Professional Documents
Culture Documents
ABORTUS INKOMPLITUS
Disusun oleh :
Pembimbing :
dr. Ruza P. Rustam, Sp.OG
PENDAHULUAN
2
mengalami keguguran daripada pada wanita yang hamil dan berakhir dengan
kelahiran hidup.4
Prevalensi abortus juga meningkat dengan bertambahnya usia, dimana pada
wanita berusia 20 tahun adalah 12%, dan pada wanita diatas 45 tahun adalah 50%.4
Delapan puluh persen abortus terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan.3
Insiden abortus spontan secara umum pernah disebutkan sebesar 10% dari
seluruh kehamilan. Angka tersebut berasal dari data-data dengan sekurang-
kurangnya ada 2 hal yang selalu berubah, yaitu kegagalan untuk mengikutsertakan
abortus dini yang karena itu tidak diketahui, dan pengikutsertaan abortus yang
ditimbulkan secara ilegal serta dinyatakan sebagai abortus spontan. Abortus
iminens sendiri merupakan salah satu bentuk klinis dari abortus spontan maupun
sebagai komplikasi dari abortus provokatus kriminalis ataupun medisinalis. Insiden
abortus inkompit sendiri belum diketahui secara pasti namun yang penting
diketahui adalah sekitar 60% dari wanita hamil yang mengalami abortus
inkomplit memerlukan perawatan rumah sakit akibat perdarahan yang terjadi.1,2,3
Abortus iminens dapat berujung pada abortus inkomplet yang memiliki
komplikasi yang dapat mengancam keselamatan ibu karena adanya perdarahan
masif yang bisa menimbulkan kematian akibat adanya syok hipovolemik apabila
keadaan ini tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Seorang ibu hamil
yang mengalami abortus inkomplit dapat mengalami guncangan psikis, tidak hanya
pada ibu namun juga pada keluarganya, terutama pada keluarga yang sangat
menginginkan anak.
Para pelayan kesehatan dirasa sangat penting untuk mengetahui lebih dalam
tentang abortus iminens agar mampu menegakkan diagnosis dan kemudian
memberikan penatalaksanaan yang sesuai dan akurat, serta mencegah komplikasi.
3
BAB II
ILUSTRASI KASUS
2.1 INDENTITASPENDERITA
2.2 ANAMNESIS
Pasien datang ke VK IGD RSUD AA Pekanbaru pada tanggal 30
Juli 2018 pukul 13:55 WIB, dengan keluhan keluar darah dari kemaluan.
4
kehamilannya. Pasien juga tidak mengkonsumsi suplemen atau vitamin
baik sebelum maupun saat kehamilan ini.
Menarche usia 13tahun, teratur setiap bulan, selama 5-6 hari, 2-3
kali ganti pembalut per hari, nyeri haid (-). Sejak 1 tahun yang lalu setelah
KB, haid hanya sedikit, 2-3 hari setiap siklus.
2.2.4 Riwayat Perkawinan:
G4P3A0H3
1) Anak pertama lahir tahun 2003, laki-laki, lahir secara SC, 3000
gram, hidup
2) Anak kedua lahir tahun 2006, laki-laki, lahir spontan di bidan, 3000
gram, hidup
3) Anak ketiga lahir tahun 2009, laki-laki, lahir spontan di bidan, 3000
gram, hidup
4) Hamil saat ini
2.2.6 Riwayat Pemakaian Kontrasepsi:
5
2.2.7 Riwayat Penyakit Dahulu:
PRIMARY SURVEY
Airway : Clear
Breathing : 20x/menit
Circulation :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 84x/menit
Disability : GCS 15
2.3 PEMERIKSAANFISIK
BB : 63 kg
6
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 73x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu :36,70C
VAS :3
Status generalis
Status ginekologi
Abdomen :
7
Genitalia :
Inspeksi : Vulva/muara uretra tenang, perdarahan aktif(+), tampak
darah mengalir dari vagina.
Inspekulo : Porsio licin, livide, OUE terbuka, fluor (-) ,fluksus (+),
massa(-), tampak darah mengalir dari OUE, jaringan (+).
VT : Dinding vagina normal, massa (-), porsio licin kenyal,
Nyeri goyang porsio (-), cavum douglastidakmenonjol.
RT : Tonus spingter ani baik, ampula recti tidak kolaps,
mukosa rectum licin, tidak teraba massa.
Leukosit :14.730/µL
Trombosit:369.000 /µL
Plano tes : (+)
INR : 0,87
8
2.6 RESUME
2.8 TERAPI
PrimarySurvey
Simptomatik : IVFD RL 20 tpm/8 jam
9
2.9 HASIL PEMERIKSAANPENUNJANG
Kuretase
2.12 PROGNOSA
Bonam
10
2.13 LAPORAN OPERASI
11
9. Kontraksi baik
10. Alat dan kassa lengkap, perdarahan selama tindakan ±100 cc
11. Tindakan selesai
12
2.13 STATUS FOLLOWUP
Hari/
S O A P
Tanggal
Kamis Nyeri perut KU: Tampak P3A1H3 Post
Cefixime tab 200
bawah (+), sakit sedang, Kuretase cito
02/08/2018 mg 2x1
perdarahan
TD:130/70 a/i abortus Ketorolac 3 x 1
dari kemaluan
(-), demam (-) mmHg,N: 84 inkomplit, amp iv
x/menit, RR: POD-1 Metil ergometrin
20 x/menit, 3x1
Status
ginekologi:
I : V/U tenang,
perdarahan (-),
discharge (-)
BAB III
13
TINJAUAN PUSTAKA
1. Abortus spontan
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-
faktor mekanis ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-
faktor alamiah.
Secara klinis abortus spontan dapat dibagi atas:5,7
a. Abortus iminens
Abortus iminens adalah keguguran yang membakat dan akan terjadi
dimana kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan.
Abortus iminens juga merupakan abortus tingkat permulaan dan
merupakan ancaman terjadinya abortus, ditandai dengan perdarahan
pervaginam berupa bercak, ostium uteri masih tertutup dan hasil
konsepsi masih baik didalam uterus.
b. Abortus insipiens
14
Abortus insipiens adalah abortus yang sedang berlangsung dimana
kehamilan tidak mungkin dipertahankan lagi, ditandai dengan serviks
telah mendatar dan ostium uteri sudah terbuka serta ketuban yang teraba
akan tetapi hasil konsepsi masih didalam kovum uteri dan dalam proses
pengeluaran.
c. Abortus komplit
Abortus komplit adalah abortus yang dari klinisnya terjadi pengeluaran
seluruh hasil konsepsi, baik berupa fetus, jaringan, ataupun plasenta dari
kavum uteri sehingga ketika pasien datang ke dokter sudah dalam
keadaan kavum uteri yang kosong.
d. Abortus inkomplit
Abortus inkomplit adalah abortus dimana terjadi pengeluaran sebagian
hasil konsepsi dari kavum uteri melalui kanalis servikalis, sementara
masih ada yang tertinggal berupa desidu atau plasenta. Batasan abortus
ini masih pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram.
e. Missed abortion
Missed abortion adalah abortus yang terjadi didahului dengan embrio
atau fetus telah meninggal dalam kandungan selama beberapa minggu
sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu akan tetapi hasil konsepsi
seluruhnya baik itu fetus maupun plasenta masih tertahan didalam
kavum uteri.
f. Abortus habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan dimana wanita tersebut telah
mengalami abortus tiga kali atau lebih berturut-turut. Penderita abortus
habitualis pada umunya tidak sulit unutk menjadi hamil kembali tetapi
kehamilannya berakhir dengan keguguran atau abortus secara berturut-
turut.
15
kavum peritoneum maka akan menimbulkan abortus septik dan
peritonitis.
1. Faktor janin
a. Perkembangan zigot abnormal
16
Temuan morfologis tersering pada abortus spontan dini adalah kelainan
perkembangan zigot, janin bentuk awal atau kadang-kadang plasenta.
b. Abortus aneuploidi
Sebagian besar kejadian abortus disebabkan oleh kelainan sitogenik.
Kelainan sitogenik pada embrio ini biasanya berupa aneuplidi yang
disebabkan oleh kejadian sporadis misalnya nondisfunction meiosis.
Kelainan kromosom lebih banyak ditemukan pada abortus yang terjadi
pada trimester awal kehamilan. Kelainan kromosom yang paling sering
ditemukan adalah trisomi autosom, diikuti dengan monosomi X,
triploidi dan tetraploidi.
c. Abortus euploidi
Abortus euploidi terjadi pada usia kehamilan sekitar 13 minggu.
Kejadian abortus ini didapatkan meningkat setelah usia ibu 35 tahun
berhubungan dengan kelainan genetik.
2. Faktor ibu
a. Infeksi
Infeksi sering dikaitkan dengan persalinan preterm. Hal ini dikarenakan
adanya sitokin dan prostaglandin yang dapat menginisiasi persalinan.
b. Kelainan endokrin
Ada beberapa kelainan endokrin yang memungkinkan menyebabkan
terjadinya abortus yaitu:
- Penyakit tiriod
Penyakit grave merupakan penyakit autoimun dimana tubuh
menghasilkan antibodi merangsang kelenjar tiroid menghasilkan
hormon tiriod dalam jumlah besar. Antibodi tersebut dapat melewati
plasenta sehingga dapat meningkatkan aktifitas tiroid pada janin,
akibatnya denyut jantung janin meningkat dan meyebabkan
pertumbuhannya terhambat.
- Diabetes melitus
17
Abortus spontan dan malformasi kongenital dapat meningkat pada
diabetes melitus tipe 1. Risiko ini berkaitan dengan derajat kontrol
metaboik pada trimester pertama.
- Defisiensi progesteron
Progesteron memiliki peranan penting dalam memperngaruhi
reseptivitis endometrium terhadap implantasi embrio. Adanya fase
luteal dimana progesteron akan disekresikan oleh korpus luteum
memiliki peran kritis pada kehamilan sekitar 7 minggu. Hal ini
dikarenakan trofoblas harus menghasilkan cukup steroid unutk
menunjang kehamilan. Pengangkatan korpus luteum seblum usia 7
minggu akna meningkatkan abortus.
c. Pemakaian obat dan faktor lingkungan
- Tembakau
Merokok dinyatakan dapat menyebabkan terjadinya peningkatan
abortus euploidi. Risiko terjadinya abortus pada ibu hamil yang
mengkonsumsi rokok lebih tinggi.
- Alkohol
Abortus spontan dan anomali janin dapat terjadi akibat sering
mengkonsumsi alkohol selama 8 minggu pertama kehamilan.
- Kafein
Konsumsi kopi dalam jumlah lebih dari 4 cangkir per hari dapat
meningkatkan risiko abortus.
d. Faktor imunologis
e. Faktor anatomik.
Defek anatomik uterus diketahui sebagai penyebab komplikasi obstetri
seperti abortus berulang, prematuritas dan malpresentasi janin.
f. Serviks inkompeten
18
Kebanyakan abortus spontan terjadi segera setelah kehamilan janin yang
kemudian diikuti dengan perdarahan kedalam desidua basalis, lalu terjadi
perubahan-perubahan nekrotik pada daerah implantasi, infiltrasi sel-sel peradangan
akut dan akhirnya terjadi perdarahan pervaginam. Hasil konsepsi terlepas
seluruhnya atau sebagian yang akan diinterpretasikan sebagai benda asing di dalam
rongga rahim. Hal ini menyebabkan kontraksi uterus mulai dan segera setelah itu
terjadi pendorongan benda asing itu keluar dari rongga rahim. Pengeluaran hasil
konsepsis didasarkan 4 cara:5
a. Keluarnya kantongkorion pada kehamilan yang sangat dini meninggalkan
sisa desidua.
b. Kantong amnion dan isisnya (fetus) didorong keluar, meninggalkan koroin
dan desidua.
c. Pecahnya amnion terjadi dengan putusnya tali pusat dan pendorongan janin
keluar tetapi mempertahankan sisa amnion dan korion (hanya janin yang
dikeluarkan).
d. Seluruh janin dan desidua yang melekat didorong keluar secara utuh.
19
Perdarahn yang muncul banyak, kadang bisa terjadi gumpalan darah yang
disertai nyeri karena kontraksi rahim yang kuat. Perdarahan bertambah
sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan usia kehamilan sehingga ibu
bisa jatuh dalam keadaan syok dan menyebabkan kematian pada ibu. Sudah
terjadi pendataran dan pembukaaan servik sehingga dapat teraba selaput
ketuban akan tetapi hasil konsepsi masih didalam kavum uteri dan dalam
proses pengeluaran dan hasil pemeriksaan tes kehamilan masih didapatkan
positif.
c. Abortus komplit
Seluruh hasil konsepsis telah keluar dari kavum uteri, ostium uteri telah
menutup, perdarahan yang ada akan berkurang dengan besarnya uterus yang
semakin mendekati ukuran normal.
d. Abortus inkomplit
Perdarahan biasanya masih terjadi dengan jumlahnya bisa banyak atau
sedikit tergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian
plasenta site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus. Jaringan
telah sebagian terekspulsi, akan tetapi sebagian atau seluruh plsaenta masih
tertahan didalam uterus. perdarahn ini bisa diikuti dengan nyeri atau nyeri
sudah terhenti ketika terjadi perdarahan. Gejala lain yan didapati antara lain,
amenore, sakit perut, dan mule-mules. Pada saat dilakukan pemeriksaan
vagina, ditemukan bahwa kanalis servikalis masih terbuka, dan teraba
jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum.
Pemeriksaaan USG hanya dilakukan bila kita ragu.
e. Missed abortion
Biasanya tidak merasakan apapun. Keluhan yang muncul adalah kehamilan
tidak berkembang sesuai usia kehamilan.
3.7 Diganosis
Penegakkan diagnosis dilakukan dengan anamnesis lengkap dan
pemeriksana fisik secara umum (termasuk panggul) pada setiap pasien untuk
menentukan kemungkinan diperlukannya pemeriksaan laboratorium tertentu atau
pemeriksaan lainnya untuk mendeteksi adanya penyakit atau status defisiensi.
20
Secara klasik gejala-gejala abortus adalah kontraksi uterus (dengan atau tanpa
kontraksi suprapubik) dan perdarahan pervaginam pada kehamilan dengan janin
yang belum viabel.9
Pemeriksaan laboratorium paling sedikit harus meliputi biakan dan uji
kepekaan mukosa serviks atau darah (untuk mengidentifikasi patogen pada infeksi)
dan pemeriksaan darah lengkap. Pada beberapa kasus penentuan kadar progesteron
berguna untuk mendeteksi kegeglan korpus luteum. Jika terdapat perdarahan, perlu
dilakukan pemeriksaan golongan darah dan pencocokan sailang serta panel
koagulasi.9
21
- Perdarahan
- Perforasi uterus secara tidak sengaja ini dapat terjadi sewaktu sondase
uterus, dilatasi dan kuretase.
- Infeksi dan tetanus
- Gagal ginjal akut
- Syok
BAB IV
PEMBAHASAN
22
1. Apakah anamnesis yang dilakukan sudah lengkap ?
2. Apakah diagnosis pada pasien ini sudah tepat ?
3. Apakah tatalaksana pasien ini sudah tepat ?
Dari anamnesis didapatkan pasien datang dengan keluhan keluar darah dan
nyeri perut. Pada abortus penting untuk ditanyakan intensitas nyeri perut. Pada
abortus insipiens dan inkomplit nyeri perut yang dirasakan sedang sampai dengan
hebat. Pada anamnesis pasien ini tidak ditanyakan bagaimana intesitas nyeri perut
yang dirasakan, dan juga pada kondisi pasien sekarang penting untuk ditanyakan
kembali berapa volume darah yang keluar guna tatalaksana selanjutnya.11 Pada
pasien initidak ditanyakan banyaknya jaringan yang keluar serta bagaimana bentuk
jaringannya.
23
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan ginekologi dan penunjang diagnosis
pada pasien ini adalah abortus inkomplit.5 Pada kasus ini masih terdapat sisa
konsepsi maka abortus inkomplit adalah diagnosis kerja yang tepat.
24
BAB V
5.1 Simpulan
1. Diagnosis pada pasien sudah tepat.
2. Tatalaksana pada pasien kurang lengkap.
5.2 Saran
25
DAFTAR PUSTAKA
26
7. Ross MH, Paulina W. Histology: A Text and Atlas with Corelated Cell and
Molecular Biology. 5th ed. USA; Lippincot Williams and Wilkins: 2006
8. Sastrawinata S, Martaardisoebrata D, Wirakusuma FF. Ilmu Kesehatan
Reproduksi: Obstetri Patologi. Edisi 2. Handini S, Sari LA, Editor. Jakarta:
EGC;2005.
9. Mochtar R. Sinopsis Obstetri Jilid II. Edisi 3. Jakarta. EGC; 2011
10. Leveno KJ, Cunningham FG, Gant NF, et al. Obstetri williams: panduan
ringkas edisi 21. Yudha EK, Subekti NB, Translator. Jakarta: EGC; 2009.
11. Moegni EM, Ocviyanti D, dkk. Pelayanan kesehatan ibu di fasilitas
kesehatan dasar dan rujukan: Pedoman bagi tenaga kesehatan. Ed 3.
Jakarta:Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013:84-91.
12. Sander MA. Antibiotika rasional dalam ilmu bedah. Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang.
13. Bratzler DW, Dellinger EP, Olsen KM, Perl TM, Auwaerter PG, Bolon MK.
Clinical practice guidelines for antimicrobial prophylaxis in surgery. Am J
Health-Syst Pharm. 2013; 70:195-283.
27