You are on page 1of 14

AKUNTANSI BIAYA

EMA217 A5
STANDAR COSTING

Oleh :

Putu Riska Diviana ( 1607531107)


Ni Putu Andriani Megantari ( 1607531108 )

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2017

1
BIAYA STANDAR ( STANDAR COSTING )

Devinisi Biaya standar :

Ialah biaya yang di tentukan di muka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya di
keluarkan untuk membuat satu satuan produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu, dengan
asumsi kondisi ekonomi, efisien dan faktor-faktor tertentu.

Standar ialah artian patokan tolak ukur. Jadi biaya standar ialah gaya produksi yang di tentukan
di muka untuk mengukur pelaksanaan (pengeluaran) biaya produksi sesungguhnya.

Standar costing ialah merupakan suatu sistem harga pokok yang di tetapkan di muka dalam
rangka memproduksi satu atau beberapa produk baik barang ataupun jasa.

Beberapa jenis standar sesuai dengan kegunaan dan tujuannya.

1. Standar ideal yaitu Biaya standar dimana penyusunannya di landasi kondisi paling ideal
misalnya, mesin dalam keadaan kapasitas penuh pegawai bekerja sesuai jam yang
ditentukan dan tingkat absen pegawai 0%, bahan selalu tersedia serta keadaan lain bisa di
kendalikan. Standar ideal tidak mungkin dilaksanakan pada kondisi normal, sehingga
standar semacam ini hanya untuk patokan mati tidak untuk pelaksanaan pengawasan
sesunggguhnya.

2. Standar bisa diharapkan yaitu standar ini penyusunannya sudah memperhitungkan


kondisi normal intern tetapi ekstern perusahaan belum. Interen yaitu kondisi dalam
pengendalian perusahaan seperti tidak absensi rata-rata pegawai, kemungkinan rusaknya
masih, cadangan istirahat pada waktu mesin di reparsi dan sebagainya. Ekstern yaitu
belum di perhitungkan seperti tidak adanya bahan, tingkat perubahan harga dan
sebagainya. standar ini masih bisa di harapkan tercapai.

3. Standar normal atau ekonomi yaitu standar yang layak di gunakan sebagai alat
pengawasan pelaksanaan karena penyusunannya sudah diperhitungkan kondisi baik
intern maupun ekstern yang berpengaruh pada penyusunan standar.

Manfaat sistem biaya standar dalam pengendalian biaya

Sistem biaya standar dirancang untuk mengendalikan biaya. Biaya standar merupakan alat yang
penting di dalam menilai pelaksanaan kebijakan yang telah di tetapkan sebelumnya. Jika biya

2
standar di tentukan secara realistis, hal ini akan merangsang pelaksana dalam melaksanakan
pekerjaannya dengan efektif, karena pelaksana telah mengetahui bagaimana pekerjaan
seharusnya di laksanakan. Dan pada tingkat biaya berapa pekerjaan tersebut seharusnya
dilaksanakan.

Sistem biaya standar memberikan pedoman kepada manajemen. Berapa biaya yang seharusnya
untuk melaksanakan kegiatan tertentu sehingga kemungkinan mereka melakukan pengurangan
biaya dengan cara perbaikan metode produksi, pemilihan tenaga kerja dan kegiatan lain.

Kegunaan biaya standar :

1. Menetapkan anggaran
1. Mengendalikan biaya dan memotivasi serta mengukur efisiensi
2. Memperbesar kemungkinan pengurangan biaya
3. Menyederhanakan prosedur penetapan biaya dan mempercepat penyajian laporan biaya
4. Membebankan biaya kepersediaan bahan, barang dalam proses dan barang jadi
5. Memberikan dasar bagi penetapan tender dan kontrak serta untuk menetapkan harga jual

Persamaan anggaran dan biaya standar

Standar dan anggaran sama-sama mempunyai tujuan yang sama :

- Pengendalian managerial
- Keduanya menggunakan biaya di tentukan terlebih dahulu untuk periode mendatang
- Baik anggaran maupun standar memungkinkan penyusunan laporan manajerial yhang di
bandingkan biaya actual dengan biaya yang ditentukan terlebih dahulu

Persamaan anggaran dan biaya standar

Standar dan anggaran sama-sama mempunyai tujuan yang sama :

- Pengendalian managerial
- Keduanya menggunakan biaya di tentukan terlebih dahulu untuk periode mendatang
- Baik anggaran maupun standar memungkinkan penyusunan laporan manajerial yang di
bandingkan biaya actual dengan biaya yang ditentukan terlebih dahulu

Perbedaan anggaran dan biaya standar

- Anggaran adalah salah satu metode untuk mendapatkan informasi yang andal dan langsung
berkaitan dengan opersi dan pengendalian perusahaan
- Standar di katakan merupakan suatu hal yang mutlak perlu dalam menyusun anggaran
- Perbedaan pokok terletak pada ruang lingkupnya

3
Kelemahan Biaya Standar

Tingkat kelonggaran standar dapat dihitung dengan tepat. Walapun tgelah ditetapkan dengan
jelas jenis standar apa yang di butuhkan oleh perusahaan, tetapi jika ada jaminan bahwa standar
telah di tetapkan dalam perusahaan secara keseluruhan dengan kelonggaran yang relative sama.
Seringkali standar cenderung untuk menjadi kaku atau tidak fleksibel, meskipun dalam jangka
waktu pendek. Keadaan produksi selalu mengalami perubahan, sedangkan perbaikan standar
jarang sekali dilakukan. Jika standar sering diperbaiki, hal ini menyebabkan kurang efektifnya
standar tersebut sebagai alat pengukur pelaksana, jikia tidak diadakan perbaikan standar, padahal
terjadi perubahan yang berarti dalam perusahaan atau produksi, maka akan terjadi pengukuran
pelaksanaan yang tidak tepat dan tidak realistis.

Dalam pihak anggaran flexible memisahkan factor-faktor biaya tetap dan variable, dan
memperlakukan biaya overhead tetap sebagai biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kondisi
volume tertentu.

Prosedur Penentuan Biaya Standar


Biaya Bahan Baku Standar
Biaya bahan baku standar terdiri dari :
1. Masukan fisik yang diperlukan untuk memproduksi sejumlah keluaran fisik tertentu, atau
lebih dikenal dengan nama kuantitas standar.
2. Harga per satuan masukan fisik tersebut, atau disebut pula harga standar.
Untuk mengubah kuantitas standar bahan baku menjadi biaya bahan baku standar,
maka perlu ditentukan harga standar bahan baku. Harga standar ini pada umumnya ditentukan
dari daftar harga pemasok, catalog atau informasi yang sejenis dan informasi lain yang tersedia
yang berhubungan dengan kemungkinan perubahan harga-harga tersebut di masa depan.
Menurut Mulyadi (2009 : 392), harga yang dipakai sebagai harga standar dapat berupa :
a. Harga yang diperkirakan akan berlaku di masa yang akan datang, biasanya untuk jangka
waktu satu tahun.
b. Harga yang berlaku pada saat penyusunan standar.
c. Harga yang diperkirakan akan merupakan harga normal dalam jangka panjang.
Biaya Tenaga Kerja Standar

4
Menurut Mulyadi (2009 : 392) biaya tenaga kerja standar terdiri dari dua unsur yaitu :
1. Jam Tenaga Kerja Standar
Jam tenaga kerja standar dapat ditentukan dengan cara :
a. Menghitung rata-rata jam kerja yang dikonsumsi dalam suatu pekerjaan dari kartu harga
pokok (cost sheet) periode yang lalu.
b. Membuat test-run operasi produksi dibawah keadaan normal yang diharapkan.
c. Mengadakan penyelidikan gerak dan waktu dari berbagai kerja karyawan dibawah keadaan
yang diharapkan.
d. Mengadakan taksiran yang wajar, yang didasarkan pada pengalaman dan pengetahuan
operasi produksi dan produk.
Jam tenaga kerja standar ditentukan dengan cara memperhitungkan kelonggaran waktu untuk
istirahat, penundaan kerja yang tak bisa dihindari (menunggu bahan baku, reparasi dan
pemeliharaan mesin) dan faktor-faktor kelelahan kerja.
2. Tarif Upah Standar
Penentuan tarif upah standar memerlukan pengetahuan mengenai kegiatan yang
dijalankan, tingkat kecepatan tenaga kerja yang diperlukan dan rata-rata upah per jam yang
diperkirakan akan dibayar.
Menurut Mulyadi (2009 ; 393), untuk menentukan tarif upah standar dapat ditentukan atas dasar:
1. Perjanjian dengan organisasi karyawan.
2. Data upah masa lalu. Dalam hal ini yang dapat dipergunakan sebagai tarif upah standar adalah:
rata-rata hitung, rata-rata tertimbang atau median dari upah karyawan masa lalu.
3. Perhitungan tarif upah dalam keadaan operasi normal.

Biaya Overhead pabrik standar


Standar biaya overhead pabrik adalah biaya overhead pabrik yang seharusnya terjadi
dalam pembuatan satu-satuan produk. Manfaat utama tarif overhead standar ini meliputi unsur
biaya overhead pabrik variabel dan tetap, adlaah untuk penentuan harga pokok produk dan
perencanaan. Untuk pengendalian biaya overhead pabrik dalam sistem biaya standar, perlu
dibuat anggaran fleksibel, yaitu anggaran biaya untuk beberapa kisaran (range) kapasitas. Tarif
biaya overhead standar menggabungkan biaya tetap dan variabel dalam satu tarif yang
didasarkan pada tingkat kegiatan tertentu. Sebagai akibatnya dalam tarif biaya overhead pabrik

5
ini semua biaya overhead pabrik diperlakukan sebagai biaya variabel. Di lain pihak anggaran
fleksibel memisahkan faktor-faktor biaya tetap dan variabel, dan memperlakukan biaya
overhead tetap sebagai biaya yang jumlah totalnya tetap dalam volume tertentu. (Mulyadi, 2009 :
393)

Jenis-jenis Biaya Standar

Biaya standar dapat digolongkan berdasarkan tingkat keketatan atau kelonggaran sebagai berikut
(Mulyadi, 1991 : 423) :

1. Standar teoritis

Merupakan standar yang ideal yang dalam pelaksanaanya sulit untuk dapat dicapai.
Asumsi yang mendasari standar teoritis ini adalah bahwa standar merupakan tingkat yang
paling efisien yang dapat dicapai oleh para pelaksanaan. Kebaikan standar ini dapat
digunakan dalam jangka waktu yang relatif lama.

2. Rata-rata biaya waktu yang lalu

Rata-rata biaya yang berlaku memandang biaya-biaya yang tidak efisien, yang
seharusnya tidak boleh dimasukkan sebagai unsur biaya standar. Tetapi jenis ini berguna
pada saat permulaan perusahaan menerapkan sistem biaya standar.

3. Standar lama

Didasarkan atas taksiran biaya di masa yang akan datang di bawah asumsi keadaan
ekonomi dan kegiatan yang norma, standar ini berguna agi manajemen dalam
perencanaan jangka panjang dan dalam pengambilan keputusan yang bersifat jangka
panjang

4. Pelaksanaan terbaik yang dapat dicapai (attainable high Performance)

Didasarkan pada tingkat pelaksanaan terbaik yang dapat dicapai dengan


memperhitungkan ketidakefisienan kegiatan yang tidak dapat dihindari terjadinya.

Analisis Selisih Biaya Produksi


Selisih Biaya Bahan Baku

6
Menurut Mulyadi (2009 : 395) ada tiga model analisis selisih biaya produksi
langsung :
1. Model Satu Selisih (The One - Way Model)
Dalam analisis selisih biaya produksi hanya akan dijumpai tiga selisih : selisih biaya bahan baku,
selisih biaya tenaga kerja langsung dan selisih biaya overhead pabrik. Hasil dari perhitungan ini
adalah untuk menentukan laba dan rugi nya suatu perusahaan. Analisis selisih dalam model ini
dapat digambarkan dengan rumus sebagai berikut :
St = (HSt x KSt) – (HS x KS)
Dimana :
St = Total Selisih HSt = Harga Standar
KSt = Kuantitas Standar HS = Harga Sesungguhnya
KS = Kuantitas Sesungguhunya

2. Model Dua Selisih (The Two - Way Model)


Dalam model analisis selisih ini, selisih antar biaya sesungguhnya dengan biaya standar dipecah
menjadi dua macam selisih, yaitu selisih harga dan selisih kuantitas atau efisiensi. Rumus
perhitungan selisih dapat dinyatakan dengan persamaan berikut :
SH = (HSt – HS) x KS rumus perhitungan selisih harga
SK = (KSt – KS) x HSt rumus perhitungan selisih kuantitas
Dimana :
SH = Selisih Harga SK = Selisih Kuantitas/efisiensi
HSt = Harga Standar KSt = Kuantitas Standar
HS = Harga Sesungguhnya KS = Kuantitas Sesungguhnya

3. Model Tiga Selisih (The Three – Way Model)


Dalam model ini, selisih antara biaya standar dengan biaya sesunggguhnya dipecah menjadi tiga
macam selisih berikut ini : selisih harga, selisih kuantitas dan selisih harga atau kuantitas.
Analisis dalam metode ini dapat digambarkan dengan rumus :
SH = (HSt – HS) x KSt untuk menghitung selisih harga
SK = (KSt – KS) x HSt untuk menghitung selisih kuantitas
SHK = (HSt – HS) x (KSt – KS) untuk menghitung selisih gabungan yang merupakan selisih
harga/kuantitas.

Selisih Biaya Tenaga Kerja


Ada tiga jenis model analisis selisih biaya tenaga kerja langsung menurut Mulyadi (2009 ; 406 –
408) :
1. Model Satu Selisih
Rumus perhitungan model selisih ini adalah :
ST = (JKSt x TUSt) – (JKS X TUS)
2. Model Dua Selisih
Rumus perhitungan model selisih ini adalah :

7
STU = ( TUSt – TUS ) x JKS
SEU = ( JKST – JKS ) x TUSt
3. Model Tiga Selisih
Rumus perhitungan model selisih ini adalah :
STU = ( TUSt – TUS ) x JKSt
SEU = ( JKSt – JKS ) x TUSt
STEU = ( TUSt – TUS ) x ( JKST – JKS )
Keterangan :
ST = Selisih Total TUSt = Tarif Upah Standar
STU = Selisih Tarif Upah TUS = Tarif Upah Sesungguhnya
SEU = Selisih Efisiensi Upah JKSt = Jam Kerja Standar
STEU = Selisih Tarif Efisiensi Upah JKS = Jam Kerja Sesungguhnya

Selisih Biaya Overhead Pabrik


Pada perhitungan tariff biaya overhead pabrik adalah menggunakan kapasitas normal,
sedangkan biaya overhead pabrik kepada produk menggunakan kapasitas sesungguhnya yang
dicapai.
Menurut Mulyadi (2009 : 409), ada 4 model analisis selisih biaya overhead pabrik :
1. Model Satu Selisih
Selisih BOP dihitung dengan cara mengurangi BOP dengan tarif standar pada kapasitas standar
dengan BOP sesungguhnya.
2. Model Dua Selisih
Pada model ini, BOP dipecah menjadi dua macam selisih, yaitu :
a. Selisih Terkendali : perbedaan BOP sesungguhnya dengan BOP yang dianggarkan pada
kapasitas standar.
b. Selisih Volume : perbedaan antara BOP yang dianggarkan pada jam standar dengan BOP
yang dibebankan kepada produk.
3. Model Tiga Selisih
Dalam model ini, BOP dipecah menjadi tiga macam selisih, yaitu :
a. Selisih Pengeluaran : perbedaan BOP sesungguhnya dengan BOP yang dianggarkan pada
kapasitas sesungguhnya.
b. Selisih Kapasitas : perbedaan antara BOP yang dianggarkan pada kapasitas sesungguhnya
dengan BOP yang dibebankan kepada produk pada kapasitas sesungguhnya.
c. Selisih Efisiensi : tarif BOP dikalikan dengan selisih antara kapasitas standar dengan kapasitas
sesungguhnya.
4. Model Empat Selisih
Pada metode ini selisih BOP dipecah menjadi empat, yaitu :
a. Selisih Pengeluaran.
b. Selisih Kapasitas.
c. Selisih Efisiensi Tetap.
d. Selisih Efisiensi Variabel.

8
Perhitungan selisih pengeluaran dan selisih kapasitas sama seperti perhitungan pada metode tiga
selisih. Selisih Efisiensi Tetap dihitung dengan rumus sebagai berikut :
( JKSt – JKS ) x Tarif BOP Tetap Standar
Selisih Efisiensi Variabel dihitung dengan rumus berikut ini :
( JKSt - JKS ) x Tarif BOP Variabel Standar

Jurnal Terhadap Selisih


Menurut Mulyadi (2009 : 417 - 418) jurnal terhadap selisih adalah sebagai berikut:
a. Selisih Biaya Bahan Baku (BBB)
Selisih harga bahan baku Rp xxx
Barang dalam proses – BBB Rp xxx
Selisih kuantitas bahan baku Rp xxx
b. Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung
Selisih efisiensi upah Rp xxx
Barang dalam proses – BTKL Rp xxx
Selisih tarif upah Rp xxx
c. Selisih Biaya Overhead Pabrik (BOP)
Selisih pengeluaran Rp xxx
Selisih kapasitas Rp xxx
Selisih efisiensi Rp xxx
Barang dalam proses – BOP Rp xxx

AKUNTANSI BIAYA STANDAR


Secara garis besar sistem akuntansi biaya standar dapat dibagi dua metode yaitu:
1. Metode Ganda (Partial Plan)
Karakteristik metode ganda adalah:
1. Rekening Barang Dalam Proses dengan biaya sesunggunya dan dikredit dengan biaya
standar. Metode ini persediaan bahan baku dicatat pada biaya sesungguhnya dan persediaan
produk jadi dicatat pada harga harga pokok standar. Harga pokok penjualan dicatat pada harga
pokok standar.
2. Selisih biaya sesungguhnya dari biaya standar dihitung pada akhir periode akuntansi, setelah
harga pokok persediaan produk dalam proses ditentukan dan harga pokok produk jadinyang
ditransfer ke gudang dicatat dalam rekening Barang dalam proses.

9
3. Selisih biaya sesungguhnya dari biaya standar merupakan jumlah total perbedaan antara biaya
standar dengan biaya sesungguhnya. Analisis terhadap selisih tersebut merupakan bantuan
informasi yang tidak tersedia dalam rekening-rekening buku besar.
Aliran Biaya Standar Dalam Metode Ganda:
Berdasarkan data dalam contoh 1, berikut ini disajikan jurnal-jurnal yang dibuat untuk
mencatat biaya produksi sesungguhnya, biata produksi standar dan selisih.
1. Pencatatan biaya bahan baku
BDP biaya bahan baku Rp. 1.155.000
Persediaan bahan baku Rp.1.155.000
(Pemakaian bahan baku sesungguhnya 1.050kg @ Rp1.000 = Rp1.155.000)
2. Pencatatan biaya tenaga kerja langsung
BDP biaya tenaga kerja langsung Rp. 2.422.500
Gaji dan upah Rp.2.422.500
(Pembebanan biaya tenaga kerja sesungguhnya 5.100jam @ Rp 475 = Rp. 2.422.500)
3. Pencatatan Biaya overhead pabrik
Dalam metode ganda, BOP dicatat dengan menggunakan salah satu metode berikut ini:
Metode 1.
a. Pencatatan BOP sesungguhnya terjadi
BOP sesungguhnya Rp3.650.000
Berbagai Rek. Yang dikredit Rp3.650.000
b. Pembebanab BOP sesungguhya ke rekening BDP
BDP BOP Rp.3.650.000
BOP sesungguhnya Rp.3.650.000
Metode 2.
a. Pencatatan BOP sesungguhnya
BOP sesungguhnya Rp.3.650.000
Berbagai rek. Dikredit Rp.3.650.000
b. Pembebanan BOP kepada produk atas dasar tarif tandar (5.100 jam x Rp700 = Rp.3.570.000)
BDP BOP Rp. 3.570.000
BOP yang dibebankan Rp.3.570.000
c. Penutupan rekening BOP yang dibebankan

10
BOP yang dibebankan Rp.3.570.000
BOP yang sesungguhnya Rp.3.570.000
4. Pencatatan harg apokok produk jadi
Persediaan produk jadi Rp.7.250.000
BDP BBB Rp.1.250.000
BDP BTK Rp.2.500.000
BDP BOP Rp.3.500.000
- Biaya bahan baku =Rp5.000x250 un=Rp.1.250.000
- Biaya tenagakerja=Rp10.000 x 250u = Rp.2.500.000
- BOP (Rp8.000 + Rp6.000) x 250 u = Rp.3.500.000
5. Pencatatan selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya standar.
a. Selisih bahan baku
Selisih harga bahan baku Rp. 105.000
BDP biaya bahan baku RP. 95.000
Selisih kuantitas bahan baku Rp.200.000
b. Selisih biaya tenaga kerja langsung
Selisih efisiensi upah Rp. 50.000
BDP biaya tenaga kerja Rp. 77.500
Selisih tarip upah Rp.127.500
c. Selisih biaya overhead pabrik
1. Jika pencatatan BOP menggunakan metode I
Selisih pengeluaran Rp. 50.000
Selisih kapasitas Rp. 30.000
Selisih efisiensi Rp. 70.000
BDP BOP Rp.150.000
2. Jika pencatatan BOP menggunakan metode 2
Dengan model tiga selisih dicatat sebagai berikut:
- Selisih efisiensi Rp. 70.000
BDP BOP Rp. 70.000
- Selisih pengeluaran Rp. 50.000
Selisih kapasitas Rp. 30.000

11
BOP sesungguhnya Rp. 80.000
Metode Tunggal (SINGLE PLAN)
Berdasarkan data dalam contoh 1, berikut ini disajikan jurnal-jurnal yang dibuat untuk mencatat
biaya bahan baku, mencatat biaya tenaga kerja langsung dan mencatat biaya overhead pabrik
.1. Mencatat Biaya bahan baku
a. Mencatat pembelian bahan baku
Persediaan bahan baku Rp. 1.650.000
Hutang dagang Rp. 1.650.000
b. Mencatat pemakaian bahan baku
BDP bahan baku Rp. 1.250.000
Selisih Harga bahan baku Rp. 105.000
Persediaan bahan baku Rp . 1.155.000
Selisih Kuantitas Rp 200.000
2. Pencatatan Biaya Tenaga Kerja
BDP Biaya Tenaga Kerja Rp. 2.500.000
Selisih efisiensi Rp. 50.000
Gaji dan upah Rp. 2.422.500
Selisih tarif Rp. 127.500
3. Pencatatan Biaya Overhead Pabrik
a.Metode dua selisih
Jika metode dua selisih digunakan untuk analisis selisih biaya overhead pabrik maka prosedur
pencatatan sbb:
1. Mencatat pembebanan BOP
BDP BOP Rp. 3.500.000*
BOP yang dibebankan Rp.3.500.000
*250 unit x 20 jam x Rp.700=Rp.3.500.000
2. Mencatat BOP sesungguhnya
BOP Sesungguhnya Rp3.650.000
Berbagai rek.dikredit Rp 3.650.000
3. Mencatat penutupan rekening BOP yang dibebankan kerekening BOP
sesungguhnya:

12
BOP yang dibebankan Rp. 3.500.000
BOP sesungguhnya Rp.3.500.000
4. Mencatat selisih BOP yaitu:
Selisih terkendali Rp. 90.000
Selisih volume Rp. 60.000
BOP sesungguhnya Rp. 150.000
b. Metode tiga selisih
1. Pencatatan pembebanan BOP kepada produk:
BDP BOP ( 5.000JamxRp.700) Rp. 3.500.000
Selisih efisiensi .RP 70.000
BOP yang dibebankan Rp 3.570.000*
*5.100 jam x Rp.700 = Rp.3.570.000
2. Mencatat BOP sesungguhnya :
BOP sesungguhnya Rp. 3.650.000
Berbagai rek. dkredit Rp.3.650.000
3. Mencatat penutupan rekening BOP yang dibebankan kerekening BOP sesungguhnya:
BOP yang dibebankan Rp. 3.570.000
BOP sesungguhnya Rp.3.570.000
4. Mencatat selisih BOP:
Selisih pengeluaran Rp.50.000
Selisih kapasitas Rp.30.000
BOP sesungguhnya Rp.80.000
c. Metode Empat Selisih:
Perbedaan metode empat selisih denhan metode tiga selisih terletak pada selisih efisiensi, maka
pencatatan BOP dalam metode 4 selisih dilakukan bengan membentuk rekening selisih efisiensi
variabel dan selisih efisiensi tetap.
BDP BOP Rp. 3.500.000
Selisih efisiensi variabel Rp. 40.000
Selisih efisiensi tetap Rp. 30.000
BOP yang dibebankan Rp.3.570.000
4. Pencatatan Harga Pokok Produk Jadi

13
Pencatatan harga pokok produk jadi yang ditransfer kegudang dilakukan dengan
mengkredit rekening BDP dan mendebet rekening persediaan produk jadi. Jadi sebesar
= produk jadi yang di transfer x harga pokok standar per satuan.
Persedian produkjadi Rp. 7.250.000
BDP BBB Rp. 1.250.000
BDP TKL Rp. 2.500.000
BDP BOP Rp. 3.500.000
*250 unit x Rp. 29.000 = Rp. 7.250.000

DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi, 2005. Akuntansi Biaya. Edisi Kelima. Yogyakarta ; UPPAMP YKPN


Universitas Gajah Mada
http://lelyjado3l91.blogspot.co.id/2012/04/pengertian-biaya-dan-biaya-standar.html

14

You might also like