Professional Documents
Culture Documents
Pendekatan dan
Metodologi
B
Pada prin sipnya bagian ini akan disampaikan secara teknis beberapa hal yang
terkait dengan pemahaman dan tanggapan terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK)
yang telah disampaikan serta usulan pendekatan dan metodologi dari kegiatan.
Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Kawasan Penanganan Khusus
Endemik Schistomiasis Kabupaten Poso.
Secara sistematis, bagian ini akan dibahas ke dalam 5 (lima) sub bagian utama
meliputi:
1. Tanggapan Umum
Setelah mempelajari Kerangka Acuan Kerja yang terdapat pada Dokumen Pengadaan
Secara Elektronik (Dokumen Pemilihan) Pengadaan Jasa Konsultansi Badan Usaha
(Untuk Methoda e-Seleksi Umum dengan Prakualifikasi), Pokja BLP Dinas Cipta Karya
dan Sumber Daya Air Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah, pada Dokumen Pemilihan
dengan Nomor : 01.21/Dok./Pokja-BLP/Dinas CK-SDA/III/2017 tanggal 18 April 2017
untuk Paket Pengadaan Penyusunan Rencana Induk Drainase Kawasan Penanganan
Khusus Endemik Schistomiasis Kabupaten Poso, Pokja ULP, Dinas Cipta Karya dan
Sumber Daya Air Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah, Tahun Anggaran 2017, dengan
seksama, Konsultan telah memahami lingkup tugas serta hasil yang harus dicapai dari
kegiatan/pekerjaan Penyusunan Rencana Induk Drainase Kawasan Penanganan Khusus
Endemik Schistomiasis Kabupaten Poso
Konsultan berkeyakinan bahwa tugas tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, dan
tenaga ahli yang diperlukan untuk melaksanakan tugas tersebut dapat disediakan sesuai
dengan jadwal yang ditetapkan.
Dalam pelaksanaannya Konsultan akan selalu berkonsultasi dengan Pihak Pemberi Kerja
maupun pihak terkait lainnya.
2. Tanggapan Khusus
Tanggapan khusus ini akan memberikan ulasan tanggapan dan saran yang
secara khusus membahas arahan yang diminta sesuai Kerangka Acuan Kerja
(KAK) menurut sub pembahasan KAK yang telah diberikan.
Oleh karenanya diperlukan sistem drainase yang terstruktur dengan baik yang dapat
mengatasi permasalahan banjir maupun genangan-genangan air untuk menghindari
tumbuh dan berkembangnya cacing Schistosoma, sehingga tercipta lingkungan
permukiman yang hygienis, nyaman dan aman dari wabah penyakit Schistomiasis.
Dalam aspek pembangunannya, sistem drainase harus ekonomis, kokoh, tahan lama,
sesuai dengan kebutuhan, khususnya dapat memproteksi wabah penyakit yang
terkandung dalam aliran drainase.
Dalam aspek pengoperasiannya, sistem drainase yang diperlukan harus mudah dalam
pengelolaannya/ perawatannya, mudah untuk dilakukan pengembangannya dan optimal
serta efisien dalam sistem pengoperasiannya mulai dari hulu hingga ke hilir. Oleh karena
itu Pokja BLP Dinas Cipta Karya dan Sumber Daya Air Pemerintah Provinsi Sulawesi
Tengah, Tahun Anggaran 2017, menyelenggarakan kegiatan “Penyusunan Rencana
Induk Drainase Kawasan Penanganan Khusus Endemik Schistomiasis Kabupaten Poso”
untuk menyusun rencana penanganan genangan atau banjir yang rinci dan menyeluruh
dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemeliharaan dan operasional,
yang dapat dimanfaatkan hingga jangka panjang.
Permasalahan drainase di Kabupaten Poso cukup unik, hal tersebut dikarenakan bukan
hanya masalah banjir secara fisik saja yang menjadi problem, tetapi terdapat masalah
lainnya yang tidak kalah pentingnya untuk ditangani, yakni masalah banjir atau genangan
air yang secara biologis mengandung cacing parasit Schistosoma yang akan
menyebabkan wabah endemik penyakit Schistomiasis yang dapat merenggut nyawa. Air
merupakan media tempat berkembang biaknya cacing parasit Schistosoma dan cacing ini
banyak ditemukan di daerah basah di dataran tinggi Lore dan Napu. Jika hujan turun,
maka limpahan air hujan (run off) akan membawa cacing Schistosoma dari dataran tinggi
menuju ke daerah hilir. Jika limpahan air hujan (run off) dari dataran tinggi menyebabkan
banjir di daerah permukiman, maka cacing-cacing yang terbawa aliran banjir akan hidup
di daerah-daerah basah di permukiman atau di genangan-genangan air yang ada di
daerah permukiman yang dapat menyebabkan wabah endemik penyakit Schistomiasis.
Inilah permasalahan banjir yang sangat rawan dan berbahaya yang terjadi di Kabupaten
Poso. Untuk mengatasi permasalahan di atas, maka sistem drainase yang direncanakan,
khususnya di permukiman penduduk harus betul-betul handal dapat mengatasi
permasalahan banjir maupun genangan-genangan air pasca banjir.
Sistem drainase yang direncanakan harus betul-betul memproteksi penduduk dari banjir
100 tahunan (perioda ulang 100 tahun) yang dikarenakan bahaya banjir yang terjadi
bukan hanya semata karena besarnya limpahan banjir, tetapi dikarenakan adanya
bahaya wabah penyakit yang terkandung dalam air banjirnya. Permasalahan genangan
air dan banjir tidak luput dari buruknya sistem drainase yang ada yang diakibatkan
adanya aktifitas manusia yang merubah fungsi lahan hijau menjadi lahan terbangun.
Dalam pembangunannya, sering mengabaikan fungsi lahan hijau sebagai resapan
berubah fungsi menjadi perumahan atau kawasan terbangun lainnya sehingga
mengakibatkan sistem tata air terganggu, seperti misalnya kapasitas run off air hujan
yang bertambah besar, sepadan sungai yang menyempit, penumpukan sampah pada
badan sungai, bahkan pola aliran yang berubah arah, yang mana senua ini menyebabkan
genangan-genangan air di beberapa lokasi, bahkan menyebabkan banjir yang relatif
besar. Penyebab lainnya juga diakibatkan oleh beberapa hal sebagai berikut :
1) Kemiskinan di perkotaan sehingga banyak daerah sepadan sungai dijadikan
tempat tinggal bahkan dibadan sungai didirikan tiang-tiang bangunan yang
mengakibatkan berkurangnya kapasitas sungai serta menghambat aliran.
Pada pasal Tujuan Penyusunan Rencana Induk Drainase, pada poin pertama
menyatakan bahwa, “Menyediakan Perencanaan Teknis serta spesifikasi teknis dengan
mengikuti kriteria, standar dan peraturan yang ada:”. Keterangan tersebut tidak sejalan
dengan nama/ judul pekerjaan, yakni Rencana Induk Drainase yang lebih mengarah ke
master plan, sedangkan Perencanaan Teknis merupakan perencanaan yang lebih
mengarah ke perencanaan DED (detail engineering design), ditambah lagi dengan
keterangan menyiapkan “Spesifikasi Teknis” yang mana spesifikasi teknis tersebut
merupakan bagian perencanaan DED. Di dalam pasal Maksud dan Tujuan tidak
dijelaskan secara eksplisit bahwa Maksud dan Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini
dalam rangka penanggulangan banjir / genangan air yang mengandung cacing parasit
Schistosoma yang dapat menyebabkan wabah endemik penyakit Schistomiasis. Oleh
karena itu dalam menyusun Master Plan Drainase ini tetap akan fokus pada Perencanaan
Sistem Drainase yang bertujuan untuk menanggulangi banjir / genangan air yang
mengandung cacing parasit Schistosoma yang dapat menyebabkan wabah endemik
penyakit Schistomiasis.
Rencana Induk Drainase ini akan menjadi referensi bagi informasi saluran-saluran
drainase dan bangunan air-bangunan air yang direncanakan, untuk memudahkan
instansi lainnya dalam mengkoordinasikan dan mensinkronkan perencanaan
infrastrukturnya, agar tidak terjadi lagi benturan ataupun tumpang tindih antara
perencanaan drainase dengan perencanaan infrastruktur lainnya.
Sesuai dengan nama paket pekerjaannya, yakni Penyusunan Rencana Induk Drainase
Kawasan Penanganan Khusus Endemik Schistomiasis Kabupaten Poso, maka lokasi
pekerjaanya berada di Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah.
Uraian lokasi kegiatan yang disebutkan dalam KAK dapat dipahami dengan
baik oleh Konsultan dan akan ditindaklanjuti lebih lanjut untuk proses konsep
delineasi kawasan perencanaan.
2. Analisa Data
Setelah data-data terkumpul kemudian dilanjutkan dengan menganalisa data,
yang terdiri dari :
a. Pemetaan/ pembuatan peta dasar wilayah/ zona yang akan
direncanakan berdasarkan pada luasan catchman area-nya (daerah
tangkapan air hujan)
b. Mengidentifikasi besaran/ luasan daerah tangkapan air (catchman
area) untuk mengetahui luasan setiap daerahnya (A).
c. Mengidentifikasi rencana alur saluran yang sesuai dengan topografi
dan tata guna lahan serta menyesuaikan dengan kondisi drainase
eksisting.
d. Pembuatan peta jaringan drainase yang direncanakan dengan struktur
jaringan yang jekas disertai pola alirannya.
Lingkup Kegiatan yang dijelaskan dalam KAK sudah cukup jelas, namun belum teruraikan
perihal kegiatan awal yang diperlukan sebelum memulai pekerjaan, seperti diantaranya :
a. Melakukan koordinasi secaran intensif kegiatan perencanaan sistem drainase
baik penyusunan Rencana Induk Drainase kepada instansi terkait khususnya
Pemerintah Daerah agar nantinya perencanaan yang sudah dibuat dapat
dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah.
b. Pengidentifikasikan peraturan dan kebijakan dalam pembangunan drainase
c. Review studi terdahulu dan pengidentifikasian peraturan-peraturan terkait
kebijakan pemerintah, Pembangunan sistem drainase yang sedang berjalan
dan jasa konsultansi lainnya yang berhubungan.
Melakukan review dan identifikasi terhadap sistem drainase eksisting dan survey
lapangan/penelitian serta kajian secara teknis terhadap sistem drainase internal dan
eksternal mencakup aspek karakteristik dan kondisi fisik lokasi dan sebagainya.
negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi yang
berpengalaman melaksanakan pekerjaan MP drainase dan Limbah atau
sejenisnya dengan pengalaman 5 tahun. Diutamakan mempunyai sertifikat
keahlian bidang sarana dan prasarana.
4. Ahli PWK
Sebagai Tenaga Ahli disyaratkan seorang Sarjana Strata Satu (S-1)
jurusan teknik planologi lulusan Universitas/Perguruan Tinggi Negeri atau
Perguruan Tinggi Swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian
negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi yang
berpengalaman melaksanakan pekerjaan RTR Kawasan Strategis, MP
drainase atau sejenisnya dengan pengalaman 5 tahun. Diutamakan
mempunyai sertifikat keahlian bidang Perencanaan wilayah dan Kota.
5. Ahli Geodesi
Sebagai Tenaga Ahli disyaratkan seorang Sarjana Strata Satu (S-1)
Jurusan Teknik Geodesi lulusan Universitas/Perguruan Tinggi Negeri atau
Perguruan Tinggi Swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian
negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi yang
berpengalaman melaksanakan pekerjaan MP drainase dan Limbah atau
sejenisnya dengan pengalaman 5 tahun.
6. Ahli Sosial Ekonomi
Sebagai Tenaga Ahli disyaratkan seorang Sarjana Teknik Strata Satu (S-1)
jurusan Sosial/Ekonomi lulusan Universitas/Perguruan Tinggi Negeri atau
Perguruan Tinggi Swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian
negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi yang
berpengalaman melaksanakan MP drainase dan Limbah atau sejenisnya
dengan pengalaman 5 tahun.
7. Tenaga Penunjang
Untuk memperlancar dan menunjang pekerjaan baik untuk pekerjaan
lapangan maupun pekerjaan yang dilakukan pada kantor/studio dibutuhkan
beberapa orang tenaga pendukung antara lain;
a) 3 orang Surveyor
Dengan kualifikasi pendidikan minimal Sarjana Muda (D-3) Teknik Sipil
dari Universitas / Perguruan Tinggi Negeri atau Swasta dan memiliki
pengalaman profesional dibidang suvey.
b) 2 orang CAD operator/Drafter
Dengan kualifikasi pendidikan minimal Sarjana Muda (D-3) Teknik
Arsitektur dari Universitas / Perguruan Tinggi Negeri atau Swasta dan
Sesuai dengan apa yang disyaratkan dalam KAK, pelaporan dan kelengkapan yang
harus diserahkan sesuai dengan pentahapannya adalah:
1. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan memuat :
pemahaman terhadap Kerangka Acuan Kerja;
Temuan awal dan gambaran umum lokasi
Jadwal penugasan tenaga ahli.
metodologi pelaksanaan kegiatan;
tahap-tahap rencana kegiatan rinci yang akan dilakukan sesuai
dengan jangka waktu yang tersedia (time schedule); dan
alokasi personil yang akan terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan.
Konsep survey sosial ekonomi termasuk draft kuisioner
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak SPMK
diterbitkan sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan.
2. Laporan Antara
Laporan ini berisi informasi kemajuan pekerjaan yang dimanfaatkan untuk
memeriksa perkembangan perjalanan pekerjaan Tim. Laporan harus diserahkan
selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sejak SPMK diterbitkan sebanyak 10
(Sepuluh) buku laporan.
- Hasil survey dan investigasi data pendukung dilapangan mengenai kondisi
eksisting sistem jaringan drainase mencakup lokasi, kondisi, dimensi,
panjang dan arah aliran awal maupun akhir, dan zona area tangkapan
( Catchment area ) serta kondisi sosial ekonomi masyarakat.
- Analisis skenario perkembangan kota / daerah yang di rencanakan.
Drainase berasal dari bahasa Inggris drainage, yang memiliki arti mengalirkan,
menguras, membuang, atau mengalihkan air.Yang mengandung arti suatu
tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan air baik yang berasal dari air
hujankelebihan air, baik yang berasal dari air hujan, rembesan, maupun kelebihan
air irigasi dari suatu kawasan dan atau lahan sehingga fungsi kawasan tersebut
tidak terganggu.(Suripin. 2004). Sedangkan drainase perkotaan yaitu suatu sistem
drainase yang menangani permasalahan kelebihan air di wilayah perkotaan yang
meliputi drainase permukaan dan drainase bawah permukaan.
1) Faktor Penting Perancangan Sistem Sistem Pengumpul Air Hujan
Kuantitas air yang akan dialirkan tergantung luas daerah dan curah hujan
Air hujan tergantung intensitas hujan, jenis daerah yang akan dilayani
Pembagian daerah pelayanan berdasarkan jenis penggunaannya
Prinsip alam dalam infiltrasi air hujan masih diharapkan terjadi sehingga
ukuran saluran tidak terlalu besar
Jenis bahan penutup permukaan tanah menentukan banyaknya air yang
mengalir dan masuk ke dalam tanah
Kualitas air hujan yang dikumpulkan dari atap rumah dan jalan sudah
mengandung bahan pencemaran.
2) Langkah Perancangan
Pengumpul Air Hujan
Daerah pelayanan diidentifikasi sebagai sebagai langkah awal
Pola jaringan ditentukan
3) Kiat Drainase
Kiat drainase tradisional, yaitu membuang limpasan air hujan secepatnya
dengan jalur sependek-pendeknya, yang akan mempercepat datangnya debit
puncak aliran dimana banjir akan melanda daerah hilir alirannya.
Kiat drainase, seperti halnya kiat penataan lingkungan digolongkan menjadi 2
yaitu (Hardjosuprapto 1998), yaitu :
Tindakan yang sifatnya biologis-ekologis, diantaranya adalah melestarikan
atau menyediakan daerah hijau sebagai daerah retensi dan peresapan air
yang optimal.
Tindakan yang sifatnya teknologis-higienis, diantaranya dengan prinsip
“semua daerah hulu, arus limpasan air hujan yang belum membahayakan
atau belum mengganggu lingkungan sebisa mungkin dihambat,
diresapkan,atau ditampung dalam kolam retensi sebagai sumber daya
imbuhan air tanah dan air permukaan”.
B.2.2. Metodologi
1. Tahap Persiapan
2. Kajian Awal
3. Survey dan Pengumpulan Data
4. Kompilasi data dan Analisa
5. Penyusunan Master Plan Drainase Kota
6. Penyusunan Detailed Engineering Design
7. Pembahasan dan Diskusi serta Finalisasi Produk Akhir
Kerangka pikir tersebut dapat dilihat pada Gambar berikut di bawah ini.
Gambar B.1 Kerangka Pikir Kegiatan Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Kawasan Penanganan Khusus Endemik Schistomiasis
Kabupaten Poso
Gambar B.1.
B. 2 .2 .1 Tahap Persiapan
Tahap persiapan ini dilakukan beberapa kegiatan yang akan menunjang kelancaran kegiatan.
Persiapan yang dilakukan meliputi persiapan internal tim konsultan yang bersifat administrative
seperti mobilisasi personil, persiapan prasarana dan sarana pendukung kerja, koordinasi dengan
pihak pemberi tugas. Persiapan lain yang akan dilakukan adalah penyamaan persepsi tim konsultan
terhadap lingkup pekerjaan, penyiapan metodologi dan rencana kerja detil.
a. Mobilisasi Personil
b. Penyempurnaan Program/Rencana Kerja Konsultan
c. Pengumpulan Data Sekunder
d. Analisa dan pengolahan data awal
e. Persiapan Survey Lapangan.
B. 2 .2 .2 Kajian Awal
Dalam tahap ini Konsultan melakukan kajian awal terhadap aspek-aspek dan informasi yang
berhubungan dengan kondisi eksisting system drainase, rencana tata ruang dan pengembangan
kota, serta permasalahan-permasalahan yang ada terkait dengan bidang drainase kota. Adapun
kajian yang akan dilaksanakan oleh konsultan adalah:
Berdasarkan bagan alur pikir yang telah disampaikan sebelumnya kajian awal ini bertujuan untuk
mengidentifikasi rencana pengembangan kota dan perencanaan system drainase kota eksisting
serta permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Sehingga akan diperoleh infomasi deviasi atau
perbedaan antara perencanaan yang sudah dilakukan dengan kondisi eksisting serta hal-hal apa
dari perencanaan yang ada yang tidak layak diterapkan lagi akibat perubahan dan kondisi yang ada.
Hasil identifikasi awal yang telah dilakukan melalui studi literature (desk study), maka tim konsultan
akan merumuskan rencana kerja detil (desain survey) terkait dengan pelaksanaan survey lapangan.
Adapun persiapan yang dilakukan sebelum pelaksanaan survey dilakukan adalah:
Survey topografi
Survey mekanika tanah
Survey hidrologi/drainase
Survey Lansekap
Survey utilitas dan relokasi
Survey Quarry
Data dan informasi yang diperoleh dari kegiatan survey lapangan selanutnya dikompilasi atau diolah
sehingga menghasilkan informasi sesuai dengan kebutuhan untuk dianalisa.Beberapa metodologi
yang akan dilakukan konsultan terkait pengolahan dan analisa data dantaranya adalah analisa
hidrologi, analisa hidrolika dan analisa struktur system drainase, analisa penentuan prioritas
penangan genangan, seperti diuarikan dibawah ini :
o Pengolahan data inventarisasi daerah genangan
o Pengolahan data survey topografi
o Pengolahan data survey mekanika tanah
o Pengolahan data hidrologi
o Pengolahan data lansekap
o Pengolahan data utilitas dan relokasi
Proses analisa hidrologi pada dasarnya merupakan proses pengolahan data curah hujan, data luas
dan bentuk daerah pengaliran (catchment area), data kemiringan lahan/beda tinggi, dan data tata
guna lahan yang kesemuanya mempunyai arahan untuk mengetahui besarnya curah hujan rata-
rata, koefisien pengaliran, waktu konsentrasi, intensitas curah hujan, dan debit banjir rencana.
Sehingga melalui analisis ini dapat dilakukan juga proses evaluasi terhadap saluran drainase yang
ada.
Curah hujan yang diperlukan untuk mengetahui besarnya debit banjir adalah curah hujan rata-rata di
seluruh daerah yang bersangkutan yang dinyatakan dalam satuan mm. Perhitungan curah hujan
rata-rata dilakukan dengan menggunakan cara Poligon Thiessen, hal ini disebabkan penyebaran
stasiun penakar hujan yang menyebar sehingga dengan cara ini diharapkan dapat memberikan hasil
analisis yang lebih baik apabila terjadi kesalahan pendataan curah hujan. Penentuan curah hujan
rata-rata daerah mengambil data dari stasiun pengamatan hujan.
Stasiun (alat) pengukur hujan kadang tidak mempunyai data yang lengkap, jika ditemui data yang
kurang perlu dilengkapi dengan pengisian data terhadap satsiun pengukur yang tidak lengkap atau
kosong, dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya:
Bila perbedaan hujan tahunan normal di satsiun yang mau dilengkapi tidak lebih dari 10%,
untuk mengisi kekurangan data dapat dilakukan dengan harga rata-rata hujan dari stasiun-
stasiun sekitarnya
Bila perbedaan hujan tahunan lebih dari 10% melengkapi data dengan metode Rasio Normal,
yakni dengan membandingkan data hujan tahunan stasiun yang kurang datanya terhadap
stasiun di sekitarnya dengan cara sebagai berikut :
i R , rA R . rB R . rC
r
n RA RB RC
Dimana :
r= curah hujan yang dicari (mm)
n = jumlah stasiun hujan
R = curah hujan rata-rata setahun di tempat pengamatan R yang datanya akan dilengkapi
rA,, rB, rC = curah hujan di tempat-tempat pengamatan A, B, dan C
RA, RB, RC, = curah hujan rata-rata setahun di stasiun A, B, dan C
Hujan rencana di dasarkan atas kejadian hujan dari tiga stasiun terdekat dengan alur saluran,
yang diperkirakan berpengaruh pada limpasan yang terjadi. Hujan rencana yang diperhitungkan
dipastikan dengan menggunakan metode statistik dari beberapa cara yang yang umum dipakai
dan ditetapkan dengan persyaratan yang biasa dilakukan.
Besarnya intensitas hujan berbeda-beda disebabkan oleh lamanya curah hujan atau frekwensi
kejadiannya. Tinggi hujan rencana atau curah hujan rencana merupakan curah hujan maksimum
yang terjadi 1 x dalam suatu periode ulang tertentu. Caracara perhitungan hujan rencana
berdasarkan data hujan harian maksimum yang dicatat selama beberapa tahun,salah satunya
adalah dengan pendekatan statistik.
Analisa statistik digunakan karena dapat memberikan hasil yang lebih pasti dalam menentukan
kesamaan jenis. Dalam statistik dikenal beberapa parameter yang berkaitan dengan analisa data
yang meliputi rata-rata, simpangan baku, dan koefisien skewness(kemencengan). Uraian
mengenai analisa hujan ini menggunakan data hujan harian maksimum (R24) dengan
menggunakan distribusi Gumbel atau Log Pearson III.
Di dalam menentukan curah hujan areal, jika dalam suatu areal terdapat beberapa pos pencatat
curah hujan, maka dapat diambil nilai rata-rata untuk mendapatkan nilai curah hujan. Ada
beberapa cara yang berbeda dalam menentukan tinggi curah hujan rata-rata pada areal tertentu
dari angka-angka curah hujan di beberapa titik pos penakar hujan antara lain :
Tinggi rata-rata curah hujan didapatkan dengan mengambil nilai rata-rata hitung pengukuran
hujan di pos-pos penakar hujan di dalam areal tersebut, dengan perumusan sebagai berikut
:
R
R1 R2 R3 ....... Rn
n
Dimana :
R = Tinggi curah hujan rata-rata (mm)
Ri = Tinggi curah hujan pada pos-pos penakar 1,2,...n (mm)
n = Jumlah pos penakar hujan
B. Poligon Thiessen
Jika Ai/A = Wi merupakan persentase luas pada pos i yang jumlahnya untuk
seluruh luas adalah 100%, maka:
R Wi . Ri
A = Luas Areal (catchment) Total(km2)
R = Tinggi curah hujan rata-rata areal (mm)
Ri = Tinggi curah hujan pada pos-pos penakar 1,2,...n (mm)
Ai = Luas areal pengaruh pos 1,2,...n (km2)
Dimana Wi = Ai/A (%)
Yang digunakan dalam analisa statistik ini antara lain distribusi Gumbel dan distribusi Log
Pearson tipe III. Kedua distribusi ini menggunakan dasar-dasar parameter statistik.
1) Distribusi Gumbel
S
X X Y Yn
Sn
X
X 1 X 2 X 3 ...... X n
n
X
n 2
X
S i 1 i
n 1
Y ln
T 1
T
Keterangan :
X = Hujan R24 dengan periode ulang T yang direncanakan
X = Nilai rata-rata hitung sampel
S = Nilai standar deviasi dari sampel data hujan
Y = Nilai reduksi variat dari variabel yang diharapkan terjadi pada periode ulangtertentu
(hubungan antara periode ulang T dengan Y), atau dapat dihitung dengan rumus :
Untuk T > 20, maka Y = ln T
Yn = Nilai rata-rata dari reduksi variat nilainya tergantung dari jumlah data (n)
Sn = Standar deviasi dari reduksi variat, nilainya tergantung dari jumlah data (n)
Prosedur dalam perhitungan distribusi Gumbel ialah sebagai berikut:
Hitung nilai rata-rata dari data yang ada
Hitung nilai standar deviasinya (Sn)
Hitung nilai Y
Hitung nilai Yn
Hitung peluang yang sesuai dengan periode ulang yang diharapkan dengan
menggunakan persamaan 1.1.
Distribusi ini banyak digunakan dalam analisa hidrologi, terutama dalam analisis data
data maksimum (banjir) dan minimum (debit minimum) dengan nilai ekstrim. Bentuk
kumulatif dari distribusi ini merupakan model matematik dengan persamaan garis lurus
sebagai berikut:
X X k.S
Prosedur untuk menentukan kurva distribusi Log Pearson III sebagai berikut:
Tentukan logaritma dari semua nilai data hujan variat X (Xi � Log Xi)
Hitung nilai rata-rata logaritmanya (X ̂)
X
log X 1 log X 2 log X 3 ...... log X n
n
hitung nilai deviasi standarnya dari log X (S) :
log X
n 2
log X
S i 1 i
n 1
Hitung nilai koefisien kemencengan (CS) :
Cs i 1
n log X log X
i 3
( n 1) ( n 2) S 3
Tentukan nilai X dengan menggunakan persamaan, dengan nilai k diperoleh dari
tabel Hubungan antara Cs, k dan periode ulang yang direncanakan.
Hitung antilog dari nilai X, untuk mendapatkan nilai X (R 24) yang diharapkan terjadi
pada tingkat peluang atau periode tertentu sesuai dengan nilai CS nya
Karakteristik hujan menunjukkan bahwa hujan yang besar terentu mempunyai [periode
ulang tertentu, periode ulang rencana untuk saluran mengikuti standar yang berlaku seperti
table berikut:
Tabel.1 Perioda Ulang Berdasarkan Tipologi Kota dan Luas Daerah Pengaliran
Catchman Area (HA)
Tipologi Kota
<10 10 – 100 100 – 500 10 – 25 tahun
Kota Metropolitan 2 tahun 2 – 5 tahun 5 – 10 tahun 5 – 20 tahun
Kota Besar 2 tahun 2 – 5 tahun 2 – 5 tahun 5 – 10 tahun
Kota Sedang/ Kecil 2 tahun 2 – 5 tahun 2 – 5 tahun 5 – 10 tahun
Tergantung dari data yang tersedia, maka waktu konsentrasi dapat ditentukan dengan :
Meninjau juga aliran permukaan pada daerah pematusan dengan jarak mulai dari titik
terjauh sampai ke saluran yang ditinjau.(Gambar.3).
0, 467
L
to 1,44 nd . o
So
dimana :
to= durasi aliran overland (jam)
nd= koefisien hambatan
Lo= panjang lintasan permukaan (m)
So= kemiringan permukaan tanah
Kemudian:
tc to tc
dimana :
tc= waktu konsentrasi (jam)
to = lama waktu aliran permukaan (jam)
ts = durasi aliran sepanjang saluran. (jam)
Ls
ts
60 . V
Dimana:
ts =lama waktu alir sepanjang saluran (menit)
Ls = panjang saluran (m)
V = kecepatan rata-rata aliran pada saluran (m/dt)
Meninjau langsung pada titik kontrol sehingga debit yang terjadi merupakan beban dari
penggal saluran yang berada di hilir titik kontrol. Dalam hal ini tidak dianggap aliran
lateral (Gambar 4).
1) Rumus Kirpich untuk luas daerah pematusan kurang dari 2 km2.
0 ,8
L
tc 0,0025 o
S
dimana:
tc = waktu Konsentrasi (jam)
Ls = panjang saluran (m)
S = kemiringan rata-rata saluran
Untuk saluran pendek dan saluran yang kemiringan dasarnya relatif landai rumus ini sulit
memenuhi realitasnya, sehingga untuk pekerjaan ini akan dikaji kembali pemakaiannya.
2) BayernFormula :
0, 6
H
W 72
L
dimana :
W = kecepatan aliran (km/jam)
H= selisih tinggi kedua ujung saluran (m)
L= panjang saluran (m)
Bab D – 18
Gambar B.4. Perhitungan langsung ke titik kontrol
kemudian didapat :
LS
tc
W
dimana:
tc= waktu konsentrasi (jam)
Ls = panjang sungai/saluran (km)
W = kecepatanrambat aliran (km/jam)
Intensitas curah hujan merupakan jumlah hujan yang dinyatakan dalam tingginya
kapasitas/volume air hujan tiap satuan waktu. Besarnya intensitas hujan berubah-ubah
tergantung lamanya curah hujan dan frekuensi kejadiannya. Penentuan nilai intensitas
curah hujan (I) menggunakan rumus :
2/3
R 24
I ........... mm/jam
24 tc
Dimana:
R = curah hujan rancangan setempat (mm)
Tc = time of concentration (jam)
Perhitungan debit saluran drainase merupakan gabungan dari debit air hujan dan debit
domestik. Penggunaan kedua debit ini dikarenakan guna lahan yang sangat padat yang
secara tidak langsung akan menambah volume air buangan pada drainase kota.
Debit air hujan didasarkan pada limpasan air hujan yang terjadi dan tingkat aliran puncak
dengan variable amatan yang diorientasikan pada intensitas hujan selama waktu
konsentrasi dan luas daerah pengaliran. Rumus yang digunakan untuk menentukan debit air
hujan adalah Metoda Rasional seperti berikut:
Q = 0,278 C.I.A
Dimana:
Qa = debit air hujan maks. (m3/dtk)
C = koefisien run off
Dalam perhitungan dengan metode ini, dianggap durasi hujan yang terjadi adalah minimum
sama dengan waktu konsentrasi limpasan.
Apabila dapat ditemukan data tentang tata guna lahan dan petanya cukup detail dari data
yang ada di Pemkot atau Balai Pengairan, maka penentuan harga C dilakukan secara lebih
detail dengan menggunakan nilai yang mewakili semua bagian dari tata guna lahan yang
ada.(Gambar 6.).
A . Ca B . Cb C . Cc D . Cd E . Ce F . C f
C
A B C D E F
dimana A,B,C,D,E dan F adalah luas masing-masing bagian daerah Pematusan. Sedang
Ca,Cb,Cc,Cd,Ce dab Cf adalah koefisien masing-masing bagian daerah pematusan sejenis.
Harga C ini sangat dipengaruhi oleh :
o intersepsi oleh tumbuh-tumbuhan dan apa saja yang ada pada permukaan tanah daerah
pematusan.
o infiltrasi oleh tanah dimana ini sangat dipengaruhi oleh luasnya daerah yang tidak
tertutup oleh bangunan, jalan dan perkerasan yang ada dipermukaan tanah.
o retensi yang terjadi pada ceruk dan cekungan diatas permukaan tanah.
Untuk mengurangi kelemahan tersebut diatas maka metoda ini kemudian dimodifikasi dan
dikenal sebagai metoda Modifikasi Rasional, sebagai berikut:
Q = 0,278 C.Cs.I.A
2 . tc
CS
2 . tc t d
Tc = to + td
L
td
V
Dimana :
Cs = Koefisien penyimpangan
I = Intensitas hujan (mm/jam)
A = Luas daerah aliran (catchment area) (Km2)
tc = waktu konsentrasi, untuk daerah saluran drainase perkotaan terdiri dari to dan td
to = Waktu yang diperlukan air untuk mengalir melalui permukaan tanah ke saluran terdekat
(menit)
td = Waktu yang diperlukan air untuk mengalir di dalam saluran ke tempat yang
direncanakan (menit)
Dalam perhitungan disini akan dipergunakan rumus yang paling umum dipakai untuk
drainase yaitu Rumus Manning:
1 2 / 3 1/ 2
V R S
n
dimana :
Sehubungan dengan itu maka ada dua macam profil aliran yang akan terbentuk yaitu profil
M1 dan profil M2, tergantung pada posisi permukaan air hilir terhadap kedalaman normal
(normal depth) yang terbentuk.
Profil M1 sebagai Lengkung Air Balik akan diperhitungkan untu kondisi pasang laut tertinggi
(Gambar D.9). Sedang Profil M2 sebagai Lengkung Permukaan Air Menurun tergantung
pada kondisi dimana permukaan air laut lebih rendah dari posisi permukaan air kedalaman
normal tidak perlu diperhitungkan, karena tidak mengakibatkan terganggunya aliran. Pada
kondisi ini permukaan air dihilir perlahan-lahan menurun dan tidak berakibat pada hal yang
mengkhawatirkan untuk terjadi banjir.
A. Pengukuran Tristris
Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan profil permukaan tanah sepanjang saluran yang akan
dibuatdetail design nya. Hasil pengukuran nantiberupa profil memanjang, profil melintang dan
gambar situasi saluran. Sehubungan dengan itu maka pengukuran akan menggunakan alat ukur
teodolit dan waterpass. Jarak profil melintang akan diambil cukup rapat dengan jarak antara satu
dengan lainnya lebih kurang 50 m. Sedang kearah melebar akan diambil panjang bentang profil
melintang 20 m, kecuali pada lokasi dimana kondisi terbatas karena adanya dinding bangunan
pada kiri dan kanan saluran.
Untuk kasus ini maka batas pengukuran profil melintang adalah dinding bangunan yang
merupakan batas terakhir pendangan pengukuran dapat dicapai (Gambar D.13).
B. Stabilitas Struktur
a. Struktur Penahan Tanah
Stabilitas struktur penahan tanah akan dikontrol keamanannya terhadap kekuatan
hancur, geser dan guling. Faktor-faktorkeamanan tersebut diatas minimum adalah
sebagai berikut:
F kekuatan pondasi = 1,5
C. Bahan
a. Pasangan Batu
Tegangan tekanan maksimum = 8 kg/cm2
Tegangan tarik maksimum = 0
b. Klasifikasi Beton
Klasifikasi beton yang dipakai adalah sebagai berikut:
K 175 : beton untuk konstruksi
K 150 : beton lining / protection
K 125 : lantai kerja
Pemakaian mutu beton lebih besar dari K 175 untuk hal-hal yang khusus
c. Besi Beton
Besi beton yang dipakai harus sesuai dengan spesifikasi beton bulat polos standar
Indonesia dengan mutu BJTP 24 dengan ukuran yang ada di pasaran
d. Beton Bertulang
Beton pelindung tulangan minimum yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
kecepatan akan meningkat pada bukaan yang sempit dan bahaya erosi perlu diselidiki
dan dihindari. Bila bangunan persilangan/jembatan lama dan kapasitas yang ada 75%
kapasitas rencana, jembatan lama tidak usah dibongkar, dan perlu dipikirkan alternative
lain seperti menaikkan tanggul/kepala turap
c. Siphon/Talang
Bangunan persilangan ini sebaiknya dihindari mengingat dari segi hidraulis kurang
menguntungkan dan mahal
E. Perkuatan Lereng
Perkuatan lereng atau tebing saluran sangat tergantung pada kondisi tanah setempat
sehubungan dengan kondisi dan sifat fisik tanah antara lain berat volume tanah, sudut geser
dalam dan kemungkinan pengangkutan material ke lokasi pemasangan.
Sehubungan dengan itu maka kemungkinan tipe perkuatan lereng yang akan dipaka adalah
:
o Pada daerah muara dimana sulit untuk pengangkutan material pasangan dan sifat tanah
yang sangat tidak mendukung dimana biasanya pada daerah muara ini tanah dasar
berupa tanah sangat-sangat lunak (soft clay), maka tubuh saluran dibuat tanpa
perkuatan, jadi dasar dan tebing saluran dibentuk dari tanah galiannya sendiri, tanpa
pelapisan material lain.
o Apabila diperlukan profil stabil untuk membentuk profil saluran yang prismatis maka akan
dipergunakan konstruksi turap sangat sederhana berupa turap dari bambu (Gambar
D.15).
o Pada penggal saluran agak jauh sedikit dari lokasi diatas dan kondisi tanah masih
mempunyai sifat tidak jauh berbeda dengan lokasi di hilirnya, Namun memungkinkan
untuk mengangkut material berat ke lokasi, maka perkuatan lereng dapat menggunakan
beronjong (gabion) dengan pemasangan.
o Pada lokasi dimana alur saluran terletak pada tanah yang mempunyai sifat tanah yang
cukup baik, maka perkuatan yang dapat dipakai adalah perkuatan dengan
pelengsengan.
o Pilihan lainnya apabila diperlukan karena suatu kebutuhan adalah penggunaan tembok
penahan tanah (Gambar D.18). Tembok penahan tanah harus berdiri stabil dimana
dengan kondisi yang ada pada lokasi pekerjaan ini struktur tidak turun, tidak mengguling
dan tidak menggeser akibat gaya luar yang bekerja pada struktur.
gambaran yang jelas mengenai arah, system aliran, dimensi saluran serta tipe dan
banyaknya saluran. Setiap alternatif penyelesaian permasalahan-permasalahan dibandingkan
dari beberapa aspek yaitu:
o Biaya pelaksanaan
o Pembebasan tanah
o Rehabilitasi
o Lama pelaksanaan
o Kehandalan untuk dilaksanakan
o Operasi dan Pemeliharaan
E. Rencana Program Drainase Jangka Pendek, Jangka Mengah dan Jangka Panjang
Dibuat rencana program drainase jangka pendek (mendesak),jangka menengah dan jangka
panjang berdasarkan urutan prioritas pelaksanaan dan dibuat Rencana Program yang
disesuaikan dengan RUTRK.
Rencana Pengelolaan Drainase termask juga rencana anggaran biaya dan operasi dan
pemeliharaan. Sistem organisasi dan manajemen pengeloaan drainase kota didasarkan
kepada hal-hal berikut :
o Pengelolaan drainase di Kota pada dasarnya sudah merupakan tugas Pemerintah (Dinas
Pekerjaan Umum)
o Tugas pengelolaan drainase loal merupakan tanggungjawab lingkungan masing-masing.
Merupakan bagian yang menjelaskan biaya yang dperlukan untuk kegiatan operasi dan
pemeliharaan system drainase kota yang dianggarkan tiap tahunnya.
Survey dan pengukuran trace saluran ini dimaksudkan untuk mendapatkan peta situasi dan
potongan memanjang dengan skala 1 : 1.000, peta situasi trace saluran ini akan memuat data
ketinggian, kontur dan bangunan-bangunan di sector trace saluran tersebut yang meliputi rumah,
took, jalan, jembatan, dan lain-lain .
o Pengukuran Situasi dan Potongan Memanjang, Skala yang akan digunakan adalah 1 : 1.000 (H)
dan 1 : 1.000 (V). panjang pengukuran disesuaikan dengan keperluan penanganan genangan
prioritas yang mencakup beberapa wilayah kecamatan. Seluruh kegiatan dikoordinir oleh ahli
Teknik Geodesi.
o Pengukuran Potongan Melintang, dilakukan setiap 50 m untuk daerah/arah yang lurus, pada
saat trace saluran membelok perlu ditambah lagi pengukuran profil melintang. Skala yang
dipakai adalah 1 : 1.000 dengan lebar ± 29 m ke kiri dan ke kanan.
o Pemasangan Patok Beton (BM), jumlah patok beton yang dipasang sebanyak esuai dengan
keperluan. Patok beton ini akan diikatkan ke titik triangulasi atau titik tetap disekitar lokasi
perencanaan. Titik tetap biasanya didapat datanya dari Agraria atau PU Tata Air yang sudah
ada data koordinat dan elevasinya. Patok Beton (BM) tersebut disebar mendekati trace saluran
yang diukur sehngga akan memudahkan dalam pengambilan titik referensi guna pelaksanaan
fisiknya nantis
Analisa data pengukuran dilakukan dilapangan, menjaga aaar supaya kalau terjadi kesalahan bias
langsung dikoreksi ulang dilapangan. Penggambaran dengan computer meliputi situasi trace saluran
dan potogsn melintang skala 1 : 1.000 H, 1 : 1.000 V.
Analisa pemilihan jenis konstruksi baik untuk saluran maupun pelengkap harus disesuaikan dengan
bahan bangunan yang tersedia di daerah tersebut dengan tidak mengabaikan segi keamanan atau
kekuatan konstruksi. Pemakaian bahan-bahan bangunan di dalam perencanaan ini, guna dipakai
pelaksanaan konstruksi pembuatan saluran drainase dan sarananya perlu dianalisa dahulu dengan
mempertimbangkan beberapa hal, yaitu:
o Bahan yang tersedia di lokasi
o Pembebasan tanah
o Operasi dan pemeliharaan
o Transportasi
Dari hasil analisa penentuan prioritas jenis konstruksi akan didapat urutan prioritas pemakaian jenis
konstruksi.
D. Perhitungan Perencanaan
Setelah gambar trace saluran selesai dan prioritas pemakaian jenis konstruksi, selanjutnya akan
dilakukan perhitungan hidrologi, hidrolika dan konstruksi setiap saluran. Penentuan periode ulang
dalam perencanaan debit banjir untuk berbagai tipe saluran akan diperhatikan sekali. Dimensi
saluran akan disesuaikan dengan criteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Demikan halnya
bentuk dan kestabilan konstruksi bsngunsn pelengkap akan dihitung berdasar kepada criteria yang
telah ditetapkan sebelumnya. Perhitungan konstruksi diusahakan untuk mendapatkan standar
bangunan sehingga memudahkan penggambaran.
E. Penggambaran
Sebagaimana telah direncanakan detil desainnya dari saluran-saluran drainase serta bangunan
pelengkapnya, untuk pelaksanaan konstruksi fisik pekerjaan drainase kota akan dibagi dalam paket-
paket pekerjaan. Setiap paket pekerjaan disesuaikan dengan kemampuan anggaran Pemda
setempat setiap tahunnya.Selain itu dibuat pula jadwal pelaksanaan pekerjaan tiap-tiap paket
pekerjaan.
Masing-masing paket pekerjaan dihitung anggaran biayanya. Daftar harga dan upah didapat dari
harga upah dan bahan di kota setempat. Rencana biaya yang diperhitungkan adalah :
o Biaya langsung/persiapan
o Pembuatan saluran
o Bangunan pelengkap
o Ppn 10%
o Phisycal contingensi
o Engineering service
Pembuatan Rencana Kerja Dan Syarat-syaratt-syarat dibuat sesuai dengan peraturan yang berlaku
di Indonesia. Rencana Kerja dan Syarat-syarat meliputi:
o Syarat-syarat teknis
o Syarat-syarat umum
o Syarat-syarat administrasi
Program kerja pelaksanaan pekerjaan ini merupakan suatu rangkaian pekerjaan untuk melakukan
kajian dan perhitungan, yang dirumuskan berdasarkan rencana kerja dan terbagi kedalam beberapa
kegiatan.Berdasarkan waktu pelasanaan pekerjaan yang dijelaskan oleh Kerangka Acuan Kerja,
maka jadwal pelaksanaan pekerjaan ini adalah selama 8 (delapan) bulan kalender. Dalam periode
waktu yang tersedia tersebut, Tim Konsultan akan merumuskan strategi pelaksanaan kegiatan
(rencana kerja) seefisien dan seefektif mungkin, dengan merumuskan pelaksanaan kegiatan yang
dilakukan baik secara paralel maupun secara berurutan. Rincian jadwal pelaksanaan pekerjaan
yang diusulkan oleh pihak Konsultan, adalah :
B.2.3.1 PERSIAPAN
Pada tahapan persiapan ini, Konsultan akan melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Persiapan Dasar:
a. Mobilisasi peralatan dan tenaga ahli;
b. Penyamaan persepsi Tim Konsultan;
c. Merumuskan Metodologi Kerja Detail;
d. Membuat program kerja (pola pikir) kegiatan secara keseluruhan;
e. Rencana Kerja Penyedia Jasa (Konsultan) secara menyeluruh
f. Jadual Pelaksanaan Pekerjaan
g. Menggali sumber data yang terkait melalui studi literatur
2. Persiapan Sarana Kerja
3. Diskusi dengan Tim Teknis, mengenai metodologi dan rencana kerja detail, format isian
dan aplikasi database, dll. Interpretasi dan apresiasi konsultan dalam menangani
pekerjaan.
Setelah melakukan persiapan dasar tersebut diatas terutama setelah mendapat persetujuan
dari Tim Teknis khususnya terhadap metodologi dan rencana kerja detail konsultan, maka
Tim Konsultan akan melakukan pekerjaan sesuai dengan rencana kerja yang telah
ditetapkan. Pada Tahap ini Tim Konsultan akan melakukan identifikasi awal terkait kegiatan
dengan melakukan kajian literature. Identifikasi yang dilakukan meliputi:
1. Kajian Kepustakaan/Literatur Terkiat Rencana Tata Ruang Wilayah dan Rencana
Pengembangan Kota
B.2.3.3 SURVEY
Kegiatan survey dan pengumpulan data dilakukan baik di tingkat pusat dan daerah.Setiap
tenaga ahli sesuai dengan bidang masing-masing terlebih dahulu menyusun checklist
kebutuhan data. Data sekunder akan dikumpulkan melalui survey instansional terkait,
sedangkan surevi data primer selain melakukan kunjungan (pengukuran dan pengamatan)
lapangan juga dilakukan survey instansional dengan melakukan deep interview, untuk
memverifikasi data yang telah dperoleh.
Tahapan kegiatan penyusunan Master Plan Drainase dapat dibagi kedalam 5 (lima) sub
bagian kegiatan, yakni:
1. Evaluasi Data Karakteristik Daerah Perencanan
2. Perhitungan Hidrologi dan Hidrolika
3. Perumusan Rencana Master Plan Drainase
4. Penyusunan Rencana Pengelolaan Drainase
5. Penyusunan Rencana Biaya Operasi dan Pemeliharaan
Data dan informasi yang diperoleh dari hasil identifikasi awal (Desk Study) dan survei
lapangan selanjutnya dikaji dan dianalisa lebih lanjut untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan. Adapun kajian dan analisa yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Inventarisasi & identifikasi
2. Klasifikasi masalah
Dasar pertimbangan penyusunan Skala Prioritas dan metoda pendekatan yang diperlukan,
apabila terdapat beberapa daerah genangan yang lokasinya terpisah dan tempat yang
berbeda, maka perlu disususn suatu skala prioritas untuk menentukan urutan penanganan
dalam mengatasi masalah banjir/genangan dalam kota. Penyusunan skala prioritas ini perlu
didukung oleh analisa yang dapat memberikan hasil yang objektif dan dapat dipertanggung
jawabkan kebenarannya dengan memperkecil kemungkinan timbulnya suatu keinginan yang
dapat mempengaruhi hasil akhir secara negatif.
Metoda yang dipakai dalam menyusun skala prioritas ini adalah system pemberian bobot
pada setiap variable yang berpengaruh langsung terhadap gangguan yang diakibatkan oleh
banjir/genangan, meliputi :
a. Komponen Banjir.
Parameter ini berkaitan dengan kejadian banjit, yaitu dengan menghitung bobotnya
terhadap pengaruh banjir, yang terdiri dari atas kedalaman/tinggi, luasan, frekuensi dan
lamanya genangannya. Penilaian komponen banjir dapat dilihat pada Tabel D.10
Untuk parameter land use yang dihitung bobot kerugiannya dalam nilai ekonomi,yang
dapat berupa kawasan–kawasan komersial dan industri, sosial dan property pemerintah,
infrastruktur transportasi, property pemukiman dan rumah tangga/kepemilikan pribadi.
Komponen penilaian kerugian ekonomi untuk komponen Land Use pada dasarnya terbagi
atas 5 (lima) komponen dalam penilaian kerugian ekonomi, yang meliputi :
o Komersial dan industri,
o Sosial dan properti pemerintah,
o Infrastruktur transportasi,
o Properti pemukiman.
Dalam arti koordinasi, evaluasi dan pengendalian pelaksanaan di dalam Tim Konsultan
Perencana, baik dalam tahap persiapan, tahap pengumpulan data, analisis, dan perhitungan,
serta tahap evaluasi dan rekomendasi. Koordinasi dilakukan antara anggota tim dengan ketua
tim sesuai tugas dan tanggung jawab masing-masing anggota tim. Koordinasi yang akan
dilakukan dengan terjadwal meliputi mingguan bulanan dan sewaktu-waktu (tidak
terjadwal/tergantung kebutuhan).
Berbagai isu strategis terkait dengan kondisi serta permasalahan dalam menghadapi pengelolaan
drainase saat ini serta tantangan yang dihadapi antara lain kemungkinan mencakup :
Beberapa tahun belakangan ini, kecenderungan perubahan iklim banyak terjadi di beberapa tempat
di Indonesia, di Kota Metropolitan dan Kota Besar, di tepi pantai dan dataran rendah, kota yang
dilalui sungai besar dan terpengaruh pasang surut. Perubahan iklim tersebut antara lain curah hujan
relatif tinggi dan dalam jangka waktu yang rendah, muka air laut pasang cenderung lebih tinggi dan
lain-lain. Adanya fenomena perubahan iklim akibat pemanasan global yang ditandai dengan
kekeringan panjang, curah hujan tinggi berpotensi mengakibatkan bencana kebakaran hutan saat
Akibat kebutuhan lahan yang sangat besar untuk pengembangan permukiman, industri sering
kurang terkendali, tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang maupun Konsep Pembangunan
Berkelanjutan. Akibatnya banyak kawasankawasan rendah yang semula berfungsi sebagai tempat
parkir air (“retarding pond”), lahan basah (“wet land”) seperti rawa-rawa, situ-situ, embung dan lain-
lain ditimbun sehingga merubah keseimbangan pola tata air. Hal-hal tersebut di atas akan
berdampak rendahnya kemampuan sistem drainase untuk mengeringkan kawasan terbangun dan
rendahnya kapasitas seluruh prasarana pengendali banjir (sungai, folder-folder, pompa dan pintu-
pintu pengatur) untuk mengalirkan air hujan ke badan air. Permasalahan tersebut di atas tentunya
perlu diminimalisasi dengan produk pengaturan yang mengatur pembangunan di areal lahan basah
(“wet land”).
Mengemukakan kejelasan fungsi saluran drainase yang berlangsung saat ini. Apakah selain untuk
sistem pematusan air hujan apakah juga untuk pembuangan air limbah dapur dan cuci (“grey
water”). Sementara fungsi dan karakteristik sistem drainase berbeda dengan sistem air limbah yang
tentunya akan membawa masalah pada daerah hilir aliran. Apalagi kondisi ini akan diperparah bila
ada sampah yang dibuang ke saluran akibat penanganan sampah secara parsial oleh pengelola
sampah dan masyarakat.
Peraturan daerah mengenai ketertiban umum yang menyangkut penanganan drainase perlu
disiapkan, seperti pencegahan pengambilan air tanah secara besar-besaran, pembuangan
sampah di saluran, pelarangan pengurugan dan penggunaan daerah resapan air (wetland),
termasuk sanksi yang diterapkan.
Menjelaskan kondisi keterpaduan sistem drainase utama dan lokal, seringkali system drainase yang
dibangun oleh swasta/pengembang tidak selaras dengan pembangunan drainase makro yang
lingkupnya lebih luas dari wilayah tersebut. Akibat terbatasnya Masterplan drainase, seringkali pihak
pengembang tidak punya acuan untuk sistem lokal misalnya data peil banjir, sehingga penanganan
sifatnya hanya partial (terpisah-pisah) untuk wilayah yang dikembangkannya saja.
Menyajikan aspek pengendalian debit puncak, terutama sangat berpengaruh pada daerah-daerah
yang relatif sangat padat bangunan sehingga mengurangi luasan air yang meresap. Pertambahan
penduduk yang semakin meningkat, terbatasnya kemampuan pemerintah, swasta dan masyarakat,
serta tuntutan
akan kawasan terbangun yang bersih dan sehat mengakibatkan kebutuhan akan pelayanan
prasarana dan sarana drainase, harus tetap dipertahankan dan ditingkatkan. Tantangan yang
dihadapi antara lain:
Mencegah terjadinya penurunan kualitas kawasan terbangun
Melakukan optimalisasi fungsi pelayanan dan efisiensi terhadap prasarana dan sarana
drainase yang sudah terbangun
Melaksanakan peningkatan dan pengembangan sistem yang ada serta pembangunan baru
secara efektif dan efisien agar dapat meningkatkan ekonomi masyarakat berpenghasilan
rendah.
Pemerataan pembangunan bidang drainase dengan memperhatikan kondisi ekonomi nasional
dan daerah setempat.
Menunjang terwujudnya lingkungan perumahan dan permukiman yang bersih dan sehat serta
terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah.
Drainase merupakan salah satu factor pengembangan irigasi yang berkaitan dalam pengolahan
banjir (float protection), sedangkan irigasi bertujuan untuk memberikan suplai air pada tanaman .
Drainase dapat juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam
kaitannya dengan salinitas.
1. Jenis – jenis drainase
Menurut sejarah terbentuknya:
1) Drainase alamiah (natural drainage) yang terbentuk secara alamiah, tidak terdapat
bangunan penunjang
2) Drainase buatan (artificial drainage), dibuat dengan tujuan tertentu, memerlukan bangunan
khusus Menurut letak bangunan :
o Drainase permukaan tanah (surface drainage)
Suatu system pembuangan air untuk menyalurkan air dipermukaan tanah.Hal ini
berguna untuk mencegah adanya genangan.
o Drainase bawah permukaan tanah (subsurface drainage)
Suatu sistem pembuangan untuk mengalirkan kelebihan air dibawah tanah. Pada jenis
tanaman tertentu drainase juga bermanfaat untuk mengurangi ketinggian muka air
tanah sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Menurut fungsi :
1) Single purpose
Suatu jenis air buangan : air hujan, limbah domestic, limbah industri dll
2) Multi purpose
Beberapa jenis air buangan tercampur Menurut kontruksi :
Saluran terbuka
Saluran tertutup
Untuk air kotor disaluran yang terbentuk di tengah kota.
2. Sistem dan permasalahan drainase
Sistem drainase dibagi menjadi:
1) tersier drainage
2) secondary drainage
3) main drainage
4) sea drainage
Permasalahan drainase :
Permasalahan drainase perkotaan bukanlah hal yang sederhana. Banyak faktor yang
mempengaruhi dan pertimbangan yang matang dalam perencanaan, antara lain :
Peningkatan debit manajemen sampah yang kurang baik memberi kontribusi percepatan
pendangkalan /penyempitan saluran dan sungai. Kapasitas sungai dan saluran drainase
menjadi berkurang, sehingga tidak mampu menampung debit yang terjadi, air meluap
dan terjadilah genangan.
Peningkatan jumlah penduduk meningkatnya jumlah penduduk perkotaan yang sangat
cepat, akibat dari pertumbuhan maupun urbanisasi. Peningkayan jumlah penduduk
selalu diikuti oleh penambahn infrastruktur perkotaan, disamping itu peningkatn
penduduk juga selalu diikuti oleh peningkatan limbah, baik limbah cair maupun pada
sampah.
Amblesan tanah disebabkan oleh pengambilan air tanah yang berlebihan,
mengakibatkan beberapa bagian kota berada dibawah muka air laut pasang.
Penyempitan dan pendangkalan saluran
reklamasi Bab C - 24
limbah sampah dan pasang surut.
D. Penanganan drainase
a) Diadakan penyuluhan akan pentingnya kesadaran membuang sampah
b) Dibuat bak pengontrol serta saringan agar sampah yang masuk ke drainase dapat dibuang
dengan cepat agar tidak mengendap
c) pemberian sanksi kepada siapapun yang melanggar aturan terutama pembuangan sampah
sembarangan agar masyarakat mengetahui pentingnya melanggar drainase.
d) Peningkatan daya guna air, meminimalkan kerugian serta memperbaiki konservasi
lingkungan.
e) Mengelola limpasan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk menahan air hujan,
menyimpan air hujan maupun pembuatan fasilitas resapan.
E. Perencanaan Sistem Penyaluran Air Hujan (Drainase)
Drainase berasal dari bahasa Inggris drainage, yang memiliki arti mengalirkan, menguras,
membuang, atau mengalihkan air.Yang mengandung arti suatu tindakan teknis untuk
mengurangi kelebihan air baik yang berasal dari air hujankelebihan air, baik yang berasal dari
air hujan, rembesan, maupun kelebihan air irigasi dari suatu kawasan dan atau lahan sehingga
fungsi kawasan tersebut tidak terganggu.(Suripin. 2004). Sedangkan drainase perkotaan yaitu
suatu sistem drainase yang menangani permasalahan kelebihan air di wilayah perkotaan yang
meliputi drainase permukaan dan drainase bawah permukaan.
1) Faktor Penting Perancangan Sistem Pengumpul Air Hujan
Kuantitas air yang akan dialirkan tergantung luas daerah dan curah hujan
Air hujan tergantung intensitas hujan, jenis daerah yang akan dilayani
Pembagian daerah pelayanan berdasarkan jenis penggunaannya
Prinsip alam dalam infiltrasi air hujan masih diharapkan terjadi sehingga ukuran saluran
tidak terlalu besar
Jenis bahan penutup permukaan tanah menentukan banyaknya air yang mengalir dan
masuk ke dalam tanah
Kualitas air hujan yang dikumpulkan dari atap rumah dan jalan sudah mengandung bahan
pencemar
2) Langkah Perancangan
Pengumpul Air Hujan
Daerah pelayanan diidentifikasi sebagai sebagai langkah awal
Pola jaringan ditentukan
3) Kiat Drainase
Kiat drainase tradisional, yaitu membuang limpasan air hujan secepatnya dengan jalur
sependek-pendeknya, yang akan mempercepat datangnya debit puncak aliran dimana
banjir akan melanda daerah hilir alirannya.
Kiat drainase, seperti halnya kiat penataan lingkungan digolongkan menjadi 2 yaitu
(Hardjosuprapto 1998), yaitu :
Tindakan yang sifatnya biologis-ekologis, diantaranya adalah melestarikan atau
menyediakan daerah hijau sebagai daerah retensi dan peresapan air yang optimal.
Tindakan yang sifatnya teknologis-higienis, diantaranya dengan prinsip “semua daerah
hulu, arus limpasan air hujan yang belum membahayakan atau belum mengganggu
lingkungan sebisa mungkin dihambat, diresapkan,atau ditampung dalam kolam retensi
sebagai sumber daya imbuhan air tanah dan air permukaan”.
Sasaran Eksternal
Dalam arti tujuan koordinasi, pertukaran informasi, evaluasi dan
pengendalian pelaksanaan pekerjaan antara Tim Konsultan dengan
instansi/lembaga terkait, Pimpinan Proyek, supervisor maupun lembaga-
lembaga lain yang mungkin dapat memberikan masukan dalam kegiatan
ini.
Sasaran Internal
Sasaran internal memiliki pengertian koordinasi, evaluasi, dan
pengendalian pelaksanaan di dalam Tim Konsultan sendiri, mulai dari
tahap persiapan sampai penyelesaian pekerjaan. Koordinasi dilakukan
antar anggota tim dan anggota tim dengan ketua tim, sesuai tugas dan
tanggung jawab masing-masing anggota tim.
- Mekanisme Eksternal
Mekanisme eksternal adalah koordinasi antara Tim Konsultan dengan
satker Perangkat Daerah Dinas Cipta Karya Dan Sumberdaya Air Provinsi
Sulawesi Tengah, instansi/lembaga terkait, maupun lembaga-lembaga lain
yang mungkin dapat memberikan masukan dalam kegiatan ini.
- Mekanisme Internal
Mekanisme internal adalah koordinasi di dalam Tim Konsultan sendiri,
mulai dari tahap persiapan sampai penyelesaian pekerjaan. Koordinasi
dilakukan antar anggota tim dan anggota tim dengan ketua tim, sesuai
tugas dan tanggung jawab masing-masing anggota tim.
Organisasi Makro
Dinas Cipta karya dan SDA Provinsi
Sulawesi Tengah Mekanisme Eksternal
Mekanisme Internal
3. Tenaga Ahli
Melakukan identifikasi dan analisis substansi sesuai dengan bidang
atau aspek masing-masing.
Bertanggung jawab terhadap pekerjaan sesuai dengan bidangnya.
Melakukan kerjasama tim.
Gambar B.8 Struktur Organisasi Pekerjaan Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Kawasan Penanganan Khusus
Endemik Schistomiasis Kabupaten Poso
MANAJEMEN PROYEK
Direktur Utama
Tenaga
Tenaga Pendukung:
Surveyor (3 Orang)
Juru Ukur ( 3 Orang)
Drafter/CAD Operator (2 Orang)
Operator Komputer (1 Orang) Ket Garis Komando
Garis Koordinasi
Tabel B. 2 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Kawasan Penanganan Khusus
Endemik Schistomiasis Kabupaten Poso
JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN
NO. URAIAN KEGIATAN BULAN 1 BULAN 2 BULAN 3 BULAN 4 BULAN 5 BULAN 6
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 PERSIAPAN
Mobilisasi Tim Konsultan
Diskusi dengan Penyedia Jasa
Penyusunan Rencana Kerja dan Jadwal Pelaksanaan
Pengumpulan Data Sekunder dan Studi Terdahulu yang ada
Studi literatur data dan informasi awal
Persiapan survay lapangan
LAPORAN PENDAHULUAN DAN DISKUSI
2 KAJIAN AWAL
Kajian kepustakaan/literatur terkiat dengan kabupaten poso
Kajian kepustakaan/literatur terkiat dengan sistem drainase di kabupaten poso
Kajian kepustakaan/literatur terkiat dengan peraturan perundang di bidang drainase
4. Ahli PWK
Sebagai Tenaga Ahli disyaratkan seorang Sarjana Strata Satu (S-1)
jurusan teknik planologi lulusan Universitas/Perguruan Tinggi Negeri atau
Perguruan Tinggi Swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian
negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi yang
berpengalaman melaksanakan pekerjaan RTR Kawasan Strategis, MP
drainase atau sejenisnya dengan pengalaman 5 tahun. Diutamakan
mempunyai sertifikat keahlian bidang Perencanaan wilayah dan Kota.
5. Ahli Geodesi
Sebagai Tenaga Ahli disyaratkan seorang Sarjana Strata Satu (S-1)
Jurusan Teknik Geodesi lulusan Universitas/Perguruan Tinggi Negeri atau
Perguruan Tinggi Swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian
negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi yang
berpengalaman melaksanakan pekerjaan MP drainase dan Limbah atau
sejenisnya dengan pengalaman 5 tahun.
7. Tenaga Penunjang
Untuk memperlancar dan menunjang pekerjaan baik untuk pekerjaan
lapangan maupun pekerjaan yang dilakukan pada kantor/studio dibutuhkan
beberapa orang tenaga pendukung antara lain;
a) 3 orang Surveyor
Dengan kualifikasi pendidikan minimal Sarjana Muda (D-3) Teknik Sipil
dari Universitas / Perguruan Tinggi Negeri atau Swasta dan memiliki
pengalaman profesional dibidang suvey.
b) 2 orang CAD operator/Drafter
Dengan kualifikasi pendidikan minimal Sarjana Muda (D-3) Teknik
Arsitektur dari Universitas / Perguruan Tinggi Negeri atau Swasta dan
memiliki pengalaman profesional dibidang komputer dan desain
komputer.
c) 1 orang operator Komputer
Dengan kualifikasi pendidikan minimal STM/SLTA. dan memiliki
pengalaman profesional dibidang komputer.
d) 3 orang Juru Ukur
Dengan kualifikasi pendidikan minimal Sarjana Muda (D-3) Teknik Sipil dari
Universitas / Perguruan Tinggi Negeri atau Swasta dan memiliki pengalaman
profesional dibidang pengukuran.
Tabel B.3 Uraian Pekerjaan Tenaga Ahli untuk Penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Kawasan Penanganan Khusus
Endemik Schistomiasis Kabupaten Poso
Tenaga Ahli Lingkup Jumlah
Nama Personil Perusahaan Posisi Diusulkan Uraian Pekerjaan (Tugas & Tanggung Jawab)
Lokal/Asing Keahlian Orang Bulan
A. TENAGA AHLI
1. Ir. Muhammad Ramadhan PT Aria Ripta Lokal Ahli Teknik Ahli Teknik Koordinasi dan menjaga hubungan baik dengan pemberi 6
Sarana lingkungan lingkungan (Ketua pekerjaan dan instansi terkait selama pelayanan jasa
Tim) konsultasi.
Mengkoordinasi, mengontrol dan memberikan pengarahan
kepada seluruh aktivitas team konsultan dalam pelaksanaan
pekerjaan.
Membuat rencana dan Organisasi kerja untuk pelaksanaan
survey, identifikasi dan Inventarisasi data teknis dari instansi
terkait.
Bertanggung jawab penuh atas laporan-laporan dan surat
menyurat seperti tercantum dalam KAK.
Membuat perbaikan dan analisa menyeluruh terhadap hasil
pekerjaan yang dibuat setiap anggota team konsultan.
Bertanggung jawab atas penyelesaian semua laporan.
Mengevaluasi kemajuan pekerjaan dan menyelesaikan
permasalahan.
Memimpin tim dalam pembahasan materi laporan-laporan
hasil pekerjaan.
Bertanggung jawab atas mutu produk akhir dan seluruh
laporan.
2. Ir. Sudigyo PT Aria Ripta Lokal Ahli Teknik Ahli Sanitasi dan Melakukan kajian dan memberikan masukan kondisi Sanitasi 6
Sarana Sanitasi dan limbah Lingkungan wilayah perencanaan, termasuk prasarana
Limbah Wilayah
mengidentifikasi kebutuhan prasarana untuk menunjang
pemanfaatan ruang di wilayah perencanaan
Menganalisis dan memberikan masukan tentang konsep dan
kebutuhan pengembangan Drainase Makro