You are on page 1of 2

1.

Latar Belakang
Masalah Problematika ketuhanan merupakan persoalaan metafisika yang paling kompleks.Pada mulanya,
orang memecahkannya secara wajar, yang kemudian mulai diperdebatkandan difilsafatkan.
Problematika ini kemudian menjadi objek kajian dari tokoh agama dan moral, dari ilmuan dan filosof.
Didalam ide ketuhanan manusia menemukan diri sendiri maupun penciptanya, dalam ide ini kita bisa
mengetahui sumber kebaikan dankesempurnaan, sumber eksistensi dan gerak karena Allah adalah
sumber yang segalayang ada, sebab dari segala-gala dan tujuan puncak. Sementara itu dalam Islam,
masalahketuhanan juga menempati masalah dasar utama keimanan dan keislaman. Keimananterhadap
tuhan menjadi standar keabsahan seseorang dalam memeluk agama Artinya, kesadaran tentang Tuhan,
baik-buruk, cara beragamahanya bisa diterima kalau berasal dari Tuhan sendiri.
Tuhanmemperkenalkandiri- Nya, konsep baik-buruk, dan cara beragama kepada manusia melalui pelba
gai pernyataan, baik yang dikenal sebagai pernyataan umum, seperti penciptaan alamsemesta,
pemeliharaan alam, penciptaan semua makhluk, maupun pernyataan khusus,seperti yang kita kenal
melalui firman-Nya dalam kitab suci, penampakan diri kepadanabi-nabi, bahkan melalui inkarnasi
menjadi manusia dalam dogma Kristen.Pernyataan-pernyataan Tuhan ini menjadi dasar keimanan dan
keyakinanumat beragama. Melalui wahyu yang diberikan Tuhan, manusia dapat mengenal Tuhan;manu
sia mengetahui cara beribadah; dan cara memuji dan mengagungkan Tuhan.Dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan tentang Tuhan, baik-buruk, dan cara beragama dalam perspektif teologis tidak terjadi
atas prakarsa manusia, tetapi terjadiatas dasar wahyu dari atas. Tanpa inisiatif Tuhan melalui wahyu-Nya,
manusia tidakmampu menjadi makhluk yang bertuhan dan beribadah kepada-Nya

Membangun Argumen tentang Cara Manusia Meyakini dan Mengimani Tuhan


Mengingat Tuhan adalah Zat Yang Mahatransenden dan Gaib (ghā`ibul ghuyūb), maka
manusia tidak mungkin sepenuhnya dapat mempersepsi hakikat-Nya. Manusia hanya mampu
merespon dan mempersepsi tajalliyāt Tuhan. Dari interaksi antara tajalliyāt Tuhan dan responmanusia,
lahirlah keyakinan tentang Tuhan. Tajalliyāt Tuhan adalah manifestasi
-manifestasiTuhan di alam semesta yang merupakan bentuk pengikatan, pembatasan, dan
transmutasiyang dilakukan Tuhan agar manusia dapat menangkap sinyal dan gelombang
ketuhanan.Dengan demikian, keyakinan adalah persepsi kognitif manusia terhadap penampakan
(tajalliyāt) dari-Nya. Dengan kata lain, meyakini atau memercayai Tuhan artinya pengikatandan
pembatasan terhadap Wujud Mutlak Tuhan yang gaib dan transenden yang dilakukanoleh subjek
manusia melalui kreasi akalnya, menjadi sebuah ide, gagasan, dan konsep tentang Tuhan. Tajallī Tuhan
yang esa akan ditangkap oleh segala sesuatu (termasuk manusia) secara berbeda-beda karena tingkat
kesiapan hamba untuk menangkapnya berbeda- beda. Kesiapan (isti’dād) mereka berbeda
-beda karena masing-masing memiliki keadaan dan sifat yang khas dan unik. Karena penerimaan
terhadap tajallī Tuhan berbeda-beda kualitasnya sesuai dengan ukuran pengetahuan hamba, maka
keyakinan dan keimanan pun berbeda satudengan yang lain. Berbicara tentang keimanan, maka ia
memiliki dua aspek, yaitu keyakinandan indikator praktis. Apabila mengacu pada penjelasan di atas,
keyakinan dapat dimaknaisebagai pembenaran terhadap suatu konsep (dalam hal ini konsep tentang
Tuhan) sehingga iamenjadi aturan dalam hati yang menunjukkan hukum sebab akibat, identitas diri,
danmemengaruhi penilaian terhadap segala sesuatu, serta dijalankan dengan penuh komitmen.
Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Visi Ilahi untuk Membangun Dunia yang Damai
Setelah kita membaca sub-pokok bahasan sebelumnya, maka dapat dipahami bahwa agarmanusia dapat
membangun kehidupan yang damai, aman, penuh kasih, dan sejahtera,maka dibutuhkan pemaknaan
tentang kesejatian hidup dan kehidupan yang lebih holistik,komprehensif, dan empatik. Ketiga hal itu
tidak akan mungkin dicapai kecuali olehmereka yang memiliki kesadaran dan kecerdasan spiritual,
karena kesadaran inimerupakan visi Ilahi yang dikaruniakan kepada orang-orang pilihan-Nya. Dalam
sub- pokok bahasan kali ini, kita akan membahas cara manusia dalam membangun relasi yangharmonis
dengan Tuhan sehingga manusia dapat menggapai visi Ilahi dalam membangunkehidupannya. Silahkan
Anda ikuti uraiannya dalam penjabaranpenjabaran berikut!Dalam perspektif Islam, manusia diciptakan
sebagai makhluk yang sempurna.Kesempurnaan manusia ditandai dengan DRAFT 55 kesiapannya untuk
berbakti kepadaTuhan karena dalam dirinya telah ditiupkan salah satu tajalli Tuhan yaitu roh.
Ketikamanusia masih menjaga dan memelihara fithrah-nya itu, manusia hidup dekat denganTuhan.
Dengan kata lain, manusia lebih bisa mendengar dan mengikuti tuntunan hatinurani, karena nuansa
spiritualitasnya begitu maksimal. Namun, karena godaan materi,yang dalam kisah Adam disimbolkan
dengan syajarah al-khuldi (pohon keabadian), makamanusia sedikit demi sedikit mulai kehilangan
nuansa spiritual dan kehilangansuperioritas roh sebagai penggerak kehidupan manusia dalam koridor
visi Ilahi. Dalam perspektif tasawuf, kejatuhan manusia membuat ia semakin jauh dari Tuhan
(diibaratkandalam kisah Adam sebagai ketergelinciran manusia dari Surga yang luhur dan suci kedunia
yang rendah dan penuh problematika). Ketika manusia makin jauh dari Tuhan,maka ia semakin jauh dari
kebenaran dan kebaikan Tuhan. Tampak dari uraian di
atas bahwa manusia adalah makhluk yang menyimpan kontradiksi di dalam dirinya. Di satu sisi,
manusia adalah makhluk spiritual yang cenderung kepada kebajikan dan
kebenaran. Namun di sisi lain, keberadaan unsur materi dan ragawi dalam dirinya memaksanyauntuk
tunduk pada tuntutan kesenangan jasmaniah. Sering kali terjadi konflik internaldalam diri manusia,
antara dorongan spiritual dan material sehingga dalam khazanahIslam dikenal paling tidak ada tiga
tipologi jiwa manusia, yaitu: an-nafs al-ammārah bissū` (jiwa yang selalu tergerak melakukan
keburukan), an-nafs allawwāmah (jiwa yangselalu mencela diri), dan an-nafs almuthma`innah (jiwa
yang tenang). Agar manusiadapat tetap konsisten dalam kebaikan dan kebenaran Tuhan, maka manusia
dituntut untukmembangun relasi yang baik dengan Tuhan. Manusia tidak akan mampu membangunrelasi
yang harmonis dengan Tuhan apabila hidupnya lebih didominasi oleh kepentinganragawi dan bendawi.
Oleh karena itu, sisi spiritualitas harus memainkan peran utamadalam kehidupan manusia sehingga ia
mampu merasakan kehadiran Tuhan dalam setiapgerak dan sikapnya. Apabila manusia telah mampu
mengasah spiritualitasnya sehingga iadapat merasakan kehadiran Tuhan, maka ia akan dapat melihat
segala sesuatu dengan visiTuhan (Ilahi). Visi Ilahi inilah yang saat ini dibutuhkan oleh umat manusia
sehinggasetiap tindak tanduk dan sikap perilaku manusia didasari dengan semangat kecintaankepada
Tuhan sebagai manifestasi kebenaran universal dan pengabdian serta pelayanankepada sesama ciptaan
Tuhan.

You might also like