You are on page 1of 10

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Alginat

Alginat adalah material cetak gigi yang paling banyak digunakan. Alginat

sering digunakan karena mudah dimanipulasi, peralatan yang digunakan sedikit,

fleksibilitas cetakan, keakuratan dari hasil cetakan alginat apabila ditangani

dengan tepat, dan harganya murah. Alginat berfungsi untuk membuat duplikasi

jaringan rongga mulut dengan baik dan akurat (Craig and Powers, 2002).

Kekurangan dari bahan cetak alginat ini adalah mempunyai potensi menahan

mikroba lebih banyak dibanding bahan cetak lainnya (Powers and Wataha 2008).

2.1.1. Struktur Kimia Alginat

Asam alginat atau ganggang laut coklat merupakan bahan dasar alginat

yang dibentuk dari tumbuh-tumbuhan laut yang sebagian besar terdiri dari garam

potasium dan garam sodium. Asam alginat mempunyai berat molekul yang besar

dan terdiri atas kopolimer asam anhydro-beta-D-mannuronik dan asam anhydro-

beta-D-guluronik (Phillips, 1991).

2.1.2. Macam-macam Alginat

Menurut Joseph (2002) alginat dapat dibagi dalam 2 klasifikasi

berdasarkan waktu pengerasannya atau setting time antara lain:

SKRIPSI DAMPAK PENUNDAAN PENGISIAN ...LULYTHA RAHMANIKE PUTRI


ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

a. Quick setting alginat

Alginat mengeras dalam waktu 1 menit, biasanya digunakan untuk

mencetak rahang anak-anak atau penderita yang mudah mual.

b. Regular setting alginat

Alginat yang mengeras dalam waktu 3 menit, digunakan untuk pemakaian

rutin.

2.1.3. Komposisi Alginat

Menurut Anusavice (2004) komposisi dari bahan cetak alginat dapat

dilihat dari tabel berikut:

Tabel 2.1. Komposisi Alginat dan Fungsinya (Anusavice, 2004).

KOMPONEN FUNGSI BERAT (%)


Kalium alginat Bahan pelarut dalam air 15
Calcium sulfate Reaktor 16
Zinc oxide Partikel pengisi 4
Kalium titanium Fluoride Akselerator 3
Diatomaceous earth Partikel pengisi 60
Natrium phospate Retarder 2

Waktu setting alginat dikendalikan oleh komposisi Sodium phosphate

yang terdapat dalam bubuk alginat. Bila seluruh jumlah Sodium phosphate yang

terdapat dalam bubuk alginat telah berikatan dengan ion Ca maka selanjutnya

akan berikatan dengan Sodium alginat, kemudian membentuk Kalsium alginat.

Struktur fibrous yang dimiliki oleh Kalsium alginat membuat tipe ini disebut gel.

Bentuk dimensi dari struktur yang terbentuk tersebut adalah berupa colloid (5µm)

maka bahan ini secara konvensional dinamakan Alginat hidrokoloid (Powers and

Wataha, 2008).

SKRIPSI DAMPAK PENUNDAAN PENGISIAN ...LULYTHA RAHMANIKE PUTRI


ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.1.4. Manipulasi Alginat

Metode yang digunakan untuk mencampur bahan cetak alginat ada

berbagai macam cara. Menurut Anusavice (2004) untuk mendapatkan hasil yang

baik harus mengikuti ketentuan berikut ini:

a. Bubuk alginat harus dikocok terlebih dahulu sebelum dipakai, agar

mendapatkan bubuk alginat yang rata dan homogen.

b. Perbandingan antara bubuk alginat dan air yang digunakan diukur terlebih

dahulu, disesuaikan dengan petunjuk pabrik.

c. Air yang telah diukur dimasukkan ke mangkok karet disusul dengan

menuang bubuk alginat yang telah diukur ke dalam air.

d. Manipulasi alginat dilakukan pada suhu kamar. Cepat atau lambatnya

setting time dipengaruhi oleh suhu air. Bila diperlukan dapat digunakan air

dingin untuk memperlambat atau air hangat untuk mempercepat setting

alginat.

e. Dicampur dengan menekan pada mangkok karet dengan spatula selama

satu menit.

f. Gunakan sendok cetak yang perforated atau memakai bahan adesif seperti:

sticky wax atau methyl cellulose.

g. Pada saat mencetak, alginat harus dilepas kira-kira 2 menit setelah alginat

berubah menjadi elastis.

h. Setelah dikeluarkan dari rongga mulut, hasil cetakan harus dicuci dengan

air, untuk menghilangkan saliva, ditutup dengan lap basah, supaya tidak

terjadi sineresis. Isi dengan gipsum secepatnya tidak boleh lebih dari 15

menit setelah dilepas.

SKRIPSI DAMPAK PENUNDAAN PENGISIAN ...LULYTHA RAHMANIKE PUTRI


ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.2. Desinfeksi Cetakan Alginat

Desinfeksi merupakan proses membunuh atau menghilangkan organisme

patogen dari suatu bahan atau objek sehingga mikroorganisme tidak menimbulkan

ancaman atau infeksi. Desinfeksi cetakan alginat bertujuan untuk menghilangkan

atau mengurangi mikroorganisme yang ikut menempel pada waktu pencetakan di

dalam mulut pasien sehingga dapat mencegah kontaminasi silang dari pasien ke

personel laboratorium gigi (Samaranayake, 2002).

Bahan desinfeksi yang banyak digunakan adalah Sodium hipoklorit,

Iodophor, Glutaraldehyde, Phenylphenol (Craig and Powers, 2002). Penggunaan

bahan desinfeksi yang mengandung larutan kimia buatan ini mempunyai efek

samping sehingga dalam penggunaannya harus diperhatikan komposisi dan

konsentrasinya (Wilkins, 1999).

Desinfeksi cetakan alginat dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

penyemprotan dan perendaman pada bahan desinfektan. Teknik perendaman

material alginat menggunakan bahan desinfektan mempunyai kekurangan karena

dapat menghilangkan beberapa sifat antara lain keakuratan dimensi, stabilitas dan

wettability. Menurut hasil penelitian, teknik penyemprotan pada bahan

desinfektan menunjukkan aktifitas antimikroba yang sama dengan teknik

perendaman namun tidak mempengaruhi stabilitas dimensi dari cetakan alginat

(Jagger et.al, 2007).

2.2.1. Air Garam (NaCl)

Air garam (NaCl) sebagai antiseptik dapat dibuat sendiri. Cara

membuatnya adalah dengan melarutkan 2 gram garam (½ sendok teh garam) ke

SKRIPSI DAMPAK PENUNDAAN PENGISIAN ...LULYTHA RAHMANIKE PUTRI


ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

dalam 100 ml aquades hangat dengan suhu maksimal 60 ˚C (Priyo, 1986; Dika,

2009).

Bahan dasar larutan ini adalah Sodium Chloride (NaCl). Zat ini tidak

berwarna, tidak berbau, berupa kristal bubuk halus berwarna putih. Mekanisme

kerjanya sebagai bahan yang bakteriosidik yaitu dengan mengganggu membran

potensial dari dinding sel bakteri sehingga terjadi perubahan tekanan osmotik

yang mengakibatkan kematian sel bakteri oleh karena perpindahan cairan yang

berlebihan (Priyo, 1986).

Sodium Chlorida atau Natrium Chlorida (NaCl) yang dikenal sebagai

garam adalah zat yang memiliki tingkat osmotik yang tinggi. Dengan kemampuan

tingkat osmotik yang tinggi ini maka apabila NaCl terlarut di dalam air maka air

tersebut akan mempunyai nilai atau tingkat konsentrasi yang tinggi yang dapat

mengimbibisi kandungan air konsentrasi rendah. Hal ini dapat terjadi karena H2O

akan berpindah dari konsentrasi yang rendah ke tempat yang memiliki konsentrasi

yang tinggi. Dengan kata lain, objek yang diberi NaCl dapat meningkatkan

penyerapan air/ air terserap ke dalam objek tersebut (Admin UBB, 2009).

2.3. Dental Gipsum

Kriteria pemilihan produk gipsum bergantung pada penggunaanya.

Terdapat lima jenis gipsum yang terdaftar oleh spesifikasi ADA No. 25 dan sifat

masing-masing dari gipsum, yaitu (Anusavice, 2004):

Tipe I : Plaster Impression

Tipe II : Plaster Model

Tipe III : Dental Stone. Tipe ini digunakan dalam penelitian.

SKRIPSI DAMPAK PENUNDAAN PENGISIAN ...LULYTHA RAHMANIKE PUTRI


ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tipe IV : High Strength Dental Stone atau disebut juga sebagai Die Stone.

Tipe V : Dental Stone, High Strength, High Expansion

2.3.1. Dental Stone

Dental stone dapat pula disebut dengan gipsum keras. Pada pembuatan

gipsum maka kalsium sulfat dihidrat yang banyak ditemukan di alam, diberi

pemanasan sehingga diperoleh kalsium sulfat hemihidrat dengan melepas (uap)

air. Kalsium sulfat hemihidrat yang dihasilkan berbentuk beta hemihidrat (plaster)

atau alfa hemihidrat (dental stone), tergantung tekanan yang diberikan selama

pemanasan (Combe, 1986). Kalsium beta hemihidrat menjadi gipsum lunak dan

kalsium alfa hemihidrat menjadi gipsum keras. Secara kimiawi plaster dan dental

stone sama, tetapi partikel bubuknya berbeda.

2.3.2. Sifat Fisik dan Kimia Dental Gipsum

a. Reaksi Kimia dan Kelebihan Air (Excess Water)

Kalsium sulfate hemihidrat ketika bercampur dengan air, akan

membentuk dehidrat. Saat ini terjadi, gipsum mulai mengeras. Reaksi

setting ini melepaskan panas (eksotermis). Perbedaan ukuran kristal dan

porositas hemihidrat dari plaster, stone, dan high strength dental stone

memerlukan jumlah kelebihan air yang berbeda. Kelebihan air tersebut

tidak bereaksi dengan gipsum, tetapi terperangkap saat gipsum setting dan

berdampak signifikan pada sifat fisik gipsum seperti porus dan kekasaran

permukaan gipsum (Craig, 2004).

SKRIPSI DAMPAK PENUNDAAN PENGISIAN ...LULYTHA RAHMANIKE PUTRI


ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

10

b. Water Powder Ratio

Sifat fisik dari gipsum yang telah setting dipengaruhi oleh water-

powder ratio. Penggunaan air yang berlebihan secara klinis akan

memperpanjang setting time, dan menurunkan kekuatan (Craig, 2004;

Anusavice, 2004). Penurunan kekuatan tersebut disebabkan oleh

banyaknya porous akibat kelebihan air. Penambahan air juga mengurangi

setting expansion dari material gipsum (Craig, 2004). Untuk mencegah

kekurangan tersebut maka lebih disarankan membuat adonan gipsum

dengan water-powder ratio sesuai aturan pabrik (Hatrick et. al, 2011).

2.3.3. Karakteristik Material Gipsum

a. Setting Time

Total setting time dari material gipsum dapat dibagi menjadi initial

setting time dan final setting time. Initial setting time adalah jarak waktu

antara pengadukan bubuk gipsum dengan air dan waktu saat adonan

gipsum tidak dapat dituangkan ke dalam cetakan. Initial setting terjadi

antara 8-16 menit dari awal pengadukan mengikuti spesifikasi American

Dental Association (ANSI-ADA Spec. No. 25). Initial setting dapat dilihat

secara klinis dengan tanda hilanganya kilauan pada gipsum.

Final setting time adalah waktu perubahan hemihidrat menjadi

dihidrat telah sempurna dan lengkap. Artinya secara klinis adalah model

gipsum dapat dilepas dari cetakan atau dimanipulasi tanpa distorsi dan

fraktur. Final setting time sulit dilihat secara klinis tetapi dapat dideteksi

dengan panasnya gipsum pada saat bereaksi. Pada umumnya, material

SKRIPSI DAMPAK PENUNDAAN PENGISIAN ...LULYTHA RAHMANIKE PUTRI


ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

11

gipsum akan setting dalam waktu 45-60 menit (Craig, 2004). Metode

pengadukan dapat mempengaruhi setting time. Semakin lama dan semakin

cepat pengadukan, menyebabkan semakin pendek setting time (Anusavice,

2004).

b. Reproduction of Detail

Reproduksi detail tergantung dari kompatibilitas dan interaksi

antara material yang digunakan untuk pengisian dan material cetak yang

diisi (Craig, 2004). Alginat mempunyai kompatibilitas yang baik terhadap

gipsum terutama dental stone (gipsum tipe III) (Ragain, 2000).

Vibrasi yang efektif dapat menurunkan jumlah bubble dan

meningkatkan reproduksi detail dari model yang dihasilkan (Craig, 2004).

2.3.4. Manipulasi Dental Gipsum

Manipulasi bahan dental gipsum, menurut Craig (2004) adalah sebagai

berikut:

a. Ukur w:p ratio sesuai dengan aturan pabrik dan campurkan.

Tahap ini penting karena water-powder ratio mempengaruhi kekuatan

material, ekspansi, dan setting timenya.

b. Campurkan bubuk gipsum ke air di dalam rubber bowl.

c. Aduk atau spatulasi hingga homogen dalam waktu 1 menit, dengan dua kali

pengadukan setiap detik (2x/detik).

d. Tuangkan adonan gipsum yang homogen ke dalam cetakan.

Menggunakan vibrator untuk meningkatkan flow dan mengurangi bubble

sehingga meningkatkan detail permukaan (Craig, 2004). Vibrasi dapat

SKRIPSI DAMPAK PENUNDAAN PENGISIAN ...LULYTHA RAHMANIKE PUTRI


ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

12

dilakukan ± 90 detik setelah pengadukan (Phillips 1991; Naniek, 1996).

Adonan gipsum yang telah dituangkan dapat dilepas dalam waktu 45-60

menit (Craig, 2004).

2.3.5. Pembuatan Model Gipsum pada Cetakan Alginat

Cetakan alginat yang akan diisi gipsum harus melewati masa elastic

recovery. Elastic recovery cetakan alginat berlangsung selama 5 menit, setelah itu

cetakan alginat diisi dengan gipsum. Model gipsum dapat dilepas dari cetakan

alginat paling sedikit 30 menit sampai 60 menit setelah penuangan, tergantung

pada jenis gipsum dan tipe bahan cetaknya, agar diperoleh kekerasan gipsum yang

cukup (Phillips, 1991).

2.4. Dimensi Linier

Dimensi berasal dari bahasa latin dimension yang berarti ukuran

sedangkan linier berasal dari bahasa latin linearis yang berarti garis. Dalam istilah

ilmu pasti, dapat diartikan sebagai terletak pada suatu garis lurus. Jadi dimensi

linier dapat diartikan sebagai jarak antara dua titik yang menunujukkan suatu garis

lurus (Ensiklopedi Indonesia, 1992).

Dimensi liner model kerja dapat ditinjau dari arah vertikal dan horisontal.

Dimensi linier inter-preparation ukuran panjang yang diperoleh dengan

mengukur jarak antara garis tengah kedua “simulasi” gigi penyangga (Gordon et.

al, 1990).

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan perubahan dimensi pada cetakan

alginat adalah penyampuran yang tidak benar dan terlalu lama, perbandingan

SKRIPSI DAMPAK PENUNDAAN PENGISIAN ...LULYTHA RAHMANIKE PUTRI


ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

13

bubuk dan air yang tidak tepat, terperangkapnya udara selama pengadukan,

adanya kotoran pada jaringan, cetakan yang kurang bersih, kelebihan air pada

permukaan cetakan, terlepasnya bahan cetak dari sendok cetak, dan manipulasi

gipsum yang tidak sesuai (Phillips, 1991).

SKRIPSI DAMPAK PENUNDAAN PENGISIAN ...LULYTHA RAHMANIKE PUTRI

You might also like