You are on page 1of 3

ASAL BURUNG CENDRAWASIH

Burung cendrawasih telah menjadi fokus keingintahuan ilmiah dan hasrat estetika di
Eropa sejak 1522, ketika satu-satunya kapal untuk menyelesaikan keliling dunia Magellan
kembali dengan lima kulit burung cendrawasih yang lebih rendah bersama dengan muatan
cengkehnya. Pelaut Portugis kemudian membawa kulit burung cendrawasih dari Maluku
(Indonesia) dan New Guinea kembali ke Eropa. Alirannya yang kaya warna memikat
imajinasi Eropa, seperti halnya anatomi mereka yang tidak biasa, karena kaki burung-burung
telah dihapus selama pelestarian mereka. Hal ini memunculkan spekulasi Eropa bahwa
burung-burung, yang tidak dapat menyala, dan harus tetap berada dalam penerbangan. Ketika
Linnaeus mempublikasikan deskripsi ilmiah pertama tentang Greater Bird of Paradise pada
tahun 1758, ia meminta penerimaan awal burung di Eropa dengan menamai spesies
Paradisea apoda, burung cendrawasih tanpa kaki.

Burung Cenderawasih merupakan sekumpulan spesies burung yang dikelompokkan


dalam famili Paradisae yang terdiri dari 14 genus dan 43 spesies. Burung Cenderawasih
terutama ditemukan terbatas pada hutan basah dalam arti luas, termasuk pada hutan sekunder
dan hutan primer. Habitatnya berada pada zona ketinggian yang berbeda sampai dengan
ketinggian 3500 mdpl. Populasi paling banyak (30 dari 38 spesies) di Papua) terdapat pada
ketinggian 1000-2000 mdpl (Rumahorbo, 2012).

Gambar 1: Contoh beberapa sketsa burung Cendrawasih

Sebagian besar spesies Burung Cendrawasih terjadi di pulau New Guinea, atau di
pulau-pulau kecil yang berdekatan. Namun, tiga spesies Burung Cendrawasih (Riflebirds)
terdapat di barat laut Australia.
Gambar 2 : Sebaran burung cendrawasih

Cendrawasih kecil (Paradisaea minor Shaw, 1809) merupakan jenis burung endemik
dari famili Paradisaeidae yang hanya tersebar di hutan Irian Jaya dan Papua Nugini. Burung
ini ditemukan juga di Pulau Misool, Provinsi Irian Jaya Barat dan di Pulau Yapen, Provinsi
Papua. Tedapat dua jenis cenderawasih endemik papua, yakni cenderawasih merah dengan
nama latinnya Paradisaea rubra dan cenderawasih botak (Respublica diphyllodes).

Penyebaran burung Cenderawasih Kuning Kecil menurut Rand dan Gilliard (I968)
bahwa khusus Irian Jaya penyebaran burung Cendcnwasih berada di Utara dan selatan lrian
termasuk Yapen dan Misool di bagian Bamarat lrian, Pegunungan Arfak, daerah Sepik dan
Ramu Selain itu juga tersebar tidak merata pada daerah Utara Huon, bagian barat Teluk Etna
dengan kisaran penyrbaran berdasarkan ketinggian tempat mulai dari permukaan laut hingga
ketinggian I000 m diatas permukan laut (jarang ditemukan pada ketinggian I600 m dpl)

Menurut Setio. lekitoo dan Ginting (I998). penyebaran burung Cenderawasih Kuning
Kecil di Irian Jaya hampir tersebar merata dari begian barat Irian dekat daerah kepala burung
(Waigeo, Batanta, Salawati, Misool, Kofiau, Gebe dan Gagi). Kepulauan di Teluk
Cenderawasih ( Biak, Numfor, Meos. Num dan Yamen). dan Kepulauan Aru sampai barat
daya lrian.

Menurut Rand dan Gilliard (I967). bahwa habitat burung Cendenwasih Paradisaea
minor menyebar pada ketinggian 10 - 1500 m di atas permukaan laut di atas ketingian 1500
m aktivitas burung Cenderawasih berkurang.

Suatu ekor burung Cenderawasih mempunyai daerah jajah atau home range sekitar 2
km, disesuaikan dengan keadaan topografi di sekitar kawasan. Burung Cenderawasih
umumnya adalah hewan yang suka hidup berkelompok. Pada musim kawin dapat dijumpai
lebih dari dua ekor Jantan dan enam ekor betina pada suatu pohon. Biasanya burung
Cenderawasih senang bermain pada pohon fikus benjamina, haplolobus sp, palaquium sp,
dan pandanus sp (Maturbongs et. al., I994).
Kabupaten Kepulauan Aru merupakan wilayah di Provinsi Maluku yang memiliki
potensi jenis burung Cendrawasih (Paradisaea apoda). Jenis ini hidup di daratan rendah di
Irian dan Maluku, khususnya di Kepulauan Aru. Habitat burung Cendrawasih di Irian dan
Pulau Aru hampir sama (Widyastuti, 1993).

You might also like