terdapat di ujung ruas perut.
Tubuh kupu-kupu dilapisi oleh chitin ( eksoskeleton atau rangka luar) dan tersusun dalam
cicin yang seragam atau segmen-segmen yang dipisahkan oleh membran fleksibel. Pada
setiap bagian kupu-kupu (kepala, dada dan perut) tertutup lapisan lembut, berbulu halus
dan berwarna menyolok/ menyala. Smart (1976) menyatakan ketiga bagian tubuh kupu-
kupu tersebut memiliki struktur tersendiri dengan fungsi masing-masing bagian sebagai
berikut :

o Kepala (caput )
o Kepala berbentuk kapsul bulat kecil yang mengemban alat makan dengan sensorik.
Alat makan disebut probosis, sedangkan alat sensorik adalah sepasang antena yang
biasanya menebal pada bagian ujungnya. Mata kupu-kupu berbentuk seperti
belahan bola yang membengkak pada bagian atas kepala dan biasanya disebut mata
majemuk.
o Dada ( thoraks )
o Dada merupakan bagian tengah tubuh kupu-kupu dan berfungsi sebagai penggerak,
dimana kaki dan sayap menempel. Thoraks tersusun dari tiga segmen yang masing-
masing segmen terdapat sepasang tungkai untuk berjalan dan berpegangan.Dua
pasang sayap terdapat pada mezothoraks dan metathoraks (bagian kedua dan ketiga
dari segmen dada). Pada beberapa jenis kupu-kupu sayap belakang mempunyai
tornus (ekor).
o Perut ( abdomen )
o Abdomen merupakan bagian yang lunak dibandingkan kepala dan dada. Perut
memiliki 10 (sepuluh) segmen namun hanya 7 (tujuh) atau 8 (delapan) yang mudah
terlihat. Segmen ujung merupakan alat kelamin dari kupu-kupu, dimana pada jantan
terdiri dari sepasang penjepit, sedangkan pada betina segmen tersebut berubah
menjadi ovipositor (alat untuk meletakkan telur).

You might also like