Professional Documents
Culture Documents
I. PENDAHULUAN
Sudah empat tahun perubahan undang-undang di bidang HKI telah kita lalui.
Saat ini Indonesia telah memiliki semua undang-undang di bidang HKI sebagaimana
yang diamanatkan oleh perjanjian internasional yang telah Indonesia ikuti. Begitu
banyak upaya yang telah dilaksanakan untuk menyesuaikan aturan hukum bidang
HKI sehingga dapat sejalan dengan aturan yang diikuti oleh dunia internasional.
Tidak terhitung pula upaya untuk mensosialisasikan undang-undang HKI yang baru.
Seminar-seminar, maupun rangkaian kegiatan lainnya telah diselenggarakan guna
mendekatkan HKI kepada masyarakat. HKI kini menjadi sesuatu yang tidak asing
lagi bagi telinga kita. Adalah suatu kenyataan bahwa HKI sangat melekat pada
kehidupan kita sehari-hari. Setiap hal yang melekat pada tubuh manusia tidak
terlepas dari masalah HKI. Akan tetapi apakah sosialisasi yang telah dilakukan telah
menjangkau semua lapisan masyarakat hal ini merupakan sesuatu yang masih
diragukan.
Masalah penegakan hukum di bidang HKI adalah suatu hal yang selalu
dipertanyakan banyak pihak terutama para investor asing. Berbagai pelatihan baik di
dalam maupun di luar negeri tidak henti-hentinya diselenggarakan untuk semakin
mendidik setiap komponen penegakan hukum di Indonesia untuk dapat lebih
memahami persoalan HKI yang tidak mudah ini, namun tetap saja semua itu masih
dirasakan tidak cukup dan kembali aparat penegak hukum dipertanyakan
profesionalitasnya untuk menegakkan hukum di bidang HKI ini.
www.pemantauperadilan.com 1
Opini
www.pemantauperadilan.com 2
Opini
tahunnya diperkirakan sekitar 108,5 juta cakram optik bajakan yang diproduksi di
Indonesia dan jumlah ini setiap tahunnya akan terus meningkat.
Selain itu sejumlah perusahaan Amerika juga melaporkan adanya
pelanggaran terhadap merek dagang mereka atas beragam produk yang mereka
hasilkan termasuk di antaranya produk-produk yang berkaitan dengan teknologi
informasi, pakaian dan minuman ringan. Industri farmasi juga memperkirakan
sebanyak produk obat-obatan yang melanggar HKI menguasai sekitar 30-40 % pasar
obat-obatan di Indonesia. Selain itu terdapat permasalahan serius mengenai impor
produk-produk farmasi bajakan dari negara-negara lain.
IIPA mengestimasikan bahwa kerugian akibat pembajakan di Indonesia pada
tahun 2003 di bidang film mencapai 29 juta dolar AS dengan peringkat mencapai 92
% sedangkan di bidang industri rekaman dan musik mencapai nilai 44,5 juta dolar
AS dengan peringkatnya mencapai 87%.[2]
Sampai dengan saat ini Indonesia juga masih sangat dikenal sebagai sarang
pembajak. Pada tahun 2003 dari hasil riset tentang pembajakan perangkat lunak di
dunia yang dilakukan oleh International Data Corporation (IDC) untuk Business
Software Alliance (BSA), Indonesia menduduki peringkat ke empat sebagai negara
dengan tingkat pembajakan perangkat lunak tertinggi di dunia setelah Vietnam,
China dan Ukraina. Meskipun Indonesia telah dianggap berhasil mengurangi tingkat
pembajakan perangkat lunak dari 89 % menjadi 88 %, terutama sejak
diberlakukannya UU Hak Cipta yang baru, akan tetapi tetap saja tingkat pembajakan
tersebut masih sangat tinggi. Hal ini berarti 88 % dari program komputer yang
dipergunakan di Indonesia adalah bajakan.[3]
Pembajakan kedua perangkat lunak ini dapat terlihat dari kondisi pasar saat
ini yang hampir seluruhnya didominasi produk media optikal bajakan seperti audio
CD, VCD, dan CD-ROM, baik dalam aplikasi perangkat lunak bisnis maupun
perangkat lunak hibur
www.pemantauperadilan.com 3
Opini
Di tahun 2004 ini sepertinya tidak banyak prestasi di bidang HKI yang dapat
mendongkrak posisi Indonesia di mata dunia internatisional ini. Sepertinya
Indonesia akan tetap bertahan sebagai negara yang bagi Amerika Serikat masih
sangat perlu untuk diawasi. Dari sejumlah tindakan-tindakan yang disarankan
diambil oleh Indonesia di tahun 2004, tidak banyak yang dapat direalisasikan. Dalam
Executive Summary dari International Intellectual Property Alliance 2004 Special
301 Report, Indonesia dianjurkan untuk mengambil sejumlah tindakan di tahun
2004 yaitu:
www.pemantauperadilan.com 4
Opini
www.pemantauperadilan.com 5
Opini
pentingnya kepatuhan terhadap HKI serta resiko yang harus ditanggung perusahaan
apabila mereka memilih untuk menjalankan bisnis dengan menggunakan peranti
lunak bajakan ataupun tak berlisensi.
Untuk mendukung upaya penegakan hukum HKI ini, pada bulan Maret
2004. Tim Koordinasi Telematika Indonesia bekerja sama dengan Ditjen HKI,
Kementerian Negara Komunikasi dan Informasi, ASPILUKI (Asosiasi Peranti Lunak
telematika Indoensia) dan BSA (Business Software Alliance) mengadakan seminar
tentang pentingnya peran pemerintah untuk menjadi teladan dalam hal
pemanfaatan piranti lunak.[8] Sebagaimana yang telah diketahui kompter-komputer
yang ada di kantor-kantor pemerintahan umumnya menggunakan program
komputer bajakan. Akan tetapi kegiatan ini tidak terlalu membuahkan hasil yang
maksimal karena sampai dengan saat ini masih sangat minim sekali komputer-
komputer yang ada di kantor-kantor pemerintahan baik di pusat maupun di daerah
yang menggunakan program komputer yang berlisensi.
Selain itu pihak kepolisian juga dinilai masih kurang serius dalam menangani
kasus-kasus pelanggaran HKI di Indonesia. Keluhan banyak berdatangan dari
pemilik atau pemegang HKI karena sedikitnya jumlah kasus pelanggaran pidana di
bidang HKI yang dilimpahkan ke pihak kejaksaan. Kebanyakan aduan merekan
hanya terhenti di kepolisian dengan alasan yang beragam. Salah satunya adalah
kekhawatiran akan terulangnya kejadian di Glodok sewaktu kepolisian melakukan
razia terhadap barang-barang pelanggaran HKI yang diperjualbelikan di pasar
tersebut.
Pengadilan juga masih dianggap belum efektif mendukung penegakan HKI
ini. Permasalahan sumber daya manusia yang ada di Pengadilan Niaga akibat
terjadinya mutasi hakim, sehingga tidak semua hakim di Pengadilan Niaga
memahami permasalahan HKI. Selain itu tidak fokusnya hakim yang ada di
Pengadilan Niaga karena harus juga menangani permasalahan lainnya baik pidana
maupun perdata menyebabkan hakim-hakim yang menangani kasus-kasus HKI
www.pemantauperadilan.com 6
Opini
tidak fokus untuk mendalami permasalahan HKI ini yang terus berkembang dari
hari ke hari.
www.pemantauperadilan.com 7
Opini
www.pemantauperadilan.com 8
Opini
Implikasi logis lainnya adalah akan terjadinya peningkatan beban produksi, yang
justru akan mempengaruhi harga eceran menjadi lebih mahal dari sebelumnya. Jika
kelak, harga dipatok Rp20.000/keping, maka harga ke masyarakat akan naik antara
Rp 6.000 hingga Rp12.000 per kepingnya. Implikasinya maka penjualan barang-
barang yang legal justru akan turun drastis dan masyarakat akan mencari barang-
barang bajakan yang jauh lebih murah tentunya.
Terlepas dari adanya pro kontra terhadap kebijakan ini, satu hal yang
menjadi keinginan bersama adalah untuk mengurangi adanya pembajakan dan
untuk itu berbagai cara perlu dikaji untuk dapat menanggulangi permasalahan yang
tidak mudah ini. Akan tetapi pemerintah hendaknya lebih bijaksana karena apabila
pemberlakuan cukai ini dirasa tidak dapat mengurangi jumlah pembajakan karena
tidak adanya jaminan akan hal itu, maka kebijakan ini sebaiknya jangan diterapkan
dan untuk itu perlu dikaji lebih lanjut langkah-langkah efektif lainnya. Apabila
pemberlakuan cukai pada industri rekaman hanya akan menambah lesunya industri
musik di Indonesia dikarenakan hanya akan meningkatkan harga dari kaset, CD,
VCD maupun DVD yang asli sehingga makin membuka jurang yang lebih banyak
dibandingkan dengan harga barang yang bajakan maka pemberlakuan kebijakan ini
hanya akan menyebabkan semakin maraknya pembajakan di Indonesia. Karena
bagaimanapun juga saat ini masyarakat Indonesia masih cenderung untuk membeli
barang bajakan yang harganya makin lama semakin murah dengan kualitas yang
semakin membaik.
Satu hal yang pasti adalah penegakan hukum yang kontinu dan konsisten
harus telah dilakukan untuk memberantas pembajakan. Di lain pihak apabila cukai
tidak jadi diberlakukan terhadap industri rekaman, negara tetap akan mendapatkan
pemasukan dari Pajak Pertambahan Nilai seperti yang terjadi selama ini.
www.pemantauperadilan.com 9
Opini
www.pemantauperadilan.com 10
Opini
www.pemantauperadilan.com 11
Opini
saat ini yang hanya ada 43 orang konsultan terdaftar jumlahnya dirasakan tidak
memadai, terlebih karena semuanya terkonsentrasi hanya di Jakarta. Oleh karena
itu, seiring dengan meningkatnya kesadaran HKI, meningkatnya jumlah aplikasi
HKI dari seluruh Indonesia serta semakin beragamnya konsepsi HKI, maka jumlah
konsultan HKI harus ditingkatkan sehingga dan keberadaannya harus menyebar di
seluruh Indonesia. Dengan demikian diharapkan jumlah aplikasi HKI semakin
meningkat dengan semakin banyaknya konsultan HKI yang siap membantu
pendaftaran HKI.
www.pemantauperadilan.com 12
Opini
pula untuk setiap cakram optik Isi yang diimpor, diharuskan memiliki kode produksi
dari negara asal yang terdiri dari kode stamper dan kode cetakan.[16]
Dengan berlakunya PP ini maka kini tidak semua perusahaan dapat
memproduksi cakram optic dikarenakan setiap perusahaan cakram optik wajib
memasang papan nama yang memuat dengan jelas nama, alamat, nomor telpon dan
nomor izin usaha.[17] Pengadaan mesin dan peralatan produksi serta bahan baku juga
dibatasi karena harus mendapat persetujuan dari Menteri.[18]
PP ini juga mengatur bahwa impor mesin dan peralatan produksi, Impor
bahan baku untuk memproduksi cakram optik dan impor cakram optik kosong
hanya dapat diimpor oleh Importir Terdaftar (IT) yang memiliki Angka Pengenal
Importir Terdaftar.[19] Bahkan importir cakram optik isi wajib memiliki Angka
Pengenal Importir Cakram Optik dan memiliki lisensi dari pemegang hak cipta.[20]
Pengaturan tentang impor mesin, peralatan mesin, bahan baku dan cakram optik ini
diatur lebih lanjut dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.
645/MPP/Kep/10/2004. Selain itu perusahaan cakram optik yang memiliki mesin dan
peralatan juga wajib melakukan pendaftaran/registrasi kepada Menteri perdagangan
serta melaporkan pengalihan mesin dan peralatan produksi yang dimilikinya.[21]
Kewajiban perusahaan cakram optik tidak hanya berhenti di situ saja.
Mereka juga diwajibkan untuk menyampaikan laporan kegiatan produksinya secara
berkala kepada Menteri Perdagangan mengenai setiap pembelian dan penggunaan
bahan baku; penyewaan dan pengalihan mesin; contoh barang dari setiap cakram
optik yang diproduksi; jumlah produk yang dihasilkan, pesanan produksi yang
diterima dari pelanggan dan pemusnahan produk gagal; dan jumlah produk yang
diserahkan kepada pelanggan untuk diedarkan di dalam negeri dan diekspor serta
persediaan yang masih ada. Untuk itu instansi terkait dapat melakukan pengawasan
sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan.[22] Ketentuan mengenai pelaporan dan
pengawasan perusahaan industri cakram optik ini diatur lebih lanjut dalam
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.648/MPP/Kep/l0/2004.
www.pemantauperadilan.com 13
Opini
www.pemantauperadilan.com 14
Opini
DAFTAR PUSTAKA
www.pemantauperadilan.com 15
Opini
________. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2001 tentang Perubahan Kedua atas
PP No. 26 Tahun 1999 tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan
Pajak yang berlaku pada Departemen Kehakiman, LN No. 74 Tahun 2001,
TLN No. 4104.
www.pemantauperadilan.com 16
Opini
[1] Setiap tahun United States Trade Representative (USTR) membuat tinjauan
terhadap semua partner dagang Amerika, lalu menjatuhkan penilaian dan sanksi jika
ada negara yang dianggap lemah dalam melindungi hak atas kekayaan intelektual
produk-produknya. Lihat 2004 Special 301 Report,
http://www.ustr.gov/assets/Document_Library/Reports_Publications/2004/
2004_Special_301/assets_upload_file93_5996.pdf
www.pemantauperadilan.com 17
Opini
[5] Sekilas Lintas, Media HKI Vol. I/No.1/Februari 2004 hal 26.
[6] Ibid.
[8] Sekilas Lintas, Media HKI Vol. II/No.1/April 2004, hal 32.
[9] Sejumlah Artis Musik Tanda Tangani Petisi Tolak Cukai,
http://www.kompas.com/gayahidup/news/0408/02/213433.htm
[11] Ibid.
[12] Ibid.
[14] Sejumlah Artis Musik Tanda Tangani Petisi Tolak Cukai, op. cit.
www.pemantauperadilan.com 18
Opini
[20] Ibid.
.
[21] Pasal 12 PP No. 29 Tahun 2004
www.pemantauperadilan.com 19