You are on page 1of 12

ANALISIS FAUNA TANAH DENGAN METODE DEKANTASI KERING DI

HUTAN PERBATASAN JEMBRANA BULELENG TAMAN NASIONAL


BALI BARAT (TNBB)

LAPORAN KKL (Kuliah Kerja Lapangan)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekologi


Yang Dibina Oleh Drs. Agus Dharmawan, M.Si dan Dr. Vivi Novianti, S.Si, M.Si

Disusun Oleh: Kelompok 16 Offering B

Amanda Valentina Santoso 160341606043


Dhita Wulansari 160341606017
Laila Nur Alfiah 160341606022
Lingga Mofa Diah L. 160341606034
Merinda Oktaviana 160341606002
Rike Dwi Wahyuna 160341606067
Sinta R Pardosi 160341606049
Teny Yasinta K. 160341606052

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM
S1 PENDIDIKAN BIOLOGI
April 2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara administrasi pemerintahan, Taman Nasional Bali Barat (TNBB) terletak


dalam 2 kabupaten yaitu Kabupaten Buleleng dan Jembrana, Propinsi Bali. Secara
geografis terletak antara 8o 05′ 20″ sampai dengan 8o 15′ 25″ LS dan 114o 25′ 00″ sampai
dengan 114o 56′ 30″ BT. Luas kawasan Taman Nasional Bali Barat yaitu 19002,89 Ha
yang terdiri dari 15587,89 Ha berupa wilayah daratan dan 3415 Ha berupa perairan.

Ismu, 2012
Balai Taman Nasional Bali Barat dalam situs resminya menyebutkan bahwa
topografi kawasan terdiri dari dataran landai, agak curam, dengan ketinggian tempat
antara 0 s/d 1414 mdpl. Jenis tanah di TNBB sebagian besar terdiri dari jenis Latosol.
Berdasarkan Schmidt dan Ferguson, kawasan TNBB termasuk tipe klasifikasi curah
hujan D, E, C dengan curah hujan rata-rata D : 1064 mm/ tahun, E : 972 mm/ tahun, dan
C : 1559 mm/ tahun. Temperatur udara rata-rata 33o C pada beberapa lokasi, kelembaban
udara di dalam hutan sekitar 86 % (Balai Taman Nasional Bali Barat 2009).
Fauna tanah merupakan salah satu komponen ekosistem tanah yang
berperan dalam memperbaiki struktur tanah melalui penurunan berat jenis,
peningkatan ruang pori, aerasi, drainase, kapasitas penyimpanan air,
dekomposisi bahan organik, pencampuran partikel tanah, penyebaran mikroba, dan
perbaikan struktur agregat tanah (Witt, 2004). Walaupun pengaruh fauna tanah
terhadap pembentukan tanah dan dekomposisi bahan organik bersifat tidak
langsung, secara umum fauna tanah dapat dipandang sebagai pengatur terjadinya
proses fisik, kimia maupun biokimia dalam tanah (Hill, 2004). Fauna tanah
menurut tempat hidupnya dibagi menjadi dua yaitu epifauna dan infauna (Ross,
1965). Epifauna yaitu hewan yang hidup di permukaan tanah. Infauna yaitu hewan
yang hidup didalam tanah. Dengan menggunakan Barless-Tulgreen untuk
mendekantasikan infauna kita dapat mengetahui jenis spesies dan
keanekaragaman jenis infauna yang terdapat di Hutan Perbatasan Jembrana,
Buleleng Taman Nasional Bali Barat (TNBB).

Berdasarkan uraian diatas melatarbelakangi kegiatan KKL yang


dilaksanakan pada 29 Maret-01 April 2018 oleh Mahasiswa Universitas Negeri
Malang Jurusan Biologi angkatan 2016 dalam rangka mengkaji
keanekaragaman mikrofauna di Hutan Perbatasan Jembrana, Buleleng Taman
Nasional Bali Barat (TNBB)

1.2 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui spesies infauna yang ditemukan di Hutan Perbatasan Jembrana
Buleleng Taman Nasional Bali Barat (TNBB).
2. Mengetahui keanekaragaman, kekayaan serta kemerataan infauna di Hutan
Perbatasan Jembrana Buleleng Taman Nasional Bali Barat (TNBB).
3. Mengetahui faktor abiotik terhadap keberadaan serta jumlah jenis infauna di Hutan
Perbatasan Jembrana Buleleng Taman Nasional Bali Barat (TNBB).
1.3 Manfaat Penelitian
1. Untuk mengetahui spesies infauna yang ditemukan di Hutan Perbatasan Jembrana
Buleleng Taman Nasional Bali Barat (TNBB).
2. Untuk mengetahui keanekaragaman, kekayaan serta kemerataan infauna di Hutan
Perbatasan Jembrana Buleleng Taman Nasional Bali Barat (TNBB).
3. Untuk mengetahui faktor abiotik terhadap keberadaan serta jumlah jenis infauna di
Hutan Perbatasan Jembrana Buleleng Taman Nasional Bali Barat (TNBB).

1.4 Definisi Operasional

1. Fauna tanah merupakan salah satu organisme penghuni tanah yang berperan sangat
besar dalam perbaikan kesuburan tanah sebab dapat mendekomposisi bahan
organik tanah untuk penyediaan unsur hara.

2. Metode isolasi kering merupakan salah satu metode untuk mendapatkan hewan
tanah terutama untuk jenis infauna. Memiliki prinsip utama yakni adanya respon
positif dan negative hewan tanah terhadap sinar. Intensitas cahaya matahari
menyebabkan perubahan suhu lingkungan, sehingga merangsang hewan tanah
untuk bergerak (Suin, 1989).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Taman Nasional Bali Barat (TNBB)

Taman Nasional Bali Barat terletak di bagian barat dari pulau Bali di Indonesia.
Taman nasional ini mempunyai luas 77,000 hektar, yang kira-kira meliputi 10% dari
luas daratan pulau Bali. Taman Nasional Bali Barat terdiri dari berbagai habitat hutan
dan sabana. Di tengah-tengah taman ini didominasi oleh sisa-sisa empat gunung
berapi dari zaman Pleistocene, dengan gunung Patas sebagai titik tertinggi di tempat
ini.
2.2 Fauna Tanah
Fauna tanah merupakan hewan yang menempati tanah sebagai habitatnya.
Menurut Adianto (1980) dalam Fatawi (2002) menyatakan bahwa kehadiran fauna
tanah pada habitatnya tidak sama, ada yang secara temporer da nada pula yang
menetap. Fauna tanah secara umu dapat dikelompokkan berdasarkan ukuran tubuh,
dan menurut tempat hidupnya.

Berdasarkan ukurannya Van Der Driff (1951) dalam Fatawi (2002) membagi
fauna tanah menjadi empat kategori sebagai berikut:

1. Mikrofauna : hewan tanah yang memiliki ukuran tubuh 20-200 mikron


2. Mesofauna : hewan tanah yang memiliki ukuran tubuh 200 mikron-2 mm.
3. Makrofauna : hewan tanah yang memiliki ukuran tubuh 2-20 mm.
4. Megafauna : hewan tanah yang memiliki ukuran tubuh 20-200 mm.
Berdasarkan tempat hidupnya Ross (1965) membagi fauna tanah menjadi 3
kategori sebagai berikut:

1. Treefauna : hewan yang hidp di pohon.


2. Epifauna : hewan yang hidup di permukaan tanah.
3. Infauna : hewan yang hidup di dalam tanah.
Salah satu organisme penghuni tanah yang berperan sangat besar dalam
perbaikankesuburan tanah adalah fauna tanah. Proses dekomposisi dalam tanah tidak
akanmampu berjalan dengan cepat bila tidak ditunjang oleh kegiatan
makrofaunatanah. Makrofauna tanah mempunyai peranan penting dalam dekomposisi
bahanorganik tanah dalam penyediaan unsur hara. Makrofauna akan
merombaksubstansi nabati yang mati, kemudian bahan tersebut akan dikeluarkan
dalam bentuk kotoran.

Secara umum, keberadaan aneka macam fauna tanah pada tanah yang
tidakterganggu seperti padang rumput, karena siklus hara berlangsung secara
kontinyu (Arief, 2001). Fauna tanah memainkan peranan yang sangat penting
dalam perombakan zat atau bahan-bahan organik dengan cara :

1. Menghancurkan jaringan secara fisik dan meningkatkan ketersediaandaerah bagi


aktifitas bakteri dan jamur.
2. Melakukan perombakan pada bahan pilihan seperti gula, sellulosadan sejenis
lignin.
3. Merubah sisa-sisa tumbuhan menjadi humus.
4. Menggabungkan bahan yang membusuk pada lapisan tanah bagianatas.
5. Membentuk bahan organik dan bahan mineral tanah (Barnes, 1997).
Menurut Setiadi (1989), Faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan faunatanah
adalah:

1. Struktur tanah berpengaruh pada gerakan dan penetrasi fauna tanah.


2. Kelembaban tanah dan kandungan hara berpengaruh terhadap perkembangan
dalam daur hidup.
3. Suhu tanah mempengaruhi peletakan telur.
4. Cahaya dan tata udara mempengaruhi kegiatannya
Menurut Rahmawati (2006) menyatakan bahwa untuk mendapatkan infauna dapat
digunakan metode barlese tullgren funnel dan dekantasi. Barlese Tullgren Funnel cara
kerjanya yakni tanah sampel yang diambil ditaruh diatas saringan atau kasa nyamuk
yang telah ada didalam corong. Kemudian barlese tersebut ditempatkan dibawah sinar
matahari dimulai saatmatahari hampir terbit. Prinsipnya hewan tanah tersebut akan
jatuh kedalam wadah penampung karenan hewan tersebut bersifat fototaksis negatif.
Sedangkan pada dekantasi menggunakan_sarana saringan bertingkat atau saringan pi
pa yang pada akhirnya hewan tersebut akan mengendap dibagian bawah.

2.3 Keanekaragam Fauna Tanah

Keanekaragaman jenis adalah suatu keragaman diantara anggota kelompok


spesies. Suatu komunitas mempunyai keragaman jenis tinggi apabila komunitas
tersebut disusun oleh banyak spesies (jenis) dengan kelimahan spesies yang sama.
Sebaliknya, apabila komunitas tersebut disusun oleh sedikit spesies yang dominan
maka keanekaragaman jenisnya rendah (Soegiarto, 1994 dalam Junaidah, 2001).

Ada dua factor penting yang mempengaruhi keanekaragaman hewan tanah,


yaitu kekayaan jenis (Indeks Richness) dan kemerataan spesies (Indeks Evennes).
Pada komunitas yang stabil Indeks Richness dan Indeks Evennes tinggi. Sedangkan
pada komunitas yang terganggu karena adanya campur tangan manusia kemugkinan
Indeks Richness dan Indeks Evennes rendah.

Menurut Junaidah (2001) menyatakan bahwa komponen utama


keanekaragaman adalah kesamarataa dalam pembagian indivitu yang merata diantara
jenis, fungsi Shanon atau indeks H, menggabungkan komponen keanekaragaman
(variety) dan kokmponen kemerataan (evennes) sebagai indeks keanekaragam
keseluruhan.

2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keanekaragaman dan Distribusi Fauna


Tanah

Faktor lingkungan berperan sangat penting dalam menyusun berbagai pola


penyebaran fauna tanah. Faktor biotik dan abiotic bekerja bersamaan dalam
ekosistem untuk menentukan kehadiran, kelimpahan, dan penampilan organisme.

Menurut Andayani (2001) menyatakan bahwa factor-faktor yang


mempengaruhi keanekaragaman fauna tanah anatara lain:
1. Faktor Biotik, meliputi: a) pertumbuhan populasi, b) interaksi antar
spesies (kompetisi, predasi)
2. Faktor Abiotik meliputi: a) kelembaban tanah, b) suhu tanah, c) pH tanah.
BAB III

METODE PENELITIAN

Metode Penelitian yang digunakan adalah deskriptif sebab menggambarkan


kondisi lingkungan di Hutan Perbatasan Jembrana Buleleng Taman Nasional Bali
Barat (TNBB) dan menggunakan pendekatan kuantitatif.

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanankan pada tangggal 29 Maret 2018 sampai 01 April 2018.


Pengambilan sampel tanah untuk dekantasi kering pada plot 10 transek 16.
Pemasangan alat barlees Tulgreen dilakukan pagi hari di Bumi Perkemahan Hutan
Perbatasan Jembrana Buleleng Taman Nasional Bali Barat (TNBB)

3.2 Alat dan Bahan


Alat: Bahan:

- Corong - Alkohol 70%

- Kassa kawat - Kertas label

- Botol serangga

- Cetok

- Soil analyzer
- Termometer tanah
- Botol plakon
- Jarum pentul
- Lembar data

- Alat tulis

- Mikroskop
3.3 Cara Kerja

Menyiapkan barleese tulgreen dan botol serangga, lalu diletakkan pada


tempat yang terpapar sinar matahari.

Mengambil sampel tanah sebanyak 4 kali ulangan.

Meletakkan sampel tanah dalam corong pada set barleese tulgreen dan
memasang botol serangga berisi alkohol 70%.

Menjemur barleese tulgreen selama ±1 hari.

Mengambil botol serangga.

Mengamati specimen dengan mikroskop.

Mengidentifikasi spesies yang ditemukan dan menghitung jumlah spesies


yang didapatkan.
3.4 Metode Analisis
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis
Shannon-Wiener. Pada analisis Shanon-Wiener mencari indeks kemerataan (H),
indeks keragaman (E), dan indeks kekayaan jenis (R).
1. Indeks keanekaragaman Shannon – Wiener (H1)
H1 = -  (Pi lnPi)

Keterangan: Pi = n/N
H1 = Indeks keragaman Shannon – Wiener
Pi = Kelimpahan proporsional

n = Jumlah masing-masing spesies.

N = Jumlah total spesies dalam sampel (Junaidah, 2001)

2. Nilai kemerataan / Evenness (E)


H1
E=
ln S
Keterangan: E = Evenness / Kemerataan
H = Indeks Keanekaragaman
S = Jumlah spesies (n1, n2, n3,…..) (Junaidah, 2001)
3. Nilai kekayaan / Richness (R)

S 1
ln N

Keterangan: R = Richness/kekayaan
S = Jumlah spesies (n1, n2, n3,…..)
N = Total semua jenis individu dalam komunitas
(Junaidah, 2001)
DAFTAR PUSTAKA

Andayani, Lilis. 2001. Studi Keanekaragaman Fauna Tanah Pasca Erupsi Gunung
Kelud Kecamatan Ngancar Kediri. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA
UM.
Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Jakarta: Kanisius.
Barnes, B. V., Donald R. Z., Shirley R. D. and Stephen H. S. 1997. Forest
Ecology. 4th Edition. New York. John Wiley and Sons Inc.
Darmawan, A., dkk. 2005. Ekologi Hewan. Malang: FMIPA UM
Fatawi, Zaim. 2002. Studi Keanekaragaman Serangga Tanah (Epifauna) pada
Berbagai Ketinggian di Lereng Gunung Ijen Kabupaten Banyuwangi. Skripsi
tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM.

Hill. B.S. 2004. Soil fauna and agriculture : Past findings and future priorities. EAP
Pub. 25. 8pgs. http://eap.megill.ca/Publications/eap-head.htm

Jacob, A. 2008. Tanaman dalam Mengevaluasi Status Kesuburan Tanah


Junaidah. 2001. Keanekaragaman Serangga Tanah (Infauna) di Gunung elud
Kabupaten Kediri. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM.
Monica. 2015. Faktor Abiotik Air terhadap Kehidupan Organisme.
Rahmawati. 2006. Study Keanekaragaman Mesofauna Tanah Di Kawasan Hutan
Wisata Alam Sibolangit. www. Journal Fauna. Com
Ross, H.H. 1965. A Text Book of Entomology. 3th Edition. Ney York : John
Wiley & Sons
Setiadi. 1989. Ekologi Hewan Tanah. Bandung: Bumi Aksara. ITB.
Sugiarto, Pujo, M. & Mati, N. S. 2001. Hubungan Keragaman Mesofauna Tanah dan
Vegetasi Bawah pada Berbagai Jenis Tegakan di Hutan Jobolarangan.
Biodiversitas. 2 (2): 140-145
Suin, N.M.1989. Ekologi Hewan Tanah. Jakarta : Bumi Aksara.

Witt, B. 2004. Using soil fauna to improve soil health. http://www.hort.agri.


umn.edu/ h5015/97papers/witt.htm

You might also like