You are on page 1of 4

EKSISTENSI PEMUDA HINDU DI ERA MILENIAL

( GEDE DIPTA KUSUMA)


Pemuda sebagai ujung tombak ajegnya dharma harus mampu membekali diri dengan
keyakinan dan pengetahuan yang kuat tentang ajaran dharma. Pemuda Hindu saat ini belum
banyak yang berkeinginan kuat untuk mengajegkan dharma untuk dirinya sendiri ataupun
untuk pemuda lain seusia mereka. Hal ini terlihat bagaimana keberadaan organisasi
kepemudaan Hindu yang ada saat ini belum mampu mengelaborasi keberadaan pemuda
Hindu yang ada di setiap daerah. Padahal secara organisasi sudah tertata dengan baik baik
secara struktur maupun program-program kerjanya. Bahkan secara hirarki keberadaan
organisasi kepemudaan berbasis Hindu sudah ada dari tingkat nasional hingga daerah.

Sebagai pemuda Hindu, seharusnya memiliki keinginan untuk bersama-sama


membangun Hindu dan mengajegkan ajaran dharma ini. Pemuda Hindu harus memiliki
keinginan kuat untuk mempertahankan keyakinan. Untuk menjadi generasi yang kuat harus
mampu menjadi pribadi yang tekun dalam melaksanakan bhakti. Pemuda Hindu harus
mampu menempatkan diri sebagai bagian dari pemuda dan berkompetisi dalam ranah apapun.
Untuk menjadi seorang pemuda Hindu yang tangguh harus menjadi decison maker
(pengambil keputusan),setiap pemuda harus mampu mengambil keputusan yang tepat untuk
dirinya dan orang-orang disekitarnya.

Selain itu seorang pemuda harus mampu menjadi agen of change (agen perubahan),
artinya ketika dalam lingkungan keluarga, masyarakat, dan umat harus mampu membawa
sebuah perubahan ke arah yang lebih baik. Membangun pemahaman dalam diri sendiri dan
membantu mengorganisir keberadaan pemuda yang lain dengan kemampuan serta potensi
yang dimiliki pemuda yang ada disekitarnya. Seorang pemuda yang memiliki pengetahuan
atau kesempatan lebih dibandingkan dengan pemuda lain untuk menuntu ilmu hingga dapat
menyelesaikan ke jenjang perguruan tingga harus mampu mengaplikasikan pengetahuannya
demi kemajuan dan perubahan masyarakat sekitarnya ke arah yang lebih baik.

Kesempatan seorang pemuda untuk memperoleh pengalaman adalah ketika masa


studi dan berorganisasi, namun ketika masa studi cenderung apatis dengan organisasi maka
kecenderungan untuk mengorganisir orang lain sangat kecil. Ini yang masih menjadi
kelemahan kita, pemuda Hindu cenderung apatis berorganisasi. Ketika kembali ke daerah
asal malah ikut kembali larut dalam pergaulan yang menyimpang, hal ini sangat disayangkan.
Seharusnya mereka yang memiliki kesempatan lebih untuk belajar harus dapat menjadi agen
perubahan minimal untuk sesama pemuda seusianya.

Pemuda Hindu harus menempatkan diri sebagai agen of social control (menjadi
pengendali dalam pergaulan di lingkungannya). Beberapa kejadian konflik yang melibatkan
umat Hindu salah satu faktornya adalah perilaku menyimpang para pemuda. Ini menunjukan
bahwa pemuda Hindu belum mampu mengendalikan diri atau menjadi pengendali dalam
pergaulan sehari-hari dalam lingkungannya. Ketika hal ini masih terus terjadi maka
permasalahan yang disebabkan pemuda masih akan terus terjadi. Sebagai pemuda Hindu
harus memberanikan diri untuk menjadi pengendali diri sendiri dan lingkungan, misalnya:
berani mengingatkan sesama pemuda untuk menghindari minuman keras dan narkoba,
menghindari seks bebas, mengajak berorganisasi, mengisi waktu luang dengan seni dan
olahraga. Jika hal-hal negatif mampu dikendalikan dan memulai melakukan hal-hal positif
maka keadaan akan lebih baik.

Pemuda Hindu harus mampu menjadi generasi yang memiliki cita-cita menjadi
pemimpin (iron stock), setiap diri pemuda Hindu harus menjadi stok pemimpin masa depan.
Berarti saat ini sudah memulai untuk mempersiapkan diri menjadi pemimpin. Dalam ajaran
agama Hindu banyak ajaran kepemimpinan yang sangat baik dan mulia. Hindu di Nusantara
pernah mewariskan sejaran kepemimpinan hingga mampu menyatukan Nusantara pada waktu
kejayaan kerajaan-kerajaan Hindu.

Setiap diri pemuda Hindu harus memiliki dan menanamkan ilmu pengetahuan dalam
dirinya. Harus paham bahwa, ilmu tanpa dharma akan berbahaya, biasanya orang yang sudah
merasa memiliki ilmu/pendidikan tinggi jika tidak kuat dalam dharma maka akan menjadi
sombong, arogan, keras kepala, egois, dan menjadi penipu seperti para koruptor. Orang yang
memiliki ilmu biasanya akan memiliki kedudukan, namun jika kedudukan tanpa dharma
maka akan menjadi gelisah, tidak tahan uji dan godaan, tidak percaya diri, ragu dalam
mengambil keputusan, takut menghadapi masalah, jangan sampai pemuda Hindu ada dalam
ranah ini. Puncaknya jika sosok pemuda Hindu tanpa dharma maka akan hampa, tidak mau
mendengarkan nasehat orang lain, tadak beretika, tidak suka berbicara tentang dharma, tidak
takut melakukan perbuatan dosa, berkata dan bertindak semaunya sendiri, selalu ingin
memuaskan nafsu seperti: seks, judi, mabuk, joged, narkoba, dll.
Untuk dapat mewujudkan peran pemuda Hindu dalam mengajegkan dharma di
Nusantara ini, harus dimulai sejak dini dari lingkup keluarga. Untuk mengajegkan dharma
sangat perlu melakukan gerakan bersadhana setiap hari atau melakukan aktifitas spiritual
setiap hari. Mulai dari awal ketika bangun tidur harus berdoa sampai melakukan aktifitas
sampai akan tidur lagi. Wajib sembahyang (minimal 2 kali) ketika brahma
muhurta dan sandhya kala, berdoa dalam setiap melakukan aktifitas, membaca kitab suci,
jika perlu meningkatkan diri melalui yoga, mengikuti kegiatan pasraman, pesantian, dan
melakukan pemujaan dan brata ketika hari raya dan hari suci.

Masa muda adalah masa-masa untuk menuntut ilmu. Dalam ajaran agama Hindu
dikenal empat tahapan yang harus dilalui dalam kehidupan ini, yaitu catur asrama. Salah
satunya adalah tahapan dimana kita menuntut ilmu dalam rangka mencari kebenaran/dharma
(Brahmacari). Kebanyakan dari kita yang merupakan generasi muda masih berada dalam
tahapan ini. Jika pada zaman lampau, seorang anak pada usia tertentu meninggalkan
keluarganya untuk menuntut ilmu di bawah bimbingan seorang brahmana, maka pada zaman
sekarang ini seorang anak meninggalkan keluarganya dalam rangka menuntut ilmu di bawah
bimbingan sebuah institusi yang kita sebut Universitas/Perguruan tinggi. Nilai/esensi yang
terkandung di dalamnya masih sama dan relevan hingga zaman ini, hanya saja cara dan
medianya yang berubah. Adalah suatu keniscayaan bahwa kelak generasi mudalah yang
nantinya akan menerima tongkat estafet dari generasi sebelumnya dalam rangka menjamin
kelangsungan pelaksanaan dharma dalam kehidupan ini. Baik dalam ruang lingkup keluarga,
dimana generasi muda merupakan suputra yang diharapkan akan menjamin eksistensi
keluarganya dalam kehidupan ini. Begitupun dalam ruang lingkup yang lebih besar lagi yaitu
dalam suatu Negara, dimana generasi mudanya diharapkan untuk dapat meneruskan nilai-
nilai luhur bangsanya (budaya) agar tetap eksis dalam rangka menunjang kehidupan
berbangsa dan bernegara yang berlandaskan dharma.

Untuk dapat mewujudkan ajegnya dharma, dharma harus disampaikan secara terus
menerus kepada keturunan atau generasi, sebagai generasi muda harus peka dan lebih kuat
dalam mempertahankan dharma ini, jangan boleh ada keturunan yang memutusnya. Sebab
sebagai pemuda Hindu harus paham bahwa lahir, hidup dan mati adala siklus. Satu hal yang
perlu diperhatikan oleh pemuda bahwa saat kita hidup di dunia ini perlu bantuan leluhur,
begitu juga doa dari keturunannya sangat ditunggu oleh leluhur.
Pemuda Hindu harus berani menunjukan diri bahwa memiliki kemampuan untuk tetap
mengajegkan dharma ini. Organisasi kepemudaan Hindu harus berparan aktif untuk
mewujudkan cita-cita yang mulia ini. Membuat program yang benar-benar dapat berperan
dan memberikan hasil nyata terhadap kemajuan pemuda Hindu. Sudah waktunya kita sebagai
pemuda Hindu membenahi diri agar dapat bersaing di setiap tingkatan dan memberikan
kontribusi untuk dharma agama dan dharma negara. Spirit besar yang diusung oleh pemuda
Hindu untuk bina dharma, bina warga, bina kriya, bina sandhiwani dan bina karya harus
benar-benar terwujud dan menjadi idiologi yang menyatu kuat dalam setiap diri kader
pemuda Hindu untuk mengajegkan dharma.

You might also like