You are on page 1of 14

LAPORAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN BERDASARKAN

EVIDENCE BASED NURSING PRACTICE (EBNP)


APLIKASI PENATALAKSANAAN ROM (RANGE OF MOTION) PADA
NY. M DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL
TETRAPARESE

Disusun Oleh :

1. Sintari Yulanda (P1337420616001)


2. Nur Uli Setiani (P1337420616002)
3. Septyan Dwi Nugroho (P1337420616003)
4. Widya Agustiani (P1337420616004)
5. Anindya Wuri Oktaviani (P1337420616005)
6. Larasati Dyah Pertiwi (P1337420616006)
7. Khoirun Nafis (P1337420616007)
8. Amilya Latifah Nur (P1337420616008)
9. Putri Ismaulidia (P1337420616010)
10. Rokhilak Rizqil Ulla (P1337420616011)

PRODI S1 TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Paradigma baru fisioterapi Indonesia yang mengacu kepada
paradigma fisioterapi dunia yang didasari oleh deklarasi World
Confederation For Physio Theraphy (WCPT) disebutkan bahwa :
“Pelayanan fisioterapi adalah pelayanan yang dilakukan kepada individu
dan masyarakat dalam memelihara, meningkatkan, memperbaiki gerak dan
fungsi”. Dengan paradigma baru fisioterapi Indonesia, maka terjadi pula
perubahan dan fungsi fisioterapi dalam melakukan intervensi profesi yang
lebih mengarah upaya pelayanan yang mencakup upaya-upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif (Ikatan Fisioterapi Indonesia, 2001).
Setiap manusia yang normal akan mampu mengerakkan anggota
tubuhnya untuk beraktifitas. Hal ini dapat terselenggara dengan baik bila
keadaan tulang, otot, persendian maupun sistem-sistem yang lain tidak
mengalami gangguan. Apabila ada yang terjadi gangguan atau kelainan
pada persendian dimana terjadi pergeseran letak sendi ataupun terjadi
pemampatan tulang maka akan timbul masalah yang dapat menyebabkan
seseorang terganggu aktivitasnya (Sunardi, 2006).
Pada era yang telah maju dan berkembang saat ini sangat mudah
dan banyak terjadi kecelakaan kerja atau bahkan kecelakaan lalu-lintas
yang dapat menciderai tulang belakang manusia. Cidera pada tulang
belakang sering disertai dengan lesi atau cidera pada medulla spinalis
(spinal cord injury). Lesi pada spinal cord dapat menyebabkan gangguan
neurologis berupa parese atau plegi, tergantung dari tingkat lesi, yang
dapat menyebabkan seorang kehilangan kemampuan untuk transfer dan
ambulasi karena kelemahan atau bahkan kelumpuhan tungkai atau kaki
dan tangannya sekaligus (George dkk, 2011).
Permasalahan yang sering terjadi akibat cidera medulla spinalis
terutama tetraparese yaitu impairment seperti penurunan kemampuan
motorik pada keempat ekstremitas sehingga potensial terjadi kontraktur
otot, decubitus, dan penurunan atau gangguan sensasi. Fungsional
limitation seperti adanya gangguan fungsional dasar seperti gangguan
miring, duduk dan berdiri serta gangguan berjalan, dan disability yaitu
ketidakmampuan melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan
lingkungan.
Tetraparese bukan merupakan suatu penyakit akan tetapi
merupakan suatu akibat dari beberapa penyebab. Salah satu penyebab
tersebut adalah adanya 3 kerusakan medulla spinalis oleh karena trauma
vertebra. Segera setelah hal tersebut terjadi akan mengalami tahap spinal
shock yaitu terganggunya aktifitas motoris, sensoris, dan fungsi otonom
blader dan bowel (Bromley, 1991). Setelah mengalami spinal shock
kondisi lebih lanjut akan menimbulkan problematik akibat lesi spinal cord
dan tirah baring.
Problematik yang ditimbulkan akibat lesi spinal cord antara lain (1)
hilangnya atau menurunnya kekuatan otot keempat anggota gerak (2)
hilangnya atau menurunnya sensasi pada keempat anggota gerak (3)
hilangnya aktivitas reflek pada keempat anggota gerak (4) gangguan
fungsi bladder dan bowel, dan (5) gangguan fungsi seksual. Sedangkan
komplikasi problematik yang ditimbulkan akibat dari tirah baring antara
lain : (1) decubitus, (2) hipotensi orthostatic, (3) kontraktur, dan (4) atropi
(Ilham, 2008).
Rehabilitasi stroke merupakan sebuah program terkoordinasi yang
memberikan suatu perawatan restoratif untuk memaksimalkan pemulihan
dan meminimalkan disabilitas yang disebabkan karena stroke. Rehabilitasi
stroke terbukti dapat mengoptimalkan pemulihan sehingga penyandang
stroke mendapat keluaran fungsional dan kualitas hidup yang lebih baik.
Salah satu terapi rehabilitasi yang sering dipergunakan adalah program
latihan gerak atau Range of Motion (ROM). Latihan gerak pasif berupa
latihan Range of Motion (ROM) dapat dilakukan sesering mungkin.
Kelebihan dari latihan Range of Motion (ROM) yaitu menjaga kelenturan
otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot. Tujuan Range of
Motion (ROM) adalah memulihkan kekuatan otot dan kelenturan sendi
sehingga pasien dapat kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Demikian
juga setelah pulang dari Rumah Sakit, pasien pasca stroke tetap harus
menjalani latihan-latihan keterampilan aktivitas sehari-hari (Widianto,
2009)
Latihan gerak secara intensif dibutuhkan oleh pasien setelah
mengalami stroke, untuk memaksimalkan pemulihan fungsi gerak yang
hilang. Penanganan latihan gerak pasca stroke adalah kebutuhan yang
mutlak bagi pasien untuk dapat meningkatkan kemampuan gerak dan
fungsinya. Berbagai metode intervensi latihan seperti pemanfaatan
Activity Daily Living (ADL), hydrotherapy, exercise therapy telah terbukti
memberikan manfaat yang besar dalam mengembalikan gerak dan fungsi
pada pasien pasca stroke. Akan tetapi peran serta keluarga yang merawat
dan mendampingi pasien juga sangat menentukan keberhasilan program
terapi yang diberikan. Dampak lain adalah dengan penanganan yang salah
akan menghasilkan proses pembelajaran sensomotorik yang salah. Hal ini
justru akan memperlambat proses perkembangan gerak. Untuk itu harus
dilakukan penanganan pasca stroke dengan benar dan dengan dukungan
orang-orang terdekat (Pramudiarja, 2010).
Ekstremitas atas merupakan salah satu bagian dari tubuh yang
penting untuk dilakukan ROM. Hal ini dikarenakan ekstremitas atas
fungsinya sangat penting dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan
merupakan bagia yang paling aktif, maka lesi bagian otak yang
mengakibatkan kelemahan ekstremitas atas akan sangat menghambat dan
mengganggu kemampuan dan aktivitas sehari-hari seseorang. Gerak pada
tangan dapat di stimulasi dengan melakukan latihan gerak sendi agar
sirkulasi darah lancar (Irfan, 2010).
Pada tetraparese sendiri bisa terjadi kelumpuhan pada keempat
anggota gerak tapi terkadang tungkai dan lengan masih dapat digunakan
atau jari-jari tangan yang tidak dapat memegang kuat suatu benda tapi
jari-jari tersebut masih bisa digerakkan, atau tidak bisa menggerakkan
tangan tapi lengannya masih bisa digerakkan. Karena alasan itulah
penatalaksanaan latihan ROM pada pasien Tetraparese dilakukan.

B. TUJUAN
Adapun tujuan dilakukannya latihan ROM (Range Of Motion) kepada
pasien Ny. M yaitu :
1. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibiltas dan kekuatan otot
pasen
2. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan pasien
3. Mencegah kekakuan pada sendi pasien
4. Merangsang sirkulasi darah pasien
5. Mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur pasien
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN
1. Pengertian Tetraparese
Tetraparese juga diistilahkan juga sebagai quadriparese, yang
keduanya merupakan parese dari keempat ekstremitas.”Tetra” dari
bahasa yunani sedangkan “quadra” dari bahasa latin. Tetraparese
adalah kelumpuhan/kelemahan yang disebabkan oleh penyakit atau
trauma pada manusia yang menyebabkan hilangnya sebagian fungsi
motorik pada keempat anggota gerak, dengan kelumpuhan/kelemahan
lengan lebih atau sama hebatnya dibandingkan dengan tungkai. Hal ini
diakibatkan oleh adanya kerusakan otak, kerusakan tulang belakang
pada tingkat tertinggi (khususnya pada vertebra cervikalis), kerusakan
sistem saraf perifer, kerusakan neuromuscular atau penyakit otot.
kerusakan diketahui karena adanya lesi yang menyebabkan hilangnya
fungsi motorik pada keempat anggota gerak, yaitu lengan dan tungkai.
Penyebab khas pada kerusakan ini adalah trauma (seperti tabrakan
mobil, jatuh atau sport injury) atau karena penyakit (seperti mielitis
transversal, polio, atau spina bifida).
Pada tetraparese kadang terjadi kerusakan atau kehilangan
kemampuan dalam mengontrol sistem pencernaan, fungsi seksual,
pengosongan saluran kemih dan rektum, sistem pernafasan atau fungsi
otonom. Selanjutnya, dapat terjadi penurunan/kehilangan fungsi
sensorik. adapun manifestasinya seperti kekakuan, penurunan sensorik,
dan nyeri neuropatik. Walaupun pada tetraparese itu terjadi
kelumpuhan pada keempat anggota gerak tapi terkadang tungkai dan
lengan masih dapat digunakan atau jari-jari tangan yang tidak dapat
memegang kuat suatu benda tapi jari-jari tersebut masih bisa
digerakkan, atau tidak bisa menggerakkan tangan tapi lengannya masih
bisa digerakkan. Hal ini semua tergantung dari luas tidaknyanya
kerusakan.
2. Perngertian ROM (Range of Motion)
Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan
untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan
kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap
untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).
B. Mekanisme
Penatalaksanaan latihan ROM dilakukan pada pasien karena pasien
mengalami kelemahan [ada ekstremitas bawah sehingga ekstremitas
bawah tersebut jarang digunakan.
Dengan melakukan latihan ROM ini, tubuh pasienpun terjadi pergerakan,
bila terjadi pergerakan maka seluruh struktur dalam persendian pun akan
ikut terpengaruhdan tidak kaku.
C. Manajemen
kami mengaplikasikan latihan ROM ini selama 3 hari kepada pasien secara
berturut-tuturt.
D. Teknik dan Cara
Menurut Potter & Perry, (2005), ROM terdiri dari gerakan pada
persendian sebaga berikut :
1. Leher, Spina, Serfikal

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Menggerakan dagu menempel ke dada, rentang 45°
Ekstensi Mengembalikan kepala ke posisi tegak, rentang 45°
Hiperektensi Menekuk kepala ke belakang sejauh rentang 40-45°
mungkin,
Fleksi lateral Memiringkan kepala sejauh mungkin rentang 40-45°
sejauh mungkin kearah setiap bahu,
Rotasi Memutar kepala sejauh mungkin dalam rentang 180°
gerakan sirkuler,
2. Bahu

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Menaikan lengan dari posisi di samping rentang 180°
tubuh ke depan ke posisi di atas kepala,
Ekstensi Mengembalikan lengan ke posisi di rentang 180°
samping tubuh,
Hiperektensi Mengerkan lengan kebelakang tubuh, rentang 45-60°
siku tetap lurus,
Abduksi Menaikan lengan ke posisi samping di rentang 180°
atas kepala dengan telapak tangan jauh
dari kepala,
Adduksi Menurunkan lengan ke samping dan rentang 320°
menyilang tubuh sejauh mungkin,
Rotasi dalam Dengan siku pleksi, memutar bahu rentang 90°
dengan menggerakan lengan sampai ibu
jari menghadap ke dalam dan ke
belakang,
Rotasi luar Dengan siku fleksi, menggerakan rentang 90°
lengan sampai ibu jari ke atas dan
samping kepala,
Sirkumduksi Menggerakan lengan dengan lingkaran rentang 360°
penuh,

3. Siku

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Menggerakkan siku sehingga lengan rentang 150°
bahu bergerak ke depan sendi bahu dan
tangan sejajar bahu,
Ektensi Meluruskan siku dengan menurunkan rentang 150°
tangan,
4. Lengan bawah

Gerakan Penjelasan Rentang


Supinasi Memutar lengan bawah dan tangan rentang 70-90°
sehingga telapak tangan menghadap ke
atas,

Pronasi Memutar lengan bawah sehingga rentang 70-90°


telapak tangan menghadap ke bawah,

5. Pergelangan tangan

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Menggerakan telapak tangan ke sisi rentang 80-90°
bagian dalam lengan bawah,
Ekstensi Mengerakan jari-jari tangan sehingga rentang 80-90°
jari-jari, tangan, lengan bawah berada
dalam arah yang sama,

Hiperekstensi Membawa permukaan tangan dorsal ke rentang 89-90°


belakang sejauh mungkin,
Abduksi Menekuk pergelangan tangan miring ke rentang 30°
ibu jari,
Adduksi Menekuk pergelangan tangan miring ke rentang 30-50°
arah lima jari,

6. Jari- jari tangan

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Membuat genggaman, rentang 90°
Ekstensi Meluruskan jari-jari tangan, rentang 90°

Hiperekstensi Menggerakan jari-jari tangan ke rentang 30-60°


belakang sejauh mungkin,
Abduksi Mereggangkan jari-jari tangan yang rentang 30°
satu dengan yang lain,
Adduksi Merapatkan kembali jari-jari tangan, rentang 30°
7. Ibu jari

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Mengerakan ibu jari menyilang rentang 90°
permukaan telapak tangan,
Ekstensi menggerakan ibu jari lurus menjauh rentang 90°
dari tangan,
Abduksi Menjauhkan ibu jari ke samping, rentang 30°
Adduksi Mengerakan ibu jari ke depan tangan, rentang 30°
Oposisi Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari
-
tangan pada tangan yang sama.

8. Pinggul

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Mengerakan tungkai ke depan dan rentang 90-120°
atas,

Ekstensi Menggerakan kembali ke samping rentang 90-120°


tungkai yang lain,
Hiperekstensi Mengerakan tungkai ke belakang rentang 30-50°
tubuh,
Abduksi Menggerakan tungkai ke samping rentang 30-50°
menjauhi tubuh,
Adduksi Mengerakan tungkai kembali ke
posisi media dan melebihi jika rentang 30-50°
mungkin,

Rotasi Memutar kaki dan tungkai ke arah


rentang 90°
dalam tungkai lain,

Rotasi luar Memutar kaki dan tungkai menjauhi


rentang 90°
tungkai lain,
Sirkumduksi Menggerakan tungkai melingkar -
9. Lutut

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Mengerakan tumit ke arah belakang rentang 120-130°
paha,
Ekstensi Mengembalikan tungkai kelantai, rentang 120-130°

10. Mata kaki


Gerakan Penjelasan Rentang
Dorsifleksi Menggerakan kaki sehingga jari-jari rentang 20-30°
kaki menekuk ke atas,
Plantarfleksi Menggerakan kaki sehingga jari-jari rentang 45-50°
kaki menekuk ke bawah,

11. Kaki

Gerakan Penjelasan Rentang


Inversi Memutar telapak kaki ke samping rentang 10°
dalam,
Eversi Memutar telapak kaki ke samping rentang 10°
luar,

12. Jari-Jari Kaki

Gerakan Penjelasan Rentang


Fleksi Menekukkan jari-jari kaki ke bawah, rentang 30-60°
Ekstensi Meluruskan jari-jari kaki, rentang 30-60°
Abduksi Menggerakan jari-jari kaki satu rentang 15°
dengan yang lain,

Adduksi Merapatkan kembali bersama-sama, rentang 15°


E. Kontra Indikasi
Kontraindikasi dan hal-hal yang harus diwaspadai pada latihan ROM
1. Latihan ROM tidak boleh diberikan apabila gerakan dapat
mengganggu proses penyembuhan cedera.
a. Gerakan yang terkontrol dengan seksama dalam batas-batas
gerakan yang bebas nyeri selama fase awal penyembuhan akan
memperlihatkan manfaat terhadap penyembuhan dan pemulihan
b. Terdapatnya tanda-tanda terlalu banyak atau terdapat gerakan yang
salah, termasuk meningkatnya rasa nyeri dan peradangan
2. ROM tidak boleh dilakukan bila respon pasien atau kondisinya
membahayakan (life threatening)
a. PROM dilakukan secara hati-hati pada sendi-sendi besar,
sedangkan AROM pada sendi ankle dan kaki untuk
meminimalisasi venous stasis dan pembentukan trombus
b. Pada keadaan setelah infark miokard, operasi arteri koronaria, dan
lain-lain, AROM pada ekstremitas atas masih dapat diberikan
dalam pengawasan yang ketat
BAB III
METODOLOGI

A. Topik
Penatalaksanaan latihan ROM
B. Sub Topik
Penatalaksanaan latihan ROM pada pasien Tetraparese
C. Kelompok
?
D. Tujuan Umum
Penatalaksanaan latihan ROM ini bertujuan untuk mempertahankan
kekuatan otot pasien
E. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibiltas dan kekuatan otot
pasen
2. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan pasien
3. Mencegah kekakuan pada sendi pasien
4. Merangsang sirkulasi darah pasien
5. Mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur pasien
F. Waktu
Penatalaksanaan latihan ROM ini kami laksanakan pda tanggal 2-4
Oktober 2018 pukul 10.00 WIB
G. Tempat
Penatalaksanaan latihan ROM ini kami laksanakan di ruang rawat inap
Rajawali 3A
H. Setting
?
I. Media / alat yang digunakan
?
J. Prosedur Operasional yang dilakukan
?
I. Referensi
?

You might also like