Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
perusahaan) dengan tuntutan agar memanfaatkan sumber daya yang terbatas dan
berbagai cara, baik dalam batasan wajar maupun yang berindikasi kecurangan.
yakni mengurangi biaya atau beban perusahaan. Beban atau biaya adalah
pengurang pendapatan yang akan mengurangi jumlah keuntungan atau laba dalam
suatu perusahaan, salah satu beban yang banyak dihindari perusahaan yakni beban
Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan Negara yang berasal dari
rakyat (Nurfadilah, dkk. 2016). Pajak yang dipungut oleh Negara difungsikan
adalah wajib pajak yang memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kewajiban
13
2
kesejahteraan dan kemajuan negara tidak sesuai dengan kenyataan. Tabel 1.1
Tabel 1.1
Penerimaan Pajak 2011-2017
(dalam triliun rupiah)
Anggaran Realisasi Penerimaan Persentasi Realisasi
Tahun
Penerimaan Pajak Pajak Penerimaan Pajak
2011 850 874 102,78%
2012 1033 980 94,96%
2013 1148 1077 93,81%
2014 1280 1147 89,57%
2015 1489 1253 84,15%
2016 1547 1284 83,08%
2017 1283 1151 89,74%
Sumber: data diolah, Diretorat Jendral Pajak 2017
Pada tabel 1.1, penerimaan negara yang berasal dari sektor pajak pada Tahun
2011 mencapai 102,78% melebihi target anggaran, namun pada Tahun 2012
negara dari sektor pajak yang meliputi semua jenis pajak pada Tahun 2012
4,24% dari Tahun 2013 menjadi 89,57%, Tahun 2015 sebesar 84,15%, lebih
rendah 1,18% dari jumlah penurunan Tahun 2014 dan Tahun 2016 realisasi
penerimaan pajak mengalami penurunan 1,12% dari Tahun 2015 sebesar 83,08%
dan pada Tahun 2017 anggaran penerimaan pajak diturunkan dibanding tahun
3
2016 dengan realisasi penerimaan pajak sebesar 89,74%. Ini menunjukkan dari
Tahun 2011 hingga Tahun 2016 persentasi penerimaan pajak negara terus
mengalami penurunan karena tidak mencapai target anggaran dan pada Tahun
meskipun secara fisik jumlah penerimaan pajak meningkat dari tahun ke tahun.
upaya efisiensi beban pajak oleh wajib pajak. Perusahaan memiliki ruang besar
biaya pajak agar laba perusahaan menjadi optimal. Persaingan dunia usaha juga
daya saing maka manajer wajib menekan biaya seoptimal mungkin. Demikian
pula dengan kewajiban membayar pajak, karena biaya pajak akan menurunkan
laba setelah pajak (after tax profit), tingkat pengembalian (rate of return), dan
Beban pajak dapat dikurangi dengan dua cara tax evasion (penggelapan
pajak) dan tax avoidance (penghindaran pajak) (Sari,dkk. 2016). Tax avoidance
peraturan perpajakan itu sendiri, untuk memperkecil jumlah pajak yang terutang
jawab secara sosial. Menurut World Bank Group tanggung jawab sosial
lingkungan sekitar dan masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas sarana dan
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan
perusahaan yang berkaitan dengan sumber daya alam, sehingga perusahaan yang
laporan lingkungan walaupun dalam hal ini objek yang dituju dua peraturan
tersebut sama yakni perusahaan yang berkaitan dengan sumber daya alam.
tersebut saling menguntungkan bagi perusahaan dan masyarakat lokal. Dalam hal
yaitu beban Corporate Social Responsibility dan beban pajak (Setiadji, 2010).
Responsibility diatur dalam UU No. 36 Tahun 2008. Pada dasarnya kedua beban
perusahaan tidak terbebani dengan dua beban tersebut maka perusahaan mencari
responsibility dapat dibebankan sebagai biaya yang dapat mengurangi laba kena
Social Responsibility dalam laporan tahunan perusahaan bisa menjadi salah satu
Penelitian yang dilakukan Deiya dan Bambang (2016) dan Prasista dan
perusahaan yang sadar sosial tidak akan melakukan tindakan menurunkan beban
pajak. Hal ini terjadi karena perusahaan menyadari bahwa prinsip tanggung jawab
semakin dituntut oleh otoritas publik. Asumsinya bahwa dampak dari perilaku tax
avoidance dari suatu perusahaan membuat pemegang saham sadar agar tidak ingin
perusahaan mereka turut agresif dalam hal pajak dan segera mencegah tindakan
tersebut jika mereka tahu sebelumnya karena pengawasan dari otoritas publik
(Annisa dan Kurniasih, 2012). Oleh karena tuntutan otoritas publik terhadap
7
audit dalam suatu perusahaan merupakan hal yang vital. Kualitas audit merupakan
mengukur kualitas audit belum ada kesepakatan hingga saat ini. Namun penelitian
Telah terbuti dari penelitian Deiya dan Bambang (2016), dan Khairunisa, dkk
(2017) kualitas audit berpengaruh terhadap tax avoidance. Kualitas audit yang
sebelumnya (Myers et al., 2003; Manry et al., 2008; dan Giri, 2010). Aditama
suatu perusahaan akan menimbulkan beban bunga yang menjadi pengurang beban
pajak perusahaan (Nurfadilah, 2016). Hal ini berkaitan dengan Surat Edaran
Dewinta dan Setiawan (2016) dan Kuriah dan Asyik (2016) menunjukan bahwa
8
perusahaan. Penelitian yang dilakukan Rinaldi dan Charoline (2015), Sari, dkk
terhadap tax avoidance. Menurut Rusyidi (2013) bahwa semakin besar perusahaan
maka efektif tax rate (ETR) semakin kecil, data tersebut menunjukkan semakin
para manajer perusahaan untuk berlaku agresif atau patuh. Semakin besar ukuran
berpengaruh terhadap tax avoidance. Ada tiga perbedaan penelitian ini dengan
determinasi yang cukup tinggi, namun masih dapat ditingkatkan lagi. Oleh karena
shield sesuai trade off theory dimana tax shield secara tidak langsung adalah salah
penelitian mulai 2011–2016 (enam tahun). Hal ini bertujuan agar data sampel
penelitian lebih banyak sehingga hasil penelitian diharapkan lebih baik dan
akurat. Selain itu, data yang digunakan lebih baru sehingga lebih menggambarkan
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia karena tanggung jawab sosial
dimana setiap perseroan selaku subjek hukum mempunyai tanggung jawab sosial
dan lingkungan. Kewajiban ini berlaku bagi perseroan yang menjalankan bidang
10
Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas
Jawab Sosial dan Lingkungan, yang mana kewajiban tersebut dianggarkan dan
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ini, dapat diperoleh informasi
sejauh mana perusahaan merasa terlibat dan bertanggung jawab pada sosial dan
lingkungan.
Empiris pada Perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia Tahun
2011– 2017)”.
avoidance?
11
avoidance?
Bertolak pada latar belakang permasalahan diatas maka tujuan yang ingin
1. Bagi Perusahaan
12
2. Bagi Pemerintah
3. Bagi Peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kontraktual antara manajer (agent) dengan pemegang saham, kreditur, dan pihak
lainnya (principal). Dalam teori ini, agen diasumsikan sebagai individu yang
keuntungan para pemilik, namun di sisi lain manajer juga memiliki kepentingan
tidak selalu bertindak demi kepentingan pribadi (Rinaldi dan Charoline, 2015).
terhadap laba tinggi). Namun demikian, bisa saja keputusan ini bukan keputusan
yang paling sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Manajer mungkin saja
pendek. Di sisi lain pemegang saham akan memandang dari sudut pandang
dengan biaya yang akan timbul sebagai akibat penggunaan hutang tersebut
(Jogiyanto, 2003). Esensi trade off theory dalam struktur modal adalah
tanpa menggunakan hutang dalam modalnya akan membayar pajak yang lebih
dalam setiap hutang terdapat bunga hutang yang dibayarnya. Dengan keseluruhan
akan menggunakan labanya untuk membayar bunga. Tentu keadaan tersebut tidak
pertukaran (trade-off theory) yakni adanya fakta bahwa bunga yang dibayar
dibandingkan dengan saham biasa atau saham preferen. Secara tidak langsung,
perusahaan membayar sebagian biaya hutang atau dengan kata lain hutang
yang beroperasi bukan hanya untuk kepentingan perusahaan itu sendiri melainkan
dilaksanakan oleh suatu perusahaan yang menginginkan agar kegiatan usaha yang
perhatian kepada lingkungan, terhadap dampak yang akan terjadi akibat aktivitas
masyarakat secara keseluruhan. Dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa CSR
yang tidak bertanggung jawab secara sosial (Lanis dan Richardson, 2012).
secara sosial sehingga dapat melakukan strategi pajak yang lebih agresif
biaya reputasi sosial dan politik akibat dicap sebagai warga korporasi yang buruk.
lebih menarik bagi konsumen karena itu Corporate Sosial Responsibility harus
teori keagenan (agency theory) yaitu tanggung jawab perusahaan yang hanya
cara shareholder yang memiliki saham atau obligasi di organisasi tersebut (Fassin,
2008).
perusahaan dan komunitas sekitarnya memiliki relasi sosial yang erat karena
keduanya terikat dalam suatu “social contract”. Teori kontrak sosial (social
didukung secara politis dan dijamin oleh regulasi pemerintah yang juga
yakin bahwa aktivitas yang dilaksanakan oleh organisasi sudah sesuai dengan
dalam konteks teori legitimasi dan ketika masyarakat menerima informasi tersebut
2.1.5 Pajak
pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang
mendefinisikan pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-
Wajib pajak di Indonesia dapat dibagi menjadi dua, yakni wajib pajak
orang pribadi dan wajib pajak badan. Bagi wajib pajak, pajak merupakan
fenomena penting yang menjadi fokus pemerintah dan harus dikelola dengan baik.
mungkin karena pajak akan mengurangi pendapatan atau laba bersih, sedangkan
4. Pajak pertambahan nilai atau PPN dan pajak atas penjualan barang mewah
atau PPNBM
Dewi dan Sari (2015) berpendapat tax avoidance merupakan upaya penghindaran
kebijakan pajak yang legitimate dan defiasi teknis dan ambiguitas dalam
peraturan.perundang-undangan.
cara, yakni, pertama menahan diri, yaitu wajib pajak tidak melakukan sesuatu
yang bisa dikenai pajak. Kedua pindah lokasi adalah memindahkan lokasi usaha
atau domisili yang tarif pajaknya tinggi ke lokasi yang tariff pajaknya renda.
Ketiga penghindaran pajak secara yuridis. Perbuatan ini dilakukan dengan cara
undang-undang ( loophles ).
22
Effective Tax Rates (ETR), Book Tax Differences, Discretionary Permanent BTDs
(DTAX), Unrecognize Tax benefit, Tax Shelter Activity, dan Marginal tax rate.
Penelitian yang dilakukan Hidayati dan Fidiana (2017), Rinaldi dan Charoline
(2015) serta Sari, dkk (2016) menggunakan ETR untuk mengukur agresivitas
penghindaran pajak. Alasan lain penggunaan ETR sebagai proksi untuk mengukur
tax avoidance karena penelitian terdahulu seperti penelitian yang dilakukan oleh
Slemrod (2004) menggunakan ETR untuk mengukur tax avoidance. Proksi ETR
paling banyak digunakan dalam literatur, dan nilai yang rendah dari ETR dapat
kena pajak mereka dengan tetap menjaga laba akuntansi keuangan dan memiliki
nilai ETR yang lebih rendah. Maka dari itu, ETR dapat digunakan untuk
2.1.7 Leverage
rasio leverage menandakan seberapa besar aset yang dimiliki perusahaan berasal
dana pinjaman tinggi, maka perusahaan akan membayar beban bunga tinggi
berkurangnya laba maka mengurangi beban pajak dalam satu periode berjalan.
23
Perusahaan dapat menggunakan tingkat leverage untuk mengurangi laba dan akan
mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang (Kasmir, 2015).
Hal ini disebabkan karena leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa
rasio leverage yang lebih tinggi akan berusaha menyampaikan lebih banyak
perusahaan akan lebih menjaga laba periode berjalan dengan tujuan untuk
eksternal. Sehingga perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi tidak akan
agresif dalam hal perpajakan karena diharapkan mampu menjaga stabilitas laba
(Harahap, 2010). DER merupakan indikator dari leverage. Rasio ini dihitung
dengan cara membandingkan antar seluruh utang, termasuk utang lancar dengan
seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan
menyebabkan adanya beban bunga yang harus dibayar oleh perusahaan. Beban
bunga yang timbul atas hutang tersebut akan menjadi pengurang laba bersih
tercapainya keuntungan yang maksimal, maka semakin tinggi tarif bunga maka
hutang tersebut sebagaimana diatur dalam UU Nomor 36 Tahun 2008 pasal 6 ayat
penghindaran pajak seperti penelitian yang dilakukan oleh Hidayati dan Fidiana
berbeda ditunjukan pada penelitian Sari, dkk (2016) bahwa kualitas audit tidak
signifikan terhadap tax avoidance. Hal berbeda di tunjukan pada penelitian Kuriah
berikut:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti dan Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian
Tahun
1. Winarsih, Rina, Pengaruh Good Independen : Good Pengungkapan
dkk, (2013) Corporate Corporate Governance Corporate Social
Governance dan dan Corporate Social Responsibility tidak
Corporate Social Responsibility berpengaruh terhadap
Responsibility Dependen : Tindakan agresivitas pajak
Terhadap Pajak Agresif
Tindakan Pajak Alat Uji : Analisis
Agresif regresi linear berganda,
Uji asumsi klasik.
2. Fitri Damayanti Pengaruh komite Independen: komite Kualitas audit tidak
& audit, kualitas audit, kualitas audit, berpengaruh terhadap
Tridahus audit, kepemilikan kepemilikan tax avoidance
Susanto (2015) institusional, institusional, risiko
risiko perusahaan perusahaan dan ROA
dan return on Dependen: Tax
assets terhadap avoidance
tax avoidance Alat Uji: Regresi linier
berganda
3. I Gede Hendy Pengaruh Independen : corporate Leverage tidak
Dermawan dan I penerapan governance, leverage, berpengaruh terhadap
made Sukartha corporate return of assets, dan penghindaran pajak.
(2014) governance, ukuran perusahaan
leverage, return of Dependen :
assets, dan ukuran Penghindaran pajak
perusahaan pada Alat Uji : Analisis
penghindaran regresi linear berganda,
pajak. Uji asumsi klasik.
26
ini dikarenakan beberapa item CSR yang dilakukan oleh perusahaan merupakan
lingkungan, dukungan terhadap UMKM, dan lain-lain. Jadi tidak dapat dipungkiri
bahwa banyak perusahaan melakukan CSR yang dapat dibebankan sebagai biaya
responsible untuk dapat memperoleh image yang positif agar perusahaan dapat
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Deiya dan
maka semakin meningkat pula penghindaran pajak suatu perusahaan. Hal ini
dikarenakan beberapa item CSR yang dapat mengurangi Penghasilan Kena Pajak.
yang rendah dalam CSR dianggap sebagai perusahaan yang tidak bertanggung
jawab secara sosial sehingga dapat melakukan strategi pajak yang lebih agresif
agresif terhadap pajak, perusahaan dapat menanggung biaya reputasi sosial dan
politik akibat dicap sebagai warga korporasi yang buruk. Lanis dan Richardson
(2012) menyatakan bahwa CSR dianggap sebagai faktor kunci dalam keberhasilan
Kualitas audit adalah segala kemungkinan yang dapat terjadi saat auditor
yang terjadi dan melaporkannya dalam laporan keuangan auditan. Penelitian yang
abnormal dianggap tidak memiliki kualitas yang baik maka auditor harus
memastikan bahwa laporan keuangan bebas dari kecurangan. Tugas auditor saat
ini, menurut mereka, beralih kepada aspek legal (dalam hal ini adalah GAAP),
diskresioner.
bahwa kualitas Audit berpengaruh terhadap tax avoidance. Nurfadilah, dkk (2017)
memiliki kewajiban pajak tinggi akan memilih untuk berutang agar mengurangi
31
pajak. Perusahaan yang memiliki nilai rasio leverage yang tinggi menunjukkan
semakin tinggi jumlah pendanaan dari utang pihak ketiga yang digunakan
perusahaan akan semakin tinggi pula biaya bunga yang timbul dari utang tersebut.
Biaya bunga yang semakin tinggi akan memberikan pengaruh berkurangnya laba
yang dapat mengurangi beban pajak perusahaan. Penelitian lain dari Nurfadilah,
avoidance. (mengapa)
sebagai suatu perbandingan besar atau kecilnya suatu objek. Ukuran perusahaan
dan Sari, dkk (2016) menunjukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap
tax avoidance. Sari dkk (2016) menyatakan perusahaan besar cenderung memiliki
aset yang besar juga memiliki sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan
amortisasi dari total aset yang dimiliki perusahaan sebagai strategi pengurang laba
kena pajak hal tersebut sesuai dengan undang-undang perpajakan dimana beban
penyusutan dan amortisasi dapat digunakan sebagai pengurang laba kena pajak,
sehingga pajak terutang akan semakin kecil. Hasil penelitian Rinaldi dan
32
tax avoidance. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rusydi (2013)
pajak merupakan beban, saat ini masih menjadi fokus pemikiran pengusaha di
Indonesia, salah satu yang dapat di jelaskan dalam penelitian ini adalah tindakan
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Perusahaan
Perusahaan yangyang
terdaftar di BEI
terdaftar di BEI
Tax Avoidance
ETR)
33
Gambar 2.2
Model Penelitian
Variabel Independen Variabel Dependen
Corporat
Corporate
Social Social
Responsibility
Responsibility (CSRDI)
(CSDRI)
(X1) (X1)
H1 H
1
KualitasKualitas
Audit Audit
(X2) (X2) H2 Tax Avoidance
Tax Avoidance
H2 (ETR)
(ETR)
Leverage (DER) H3
H3 (Y) (Y)
(X3)
H4
H4
Leverage (DER)
Ukuran Perusahaan (SIZE)
(X4)
(X3) e
Keterangan:
: Simultan
: Parsial
34
BAB III
METODE PENELITIAN
Objek yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu Penghindaran Pajak
Penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2011 - 2017.
yang bersumber dari catatan yang ada pada perusahaan dan dari sumber lainnya
Efek Indonesia selama tahun 2011 - 2017 yang di akses dari www.idx.co.id dan
data keuangan serta angka-angka yang diperlukan untuk menghitung Effective Tax
Rates (ETR), Corporate Social Responsibility Index (CSRDI), kualitas audit, Debt
36
To Equity Ratio (DER) dan size sedangkan data kualitatif adalah daftar
atas dasar kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria pemilihan sampel yang
ditentukan.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Kuncoro, 2013). Sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah
penghasilan neto fiskal atau laba neto fiskal dimulai tahun pajak
perusahaan per 2017. Dari 575 perusahaan sampel yang memenuhi kriteria
Tabel 3.1
Proses Purposive Sampling Penelitian
No Purposive Sampling Jumlah
Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari Tahun
1. 575
2011-2016
Dikurangi perusahaan yang tidak menerbitkan laporan
2. 0
tahunan berturut-turut untuk tahun pelaporan dari 2011 – 2016
Dikurangi perusahaan yang tidak menerbitkan laporan
3. keberlanjutan berturut-turut untuk tahun pelaporan dari 2011 – (542)
2016
4. Dikurangi perusahaan yang memiliki kompensasi rugi fiskal (17)
Jumlah 16
Pengamatan data selama 6 tahun (2011 - 2017) 112
Sumber: Data diolah penulis
dijadikan sampel dalam penelitian ini seperti yang ditampilkan pada tabel 3.2
berikut:
38
Tabel 3.2
Sampel Penelitian
NO Nama Perusahaan Kode
1. Astra Agro Lestari Tbk AALI
2. Adhi Karya (Persero) Tbk ADHI
3. PT Adaro Energi Tbk ADRO
4. Astra International. Tbk ASII
5. PT Vale Indonesia Tbk INCO
6. PT. Indah Kiat Pulp & Paper. Tbk INKP
7. Indocement Tunggal Prakasa Tbk INTP
8. PT Indo Tambang Raya Megah Tbk ITMG
9. PT. Jasa Marga (Persero) Tbk JSMR
10. Multi Bintang Indonesia. Tbk MLBI
11. PT. Perusahaan Gas Negara. Tbk PGAS
12. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk PTBA
13. PP (Persero) Tbk PTPP
14. Semen Indonesia (Persero) Tbk SMGR
15. Total Bangun Persada. Tbk TOTL
16. Unilever Indonesia. Tbk UNVR
Sumber : www.idx.co.id
terdiri dari tiga aspek utama yaitu aspek economic, environmental, dan social.
memberi skor 0 jika perusahaan tidak diungkapkan (Lanis dan Richardson, 2011).
𝑛
𝐶𝑆𝑅𝐷𝐼
𝐶𝑆𝑅𝐷𝐼
= = 𝑥 100%
𝑥 100%
84 𝑎𝑡𝑎𝑢
91 91
39
b. Kualitas Audit
accruals diambil sebagai proksi untuk kualitas audit karena dapat mengukur
yang berasal dari kebijakan manajemen untuk melakukan rekayasa terhadap laba
sesuai dengan yang mereka inginkan. Dalam penelitian ini, discretionary accruals
sebagai proksi atas manajemen laba diukur dengan menggunakan Modified Jones
Model, karena model ini mempunyai standar error dari εit (error term) hasil
regresi estimasi nilai total aktual yang paling kecil dibandingkan model-model
non discretionary accruals. Total accruals dapat dihitung melalui cash flow
statement approach:
dimana :
dimana :
40
dimana :
NDAt = non discretionary accruals
dimana :
DAt = komponen discretionary accruals
TAt = total accruals di tahun t
NDAt = non discretionary accruals
41
c. Leverage
Leverage merupakan rasio yang menggambarkan hubungan antara utang
perusahaan terhadap modal maupun aset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh
perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan
yang digambarkan oleh modal (equity). Dalam penelitian ini, indikator yang
digunakan untuk mengukur tingkat leverage adalah Debt To Equity Ratio (DER).
d. Ukuran perusahaan
ukuran perusahaan adalah total aset karena ukuran perusahaan diproksi dengan Ln
total asset. Penggunaan natural log (Ln) dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
mengurangi fluktuasi data yang berlebihan tanpa mengubah proporsi dari nilai
a. Tax Avoidance
42
independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tax avoidance. Tax
dibayar dengan cara yang legal, ilegal, maupun kedua-duanya. Tax avoidancebisa
diukur dalam beberapa proksi pengukuran. Adapun yang menjadi proksi utama
dalam penelitian ini mengacu pada penelitian Annisa (2016) yakni Effective Tax
Tabel 3.3
Tabel Definisi Operasional Variabel Dan Pengukurannya
Variabel Definisi Operasional Pengukuran Skala
Leveragemerupakan jumlah
utang yang digunakan untuk
Leverage (X3) membiayai/membeli aset-aset
perusahaan. Dalam penelitian ini
(Annisa, 2016) leveragediukur menggunakan DER = Total Kewajiban X 100%
Debt to Equity Ratio, Ekuitas Pemegang Saham Rasio
menunjukkan suatu upaya untuk
memperlihatkan proporsi relatif
dari klaim pemberi pinjaman
terhadap hak-hak kepemilikan
dan digunakan sebagai ukuran
peranan kewajiban (utang).
(Annisa, 2016)
Ukuran Ukuran perusahaan dapat dilihat
perusahaan (X4) dari total aset yang dimiliki
perusahaan. Nilai aset dipakai
(Reinaldi dan sebagai ukuran perusahaan
Charoline, SIZE = Ln (total asset)
karena perusahaan yang besar
2015) selalu diidentikkan dengan nilai Rasio
aset yang besar pula, sehingga
dapat mempengaruhi suatu
keputusan terhadap perusahaan
dikarenakan perusahaan bernilai
miliyaran rupiah (Reinaldi dan
Charoline, 2015)
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
22.0 (Statistical Package for Social Science), yaitu software yang berfungsi untuk
non parametrik dengan basis Windows (Ghozali, 2016). Metode analisis statistika
yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif, uji asumsi klasik,
digunakan dengan dua arah (two tailed test), yaitu dengan membandingkan
Jika pvalue> 0,05, maka data tersebut berdistribusi normal dan sebaliknya.
Menurut Ghozali (2016), apabila terjadi gejala normalitas pada model regresi
independen yang satu dengan variabel independen yang lain. Pada model regresi
yang baik seharusnya tidak terdapat korelasi di antara variabel independen. Uji
(Variance Inflation Factors) dan nilai tolerance. Jika VIF > 10 dan nilai tolerance
yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,
Model regresi yang baik adalah yang berjenis homoskedastisitas atau tidak terjadi
berikut:
2016).
2. Uji Glejser
Uji ini digunakan untuk memberikan angka-angka yang lebih detail untuk
nilaisignifikansi variabel bebas terhadap variabel terikat. Apabila hasil dari uji
Park kurang dari atau sama dengan 0,05 makadisimpulkan data mengalami
Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki autokorelasi, jika
terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi tidak baik atau tidak layak
dipakai prediksi.Masalah autokorelasi baru timbul jika ada korelasi secara linier
klasik autokorelasi dilakukan untuk data time series atau data yang mempunyai
seri waktu, misalnya data dari tahun 2000 s/d 2012 (Sunyoto, 2013).
47
Tidak terjadi autokorelasi, jika nilai DW berada diantara -2 dan +2 atau -2 <
DW < +2
(metrik) dan satu atau lebih variabel bebas (metrik) adalah regresi. Regresi
berganda (multiple regression) untuk menguji pengaruh lebih dari satu variabel
bebas terhadap satu variabel terikat (metrik) (Ghozali, 2016). Untuk menguji
𝑌 = 𝛼 + 𝛽1 𝑥1 + 𝛽2 𝑥2 + 𝛽3 𝑥3 + 𝛽4 𝑥4 + 𝑒
Keterangan:
Y : Effective Tax rates
⍺ : Konstanta
𝜷 : Koefisien regresi variabel independen
X1 : Corporate Social Responcibility
X2 : Kualitas Audit
X3 : Leverage
X4 :Ukuran Perusahaan
e :residual of error
simultan (uji F). Uji statistik F digunakan untuk menjawab pengaruh semua
variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model secara bersama-
48
sama terhadap variabel dependen/terikat. Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji
adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol, atau hipotesis
alternatifnya (𝐻𝑎 ) tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol.
c. Menentukan signifikansi
Kriteria pengujian:
Ho akan diterima (Hi ditolak) pada tingkat kepercayaan tertentu jika Fhitung
lebih kecil dari Ftabel. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh variabel-variabel bebas
yang diuji tidak mempengaruhi variabel tidak bebas. Dengan kata lain variabel-
variabel bebas tidak signifikan scara statistik. Ho akan ditolak (Hi diterima) pada
tingkat kepercayaan tertentu jika Fhitung lebih besar dari Ftabel sehingga variabel
bebas ke-i yang diuji mempengaruhi variabel tidak bebas. Dengan demikian
49
a. Apabila t hitung > t tabel dan tingkat signifikansi (α = 5%) < 0,05 maka Ho
parsial terhadap variabel dependen ditolak. Ini berarti secara parsial variabel
b. Apabila t hitung < t tabel dan tingkat signifikansi ( α ) > 0,05 , maka Ho
Ho akan diterima (Hi ditolak) pada tingkat kepercayaan tertentu jika t hitung
lebih kecil dari ttabel. Dengan demikian variabel bebas ke-i yang diuji tidak
mempengaruhi variabel tidak bebas. Dengan kata lain variabel bebas ke-i tidak
signifikan secara statistik. Sebaliknya Ho akan ditolak (Hi diterima) pada tingkat
kepercayaan tertentu jika thitung lebih besar dari ttabel sehingga variabel bebas ke-i
(R2) adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam
model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak
Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted
Nilai Adjusted R2 Square dapat naik atau turun apabila satu variabel
Tabel 3.4
Kriteria Penafsiran Indeks Korelasi
No. Indeks Korelasi Keeratan
1 0,00-0,20 Sangat lemah
2 0,21-0,40 Lemah
3 0,41-0,70 Kuat
4 0,71-0.90 Sangat kuat
5 0,91-0,99 Sangat kuat sekali
6 1 Sempurna
Sumber : Ghozali, 2016
51
BAB IV
windows. Data yang digunakan untuk analisis statistik deskriptif dan analisis
berikut.
Tabel 4.1
Hasil Analisis Deskriptif Statistik
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
X1 112 ,65 ,91 ,7681 ,04448
X2 112 ,00 ,47 ,0844 ,09285
X3 112 ,13 5,67 1,4453 1,29197
X4 112 13,96 19,50 16,9164 1,22333
Y 112 -,55 3,93 ,3685 ,58739
Valid N (listwise) 112
Sumber: diolah oleh Peneliti
Keterangan:
Y : Effective Tax rates
X1 : Corporate Social Responcibility
X2 : Kualitas Audit
X3 : Leverage
X4 :Ukuran Perusahaan
e :residual of error
52
Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa jumlah data penelitian (n) berjumlah
112 data. Variabel corporate social responsibility (X1) memiliki nilai minimum
sebesar 0,65 dan nilai maksimum sebesar 0,91. Nilai rata-rata corporate social
0,04448. Variabel kualitas audit (X2) memiliki nilai minimum sebesar 0,00 dan
nilai maksimum sebesar 0,47. Nilai rata-rata kualitas audit (KA) sebesar 0,0844
dengan nilai standar deviasi sebesar 0,09285. Variabel leverage (X3) memiliki
nilai minimum sebesar 0,13 dan nilai maksimum sebesar 5,67. Nilai rata-rata
leverage (DER) sebesar 1,4453 dengan nilai standar deviasi sebesar 1,29197.
Variabel ukuran perusahaan (X4) memilik nilai minimum sebesar 13,96 dan nilai
sebesar 16,9164 dengan standar deviasi sebesar 1,22333. Variabel tax avoidance
(ETR) memiliki nilai minimum sebesar -0,55 dan nilai maksimum sebesar 3,93.
Nilai rata-rata ETR sebesar 0,3685 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,58739
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, nilai standar deviasi seluruh variabel lebih
kecil dibandingkan nilai rata-ratanya, kecuali variabel kualitas audit (X2) dan tax
avoidance (Y). Ini mengandung arti bahwa variasi data variabel-variabel dalam
penelitian adalah rendah dan data bersifat homogen sehingga baik untuk mewakili
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang
53
baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal (Ghozali,
2016). Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan uji grafik yaitu
Gambar 4.1
Normal P-Plot
Gambar 4.1 di atas menunjukkan data tersebar di sekitar garis diagonal dan
berdistribusi normal.
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau independen (Ghozali, 2016).
Dalam pengertian sederhana setiap variabel bebas menjadi variabel terikat dan
54
variabel bebas terdapat hubungan yang signifikan. Jadi Nilai tolerance yang
rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerence) dan menunjukan
kolinieritas yang tinggi. Nilai cut off yang umum dipakai adalah nilai tolerance >
0,10 atau sama dengan nilai VIF di atas 10. Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi antar variabel bebas (independen). Berikut merupakan hasil
pengujian multikolinearitas.
Tabel 4.2
Hasil Pengujian Multikolinearitas
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1(Constant)
X1 ,677 1,477
X2 ,259 3,857
X3 ,901 1,110
X4 ,281 3,558
Sumber: diolah oleh Peneliti
Keterangan:
X1 : Corporate Social Responcibility
X2 : Kualitas Audit
X3 : Leverage
X4 : Ukuran Perusahaan
Hasil perhitungan nilai tolerance menunjukan semua variabel bebas
memiliki nilai tolerance lebih 0,10. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation
Factor (VIF) juga menunjukan semua variabel bebas memiliki nilai VIF < 10.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel bebas
yang lain. Jika variance dari residu satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,
dan uji Glejser. Dengan asumsi jika variabel independen signifikan secara statistic
berikut:
disajikan pada gambar 4.2 di atas, terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak
serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada
pengganggu pada periode t-1 (Ghozali, 2016). Berikut merupakan hasil pengujian
test¸ dimana dikatakan tidak terjadi autokorelasi jika nilai durbin watson lebih
besar dari -2 dan lebih kecil dari +2 (-2 < DW < +2). Dari hasil pengolahan
Tabel 4.3
Hasil Pengujian Autokorelasi
Durbin-
Model Watson
1 ,863
Sumber: diolah oleh Peneliti
besar dari nilai -2 dan lebih kecil dari nilai +2 (-2 < DW < +2), sehingga dapat
Tabel 4.4
Analisis Regresi Berganda
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) -14,959 2,112 -7,084 ,000
X1 10,212 1,674 ,378 6,102 ,000
X2 -8,744 1,364 -,642 -6,413 ,000
X3 -,138 ,052 -,142 -2,639 ,010
X4 ,390 ,094 ,398 4,141 ,000
Sumber: diolah oleh Peneliti
Keterangan:
X1 : Corporate Social Responcibility
X2 : Kualitas Audit
X3 : Leverage
X4 : Ukuran Perusahaan
Keterangan:
Y : Tax Avoidance
⍺ : Konstanta
𝜷 : Koefisien regresi variabel independen
X1 : Corporate Social Responcibility
X2 : Kualitas Audit
X3 : Leverage
X4 : Ukuran Perusahaan
e : Residual error
10,212 (positif). Hal ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan corporate
social responcibility (X1) sebesar satu satuan, maka akan meningkatkan tax
3. Koefisien regresi variabel kualitas audit (X2) bernilai 8,744 (negatif). Hal ini
berarti bahwa setiap terjadi peningkatan kualitas audit sebesar satu satuan,
maka akan menurunkan tax avoidance (Y) sebesar 8,744 satuan tanpa
4. Koefisien regresi variabel leverage (X3) bernilai -0,138 (negatif). Hal ini
berarti bahwa setiap terjadi peningkatan leverage sebesar satu satuan, maka
akan menurunkan tax avoidance (Y) sebesar 0,138 satuan tanpa dipengaruhi
faktor lainnya.
5. Koefisien regresi variabel ukuran perusahaan (X4) bernilai 0,390 (positif). Hal
ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan ukuran perusahaan sebesar satu
satuan, maka akan menaikkan tax avoidance (Y) sebesar 0,390 satuan tanpa
kualitas audit dan ukuran perusahaan secara simultan terhadap variabel kinerja
Tabel 4.5
Hasil Uji F (Simultan)
Sum of
Model Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 109,081 4 27,270 70,167 ,000b
Residual 40,419 104 ,389
Total 149,500 108
Sumber: diolah oleh Peneliti
Hasil Uji F di atas menunjukkan bahwa nilai Fhitung > Ftabel dimana
70,167 > 2,46 (df = 109 - 5 = 104; k = 5 – 1 = 4) dan nilai signifikansi pengujian
di atas sebesar 0,000 < 0,05 (α = 5%). Hal ini membuktikan bahwa variabel
Hasil uji t atau uji parsial pengaruh variabel profitabilitas, leverage dan
Tabel 4.6
Hasil Uji t (Parsial)
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -14,959 2,112 -7,084 ,000
X1 10,212 1,674 ,378 6,102 ,000
X2 -8,744 1,364 -,642 -6,413 ,000
X3 -,138 ,052 -,142 -2,639 ,010
X4 ,390 ,094 ,398 4,141 ,000
Sumber: diolah oleh Peneliti
Keterangan:
X1 : Corporate Social Responcibility
X2 : Kualitas Audit
X3 : Leverage
X4 : Ukuran Perusahaan
60
Tabel 4.6 di atas nilai t-hitung variabel corporate social responsibility (X1)
terhadap tax avoidance (Y) sebesar 6,102 lebih besar dari t-tabel 1,98238 (df =
112 – 5 = 107; α = 5%) dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 (α = 5%). Hasil ini
Nilai t-hitung variabel kualitas audit (X2) terhadap tax avoidance (Y)
sebesar -6,413 lebih kecil dari -t-tabel -1,98238 (df = 112 – 5 = 107; α = 5%) dan
nilai signifikansi 0,000 < 0,05 (α = 5%). Hasil ini menjelaskan bahwa kualitas
Nilai t-hitung variabel leverage (X3) terhadap tax avoidance (Y) sebesar -
2,369 lebih kecil dari -t-tabel -1,98238 (df = 112 – 5 = 107; α = 5%) dan nilai
signifikansi 0,010 < 0,05 (α = 5%). Hasil ini menjelaskan bahwa leverage
Nilai t-hitung variabel ukuran perusahaan (X4) terhadap tax avoidance (Y)
sebesar 4,141 lebih besar dari t-tabel 1,98238 (df = 112 – 5 = 107; α = 5%) dan
nilai signifikansi 0,000 < 0,05 (α = 5%). Hasil ini menjelaskan bahwa ukuran
Hasil pengujian hipotesis dengan uji F dan uji t di atas, dapat diringkas
Tabel 4.7
Kesimpulan Hipotesis
Perbandingan
Variabel Bebas Kesimpulan
Fhitung Ftabel thitung ttabel
Tabel 4.8
Tabel Uji Determinasi
Adjusted R Std. Error of Durbin-
Model R R Square Square the Estimate Watson
a
1 ,854 ,730 ,719 ,62341 ,863
Sumber: diolah oleh Peneliti
Tabel 4.8 di atas menunjukkan hasil uji determinasi bahwa nilai adjusted R
square sebesar 0,719 yang mengandung arti bahwa 71,9% besarnya tax avoidance
4.5 Pembahasan
audit, leverage, dan ukuran perusahaan terhadap tax avoidance pada perusahaan
ini adalah pengaruh corporate social responsibility, kualitas audit, leverage, dan
Hasil Uji F di atas menunjukkan bahwa nilai Fhitung > Ftabel dimana
70,167 > 2,46 (df = 109 - 5 = 104; k = 5 – 1 = 4) dan nilai signifikansi pengujian
di atas sebesar 0,000 < 0,05 (α = 5%). Hal ini membuktikan bahwa variabel
ini diterima.
terhadap tax avoidance menunjukkan hasil uji determinasi bahwa nilai adjusted R
square sebesar 0,791 yang mengandung arti bahwa 71,9% besarnya tax avoidance
responsibility (X1) terhadap tax avoidance (Y) sebesar 6,102 lebih besar dari t-
tabel 1,98238 (df = 112 – 5 = 107; α = 5%) dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 (α
terhadap tax avoidance yang dapat diartikan apabila terjadi peningkatan atau
10,212 (positif). Hal ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan corporate social
sebesar 10,212 satuan tanpa dipengaruhi faktor lainnya. Hal ini berarti perusahaan
dengan peringkat yang tinggi dalam hal pengungkapan CSR dianggap melakukan
peringkat rendah dalam hal pengungkapan CSR. Perusahaan yang bertindak tax
avoidance akan menaikkan nilai rupiah pada pelaporan CSR sehingga dimata
CSR bagi perusahaan adalah pengeluaran, begitu pula dengan pajak yang
sehingga perusahaan akan berupaya mengurangi salah satu dari dua pengeluaran
Pajak Penghasilan.
Hasil ini didukung oleh penelitian Deiya dan Bambang (2016) dan Nurul
dan Hidayati (2017), Nurul dan Hidayati (2017) menyatakan bahwa corporate
CSR yang lebih luas sehingga memiliki ETR yang lebih rendah. Salah satu bentuk
kewajiban sosial perusahaan adalah membayar pajak. Perusahaan telah turut serta
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Jessica dan Toly (2014)
terhadap tax avoidance. Hasil penelitian Jessica dan Toly (2014) tersebut
responsibility besar maka belum tentu perusahaan akan semakin tidak agresif.
terhadap tax avoidance (Y) sebesar -6,413 lebih kecil dari -t-tabel -1,98238 (df =
112 – 5 = 107; α = 5%) dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 (α = 5%). Hasil ini
atau manajemen laba. Koefisien regresi variabel kualitas audit bernilai 8,744
66
(negatif). Hal ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan kualitas audit sebesar
satu satuan, maka akan menurunkan tax avoidance sebesar 8,744 satuan tanpa
Kualitas audit yang baik tentu akan dapat mendeteksi adanya tindakan
penelitian ini dilihat dari nilai discretionary accrual pada perusahaan, perusahaan
berbagai alasan seperti manajemen laba dengan meningkatkan laba karena ingin
menarik minat investor atau bertujuan agar perusahaan dinilai bagus oleh kreditur,
dalam hal yang berkaitan dengan beban pajak maka perusahaan akan melakukan
penurunan laba dengan tujuan agar beban pajak yang ditanggung oleh perusahaan
juga kecil karena pajak penghasilan dinilai berdasarkan jumlah laba perusahaan.
Maka dari itu, perusahaan dengan kualitas audit yang baik atau dengan nilai
accrual yang tinggi makan dinilai sebagai perusahaan yang melakukan tax
avoidance.
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia memiliki rata – rata 0,0844.
kualitas audit. Ketika ada manipulasi laba dalam perusahaan tentu hal ini akan
67
berdampak pada tax avoidance perusahaan. Oleh karena itu, kualitas audit
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Deiya dan Bambang (2016)
dan Nurfadilah, dkk (2016) yang menyatakan kualitas audit berpengaruh terhadap
tax avoidance yang artinya apabila nilai kualitas audit semakin besar maka tingkat
tax avoidance akan semakin kecil. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
jika nantinya ketahuan oleh aparat pajak maka auditor juga akan menerima risiko
khususnya risiko reputasi karena meskipun dilakukan secara legal akan tetapi
tetap saja mendapat sorotan kurang baik dari otoritas pajak karena dianggap
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
terhadap tax avoidance. Hasil penelitian Vidiyanti (2017) didasarkan bahwa audit
yang dilakukan oleh KAP lebih tertuju pada audit laporan keuangan. Dimana
terhadap tax avoidance (Y) sebesar -2,369 lebih kecil dari -t-tabel -1,98238 (df =
112 – 5 = 107; α = 5%) dan nilai signifikansi 0,010 < 0,05 (α = 5%). Hasil ini
68
regresi variabel leverage bernilai -0,138 (negatif). Hal ini berarti bahwa setiap
terjadi peningkatan leverage sebesar satu satuan, maka akan menurunkan tax
penelitian memiliki rasio DER sebesar 1,4453. Nilai ini menunjukkan bahwa
penggunaan hutang lebih besar dari penggunaan modal sendiri dimana untuk
setiap Rp 1 rupiah modal sendiri, ada Rp 1,4453 hutang. Hal ini membuktikan
bahwa perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang menjadi sampel
keuntungan dari penambahan hutang berupa tax shield. Oleh karena itu, leverage
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Kuriah
dan Asyik (2016), Dewinta dan Setiawan (2016) dan Purwanto (2016) yang
memiliki hutang tinggi akan mendapatkan insentif pajak berupa potongan atas
bunga pinjaman tersebut. Berdasarkan Pasal 6 ayat (1) huruf a UU No.36 tahun
2008 menyebutkan bahwa bunga utang adalah beban yang dapat dikurangkan
untuk tujuan perhitungan pajak, sehingga perusahaan yang memiliki beban pajak
perusahaan. Dengan menambah utang guna memperoleh insentif pajak yang besar
maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut agresif terhadap pajak. Hasil
penelitian ini membuktikan kebenaran trade-off theory bahwa bunga yang dibayar
dibandingkan dengan saham biasa atau saham preferen. Secara tidak langsung,
perusahaan membayar sebagian biaya hutang atau dengan kata lain hutang
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
perusahaan dapat menjadi gambaran penghindaran pajak terkait dengan tarif pajak
pajak, sedangkan dividen yang berasal dari laba ditahan tidak dapat menjadi
besar berasal dari pinjaman modal kepada pemegang saham atau pihak yang
berelasi, sehingga pada beban bunga yang ditimbulkan tidak dapat digunakan
sebagai pengurang laba kena pajak perusahaan. Beban bunga yang dapat
digunakan sebagai pengurang laba kena pajak adalah beban bunga yang muncul
akibat adanya pinjaman kepada pihak ketiga/ kreditur yang tidak memiliki
hubungan dengan perusahaan, hal ini diatur dalam UU No. 36 Tahun 2008 pasal 6
(X4) terhadap tax avoidance (Y) sebesar 4,141 lebih besar dari t-tabel 1,98238 (df
= 112 – 5 = 107; α = 5%) dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 (α = 5%). Hasil ini
Koefisien regresi variabel ukuran perusahaan bernilai 0,390 (positif). Hal ini
berarti bahwa setiap terjadi peningkatan ukuran perusahaan sebesar satu satuan,
maka akan menaikkan tax avoidance sebesar 0,390 satuan tanpa dipengaruhi
faktor lainnya.
tersebut. Perusahaan yang memiliki aset besar lebih berpotensi untuk mempunyai
laba yang besar pula karena skala usaha dari perusahaan tersebut lebih luas
dibanding perusahaan skala kecil. Oleh karena itu, perusahaan besar akan
total aset yang besar cenderung lebih agresif dalam melakukan tax avoidance,
daripada laba yang dihasilkan oleh perusahaan berukuran besar, maka perusahaan
berukuran kecil cenderung tidak meminimalkan beban pajak karena laba yang
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan Sari, dkk
(2016) dan Rinaldi dan Caroline (2015). Rinald dan Caroline (2015) menyatakan
perusahaan dengan ukuran besar akan lebih stabil dan lebih mampu dalam
total aktiva yang kecil. Sari, dkk (2016) menyatakan besarnya aset perusahaan
perusahaan dapat dilihat dari total aset dan sumberdaya yang dimiliki perusahaan,
perusahaan besar cenderung memiliki aset yang besar juga memiliki sumberdaya
memanfaatkan beban penyusutan dan amortisasi dari total aset yang dimiliki
perusahaan sebagai strategi pengurang laba kena pajak hal tersebut sesuai dengan
digunakan sebagai pengurang laba kena pajak, sehingga pajak terutang akan
semakin kecil. Hasil ini mendukung teori agensi bahwa sumber daya yang
kompensasi kinerja agent, yaitu dengan cara menekan beban pajak perusahaan
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
besarnya kerugian negara akibat perilaku Tax Avoidance yang dilakukan oleh
UMKM, makin menyiratkan bahwa selama ini pihak fiskus masih kesulitan untuk
menggali potensi pajak dari sektor UMKM, oleh karena itu fiskus mendorong
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
avoidance pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011 –
5.2 Keterbatasan
satu model dari discretionary accruals sebagai alat ukur variabel kualitas
74
audit, sedangkan masih banyak model dari discretionary accruals yang dapat
digunakan
2. Sampel yang digunakan pada penilitian ini merupakan perusahaan yang terdiri
dari berbagai sektor usaha tidak berfokus pada salah satu sektor usaha
5.3. Saran
saran yang diharapkan dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya, antara lain :
memperoleh hasil penelitian yang lebih akurat, seperti analisis jalur (path