Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
A. LATAR BELAKANG
Paradigma baru fisioterapi Indonesia yang mengacu kepada
paradigma fisioterapi dunia yang didasari oleh deklarasi World
Confederation For Physio Theraphy (WCPT) disebutkan bahwa :
“Pelayanan fisioterapi adalah pelayanan yang dilakukan kepada individu
dan masyarakat dalam memelihara, meningkatkan, memperbaiki gerak dan
fungsi”. Dengan paradigma baru fisioterapi Indonesia, maka terjadi pula
perubahan dan fungsi fisioterapi dalam melakukan intervensi profesi yang
lebih mengarah upaya pelayanan yang mencakup upaya-upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif (Ikatan Fisioterapi Indonesia, 2001).
Setiap manusia yang normal akan mampu mengerakkan anggota
tubuhnya untuk beraktifitas. Hal ini dapat terselenggara dengan baik bila
keadaan tulang, otot, persendian maupun sistem-sistem yang lain tidak
mengalami gangguan. Apabila ada yang terjadi gangguan atau kelainan
pada persendian dimana terjadi pergeseran letak sendi ataupun terjadi
pemampatan tulang maka akan timbul masalah yang dapat menyebabkan
seseorang terganggu aktivitasnya (Sunardi, 2006).
Pada era yang telah maju dan berkembang saat ini sangat mudah
dan banyak terjadi kecelakaan kerja atau bahkan kecelakaan lalu-lintas
yang dapat menciderai tulang belakang manusia. Cidera pada tulang
belakang sering disertai dengan lesi atau cidera pada medulla spinalis
(spinal cord injury). Lesi pada spinal cord dapat menyebabkan gangguan
neurologis berupa parese atau plegi, tergantung dari tingkat lesi, yang
dapat menyebabkan seorang kehilangan kemampuan untuk transfer dan
ambulasi karena kelemahan atau bahkan kelumpuhan tungkai atau kaki
dan tangannya sekaligus (George dkk, 2011).
Permasalahan yang sering terjadi akibat cidera medulla spinalis
terutama tetraparese yaitu impairment seperti penurunan kemampuan
motorik pada keempat ekstremitas sehingga potensial terjadi kontraktur
otot, decubitus, dan penurunan atau gangguan sensasi. Fungsional
limitation seperti adanya gangguan fungsional dasar seperti gangguan
miring, duduk dan berdiri serta gangguan berjalan, dan disability yaitu
ketidakmampuan melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan
lingkungan.
Tetraparese bukan merupakan suatu penyakit akan tetapi
merupakan suatu akibat dari beberapa penyebab. Salah satu penyebab
tersebut adalah adanya 3 kerusakan medulla spinalis oleh karena trauma
vertebra. Segera setelah hal tersebut terjadi akan mengalami tahap spinal
shock yaitu terganggunya aktifitas motoris, sensoris, dan fungsi otonom
blader dan bowel (Bromley, 1991). Setelah mengalami spinal shock
kondisi lebih lanjut akan menimbulkan problematik akibat lesi spinal cord
dan tirah baring.
Problematik yang ditimbulkan akibat lesi spinal cord antara lain (1)
hilangnya atau menurunnya kekuatan otot keempat anggota gerak (2)
hilangnya atau menurunnya sensasi pada keempat anggota gerak (3)
hilangnya aktivitas reflek pada keempat anggota gerak (4) gangguan
fungsi bladder dan bowel, dan (5) gangguan fungsi seksual. Sedangkan
komplikasi problematik yang ditimbulkan akibat dari tirah baring antara
lain : (1) decubitus, (2) hipotensi orthostatic, (3) kontraktur, dan (4) atropi
(Ilham, 2008).
Rehabilitasi stroke merupakan sebuah program terkoordinasi yang
memberikan suatu perawatan restoratif untuk memaksimalkan pemulihan
dan meminimalkan disabilitas yang disebabkan karena stroke. Rehabilitasi
stroke terbukti dapat mengoptimalkan pemulihan sehingga penyandang
stroke mendapat keluaran fungsional dan kualitas hidup yang lebih baik.
Salah satu terapi rehabilitasi yang sering dipergunakan adalah program
latihan gerak atau Range of Motion (ROM). Latihan gerak pasif berupa
latihan Range of Motion (ROM) dapat dilakukan sesering mungkin.
Kelebihan dari latihan Range of Motion (ROM) yaitu menjaga kelenturan
otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot. Tujuan Range of
Motion (ROM) adalah memulihkan kekuatan otot dan kelenturan sendi
sehingga pasien dapat kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Demikian
juga setelah pulang dari Rumah Sakit, pasien pasca stroke tetap harus
menjalani latihan-latihan keterampilan aktivitas sehari-hari (Widianto,
2009)
Latihan gerak secara intensif dibutuhkan oleh pasien setelah
mengalami stroke, untuk memaksimalkan pemulihan fungsi gerak yang
hilang. Penanganan latihan gerak pasca stroke adalah kebutuhan yang
mutlak bagi pasien untuk dapat meningkatkan kemampuan gerak dan
fungsinya. Berbagai metode intervensi latihan seperti pemanfaatan
Activity Daily Living (ADL), hydrotherapy, exercise therapy telah terbukti
memberikan manfaat yang besar dalam mengembalikan gerak dan fungsi
pada pasien pasca stroke. Akan tetapi peran serta keluarga yang merawat
dan mendampingi pasien juga sangat menentukan keberhasilan program
terapi yang diberikan. Dampak lain adalah dengan penanganan yang salah
akan menghasilkan proses pembelajaran sensomotorik yang salah. Hal ini
justru akan memperlambat proses perkembangan gerak. Untuk itu harus
dilakukan penanganan pasca stroke dengan benar dan dengan dukungan
orang-orang terdekat (Pramudiarja, 2010).
Ekstremitas atas merupakan salah satu bagian dari tubuh yang
penting untuk dilakukan ROM. Hal ini dikarenakan ekstremitas atas
fungsinya sangat penting dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan
merupakan bagia yang paling aktif, maka lesi bagian otak yang
mengakibatkan kelemahan ekstremitas atas akan sangat menghambat dan
mengganggu kemampuan dan aktivitas sehari-hari seseorang. Gerak pada
tangan dapat di stimulasi dengan melakukan latihan gerak sendi agar
sirkulasi darah lancar (Irfan, 2010).
Pada tetraparese sendiri bisa terjadi kelumpuhan pada keempat
anggota gerak tapi terkadang tungkai dan lengan masih dapat digunakan
atau jari-jari tangan yang tidak dapat memegang kuat suatu benda tapi
jari-jari tersebut masih bisa digerakkan, atau tidak bisa menggerakkan
tangan tapi lengannya masih bisa digerakkan. Karena alasan itulah
penatalaksanaan latihan ROM pada pasien Tetraparese dilakukan.
B. TUJUAN
Adapun tujuan dilakukannya latihan ROM (Range Of Motion) kepada
pasien Ny. M yaitu :
1. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibiltas dan kekuatan otot
pasen
2. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan pasien
3. Mencegah kekakuan pada sendi pasien
4. Merangsang sirkulasi darah pasien
5. Mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur pasien
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
1. Pengertian Tetraparese
Tetraparese juga diistilahkan juga sebagai quadriparese, yang
keduanya merupakan parese dari keempat ekstremitas.”Tetra” dari
bahasa yunani sedangkan “quadra” dari bahasa latin. Tetraparese
adalah kelumpuhan/kelemahan yang disebabkan oleh penyakit atau
trauma pada manusia yang menyebabkan hilangnya sebagian fungsi
motorik pada keempat anggota gerak, dengan kelumpuhan/kelemahan
lengan lebih atau sama hebatnya dibandingkan dengan tungkai. Hal ini
diakibatkan oleh adanya kerusakan otak, kerusakan tulang belakang
pada tingkat tertinggi (khususnya pada vertebra cervikalis), kerusakan
sistem saraf perifer, kerusakan neuromuscular atau penyakit otot.
kerusakan diketahui karena adanya lesi yang menyebabkan hilangnya
fungsi motorik pada keempat anggota gerak, yaitu lengan dan tungkai.
Penyebab khas pada kerusakan ini adalah trauma (seperti tabrakan
mobil, jatuh atau sport injury) atau karena penyakit (seperti mielitis
transversal, polio, atau spina bifida).
Pada tetraparese kadang terjadi kerusakan atau kehilangan
kemampuan dalam mengontrol sistem pencernaan, fungsi seksual,
pengosongan saluran kemih dan rektum, sistem pernafasan atau fungsi
otonom. Selanjutnya, dapat terjadi penurunan/kehilangan fungsi
sensorik. adapun manifestasinya seperti kekakuan, penurunan sensorik,
dan nyeri neuropatik. Walaupun pada tetraparese itu terjadi
kelumpuhan pada keempat anggota gerak tapi terkadang tungkai dan
lengan masih dapat digunakan atau jari-jari tangan yang tidak dapat
memegang kuat suatu benda tapi jari-jari tersebut masih bisa
digerakkan, atau tidak bisa menggerakkan tangan tapi lengannya masih
bisa digerakkan. Hal ini semua tergantung dari luas tidaknyanya
kerusakan.
2. Perngertian ROM (Range of Motion)
Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan
untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan
kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap
untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).
B. Mekanisme
Penatalaksanaan latihan ROM dilakukan pada pasien karena pasien
mengalami kelemahan [ada ekstremitas bawah sehingga ekstremitas
bawah tersebut jarang digunakan.
Dengan melakukan latihan ROM ini, tubuh pasienpun terjadi pergerakan,
bila terjadi pergerakan maka seluruh struktur dalam persendian pun akan
ikut terpengaruhdan tidak kaku.
C. Manajemen
kami mengaplikasikan latihan ROM ini selama 3 hari kepada pasien secara
berturut-tuturt.
D. Teknik dan Cara
Menurut Potter & Perry, (2005), ROM terdiri dari gerakan pada
persendian sebaga berikut :
1. Leher, Spina, Serfikal
3. Siku
5. Pergelangan tangan
8. Pinggul
11. Kaki
A. Topik
Penatalaksanaan latihan ROM
B. Sub Topik
Penatalaksanaan latihan ROM pada pasien Tetraparese
C. Kelompok
?
D. Tujuan Umum
Penatalaksanaan latihan ROM ini bertujuan untuk mempertahankan
kekuatan otot pasien
E. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibiltas dan kekuatan otot
pasen
2. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan pasien
3. Mencegah kekakuan pada sendi pasien
4. Merangsang sirkulasi darah pasien
5. Mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur pasien
F. Waktu
Penatalaksanaan latihan ROM ini kami laksanakan pda tanggal 2-4
Oktober 2018 pukul 10.00 WIB
G. Tempat
Penatalaksanaan latihan ROM ini kami laksanakan di ruang rawat inap
Rajawali 3A
H. Setting
?
I. Media / alat yang digunakan
?
J. Prosedur Operasional yang dilakukan
?
I. Referensi
?