You are on page 1of 14

ANALISA KAPASITAS DRAINASE

PADA RUAS JALAN LAY KECAMATAN TENGGARONG


KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
1)
Moh. Hery Maraqy

INTISARI
Kapasitas penampang saluran yang tidak memadai sering dituduh sebagi
penyebab utama terjadinya banjir dan faktor utama kerusakan bahan perkerasan
jalan. Pembangunan sistem drainase jalan pada umumnya terkesan ala kadarnya
tanpa memperhitungkan aspek-aspek teknis sehingga di beberapa lokasi jalan
sering mengalami banjir setempat.
Hal-hal seperti ini juga sering ditunjang dengan buruknya sistem
pemeliharaan drainase jalan ditambah dengan kurangnya kesadaran masyarakat
dan pengguna jalan untuk membuang sampah pada tempatnya.
Drainase jalan yang sering terlihat pada umumnya dipenuhi dengan
sedimentasi dan sampah, sehingga seringkali tidak dapat berfungsi secara
maksimal sebagai saluran penampung air pada saat hujan terjadi, yang
mengakibatkan air melimpas ke badan jalan sehingga merendam badan jalan,
terjadinya genangan dan yang paling fatal adalah terjadinya banjir.
Dari hasil analisa data untuk ruas jalan Lay dengan panjang 870 meter
didapat debit maksimum sebesar 0,647 m3/detik dan dibutuhkan luas penampang
saluran sebesar 0,30 m2 untuk dapat mengalirkan debit tersebut.
Parameter yang belum ditinjau dalam penelitian ini adalah pengaruh
kawasan atau cathment area disekitar jalan dan pengaruh pasang surut sungai.

Kata kunci : debit, dimensi saluran.

1)
Karya Tulis Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda

325
PENDAHULUAN ini, sering mengakibatkan wilayah ini
Latar Belakang rentan mengalami banjir.
Kapasitas penampang saluran Tujuan
yang tidak memadai sering dituduh Adapun tujuan yang ingin
sebagi penyebab utama terjadinya dicapai dalam penelitian ini adalah
banjir dan faktor utama kerusakan sebagai berikut:
bahan perkerasan jalan. 1. Mengetahui debit banjir akibat
Pembangunan sistem drainase jalan limpasan air yang terjadi di ruas
pada umumnya terkesan ala kadarnya Jalan Lay pada Sta 0 + 000
tanpa memperhitungkan aspek-aspek sampai dengan Sta 0 + 870
teknis sehingga di beberapa lokasi 2. Mengetahui kebutuhan
jalan sering mengalami banjir kapasitas penampang drainase
setempat. di ruas Jalan Lay pada Sta 0 +
Drainase jalan yang sering 000 sampai dengan Sta 0 + 870.
terlihat pada umumnya dipenuhi LANDASAN TEORI
dengan sedimentasi dan sampah, Definisi Drainase
sehingga seringkali tidak dapat Drainase adalah prasarana
berfungsi secara maksimal sebagai yang berfungsi mengalirkan air
permukaan ke badan air atau
saluran penampung air pada saat
bangunan resapan buatan.
hujan terjadi, yang mengakibatkan air Sedangkan drainase perkotaan
melimpas ke badan jalan sehingga adalah drainase di wilayah perkotaan
yang berfungsi mengendalikan
merendam badan jalan, terjadinya
kelebihan air permukaan sehingga
genangan dan yang paling fatal tidak mengganggu aktivitas
adalah terjadinya banjir. masyarakat dan lingkungan dan
dapat memberikan manfaat bagi
Kota Tenggarong adalah kota
masyarakat (Suripin, 2000).
yang dibelah oleh lintasan Sungai Dari sudut pandang teknik
Mahakam, dimana pengaruh siklus sumber daya air, drainase adalah
pasang surut yang terjadi di Sungai sistem atau sarana dan prasarana
dalam penanganan kelebihan air
Mahakam ditambah dengan besarnya (Suripin, 2000).
curah hujan yang terjadi di wilayah

326
Jenis-Jenis Drainase 4. Bangunan pelengkap dan
Berdasarkan definisi tersebut, fasilitas penunjang lainnya.
drainase dibedakan menjadi:
1. Drainase hujan daerah Tujuan Drainase
pemukiman yaitu drainase Adapun tujuan dari drainase
yang berfungsi untuk dibangun adalah :
mengendalikan kelebihan air 1. Mengendalikan kelebihan air
hujan atau air permukaan dari permukaan di permukaan jalan
daerah pemukiman atau atau dalam wilayah perkotaan.
perkotaan. 2. Melestarikan atau konservasi
2. Drainase jalan adalah drainase sumber daya air dan
yang berfungsi untuk lingkungan pemukiman yang
mengeringkan permukaan jalan sehat.
dan mengatur kedudukan muka 3. Menambah cadangan air tanah.
air tanah sedemikian rupa
sehingga tidak mengganggu Konsep Drainase
kestabilan konstruksi badan Pada masa yang lalu drainase
jalan atau melemahkan daya perkotaan dirancang untuk
dukung tanah dasar dan membuang kelebihan air secepatnya
konstruksi perkerasan jalan. dari daerah pemukiman atau
3. Drainase lahan adalah drainase permukaan jalan, tetapi sebagai
yang berfungsi mengatur tinggi konsekuensinya menimbulkan biaya
genangan atau tinggi muka air konstruksi sangat mahal dan
tanah sedemikian rupa untuk penggunaan lahan cukup besar.
menjamin pertumbuhan Dalam konsep baru, drainase
tanaman secara optimal. dirancang untuk mengendalikan air
permukaan agar tidak merugikan,
Sistem Drainase tetapi sebaliknya memberi manfaat
Sistem drainase adalah bagi masyarakat dan lingkungan.
sekumpulan dari beberapa sarana dan Dengan konsep baru penanganan
prasarana drainase yang saling drainase lebih bersifat menggunakan
berhubungan membentuk satu metode retensi atau genangan,
kesatuan (Suripin, 2000). Secara metode infiltrasi atau imbuhan
umum, sistem drainase terdiri atas : buatan (artificial recharge), dan
1. Daerah tangkapan (catchment penyaluran serta pembuangan secara
area). teratur air kelebihan yang tidak
2. Saluran. tertangani dengan cara retensi dan
3. Bangunan pelintas seperti infiltrasi ke badan air penerima
gorong-gorong, box culvert seperti sungai, danau, laut dan
dan lain sebagainya. sebagainya.

327
1. Tipe persegi
Tipe persegi (box culvert)
sangat berguna dalama
keadaan dimana debit yang
harus dilewatkan melintasi
jalan sangat besar dan
permukaan alirannya
mendekati permukaan jalan
karena tinggi timbunan badan
Gambar 2.1 Contoh sistem drainase jalan sangat terbatas.
Sumber : Manual No.01-1-BM-2005
a. Keuntungan
 Tidak terdapat kendala
Culvert
dalam menampung debit
Definisi Culvert
rencan yang besar.
Culvert atau gorong-gorong
 Tidak terdapat kendala
adalah sistem drainase yang
terhadap tinggi timbunan
berfungsi untuk mengalirkan air dari
untuk penutup culvert.
sisi jalan ke sisi lainnya. Untuk itu
 Pemeliharaan relatif mudah.
desainnya harus juga
 Pengecoran culvert dapat
mempertimbangkan faktor hidrolis
dilakukan di lokasi
dan struktur, agar supaya gorong-
pekerjaan atau insitu atau di
gorong dapat berfungsi mengalirkan
tempat lain yang kemudian
air dan mempunyai daya dukung
diangkut ke lokasi
terhadap beban lalu lintas dan
pekerjaan, dimanahal
timbunan tanah.
tersebut sangat tergantung
Tipe dan Jenis Konstruksi
dari lokasi kondisi
Culvert merupakan sistem
pekerjaan.
drainase jalan, sehingga mengingat
 dapat dilewati kendaraan
fungsinya maka culvert disarankan
berat.
dibuat dengan tipe konstruksi yang
b. Kerugian
permanen seperti pipa (pipe culvert),
 Pekerjaan harus
kotak beton (box culvert) dan
dilaksanakan oleh tenaga
pasangan batu dengan desain umur
yang berpengalaman dengan
rencana minimal 10 tahun pelayanan.
pengawasan yang ketat.
Penentuan tipe culvert permanen
 Pada lokasi pekerjaan yang
pada umumnya ditentukan oleh
terpencil, terdapat
tempat yang tersedia di lokasi
kemungkinan kesulitan
pekerjaan dan tingginya timbunan.
untuk mendapatkan material
Tipe culvert ada tiga yaitu :
box culvert seperti baja
tulangan, aggregat, semen

328
dan material lain yang penempatan dan penentuan jumlah
dibutuhkan. culvert, harus diperhatikan terhadap
 Untuk dapat dilalui fungsi dan medan setempat, sehingga
kendaraan harus menunggu agar dapat berfungsi dengan baik,
proses pengeringan sesuai maka culvert harus ditempatkan pada
dengan ketentuan umur :
beton yang diperlukan. 1. Lokasi jalan yang memotong
Komposisi Culvert aliran air.
Karena berfungsi menyalurkan 2. Daerah cekung yang
air pada permukaan jalan dan merupakan tempat air dapat
dipasang melintang pada penampang menggenang.
jalan atau memotong jalan, maka 3. Tempat kemiringan jalan yang
konstruksi culvert harus cukup tajam, yang merupakan
direncanakan untuk mampu tempat air dapat merusak
menerima beban lalu lintas yang lereng dan badan jalan.
melintas di atasnya, sehingga bagian- 4. Kedalaman culvert yang aman
bagian dari culvert terdiri dari : terhadap permukaan jalan
1. Kanal air utama minimum 60 cm dari
Kanal air merupakan bagian permukaan.
utama dari konstruksi box Disamping penempatan harus
culvert yang berfungsi untuk juga diperhatikan faktor-faktor lain
mengalirkan air. sebagai bahan pertimbangan, seperti
2. Tembok kepala aliran air alamiah, tempat air masuk,
Tembok kepala merupakan sudut yang tajam pada hagian
bagian dari culvert, yang pengeluaran (out let). Dengan
menopang ujung dan lereng memperhatikan faktor tersebut maka
jalan. Bagian yang serupa penempatan culvert disarankan untuk
adalah tembok penahan (sayap) daerah datar dengan jarak maksimum
yang dipasang bersudut dengan 300 m.
tembok kepala, untuk menahan
bahu dan kemiringan jalan. Kriteria Perencanaan Culvert
3. Apron Kriteria perencanaan memuat
Apron adalah lantai dasar dari batasan-batasan atau rambu-rambu
culvert yang dibuat pada yang harus dijadikan dasar atau
tempat masuk untuk mencegah acuan untuk perencanaan agar tujuan
terjadinya erosi dan dapat proyek tercapai. Pada dasarnya
berfungsi sebagai dinding kriteria perencanaan drainase atau
penyekat lumpur. sistem draianse, mencakup aspek
Desain Penampang Culvert teknis dan non teknis, dimana
Dalam perencanaan jalan, kriteria teknis dibagi menjadi 3

329
kategori, yaitu: METODOLOGI PENELITIAN
1. Kriteria hidrologi.
2. Kriteria hidrolis. Lokasi dan Kondisi Lokasi
Penelitian
3. Kriteria konstruksi.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian terletak di
Kriteria Hidrologi Ruas Jalan Lay Kecamatan
Umum Tenggarong, Kabupaten Kutai
Secara umum, kriteria Kartanegara, seperti yang terlihat
hidrologis menghendaki bahwa dalam gambar di bawah ini.
sistem drainase harus mampu
mengalirkan debit rancangan dan
untuk mencapai tujuan tersebut,
maka dalam menetapkan debit Lokasi Kegiatan

rancangan harus diperhitungkan :


1. Sumber air yang akan
dibuang seperti air hujan, air
limbah dan air tanah.
2. Letak dan karakteristik badan
air penerima yang mencakup
kuantitas, kualitas dan
fluktuasi muka air atau debit Gambar 3.1 Lokasi penelitian
termasuk kemungkinan
adanya banjir kiriman. Kondisi Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini lokasi
3. Karakteristik daerah layanan,
jalan yang dijadikan sebagai objek
mencakup luas dan penelitian mempunyai panjang 0,870
kemiringan lahan atau jalan, km dengan kondisi topografi
koefisien pengaliran, dan merupakan daerah pertanian dan
panjang aliran yang pemukiman.
terpanjang atau terjauh. Sumber Data dan Metodologi
4. Curah hujan yang mencakup, Penelitian
Sumber Data
durasi dan frekuensi curah
Dalam penelitian ini, beberapa
hujan. Pada dasarnya curah data yang digunakan bersifat sebagai
hujan bersifat probabilistik data sekunder atau data yang didapat
sehingga panjang rangkaian dari pihak ketiga dalam hal ini
data harus diambil minimal Konsultan Perencana dan instansi
10 tahun. terkait lainnya. Adapun data-data
sekunder yang digunakan sebagai
bahan analisis data yaitu, data
topografi, data tanah, dan data curah
hujan tahunan.

330
Metodologi Perencanaan hasil peninjauan dan kebutuhan
Sistem Drainase lapangan. Dalam penelitian ini, data
Untuk merumuskan dan hasil peninjauan lapangan yang
memecahkan suatu masalah, maka digunakan merupakan data sekunder
dibutuhkan suatu pendekatan dengan yang didapatkan dari Konsultan
metode tertentu, hal ini bertujuan Perencana.
untuk memperoleh data-data yang 3. Pengukuran topografi
akan digunakan, secara terinci dan Pengukuran topografi
mendalam. bertujuan untuk mengetahui kondisi
Dalam perencanaan sistem dan panjang penanganan jalan dan
drainase terdapat langkah-langkah drainase jalan berdasarkan hasil
yang harus diterapkan, hal ini analisis peta situasi, beda tinggi yang
bertujuan sebagai indikator dalam kemudian menghasilkan peta situasi,
keberhasilan suatu proses, sehingga potongan memanjang, potongan
setiap kegiatan yang dilaksanakan melintang dari daerah yang diteliti.
dapat menghasilkan data yang dalam penelitian ini peta topografi
diinginkan. Adapun langkah-langkah dan hasil analisa topografi
yang harus dilakukan sehubungan menggunakan data sekunder dari
dengan perencanaan sistem drainase Konsultan Perencana.
adalah sebagai berikut : 4. Survey hidrologi dan hidrolika
1. Studi dokumen Survey hidrologi dan hidrolika
Studi dokumen atau desk study bertujuan untuk mengumpulkan data-
merupakan tahapan awal dalam suatu data morfologi sungai yang telah ada
kegiatan perencanaan, dimana dalam dan membandingkannya dengan
kegiatan ini berisi kegiatan yang cara kondisi lapangan saat survey
mempelajari situasi dan kondisi berlangsung, mengumpulkan data
lokasi pekerjaan melalui peta situasi yang dapat langsung digunakan
yang ada, informasi dari masyarakat dalam perencanaan dan mencatat
sekitar maupun studi-studi terdahulu semua keadaan atau kondisi yang
yang pernah dilakukan jika ada. dapat berpengaruh terhadap rencana
2. Peninjauan lapangan tata letak sistem drainase dan
Peninjaun lapangan atau bangunan hidrolika lainnya,
survey pendahuluan merupakan memperkirakan kondisi hidrologi
kegiatan awal di lapangan dengan dan hidrolika serta sifat-sifat
maksud mengetahui kondisi morfologi sungai, aliran air dan
lapangan, eksisting, pemilihan lokasi saluran alam yang ada, mencari
untuk penempatan bangunan informasi mengenai kondisi banjir
hidrolika dalam hal ini sistem tahunan jika pernah terjadi termasuk
drainase, kawasan lingkungan, serta tinggi banjir tahunan berdasarkan
kondisi sosial dan budaya di lokasi wawancara dengan masyarakat dan
perencanaan atau penelitian. Dari pengamatan bekas banjir di
hasil peninjauan lapangan, maka lapangan. Dalam penelitian ini, data
akan diketahui kebutuhan secara hasil survey hidrologi dan hidrolika
langsung di lapangan, sehingga dapat menggunakan data sekunder yang
disusun tujuan dari penempatan bersumber dari Konsultan Perencana.
bangunan hidrolika, berdasarkan

331
4. Pengujian dan penyelidikan Perencanaan teknis merupakan
tanah tahapan pengolahan data hasil
Dalam perencanaan sistem analisa untuk mendapatkan desain
drainase, pengujian dan penyelidikan dari sistem drainase atau bangunan
tanah berfungsi untuk mengetahui hidrolika yang akan direncanakan.
jenis dan sifat-sifat tanah dalam Dalam penelitian ini, perencanaan
hubungannya dengan analisis teknis detail lanjutan mengarah
kecepatan aliran dan penentuan jenis kepada perencanaan sistem drainase
dan tipe konstruksi yang sesuai untuk yang direncanakan dengan bentuk
bangunan hidrolika yang trapesium. Dalam tahap perencanaan
direncanakan. Dalam perencanaan teknis akan dicari dimensi yang
sistem drainase dan bangunan sesuai berdasarkan debit banjir
hidrolika pengujian tanah dapat rancangan yang telah dihitung
dilakukan dengan metode pengujian sebelumnya, termasuk perhitungan
hand boring untuk mengambil dimensi drainase.
sampel tanah tidak terusik atau
dengan metode test pit. Dalam Analisa Data dan Perencanaan
penelitian ini data pengujian dan Teknis
penyelidikan tanah di lapangan Adapun langkah-langkah yang
merupakan data sekunder yang dilakukan dalam proses analisa data
didapatkan dari Konsultan dan perencanaan teknis sistem
Perencana. drainase adalah sebagi berikut :
5. Data bangunan lama 1. Analisa data curah hujan,
Pendataan terhadap bangunan dimana data curah hujan
hidrolika atau sistem drainase yang rata-rata tahunan yang
telah ada sebelumnya di lapangan, digunakan merupakan data
dalam hubungannya dengan evaluasi curah hujan rata-rata dalam
kinerja dan kemampuan sistem 10 tahun terakhir yang
drainase atau bangunan hidrolika diperoleh dari Badan
yang telah ada. Dalam penelitian ini, Meteorologi Klimatologi
data-data tersebut merupakan data dan Geofisika (BMKG).
sekunder yang didapatkan dari 2. Dari hasil analisa data
Konsultan Perencana. toporafi, untuk mengetahui
6. Analisa data elevasi draianse.
Analisa data dilakukan setelah 3. Pemilihan tipe konstruksi
proses survey dan pengujian di adalah adalah pasangan batu
lapangan selesai dilaksanakan. gunung.
Analisa data hasil survey dilakukan 4. Analisa data intensitas hujan
untuk mengolah data-data tersebut, dengan menggunakan
sehingga dapat dijadikan sebagai metode Gumbell dan analisa
bahan dalam perencanaan teknis untuk menentukan debit
detail lanjutan. Dalam penelitian ini banjir rancangan
semua data analisa merupakan data berdasarkan metode rasional
sekunder yang dipatkan dari dan metode Manning.
Konsultan Perencana. 5. Analisa kriteria hidrolis
7. Perencanaan teknis meliputi perhitungan

332
kecepatan aliran dan ANALISA DAN PEMBAHASAN
kehilangan tinggi energi.
6. Perhitungan dimensi Data Curah Hujan
kebutuhan penampang Dari data sekunder curah hujan
saluran berdasarkan metode
rasional dan metode untuk 10 tahun terakhir atau dari
Manning. tahun 2001 sampai tahun 2010 untuk
Diagram Alir Penelitian
Diagram alir penelitian rata-rata curah hujan yang bersumber
menggambarkan urutan atau dari Badan Meteorologi Klimatologi
langkah-langkah penelitan secara dan Geofisika (BMKG) Stasiun
grafis. Adapun diagram alir dalam
Meteorologi Temindung Samarinda,
penelitian ini, dapat dilihat dalam
gambar-gambar di bawah ini. adalah sebagai berikut :

Mulai
Tabel 4.1 Data Curah Hujan

Permasala Jumlah Rerata x Rata-rata


Tahun
(mm/Thn) (mm) (mm)
Studi
2001 2125.3 177.108 209.63
2002 1846.9 153.908 209.63
Studi
2003 2551.3 212.608 209.63
2004 2806.5 233.875 209.63
Pengumpulan Data Pengumpulan Data
Primer : Sekunder : 2005 2783.4 231.950 209.63
- Observasi - Data Topografi dan
Lapangan Tanah 2006 2260.6 188.383 209.63
- - Data
2007 2698.1 224.842 209.63
2008 3018.5 251.542 209.63
Analisis 2009 2367.8 197.317 209.63
2010 2697.2 224.767 209.63
Kesimpulan

Data Elevasi
Selesai Dari data topografi untuk ruas
Jalan Lay Kecamatan Tenggarong
dengan panjang penanganan  1700
Gambar 3.2 Diagram alir penulisan
meter didapat elevasi untuk masing-
masing stationing seperti disajikan

333
dalam tabel di bawah ini.

Gambar 4.1 Kontur Sta 0 + 000 s/d Sta 0 + 500

334
Gambar 4.2 Kontur Sta 0 + 500 s/d Sta 0 + 870

11
Analisa Curah Hujan Rancangan
SX =
X i X
2

Dengan Metode Gumbell n 1


Metode Gumbell adalah metode
8077.576
Sx =
analisis curah hujan rancangan 10  1
berdasarkan nilai ekstrimnya, dimana = 29,958
dengan metode ini persamaan analisis Dari tabel Gumbell untuk periode
ditulis dalam bentuk : ulang 10 tahun didapat :
XT = X  K T  Sx YT = 2,2502
Dimana : Yn = 0,4952
XT = curah hujan atau debit Sn = 0,9436
dengan periode ulang T tahun. YT  Yn
KT =
X = curah hujan atau debit Sn

rata-rata dari n jumlah data. 2,2502  0,4952


=
0,9436
1 n
X =  Xi
n i1 = 1,860
SX = adalah nilai standar XT = X  K T  Sx
deviasi. = 209,630 + 1,860 x 29,958

SX =
X  X
i
2
= 265,350 mm
n1 Hasil perhitungan di sajikan dalam
KT = faktor frekuensi, nilainya bentuk Tabel-tabel di bawah ini.
bergantung pada periode Perhitungan Intensitas Curah
ulang T dan jumlah data Hujan Rancangan
n dan untuk penggunaan Berdasarkan data analisa curah
praktis, KT dapat dihitung hujan rancangan, kemudian dihitung
dengan persamaan di intensitas hujan rancangan. Sebagai
bawah ini. contoh diambil perhitungan segmen 1

YT  Yn dari periode ulang 10 tahun :
KT =
Sn
Panjang segmen : 20 meter
Perhitungan periode ulang 10 Beda tinggi : 0,051 meter
tahun : Debit periode 10 tahun :265,350 mm
Jumlah data tahun pengamatan : 10 tahun Kecepatan perambaan banjir (V)
Nilai standar deviasi (Sx) : dengan Formula Rziha :

12
0,6
V = 72. 
H Q10 Q20 Q50
  Segmen
 L   (m3/det) (m3/det) (m3/det)
 
0,6 1 0,133 0,140 0,149
 0,051  2 0,072 0,076 0,081
= 72. 
 0,020  3 0,301 0,316 0,336

= 2,001 km/jam 4 0,309 0,325 0,345
5 0,212 0,222 0,236
Waktu konsentrasi (tc) :
6 0,235 0,247 0,262
L 7 0,380 0,399 0,424
tc =
V 8 0,283 0,297 0,316
0,020 9 0,425 0,446 0,474
=
2,001 10 0,379 0,398 0,423
11 0,193 0,202 0,215
= 0,010 jam
12 0,352 0,370 0,393
tc = 0,010 x 60 13 0,358 0,376 0,400
= 0,6 menit 14 0,406 0,426 0,453
15 0,490 0,514 0,546
Intensitas Hujan Dengan Formula
16 0,432 0,454 0,482
Mononobe : 17 0,360 0,378 0,402
2 18 0,360 0,378 0,402
R  24  3
I =   19 0,360 0,378 0,402
24  t c 

20 0,329 0,345 0,367
2 21 0,363 0,381 0,405
265,350  24  3
=   22 0,485 0,510 0,542
24  0,60 
 23 0,521 0,547 0,582
= 1982,59 mm 24 0,358 0,376 0,399
25 0,405 0,425 0,452
26 0,450 0,473 0,502
27 0,463 0,486 0,517
KESIMPULAN DAN SARAN 28 0,430 0,451 0,479
29 0,211 0,222 0,236
Kesimpulan 30 0,359 0,377 0,401
Dari hasil perhitungan didapat 31 0,341 0,358 0,381
sebagai berikut : 32 0,499 0,524 0,557
33 0,640 0,672 0,714
1. Debit limpasan pada ruas Jalan
34 0,299 0,314 0,334
Lay Kecamatan Tenggarong 35 0,433 0,455 0,483
seperti ditampilkan pada tabel 36 0,288 0,302 0,321
37 0,282 0,296 0,315
di bawah ini :
38 0,282 0,296 0,315
Tabel 5.1 Hasil Perhitungan Debit Banjir 39 0,177 0,186 0,198
Rancangan 40 0,459 0,482 0,512
41 0,540 0,567 0,603

13
42 0,521 0,547 0,582 Saran
43 0,259 0,272 0,290 Adapun beberapa saran yang dapat
44 0,150 0,158 0,167
disampaikan adalah sebagai berikut :
1. Analisa curah hujan dapat
2. Penentuan Dimensi Penampang
dicoba dengan beberapa metode
Dari hasil perhitungan di atas
lainnya sebagai bahan
kemudian ditentukan
perbandingan.
penampang saluran rencana dari
2. Penentuan kapasitas penampang
hasil rata-rata masing
dapat dicoba dengan
penampang dan penampang
penampang lainnya sebagai
rencana direncanakan dengan
variasi dan bahan lainnya
dimensi seperti terlihat pada
sebagai perbandingan.
gambar di bawah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Asdak C., (1995) Hidrologi Dan
pengelolaan Daerah Aliran Sungai,
Gajah Mada University Prees,
Yogyakarta.
Manual No.01-1/BM/2005, Tentang
Hidrolika Untuk Jalan Dan
Jembatan, Depertemen Pekerjaaan
Umum
Manual No.01-2/BM/2005, Tentang
Hidrolika Untuk Jalan Dan
Jembatan, Depertemen Pekerjaaan
Umum
SNI 03-3424-1994, Tata Cara
Perencanaan Drainase Permukaan
Gambar 5.1 Penampang Rencana
Jalan, Depertemen Pekerjaaan
Umum
Sri Harto Br., 2000, Hidrologi Teknik,
Garamedia Pustaka Utama, Jakarta

14

You might also like