Professional Documents
Culture Documents
net/publication/303265433
CITATIONS READS
0 2,822
3 authors, including:
Sunardi Sunardi
Universitas Lambung Mangkurat
30 PUBLICATIONS 30 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Sunardi Sunardi on 16 June 2016.
ABSTRAK
Sintesis dan karakterisasi gamma alumina (γ-Al2O3) dari kaolin asal Tatakan,
Kalimantan Selatan berdasarkan variasi temperatur kalsinasi telah dilakukan. Gamma
alumina (γ-Al2O3) diperoleh dengan metode sol-gel. Polyethylene glycol 6000 digunakan
sebagai template pembentuk pori, presipitasi dilakukan dengan penambahan NH 4OH 2,6
M hingga pH larutan 8-9 untuk memperoleh Al(OH)3. Kalsinasi dilakukan pada temperatur
500, 600, 700 dan 800 0C. Gamma alumina (γ-Al2O3) hasil kalsinasi kemudian di analisis
menggunakan Fourier Transform Infrared (FTIR) dan X-Ray Diftraction (XRD). Hasil
analisis karakterisasi FTIR menunjukkan pada masing-masing variasi temperatur
terbentuknya kerangka gamma alumina (γ-Al2O3) dan hasil XRD menunjukkan fasa
alumina yang terbentuk adalah gamma alumina (γ-Al2O3). Struktur terbaik dari gamma
alumina (γ-Al2O3) berdasarkan kekristalannya yaitu pada temperatur kalsinasi 700 0C
dengan nilai 2θ = 46,06; 60,07 dan 66,93.
Kata kunci : kaolin, gamma alumina, kalsinasi.
ABSTRACT
Synthesis and characterization gamma alumina (γ-Al2O3) from kaolin of Tatakan,
South Kalimantan with variation on their calcination temperature has been done. In this
research, gamma alumina (γ-Al2O3) was made by sol-gel method. Polyethylene glycol was
utilized as a template of forming pore, precipitation was done by addition of 2.6 M NH4OH
until pH 8-9 to obtain Al(OH)3. Calcination was carried out at various temperature, i.e.
500, 600, 700 and 8000C. Gamma alumina (γ-Al2 O3) obtained from the calcination process
was then analyzed using FTIR (Fourier Transform Infrared) Spectroscopy and XRD (X-
Ray Difraction) method. The FTIR result showed that at each variation of temperature, the
structural backbone of gamma alumina (γ-Al2O3) has already started to form, which is in
line with the result of XRD analysis that indicated that the alumina phase being formed
was gamma alumina (γ-Al2O3). The best structure of gamma alumina (γ-Al2 O3) based on
its crystallinity was obtained at the calcination temperature 700 0C, where its values of 2θ
were 46,06; 60,07 dan 66,93.
Keywords: kaolin, gamma alumina, calcination.
31
Molekul, Vol. 8. No. 1. Mei, 2013: 31 - 42
32
Sintesis Dan Karakterisasi Gamma Alumina (γ-Al2 O3)… (Utami Irawati, dkk.)
sangat cocok untuk produksi alumina Sejumlah larutan 30% H2O2 dimasukkan
karena memiliki kelimpahan yang besar sedikit demi sedikit ke dalam campuran
dalam kaolin (Hosseini et al., 2011). untuk menghilangkan zat-zat organik
Dalam proses pembentukan alumina yang ditandai dengan tidak adanya lagi
dari kaolin, temperatur kalsinasi gelembung udara yang terbentuk.
merupakan faktor penting. Kalsinasi Campuran diaduk selama semalam dan
menyebabkan terjadinya dekomposisi kemudian didiamkan sehingga kaolin
termal, transisi fasa atau penghilangan mengendap lalu bagian atas didekantir.
zat-zat volatil. Menurut Gates (1992) Pada endapan ditambahkan kembali
untuk α-Al2O3 menunjukkan fasa stabil akuades dan diaduk kembali selama 1
pada temperatur di atas 1000 oC, jam, didiamkan kembali dan kemudian
sedangkan fasa metastabilnya berupa didekantir. Perlakuan di atas diulang
gamma alumina (γ-Al2O3), delta alumina sebanyak 3 kali untuk menghilangkan
(δ-Al2O3), theta alumina (θ-Al2O3), kappa sisa H2O2. Kaolin hasil preparasi
alumina (κ-Al2O3) dan chi alumina (χ- kemudian dikeringkan kembali pada
Al2O3), muncul temperatur di bawah temperatur 100 oC selama semalam.
1000 oC. Gamma alumina (γ-Al2O3) Kaolin hasil purifikasi selanjutnya
terbentuk melalui pemanasan Al(OH)3 dianalisis menggunakan FTIR dan XRD
pada suhu 500-800 oC. untuk mengetahui karakteristiknya
(Sunardi et al., 2009).
Berdasarkan uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa nilai guna kaolin
akan jauh bertambah jika kaolin tersebut Metakaolinisasi
disintesis menjadi gamma alumina. Dekomposisi kaolin dilakukan
Selanjutnya, untuk meningkatkan nilai dengan proses kalsinasi pada temperatur
ekonomis dari gamma alumina tersebut 800 oC selama 3 jam untuk mengubah
ehingga dapat diproduksi dalam skala kaolin menjadi fasa amorf metakaolin
komersial, perlu dilakukan kajian melalui proses dehidroksilasi. Pada
terhadap metode yang akan memberikan perlakuan ini kaolin dikonversi menjadi
hasil optimum dengan proses yang tidak metakaolin dengan memutus ikatan pada
memerlukan biaya yang tinggi. Dalam ruang antar lapis silika alumina dan
penelitian ini, dilakukan studi terhadap melepaskan molekul H2O. Metakaolin
temperature kalsinasi yang memberikan yang diperoleh selanjutnya dianalisis
hasil optimum dalam sintesis gamma menggunakan FTIR dan XRD untuk
alumina dari kaolin. mengetahui karakteristiknya.
Aktivasi Asam
METODE PENELITIAN Proses aktivasi asam dilakukan untuk
Preparasi Kaolin melarutkan komponen alumina pada
metakaolin sehingga diperoleh larutan
Sampel padatan kaolin dari daerah alumina. Proses ini menggunakan
Tatakan, Kalimantan Selatan dikeringkan metode refluks dengan HCl 6 M pada
dalam oven selama 24 jam pada temperatur 900C selama 24 jam (rasio
temperatur 80 oC. Kaolin kering dihalus- perbandingan metakaolin: HCl yaitu 1 g :
kan menggunakan penggerus porselin dan 10 mL) (Cristobal et al., 2009).
diayak hingga lolos saringan 170 mesh.
Sebanyak 100 gram kaolin alam lolos Sintesis Alumina
ayakan 170 mesh dimasukkan ke dalam
1000 mL akuades sambil diaduk dengan Sintesis alumina dilakukan setelah
pengaduk magnet selama 3 sampai 4 jam. melalui proses leaching. Filtrat yang
33
Molekul, Vol. 8. No. 1. Mei, 2013: 31 - 42
34
Sintesis Dan Karakterisasi Gamma Alumina (γ-Al2 O3)… (Utami Irawati, dkk.)
35
Molekul, Vol. 8. No. 1. Mei, 2013: 31 - 42
36
Sintesis Dan Karakterisasi Gamma Alumina (γ-Al2 O3)… (Utami Irawati, dkk.)
37
Molekul, Vol. 8. No. 1. Mei, 2013: 31 - 42
Daerah antara 4000-1250 cm-1 al., 2009) dan 850-720 cm-1 yang
menunjukkan adanya serapan vibrasi merupakan vibrasi eksternal (Hamdan,
gugus –OH. Pada kristal alumina gugus 1992). Pada metakaolin terdapat daerah
ini dapat berasal dari hidrat (Hamdan, serapan vibrasi rentangan simetris yaitu
1992). Vibrasi ulur OH- (Al----O-H inter pada daerah 806,09 cm-1, sedangkan
oktahedral) (Ekosse, 2005). Pada sampel A, B, C dan D memiliki vibrasi
metakaolin daerah 3629,37 cm-1 dan eksternal pada daerah 756,07 cm-1,
sampel A, B, C dan D pada daerah 756,09 cm-1, 756,10 cm-1 dan 756,08
3857,63 cm-1 merupakan daerah serapan cm-1. Menurut Renuka et al (2012)
–OH yang terikat pada atom Al serapan yang terlihat pada daerah 1000
oktahedral pada permukaan alumina atau cm-1 hingga 435 cm-1 menyatakan adanya
pada antar lapis alumina yang dimiliki bentuk gamma alumina (γ-Al2 O3) salah
oleh metakaolin dan keempat sampel satunya adalah 758 cm-1 yang
lainnya. Pada sampel A, B, C dan D pita menandakan adanya ikatan vibrasi dari
serapan lebih tajam dibanding Al-O.
metakaolin, menyatakan bahwa jumlah Pita serapan pada daerah 500-420
–OH yang diserap lebih tinggi. Hal ini cm-1 berhubungan dengan vibrasi tekuk
disebabkan adanya perubahan struktur Al-O sedangkan pita serapan 420-300
dari oktahedral menjadi tetrahedral cm-1 berhubungan dengan adanya pori
karena proses sintesis dan kalsinasi pada terbuka pada kristal (Sunardi et al.,
metakaolin. 2009). Vibrasi tekuk Al-O terdapat pada
Pita serapan pada bilangan metakaolin di daerah 462,8 cm-1,
gelombang 3700-3400 cm-1 berhubungan sedangkan pada sampel A dan B terdapat
dengan gugus hidroksil (-OH) dari dan muncul pada daerah 424.32 cm-1,
molekul H2O yang merupakan vibrasi 425.34 cm-1, sedangkan sampel C pada
ulur gugus –OH. Pada hasil sintesis yang daerah 432,05 cm-1 dan 478,35 cm-1 dan
kemudian dikalsinasi serapan ini muncul terlihat juga pada sampel D di daerah
pada bilangan gelombang sekitar 3448,72 424,34 cm-1 dan 470,63 cm-1. Puncak
cm-1 pada metakaolin, sampel A, B, C serapan pada sampel C untuk vibrasi
dan D, namun pada keempat sampel hasil tekuk Al-O lebih tajam dibanding sampel
sintesis dan kalsinasi sangat lebar D, dan pada sampel D juga mengalami
dibanding pada metakaolin, hal ini karena penurunan nilai serapan. Adanya vibrasi
kemampuan –OH untuk membentuk tekuk Al-O dan vibrasi ulur Al-O pada
ikatan hidrogen dengan gugus-gugus daerah tersebut menyatakan adanya
–OH lainnya. Pita serapan baru muncul kerangka alumina (Renuka et al., 2012)
pada 1635,34 cm-1 hingga 1635,64 cm-1 dimana pada keempat sampel tersebut
yang merupakan vibrasi tekuk –OH dari semakin jelas ketajaman vibrasi ulur
molekul H2O (Nayak & Singh, 2007). Al-O yaitu pada sampel C, adanya vibrasi
Pita serapan ini muncul karena terjadi ulur Al-O hal ini menunjukkan
penyerapan air dari udara yang terbentuknya kerangka alumina pada
disebabkan oleh sifat alumina yang cukup setiap sampel.
higroskopis. Adanya pori terbuka terdapat pada
Serapan pada daerah bilangan metakaolin di daerah 350,98 cm-1
gelombang 850-650 cm-1 merupakan Sedangkan pada sampel A vibrasi pori
serapan vibrasi ulur Al-O dengan vibrasi terbuka terdapat di daerah 308,61 cm-1
rentangan simetris, vibrasi rentang dan 378,05 cm-1, sampel B di daerah
simetris dapat dibedakan menjadi 2 316,33 cm-1, 354,90 cm-1 dan 385,76,
daerah yaitu 720-650 cm-1 yang sampel C terdapat di daerah 401,19 cm-1
merupakan vibrasi internal (Sunardi et dan sampel D di daerah 308,61 cm-1,
38
Sintesis Dan Karakterisasi Gamma Alumina (γ-Al2 O3)… (Utami Irawati, dkk.)
362,62 cm-1 dan 385,76 cm-1. Diantara difraktogram pada sampel A, B, C, dan D
keempat sampel, sampel C memiliki nilai ditunjukkan pada Gambar 5.
serapan vibrasi pori terbuka paling tajam Berdasarkan Gambar 5 terlihat
puncaknya dan nilai serapan paling bahwa perbedaan signifikan dapat dilihat
tinggi. Ini menunjukkan bahwa sampel C dari ketajaman puncak dari sampel A, B,
memiliki kereaktifan tertinggi sedangkan C, dan D. Adanya puncak-puncak muncul
sampel D memiliki kereaktifan yang di tempat yang hampir sama menandakan
menurun pada kalsinasi temperatur bahwa kristalinitas hasil sintesis gamma
800 ºC. alumina (γ-Al2O3) mirip satu dengan
Metode X-Ray Diffraction (XRD) yang lainnya. Penyidikan terhadap fasa
merupakan suatu metode analisis alumina (Al2O3) yang terbentuk dari hasil
kualitatif yang memberikan informasi sintesis dapat dilakukan melalui
mengenai kekristalan suatu mineral perbandingan nilai 2θ hasil sintesis
tertentu. Hal ini dikarenakan setiap dengan nilai 2θ dari gamma alumina (γ-
mineral mempunyai pola difraktogram Al2O3) standar. Pembandingan dilakukan
yang karakteristik yang khas. dengan data gamma alumina (γ-Al2O3)
Kristalinitas sampel dilihat dari tampilan standar yang ada dalam Joint Committee
pola difaraktogramnya. Difraktogram on Power Diffraction (JCPDS) dari
yang memiliki pola pemisahan puncak- alumina. Bila puncak-puncak
puncak yang jelas dan intensitas difraktogram atau nilai 2θ memiliki
ketajaman puncaknya tinggi memiliki kemiripan dengan alumina (Al2O3)
kristalinitas yang baik. Pada penelitian standar berarti produk yang dihasilkan
ini, semua produk alumina yang memiliki fasa yang sama dengan hasil
dihasilkan dikarakterisasi dengan metode dari standar.
X-Ray Diffraction (XRD). Pola
39
Molekul, Vol. 8. No. 1. Mei, 2013: 31 - 42
Tabel 2. Perbandingan gamma alumina standar dengan gamma alumina hasil sintesis
GammaAlumina
(γ-Al2O3)
standar* A (5000C) B (6000C) C (7000C) D (8000C)
2θ 2θ I 2θ I 2θ I 2θ I
45,86 45,98 29 45,44 38 46,06 52 45,71 50
60,02 59,64 13 59,86 22 60,01 27 59,60 25
67,03 66,87 48 66,66 68 66,93 79 66,76 94
* = Le Coz et al (2000).
40
Sintesis Dan Karakterisasi Gamma Alumina (γ-Al2 O3)… (Utami Irawati, dkk.)
41
Molekul, Vol. 8. No. 1. Mei, 2013: 31 - 42
42