Professional Documents
Culture Documents
DOSEN PEMBIMBING:
Dr. H. Abd. Syakur, M.Ag
NAMA KELOMPOK III
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Segala Puji bagi ALLAH, Tuhan Semesta Alam yang senantiasa mencurahkan
rahmat-Nya dan Karunia-Nya, Shalawat serta Salam semoga dilimpahkan kepada Nabi
Muhammad S.A.W., keluarganya, para sahabat, dan seluruh umatnya. Kami bersyukur
kepada Illahi Rabbi yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga
Makalah yang berjudul: “Akhlak Terhadap Sesama Manusia” dapat terselesaikan.
Materi dalam Makalah ini disusun berdasarkan Studi Pustaka dan Referensi-referensi
yang sesuai dengan tujuan, agar pada umumnya dapat lebih memahami tentang Akhlak, dan
Manusia dalam Akhlak tersebut.
Kami menyadari, bahwa dalam Makalah ini masih terdapat kekurangan dan
kekhilafan. Oleh karena itu kepada para pembaca khususnya, kami mengharapkan Saran dan
Kritik demi kesempurnaan Makalah ini.
Semoga Makalah ini benar-benar bermanfaat bagi para pembaca dan masyarakat pada
umumnya. Amin.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam persoalan Akhlak, manusia sebagai makhluk berakhlak berkewajiban
menunaikan dan menjaga akhlak yang baik serta menjauhi dan meninggalkan akhlak yang
buruk. Akhlak merupakan dimensi nilai dari Syariat Islam. Kualitas keberagaman justru
ditentukan oleh nilai akhlak. Jika syariat berbicara tentang syarat rukun, sah atau tidak sah,
maka akhlak menekankan pada kualitas dari perbuatan, misalnya beramal dilihat dari
keikhlasannya, shalat dilihat dari kekhusyuannya, berjuang dilihat dari kesabarannya, haji
dari kemabrurannya, ilmu dilihat dari konsistensinya dengan perbuatan, harta dilihat dari
aspek mana dari mana dan untuk apa, jabatan dilihat dari ukuran apa yang telah diberikan,
bukan apa yang diterima.
Dengan demikian, dikarenakan akhlak merupakan dimensi nilai dari Syariat Islam,
maka Islam sebagai agama yang bisa dilihat dari berbagai dimensi, sebagai keyakinan,
sebagai ajaran dan sebagai aturan. Agama Islam sebagai aturan atau sebagai hukum dimaksud
untuk mengatur tata kehidupan manusia. Sebagai aturan, agama atau sebagai hukum
dimaksud untuk mengatur tata kehidupan manusia. Sebagai aturan, agama berisi perintah dan
larangan, ada perintah keras (wajib) dan larangn keras (haram), ada juga perintah anjuran
(sunat) dan larangan anjuran (makruh).
Apalagi pada zaman sekarang ini, banyak diantara kita kurang memperhatikan
masalah akhlak. Disatu sisi, kita mengutamakan tauhid yang memang merupakan perkara
pokok/inti agama ini, berupaya menelaah dan mempelajarinya, namun disisi lain dalam
masalah akhlak kurang diperhatikan, sehingga tidak dapat disalahkan bila ada keluhan-
keluhan yang terlontar dari kalangan awam, seperti ungkapan, “wah…udah ngerti agama kok
kurang ajar sama orang tua”, atau ucapan: “dia sih agamanya bagus, tapi sama tetangga tidak
pedulian…..”, dan lain-lain.
Seharusnya, ucapan-ucapan seperti ini atau pun semisal dengan ini menjadi cambuk
bagi kita untuk mengoreksi diri dan membenahi akhlak Islam, bukanlah agama yang
mengabaikan akhlak, bahkan Islam mementingkan akhlak. Yang perlu diingat, bahwa tauhid
sebagai sisi pokok atau inti, Islam yang memang seharusnya kita utamakan, namun tidak
berarti mengabaikan perkara penyempurnaannya. Dan akhlak mempunyai hubungan yang
erat, Tauhid merupakan realisasi akhlak seorang hamba terhadap ALLAH, dan ini merupakan
pokok inti akhlak seorang hamba. Seorang yang bertauhid dan baik akhlaknya, berarti ia
adalah sebaik-baik manusia. Semakin sempurna tauhid seseorang, maka semakin baik
akhlaknya, dan sebaliknya bila seseorang muwahhid memiliki akhlak yang buruk berarti
lemah tauhidnya.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka pembahasan akan dititikberatkan pada
“Akhlak Terhadap Sesama Manusia”.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini pemakalah merumuskan masalah yakni:
1. Apa definisi akhlak?
2. Bagaimanakah hubungan akhlak terhadap sesama manusia?
C. Tujuan Makalah
Dari rumusan masalah yang telah kami buat, pemakalah dapat mengambil tuuan
dalam pembuatan makalah ini yakni:
1. Untuk mengetahui definisi akhlak.
2. untuk mengetahui hubungan akhlak terhadap sesama manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Akhlak
Kata “Akhlak” berasal dari Bahasa Arab, Jamak dari Khuluq, yang artinya tabiat, budi
pekerti, watak, atau kesopanan. Sinonim kata Akhlak ialah tatakrama, kesusilaan, sopan
santun (Bahasa Indonesia), moral, ethic (Bahasa Inggris), ethos, ethikos (Bahasa Yunani).
Untuk mengetahui definisi Akhlak menurut istilah, dibawah ini terdapat beberapa
definisi yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya:
a. Ibnu Maskawaih mendefinisikan,
Akhlak adalah sikap jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan (terlebih dahulu);
b. Prof. DR. Ahmad Amin menjelaskan,
sementara orang membuat definisi Akhlak, bahwa yang disebut Akhlak ialah
kehendak yang dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka
kebiasaan itu dinamakan Akhlak;
c. Al-Qurthuby mendefinisikan,
Akhlak adalah suatu perbuatan manusia yang bersumber dari adab kesopanannya
yang disebut Akhlak, karena perbuatan itu termasuk bagian darinya;
d. Muhammad bin Ilaan Ash-Shadieqy mendefinisikan,
Akhlak adalah suatu pembawaan dalam diri manusia, yang dapat menimbulkan
perbuatan baik, dengan cara yang mudah (tanpa dorongan dari orang lain);
e. Abu Bakar Jabir Al-Jazairy mendefinisikan,
Akhlak adalah bentuk kejiwaan yang tertanam dalam diri manusia, yang
menimbulkan perbuatan baik dan buruk, terpuji dan tercela dengan cara yang disengaja;
f. Imam Al-Ghazali mendefinisikan,
Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia), yang dapat melahirkan
suatu perbuatan yang gampang dilakukan, tanpa melalui maksud untuk memikirkan (lebih
lama). Maka jika sifat tersebut melahirkan suatu tindakan yang terpuji menurut ketentuan
akal dan norma agama, dinamakan akhlak yang baik. Tetapi manakala ia melahirkan tindakan
yang jahat, maka dinamakan akhlak yang buruk.
Al-Qurthuby menekankan bahwa akhlak itu merupakan bagian dari kejadian manusia.
Oleh karena itu, kata al-khuluk tidak dapat dipisahkan pengertiannya dengan kata al-khiiqah,
yaitu fitrah yang dapat mempengaruhi perbuatan setiap manusia.
Imam Al-Ghazaly menekankan, bahwa Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa
manusia, yang dapat dinilai baik atau buruk, dengan menggunakan ukuran ilmu pengetahuan
dan norma agama.
Muhammad bin Ilaan Ash-Shadieqy, Ibnu Maskawaih dan Abu Bakar Jabir Al-
Jazairy menekankan, bahwa Akhlak adalah keadaan jiwa yang selalu menimbulkan perbuatan
yang gampang dilakukan. Meskipun ketiganya menekankan keadaan jiwa sebagai sumber
timbulnya akhlak, namun dari sisi lain mereka berbeda pendapat, yaitu:
1. Muhammad bin Ilaan Ash-Shadieqy menekankan hanya perbuatan baik saja yang disebutnya
akhlak;
2. Ibnu Maskawaih menekankan seluruh perbuatan manusia yang disebutnya akhlak;
3. Abu Bakar Jabir Al-Jazairy menjelaskan perbuatan baik dan buruk yang disebutnya akhlak.