You are on page 1of 27

Laporan Kasus

ABORTUS INKOMPLITUS

Disusun oleh :

Annisa Islamiyah Putri Pebrianty


Devira Rifqi Ramadhan
Dyah Astrid Rismawita Lubis
Elva Katharina Simamora Septiyani Nanda Hariswan
Fadel Al Habsy Wahyu Permata Lisa
M. Aulia Akmal Yesi Yulia Wardani
Nurul Hasanah Surury Yulia Rahmawati
Yunita Aria Ningsih

Pembimbing :
dr. Ruza P. Rustam, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARIFIN ACHMAD
PEKANBARU
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Perdarahan merupakan salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan,
yang dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Perdarahn pada kehamilan muda,
sering dihubungkan dengan abortus, miscarriage, dan early pregnancy loss.1
World Health Organization (WHO) melaporkan terdapat 210 kematian
wanita tiap 100.000 kelahiran hidup akibat komplikasi kehamilan dan persalinan
pada tahun 2013, dan jumlah total kematian wanita adalah 289.000 kematian.
Jumlah ini menurun sebesar 45% bila dibandingkan tahun 1993 di mana Maternal
Mortality Rate (MMR) pada tahun tersebut sebesar 380 dan jumlah kematian
wanita 523.000. Negara berkembang memiliki jumlah MMR empat belas kali
lipat lebih tinggi dibandingkan negara maju. Berdasarkan survei terakhir tahun
2012 yang dilakukan oleh Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI),
AKI menunjukkan kenaikan dari 228 di tahun 2007 menjadi 359 kematian ibu
per 100.000 kelahiran hidup di tahun 2012.2
Abortus didefinisikan sebagai suatu ancaman atau pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan, batasannya adalah usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Abortus
yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan. Abortus provokatus
adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu dengan disengaja. Abortus
terapeutik ialah abortus provokatus yang dilakukan atas indikasi
medik.1Berdasarkan aspek klinisnya, abortus spontan dibagi menjadi beberapa
kelompok, yaitu abortus imminens (threatened abortion), abortus insipiens
(inevitable abortion), abortus inkomplit, abortus komplit, missed abortion, dan
abortus habitualis (recurrent abortion), abortus infeksiosus, dan abortus septik.1,3
Abortus iminens adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan sebelum
20 minggu tanpa disertai keluarnya hasil konsepsi dan dilatasi uterus. Reproduksi
manusia relatif tidak efisien, dan abortus adalah komplikasi tersering pada
kehamilan, dengan kejadian keseluruhan sekitar 15% dari kehamilan yang
ditemukan.3,4Angka kejadian abortus sangat tergantung kepada riwayat obstetri
terdahulu, dimana kejadiannya lebih tinggi pada wanita yang sebelumnya

2
mengalami keguguran daripada pada wanita yang hamil dan berakhir dengan
kelahiran hidup.4
Prevalensi abortus juga meningkat dengan bertambahnya usia, dimana pada
wanita berusia 20 tahun adalah 12%, dan pada wanita diatas 45 tahun adalah 50%.4
Delapan puluh persen abortus terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan.3
Insiden abortus spontan secara umum pernah disebutkan sebesar 10% dari
seluruh kehamilan. Angka tersebut berasal dari data-data dengan sekurang-
kurangnya ada 2 hal yang selalu berubah, yaitu kegagalan untuk mengikutsertakan
abortus dini yang karena itu tidak diketahui, dan pengikutsertaan abortus yang
ditimbulkan secara ilegal serta dinyatakan sebagai abortus spontan. Abortus
iminens sendiri merupakan salah satu bentuk klinis dari abortus spontan maupun
sebagai komplikasi dari abortus provokatus kriminalis ataupun medisinalis. Insiden
abortus inkompit sendiri belum diketahui secara pasti namun yang penting
diketahui adalah sekitar 60% dari wanita hamil yang mengalami abortus
inkomplit memerlukan perawatan rumah sakit akibat perdarahan yang terjadi.1,2,3
Abortus iminens dapat berujung pada abortus inkomplet yang memiliki
komplikasi yang dapat mengancam keselamatan ibu karena adanya perdarahan
masif yang bisa menimbulkan kematian akibat adanya syok hipovolemik apabila
keadaan ini tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Seorang ibu hamil
yang mengalami abortus inkomplit dapat mengalami guncangan psikis, tidak hanya
pada ibu namun juga pada keluarganya, terutama pada keluarga yang sangat
menginginkan anak.
Para pelayan kesehatan dirasa sangat penting untuk mengetahui lebih dalam
tentang abortus iminens agar mampu menegakkan diagnosis dan kemudian
memberikan penatalaksanaan yang sesuai dan akurat, serta mencegah komplikasi.

3
BAB II

ILUSTRASI KASUS

2.1 INDENTITASPENDERITA

Nama : Ny. S Nama suami : Tn. A


Umur : 40tahun Umur : 53 tahun
Pendidikan : SMA Pendidikan :SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Supir
Agama : Islam Agama : Islam
Alamat : Perum. Alya, Tampan
No. MR : 992644

2.2 ANAMNESIS
Pasien datang ke VK IGD RSUD AA Pekanbaru pada tanggal 30
Juli 2018 pukul 13:55 WIB, dengan keluhan keluar darah dari kemaluan.

2.2.1 Keluhan Utama:


Keluar darah dari kemaluan.

2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang ke VK IGD RSUD Arifin Achmad dengan


keluhan keluar darah dari kemaluan sejak 3 jam SMRS. Darah yang
keluar dari kemaluan berwarna merah kehitaman dan disertai dengan
gumpalan darah. Pasien mengatakan mengganti pembalut 3-4 kali
selama keluar darah dari kemaluan. Selain itu pasien juga mengatakan
melihat gumpalan darah seperti jaringan. Pasien juga mengeluhkan
adanya nyeri perut yang dirasakan semakin hebat yang disertai dengan
keluhan mual dan muntah.

Pasien mengaku HPHT 7 April 2018, kemudian pasien


melakukan pemeriksaan tes packdan didapatkan hasil positif. Pasien
sebelumnya tidak pernah melakukan pemeriksaan untuk

4
kehamilannya. Pasien juga tidak mengkonsumsi suplemen atau vitamin
baik sebelum maupun saat kehamilan ini.

Pasien mengatakan pernah datang ke tukang urut 2 bulan yang


lalu sebanyak 1 kali. Kemudian pasien mengatakan diurut pada
bagian perutnya, tetapi pada saat itu tidak keluhan keluar darah dari
kemaluan. Riwayat terjatuh (-), riwayat mengangkat benda berat (-) ,
riwayat keputihan (-), dan riwayat minum jamu-jamu(-).

Selama hamil pasien tidak menderita hipertensi, diabetes


melitus, asma, penyakit jantung, demam ataupun perdarahan,
keputihan dalam jumlah banyak tidak ada.
2.2.3 Riwayat Haid:

Menarche usia 13tahun, teratur setiap bulan, selama 5-6 hari, 2-3
kali ganti pembalut per hari, nyeri haid (-). Sejak 1 tahun yang lalu setelah
KB, haid hanya sedikit, 2-3 hari setiap siklus.
2.2.4 Riwayat Perkawinan:

Menikah 1 kali, pada tahun 2002usia24 tahun.


2.2.5 Riwayat Persalinan

G4P3A0H3
1) Anak pertama lahir tahun 2003, laki-laki, lahir secara SC, 3000
gram, hidup
2) Anak kedua lahir tahun 2006, laki-laki, lahir spontan di bidan, 3000
gram, hidup
3) Anak ketiga lahir tahun 2009, laki-laki, lahir spontan di bidan, 3000
gram, hidup
4) Hamil saat ini
2.2.6 Riwayat Pemakaian Kontrasepsi:

2015-2016 : KB jenis suntik.

Februari 2017- Juni 2017 : KB pil

5
2.2.7 Riwayat Penyakit Dahulu:

Riwayat Hipertensi (-), DM (-), Penyakit jantung (-), Asma(-),


Alergi(-).
2.2.8 Riwayat Penyakit Keluarga:

Riwayat Hipertensi (-), DM (-), Penyakit jantung (-), Asma(-),


Alergi(-)
2.2.9 Riwayat Operasi Sebelumnya:

SC 1 kali, pada tahun 2003.

2.2.10 Riwayat Sosial:

Pasien seorang ibu rumah tangga dan suami bekerja sebagai


supir.Pasien jarang mengkonsumsi sayur dan buah-buahan atau
vitamin dan suplemen saat sebelum maupun selama masa kehamilan.

PRIMARY SURVEY
Airway : Clear

Breathing : 20x/menit

Circulation :

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 84x/menit

Disability : GCS 15

2.3 PEMERIKSAANFISIK

Keadaan umum : Tampak sakit


sedang Kesadaran : Komposmentis
TB : 155cm

BB : 63 kg

IMT : 26 (obesitas grade I)

6
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 73x/menit

Pernapasan : 20x/menit

Suhu :36,70C

VAS :3

Status generalis

Kepala : Konjungtiva anemis (-/-) sclera ikterik (-/-)


Leher : Pembesaran KGB (-)

Jantung : S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop(-)

Paru : Vesikuler kedua lapang paru, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen : Status ginekologi

Genitalia : Status ginekologi


Ekstremitas : Akral hangat, CRT > 2 detik, edema (-)

Status ginekologi

Mamae : Tidak ada kelainan

Axilla : Tidak ada kelainan

Abdomen :

Inspeksi : Perut cembung, terutama bagian pubis tanda-tanda


peradangan (-), sikatrik (+) bekas SC (+), striae gravidarum
(+).

Palpasi : Nyeri tekan (-),nyeri lepas (-), defans muscular(-), TFU


sejajar simfisis pubis
Perkusi :-
Auskultasi : Bising usus (+)

7
Genitalia :
Inspeksi : Vulva/muara uretra tenang, perdarahan aktif(+), tampak
darah mengalir dari vagina.
Inspekulo : Porsio licin, livide, OUE terbuka, fluor (-) ,fluksus (+),
massa(-), tampak darah mengalir dari OUE, jaringan (+).
VT : Dinding vagina normal, massa (-), porsio licin kenyal,
Nyeri goyang porsio (-), cavum douglastidakmenonjol.
RT : Tonus spingter ani baik, ampula recti tidak kolaps,
mukosa rectum licin, tidak teraba massa.

2.4 DIAGNOSIS KERJA


G4P3A0H3 hamil 16 minggu + suspek abortus inkomplit

2.5 PEMERIKSAAN LABORATORIUM RUTIN BILA SUDAHADA

2.5.1 Darahrutin ( 30 juli 2018 )


HB :13gr/dl
HT :43,1 %

Leukosit :14.730/µL
Trombosit:369.000 /µL
Plano tes : (+)

2.5.2. Koagulasi (31 juli2018 )


PT :12,1 sec

INR : 0,87

APTT : 30,5 sec

8
2.6 RESUME

Ny. S 42 tahun datang dengan keluhankeluar darah dari kemaluan sejak 3


jam SMRS. Darah yang keluar dari kemaluan berwarna merah kehitaman dan
disertai dengan gumpalan darah. Pasien mengatakan mengganti pembalut 3-4 kali
selama keluar darah dari kemaluan. Selain itu pasien juga mengatakan melihat
gumpalan darah seperti jaringan. Pasien juga mengeluhkan adanya nyeri perut
yang dirasakan semakin hebat yang disertai dengan keluhan mual dan
muntah.Pasien mengaku HPHT 7 April 2018, kemudian pasien melakukan
pemeriksaan tes pack dan didapatkan hasil positif. Pasien mengatakan pernah
datang ke tukang urut 2 bulan yang lalu sebanyak 1 kali. Kemudian pasien
mengatakan diurut pada bagian perutnya, tetapi pada saat itu tidak keluhan keluar
darah dari kemaluan. Pada pemeriksaan fisik umum didapatkan tanda vital normal
dengan VAS : 3, pada pemeriksaan abdomen dalam batas normal, pemeriksaan
genitalia, pada inspeksi perdarahan aktif, inspekulo tampak darah mengalir dari
OUE, jaringan (+).

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK YANG


DIUSULKAN:
1.USG
2. Ter kehamilan (plano test)

2.8 TERAPI
PrimarySurvey
Simptomatik : IVFD RL 20 tpm/8 jam

Asam mefenamat 3 x 500 mg

Suportif : Bed rest, Edukasi penyebab dan rencana tindakan

Kausal : Evaluasi sisa jaringan hasil konsepsi.

9
2.9 HASIL PEMERIKSAANPENUNJANG

2.9.1 Pemeriksaan Radiologi USG


Massa hiperekoik, bentuk tidak beraturan dalam kavum uteri
Kesan : Tersisa hasil konsepsi dalam kavum uteri

2.10 DIAGNOSIS PASTI


P3A1H3 + abortus inkomplit

2.11 RENCANA TINDAKAN

Kuretase

2.12 PROGNOSA
Bonam

10
2.13 LAPORAN OPERASI

TANGGAL DAN WAKTU RUANG KELAS


01 Agustus 2018 Jam 08.40 WIB Camar 3 III
Nama ahli bedah Nama dokter Nama asisten Nama
dr.Ruza P.Rustam, anestesi Rika S perawat
Sp.OG Dr. Dino, SpAn Rini, Sri W
DIAGNOSIS PRA OPERASI: P3A1H3 + abortus inkomplit
DIAGNOSIS PASCA OPERASI: P3A1H3 Post Kuretase cito a/i
abortus inkomplit
JARINGAN YANG DIEKSISI/ INSISI:
DIKIRIM UNTUK PEMERIKSAAN: TIDAK
NAMA JENIS OPERASI: Kuretase cito

TANGGALOP JAM OPERASI LAMA ANESTESI


ERASI01/08/20 08.40 WIB s/d BERLANGSUNG
18 09.15 WIB 35 menit
Laporan Tindakan :

1. Pasien pada posisi litotomi dalam anastesi TIVA


2. Asepsis dan antiseptik pada daerah vulva, vagina dan sekitarnya
3. Dipastikankandungkemihkosong
4. Dipasang spekulum sims bawahdanatas, portio di identifikasi, kemudian
dipasang tenakulum diarah jam 11 , speculumsimsatasdilepaskan
5. Dilakukansondase, uterus antefleksi dengankedalaman 12 cm
6. Dilakukan pengambilan jaringan dengan abortus tang, didapatkan jaringan
± 20gr
7. Dengan kuret tajam dilakukan pengerokan secara sistematis didapatkan
jaringan ± 5 cc dan stolcell ± 5 cc hingga didapatkan tanda bersih gritty
sensation (+), pink foamy (+), kontraksi (+), berbusa dan dipastikan tidak
ada darah keluar dari OUE
8. Tenakulum dilepaskan, evaluasi tidak ada perdarahan bekas jepitan
tenakulum, spekulum sims bawah dilepaskan

11
9. Kontraksi baik
10. Alat dan kassa lengkap, perdarahan selama tindakan ±100 cc
11. Tindakan selesai

INSTRUKSI PERAWATAN PASCA OPERASI


1. Awasi hemodinamik agar tetap stabil
- Observasi KU, TTV, akut abdomen
- IVFD RL 30 tpm
2. Cegah infeksi
- Cefixime tab 200 mg 2x1
3. Nyeri
- Ketorolac 3 x 1 amp iv
4. Kontraksi uterus
- Metil ergometrin 3x1
5. Mobilisasi bertahap
6. Diet tinggi karbohidrat tinggi protein
7. Hygiene vulva dan perineum

12
2.13 STATUS FOLLOWUP

Hari/
S O A P
Tanggal
Kamis Nyeri perut KU: Tampak P3A1H3 Post
Cefixime tab 200
bawah (+), sakit sedang, Kuretase cito
02/08/2018 mg 2x1
perdarahan
TD:130/70 a/i abortus Ketorolac 3 x 1
dari kemaluan
(-), demam (-) mmHg,N: 84 inkomplit, amp iv
x/menit, RR: POD-1 Metil ergometrin
20 x/menit, 3x1

T: 36,7o C, -Mobilisasi aktif


VAS: 1-2 -Diet tinggi
karbohidrat
Status tinggi protein
generalis:
Konjungtiva -Hygiene vulva
dan perineum
anemis (-/-),
nyeri tekan -Pasien boleh
pada daerah pulang
pubis (+)

Status
ginekologi:

I : V/U tenang,
perdarahan (-),
discharge (-)

BAB III

13
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi abortus

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin


dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.5

3.2 Epidemiologi abortus

Diperkirakan 4,2 juta abortus terjadi setiap tahunnya di Asia Tenggara,


dengan perincian 1,3 juta di Vietnam dan Singapura, kemudian antara 750.000
sampai 1,5 juta kejadian di Indonesia, 155.000 sampai 750.000 di Filipina, dan
300.000 sampai 900.000 di Thailand. Kemudian berdasarkan data survey yang
dilakukan di RSUD Jend. Ahmad Yani diketahui bahwa pada tahun 2013 angka
kejadian abortus mencapai 69 kasus dari 416 ibu hamil, tahun 2014 terdapat 137
kasus dari 601 ibu hamil dan tahun 2015 tercatat sebanyak 155 dari 518 ibu hamil.6

3.3 Klasifikasi abortus

Berdasarkan cara terjadinya, abortus dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

1. Abortus spontan
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-
faktor mekanis ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-
faktor alamiah.
Secara klinis abortus spontan dapat dibagi atas:5,7
a. Abortus iminens
Abortus iminens adalah keguguran yang membakat dan akan terjadi
dimana kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan.
Abortus iminens juga merupakan abortus tingkat permulaan dan
merupakan ancaman terjadinya abortus, ditandai dengan perdarahan
pervaginam berupa bercak, ostium uteri masih tertutup dan hasil
konsepsi masih baik didalam uterus.
b. Abortus insipiens

14
Abortus insipiens adalah abortus yang sedang berlangsung dimana
kehamilan tidak mungkin dipertahankan lagi, ditandai dengan serviks
telah mendatar dan ostium uteri sudah terbuka serta ketuban yang teraba
akan tetapi hasil konsepsi masih didalam kovum uteri dan dalam proses
pengeluaran.
c. Abortus komplit
Abortus komplit adalah abortus yang dari klinisnya terjadi pengeluaran
seluruh hasil konsepsi, baik berupa fetus, jaringan, ataupun plasenta dari
kavum uteri sehingga ketika pasien datang ke dokter sudah dalam
keadaan kavum uteri yang kosong.
d. Abortus inkomplit
Abortus inkomplit adalah abortus dimana terjadi pengeluaran sebagian
hasil konsepsi dari kavum uteri melalui kanalis servikalis, sementara
masih ada yang tertinggal berupa desidu atau plasenta. Batasan abortus
ini masih pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram.
e. Missed abortion
Missed abortion adalah abortus yang terjadi didahului dengan embrio
atau fetus telah meninggal dalam kandungan selama beberapa minggu
sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu akan tetapi hasil konsepsi
seluruhnya baik itu fetus maupun plasenta masih tertahan didalam
kavum uteri.
f. Abortus habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan dimana wanita tersebut telah
mengalami abortus tiga kali atau lebih berturut-turut. Penderita abortus
habitualis pada umunya tidak sulit unutk menjadi hamil kembali tetapi
kehamilannya berakhir dengan keguguran atau abortus secara berturut-
turut.

g. Abortus infeksiosius dan abortus septik


Abortus infeksiosus adalah abortus yang disertai komplikasi infeksi
pada alat genital dan apabila infeksi ini menyebar kedalam sirkulasi dan

15
kavum peritoneum maka akan menimbulkan abortus septik dan
peritonitis.

Gambar 1. Abortus iminens, abortus insipiens, dan missed abortion


2. Abortus provokatus (induced abortion)
Abortus provokatus adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai
obat-obatan maupun alat-alat. Abortus ini terbagi menjadi:
a. Abortus medisinalis
Abortus medisinalis adalah abortus karena tindakan kita sendiri dengan
alasan bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu
(berdasarkan tindakan medis). Abortus ini dikatakan medisinalis apabila
berdasarkan pertimbangan untuk menyelamatkan jiwa ibu.
Pertimbangan ini dilakukan oleh minimal tida tenaga kesehatan yaitu
dokter spesalis kebidanan dan kandungan, dokter spesialis penyakit
dalam dan dokter spesialis jiwa.
b. Abortus kriminalis
Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-
tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.

3.4 Etiologi abortus


Umumnya kejadian abortus tidak disebabkan oleh satu faktor saja. Ada dua
faktor yang menyebabkan abortus yaitu:5,8

1. Faktor janin
a. Perkembangan zigot abnormal

16
Temuan morfologis tersering pada abortus spontan dini adalah kelainan
perkembangan zigot, janin bentuk awal atau kadang-kadang plasenta.
b. Abortus aneuploidi
Sebagian besar kejadian abortus disebabkan oleh kelainan sitogenik.
Kelainan sitogenik pada embrio ini biasanya berupa aneuplidi yang
disebabkan oleh kejadian sporadis misalnya nondisfunction meiosis.
Kelainan kromosom lebih banyak ditemukan pada abortus yang terjadi
pada trimester awal kehamilan. Kelainan kromosom yang paling sering
ditemukan adalah trisomi autosom, diikuti dengan monosomi X,
triploidi dan tetraploidi.
c. Abortus euploidi
Abortus euploidi terjadi pada usia kehamilan sekitar 13 minggu.
Kejadian abortus ini didapatkan meningkat setelah usia ibu 35 tahun
berhubungan dengan kelainan genetik.
2. Faktor ibu
a. Infeksi
Infeksi sering dikaitkan dengan persalinan preterm. Hal ini dikarenakan
adanya sitokin dan prostaglandin yang dapat menginisiasi persalinan.
b. Kelainan endokrin
Ada beberapa kelainan endokrin yang memungkinkan menyebabkan
terjadinya abortus yaitu:
- Penyakit tiriod
Penyakit grave merupakan penyakit autoimun dimana tubuh
menghasilkan antibodi merangsang kelenjar tiroid menghasilkan
hormon tiriod dalam jumlah besar. Antibodi tersebut dapat melewati
plasenta sehingga dapat meningkatkan aktifitas tiroid pada janin,
akibatnya denyut jantung janin meningkat dan meyebabkan
pertumbuhannya terhambat.

- Diabetes melitus

17
Abortus spontan dan malformasi kongenital dapat meningkat pada
diabetes melitus tipe 1. Risiko ini berkaitan dengan derajat kontrol
metaboik pada trimester pertama.
- Defisiensi progesteron
Progesteron memiliki peranan penting dalam memperngaruhi
reseptivitis endometrium terhadap implantasi embrio. Adanya fase
luteal dimana progesteron akan disekresikan oleh korpus luteum
memiliki peran kritis pada kehamilan sekitar 7 minggu. Hal ini
dikarenakan trofoblas harus menghasilkan cukup steroid unutk
menunjang kehamilan. Pengangkatan korpus luteum seblum usia 7
minggu akna meningkatkan abortus.
c. Pemakaian obat dan faktor lingkungan
- Tembakau
Merokok dinyatakan dapat menyebabkan terjadinya peningkatan
abortus euploidi. Risiko terjadinya abortus pada ibu hamil yang
mengkonsumsi rokok lebih tinggi.
- Alkohol
Abortus spontan dan anomali janin dapat terjadi akibat sering
mengkonsumsi alkohol selama 8 minggu pertama kehamilan.
- Kafein
Konsumsi kopi dalam jumlah lebih dari 4 cangkir per hari dapat
meningkatkan risiko abortus.
d. Faktor imunologis
e. Faktor anatomik.
Defek anatomik uterus diketahui sebagai penyebab komplikasi obstetri
seperti abortus berulang, prematuritas dan malpresentasi janin.
f. Serviks inkompeten

3.5 Patofisiologi abortus

18
Kebanyakan abortus spontan terjadi segera setelah kehamilan janin yang
kemudian diikuti dengan perdarahan kedalam desidua basalis, lalu terjadi
perubahan-perubahan nekrotik pada daerah implantasi, infiltrasi sel-sel peradangan
akut dan akhirnya terjadi perdarahan pervaginam. Hasil konsepsi terlepas
seluruhnya atau sebagian yang akan diinterpretasikan sebagai benda asing di dalam
rongga rahim. Hal ini menyebabkan kontraksi uterus mulai dan segera setelah itu
terjadi pendorongan benda asing itu keluar dari rongga rahim. Pengeluaran hasil
konsepsis didasarkan 4 cara:5
a. Keluarnya kantongkorion pada kehamilan yang sangat dini meninggalkan
sisa desidua.
b. Kantong amnion dan isisnya (fetus) didorong keluar, meninggalkan koroin
dan desidua.
c. Pecahnya amnion terjadi dengan putusnya tali pusat dan pendorongan janin
keluar tetapi mempertahankan sisa amnion dan korion (hanya janin yang
dikeluarkan).
d. Seluruh janin dan desidua yang melekat didorong keluar secara utuh.

3.6 Gambaran klinis abortus


Keluhan utama yang sering muncul adalah perdarahan pervaginam untuk
semua jenis abortus. Sementara sifat perdarahan, kondisi serviks, bagaimana hasil
konsepsisnya dan gejala lainnya yang muncul berbeda tiap jenis abortus.5
a. Abortus imminens
Abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya abortus,
ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil
konsepsi masih baik dalam kandungan. Terjadi perdarahan pervaginam
berupa bercak (spottting). Perdarahan ini pada umumnya sedikit tapi dapat
berlangsung berminggu-minggu dan berulang serta diikuti dengan nyeri
perut bawah atau nyeri punggung bawah seperti saat menstruasi. Ostium
uteri masih tertutup dengan besar uterus yang masih sesuai dengan usia
kehamilan, uterus teraba lunak dan tes kehamilan urin masih positif serta
hasil konsepsi yang masih utuh di dalam kavum uteri.
b. Abortus insipiens

19
Perdarahn yang muncul banyak, kadang bisa terjadi gumpalan darah yang
disertai nyeri karena kontraksi rahim yang kuat. Perdarahan bertambah
sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan usia kehamilan sehingga ibu
bisa jatuh dalam keadaan syok dan menyebabkan kematian pada ibu. Sudah
terjadi pendataran dan pembukaaan servik sehingga dapat teraba selaput
ketuban akan tetapi hasil konsepsi masih didalam kavum uteri dan dalam
proses pengeluaran dan hasil pemeriksaan tes kehamilan masih didapatkan
positif.
c. Abortus komplit
Seluruh hasil konsepsis telah keluar dari kavum uteri, ostium uteri telah
menutup, perdarahan yang ada akan berkurang dengan besarnya uterus yang
semakin mendekati ukuran normal.
d. Abortus inkomplit
Perdarahan biasanya masih terjadi dengan jumlahnya bisa banyak atau
sedikit tergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian
plasenta site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus. Jaringan
telah sebagian terekspulsi, akan tetapi sebagian atau seluruh plsaenta masih
tertahan didalam uterus. perdarahn ini bisa diikuti dengan nyeri atau nyeri
sudah terhenti ketika terjadi perdarahan. Gejala lain yan didapati antara lain,
amenore, sakit perut, dan mule-mules. Pada saat dilakukan pemeriksaan
vagina, ditemukan bahwa kanalis servikalis masih terbuka, dan teraba
jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum.
Pemeriksaaan USG hanya dilakukan bila kita ragu.
e. Missed abortion
Biasanya tidak merasakan apapun. Keluhan yang muncul adalah kehamilan
tidak berkembang sesuai usia kehamilan.

3.7 Diganosis
Penegakkan diagnosis dilakukan dengan anamnesis lengkap dan
pemeriksana fisik secara umum (termasuk panggul) pada setiap pasien untuk
menentukan kemungkinan diperlukannya pemeriksaan laboratorium tertentu atau
pemeriksaan lainnya untuk mendeteksi adanya penyakit atau status defisiensi.

20
Secara klasik gejala-gejala abortus adalah kontraksi uterus (dengan atau tanpa
kontraksi suprapubik) dan perdarahan pervaginam pada kehamilan dengan janin
yang belum viabel.9
Pemeriksaan laboratorium paling sedikit harus meliputi biakan dan uji
kepekaan mukosa serviks atau darah (untuk mengidentifikasi patogen pada infeksi)
dan pemeriksaan darah lengkap. Pada beberapa kasus penentuan kadar progesteron
berguna untuk mendeteksi kegeglan korpus luteum. Jika terdapat perdarahan, perlu
dilakukan pemeriksaan golongan darah dan pencocokan sailang serta panel
koagulasi.9

3.8 Penatalaksanaan abortus


Pengelola pasien harus diawali dengan perhatian terhadap keadaan umum
dan mengatasi gangguan hemodinamik yang terjadi untuk kemudian disiapkan
tindak kuretasi.Apabila terjadi perdarahannya yang hebat, maka dilakukan tindakan
untuk mengatasi gangguan hemodinamiknya terlebih dahulu. Pada perdarahan yang
banyak, perhatikan juga apakah masih ada jaringan didalam kavum uteri.5
Sisa jaringan yang tertinggal pada abortus inkomplit maka dianjurkan
segera melakukan pengeluaran sisa hasil konsepsis secara manual agar jaringan
yang mengganjal terjadi kontrakasi uterus segera dilkeluarkan. Kontrkasi uterus
dapat berlangsung baik dan perdarahn bisa berhenti. Pengeluaran hasil konsepsis
ini dapat dengan tindakan evakuasi pembukaan (dilatasi) serviks dan kuretase
ataupun dengan aspirasi vakum manual dilakukan berdasarkan usia gestasi,
pembukaan serviks dan keberadaan bagian-bagian janin. Tindakan kuretase harus
dilakukan secara hati-hati sesuai dengan keadaan umum ibu dan besarnya uterus.
Pasca tindakan perlu diberikan ureteronika parenteral ataupun per oral dan
antibiotik.5

3.8 Komplikasi abortus5

21
- Perdarahan
- Perforasi uterus secara tidak sengaja ini dapat terjadi sewaktu sondase
uterus, dilatasi dan kuretase.
- Infeksi dan tetanus
- Gagal ginjal akut
- Syok

3.9 Prognosis abortus


Angka kesembuhan setelah tiga kali abortus adalah sekitar 70-85% tanpa
memperhatikan terapi yang diberikan.10

BAB IV
PEMBAHASAN

Dari uraian kasus diatas didapatkan permasalahan sebagai berikut :

22
1. Apakah anamnesis yang dilakukan sudah lengkap ?
2. Apakah diagnosis pada pasien ini sudah tepat ?
3. Apakah tatalaksana pasien ini sudah tepat ?

4.1 Apakah anamesis yang dilakukan sudah lengkap?

Dari anamnesis didapatkan pasien datang dengan keluhan keluar darah dan
nyeri perut. Pada abortus penting untuk ditanyakan intensitas nyeri perut. Pada
abortus insipiens dan inkomplit nyeri perut yang dirasakan sedang sampai dengan
hebat. Pada anamnesis pasien ini tidak ditanyakan bagaimana intesitas nyeri perut
yang dirasakan, dan juga pada kondisi pasien sekarang penting untuk ditanyakan
kembali berapa volume darah yang keluar guna tatalaksana selanjutnya.11 Pada
pasien initidak ditanyakan banyaknya jaringan yang keluar serta bagaimana bentuk
jaringannya.

4.2 Apakah diagnosis pada pasien ini sudah tepat?


Penegakkan diagnosis pada pasien berdasarkan anmnesis, pemeriksaan
ginekologi dan pemeriksaan penunjang. Anamesis pada pasien didapatkan pasien
mengeluh keluar darah dari kemaluan disertai gumpalan berupa jaringan yang
menyerupai janin, disertai dengan nyeri perut. Pasien mengaku HPHT 7 April
2018.
Pemeriksaan fisik umum pada keadaan pasien baik, dari pemeriksaan
khusus ginekologi pada bagian genitalia eksterna tampak perdarahan aktif,
kemudian saat dilakukan pemeriksaan inspekulo tampak OUE terbuka dan masih
ada sisa jaringan. Telah dilakukan pemeriksaan penunjang berupa USG didapatkan
adanya massa hiperekoik, bentuk tidak beraturan dalam kavum uteri dengan kesan
tersisa hasil konsepsi dalam kavum uteri. Pada saat pemeriksaan dalam, tidak
dilaporkan ukuran dan konsistensi uterus, yang mana pada pemeriksaan ini penting
untuk menegakkan diagnosis. Pada pemeriksaan dalam, untuk abortus yang baru
terjadi didapati serviks yang terbuka, serta uterus yang berukuran lebih kecil dari
seharusnya.

23
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan ginekologi dan penunjang diagnosis
pada pasien ini adalah abortus inkomplit.5 Pada kasus ini masih terdapat sisa
konsepsi maka abortus inkomplit adalah diagnosis kerja yang tepat.

4.3 Apakah tatalaksana pada pasien ini sudah tepat?


Tatalaksana pasien terdiri atas farmakologi dan non farmakologi.
Tatalaksana farmakologi pada pasien diberikan analgetik, antibiotik profilaksis,
pencegahan anemia dan uterotonika. Pemberian obat tersebut pada pasien cukup
baik. Terapi non farmakologi pada pasien tidak dilakukan pemasangan kontrasepsi,
secara ideal seharusnya post kuretase pasien dilakukan pemasangan kontrasepsi dan
mengingat usia ibu saat ini merupakan usia resiko tinggi untuk hamil lagi. Pada
pasien dianjurkan metode kontrasepsi Metode Operati Wanita (MOW) atau IUD.11
Pemberian antibiotic profilaksis tidak dilakukan pada pasien ini,padahal antibiotic profilaksis dinilai perlu guna

mencegah infeksi luka atau meminimalisir infeksi pasca tindakan.12 Pemberian


profilaksis antibiotik sebelum tindakan telah terbukti mengurangi angka kejadian
infeksi pascaoperasi. Jenis antibiotik yang bermanfaat untuk profilaksis seperti
cefazolin dan ceftriaxone telah dibahas dalam berbagai literatur bermanfaat
mengurangi kejadian infeksi pasca operasi.13 IDSA (Infectious Diseases Society of
America) pada tahun 2013 mengeluarkan panduan terbaru antibiotik profilaksis,
dikatakan dari panduan pemilihan antibiotik terbaru ini adalah bahwa pada sebagian
besar tindakan bedah, antibiotik rekomendasinya adalah cefazolin, dengan level of
evidence sebagian besar A dan B. Pada beberapa kasus, dapat juga digunakan
ampicillin-sulbactam, ceftriaxone atau kombinasi dengan metronidazole. Selain itu,
dalam panduan terbaru ini direkomendasikan agar tenaga kesehatan memberikan
antibiotik profi laksis dalam waktu 60 menit atau kurang menjelang insisi, karena
ternyata saat pemberian antibiotik profi laksis juga berpengaruh terhadap
keberhasilan profilaksis. Contoh pemberian antibiotic pada kasus ini bisa berpa
pemberian cefazolin 1x2gram IV dengan pemberian 30-60 menit sebelum
tindakan.13

24
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
1. Diagnosis pada pasien sudah tepat.
2. Tatalaksana pada pasien kurang lengkap.

5.2 Saran

Adapun saran dalam penulisan laporan kasus ini ditunjukkan pada :

1. Setiap pasien dilakukan pemeriksaan ginekologi yang lengkap baru


dilakukan pemeriksaan penunjang.
2. Setiap pasien dengan resiko tinggi diharapkan mendapatkan konseling
tentang keluarga berencana.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Wibowo B. Wiknjosastro GH. Kelainan dalam Lamanya Kehamilan.


Wiknjosastro GH, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editor. Ilmu
Kebidanan. Edisi 5. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo ; 2002 : hal. 302 -312.
2. Pedoman Diagnosis –Terapi Dan Bagian Alir Pelayanan Pasien,
Lab/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana RS Sanglah Denpasar. 2003
3. Cunningham FG, dkk. Kehamilan pada Manusia. Dalam Hartanto
Huriawati, editor. Obstetric Williams volume satu. Edisi ke-21. Jakarta:
ECG. 2006.Hal 2-33
4. Griebel CP, Vorsen JH, Golemon TB, Day AA. Management of
Spontaneus Abortion. American Family Physician. October 01
2005;72;1.
5. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi IV.
Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2014
6. Wulandari W, Abdullah AZ. Faktor Risiko Kejadian Abortus Spontan di
RSIA Pertiwi Makasar Tahun 2011. Jurnal MKMI. 2012; No.4 Vol 8

26
7. Ross MH, Paulina W. Histology: A Text and Atlas with Corelated Cell and
Molecular Biology. 5th ed. USA; Lippincot Williams and Wilkins: 2006
8. Sastrawinata S, Martaardisoebrata D, Wirakusuma FF. Ilmu Kesehatan
Reproduksi: Obstetri Patologi. Edisi 2. Handini S, Sari LA, Editor. Jakarta:
EGC;2005.
9. Mochtar R. Sinopsis Obstetri Jilid II. Edisi 3. Jakarta. EGC; 2011
10. Leveno KJ, Cunningham FG, Gant NF, et al. Obstetri williams: panduan
ringkas edisi 21. Yudha EK, Subekti NB, Translator. Jakarta: EGC; 2009.
11. Moegni EM, Ocviyanti D, dkk. Pelayanan kesehatan ibu di fasilitas
kesehatan dasar dan rujukan: Pedoman bagi tenaga kesehatan. Ed 3.
Jakarta:Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013:84-91.
12. Sander MA. Antibiotika rasional dalam ilmu bedah. Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang.
13. Bratzler DW, Dellinger EP, Olsen KM, Perl TM, Auwaerter PG, Bolon MK.
Clinical practice guidelines for antimicrobial prophylaxis in surgery. Am J
Health-Syst Pharm. 2013; 70:195-283.

27

You might also like