Professional Documents
Culture Documents
PROFIL SANITASI
KOTA SURABAYA
Gambaran umum kondisi sanitasi Kota Surabaya akan lebih diarahkan pada perbedaan
kondisi sanitasi setempat on site yang ditinjau berdasarkan kondisi permukiman yaitu
permukiman kumuh, tertata dan permukiman sepanjang perairan. Pembagian kategori
permukiman tersebut diharapkan dapat mewakili seluruh wilayah Kota Surabaya dalam
menggambarkan kondisi sanitasi, karena untuk beberapa aspek wilayah permukiman
kumuh, tertata dan sepanjang perairan tipikal dari perumahan maupun kondisi sanitasi
dan lingkungan adalah relatif homogen untuk masing-masing wilayah.
Kawasan kumuh adalah kawasan dimana rumah dan kondisi hunian masyarakat di
kawasan tersebut sangat buruk. Rumah maupun sarana dan prasarana yang ada tidak
sesuai dengan standar yang berlaku, baik standar kebutuhan, kepadatan bangunan,
persyaratan rumah sehat, kebutuhan sarana air bersih, sanitasi maupun persyaratan
kelengkapan prasarana jalan, ruang terbuka, serta kelengkapan fasilitas sosialnya.
Ciri – ciri permukiman kumuh, seperti yang diungkapkan oleh Prof. Dr. Parsudi Suparlan
dalam buku “ Segi Sosial dan Ekonomi Permukiman Kumuh ” (1990) adalah :
1. Fasilitas umum yang kondisinya kurang atau tidak memadai.
2. Kondisi hunian rumah dan permukiman serta penggunaan ruang– ruangnya
mencerminkan penghuninya yang kurang mampu atau miskin.
3. Adanya tingkat frekuensi dan kepadatan volume yang tinggi dalam penggunaan
ruang-ruang yang ada di permukiman kumuh sehingga mencerminkan adanya
kesemrawutan tata ruang dan ketidakberdayaan ekonomi penghuninya.
4. Permukiman kumuh merupakan suatu satuan–satuan komunitas yang hidup
secara tersendiri dengan batas-batas kebudayaan dan sosial yang jelas, yaitu
terwujud sebagai :
a. Sebuah komunitas tunggal, berada di tanah milik Negara, dan arena itu
dapat digolongkan sebagai hunian liar.
b. Satuan komunitas tunggal yang merupakan bagian dari sebuah RT atau
sebuah RW.
Perumahan kumuh tidak layak huni adalah kondisi dimana rumah beserta lingkungannya
tidak memenuhi persyaratan yang layak untuk tempat tinggal baik secara fisik, kesehatan
maupun sosial, dengan kriteria antara lain :
Luas lantai perkapita, di kota kurang dari 4 m² sedangkan untuk di desa kurang dari
10 m².
Jenis atap rumah terbuat dari daun dan lainnya.
Jenis dinding rumah terbuat dari anyaman bambu yang belum diproses.
Jenis lantai tanah.
Tidak mempunyai fasilitas tempat untuk Mandi, Cuci, Kakus (MCK).
Letak persebaran pemukiman kumuh beredar hampir merata di seluruh kawasan kota
Surabaya. Akan tetapi kawasan utara kota Surabaya teridentifikasi lebih banyak titik –
titik kawasan kumuhnya dibandingkan dengan kawasan lainnya. Berdasarkan identifikasi
RTRW Kota Surabaya pada Tahun 2005, kelurahan – kelurahan yang memiliki kawasan
kumuh ada 23 buah yaitu : Ujung, Bulak Banteng, Wonokusumo, Sidotopo Wetan, Tanah
Kali Kedinding, Bulak, Gading, Dupak, Bongkaran, Sukolilo, Gebang Putih, Medokan
Semampir, Keputih, Gununganyar, Rungkut Menanggal, Wiyung, Waru Gunung, Benowo,
Moro Krembangan, Romo Kalisari, Pabean Cantian, Sememi dan Kandangan.
Kawasan tertata adalah dimana bangunan rumah tata letak teratur serta telah memiliki
sarana sanitasi. Kawasan tertata ini biasanya berupa kampung tertata atau perumahan
yang dibangun oleh pengembang. Di Kota Surabaya sistem sanitasi di kawasan tertata
masing-masing rumah sudah memiliki jamban yang dilengkapi tangki septik dan saluran
pembuangan air limbah meskipun masih dibuang ke saluran air hujan.
Salah satu tujuan teknis sanitasi adalah penjagaan kualitas perairan dari pencemaran air
limbah domestik. Dalam kerangka tujuan tersebut dan keberadaan perairan yang ada di
dalam wilayah kota maka Surabaya dapat dibagi dalam 3 batas zona perairan, yaitu Zona
Barat Sungai (ZBS), Zona Timur Sungai (ZTS) dan Zona Selatan Sungai (ZSS). Kondisi
umum sanitasi berdasar batas perairan dapat ditinjau atas :
1. Area pengaruh sanitasi, yaitu batas pemukiman sepanjang sungai yang sistem
sanitasinya berpotensi mempengaruhi kualitas air sungai. Untuk area pemukiman
sepanjang sungai yang mempunyai topografi datar (kemiringan kurang dari 1%) :
area pengaruh sanitasi pada sungai umumnya menjangkau bentang jarak sekitar
200 – 500 m dari bantaran sungai. Batasan ini terdapat pada permukiman
sepanjang Kali Surabaya.
2. Tingkat dampak sanitasi setempat permukiman sepanjang perairan Kali Surabaya,
Kali Wonorejo dan Kali Mas
Kondisi sanitasi tersebut menunjukkan bahwa dengan berkembangnya Kota Surabaya ini
sebagai kota metropolitan ternyata masih banyak terdapat masyarakat yang sangat
tertinggal dalam masalah lingkungannya. Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya
kesadaran masyarakat sekitar akan bahayanya pencemaran limbah yang dibuang ke
sungai.
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk kota pada beberapa tahun terakhir ini,
menyebabkan terjadinya peningkatan volume air limbah domestik yang dihasilkan oleh
warga kota. Pertambahan volume air limbah ini bila tidak diikuti dengan prasarana dan
sarana yang memadai sudah pasti lambat laun akan menimbulkan dampak negatif
terhadap kota itu sendiri. Beberapa permasalahan sanitasi di Kota Surabaya meliputi :
a. Belum dimilikinya sistem penanganan sanitasi yang baik;
b. Belum adanya manajemen sanitasi yang maksimal dari masing-masing
permukiman;
Limbah cair adalah limbah yang berasal dari berbagai aktivitas rumah tangga berupa
tinja dan buangan cair lainnya seperti air bekas cucian. Pengelolaan air limbah domestik
dapat dilakukan dengan sistem off-site atau on-site atau kombinasi dari kedua sistem
tersebut. Sistem pengelolaan air limbah terpusat (off-site system) adalah sistem
penanganan air limbah domestik melalui jaringan pengumpul yang diteruskan ke
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Sistem pengelolaan air limbah setempat (on-site
system) adalah sistem penanganan air limbah domestik yang dilakukan secara individual
dan/atau komunal dengan fasilitas dan pelayanan dari satu atau beberapa bangunan,
yang pengolahanannya diselesaikan secara setempat atau di lokasi sumber.
Secara umum Kota Surabaya menerapkan konsep pengelolaan air limbah sistem on-site,
yaitu pengolahan air limbah dari suatu unit rumah dengan sistem cubluk atau tangki
septik yang ditempatkan pada kapling rumah itu sendiri. Air limbah domestik yang
diolah dalam tangki septik atau cubluk biasanya hanya blackwater saja. Sementara
greywater akan dibuang masyarakat ke saluran drainase terdekat.
Sarana dan prasarana pengelolaan air limbah yang ada di Kota Surabaya terkait dengan
sistem pengelolaan air limbah yang diterapkan. Untuk sistem on-site, fasilitas air
limbahnya adalah jamban (keluarga ataupun umum/MCK) yang dilengkapi dengan
cubluk atau tangki septik dan sumur resapan. Penerapan sitem ini membutuhkan
keberadaaan IPLT untuk mengolah lumpur tinja yang berasal dari pengurasan tangki
septik. Pengurasan tangki septik dan pengangkutan lumpur hasil pengurasan menuju
IPLT dilakukan dengan unit mobil penguras tinja.
Pengadaan prasarana pengelolaan air limbah on-site individual yang berupa jamban
keluarga dan cubluk atau tangki septik beserta sumur resapannya dilakukan atau
menjadi tanggungjawab masing-masing kepala keluarga. Adapun Instalasi Pengolahan
Lumpur Tinja (IPLT) yang diperlukan untuk mengolah lumpur tinja hasil pengurasan
tangki septik harus disediakan oleh pemerintah kota melalui institusinya. Semenetara
penyedotan tinja dilakukan oleh pemerintah ataupun oleh swasta yang menawarkan jasa
sedot tinja.
Jenis fasilitas pembuangan limbah domestik yang ada di Kota Surabaya adalah
berdasarkan konstruksi bangunan atas :
1. Jamban Keluaga (Jaga) : Fasilitas ini biasanya dimiliki secara pribadi terdiri dari
pelat jongkok dan leher angsa yang dilengkapi dengan saluran pembuangan
berupa cubluk atau tangki septik.
2. Mandi Cuci Kakus (MCK) : Fasilitas ini merupakan fasilitas yang digunakan bersama
yang terdiri dari kamar madi dan kakus. Pada umumnya pemeliharaan MCK
tersebut makin kurang mendapat perhatian.
3. Mandi Kakus (MK) : Fasilitas ini merupakan fasilitas umum yang terdiri dari kamar
mandi dan kakus. Pada umumnya terdapat di tempat-tempat umum seperti
terminal, statiun kereta api, sekolah dan lain-lain.
4. Tanpa Fasilitas : Sebagian penduduk Kota Surabaya yang belum mempunyai
fasilitas sanitasi memanfaatkan sungai atau saluran-saluran drainase sebagi
tempat pembuangan air limbahnya.
Sedangkan fasilitas pengolahan air kotor dari dapur, kamar mandi dan tempat cuci
umumnya dibuang ke saluran atau sarana pembuangan air limbah (SPAL). SPAL tersebut
menampung air kotor di dalam reservoir berukuran kecil. Penduduk yang belum
memiliki fasilitas SPAL pada umumnya membuang langsung ke saluran terbuka (saluran
pematusan).
Data mengenai sistem dan kondisi pembuangan air limbah domestik di Kota Surabaya,
didasarkan atas informasi yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota. Indikasi dan
penilaian terhadap sistem, terutama ditujukan untuk mengetahui cakupan pelayanan
nyata sanitasi, jenis-jenis sarana yang ada dan digunakan oleh masyarakat, serta kondisi
dan tingkat kehidupan masyarakatnya. Berdasarkan pengamatan lapangan kondisi dan
tingkat pelayanan sanitasi yang berkaitan dengan masalah pembuangan air kotor di Kota
Surabaya masih kurang memenuhi syarat teknis dan kesehatan.
Dibeberapa lokasi telah disediakan MCK, akan tetapi ada beberapa yang tidak dapat
dipergunakan lagi. Hal ini disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat untuk
membiasakan hidup sehat maupun faktor biaya untuk pengoperasian dan pemeliharaan
sarana tersebut. Diindikasikan pula sebagian penduduk di Kota Surabaya masih
memanfaatkan air tanah dangkal/sumur untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya.
Berdasarkan jumlah sarana sanitasi yang diperiksa dimasing-masing Puskesmas dapat
disimpulkan bahwa, penduduk yang sudah terlayani oleh sistem prasarana sanitasi
dipekirakan sebanyak 176.105 KK (lihat Tabel 3.1.) atau sekitar 26.95% jumlah penduduk
kota yang sudah menggunakan sarana sanitasi, dengan rincian yang menggunakan
jamban keluarga sebanyak 176.105 unit dan MCK sebanyak 437 unit (lihat Tabel 3.2).
Sedangkan kondisi Jamban Keluarga serta MCK di Kota Surabaya dapat dilihat pada
Gambar 3.1 dan Gambar 3.2.
Pengangkutan tinja dari sumbernya sampai ke IPLT diserahkan kepada pihak swasta, di
mana setiap mobil tinja yang membuang limbahnya ke IPLT harus mendapat ijin dari
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya serta dikenakan biaya retribusi sesuai
yang ditetapkan pada lampiran Peraturan Daerah No.4 tahun 2000 tentang struktur dan
besarnya tarif retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan dan Peraturan Wali Kota
No. 91 Tahun 2008 tentang penanganan air limbah.
a. Sumber Sampah
Sumber sampah di Kota Surabaya umumnya didominasi oleh sampah yang berasal
dari kegiatan rumah tangga yang merupakan sampah basah, selain itu juga dari
kegiatan lain seperti pasar, industri, perkantoran, jalan, fasilitas umum, pusat
perdagangan dan lain-lain. Untuk jumlah sampah berdasarkan dari sumbernya
dapat dilihat pada Tabel 3.3.
b. Timbulan Sampah
Jumlah timbulan sampah yang dihasilkan suatu kota sangat erat kaitannya dengan
jenis sumber penghasil sampah, karena setiap sumber penghasil sampah akan
memberikan kontribusi yang berbeda dalam hal jumlah sampah yang dihasilkan
maupun komposisi sampahnya.
Tabel 3.3. Sumber Sampah berdasarkan dari jenis kegiatannya
Berat Prosentase
No Sumber Sampah
Ton/hr (%)
1 Pasar 92,47 7,76
2 Komersial 22,22 1,86
3 Permukiman 1.030,37 86,48
4 Industri 10,66 0,89
5 Jalan 17,83 1,50
6 KBS/RPH 7,95 0,67
7 Rumah Sakit 9,94 0,83
Kondisi perekonomian yang semakin membaik akan berakibat kepada perubahan pola
hidup masyarakat sehingga secara tidak langsung juga mempengaruhi jumlah sampah
yang dihasilkan setiap harinya. Berdasarkan data dari Dinas kebersihan dan Pertamanan
tahun 2005, saat ini jumlah sampah yang dihasilkan setiap orang dalam satu hari yang
dinyatakan dalam satuan volume atau berat pada tahun 2005 sebesar 3.1 liter/hari atau
930 gram/hr dengan berat jenis sampah 3 ton/m³. Jadi total sampah yang dihasilkan di
Kota Surabaya adalah 2.177 ton/hari.
Dari 2.177 ton/hari sampah yang dihasilkan tidak seluruh sampah masuk TPA, karena
terdapat pengurangan atau reduksi di beberapa TPS ataupun karena sejak awal telah
dilakukan teknologi pengurangan volume sampah, baik melalui pengolahan secara
mandiri atau berkelompok seperti komposting, pemulung sampah yang dilakukan di bak
sampah rumah tangga dan di TPS maupun yang dibuang sembarangan diluar TPS yang
disediakan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. Secara rinci distribusi
Penanganan persampahan Kota Surabaya menjadi tanggung jawab Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Surabaya. Terdapat pembagian pengelolaan sistem persampahan di
Surabaya, di mana untuk pengumpulan sampah dari rumah tangga atau dari sumbernya
sampai TPS dikelola oleh masyarakat. Pengangkutan dari TPS menuju TPA menjadi
tanggung jawab pemerintah dalam hal ini Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Surabaya. Sampah dari rumah ditampung menggunakan container bin, kemudian
dikumpulkan dengan sarana gerobak untuk dibuang ke TPS yang telah ditentukan.
Pengumpulan dikoordinir oleh organisasi masyarakat setempat misal RT/RW, Karang
Taruna, dan lain-lain. TPS atau Tempat Pembuangan Sementara berupa landasan atau
depo yang telah ditentukan letaknya oleh Dinas kebersihan dan Pertamanan Kota
Surabaya.
Tempat Pembuangan Sementara yang telah ditentukan oleh Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Surabaya dapat berupa depo/landasan. Kapasitas tampung depo
mencakup areal sekitar 200 - 300 m2 dilengkapi tempat penyimpanan dan kantor,
sedangkan landasan merupakan TPS dengan luas sekitar 100 m 2 tanpa kantor, hal ini
berguna untuk mempermudah transfer pengumpulan sampah apabila Depo terlalu jauh
dari sumber sampah. Depo biasanya menyediakan kontainer dari beton/baja untuk
penimbunan sementara. Selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 3.5 yaitu TPS/Depo yang
ditangani oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan serta Tabel 3.6 yang ditangani oleh
Dinas Pasar dan Swasta.
Untuk pembuangan sampah akhir Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya
memiliki lokasi di TPA Benowo (Romo Kalisari). TPA Benowo sudah difungsikan sebagai
tempat pembuangan sampah. Lahan yang tersedia di TPA Benowo adalah + 37.4 Ha.
Sistem pengolahan yang digunakan berupa Controlled Landfill.
Tabel 3.5
Persebaran TPS/Transfer Depo di Kota Surabaya yang dikelola
Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Surabaya Utara
KECAMATAN PABEAN
I Kel. Bongkaran, kel. Kapasan, Kel. Sidodadi Bunguran Jl. Bunguran DINAS
CANTKAN 22,00 34,00
Kel. Krembangan Utara dan selatan pesapen pompa jl. Pesapen Kali DINAS
79,30 20,00 20,80
Kel. Perak Utara Teluk Kumai jl. Teluk Kumai DINAS
22,00 10,02
II KECAMATAN SEMAMPIR Kel. Ujung, Kel. Wonokusumo Jati srono jl. Jati srono DINAS
III – 17
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010
Tabel 3.5
Persebaran TPS/Transfer Depo di Kota Surabaya yang dikelola
Dinas Kebersihan dan Pertamanan
DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010
Luas Jarak Vol.
No Wilayah Wilayah Pelayanan Nama TPS/Depo Lokasi Luas Lahan Wewenang
Bangunan Angkut Sampah
m² m² LPS ke LPA m³
42,90 26,00 23,10
Kel. Ujung, Kel. Wonokusumo Mrutu Kalianyar jl. Mrutu Kalianyar DINAS
95,06 29,00 32,80
III KECAMATAN KREMBANGAN Kel. Jepara, Kel. Gundih Bandarejo jl. Dupak Bandarejo I DINAS
198,00 25,00 23,00 16,70
kel. Monokrembangan, Kel. Perak Barat,
Krembangan mbah Ratu jl. Gresik DINAS
Kel. Kemayoran 300,00 25,00 19,00 46,06
kel. Monokrembangan, Kel. Perak Barat,
Tanjung Sadari jl. Tanjung Sadari DINAS
Kel. Kemayoran 400,00 25,00 21,00 35,00
jl. Sidotopo Wetan
IV KECAMATAN KENJERAN Kel. Sidotopo Wetan, Simokerto Sidotopo Wetan DINAS
Indah I 200,00 30,00 25,00 9,64
Kel. Bulak Banteng Bulak Banteng jl. Bulak Banteng DINAS
300,00 25,00 27,00 10,06
Kel. Tanah Kali Kedinding Tanah Kali Kedinding jl. Tanah Kali Kedinding DINAS
176,00 25,00 29,00 15,25
Kel. Tambak Wedi Tambak Wedi jl. Tambak Wedi DINAS
315,00 25,00 32,00 9,40
V KECAMATAN BULAK Kel. Bulak, kenjeran Tambak Deres jl. Tambak Deres DINAS
310,00 25,00 32,00 15,10
Kel. Kenjeran THP Kenjeran jl. Kenjeran DINAS
64,00 34,00 3,34
Kel. Komp. Kenjeran Memet Jl. Memet Sastro wirya DINAS
300,00 25,00 33,00 9,14
JUMLAH SBY. UTARA
2.780,26 230,00 394,00 290,41
Surabaya Timur
I KECAMATAN TAMBAKSARI Kel. Tambak Sari, ploso, pacar keling Bogen Jl. bogen DINAS
300,00 100,00 27,00 31,06
Kel. Tambak Sari, Pacar Keling Karang Gayam jl. Karang Gayam DINAS
27,00 23,45
Kel. Pacar Keling, Ketabang Pacar Keling jl. Pacar KelingIII DINAS
25,00 18,36
Kel. Gubeng, Airlangga Gubenng masjid jl. Gubenng masjid DINAS
26,00 12,44
jl. Gubenng masjid
Airlangga Gubenng masjid pasar DINAS
pasar 27,00 6,57
II KECAMATAN GUBENG Kel. Pacar kembang, ploso, pacar Keling Kaliwaron jl. Kaliwaron DINAS
28,00 26,80
Kel. Kalijudan, Sutorejo Mojoarum jl. Mojoarum DINAS
90,00 29,00 36,93
III – 18
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010
Tabel 3.5
Persebaran TPS/Transfer Depo di Kota Surabaya yang dikelola
Dinas Kebersihan dan Pertamanan
DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010
Luas Jarak Vol.
No Wilayah Wilayah Pelayanan Nama TPS/Depo Lokasi Luas Lahan Wewenang
Bangunan Angkut Sampah
m² m² LPS ke LPA m³
Kel. Pacar Kembang, Mojo,Gubeng Mojo / Bakti Husada Jl. Dharmahusada II DINAS
30,00 34,69
Kel. Airlangga, Mojo, Manyar Sabrangan,
Srikana jl. Srikana DINAS
Gubeng 208,25 26,00 78,22
Kel. Pucang Sewu, Kertajaya, Keputran Kalibokor jl. Kalibokor DINAS
27,00 41,99
Kel. Barata Jaya, Nginden Jangkungan Brata jaya - Nginden jl. Brata jaya XXVII DINAS
31,00 29,07
Jl. Komplek Prum RKT.
III KECAMATAN RUNGKUT Kel. Penjaringan sari Rungkut Harapan DINAS
Harapan 37,00 3,38
Kel. Rungkut Kidul Rungkut Kidul jl. psr Rungkut Kidul DINAS
40,00 30,00
Kendalsari / kedung jl. kendalsari (Barat
kel. Kedung Baruk DINAS
baruk Kebun Bibit) 36,00 3,38
jl. Raya Medokan
Kel. Gunung anyar, Medokan ayu Medokan ayu DINAS
ayu/prm.Kosagra 35,00 18,05
Kel. Wonorejo Bon Bibit Wonorejo jl. Raya Wonorejo DINAS
34,00 18,00
KECAMATAN TENGGILIS
IV Kel. Tenggilis Mejoyo, Kendangsari Tenggilis Utara jl. Tenggilis Utara DINAS
MEJOYO 28,00 34,62
Kel. Panjang Jiwo Prapen jl. Raya Prapen DINAS
27,00 8,38
JL. Raya Prapen (sisi
Kel. Panjang Jiwo Prapen DINAS
timur) 26,00 6,00
V KECAMATAN GUNUNG ANYAR Kel. Gunung anyar Tambak Wiguna Timur jl. Wiguna Timur DINAS
40,00 13,25
VI KECAMATAN SUKOLILO Komp. ITS ITS Jl. AR Hakim DINAS
33,00 17,49
Kel. Keputih Keputih JL. Keputih Bahari DINAS
33,00 15,00
Kel. Semolowaru, Medokasn Semampir Semolowaru jl. Semolowaru DINAS
32,00 24,47
Kel. Medokan Semampir Medokan Semampir jl. Medokan Semampir DINAS
34,00 13,38
VII KECAMATAN MULYOREJO Kel. Mulyorejo Wisma Permai jl. Wisma Permai III DINAS
32,00 14,00
kel. Kalisari, sutorejo Sutorejo jl. Sutorejo DINAS
32,00 31,13
kel. Kalisari, sutorejo Tempurejo jl. Tempurejo DINAS
33,00 10,00
Kel. Keputih Kejawan Putih Tambak Kejawan Putih Tambak DINAS
34,00 6,00
III – 19
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010
Tabel 3.5
Persebaran TPS/Transfer Depo di Kota Surabaya yang dikelola
Dinas Kebersihan dan Pertamanan
DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010
Luas Jarak Vol.
No Wilayah Wilayah Pelayanan Nama TPS/Depo Lokasi Luas Lahan Wewenang
Bangunan Angkut Sampah
m² m² LPS ke LPA m³
Surabaya Selatan
III – 20
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010
Tabel 3.5
Persebaran TPS/Transfer Depo di Kota Surabaya yang dikelola
Dinas Kebersihan dan Pertamanan
DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010
Luas Jarak Vol.
No Wilayah Wilayah Pelayanan Nama TPS/Depo Lokasi Luas Lahan Wewenang
Bangunan Angkut Sampah
m² m² LPS ke LPA m³
III – 21
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010
Tabel 3.5
Persebaran TPS/Transfer Depo di Kota Surabaya yang dikelola
Dinas Kebersihan dan Pertamanan
DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010
Luas Jarak Vol.
No Wilayah Wilayah Pelayanan Nama TPS/Depo Lokasi Luas Lahan Wewenang
Bangunan Angkut Sampah
m² m² LPS ke LPA m³
III – 22
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010
Tabel 3.5
Persebaran TPS/Transfer Depo di Kota Surabaya yang dikelola
Dinas Kebersihan dan Pertamanan
DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010
Luas Jarak Vol.
No Wilayah Wilayah Pelayanan Nama TPS/Depo Lokasi Luas Lahan Wewenang
Bangunan Angkut Sampah
m² m² LPS ke LPA m³
Kel. Lidah Kulon Lidah Kulon jl. Perum Lidah Kulon DINAS
27,00 7,55
Kel. Lidah Kulon Lidah Wetan jl. Lidah Wetan DINAS
27,00 6,00
Kel. Lidah Kulon Selatan Unesa jl. Lidah DINAS
27,00 6,00
Kel. Bangkingan Bangkingan jl. Bangkingan DINAS
72,00 31,00 5,56
Kel. Bangkingan Aspol Bangkingan jl. Bangkingan DINAS
31,00 15,00
Kel. Bringin Bringin jl. Bringin DINAS
36,00 8,00
VI KECAMATAN PAKAL Kel. Babat Jerawat Babat Jerawat jl. Babat Jerawat DINAS
300,00 24,00 20,00 6,00
Kel. Babat Jerawat Pakal Timur jl. Raya Pakal DINAS
21,00 5,00
Kel. Babat Jerawat Dukuh Babat Jerawat jl. Raya Babat Jerawat DINAS
22,00 15,00
Kel. Sememi Pondok Benowo Jl. Raya Sememi DINAS
23,00 14,00
Kel. Sumber Rejo Sumber Rejo jl. Sumber Rejo DINAS
24,00 14,00
Kel. Benowo, Kel. Sumber Rejo Benowo jl. Raya Benowo DINAS
25,00 25,00
Kel. Benowo Jurang Kuping l. Raya Jurang Kuping DINAS
26,00 8,12
jl. Raya Kendung
Kel. Sememi Jalan Raya Kendung DINAS
Benowo 20,00 7,12
jl. Selidro /
VII KECAMATAN SAMBIKEREP Kel. Sambikerep Sambikerep DINAS
Sambikerep 300,00 36,00 26,00 5,00
Kel. Lontar Candi Lontar jl. Lempur Sari DINAS
300,00 25,00 27,00 13,00
JUMLAH SBY. BARAT
4.017,00 389,00 769,00 492,85
TOTAL KESELURUHAN
12.343,32 1.046,80 3.294,00 2.423,76
Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya Tahun 2008
III – 23
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010
DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010
III – 24
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010
DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010
Tabel 3.6
Persebaran TPS/Transfer Depo di Kota Surabaya yang dikelola Dinas Pasar dan Swasta
Luas Jarak Vol.
No Wilayah Wilayah Pelayanan Nama LPS/Depo Lokasi Luas Lahan Wewenang
Bangunan Angkut Sampah
m² m² LPS ke LPA m³
Surabaya Pusat
Kel. Tegalsari, Kel. Embong Kaliasin, Kel.
I KECAMATAN TEGALSARI Kedondong jl. Kedondong REKANAN
Wonorejo 23,00 40,15
Kel. Wonorejo, Kel. Tegalsari Ps. Kembang jl. Wonorejo III Pasar REKANAN
79,50 22,00 31,50
Kel. Wonorejo, Kel. Tegalsari, Kel Keputran Pandegling jl. Pandegling REKANAN
109,20 23,00 56,00
Kel. Keputran, Kel. Darmo, Kel. Ngagel Dinoyo jl. Dinoyo REKANAN
300,00 25,00 26,00 35,00
Kel. Kedungdoro, Kel. Tegalsari, Kel.
II KECAMATAN GENTENG Pasar Genteng Jl. Genteng Besar PD. PASAR
Wonorejo 18,00 21,00 14,00
Kel. Gubeng, Kel. Embong Kaliasin Kayun Jl. Kayun REKANAN
300,00 25,00 24,00 36,20
Kel. Pacar Keling, Kel. Ketabang, Kel. Pacar
Legundi Jl. Anggrek REKANAN
Kembang 75,00 30,00 26,00 42,46
III KECAMATAN BUBUTAN Kel. Bubutan, Kel. Tembok Dukuh Penghela Jl. Penghela REKANAN
73,00 19,00 43,00
Kel. Simokerto, Kel. Sidotopo, Kel.
IV KECAMATAN SIMOKERTO Simolawang jl. Simolawang REKANAN
Sidodadi 103,60 23,00 47,00
Psr. Kapasan Pasar Kapasan jl. Pasar Kapasan PD. PASAR
105,00 22,00 17,37
Kel. Tambak Rejo, Kel. Rangkah, Kel.
Tambak Rejo jl. Tambak Rejo REKANAN
Kapasari, Kel. Simokerto 375,00 25,00 24,00 125,00
JUMLAH SBY. PUSAT
1.538,30 105,00 230,00 447,53
Surabaya Utara
KECAMATAN PABEAN
I Kel. Nyamplungan, Kel. Ampel Pasar babaan jl. Kebalen Timur REKANAN
CANTKAN 22,00 35,00
Kel. Perak Indrapura PLN Jl. Indrapura PLN REKANAN
27,44 22,00 21,00
Kel. Nyamplungan, Kel. Ampel,
Benteng jl. Benteng REKANAN
krembangan Utr. Perak timur 22,00 105,00
Kel. Pegirian, Kel. Wonokusumo, Kel.
II KECAMATAN SEMAMPIR wonokusumo kidul jl. wonokusumo kidul REKANAN
Sidotopo 300,00 25,00 25,00 42,00
III – 25
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010
DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010
Luas Jarak Vol.
No Wilayah Wilayah Pelayanan Nama LPS/Depo Lokasi Luas Lahan Wewenang
Bangunan Angkut Sampah
m² m² LPS ke LPA m³
Surabaya Timur
I KECAMATAN TAMBAKSARI Kel. Pacar Keling, Ketabang Pasar Pacar Keling Jl. Belahan PD. PASAR
26,00 19,97
II KECAMATAN GUBENG Kel. Gubeng, Embong Kaliasin, Ngagel Kangean jl. Kangean REKANAN
23,00 50,00
Kel. Kertajaya, Psr. Pucang Pasar Pucang Anom jl. Pasar Pucang Anom PD. PASAR
26,00 11,02
Kel. Barata Jaya, Nginden Jangkungan,
Bratang jl. Bratang Binangun REKANAN
Menur pump 29,00 66,00
III KECAMATAN RUNGKUT Kel. Kali rungkut Rungkut Alang-alang Jl. Kali rungkut REKANAN
33,00 50,00
kel. Kedung Baruk, Penjaringan Sari Penjaringan Sari Jl. Pandugo REKANAN
35,00 32,00
KECAMATAN TENGGILIS
IV Kel. Panjang Jiwo, Kedung Baruk Tenggilis Mejoyo jl. Tenggilis Mejoyo REKANAN
MEJOYO 36,00 30,00
Kel. Tenggilis Mejoyo, Kendangsari, Kendangsari muka
jl. Raya Kendangsari REKANAN
Rungkut Tengah Telkom 34,00 55,00
Kel. Kutisari, Siwalan Kerto Kutisari jl. Kutisari Indah REKANAN
25,00 35,00
KECAMATAN GUNUNG Kel. Gunung anyar Tambak, Rungkut
V Rungkut Menanggal jl. Rungkut Menanggal REKANAN
ANYAR Tengah 36,00 30,00
Kel. Gebang Putih, Keputih, Klampis
VI KECAMATAN SUKOLILO Gebang Putih jl. Gebang Putih REKANAN
Ngasem 32,00 36,00
Kel. Klampis Ngasem, Manyar Sabrangan Klampis Ngasem jl. Klampis Ngasem REKANAN
30,00 30,00
Kel. Menur Pumpungan, Klampis Ngasem,
Menur Pumpungan jl. Menur Pumpungan REKANAN
Manyar sabrangan 31,00 35,00
JUMLAH SBY. TIMUR
- - 396,00 479,99
Surabaya Selatan
III – 26
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010
DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010
Luas Jarak Vol.
No Wilayah Wilayah Pelayanan Nama LPS/Depo Lokasi Luas Lahan Wewenang
Bangunan Angkut Sampah
m² m² LPS ke LPA m³
I KECAMATAN SAWAHAN Kel. DR. soetomo, Darmo, Putat Jaya, Pakis Kembang Gunung jl. Kembang Gunung REKANAN
416,25 22,00 27,00 90,00
JL. Joyoboyo
II KECAMATAN WONOKROMO Kel. Wonokromo, sawunggaling, Jagir joyoboyo - Patung kuda REKANAN
Gunungsari 87,00 25,00 50,00
KECAMATAN
III Kel. Pagesangan Kemlaten Jl. Mastrip REKANAN
KARANGPILANG 60,00 50,00 29,00 16,00
Kel. Karang pilang Begangin Jl. Mastrip REKANAN
72,00 29,00 15,00
Kel. Kebraon, Balas Krumpik, Kedurus Kebraon Jl. Kebraon REKANAN
135,00 29,00 26,00
Kel. Kebraon, Balas Krumpik, Kedurus Waru gunung I Jl. Mastrip REKANAN
35,00 15,00
kel. Kebraon, Karang pilang Waru gunung II Jl. Mastrip REKANAN
35,00 15,00
kel. Kebraon, Karang pilang Karang Pilang jl. Karang pilang REKANAN
90,00 27,00 11,00
IV KECAMATAN WIYUNG Kel. Babadan Babadan Indah jl. Babadan Indah REKANAN
48,00 25,00 13,00
jl. Bendul Merisi
V KECAMATAN WONOCOLO Kel. Sidosermo, Margorejo Bendul Merisi REKANAN
Selatan 300,00 25,00 27,00 43,00
VI KECAMATAN JAMBANGAN Kel. Pagesangan, Kebraon, Kebonsari Pagesangan jl. Pagesangan REKANAN
352,00 25,00 30,00 40,00
III – 27
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010
DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010
Pada saat ini Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya telah melakukan kegiatan
pengolahan sampah dengan sistem komposting, dengan jumlah 14 unit. Saat ini jumlah
sampah yang diolah dengan metode komposting sebesar 38 m³/hari atau sekitar 0.44%
dari jumlah sampah yang dihasilkan. Penyebaran letak rumah kompos yang berjumlah 14
unit dapat dilihat pada Tabel 3.7. Alat untuk menyaring kompos dapat dilihat pada
Gambar 3.3, dan alat untuk memecah bahan kompos dapat dilihat pada Gambar 3.4.
Tabel : 3.7
Pengolahan Kompos (Rumah Kompos)
BAB 1 -
Gambar 3.3.
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010
III – 28
DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010
Gambar 3.4.
Alat untuk Memecah Bahan Kompos
BAB 1 -
Dalam rangka pelayanan pengumpulan dan pembuangan sampah yang tercatat hingga
saat ini pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya memiliki prasarana
pembuangan sampah seperti pada Tabel 3.8.
Sedangkan untuk data sampah yang diterima di TPA Benowo dapat dilihat pada Tabel
3.9. dan Gambar 3.5. adalah proses pengolahan sampah di TPA Benowo.
Tabel : 3.8
Sarana dan Prasarana Persampahan
Jumlah
No Uraian 2007 2008
Unit Unit
1 TPA 1 1
2 TPS/Depo 173 174
3 Kendaraan Angkut 119 119
- Compactor 14 14
- Dump Truk 15 15
- Amroll (8m³) 26 26
- Amroll (6m³) 4 4
- Amroll (4m³) 60 60
4 Alat Berat 20 20
- Exavator 7 7
- Buldozer 9 9
- Shovel 3 3
- Back Hoe Loeder 1 1
5 Container 340 340
6 IPLT 1 1
7 Mobil Toilet 7 9
8 Incinerator 10 10
BAB 1 -
9 Rumah Kompos 10 14
10 Mesin Pencacah 22 22
11 Mobil Tangki 17 17
12 Mobil Skywalker 7 7
13 Mobil Pick Up 24 24
14 Sepeda Motor Roda 3 (Fukuda) 16 16
15 Makam Yang dikelola Pemkot 13 13
16 Taman Umum (RTH) 273.42 Ha 274.09 Ha
17 Tempat Sampah Umum (Stainelss Steel & Fiber) 700 700
18 Keranjang Takakura Terbagi 2.318 3.782
19 Gerobak Sampah Terbagi 153 197
Sumber : DKP Kota Surabaya ( 2008 )
BAB 1 -
Baik dikota maupun didesa pada umumnya sampah kurang diperhatikan oleh
masyarakat, hal ini disebabkan oleh:
Kurangnya pengertian bahwa sampah yang tidak dikelola dengan baik akan
mempunyai dampak negatif pada lingkungan maupun kesehatan masyarakat.
Kurangnya kesadaran akan arti kebersihan dan keindahan
Kekurang-pahaman teknologi maupun pengorganisasian pengelolaan sampah.
Adanya anggapan terutama dikota bahwa pengelolaan sampah adalah tanggung
jawab Pemda.
Bentuk peran serta masyarakat Kota Surabaya dalam pengelolaan kebersihan adalah:
1. Membayar retribusi sampah setiap bulan melalui pembayaran rekening PDAM bagi
masyarakat yang berlangganan PDAM dan melalui kelurahan bagi masyarakat yang
BAB 1 -
tidak berlangganan PDAM. Sistem ini kurang efektif karena bagi masyarakat yang
tidak berlangganan PDAM, retribusi yang masuk tidak dapat diharapkan secara
kontinyu, karena hanya berdasarkan kesadaran masyarakat, tidak ada sistem
penagihan secara langsung. Berdasarkan data retribusi yang masuk dari tahun ke
tahun terlihat bahwa selalu terjadi kenaikan jumlah retribusi, namun jika
dibandingkan dengan kebutuhan anggaran pengelolaan sampah, nilai tersebut
masih sangat kurang. Salah satu penyebabnya adalah karena retribusi yang harus
dibayar terlalu kecil dan tidak didasarkan atas jumlah sampah yang dihasilkan oleh
setiap rumah tangga, dan pengelolaan sampah lebih dipandang sebagai
pengelolaan yang bersifat sosial. Diperlukan peninjauan ulang terhadap dasar
penentuan retribusi dan besarnya retribusi yang harus dibayar masyarakat.
BAB 1 -
volume sampah yang dibuang ke TPA dapat dicapai.
Keberadaan peran serta masyarakat dalam penanganan sampah saat ini telah
menunjukkan peningkatan. Tampilnya beberapa LSM atau kelompok masyarakat murni
melalui pendampingan beberapa perguruan tinggi baik negeri maupun swasta
memberikan kontribusi yang cukup baik dalam membantu Pemerintah Kota Surabaya
untuk menangani sampah.
Dari hasil data yang ada dari hampir 9000 m 3/hari timbulan sampah yang dihasilkan,
baru sekitar 15,85% jumlah sampah yang dikelola oleh kelompok individu maupun
kelompok organisasi, melalui program pengolahan komposting, dan zero waste. Bila
ditinjau dari Rencana Strategis Dinas Kebersihan dan Pertamanan bahwa keterlibatan
masyarakat diharapkan akan meningkat melalui program sosialisasi yang mempunyai
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010
III – 33
DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010
Kota Surabaya menuju kota Metropolis kedua di Indonesia, saat ini sedang menghadapi
masalah sampah kota baik yang bersumber dari rumah tangga, industri, kegiatan
perdagangan dan komersial, maupun kegiatan lainnya yang jumlahnya dari hari ke hari
semakin meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk, kegiatan dan pola
hidup masyarakat.
Berdasarkan kajian dari JICA tahun 1993 tentang pengelolaan sampah di Kota Surabaya,
diperoleh rekomendasi pengelolaan akhir sampah di Kota Surabaya yaitu: Sanitary
Landfill, incinerator, dan reklamasi pantai. Namun sistim pengelolaan sampah di Kota
Surabaya saat ini hanya mengandalkan 1 (satu) Lahan Pembuangan Akhir di Benowo
dengan hanya menggunakan teknologi Open Dumping yang dikontrol dengan cover soil
BAB 1 -
setiap 6 bulan sekali. Incinerator Keputih yang semula diharapkan dapat membantu
pengolahan sampah, sudah tidak beroperasi sejak tahun 1999.
Sampah dan pengelolaannya menjadi hal yang kian mendesak untuk ditangani, sebab
apabila tidak tertangani dengan baik akan mengakibatkan terjadinya perubahan
keseimbangan lingkungan dan pencemaran lingkungan tanah, air dan udara. Oleh karena
itu, untuk mengatasi berbagai masalah pencemaran tersebut diperlukan penanganan
dan pengendalian terhadap sampah. Penanganan dan pengendalian akan menjadi
semakin kompleks dan rumit dengan semakin kompleksnya jenis dan jumlah maupun
komposisi sampah.
Penanganan persampahan suatu kota bertujuan untuk meningkatkan sistem pengelolaan
persampahan, baik ditinjau dari aspek teknik dan manajemen, aspek pengaturan/produk
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010
III – 34
DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010
hukum, aspek pembiayaan serta aspek peran serta masyarakat, sehingga sistem tersebut
dapat dipertanggung-jawabkan, mudah dipahami dan siap diterapkan secara bertahap
sesuai dengan kemampuan Pemerintah daerah/kota setempat.
BAB 1 -
Untuk mendapatkan tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi dalam penanganan
sampah di Kota Surabaya, maka perlu pemilihan cara dan teknologi yang tepat, perlu
partisipasi aktif dari masyarakat sumber sampah berasal dan perlu dilakukan kerjasama
antar lembaga pemerintah yang terkait. Disamping itu, untuk melakukan perencanaan
penanganan sampah Kota Surabaya, diperlukan pula dukungan aspek kelembagaan,
pengaturan/hukum, aspek pembiayaan dan aspek peran serta masyarakat selain aspek
teknis operasional.
Mengantisipasi permasalahan sampah di masa yang akan datang, perlu dikaji alternatif-
alternatif pengelolaan sampah yang paling optimal bagi Kota Surabaya. Kajian dimaksud
mempertimbangkan dengan seksama kondisi dan kendala Kota Surabaya dalam
pengelolaan sampah.
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010
III – 35
DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010
Surabaya adalah kota yang terletak di wilayah pantai dan dipengaruhi oleh pasang naik-
surut air laut. Sehubungan dengan naiknya elevasi air laut sebagai dampak dari
pemanasan global maka sistem pematusan primer di Kota Surabaya penting untuk
dicermati, seperti tanggul dan pintu-pintu laut.
Sebelum membahas sistem drainase di Kota Surabaya, maka yang perlu dibahas terlebih
dahulu mengenai sungai yang melintasi Kota Surabaya dimulai dari Kali Brantas yang
mengalir melalui Kota Mojekerto. Di Kota Mojokerto Kali Brantas terbagi menjadi dua
yakni Kali Porong dan Kali Surabaya yang dimensinya lebih kecil, dan selanjutnya di
Wonokromo Kali Surabaya terpecah menjadi dua anak sungai yaitu Kali Mas dan Kali
Wonokromo. Kali Mas mengalir kearah pantai Utara melewati tengah kota sedang Kali
Wonokromo kearah pantai Timur dan bermuara di selat Madura. Sedangkan untuk aliran
banjir di hulu Kali Brantas Surabaya diatur oleh Perum Jasa Tirta melalui serangkaian
waduk penyimpanan dan bangunan pengatur. Pembagian limpasan ke Kali Porong dan
Kali Surabaya diatur oleh Bendung Mlirip dan Dam Lengkong. Kali Surabaya juga
menampung masukan dari daerah Pematusan Kali Marmoyo, Kali Watudakon dan Kali
Tengah (yang masuk ke hulu Dam Gunungsari) serta daerah pematusan Kali Kedurus.
BAB 1 -
3.4.1. Sistem Pematusan Perkotaan
Susunan sistem drainase primer untuk Kota Surabaya adalah:
Saluran pematusan primer untuk mengalirkan banjir yang berasal dari luar
Surabaya diarahkan ke laut (Kali Surabaya dan Kali Wonokromo).
Pengumpulan limpasan dari area perkotaan melalui saluran-saluran tersier,
sekunder dan primer dibantu oleh pompa-pompa drainase pada daerah yang tidak
mungkin adanya aliran secara gravitasi.
Tanggul laut dengan pintu-pintu laut untuk mencegah arus balik di saluran
pematusan primer selama pasang tinggi.
Serangkaian saluran irigasi primer dan sekunder berawal dari bangunan pengatur
Gunung Sari dan Gubeng. Untuk saat ini saluran-saluran ini memiliki fungsi ganda
dimusim hujan dengan menerima aliran dari saluran pematusan.
Wilayah drainase Surabaya Selatan dengan batas Utara sungai Wonokromo, Timur
Selat Madura, Selatan Kabupaten Sidoarjo, Barat sungai Surabaya yang terdiri dari
3 (tiga) sub-sistem yaitu Sub Sistem Wonorejo, Kebonagung dan Sub Sistem
Pebatasan.
Wilayah drainase Surabaya Timur dengan batas Utara dan Timur Selat Madura,
Selatan Kabupaten Sidoarjo, Barat Sungai Mas yang terdiri dari 8 (delapan) sub-
BAB 1 -
sistem yaitu Sub Sistem Medokan, Bratang, Kalibokor-Keputih, Kalidami, sub-
sistem Kenjeran Utara-Kedung Cowek, Kalisari-Kali Kepiting, Kenjeran dan sub-
sistem Pegirian-Tambak Sari.
Wilayah drainase Surabaya Barat dengan batas Utara Selat Madura, Timur Sungai
Mas, Selatan Kabupaten Sidoarjo, Barat Kabupaten Gresik, terdiri dari 5 (lima)
sub-sistem yaitu sub-sistem Greges, Gunungsari, Kali Kedurus, Balong dan sub-
sistem Kandangan.
Untuk selanjutnya sistem drainase surabaya dalam proses pengusulan terbagi menjadi 5
(lima) rayon berdasarkan pada batas pematusan, yakni sistem genteng, gubeng,
jambangan, wiyung dan sistem tandes. Gambaran pembagian sistem drainase di Kota
Surabaya dapat dilihat pada Gambar 3.6 dan Gambar 3.7, sedangkan luas daerah
pematusan dapat dilihat pada Tabel 3.10.
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010
III – 37
DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010
ya
Suraba
BAB 1 -
Kota
usan
Pemat
Sistem
Rayon
gian
Pemba
ar 3.6.
Gamb
aya
Surab
Kota
tusan
Pema
m
Siste
agian
Pemb
ar 3.7.
BAB 1 -
Gamb
Tabel 3.10.
BAB 1 -
A. Rayon Genteng
Rayon ini terletak pada pusat kota Surabaya. Kebanyakan aliran air permukaan di setiap
sistem pematusan mengalir ke Kali Mas dan Boezem Morokrembangan. Luas daerah
pematusan Rayon Genteng sebesar 3.841 Ha, dengan batas wilayah sebagai berikut :
Saluran pematusan di Rayon Genteng memiliki 4 (empat) Saluran Primer dan 41 Saluran
Sekunder, yang terbagi dalam 6 (enam) Sub Rayon/Sub Sistem yaitu (lihat Gambar 3.8)
yaitu :
1. Sub Sistem PA. Darmo Kali dan Ciliwung, memiliki Saluran Darmo sebagai saluran
primer dan 4 (empat) saluran sekunder;
2. Sub Sistem PA. Dinoyo dan Keputran, memiliki Saluran Kupang sebagai saluran
primer dan 6 (enam) saluran sekunder;
3. Sub Sistem Kayun / Grahadi dan PA. Kenari, memiliki 8 (delapan) saluran sekunder;
6. Sub Sistem Kali Greges, memiliki 2 (dua) Saluran Primer yaitu Saluran Greges
dengan 15 (lima belas) saluran sekunder, dan Saluran Simo dengan 8 (delapan)
saluran sekunder.
B. Rayon Gubeng
Rayon ini terletak di kawasan Timur Kota Surabaya, kebanyakan sistem pematusannya
mengalir ke laut, dan sebagian mengalir ke Kali Wonokromo dengan dibantu rumah
pompa pematusan pada saat banjir besar dan pasang laut. Bottle neck (penyempitan)
BAB 1 -
muara beberapa saluran seperti Kali Dami, Kali Bokor, yang berada dikawasan Pantai
Timur Kota Surabaya berdampak sebagai back water pada saluran sekunder dan tersier
didalam DAS sistem pematusan. Bertambah panjangnya pantai Timur (pantai oloran)
kearah laut semakin menambah landainya saluran pematusan yang berada di kawasan
Pantai TImur.
BAB 1 -
Luas daerah pematusan Rayon Gubeng sebesar 7.123 Ha, yang meliputi Surabaya
bagian timur sampai ke pantai utara, dengan batas wilayah sebagai berikut :
1. Sub Sistem Tambak Wedi – Pegirian, yang memiliki 2 (dua) saluran primer yaitu
Saluran Pegirian yang memiliki 17 (tujuh belas) saluran sekunder, dan Saluran
Tambakwedi yang memiliki 18 (delapan belas) saluran sekunder;
2. Sub Sistem Jeblokan, dengan saluran primernya yaitu Saluran Jeblokan yang
memiliki 2 (dua) saluran sekunder;
3. Sub Sistem Lebak Indah dan Tanah Kali Kedinding, dengan saluran primernya yaitu
Saluran Lebak Indah yang memiliki 12 (dua belas) saluran sekunder;
4. Sub Sistem Kenjeran, dengan saluran primernya yaitu Saluran Kenjeran yang
memiliki 7 (tujuh) saluran sekunder;
5. Kali Kepiting, dengan saluran primernya yaitu Saluran Kepiting yang memiliki 7
(tujuh) saluran sekunder;
BAB 1 -
6. Sub Sistem Kalidami, dengan saluran primernya yaitu Saluran Kalidami yang
memiliki 12 (dua belas) saluran sekunder;
7. Sub Sistem Kalibokor, dengan saluran primernya yaitu Saluran Kalibokor yang
memiliki 15 (lima belas) saluran sekunder.
ng
Gube
Rayon
tusan
Pema
m
Siste
ar 3.9.
Gamb
BAB 1 -
C. Rayon Jambangan
Rayon Jambangan ini berada pada kawasan Selatan Timur Kota Surabaya yang berada
disebelah Selatan Kali Wonokromo dan berfungsi sebagai Sistem Pengendali Banjir Kota
(Urban Flood Controle). Sistem pematusannya pada umumnya mengalir ke laut, hanya
Kali Wonorejo saja yang mengalir ke Kali Wonokromo dengan bantuan rumah pompa
pematusan dan boezem serta mengalir ke laut. Luas daerah pematusan Rayon
Jambangan sebesar 7.421 Ha, yang meliputi Surabaya bagian selatan sampai ke pantai
timur, dengan batas wilayah sebagai berikut (lihat Gambar 3.10) :
Saluran pematusan di Rayon Jambangan memiliki 6 (enam) Saluran Primer dan 100
(seratus) Saluran Sekunder, yang terbagi dalam 6 (enam) Sub Rayon / Sub Sistem yaitu:
1. Sub Sistem Kali Mir / Bendul Merisi, memiliki 1 (satu) saluran sekunder;
2. Sub Sistem Kali Sumo / Bratang, dengan saluran primernya yaitu Saluran Kali Sumo
yang memiliki 4 (empat) saluran sekunder;
BAB 1 -
3. Sub Sistem Medokan Semampir, yang memiliki 17 (tujuh belas) saluran sekunder;
4. Sub Sistem Wonorejo Rungkut, dengan saluran primer yaitu Saluran Wonorejo
yang memiliki 31 (tuga puluh satu) saluran sekunder, dan Saluran Rungkut yang
memiliki 6 (enam) saluran sekunder;
5. Sub Sistem Kali Kebonagung, dengan saluran primernya yaitu Saluran Kebonagung
yang memiliki 14 (empat belas) saluran sekunder;
6. Sub Sistem Kali Perbatasan, dengan saluran primernya yaitu Saluran Perbatasan
yang memiliki 27 (dua puluh tujuh) saluran sekunder.
ngan
Jamba
Rayon
usan
Pemat
m
Siste
3.10.
ar
Gamb
BAB 1 -
D. RAYON WIYUN
Sebagian besar sistem pematusan di wilayah Rayon Wiyung ini di dominasi oleh Kali
Kedurus yang melintasi batas Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik. Oleh sebab itu,
wewenang pengelolaan kali ini berada dibawah Dinas Pengairan Provinsi Jatim. Kali
Kedurus mengalir ke Kali Surabaya dengan bantuan rumah pompa dan boezem Kali
Kedurus. Perkembangan kawasan terbangun pada Rayon Wiyung disebelah Utara dan
Selatan Jalan Raya Menganti sangat pesat, hal ini ditandai dengan banyaknya real estat di
wilayah tersebut, khususnya kawasan Citraland. Luas daerah pematusan Rayon Wiyung
sebesar 7.290,27 Ha, yang meliputi Surabaya bagian tengah, selatan sampai ke barat,
dengan batas wilayah sebagai berikut (lihat Gambar 3.11) :
Sebelah Utara : Rayon Tandes;
Sebelah Timur : Kali Surabaya dan Rayon Jambangan;
Sebelah Selatan : Kali Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo;
Sebelah Barat : Kabupaten Gresik.
Saluran pematusan di Rayon Wiyung terdiri dari Sistem Pematusan Kali Kedurus dan
Saluran Karang Pilang sebagai saluran primer. Pada wilayah Rayon Wiyung ini, khususnya
pada sistem pematusan Kedurus terdapat beberapa boezem dan Waduk yaitu :
1. Boezem Kedurus : di Dukuh Kedurus;
2. Kompleks Marinir : di Balas Klumprik;
BAB 1 -
3. Pondok Maritim : di Kompleks Perumahan Pondok Maritim;
4. Sumur Welut : di Sumur Welut;
5. Pondok Manggala : di Sumur Welut;
6. Bangkingan : di Sumur Welut;
7. Babadan : di Babadan;
8. Citra Raya : Perumahan Citra Raya;
9. Pakuwon : Perumahan Pakuwon;
10. Lidah Wetan : Lidah Wetan;
11. Randengan Timur : Kabupaten Gresik;
12. Randengan Tengah : Kabupaten Gresik;
13. Tambak Watu Timur : Kabupaten Gresik;
14. Tambak Watu Tengah : Kabupaten Gresik.
ng
Wiyu
Rayon
tusan
Pema
m
Siste
3.11.
ar
Gamb
BAB 1 -
E. Rayon Tandes
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010
III – 48
DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010
Rayon ini berada pada kawasan Barat-Utara Kota Surabaya. Seperti halnya Rayon Wiyung
perkembangan kawasan terbangun di Rayon Tandes sangat pesat, yang ditandai dengan
banyaknya pengembang real estat yang berkaliber nasional seperti PT. Ciputra, PT.
Dharmala, PT. Pakuwon. Hal tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap sistem
pamatusan yang ada di wilayah Rayon Tandes. Salah satu saluran primer di wiayah Rayon
Tandes ini adalah Saluran primer Gunungsari. Awalnya, saluran ini adalah saluran irigasi
dan telah berubah fungsi menjadi pematusan. Outlet saluran Gunungsari terdapat pada :
2. Pintu air Kali Simo (eks pintu air irigasi dan siphon);
Daerah pematusan Rayon Tandes memiliki luas sebesar 10.721,19 Ha, yang meliputi
Surabaya bagian tengah, barat sampai ke utara, dengan batas wilayah sebagai berikut
(lihat Gambar 3.12) :
BAB 1 -
Sebelah Selatan : Rayon Wiyung;
1. Sub sistem Pematusan Kali Anak, dengan saluran primer Kali Anak;
2. Sub sistem Pematusan Kali Krembangan, dengan saluran primer Kali Krembangan;
3. Sub sistem Pematusan Saluran Gunungsari – Kali Simo dan Rencana High Level
Diversion (HLD), dengan saluran primer yaitu Rencana HLD dan Saluran Gunungsari
Balong yang memiliki 6 (enam) sekunder;
4. Sub sistem Pematusan Saluran Margomulyo, dengan saluran primer yaitu Saluran
Margomulyo;
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010
III – 49
DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010
5. Sub sistem Pematusan Saluran Kali Balong, dengan saluran primer yaitu Kali
Balong, Saluran Gunungsari (timur) – Balong, dan Saluran Gunungsari (barat) –
Balong yang memiliki 6 (enam) saluran sekunder;
6. Sub sistem Pematusan Saluran Kali Kandangan, dengan saluran primer yaitu Kali
Kandangan, Saluran Gunungsari (timur) – Kandangan, dan Saluran Gunungsari
(barat) – Kandangan yang memiliki 5 (lima) saluran sekunder;
7. Sub sistem Pematusan Saluran Kali Sememi, dengan saluran primer yaitu Kali
Sememi, Saluran Gunungsari (timur) – Sememi, dan Saluran Gunungsari (barat) –
Sememi yang memiliki 2 (dua) saluran sekunder;
8. Sub sistem Pematusan Saluran Gunungsari – Kali Lamong, dengan saluran primer
Saluran Gunungsari – Kali Lamong yang memiliki 1 (satu) saluran sekunder yaitu
Saluran Benowo;
BAB 1 -
es
Tand
n
Rayo
tusan
Pema
m
Siste
3.12.
ar
Gamb
BAB 1 -
3.4.2 Boezem
Kolam penampungan banjir bagian hilir (boezem), didesain untuk menampung air
limpasan selama debit besar berlangsung bila tidak bisa dibuang langsung ke laut karena
air laut pasang. Pada prakteknya, bila terletak di sebelah hilir dari kawasan perkotaan,
boezem akan cenderung berfungsi sebagai kolam pengendapan yang besar dimana
semua sampah dan sedimen yang dibawa aliran banjir akan terkumpul. Tanpa
pemeliharaan yang teratur kolam-kolam tersebut akan penuh dengan sedimen dan
sampah busuk yang mengeluarkan bau tidak sedap. Oleh karena itu, boezem ini sering
mengganggu lingkungan orang yang tinggal disekitarnya. Penyebaran lokasi Boezem di
Kota Surabaya dapat dilihat pada Tabel 3.11 dan Gambar 3.13.
BAB 1 -
ya
Suraba
di Kota
Waduk
m dan
Boeze
Lokasi
r 3.13.
BAB 1 -
Gamba
Tabel 3.11
Lokasi Boezem di Kota Surabaya
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010
III – 53
DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010
LUAS
No. LOKASI RAYON DAERAH PELAYANAN
(Ha)
Boezem
1. Genteng 80,50 Sal. Greges
Morokrembangan
2. Boezem Kalidami Gubeng 2,70 Sal. Kalidami
3. Boezem Bratang Jambangan 3,00 Kali Sumo/Bratang
4. Boezem Rungkut Industri Jambangan 16,00 Sal. Kebon Agung
Boezem Wonorejo –
5. Jambangan 10,00 Sal. Wonorejo-Rungkut
Rungkut
6. Boezem Kedurus Wiyung
7. Boezem Komplek Marinir Wiyung
8. Boezem Sumur Welut Wiyung
9. Boezem Citra Raya Wiyung
10. Boezem Graha Family Wiyung
Sumber : SDMP Tahun 2018 dan Review SDMP 2008.
Untuk melindungi daerah rendah di pesisir dari genangan air selama pasang tertinggi,
dibangun tanggul laut dengan pintu laut pada saluran saluran pematusan primer. Agar
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.12 Lokasi Pintu Air Laut (PAL), Rayon dan
Kondisinya.
BAB 1 -
Sistem drainase internal telah dikembangkan dalam beberapa tahun ini untuk
melindungi kawasan perkotaan yang rendah dari banjir lokal, yaitu dengan membangun
rumah-rumah pompa pematusan. Sampai sekarang terdapat 32 rumah pompa yang
melayani Kota Surabaya. Lebih jelasnya untuk jumlah rumah pompa dan lokasinya dapat
dilihat pada Tabel 3.13 dan Gambar 3.14.
BAB 1 -
aya
Surab
Kota
pa
pom
ah
Rum
um
Stasi
3.14.
bar
BAB 1 -
Gam
Saluran sebagaimana jaringan irigasi pada umumnya, mempunyai kapasitas yang paling
besar di bangunan utama untuk memenuhi kebutuhan pengairan dan berkurang
dimensinya pada bagian hilir karena air telah masuk ke saluran sekunder dan tersier.
Pada sistem jaringan irigasi Gunungsari rute saluran mengikuti garis kontur dengan
kemiringan kecil. Dataran yang lebih tinggi terdapat di sebelah atas saluran dahulu yang
belum berkembang. Limpasan air dari daerah ini kemungkinan banyak ditahan oleh
tumbuh-tumbuhan dan daerah yang lebih rendah. Namun kondisi saat ini telah berbeda.
Dataran yang lebih tinggi dari saluran telah mengalami banyak perubahan dengan
adanya pengembang permukiman baru. Limpasan dari perkotaan baru ini menyebabkan
arus yang cepat di saluran pematusan dan masuk ke saluran Gunungsari, yang seringkali
meluap dan membanjiri daerah perumahan berkepadatan tinggi di sekitar saluran.
Keadaan menjadi lebih parah di bagian hilir, di mana kapasitas saluran tidak mencukupi.
Jaringan saluran lainnya mengalir dari Kali Mas kearah Timur, termasuk di antaranya
saluran Jeblokan, Kali Kepiting, Kali Dami dan Kali Bokor, yang mengalir melalui daerah
yang sangat datar. Pada mulanya saluran-saluran tersebut mengairi lahan sawah dan
tambak ikan di sepanjang pesisir pantai. Sekian tahun berselang, terjadi perubahan
penggunaan lahan, akan tetapi saluran tersebut masih ada hingga sekarang. Setelah
terbitnya rekomendasi IUIDP tahun 1992, beberapa saluran diubah menjadi saluran
pematusan dengan cara penggalian kembali ke elevasi yang lebih rendah dan
membangun plengsengan, seperti Kalibokor/Menur tahun 1997/1998. Hal ini telah
menghasilkan saluran yang lebih rendah tanpa tanggul tanah yang bisa menerima
BAB 1 -
pemasukan aliran pematusan dari daerah yang berdekatan. Akan tetapi sambungan yang
diperlukan dari saluran pematusan tersier dan sekunder sering masih belum ada,
sehingga masalah drainase setempat masih tetap ada.
Genangan yang terjadi di kota Surabaya pada tahun 2007 adalah seluas 3.481,48 ha,
angka ini telah jauh berkurang dibandingkan pada tahun 1999 - 2000 yang mencapai
5.418,74 ha. Artinya, terjadi pengurangan kawasan banjir yang cukup signifikan yaitu
sebesar 1.937,26 Ha (35,75%). Sebagian besar genangan yang terjadi di kota Surabaya
disebabkan oleh meluapnya saluran Gunungsari (eks saluran irigasi) yang membentang
sepanjang 20 km dari Selatan ke Barat kota, yang kemudian meluap ke sistem pematusan
PA Darmokali, PA Kupang/Dinoyo dan kali Greges. Dampak genangan banjir
Berdasarkan hasil studi SDMP 2018 kawasan banjir paling utama Kota Surabaya dapat
dilihat pada Tabel 3.14, sedangkan berdasarkan hasil evaluasi terakhir untuk sistem
pematusan Kali Kalidami banjir sudah berkurang karena adanya penambahan rumah
pompa di hilir boezem Kalidami.
Tabel 3.14
Rangking Sub-Catchment Area
Dengan Tingkat Genangan Terluas (> 100 Ha)
NAMA SUB TOTAL LUAS PROSENTASE
Rangking CATCHMENT Genangan L GENANGAN
AREA Cactment A (Ha) (%)
(Ha)
BAB 1 -
11. Kali Kebonagung 542 133 24,5
12. PA. Darmokali 261 132 50,6
13. Kali Sumo 347 124 35,7
14. PA. Dinoyo 236 105 44,4
ya
Suraba
aya
Kota
Surab aya
an Di
Kota Surab
Genang
gan Di Kota
n
Genan Di
Kawasa
an ngan
Luas
Kawas Gena
an
BAB 1 -
3.15.
r Lama
Gamba
3.16. Kawas
ar Tinggi
Gamb 3.15
ar
Gamb
Pada umumnya daerah genangan yang terjadi pada sistem pematusan di Kota Surabaya
ini disebabkan oleh :
1. Kapasitas saluran irigasi tidak cukup karena belum diubah menjadi saluran
pematusan kota, terutama Saluran Gunungsari;
2. Tidak lengkapnya sistem drainase, dimana aliran tidak dapat mencapai saluran
pematusan primer;
7. Pompa dan pintu air yang tidak beroperasi karena kerusakan yang tidak diperbaiki,
atau kerusakan mendadak peralatan mekanikal dan elektrikalnya pada saat hujan.
BAB 1 -
Penduduk Kota Surabaya sampai dengan saat ini memanfaatkan air tanah, air PDAM dan
air permukaan sebagai sumber air bersih. Sistem penyediaan air bersih yang ada saat ini
di Kota Surabaya tahun 2009, meliputi sistem non perpipaan/individual yang dikelola
oleh masyarakat atau rumah tangga dan sistem perpipaan yang dikelola oleh PDAM dan
Swasta. Gambaran umum secara jelas tentang sistem air bersih Kota Surabaya dapat
dilihat dalam Tabel 3.15. Sistem non perpipaan, dengan sumber air baku yang berasal
dari air tanah dengan cara pemanfaatan melalui penggunaan sumur gali (SGL) dan sumur
pompa tangan (SPT) serta sistem perpipaan yang dikelola oleh PDAM dan swasta. Sistem
perpipaan yang dikelola oleh PDAM mempunyai instalasi sebanyak 6 unit, yaitu Ngagel I
dengan debit 1.593 lt/det, Ngagel II = 797 lt/det , Ngagel III = 1.731 l/dt, Karangpilang I =
1.339 l/dt, Karangpilang II = 2.497 l/dt dan mata air 318 lt/det serta sistem perpipaan
yang dikelola oleh Citraland mempunyai satu unit instalasi dengan debit terpasang 160
l/dt.
Tabel 3.15
Gambaran Umum Sistem Penyediaan Air Bersih kota Surabaya Tahun 2009
SISTEM
NO URAIAN SAT. SISTEM NON PERPIPAAN
PERPIPAAN
1 Pengelola - Masyarakat/Rumah Tangga PDAM
2 Cakupan Pelayanan % pddk. 3.54 % 60.66 %
3 Sumber Air Baku - - Air Tanah : 3.54 %
- Mata Air = 0 %
- Sumur Gali = 2.89 %
- Sumur Pompa Tangan =
0,65-%
4 Produksi
- Kapasitas Terpasang l/dt
8,830
- Kapasitas Produksi l/dt
7,295
5 Jumlah Sambungan
- Sambungan Domestik unit
362,267
- Sam. Non Domestik unit
35,235
6 Jam Operasi Pelayanan Jam/hr 24
7 Kehilangan air % 34.35
(Sumber: PDAM Surabaya 2009)
Pada daerah rawan air di Kota Surabaya sebagian besar penduduknya menggunakan
sumber air tanah tetapi dalam jumlah yang kurang mencukupi dan kurang memenuhi
syarat kesehatan air minum dan sanitasi lingkungan. Kondisi air tanah yang ada pada
umumnya asin kecuali pada daerah disepanjang Kali Mas dan Kali Surabaya. Parameter
kelayakan air tanah di Kota Surabaya dapat dilihat pada Tabel 3.16.
Berdasarkan evaluasi data air tanah bebas dan tertekan serta debit mata air maka
potensi air tanah di wilayah Surabaya dapat dibedakan menjadi 5 (lima) potensi air
tanah, untuk lebih jelasnya potensi air tanah di Kota Surabaya dapat dilihat pada Tabel
BAB 1 -
3.17.
Sistem penyediaan air bersih non perpipaan yang dikelola oleh masyarakat/rumah
tangga, dengan sumber air baku air tanah baik dengan cara pemanfaatan melalui
BAB 1 -
penggunaan sumur gali, Sumur Pompa Tangan (SPT), kemasan serta sumur bor, sebagian
besar tidak memenuhi syarat kesehatan, ini berdasarkan hasil pemeriksaan Dinas
Kesehatan Kota Surabaya pada awal tahun 2008, hasil pemeriksaan tersebut dapat
dilihat pada Tabel 3.18 dan Gambar 3.18 - Gambar 3.20 untuk pemenuhan kebutuhan
penduduk akan air minum dengan menggunakan sumur gali di Kota Surabaya.
Gambar 3.18.
Sumur Gali Penduduk (SGL) Kota Surabaya Konstruksi Base Beton
Gambar 3.19.
Sumur Gali Penduduk (SGL) Pengambilan Dengan Ember
Gambar 3.20.
BAB 1 -
Sumur Gali Penduduk (SGL) Pengambilan Dengan Pompa
Data Nopember 2010 ± 71.67 % penduduk Kota Surabaya terlayani sambungan air
minum oleh PDAM, kebutuhan pelanggan bervariasi menurut tingkat pendapatannya.
BAB 1 -
ya
Suraba
Kota
Bersih
Air
iaan
Penyed
Sistem
3.18
Tabel
Semakin tinggi pendapatan semakin tinggi pula kebutuhan akan air bersih, sesuai
dengan pola dan gaya hidup. Untuk saat ini pipa distribusi PDAM sudah menjangkau
seluruh wilayah Surabaya, kecuali Surabaya Barat, sebagian kecil wilayah Surabaya Timur
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010
III – 65
DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010
dan sebagian kecil di Wilayah Surabaya Selatan. Untuk lebih jelasnya jumlah
pelanggan/sambungan PDAM dapat dilihat pada Tabel 3.19 dan Gambar 3.21 Jaringan
Pipa PDAM Kota Surabaya.
BAB 1 -
3.5.5.2. Air Permukaan
Kondisi saat ini Sungai Surabaya dan Sungai Wonokromo adalah penyedia air baku untuk
PDAM Surabaya. Meskipun kuantitas kedua sungai masih cukup memadai tetapi Sungai
Surabaya yang membelah Kota Surabaya dibagian Selatan dan mengalir dari Barat ke
Timur, kondisinya saat ini sudah menurun kualitasnya akibat buangan limbah rumah
tangga dan industri di sepanjang badan sungai. Sedangkan Sungai Wonokromo
merupakan cabang sungai dari Sungai Surabaya, dimana kualitasnya juga sudah
tercemari limbah rumah tangga. Sungai Surabaya disadap oleh IPA Karang Pilang (1990),
sedangkan Sungai Wonokromo, tepatnya di Dam Jagir diletakkan intake IPA Ngagel
(1992).
Tabel 3.19
Jumlah Pelanggan pada setiap kawasan Subzona Kota Surabaya
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010
III – 66
DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010
BAB 1 -
Surabaya
Kota
PDAM
Pipa
Jaringan
Peta
3.21.
BAB 1 -
Gambar
Jaringan pipa distribusi Kota Surabaya dibagi menjadi 2 (dua) area yaitu Surabaya Barat
dan Surabaya Timur yang dipisahkan oleh Kali Mas. Untuk pengoperasiannya area Timur
dibagi menjadi 7 (tujuh) bagian operasional dan area Barat dibagi menjadi 20 (dua
puluh) bagian operasional berdasarkan kepadatan penduduk dan panjang jaringan
perpipaannya. Untuk menunjang kelancaran distribusi, maka Kota Surabaya dibagi
menjadi 5 (lima) zone distribusi yang berdasarkan trend perkembangan, penduduk dan
BAB 1 -
kebutuhan air. Ada 5 (lima) buah ground reservoir yang tersedia untuk mengatasi
kebutuhan puncak. Agar lebih jelasnya jumlah dan kapasitas Reservoir PDAM Kota
Surabaya dapat dilihat pada Tabel 3.21
BAB 1 -
- Jarak dr pelayanan : 9.900 meter
• Sistem Pengambilan Air : Intake
- Lokasi Intake : Desa Cangkir
- Jarak : 9.900 meter
- Sistem Transmisi : Pemompaan
- Jenis pipa Transmisi : Pipa Steel
- Panjang & dia. Pipa : 9.900 meter
• Sistem Pengolahan : Pengolahan Lengkap
- Kapasitas Terpasang : 160 liter/dt
- Kapasitas Produksi : 100 liter/dt
- Produksi Saat Ini : 100 liter/dt
- Jam Operasi : 18 jam/hari
• Sistem Pendistribusian : Pemompaan
- Reservoir : 1 unit, kapasitas 175 m³.
- Pipa utama PVC : diameter 12 inch
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010
III – 70
DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010
Total Pelayanan 2.700 rumah atau 100 % dari jumlah penduduk saat ini, dengan daerah
pelayanan kawasan perumahan Citraland dan sistem pelayanan dilakukan melalui
sambungan rumah ( SR ) untuk pemenuhan domestik dengan jam operasi pelayanan 18
jam / hari.
BAB 1 -
Air minum dengan membentuk : Kawasan Zona Air Minum Prima (ZAMP) di
Pakuwon City dan Kran Air Siap Minum (KASM) di beberapa lokasi.
B. Kontinuitas Air
Belum seluruhnya masyarakat mendapatkan air 24 jam
Pada bulan Mei 2010 diresmikan pengoperasian IPAM Karang Pilang III
dengan kapasitas sebesar 2.000 liter/detik. Dengan dioperasikannya IPAM
Karang Pilang III ini diharapkan seluruh pelanggan mendapatkan air 24 jam
dan dapat melayani lebih kurang 150.000 pelanggan baru.
3.5.10. Peran Serta Masyarakat dan Jender dalam Penyediaan Air Minum
Menghemat pemakaian air dengan menggunakan air sebatas kebutuhan.
Memeriksa instalasi pipa air di rumah mungkin ada yang tersumbat atau bocor.
Tidak menggunakan pompa air secara langsung.
Menggunakan tandon air sebagai penampung dan pengontrol kebutuhan air
keluarga
Menjaga kebersihan Kali Surabaya dan sumber air dengan tidak membuang
sampah ke kali.
BAB 1 -
Sumber limbah B3 lainnya adalah rumah tangga. Berbagai jenis buangan yang berasal
dari produk yang dipergunakan untuk keperluan rumah tangga, baterai, produk
elektronik, produk otomotif dan sebagainya. Di negara maju, telah ada peraturan yang
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010
III – 72
DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010
Tabel 3.24. Pengolahan Limbah B3 dari Rumah Sakit dan Laboratorium Medis
Rumah Sakit /
Pengolahan Yang
No Laboratorium Limbah B3
dilakukan
Medis
RS. Dr. Soetomo Limbah padat medis dari Diinsinerasi di RS. Dr.
kegiatan instansi rawat inap Soetomo
dan rawat jalan.
RS. Husada utama Limbah padat dan cair dari Limbah padat diinsinerasi
kegiatan operasi, instalasi di RS. Haji.
rawat inap dan rawat jalan
Limbah Cair diolah di IPAL
BAB 1 -
RS Husada Utama.
RS. Gotong Royong Limbah Padat dari kegiatan Diinsinerasi di RS. Dr.
operasi Soetomo
Permata Soewandhie
6. RS. Marinir Limbah padat dan cair dari Langsung dibuang pada
Gunung Sari kegitan operasi, bak sampah
laboratorium, perawatan,
poli dan radiologi.
8. RS. Ibu dan Anak Limbah padat dari kegiatan Dibakar dilokasi
medis menggunakan tungku
pembakaran manual
BAB 1 -
Melania
Cucian alat bekas operasi Langsung ke tangki septic
14. RS. Al-Irsyad Jarum suntik, spet, kasa, Diolah pihak ketiga
pembalut, limbah radiologi,
alat bekas operasi
15. RSAU. Soemitro Jarum suntik spet, limbah Diolah pihak ketiga
rasiologi
18. Lab. Klinik Ksatria Spet, jarum, kapas Diolah oleh klinik medika
BAB 1 -
21. Lab. Medis ketupa Spet, jarum Dibakar manual
25. Lab. Klinik Biogen Spet, Kapas, darah Diinsinerasi di RS. Dr.
Soetomo
Dari hasil pemantauan Tim Konsultan RPIJM Tahun 2007 seperti yang tercantum pada
Tabel 3.24. Diketahui bahwa rumah sakit yang sudah memiliki fasilitas pemusnahan
limbah B3 berupa insinerator adalah RS. Dr. Soetomo.
BAB 1 -
kegiatan.
3.7.2. Pembiayaan
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Surabaya
Tahun Anggaran 2010
III – 76
DRAFT BUKU PUTIH SANITASI KOTA SURABAYA 2010
Berdasarkan peraturan keuangan yang berlaku (UU 17/2003 tentang Keuangan Negara)
surplus anggaran ditetapkan sebagai salah satu sumber dana yang digunakan sebagai
alternatif pembiayaan pembangunan.
Penerimaan pembiayaan mencakup
a. SiLPA Tahun Anggaran sebelumnya
b. Pencairan Dana Cadangan
c. Hasil Pendahuluan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
d. Penerimaan Pinjaman Daerah
e. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman
f. Penerimaan Piutang Daerah
BAB 1 -
bisa berasal dari Bank Pemerintah. Bank Komersial, Pemerintah Pusat atau Pinjaman
Luar Negeri. Namun untuk melalkukan pinjaman harus benar-benar dikaji lebih dahulu
kemampuan pemerintah daerah dalam memenuhi kewajiban yang berkaitan dengan
pinjaman tersebut berupa pembayaran bunga dan pokok pinjaman sesuai dengan
jumlah dan jadwal yang ditentukan.
Untuk mengetahui besarnya kemampuan daerah untuk melakukan pinjaman Pemerintah
perlu dilihat kapasitas fiskal dari daerah yang bersangkutan yang memberikan gambaran
kemampuan keuangan daerah tidak termasuk dana alokasi khusus, dana darurat, dana
pinjaman lama dan penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk membiayai
pengeluaran tertentu) untuk membiayai tugas pemerintahan setelah dikurangi belanja
pegawai dan dikaitkan dengan jumlah penduduk miskin.
Selain itu dalam mengajukan pinjaman harus diseleksi lebih dahulu usulan-usulan mana
yang memenuhi syarat untuk didanai dengan pinjaman, yaitu yang mempunyai sifat cost
recovery atau menghasilkan penerimaan. Sektor sanitasi adalah sektor yang mempunyai
sifat cost recorvery, sehingga memungkinkan untuk memanfaatkan sumber tersebut
apabila diperlukan.
Untuk melihat kapasitas fiskal daerah tersebut dapat diacu pada Peraturan Menteri
Keuangan No. 224/PMK.07/2008 tentang kapasitas fiskal daerah. Pengelompokan indeks
kapasitas fiskal daerah dibagi atas;
a. Daerah yang indeks kapasitas fiskalnya lebih dari atau sama dengan 2 (indeks>2)
merupakan Daerah yang termasuk ategori Kapasitas Fiskal sangat tinggi.
b. Daerah yang indeks kapasitas fiskalnya antara lebih dari atau sama dengan I
sampai kurang dari 2 (1 <indeks <2) merupakan Daerah yang termasuk kategori
kapasitas Fiskal tinggi.
c. Daerah yang indeks kapasitas fiskalnya antara lebih dari 0,5 sampai kurang dari 1
(0,5 <indeks <1) merupakan Daerah yang termasuk kategori kapasitas Fiskal
sedang dan.
d. Daerah yang indeks kapasitas fiskalnya kurang lebih atau sama dengan 0,5 (indeks
< 0,5) merupakan Daerah yang termasuk kategori kapasitas Fiskal rendah.
BAB 1 -
Kota surabaya memiliki indeks kapasitas fiskal sebesar 0,7038 dan merupakan daerah
yang termasuk dalam kapasitas fiskal sedang sehingga dimungkinkan untuk melakukan
pinjaman.
Program pembangunan strategi yang disusun adalah untuk periode tahun 2009 - 2013,
Untuk mendapatkan gambaran kemampuan keuangan daerah pada periode tersebut
dibuat proyeksi keuangan daerah, baik dari segi pendapatan maupun pengeluaran
(belanja).
Tabel 3.27. Proyeksi Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Surabaya (dalam Rp juta)
BAB 1 -