Professional Documents
Culture Documents
Induksi matematis adalah suatu metode bukti yang berkaitan dengan berpikir rekursif.
Ada dua masalah yang terkenal yang pemecahannya melibatkan berpikir rekursif, yaitu :
Jika terdapat sejumlah n cakram pada permainan menara hanoi, maka banyaknya perpindahan
yang terjadi ( tetap mengikuti aturan permainan ) hingga semua cakram sampai di tiang tujuan
adalah 2n - 1 perpindahan.
T1 = 1
Misal : n-1 cakram dapat dipindahkan dengan menggunakan Hn-1 langkah sehingga :
Hn = 2Hn-1 +1
Dengan syarat awal H1 = 1 dengan menggunakan pendekatan iterasi dapat diselesaikan dengan :
Hn = 2Hn-1 + 1
= 2 ( 2Hn – 2 +1 ) + 1
= 22 ( 2Hn – 3 + 1 ) + 2 + 1
= 23 Hn – 3 + 22 + 2 + 1
= 2n-1
u spesifikasi dari satu lebih suku suku awal barisan disebut kondisi awal
u persamaan yang mengungkapkan masing masing suku lainnya dari barisan itu
sehubungan dengan suku suku sebelumnya dari barisan itu disebut relasi rekurensi.
tidak semua kondisi awal dan relasi rekurensi menentukan suatu barisan yang unik.
Prinsip rekursi
Misalkan suatu relasi rekurensi mendefinisikan x n+1 sehubungan dengan xn dan n untuk tiap
bilangan bulat n > 1, maka terdapat tepat satu barisan yang didefinisikan oleh relasi rekurensi dan
kondisi awal x1 = a.
2. Barisan fibonnaci
Masalah yang dikemukakan Fibonnaci ini dapat pula dipecahkan dengan menggunakan berpikir
rekursif.
Kelinci yang awalnya hanya sepasang setelah 2 bulan selalu beetambah sepasang di setiap
bulannya. Ini menghasilkan relasi rekurensi :
F1 = 1
F2 = 1
Kondisi awalnya :
F1 = F2 = 1
F3 = F2 + F1 = 1 + 1 = 2
F4 = F3 + F2 = 2 + 1 = 3
F5 = F4 + F 3 = 3 + 2 = 5
Barisan F disebut barisan Fibonnaci, suku sukunya disebut bilangan bilangan Fibonnaci.
Misalkan suatu relasi rekurensi mendefinisikan x n+1 sehubungan dengan xn, xn-1, dan n untuk setiap
bilangan bulat n > 2, maka terdapat tepat satu barisan yang didefinisikan oleh relasi rekurensi ini
dan kondisi awal x1 = a dan x2 = b.
Varian ini dapat digeneralisasi untuk berlaku pada sekuensi sekuensi dimana suku ke-n
didefinisikan sehubunga dengan k suku suku sebelumnya, dimana k < n dan kondisi kondisi awal
menyebutkan nilai nilai dari x, melalui x2, dapat dibuktikan dengan menggunakan prinsip induksi
matematis.
Formula rekursif dan formula eksplisit
Formula rekursif sering digunakan dalam program program komputer untuk menghasilkan nilai
nilai dari barisan barisan. Terkadang lebih mudah mendapatkan formula rekursif suatu barisan dari
pada formula ekaplisitnya, namun dilain waktu kadang berlaku sebaliknya.
Teknik paling dasar untuk membuat konjektur formula eksplisit untuk suatu barisan yang telah
didefiniskan secara rekursif adalah dengan mendaftarkan suku suku secara berurutan sehingga
muncul suatu pola.
Jika rekursif suatu barisan memenuhi kondisi prinsip rekursi atau variannya, maka formula
eksplisit dapat dibuktikan jika ada :
² kondisi awal
² relasi rekurensinya
Notasi penjumlahan
Notasi penjumlahan atau notasi sigma, huruf yunani sigma yang berarti sum. Bilangan bilangan
yang akan dijumlahkan dianggap sebagai suku suku berurutan dari suatu barisan.
Indeks i dapat digantikan dengan sebarang variabel lain tanpa mengubah makna dari penjumlahan
itu sepanjang penggantian dilakukan disetiap tempat dalam penjumlahan tersebut.
Induksi adalah penggunaan penalaran induktif untuk tiba pada suatu generalisasi. Induksi
matematis tidak sama dengan induksi. Induksi matematis adalah suatu bentuk aegumen bukti valid
yang berkaitan erat dengan rekursi.
Misalkan untuk tiap bilangan bulat n, S(n) adalah suatu kalimat dalam n, jika :
ü S(n) benar
ü untuk semua bilangan bulat k > 1, asumsi bahwa S(k) benar menyimpulkan bahwa
S(k+1) juga benar.
Karena adanya kemiripan antara bukti bukti induksi matematis dan definisi rekursif, maka sering
menggunakan induksi matematis untuk membuktikan prinsip rekursi.
Jika m dan n adalah bilangan bulat, maka m adalah suatu faktor dari n jika dan hanya jika n = m ×
k untuk suatu bilangan bulat k
Untuk semua bilangan bulat a,b dan c jika a adalah faktor dari b dan a adalah faktor dari c, maka a
adalah faktor dari b + c
Untuk semua bilangan bulat a,b, dan c jika a adalah faktor dari b dan b adalah faktor dari c, maka a
adalah faktor dari c.
Deret adalah penjumlahan suku2 urut dari suatu barisan, jika barisannya finit, maka penjumlahan :
Disebut deret finit. Jika barisannya adalah finit, maka terdapat suku2 yang banyaknya tak hingga
untuk dijumlahkan. Penjumlahan ini dilambangkan oleh :
Dan bentuk pada tiap sisi persamaan disebut deret infinit, suatu deret geometri finit adalah
penjumlahan suku2 urut dari barisan geometri.
Mengalihkan kedua sisi dari formula untuk penjumlahan n pangkat pertama oleh bilangan a
menghasilkan formula untuk penjumlahan suku2 dari sebarang barisan geometri finit.
Jika a adalah sebarang bilangan real dan r adalah suatu bilangan real dimana 0| < | r | < 1, maka
Misalkan a1, a2, a3, ... Suatu barisan infinit dari bilangan2 dan misalkan
Dengan syarat bahwa limit ini ada dan finit. Barisan hasil jumlah parsial dari suatu deret infinit
tertentu tidak mendekati limit finit. Karena suku2 dari baris geometri makin membesar , maka
barisan hasil jumlah parsial yang berkorespondensi mendekati infinitas suatu limit finit.
Syarat yang perlu untuk keberadaan dan sifat finit dari limit hasil jumlah parsial yaitu bahwa
suku2 dari penjumlahan itu mendekati nol. Untuk deret harmonis infinit :
Misalkan untuk setiap bilangan bulat positif n, S(n) adalah suatu kalimat dalam n, jika :
² S(n) benar
² untuk semua bilangan bulat k > 1 asumsi bahwa S(1), S(2), ... S(k-1), S(k) semua benar
S(k+1) juga benar maka S(n) adalah benar untuk semua bilangan bulat n > 1
ü induksi matematis kuat menghasilkan bukti matematis yang lebih kuat dibanding induksi
lain
ü induksi matematis kuat hanya memerlukan satu pernyataan benar untuk membuktikan
kebenaran suatu pernyataan secara keseluruhan, sedang induksi matematis memerlukan
beberapa pernyataan benar.
bentuk kuat dari prinsip induksi matematis, S(n) benar untuk setiap bilangan bulat positif n.
Dengam bentuk asli induksi matematis, induksi matematika kuat tidak harus dimulai dengan n = 1
Langkah induktif diasumsikan k > a, S(a), S(a+1), S(a+2), ..., S(b) benar
Barisan rekursif
a1 = 1
a2 = 1
a3 = 1
Teorema
Setiap bilangan bulat positif n > 2 adalah prima atau hasil kali dari bilangan2 prima.
Alogarima pemilah
Ada 2 yaitu :
1. alogaritma bubblesort
u Untuk menyusun suatu daftar L yang terdiri dari bilangan bilangam dalam urut menaik.
u bubblesort adalah contoh dari alogarima interatif ( langkah yang sama diulang lagi
berkali kali )
2. Alogaritma quicksort
u Untuk menyusun daftar L yang terdiri atas bilangan bilangan berbeda dalam urut menaik
u quicksort memilah daftar dengan mengasumsikan bahwa daftar yang lebih kecil dapat
disortir
u teorema quicksort, untuk setiap bilangan bulat n > 1, alogaritma quicksort menyusun
sebarang daftar n bilangan real berbeda dalam urut menaik.
Efisiensi Alogaritma
Efisiensi alogaritma dipandang sebagai jumlah maksimal operasi signifikan yang diperlukan oleh
suatu logaritma untuk memecahkan masalah tertentu, jika masalah itu ukurannya adalah n.
Sebuah cara yang masuk akal untuk menentukan ukuran ( besarnya ) suatu masalah penjumlaham
yaitu dengan menggunakan jumlah maksimum angka dalam masing-masing bilangan bulat positif
yang sedang dijumlahkan.