Professional Documents
Culture Documents
FARMASETIKA DASAR
“INJEKSI”
OLEH :
RISNAWATI (O1A114042)
FAKULTAS FARMASI
JURUSAN FARMASI
KENDARI
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis telah menyelesaikan makalah ini
dengan baik.Makalah ini berjudul “INJEKSI”. Makalah ini dimaksudkan untuk
memberikan penjelasan tentang sediaan injeksi dan untuk pemenuhan tugas
Farmasetika Dasar.
Ucapan terima kasih disampaikan untuk semua pihak yang sudah membantu penulis
membuat makalah ini.Permohonan maaf sebesar-besarnya juga penulis sampaikan
kepada pembaca yang budiman, jika sajian makalah ini kurang berkenan dalam hati
sanubari. Seperti pepatah yang mengatakan “Tak ada gading yang tak retak”, penulis
menyadari akan banyaknya kekurangan dan kelemahan dalam pembuatan makalah
ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan karya tulis ini di masa yang akan datang dan sebagai bahan
koreksi penulis dalam menyusus makalah
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. 1
A. Kesimpulan ..................................................................................... 34
B. Saran ............................................................................................... 34
PENDAHULUAN
2. Pembagian-pembagian Injeksi ?
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang disimpulkan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai sumber informasi bagi sebagian orang yang belum mengetahui apa
itu sediaan injeksi.
2. Sebagai sumber informasi yang berkaitan erat dengan Injeksi dan aplikasinya.
3. Dapat dijadikan sebagai bahan referensi pembuatan makalah.
4. Sebagai sarana belajar bagi mahasiswa.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, injeksi adalah sediaan steril berupa
larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan
terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek
jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lendir.(FI.III.1979)
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau
selaput lendir.
Istilah intraderma (ID) berasal dari kata "intra" yang berarti lipis dan
"dermis" yang berarti sensitif, lapisan pembuluh darah dalam kulit. Ketika
sisi anatominya mempunyai derajat pembuluh darah tinggi, pembuluh darah
betul-betul kecil. Makanya penyerapan dari injeksi disini lambat dan
dibatasi dengan efek sistemik yang dapat dibandingkan karena absorpsinya
terbatas, maka penggunaannya biasa untuk aksi lokal dalam kulit untuk obat
yang sensitif atau untuk menentukan sensitivitas terhadap mikroorganisme.
Umumnya larutan atau suspensi dalam air, digunakan untuk diagnose,
volume lebih kurang 100 ml sampai 200 ml.
b. Injeksi Intramuskulus
c. Injeksi Intravenus
Istilah intravenus (IV) berarti injeksi ke dalam vena. Ketika tidak ada
absorpsi, puncak konsentrasi dalam darah terjadi dengan segera, dan efek
yang diinginkan dari obat diperoleh hampir sekejap. Injeksi Intravenus ini
pada umumnya berupa larutan, dapat mengandung cairan noniritan yang
dapat bercampur dengan air, volumenya 1ml sampai 10ml. Injeksi
intravenus yang diberikan dalam volume besar umumnya lebih dari 10ml,
disebut Infusi. Emulsi minyak-air dapat diberikan intravenus jika dilakukan
pemeriksaan yang teliti terhadap ukuran butiran minyak. Sediaan berupa
emulsi air-minyak, tidak boleh disuntikkan dengan cara ini. Jika volume
dosis tunggal lebih dari 15 ml, injeksi intravenus tidak boleh mengandung
bakterisida dan jika lebih dari 10 ml, harus bebas pitrogen.
e. Injeksi intra-arterial
f. Injeksi Intrakardial
h. Injeksi Intraspinal
j. Injeksi Intra-artikular
Untuk pemberian larutan volume besar, hanya rute intravena dan subkutan
yang secara normal digunakan.
a. Injeksi Intravena
Keuntungan rute ini adalah (1) jenis-jenis cairan yang disuntikkan lebih
banyak dan bahkan bahan tambahan banyak digunakan IV daripada melalui
SC, (2) cairan volume besar dapat disuntikkan relatif lebih cepat; (3) efek
sistemik dapat segera dicapai; (4) level darah dari obat yang terus-menerus
disiapkan, dan (5) kebangkitan secara langsung untuk membuka vena untuk
pemberian obat rutin dan menggunakan dalam situasi darurat disiapkan.
b. Injeksi Subkutan
1. Cara aseptic :
Digunakan kalau bahan obatnya tidak dapat disterilkan, karena akan
rusak atau mengurai.
Caranya :
Zat pembawa, zat pembantu, wadah, alat-alat dari gelas untuk
pembuatan, dan yang lainnya yang diperlukan disterilkan sendiri-sendiri.
Kemudian bahan obat, zat pembawa, zat pembantu dicampur secara
aseptik dalam ruang aseptik hingga terbentuk larutan injeksi dan
dikemas secara aseptik.
2. Cara non-aseptik ( NASTERIL ).
Dilakukan sterilisasi akhir
Caranya :
Bahan obat dan zat pembantu dilarutkan ke dalam zat pembawa dan
dibuat larutan injeksi. Saring hingga jernih dan tidak boleh ada serat
yang terbawa ke dalam filtrat larutan. Masukkan ke dalam wadah dalam
keadaan bersih dan sedapat mungkin aseptik, setelah dikemas, hasilnya
disterilkan dengan cara yang cocok
Pemeriksaan
Setelah larutan injeksi ditutup kedap dan disterilkan, perlu dilakukan pemeriksaan
kemudian yang terakhir diberi etiket dan dikemas. Pemeriksaan meliputi :
1. Pemeriksaan kebocoran.
2. Pemeriksaan sterilitas.
3. Pemeriksaan pirogenitas
1. Pemeriksaan kebocoran
(i) Ampul :
bawah. Wadah yang bocor, isinya akan kosong / habis atau berkurang setelah
selesai sterilisasi .
(ii) Vial :
setelah disterilkan , masih dalam keadaan panas, masukkan ke dalam larutan
metilen biru 0,1 % yang dingin. Wadah yang bocor akan berwarna biru,
karena larutan metilen biru akan masuk ke dalam larutan injeksi tersebut.
b. Untuk injeksi yang disterilkan tanpa pemanasan atau secara aseptik / injeksi
berwarna
Diperiksa dengan memasukkan ke dalam eksikator dan divakumkan. Wadah yang bocor,
isinya akan terisap keluar.
2. Pemeriksaan sterilitas
Digunakan untuk menetapkan ada tidaknya bakteri, jamur dan ragi yang hidup
dalam sediaan yang diperiksa. Dilakukan dengan teknik aseptik yang cocok. Sebelum
dilakukan uji sterilitas, untuk zat-zat :
a. Pengawet : larutan diencerkan dahulu, sehingga daya pengawetnya sudah tidak bekerja lagi.
b. Antibiotik : daya bakterisidanya diinaktifkan dulu, misalnya pada Penicillin ditambah enzym
Penicillinase.
b. Dibuat perbenihan B untuk memeriksa adanya jamur dan ragi, untuk itu dipakai perbenihan
asam amino, sebagai pembanding digunakan Candida albicans
Penafsiran hasil : zat uji dinyatakan pada suhu 300 – 320 selama tidak kurang dari 7 hari, tidak
terdapat pertumbuhan jasad renik.
3. Pemeriksaan Pirogen
Pirogen : Berasal dari kata Pyro dan Gen artinya pembentuk demam/panas. Pirogen
adalah Zat yang terbentuk dari hasil metabolisme mikroorganisme (bangkai mikroorganisme)
berupa zat eksotoksin dari kompleks Polisacharida yang terikat pada suatu radikal yang
mengandung unsur Nitrogen dan Posfor, yang dalam kadar 0,001 – 0,01 gram per kg berat
badan, dapat larut dalam air, tahan pemanasan, dapat menimbulkan demam jika disuntikkan.
(reaksi demam setelah 15 menit sampai 8 jam). Pirogen bersifat termolabil. Larutan injeksi
yang pemakaiannya lebih dari 10 ml satu kali pakai, harus bebas pirogen.
1. Untuk alat/zat yang tahan terhadap pemanasan (jarum suntik, alat suntik dll.) dipanaskan pada
suhu 2500 selama 30 menit
a. Dilakukan oksidasi :
1. Air suling segar yang akan digunakan untuk pembuatan air untuk injeksi harus segera
digunakan setelah disuling.
3. Alat penampung dan cara menampung air suling harus seaseptis mungkin
Sumber pirogen :
1. Air suling yang telah dibiarkan lama dan telah tercemar bakteri dari udara.
2. Wadah larutan injeksi dan bahan-bahan seperti glukosa, NaCl dan Na-sitrat.
Uji pirogenitas :
Hilangkan etiket 10 wadah; Cuci bagian luar wadah dengan air; Keringkan pada
suhu 1050; Timbang satu per satu dalam keadaan terbuka ; Keluarkan isi wadah; Cuci wadah
dengan air, kemudian dengan etanol 95 % ; keringkan lagi pada suhu 1050 sampai bobot
tetap; Dinginkan dan kemudian timbang satu per satu
Bobot isi wadah tidak boleh menyimpang lebih dari batas yang tertera , kecuali satu wadah
yang boleh menyimpang tidak lebih dari 2 kali batas yang tertera.
Untuk injeksi dalam bentuk cairan, volume isi netto tiap wadah harus sedikit berlebih dari
volume yang ditetapkan. Kelebihan volume yang dianjurkan tertera dalam daftar berikut ini.
2,00 ml ( 4 % )
Syarat - Syarat Obat Suntik
1. Harus aman dipakai, tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan atau efek toksis. Pelarut dan
bahan penolong harus dicoba pada hewan dulu, untuk meyakinkan keamanan pemakaian bagi
manusia.
2. Jika berupa larutan harus jernih, bebas dari partikel-partikel padat, kecuali yang berbentuk
suspensi.
3. Sedapat mungkin lsohidris, yaitu mempunyai pH = 7,4, agar tidak terasa sakit dan
penyerapannya optimal.
4. Sedapat mungkin Isotonik, yaitu mempunyai tekanan osmose sama dengan tekanan osmose
darah / cairan tubuh, agar tidak terasa sakit dan tidak menimbulkan haemolisa. Jika terpaksa
dapat dibuat sedikit hipertonis, tetapi jangan hipotonis.
5. Harus steril, yaitu bebas dari mikroba hidup, baik yang patogen maupun yang apatogen, baik
dalam bentuk vegetatif maupun spora.
6. Bebas pirogen, untuk larutan injeksi yang mempunyai volume 10 ml atau lebih sekali
penyuntikan.
Larutan intravena volume besar adalah injeksi dosis tunggal untuk intravena dan
dikemas dalam wadah bertanda volume lebih dari 100 ml.;
Injeksi volume kecil adalah injeksi yang dikemas dalam wadah bertanda volume 100
ml atau kurang.
Penandaan : Pada etiket tertera nama sediaan, untuk sediaan cair tertera persentase
atau jumlah zat aktif dalam volume tertentu, untuk sediaan kering tertera jumlah zat aktif,
cara pemberian, kondisi penyimpanan dan tanggal kadaluwarsa, nama pabrik pembuat dan
atau pengimpor serta nomor lot atau nomor bets yang menunjukkan identitasnya. Wadah
injeksi yang akan digunakan untuk dialisis, hemofiltrasi atau cairan irigasi dan volume lebih
dari 1 liter, diberi penandaan bahwa sediaan tidak digunakan untuk infus intravena., untuk
injeksi yang mengandung antibiotik : juga harus tertera kesetaraan bobot terhadap U.I dan
tanggal kadaluwarsanya. Injeksi untuk hewan ditandai untuk menyatakan khasiatnya.
1. Diazepam
1-methyl-5-phenyl-2H-1,4-benzodiazepin-2-one.
Berat Molekul 284,74
Agak sukar larut dalam air, tidak larut dalam etanol,
Kelarutan
mudah larut dalam kloroform
Serbuk hablur, putih/ hampir putih, tidak berbau/
Pemerian hampir tidak berbau, mula-mula tidak mempunyai rasa
kemudian pahit
pH 6,2-7
pH
Injeksi diazepam= 6,2-6,9
Titik Lebur 130-1340C
Oral DM = 40 mg/h
Dosis
Injeksi = 2-10 mg (IM dan IV)
Khasiat Sedatifum
Mengantuk, berkunang-kunang, ataksia, kelelahan,
Efek Samping erubsi pada kulit, edema, mual dan konstipasi, sakit
kepala, amnesia, hipotensi
Larutan steril dari diazepam dalam API atau pelarut
Sterilisasi
lain yang cocok.sterilkan dengan cara filtrasi.
Penderita hipersensitif, bayi di bawah 6 bulan, wanita
Kontraindikasi hamil dan menyusui, depresi pernapasan, glaukoma,
gangguan pulmonary akut, keadaan phobia.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik terlindung dari cahaya
b. Data Zat Tambahan
1. Propilenglikol
2. Ethanol 96%
Sinonim Alkohol
Berat Molekul 46,7
Kelarutan Dapat bercampur dengan kloroform,eter, gliserin dan
air.
Fungsi Sebagai pelarut, disinfektan dan anti mikroba
OTT Bereaksi dengan bahan pengoksidasi kuat dan
warnanya akan keruh jika bercampur dengan alkali.
Sterilisasi Aseptis
Pemerian Larutan jernih tidak berwarna,mengalir dan cairan
folatil, bau yang khas.
Formularium Nasional
Injeksi Diazepam
Komposisi:
Tiap ml mengandung :
Diazepam 5 mg
Penyimpanan: Dalam wadah dosis tunggal atau dosis ganda, terlindung dari cahaya
Dosis: 2-10 mg (im dan iv) jika perlu diulang 2-4 jam
Catatan:
Zat aktif diazepam dilarutkan dalam pelarut campur untuk meningkatkan daya
kelarutan diazepam dan menstabilkan sediaan.
R/ Diazepam 10 mg
Propilenglikol 12 %
Etanol 96% 5%
NaOH qs
HCl qs
API ad 2 ml
f. Perhitungan Bahan
Perhitungan Kd
Kd total
72 = (%alkohol x Kd alkohol) + (% propilenglikol x Kd Propilenglikol) +
(%api x Kd air )
72 = ( 5/100 x 25.7) + ( x/100 x 33) + (100-5-x/100 x 80)
72 = (128,5 /100) + ( 33x/100) + (7600-80x/100)
72 = (7728,5 – 47x/100)
X = 528,5/47
= 11,24 % = 12 %
Propilenglikol yang dibutuhkan untuk 1 ampul
P = m/v à v= m/p = 0,24 g /1,038 g/ml = 0,23 ml
Etanol yang dibutuhkan untuk 1 ampul
P = m/v à v= m/p = 0,1 g /0,83 g/ml = 0,12 ml
Pengkajian Formulasi
Volume yang akan dibuat
( n+2 ) x V + 6 ml
= ( 3+2 ) x 2,15 + 6 ml
= 16,75 ml ≈ 25 ml
Diazepam yang dibutuhkan
10 mg/2 ml x 25 ml = 125 mg = 1,25 g
Propilenglikol yang dibutuhkan
0,23 ml/2 x 25 ml = 2,875 mlà Etanol yang dibutuhkan
0,12 ml/2 ml x 25 ml = 1,5 ml
g. Langkah Pembuatan
PENUTUP
4.1 Simpulan
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan,
yang disuntikkan dengan cara menusuk jaringan ke dalam otot atau melalui
kulit. Pemberian injeksi merupakan prosedur invasif yang harus dilakukan
dengan menggunakan teknik steril.
Dan obat dapat diberikan dengan berbagai cara disesuaikan dengan kondisi
pasien, diantaranya : Injeksi Subkutan (SC), Injeksi Intramuskular (IM),
Injeksi Intradermal (ID), Injeksi Intravena (IV).
4.2 Saran
Diharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dalam makalah ini dan kita
selaku mahasiswa harus lebih memahami tentang sediaan injeksi.
DAFTAR PUSTAKA
http://majakoesoemasari.blogspot.com/2011/08/injeksi-intravena.html
http://www.google.com/http://altruisticobserver.wordpress.com/2011/12/24/tempat-
injeksi-subkutan-intramuskular/
(http://kamuskesehatan.com/arti/heparin/)
(http://www.ahlinyalambung.com)
(http://www.farmasiku.com)
https://ahdaini.wordpress.com/2012/04/08/preformulasi-injeksi-diazepam/