You are on page 1of 8

AKUNTANSI BIAYA

SAP 9

OLEH
KELOMPOK 14

NI PUTU SWANDEWI (1607532113)


NI MADE LENY PEBRIYANINGRUM (1607532117)
NI LUH YUNI PRATIWI (1607532119)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2017
Produk Bersama (Joint Product)

Produk bersama adalah beberapa macam produk yang dihasilkan bersama-sama atau
serempak dengan menggunakan satu macam atau beberapa macam bahan baku, tenaga kerja
dan fasilitas pabrik yang sama dan masukan (input) tersebut tidak diikuti jejaknya pada setiap
macam produk tertentu. Biaya produk bersama bersifat homogen untuk seluruh produk sampai
pada titik pisah.
Nilai jual dari masing-masing produk bersama relatif sama sehingga tidak ada produk yang
dianggap sebagai produk utama dan produk sampingan.

Contoh : pabrik penyulingan minyak mentah menghasilkan minyak siap dikonsumsi berupa
minyak gasolin, karosine, minyak diesel, minyak bakar, minyak tanah, dll.

Produk Sampingan (By-Product)

Istilah produk sampingan digunakan untuk produk yang bernilai total relative kecil dan
diproduksi secara bersamaan dengan produk yang bernilai lebih besar. Produk yang nilainya
lebih besar disebut dengan produk utama. Produk sampingan juga bisa diartikan sebagai produk
yang bukan tujuan utama operasi perusahaan tetapi tidak dapat dihindarkan terjadinya dalam
proses pengolahan produk disebabkan karena sifat bahan yang diolah atau karena sifat
pengolahan produk, kuantitas dan nilai produk sampingan relatif lebih kecil dari pada nilai
keseluruhan produk.
Perbedaan produk utama dan produk sampingan terletak pada nilai jualnya. Jika nilai jual suatu
produk relative lebih kecil dari yang lainnya maka dikategorikan sebagai produk sampingan.
Sedangkan apabila produk yang dihasilkan relatif sama maka dikategorikan sebagai produk
bersama.

Contoh : pada pabrik pengerajin kayu, kayu lapis dan kayu papan merupakan produk utama,
sedangkan serbuk gergaji merupakan produk sampingan.

Metode yang digunakan sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya pada produk
bersama.
1. Metode Nilai Jual Relatif.
Metode ini banyak digunakan untuk mengalokasikan biaya bersama kepada produk
bersama. Dasar pikiran metode ini adalah bahwa harga jual suatu produk merupakan
perwujudan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam mengolah produk tersebut.

2. Metode Satuan Fisik.


Metode ini mencoba menentukan harga produk bersama sesuai dengan manfaat yang
ditentukan oleh masing-masing produk akhir. Dalam metode ini biaya bersama
dialokasikan kepada produk atas dasar koefisien fisik yaitu kuantitas bahan baku yang
terdapat dalam masing-masing produk.

3. Metode Rata-rata Biaya Per-Satuan.


Metode ini hanya dapat digunakan bila produk bersama yang dihasilkan diukur dalam
satuan yang sama. Pada umumnya metode ini digunakan oleh perusahaan yang
menghasilkan beberapa macam produk yang sama dari satu proses bersama tetapi
mutunya berlainan.

4. Metode Rata-rata Tertimbang.


Dalam metode ini, kuantitas produksi dikalikan dengan angka penimbang dan hasil
kalinya baru pakai sebagai dasar alokasi. Penentuan angka penimbang untuk tiap-tiap
produk didasarkan pada jumlah bahan yang dipakai, sulitnya pembuatan produk ,
waktu yang dikomsumsi dan pembedaan jenis tenaga kerja yang dipakai untuk jenis
produk yang dihasilkan. Jika yang dipakai sebagai angka penimbang adalah harga jual
produk maka metode alokasinya disebut metode nilai jual relatif.(Mulyadi, 1993, 360)

Metode yang digunakan sebagai dasat untuk mengalokasikan biaya pada produk
sampingan.

Ada beberapa cara untuk memperlakukan produk sampingan :


1. Diakui sebagai tambahan penjualan.
2. Dikurangkan pada harga pokok penjualan.
3. Dikurangkan pada harga pokok produksi.
4. Diakui sebagai pendapatan lain - lain.

Joint cost dan Common Cost


Biaya bersama dapat diartikan sebagai biaya overhead bersama (joint overhead cost)
yang harus dialokasikan kebagian departemen, baik dalam perusahaan yang produksinya
berdasarkan pesanan maupun yang kegiatan produksinya yang dilakukan secara massa.
Biaya produksi bersama (join product cost) adalah biaya yang dikeluarkan sejak mula
– mula bahan baku di olah sampai dengan berbagai macam produk saat dipisahkan
identifikasinya. Biaya produk bersama ini terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan
biaya overhead pabrik.
Biaya bergabung dan biaya bersama dapat dibedakan ditinjau dari sudut alokasinya.
Dasar yang dipakai untuk mengalokasikan biaya bergabung harus menggambarkan aliran biaya
tersebut dalam proses produksi atau kepada produk. Atau dalam kata lain alokasi biaya
bergabung dianggap biaya tersebut dapat mengikuti jejak alirannya, atau diidentifikasi kepada
proses atau produk tertentu. Biaya bersama dikeluarkan untuk mengolah bahan baku berbagai
macam produk yang dapat berupa produk bersama (join Product), produk sampingan (by-
product), dan produk sekutu (co-product).
Sedangkan menurut Abdul Halim (1998; 125) dalam bukunya dasar-dasar akuntansi
biaya 2, biaya bersama adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi produk menjadi
beberapa macam.
Dan menurut Supriyono (1999; 238) dalam bukunya akuntansi biaya , biaya bersama
adalah biaya produksi yang terdiri atas biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan
biaya overhead pabrik yang semuanya tidak dapat diikuti jejaknya pada macam produk
tertentu.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan biaya bersama adalah biaya yang
dikeluarkan untuk mengolah bahan baku, tenaga kerja dan overhead pabrik yang menghasilkan
dua jenis produk atau lebih.

Metode Alokasi Biaya Bersama.

Biaya bersama dapat dialokasikan kepada tiap-tiap produk bersama dengan


menggunakan salah satu dari empat metode dibawah ini :
a. Metode Nilai Pasar / Nilai Jual Relatif
Metode ini mengasumsikan bahwa setiap produk yang dihasilkan dalam proses
produksi bersama memiliki nilai jual atau nilai pasar yang berbeda. Perbedaan nilai pasar
disebabkan tingkat pemakaian biaya yang berbeda, produk yang mengkonsumsi biaya yang
tinggi memiliki nilai jual tinggi juga dan sebaliknya.
Contoh:
Biaya produksi bersama untuk pemrosesan minyak mentah sebesar Rp 1.500.000.
Proses produksi bersama menghasilkan secara bersamaan bensin sebesar 50.000 liter, minyak
pelumas sebanyak 30.000 liter dan minyak tanah sebesar 20.000 liter. Harga jual setiap produk
per liter setelah titik pisah adalah bensin Rp 5.500, minyak pelumas Rp3.000 dan minyak tanah
Rp 1.750. Hitung alokasi biaya bersamanya.
Produk Jumlah Harga Nilai Jual Nilai Jual Alokasi Biaya Biaya /
Bersama Produk Jual (3)=(1)x(2) Relatif Bersama Unit
(liter) / Unit (%) (5)=(4)x1.500.00 (6)=(5)/(1
(1) (2) (4) 0 )
Bensin 50.000 5.500 275.000.000 68,75 1.031.250 21
Pelumas 30.000 3.000 90.000.000 22,5 337.500 12
Minyak 20.000 1.750 35.000.000 8,75 131.250 7
tanah
Total 100.000 400.000.000 100 1.500.000
b. Metode rata-rata biaya per satuan
Metode ini digunakan jika dari satu proses produksi bersama dihasilkan beberapa
produk dengan kualitas yang berbeda, dan produk bersama yang dihasilkan diukur dalam
satuan yang sama. Penentuan biaya untuk setiap produk dihitung sesuai dengan proporsi
kuantitas masing-masing produk yang dihasilkan.

Contoh:
Berdasarkan contoh soal diatas, total produksi sebesar 100.000 liter, dengan biaya
produksi rata-rata per liter adalah Rp 15 (Rp1.500.000/100.000). Alokasi biaya bersama
sebagai berikut:
Produk Kuantitas Rata-rata biaya per Alokasi Biaya
satuan Bersama
Bensin 50.000 15 750.000
Pelumas 30.000 15 450.000
Minyak tanah 20.000 15 300.000
Total 100.000 1.500.000

c. Metode rata-rata tertimbang


Asumsi yang mendasari adalah setiap produk yang dihasilkan dalam proses produksi
bersama memiliki faktor penimbang yang berbeda, seperti tingkat kesulitan pembuatan produk,
waktu yang dikonsumsi, keahlian tenaga kerja, kualitas produk yang dihasilkan, dll. Penentuan
alokasi biaya bersama pada setiap produk didasarkan atas perkalian jumlah unit produk dengan
angka penimbang, dan hasilnya digunakan sebagai dasar untuk alokasi.
Contoh:
Berdasarkan contoh soal diatas, angka penimbang untuk setiap produk adalah bensin 3,
minyak pelumas 2, dan minyak tanah 1. Alokasi biaya bersamanya sebagai berikut:

Produk Jumlah produk Angka Jumlah produk x Alokasi biaya


(1) penimbang angka bersama
(2) penimbang (4)=(3)/230.000
(3)=(1)x(2) x Rp1.500.000
Bensin 50.000 3 150.000 Rp 978.261
Pelumas 30.000 2 60.000 391.304
Minyak tanah 20.000 1 20.000 130.435
Total 100.000 230.000 Rp1.500.000

d. Metode unit kuantitatif


Asumsi yang mendasari adalah setiap produk yang dihasilkan dalam proses produksi
bersama menggunakan bahan baku sesuai dengan tingkat pemanfaatan bahan baku yang
terdapat pada setiap produk yang dihasilkan. Setiap produk dapat diidentifikasi sesuai dengan
tingkat pemanfaatan bahan baku dalam ukuran satuan yang sama.
Contoh:
Produk Kuantitas (1) Persentase (%) Alokasi Biaya
(2)=(1)/100.000 Bersama
(3)=(2)xRp1.500.000

Bensin 50.000 50 Rp 750.000


Pelumas 30.000 30 450.000
Minyak tanah 20.000 20 300.000
Total 100.000 100 Rp1.500.000

Penerapan Perlakuan Produk Sampingan

Dalam produk sampingan, yang menjadikan permasalahan adalah bagaimana


memperlakukan pendapatan penjualan produk sampingan tersebut. Pengakuan adanya produk
sampingan ini menyangkut perlakuan terhadap harga pokok produk sampingan, biaya untuk
memproses produk sampingan, dan hasil penjualan produk sampingan. Alokasi biaya bersama
kepada produk utama dan produk sampingan pada umumnya dianggap tidak perlu, karena nilai
produk sampingan relatif rendah bila dibandingkan dengan produk utama. Tetapi dalam
kenyataannya ada beberapa metode yang mengalokasikan biaya bersama kepada produk utama
dan produk sampingan.
Metode-metode akuntansi yang dapat diterima untuk menetapkan biaya produk
sampingan dibagi dalam dua kategori, yaitu:
1. Metode yang hanya melakukan pencatatan terhadap hasil penjualan produk sampingan,
tanpa menghitung harga pokok produk sampingan tersebut (metode tanpa harga pokok
/ Non Cost Method). Dalam metode ini biaya-biaya produksi hanya dibebankan ke
produk utama, kemudian hasil penjualan produk sampingan dicatat langsung sebagai
pendapatan / pengurang terhadap biaya-biaya produksi.
Dalam metode ini terdapat beberapa cara perlakuan terhadap hasil penjualan produk sampingan
sebagai berikut :
 Hasil penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai pendapatan lain-lain / pendapatan
diluar usaha.
 Hasil penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai tambahan terhadap hasil
penjualan produk utama. Dengan demikian dalam cara ini pendapatan usaha bertambah.
 Hasil produk sampingan diperlakukan mengurangi harga pokok penjualan.
 Hasil penjualan produk sampingan diperlakukan mengurangi total biaya produksi.
 Nilai pasar produk sampingan dikurangkan ke total biaya produksi (Metode Nilai Pasar /
reversal Cost Method)

2. Metode yang membebankan biaya-biaya produksi ke produk utama dan produk


sampingan (Metode Harga Pokok / Cost Method). Dalam metode ini biaya-biaya
produksi dialokasikan baik ke produk utama maupun produk sampingan. Sedangkan
harga pokok produk sampingan ditetapkan sebesar harga beli / nilai pengganti
(Replacement Cost) yang berlaku di pasar. Harga pokok tersebut di kredit perkiraan “
Barang Dalam Proses Bahan Baku ”. Dengan demikian biaya produksi (bahan baku)
untuk produk utama berkurang.

DAFTAR PUSTAKA

http://tugasdanbelajar.blogspot.co.id/2012/11/akuntansi-biaya-produk-bersama-dan.html

http://menixcomanik.blogspot.co.id/2011/01/metode-alokasi-biaya-bersama.html

You might also like