You are on page 1of 9

Masa muda adalah masa-masa untuk menuntut ilmu.

Dalam ajaran
agama Hindu dikenal empat tahapan yang harus dilalui dalam
kehidupan ini, yaitu catur asrama. Salah satunya adalah tahapan
dimana kita menuntut ilmu dalam rangka
mencari kebenaran/dharma (Brahmacari). Kebanyakan dari kita yang
merupakan generasi muda masih berada dalam tahapan ini. Jika pada
zaman lampau, seorang anak pada usia tertentumeninggalkan
keluarganya untuk menuntut ilmu di bawah bimbingan seorang
brahmana, maka pada zaman sekarang ini seorang anak meninggalkan
keluarganya dalam rangka menuntut ilmu di bawah bimbingan sebuah
institusi yang kita sebut Universitas/Perguruan tinggi. Nilai/esensi yang
terkandung di dalamnya masih sama dan relevan hingga zaman ini,
hanya saja cara dan medianya yang berubah.
Adalah suatu keniscayaan bahwa kelak generasi mudalah yang
nantinya akan menerima tongkat estafet dari generasisebelumnya
dalam rangka menjamin kelangsungan pelaksanaan dharma dalam
kehidupan ini. Baik dalam ruang lingkup keluarga, dimana generasi
muda merupakan suputra yang diharapkan akan menjamin eksistensi
keluarganya dalam kehidupan ini. Begitupun dalam ruang lingkup yang
lebih besar lagi yaitu dalam suatu Negara, dimana generasi mudanya
diharapkan untuk dapat meneruskan nilai-nilai luhur bangsanya
(budaya) agar tetap eksis dalam rangka menunjang kehidupan
berbangsa dan bernegara yang berlandaskan dharma.
Hendaknya kita sebagai generasi muda menyadari peran ini sehingga
negeri yang kita cintai ini dapat melewati masa-masa sulit dan akan
kembali menjadi sebuah bangsa yang besar dan dihargai oleh bangsa-
bangsa lainnya. Seorang bijak pernah mengatakan bahwasanya sebuah
bangsa yang besar adalah bangsa dimana generasi mudanya mampu
untuk menghargai budaya bangsanya. Saya rasa kata-kata mutiara
tersebut masihlah sangat relevan bagi bangsa ini untuk dapat
mengatasi permasalahan bangsa yang sedang dihadapi hingga saat ini.
Hal yang sama pernah disampaikan olehSwami Wiwekananda sebagai
berikut “Punyailah keyakinan bahwa kalian semuanya dilahirkan untuk
berbuat hal-hal yang besar. Hai anak-anak muda janganlah karena
mendengar suara anak-anak anjjing menyalak kalian menjadi takut,
tidak, tidak boleh menjadi penakut sekalipun mendengar dentuman
guntur di atas langit, tetaplah berdiri tegak dan berusaha terus.
Negaramu meminta pahlawan-pahlawan sejati. Jadilah pahlawan-
pahlawan nan gagah perkasa. Berdiri teguh laksana batu karang yang
kokoh. Kebenaran selalu menang.
Apa yang negara India butuhkan adalah tenaga listrik untuk
menggerakkan semangat yang segar di dalam urat-urat saluran darah
nasional.”.
Vivekananda mencoba memberitahukan kepada kita untuk dapat
mengatasi rasa takut. Karena rasa takut merupakan sumber dari
sebagian besar kekacauan yang terjadi baik di dalam diri maupun di
luar diri. Hal yang sama juga disampaikan melalui Bhagawadgita.
Dalam Bhagawadgita diceritakan bahwa karena rasa takutnya untuk
berperang mnjalankan dharmanya sebagai seorang ksatria, Arjuna
menyampaikan berbagai macam alasan yang berujung pada
kehendaknya untuk pergi meninggalkan peperangan. Sri Krishna yang
memahami bahwa sikap Arjuna ini bersumber dari ketakutan yang
muncul di dalam dirinya berusaha mengingatkan dan menegaskan
kepada Arjuna seperti yangdapat kita baca pada sloka-sloka
Bhagawadgita berikut ini:
 ƒ Arjuna yang baik hati, bagaimana sampai hal-hal yang kotor ini
menghinggapi dirimu? Hal-hal ini sama sekali tidak pantas bagi
orang yang mengetahui nilai hidup. Hal-hal seperti itu tidak
membawa seseorang ke planet-planet yang lebih tinggi, melainkan
menjerumuskan dirinya ke dalam penghinaan. (Bhagawadgita Sloka
2.2)
 ƒ Wahai putera Prtha, jangan menyerah kepada kelemahan yang
hina ini, itu tidak patas bagimu. Tinggalkanlah kelemahan hati yang
remeh itu dan bangunlah wahai yang menghukum
musuh. (Bhagawadgita sloka 2.3)
 ƒ Sambil berbicara dengan cara yang pandai engkau menyesalkan
sesuatu yang tidak patut disesalkan. Orang bijaksana tidak pernah
menyesal, baik untuk yang masih hidup maupun untuk yang sudah
meninggal. (Bhagawadgita sloka 2.11)
Ketakutan ini memiliki beragam bentuk dan warna pada masing-masing
individu. Sesungguhnya masalah yang dialami oleh Arjuna juga kita
alami. Masalah-masalah tersebut bermuara pada hal yang sama, yaitu
ketakutan. Karenanya mari kita belajar untuk memahaminya dan
kemudianberusaha untuk mengatasi ketakutan dalam diri kita.
Kembali dalam hal menghargai budaya bangsa, kita sebagai generasi
muda Hindu hendaknya memiliki kesadaran untuk melestarikan nilai-
nilai luhur dari budaya kita. Jadikanlah Ajaran Agama sebagai bekal
bagi kita untuk mengarungi kehidupan ini dalam mencari kebenaran
yang sejati. Ilmu pengetahuan bukanlah merupakan hal yang
bertentangan dengan ajaran hindu. Bahkan banyak sekali kebenaran-
kebenaran dalam Weda yang dapat diungkap dengan bantuan Ilmu
Pengetahuan (Pengertian “diungkap” disini adalah dapat
dibuktikankebenarannya secara ilmiah) sehingga kita
bisa menggunakan logika dalam mempelajari Hindu. Namun janganlah
kita melupakan untuk mengembangkan rasa kita (cinta kasih dalam
diri ini). Atau dengan kata lain, jangan hanya otak kiri kita saja yang
kita latih dan melupakan untuk ikut melatih otak kanan kita. Cobalah
untuk memahami ajaran Hindu tidak hanya sebatas konsep atau teori
saja, melainkan jugaberusaha untuk menerapkannya dalam kehidupan
ini sehingga rasa kita juga akan berkembang. Adakalanya kebenaran
hanya dapat dirasakan dan tidak dapat dijelaskan dengan logika.
Karena penjelasan
dengan logika membutuhkan konsep, membutuhkan kata-kata yang
berasal dari pikiran. Sedangkan kebenaran sejati (baca: moksha)
menurut orang-orang suci, melampaui pikiran, ruang dan waktu
sehinggatak dapat dipahami dengan pikiran, hanya dapat dirasakan.
Sebagai contoh, jika seseorang bertanya kepada kita apa itu manis???
maka cara terbaik untuk menjelaskan kepada orang tersebut adalah
dengan menyuruhnya untuk merasakan gula.
Thomas L. Friedman mengungkapkan dalam bukunya bahwa pada era
ini (saat ini) — yang disebutnya sebagai era globalisasi 3 (tahap ke 3) –
setiap individu memiliki kesempatan untuk berkolaborasi sekaligus
bersaing secara global
dikarenakan pekembangan teknologi yang memudahkan kita untuk
mengakses maupun memberikan informasi secara global. Dalam era ini
seolah-olah dunia menjadi datar sehingga setiap individu memiliki
kesempatan yang sama untuk
mengembangkan diri. Friedman juga mengungkapkan pentingnya
“Glocalization attitude” dalam menyongsong era global ini. Dengan
kata lain berpikirlah secara global dan bertindaklah secara lokal.
Dengan cara ini kita dapat mengambil nilai-nilai positif dari era
globalisasi dan menggunakannya untuk memajukan kebudayaan
lokal/setempat. Dengan demikian era globalisasi janganlah kita sikapi
sebagai sebuah era dimana segala sesuatu yang ketinggalan zaman
harus kita tanggalkan, melainkan suatu era dimana kita dapat
memajukan nilai-nilai lokal (budaya lokal) yang luhur
dengan memanfaatkan globalisasi.
Kebanyakan dari kita (generasi muda) telah terbawa oleh arus
globalisasi ini dan mulai meninggalkan budaya lokal setempat yang
sebenarnya masih relevan dan mempunyai nilai-nilai yang sangat luhur.
Hal ini dikarenakan kita tidak menciptakan filter/penyaring yang berupa
kesadaran di dalam diri kita. Sehingga dengan mudahnya budaya dari
luar masuk dan memabukkan kita. Dalam pemahaman saya hal inilah
yang saya sebut sebagai krisis budaya, dimana kita sudah mulai tidak
menghargai budaya bangsa kita sendiri dan membesarkan budaya dari
luar yang belum tentu
cocok bagi bangsa ini. Sehingga pada akhirnya, perlahan-lahan kita
mulai kehilangan identitas/jati diri kita sebagai sebuah bangsa yang
besar.
Marilah kita sebagai generasi muda hindu mempelajari kembali budaya
kita, marilah kita gunakan ajaran-ajaran hindu dalam menciptakan
filter berupa kesadaran di dalam diri kita. Kita tidak bisa menolak era
globalisasi karena hal tersebut
merupakan sebuah keniscayaan, yang dapat kita lakukan adalah
mengembangkan kesadaran di dalam diri kita. Sebaik dan secanggih
apapun aturan dan hukum yang kita buat tidak dapat membuat kita
jera. Yang dapat membuat kita jera adalah munculnya kesadaran dalam
diri kita masing-masing. Karena segala kekacauan bersumber dari
dalam diri kita sendiri terutama dari pikiran. Bagaimana mungkin kita
dapat mengekang pikiran jika tidak dengan memunculkan kesadaran
dalam diri ini. Jadi menurut saya sudahlah tepat jika dalam sampul
Bhagawadgita digambarkan
kereta kuda dengan arjuna dan Krishna sebagai saisnya yang
menandakan pentingnya bagi kita untuk dapat
menguasai/mengendalikan pikiran kita dalam rangka menemukan
kebenaran yang sejati.

Indonesia adalah bangsa yang besar. Bangsa yang besar ini tidak terlepas dari pengaruh dan
warisan dari para leluhur-leluhur yang dengan gigih menyatukan gugusan-gugusan pulau di
Nusantara. Perkembangan dan ajegnya keberadaan Nusantara tidak terlepas dari ajegnya
ajaran dharma yaitu Hindu. Hindu dapat berkembang di nusantara sejak masa karajaan-
kerajaan di Siwa-Budha dan sampai saat ini masih ajeg berkembang dan bertahan di
Indonesia. Hindu adalah sanathana dharma, oleh sebab itu walaupun sempat mengalami
kemundura, setelah runtuhnya kejayaan Majapahit, berlandaskan dharma umat Hindu tetap
ajeg sampai saat ini.
Keberadaan Hindu tidak terlepas dari umat dan generasi penerusnya saat ini, Hindu dapat
berkembang diseluruh pelosok Indonesia, bahkan sampai ke daerah-daerah terpencil dapat
kita temukan keberadaan umat Hindu walaupun dalam jumlah yang kecil. Hindu di Indonesia
sering disebut sebagai kelompok minorotas karena memang secara kuantitas saat ini jumlah
umat Hindu lebih sedikit. Ada beberapa penyebab yang menjadikan kuantitas umat Hindu
semakin menurun, diantaranya: lemahnya sraddha dan bhakti, banyak terjadi pindah agama,
rendahnya tingkat pendidikan, permasalahan ekonomi, belum berfungsinya lembaga ataupun
organisasi bernafas Hindu secara maksimal, dll. Permasalahan tersebut kemudian menjadi
kompleks karena umat Hindu belum mau berusaha keras untuk memperbaikinya satu persatu
khususnya terhadap generasi muda.

Permasalahan pertama yaitu lemahnya sraddha dan bhakti, menjadi alasan dan permasalahan
klasik dikalangan umat. Telah banyak program dan kegiatan keumatan serta kajian-kajian
mendalam untuk mengatasi permasalahan ini namun tetap saja hal ini menjadi permasalahan
yang belum terselesaikan. Seharusnya sraddha dan bhakti bukan menjadi alasan untuk
ajegnya ajaran dharma. Sejak lahir, kita yang diciptakan menjadi keturunan Hindu telah
membawa hutang karma, salah satunya keyakinan atau sraddha sebagai umat Hindu yang
patut menjalankan dharma.

Proses kelahiran keturunan ke dunia, diawali dengan menyatunya laki-laki dan perempuan
melalui ikatan wiwaha samskara dengan kaitan Sang Hyang Semara ini telah menunjukkan
bahwa terlahir menjadi keturunan Hindu telah menyatu dengan keyakinan dan ikatan dengan
leluhur serta anugrah para dewa. Menjadi aneh ketika umat Hindu masih menganggap dirinya
memiliki sraddha yang lemah. Justru setelah terlahir sraddha akan semakin meningkat.
Sraddha erat kaitannya dengan praktik dari keyakinan tersebut atau melakukan bhakti. Wujud
cinta dan kasih kepada Hyang Widhi, para dewa dan mendoakan leluhur harus dilakukan
melalui laku bhakti setiap hari. Kemungkinan ketika ada keluhan tentang lemahnya sraddha
salah satunya disebabkan karena kurangnya pelaksanaan praktik dan perilaku bhakti.

Selain tentang sraddha dan bhakti, permasalahan yang masih berkaitan erat dengan ajegnya
dharma adalah kecenderungan pindah agama. Pindah agama memiliki beberapa faktor
penyebab dan sampai saat ini fenomena tersebut masih terjadi. Faktor yang sangat kuat
adalah lemahnya keyakinan, dua hal ini sangat berkaitan erat. Fenomena pindah agama
banyak terjadi dikalangan pemuda yang akan memasuki masa grhasta. Mereka kebanyakan
mulai lemah dengan keyakinan ketika tumbuh benih-benih cinta. Dibutakan oleh cinta tanpa
berpikir resiko besar yang akan mereka lalui dan alami seumur hidup.

Pemuda sebagai ujung tombak ajegnya dharma harus mampu membekali diri dengan
keyakinan dan pengetahuan yang kuat tentang ajaran dharma. Pemuda Hindu saat ini belum
banyak yang berkeinginan kuat untuk mengajegkan dharma untuk dirinya sendiri ataupun
untuk pemuda lain seusia mereka. Hal ini terlihat bagaimana keberadaan organisasi
kepemudaan Hindu yang ada saat ini belum mampu mengelaborasi keberadaan pemuda
Hindu yang ada di setiap daerah. Padahal secara organisasi sudah tertata dengan baik baik
secara struktur maupun program-program kerjanya. Bahkan secara hirarki keberadaan
organisasi kepemudaan berbasis Hindu sudah ada dari tingkat nasional hingga daerah.

Sebagai pemuda Hindu, seharusnya memiliki keinginan untuk bersama-sama membangun


Hindu dan mengajegkan ajaran dharma ini. Pemuda Hindu harus memiliki keinginan kuat
untuk mempertahankan keyakinan. Untuk menjadi generasi yang kuat harus mampu menjadi
pribadi yang tekun dalam melaksanakan bhakti. Pemuda Hindu harus mampu menempatkan
diri sebagai bagian dari pemuda dan berkompetisi dalam ranah apapun. Untuk menjadi
seorang pemuda Hindu yang tangguh harus menjadi decison maker(pengambil
keputusan),setiap pemuda harus mampu mengambil keputusan yang tepat untuk dirinya dan
orang-orang disekitarnya.

Kebanyakan pemuda saat ini kurang perhitungan dalam setiap mengambil keputusan bahkan
untuk yang penting dalam kehidupannya. Misalnya, ketika mereka dihadapkan dalam pilihan
untuk memilih pasangan, ketika mengalami kondisi dengan pasangan yang berbeda
keyakinan lebih cenderung mementingkan kesenangan pribadi dengan mengorbankan dan
mengesempingkan keyakinan serta keluarga.

Selain itu seorang pemuda harus mampu menjadi agen of change (agen perubahan), artinya
ketika dalam lingkungan keluarga, masyarakat, dan umat harus mampu membawa sebuah
perubahan ke arah yang lebih baik. Membangun pemahaman dalam diri sendiri dan
membantu mengorganisir keberadaan pemuda yang lain dengan kemampuan serta potensi
yang dimiliki pemuda yang ada disekitarnya. Seorang pemuda yang memiliki pengetahuan
atau kesempatan lebih dibandingkan dengan pemuda lain untuk menuntu ilmu hingga dapat
menyelesaikan ke jenjang perguruan tingga harus mampu mengaplikasikan pengetahuannya
demi kemajuan dan perubahan masyarakat sekitarnya ke arah yang lebih baik.

Kesempatan seorang pemuda untuk memperoleh pengalaman adalah ketika masa studi dan
berorganisasi, namun ketika masa studi cenderung apatis dengan organisasi maka
kecenderungan untuk mengorganisir orang lain sangat kecil. Ini yang masih menjadi
kelemahan kita, pemuda Hindu cenderung apatis berorganisasi. Ketika kembali ke daerah asal
malah ikut kembali larut dalam pergaulan yang menyimpang, hal ini sangat disayangkan.
Seharusnya mereka yang memiliki kesempatan lebih untuk belajar harus dapat menjadi agen
perubahan minimal untuk sesama pemuda seusianya.

Pemuda Hindu harus menempatkan diri sebagai agen of social control(menjadi pengendali
dalam pergaulan di lingkungannya). Beberapa kejadian konflik yang melibatkan umat Hindu
salah satu faktornya adalah perilaku menyimpang para pemuda. Ini menunjukan bahwa
pemuda Hindu belum mampu mengendalikan diri atau menjadi pengendali dalam pergaulan
sehari-hari dalam lingkungannya. Ketika hal ini masih terus terjadi maka permasalahan yang
disebabkan pemuda masih akan terus terjadi. Sebagai pemuda Hindu harus memberanikan
diri untuk menjadi pengendali diri sendiri dan lingkungan, misalnya: berani mengingatkan
sesama pemuda untuk menghindari minuman keras dan narkoba, menghindari seks bebas,
mengajak berorganisasi, mengisi waktu luang dengan seni dan olahraga. Jika hal-hal negatif
mampu dikendalikan dan memulai melakukan hal-hal positif maka keadaan akan lebih baik.

Pemuda Hindu harus mampu menjadi generasi yang memiliki cita-cita menjadi pemimpin
(iron stock), setiap diri pemuda Hindu harus menjadi stok pemimpin masa depan. Berarti saat
ini sudah memulai untuk mempersiapkan diri menjadi pemimpin. Dalam ajaran agama Hindu
banyak ajaran kepemimpinan yang sangat baik dan mulia. Hindu di Nusantara pernah
mewariskan sejaran kepemimpinan hingga mampu menyatukan Nusantara pada waktu
kejayaan kerajaan-kerajaan Hindu.
Setiap diri pemuda Hindu harus memiliki dan menanamkan ilmu pengetahuan dalam dirinya.
Harus paham bahwa, ilmu tanpa dharma akan berbahaya, biasanya orang yang sudah merasa
memiliki ilmu/pendidikan tinggi jika tidak kuat dalam dharma maka akan menjadi sombong,
arogan, keras kepala, egois, dan menjadi penipu seperti para koruptor. Orang yang memiliki
ilmu biasanya akan memiliki kedudukan, namun jika kedudukan tanpa dharma maka akan
menjadi gelisah, tidak tahan uji dan godaan, tidak percaya diri, ragu dalam mengambil
keputusan, takut menghadapi masalah, jangan sampai pemuda Hindu ada dalam ranah ini.
Puncaknya jika sosok pemuda Hindu tanpa dharma maka akan hampa, tidak mau
mendengarkan nasehat orang lain, tadak beretika, tidak suka berbicara tentang dharma, tidak
takut melakukan perbuatan dosa, berkata dan bertindak semaunya sendiri, selalu ingin
memuaskan nafsu seperti: seks, judi, mabuk, joged, narkoba, dll.

Seorang pemuda Hindu yang akan mengajegkan dharma maka harus, meyeleksi pergaulan,
jangan sampai salah daam bergaul maka akan terjerumus dalam kesalahan dan sulit untuk
bangkit. Memiiki hati nurani yang terbuka, artinya mampu mengenali diri sendiri dan orang
lain sehingga tidak mudah goyah. Selalu melakukan aktifitas rohani agar menjadi pemuda
yang memiliki kharisma dan berwibawa. Takut melanggar dharma, selalu memulai segala
bentuk laku karma dengan berpikir, berkata dan berperilaku yang baik berlandaskan dharma.

Hormat dan patuh kepada orang tua, menganggab bahwa orang tua adala dewa yang ada di
dunia dan sangat dekat dengan kita, maka kita harus hormat dan melayani mereka agar kita
selamat di dunia dan setelah kematian. Memanfaatkan waktu dan menyempatkan waktu
untuk membaca sastra-sastra suci dan kitab suci, agar memiki pengetahuan dan mampu
berpikir logis dalam setiap tindakan. Melakukan perjalanan spiritual, menapaki laku hidup
prihatin ketika usia muda maka akan membatu kelak ketika usia tua, dekat dengan guru dan
orang suci maka kita akan memperoleh vibrasi kesucian dari mereka. Peka terhadap
permasalahan yang terjadi di umat sekitar kita, ini tugas pemuda sebagai penerus jangan mau
diwariskan ajaran yang tidak di pahami secara praktik maupun filosofi.

Untuk dapat mewujudkan peran pemuda Hindu dalam mengajegkan dharma di Nusantara ini,
harus dimulai sejak dini dari lingkup keluarga. Untuk mengajegkan dharma sangat perlu
melakukan gerakan bersadhana setiap hari atau melakukan aktifitas spiritual setiap hari.
Mulai dari awal ketika bangun tidur harus berdoa sampai melakukan aktifitas sampai akan
tidur lagi. Wajib sembahyang (minimal 2 kali) ketika brahma muhurta dan sandhya kala,
berdoa dalam setiap melakukan aktifitas, membaca kitab suci, jika perlu meningkatkan diri
melalui yoga, mengikuti kegiatan pasraman, pesantian, dan melakukan pemujaan dan brata
ketika hari raya dan hari suci.

Di dalam keluarga, orang tua juga memiliki kewajiban untuk membentuk anak-anak mereka
menjadi pemuda yang suputra dengan cara memberikan contoh dan pengetahuan tentang
perilaku beragama yang baik. Orang tua wajib menghaturkan yadnya (patram, puspam,
palam, toyam, dupam), yadnya sesa (ngejot), tarpana, minimal satu kali setiap hari, apalagi
yang telah memiliki merajan (rong telu), memuja para dewa dan mendoakan leluhur.

Untuk membentuk pemuda yang tangguh dan suputra, maka sejak dini harus dilalui setiap
tahapan usia misalnya, melakukan upacara Vidyarambha samskara, upacara ini dilakukan
sebelum upanayana. Memperhatikan setiap perkembangan anak hingga tumbuh menjadi
pemuda yang memiliki pengetahuan, sraddha dan bhakti, dan perilaku spiritual yang baik.
Sebagai pemuda dan calon orang tua serta meiliki keluarga, maka ketika usia pemuda mulai
menginjak untuk masa grhasta harus mau dan mencari tahu tentang wiwaha
samskara. Seorang pemuda Hindu harus mulai cerdas dalam membawa diri khusunya
menjaga diri termasuk kesehatan. Misalnya menjaga kesehatan alat reproduksi, dilarang
melakukan seks bebas, usia pawiwahan harus cukup agar kelak melahirkan keturunan yang
suputra dalam UU Perkawinan No. 1 Th. 1974 (pawiwahan bisa dilakukan pada usia 20
tahun), harus dapat mengendalikan usia perkawinan pemuda Hindu, “Bila anak muda kita
kawin dengan gadis orang lain yang berbeda agama sebelum usia 20 tahun maka harus
mendapat persetujuan dari kedua pihak orang tua. Apabila tidak mendapat persetujuan, maka
tidak dijinkan melakukan perkawinan. Bila tetap dipaksakan maka yang bersangkutan akan
dihadapkan pada UU yang berlaku dan berususan pada pihak berwajib dan akhirnya bisa
masuk penjara”. Setiap pemuda Hindu harus mengetahui bahaya sekx bebas terhadap
HIV/AIDS yang akan memusnahkan generasi, bahaya minuman keras yang akan
melumpuhkan syaraf dan kecerdasan generasi serta merusak benih keturunan serta bahaya
narkoba yang mematikan, menjadi pelopor kesehatan lingkungan, rumah, pura dan pasraman.

Setiap pemuda Hindu harus mampu dan menguasai pengetahuan untuk bagaimana kelak
menurunkan keturunan yang suputra, yang cerdas (hindari pawiwahan yang dilarang).
Khusus untuk gadis Hindu usahakan mengetahui bagaimana anak ketika masih di dalam
kandungan mendapatkan asupan gizi yang tinggi, karena ini sangat penting utnuk
pembentukan IQ, pembentukan IQ terjadi sejak di dalam kandungan. Pemuda Hindu harus
memiliki pengetahuan untuk mewujudkan keluarga sukinah, agar ketika dihadapkan dalam
permasalahan keyakina sudah memiliki rasa percaya diri yang tinggi sehingga tidak akan
goyah dengan hasutan dan paksaan.

Pemuda Hindu harus menghindari perilaku negatif seperti tersurat dalam MDS.VII.46, yaitu
menghindari 10 (sepuluh) perbuatan buruk yang berasal dari bersenang-senang seperti:
berburu, berjudi, tidur siang hari, mencari kesalahan-kesalahan orang lain, berselingkuh,
mabuk-mabukan, menari, menyanyi, menikmati musik yang berlebihan, dan bepergian yang
tidak bermanfaat. Selain itu dalam MDS.VII.48 terdapat 8 (delapan) keburukan yang timbul
dari kemarahan dan harus dihindari, yaitu: membual, kejam, dengki, cemburu, memfitnah,
merampas hak orang lain, menghina dan menyerang orang lain yang tidak bersalah.
Hendaknya pemuda Hindu harus menghindari hal-hal tersebut guna mengajegkan dharma.

Namun sebagai pemuda hendaknya melakukan bhakti secara teratur agar kita memperoleh
phala bhakti yang akan sangat berguna untuk kehidupan kita saat ini dan masa depan. Seperti
di dalam kitab suci Sarasamuccaya sloka 250, yaitu akan diperoleh empat phala bhakti yang
utama: Kirti, para leluhur yang telah menjadi dewa pitara bersama para dewa akan selalu
mendoakan keturunannya, agar selalu mendapatkan rejeki, keselamatan dan selalu
bahagia. Ayusa/Dirgayusa, para leluhur yang telah menjadi dewa pitara bersama para dewa
akan memberikan anugrah umur panjang, tidak banyak halangan dan dimudahkan hidup
keturunannya. Bala, para leluhur yang telah menjadi dewa pitara bersama para dewa akan
menganugrahkan kekuatan fisik dan mental kepada keturunannya. Yasa, para leluhur yang
telah menjadi dewa pitara bersama para dewa akan memberikan anugrah agar para
keturunannya selalu berbuat baik sehingga dapat meninggalkan jasa baik dan dikenang orang
dengan baik.

Untuk dapat mewujudkan ajegnya dharma, dharma harus disampaikan secara terus menerus
kepada keturunan atau generasi, sebagai generasi muda harus peka dan lebih kuat dalam
mempertahankan dharma ini, jangan boleh ada keturunan yang memutusnya. Sebab sebagai
pemuda Hindu harus paham bahwa lahir, hidup dan mati adala siklus. Satu hal yang perlu
diperhatikan oleh pemuda bahwa saat kita hidup di dunia ini perlu bantuan leluhur, begitu
juga doa dari keturunannya sangat ditunggu oleh leluhur.

Pemuda Hindu harus berani menunjukan diri bahwa memiliki kemampuan untuk tetap
mengajegkan dharma ini. Organisasi kepemudaan Hindu harus berparan aktif untuk
mewujudkan cita-cita yang mulia ini. Membuat program yang benar-benar dapat berperan
dan memberikan hasil nyata terhadap kemajuan pemuda Hindu. Hirarki kepengurusan dan
jabatan harus benar-benar dikontrol agar tidak hanya sebatas kepentingan pribadi ketika
menjadi pemimpin organisasi kepemudaan Hindu. Tugas dan fungsi dari organisasi
kepemudaan Hindu harus bersama-sama kita kuatkan. Terutama di daerah-daerah basis hindu,
jangan membiarkan kekosongan kepengurusan ataupun ke-fakuman pengurus tidak segera
direspon, karena hal ini akan berpengaruh dan memberikan dampak besar terhadap kegiatan
pemuda Hindu.

Sudah waktunya kita sebagai pemuda Hindu membenahi diri agar dapat bersaing disetiap
tingkatan dan memberikan kontribusi untuk dharma agama dan dharma negara. Spirit besar
yang diusung oleh pemuda Hindu untuk bina dharma, bina warga, bina kriya, bina
sandhiwani dan bina karya harus benar-benar terwujud dan menjadi idiologi yang menyatu
kuat dalam setiap diri kader pemuda Hindu untuk mengajegkan dharma.

You might also like