Professional Documents
Culture Documents
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Dicegah
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Tonang Ardyanto Berita
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Kanker mungkin dianggap momok yang menakutkan oleh masyarakat. Bagaimana tidak, sel
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
kanker yang tumbuh akan menyerang jaringan sehat dan menyebar ke berbagai organ. Apalagi
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
kanker menjadi penyumbang angka kematian tertinggi saat ini. Untuk itu, ayo cegah dan deteksi
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
dini kanker.
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Ketua Komite Penanggulangan Kanker Nasional, Prof. Dr. dr. Soehartati Sp.Rad (K). Onk.Rad
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
mengatakan yang dapat dicegah adalah faktor risiko kanker. Maklum, kanker memiliki berbagai
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
faktor risiko yang beberapa di antaranya dapat dicegah.
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
“30 Persen kanker itu dapat di kontrol dan 40 persen dapat di cegah,” ungkapnya dalam seminar
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
awam bertajuk ‘Kanker Bukan di Luar Kemampuan Kita’ yang digelar di Kemenkes, Jl HR
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Rasuna Said, Jakarta, dan ditulis pada Jumat (30/1/2015).
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Baca juga: Karena Ukurannya Kecil, Kanker Ovarium Sering Tak Terdeteksi
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
“Kalau usia dan jenis kelamin memang tidak bisa dilakukan pencegahan, karena itu adalah
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
takdir. Tapi faktor lain seperti bahan kimia yang masuk ke tubuh kita, sangat dapat di egah,”
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
imbuh Prof Soehartati.
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Bahan kimia yang Prof Soehartati maksud adalah alkohol, penyedap dan pengawet makanan,
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
serta rokok. Dosis dari bahan kimia tersebut jika dikonsumsi terus-menerus dapat menjadi risiko
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
terbesar pada penyakit kanker. Orang yang sering mengisap rokok dapat menyebabkan risiko 15
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
kali lebih besar mengidap kanker.
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Ini sejalan dengan pembahasan kanker di dalam buku Hidangan Sehat Untuk Mencegah Kanker
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
oleh Tuti Soenardi, 80 persen kanker disebabkan faktor lingkungan dan gaya hidup. Beberapa
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
pengolahan sumber makanan juga menjadi faktor kanker, seperti makanan yang diasap, makanan
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
yang diasinkan dan makanan yang mengandung lemak tinggi.
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Baca juga: Malu Pegang Payudara Sendiri Sebabkan Kanker Tak Terdeteksi Sejak Dini
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Kanker memang sulit diketahui penyebabnya, namun bukan menjadi alasan untuk tidak
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
mencegah sejak dini. Deteksi dini bisa dilakukan agar segera mendapat penanganan yang tepat.
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Sadari alias periksa payudara sendiri dianjurkan sebagai wujud kewaspadaan pada kanker
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
payudara. Sementara sakuri atau periksa kulit sendiri dianjurkan untuk meningkatkan
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
kewaspadaan akan kanker kulit.
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Soal deteksi dini ini, aktris senior yang tengah menjalani pengobatan kanker kelenjar getah
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
bening juga menyebut sangat penting. Ria mengingatkan masyarakat untuk melakukan deteksi
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
sejak dini agar tidak terjadi penyebaran kanker seperti yang ia alami. Untuk diketahui saat
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
didiagnosis, kanker di tubuh Ria berstatus stadium 3.
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
“Saya itu telat deteksinya, jadi kankernya sudah nyebar. Padahal kalau masyarakat mau
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
melakukan deteksi dini seperti yang Julia Perez lakukan, risiko penyebaran perluasan kanker bisa
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
dicegah,” terang Ria.
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Karena Ukurannya Kecil, Kanker Ovarium
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Sering Tak Terdeteksi
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
- detikHealth
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Share 0 Tweet 0 Share 0 0 komentar
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Jakarta -
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Kanker ovarium atau kanker indung merupakan salah satu kanker terganas yang menyerang
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
wanita. Bahkan pakar mengatakan bahwa angka kematian pasien yang terserang kanker ovarium
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
sangat tinggi, mencapai 69 persen.
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Dr Sven Mahner, Associate Professor for Gynecologic Oncology di University Medical Center
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Hamburg, Eppendorf, Jerman, mengatakan bahwa salah satu sebab mengapa kanker ovarium
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
sangat mematikan adalah banyak pasien yang terlambat mendapat penanganan. Ini dikarenakan
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
sulit melakukan deteksi dini pada kanker ovarium.
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
"Sangat sulit mendeteksi dini kanker ovarium karena tumornya yang sangat kecil. Selain kecil,
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
sel kankernya juga dapat dengan mudah menyebar ke daerah abdomen lain seperti pelvis hingga
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
uterus," tutur Dr Mahner, dalam temu media Terapi Target Kanker Ovarium, di Double Tree
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Hotel, Cikini, Jakarta Pusat, seperti ditulis Minggu (25/1/2015).
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Senada dengan Dr Mahner, Prof dr Andrijono, SpOG(K)Onk, Ketua Himpunan Onkologi
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Ginekologi Indonesia (HOGI) mengatakan bahwa kebanyakan pasien kanker ovarium terdeteksi
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
tanpa sengaja. Selain kecil dan sulit terlihat, kanker ovarium diketahui juga tak memiliki gejala
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
khusus.
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
"Biasanya malah ketahuannya nggak sengaja. Ada perempuan istilahnya nemenin saudaranya
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
skrining, lalu dia skrining juga. Eh nggak taunya yang nemenin malah yang ada kanker
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
ovarium," ungkap Prof Andrijono.
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Jika sudah dipastikan ada tumor yang terdeteksi di ovarium, sebaiknya segera lakukan operasi.
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Dr Sven menjelaskan bahwa banyak penelitian yang membuktikan bahwa pengidap kanker
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
ovarium memiliki angka harapan hidup yang lebih tinggi jika pengobatan dilakukan lebih awal.
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Pada stadium I, angka harapan hidup pasien dalam 5 tahun ke depan mencapai 98 persen. Hal ini
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
berbeda jauh ketika kanker ovarium yang diiidap pasien sudah berkembang dan mencapai
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
stadium 4. Angka harapan hidup pun turun drastis hingga tersisa 20 persen.
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
"Hal ini dikarenakan sel kanker yang menyebar, tak lagi hanya di ovarium (indung telur). Jika
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
masih stadium I sel kanker hanya ada di ovarium dan bisa ditangani dengan pengangkatan
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
ovarium. Di stadium II biasanya sel kanker sudah menyebar hingga pelvis, stadium III ke
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
abdomen dan stadium IV sudah keluar abdomen. Tentunya, proses pengobatan yang dilakukan
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
lebih sulit," tandasnya.
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Kanker Serviks Makin Mudah Dicegah Kahfi Dirga Cahya Kompas.com - 28/03/2018, 10:00
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
WIB Dr Ferry Darmawan, MD, Obgyn saat peluncuran aplikasi ProSehat, Jakarta, Selasa
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
(27/3/2018). Dr Ferry Darmawan, MD, Obgyn saat peluncuran aplikasi ProSehat, Jakarta, Selasa
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
(27/3/2018).(KOMPAS.com/KAHFI DIRGA CAHYA) JAKARTA, KOMPAS.com - Kanker
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
leher rahim atau serviks masih menjadi momok bagi perempuan, termasuk perempuan Indonesia.
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Dari data setiap tahun ditemukan 528.000 kasus baru kanker servik, di mana 266 ribu kematian
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
setiap tahun dan sepertiganya di Asia Tenggara. Di Indonesia, kanker serviks merupakan
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
pembunuh ke-2 perempuan di Indonesia. Salah satu problematik dari keganasan kanker serviks
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
berkembang di Indonesia disebut karena kesadaran pencegahan penyakit belum maksimal. Kasus
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
yang dialami mendiang aktris Julia Perez disebut sebagai fenomena gunung es. "Karena banyak
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
sekali yang masih belum mau ngomong," kata dr.Ferry Dharmawan MD, Obgyn, dalam acara
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
peluncuran aplikasi Prosehat, di Jakarta, Selasa (27/3/2018). Diakui setelah penyakit Jupe
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
menyeruak, kesadaran untuk deteksi dini soal kanker serviks makin meningkat. Beberapa metode
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
seperti Pap Smear, Infeksi Visual Asam Asetat (IVA) hingga tes DNA menjadi pilihan. Hasilnya
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
cukup positif. Kanker serviks turun peringkat ke posisi ke-2 pembunuh perempuan Indonesia,
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
setelah kanker payudara. Ferry menjelaskan 99,9 persen penyebab kanker serviks adalah virus
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Human Pavilloma Virus (HPV). Virus ini, terutama tipe Onkogenik nomor 16 dan 18, disebut
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
cukup ganas. Tak berhenti di serviks, HPV bisa menjalar ke organ tubuh lain, termasuk otak.
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Karena itu, pencegahan terbaik adalah melakukan vaksinasi HPV. Vaksin itu disebut cukup
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
ampuh untuk mencegah kanker serviks. CEO aplikasi ProSehat, dr Bimantoro, Jakarta, Selasa
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
(27/3/2018). CEO aplikasi ProSehat, dr Bimantoro, Jakarta, Selasa
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
(27/3/2018).(KOMPAS.com/KAHFI DIRGA CAHYA) Panggil dokter Selama ini vaksinasi
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
HPV dikenal dilakukan di rumah sakit atau klinik kesehatan tertentu, tapi saat ini kita bisa
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
melakukannya di rumah. Adalah aplikasi ProSehat yang membuat terobosan vaksinasi kanker
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
serviks di rumah. Ide ini digawangi dr Bimantoro yang melihat pentingnya dunia kesehatan
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
didukung teknologi mobile. Pria ini sudah 12 tahun di dunia digital health, dan merasa perlu ada
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
perubahan, karena selama ini hanya komunikasi satu arah. "Kami lihat bahwa kesehatan harus
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
dipermudah dan deliver yang membutuhkan," katanya. Karena itu, dr Bimantoro melanjutkan,
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
aplikasi yang digarap bersama temannya, Wiguno, melakukan terobosan dengan membuat
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
vaksinasi ke rumah. Meskipun vaksinasi mendatangkan dokter langsung ke rumah, prosedur dan
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
tata cara dilakukan sesuai standard. Para dokter disebut sudah dilatih untuk melakukan vaksin di
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
rumah tanpa mengurangi kualitas dan detil seperti kebersihan dan suhu ruangan. "Produk
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
vaksinnya pun resmi dan asli," katanya. Tak hanya vaksinasi HPV, aplikasi yang bisa diunduh di
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
situs www.prosehat.com, melalui ponsel berbasis Android dan iOS ini, juga menyediakan
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
vaksinasi lain seperti vaksinasi meningitis, vaksinasi flu 3-strain, vaksinasi thypoid hingga
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
imunisasi untuk anak. Saat ini layanan vaksinasi ke rumah baru mencakup Jakarta, Depok,
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Bekasi, Tangerang dan Serpong dengan didukung belasan dokter sebagai tenaga vaksinator.
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kanker Serviks Makin Mudah Dicegah",
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
https://lifestyle.kompas.com/read/2018/03/28/100000520/kanker-serviks-makin-mudah-dicegah.
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Penulis : Kahfi Dirga Cahya
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Editor : Lusia Kus Anna
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
KOMPAS.com – Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia.
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Bahkan, Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
serviks terbanyak di Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Kementerian Kesehatan 2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
wanita di Indonesia yang meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
seorang perempuan Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
virus (HPV) ini. Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
masih jadi pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
bagaimana artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Kisah Jupe, Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
(perubahan) dan tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
(serviks). Gejala kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
dapat berupa pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
luar masa menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
muda, cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
selama tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
sebagai salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
ketika kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
kali terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
paling bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
stadium awal. Deteksi dini sudah terbukti ampuh untuk menindaklanjuti kanker sebelum berubah
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
menjadi kanker invasif yang makin sulit disembuhkan. Pendeteksian kanker bisa dilakukan
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
dengan pemeriksaan pap smear, tes inspeksi visual dengan asam asetat (IVA), atau HPV-DNA.
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Tes deteksi dini ini dapat dengan mudah dilakukan masyarakat, misalnya di klinik laboratorium
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Prodia. Kompas.com, Sabtu (12/9/2009) menulis, pap smear dilakukan dengan mengusap mulut
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
rahim dan sedikit leher rahim menggunakan sikat kecil dan halus. Hasil pengusapan ini
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
kemudian akan ditetesi pewarna khusus dan diperiksa di bawah mikroskop guna mendeteksi
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
apakah sel-sel epitel mulut rahim masih dalam batas normal atau malah sebaliknya. Tes IVA
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
sebenarnya mirip dengan pap smear. Tes ini dilakukan dengan memoles mulut rahim
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
menggunakan asam asetat. Dari situ akan terlihat apakah ada kelainan berupa area warna putih
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
yang diindikasikan sebagai tanda kanker serviks. Sementara itu, pemeriksaan HPV-DNA
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
merupakan tes lanjut bila hasil pap smear tidak jelas atau membingungkan. Food and Drug
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Administration (FDA) Amerika Serikat telah menyetujui dilakukannya pemeriksaan HPV-DNA
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
bersama-sama dengan pap smear sebagai pemeriksaan primer kanker serviks, terutama bagi
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
wanita di atas usia 30 tahun. (Baca juga: Tak Perlu Tunggu Tua untuk “Medical Check-Up”!)
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
HPV-DNA merupakan pemeriksaan molekular dengan menggunakan metode hybrid capture II
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
guna mendeteksi adanya DNA human papilloma virus (HPV) tipe risiko tinggi pada bahan
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
pemeriksaan yang diambil dari serviks Setidaknya ada 13 jenis HPV risiko tinggi yang dapat
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
dideteksi oleh pemeriksaan HPV-DNA. Selain deteksi dini, tindakan preventif lain tentu
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
diperlukan agar usaha memerangi pembunuh mematikan perempuan Indonesia ini semakin
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
maksimal. Di antaranya, melakukan vaksin HPV, menjaga pola makan sehat, menghindari rokok
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
dan minuman beralkohol, rutin berolahraga,
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kanker Serviks Bisa Dicegah dan
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Disembuhkan, Bagaimana Caranya?",
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
https://lifestyle.kompas.com/read/2018/04/10/153400220/kanker-serviks-bisa-dicegah-dan-
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
disembuhkan-bagaimana-caranya-.
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Penulis : Aningtias Jatmika
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Editor : Sri Noviyanti
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Kanker Serviks Seperti yang Diderita Jupe Bisa Dicegah Kompas.com - 27/03/2017, 19:11 WIB
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Ilustrasi(Thinkstockphotos) KOMPAS.com - Semangat dan perjuangan aktris Julia Perez atau
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Jupe dalam melawan kanker serviks stadium akhir yang dideritanya menuai banyak simpati.
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Meski pengobatan kanker semakin maju, tetapi sejatinya kanker tersebut bisa dicegah. Kanker
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
serviks atau leher rahim merupakan satu-satunya kanker yang sudah diketahui penyebabnya,
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
yakni human papilloma virus (HPV). Itu sebabnya vaksinasi HPV menjadi langkah yang paling
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
efektif untuk mencegahnya. Program penurunan kasus kanker serviks di Indonesia lewat
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
program vaksinasi nasional dipandang perlu karena penyakit ini menjadi penyebab utama
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
kematian perempuan. "Saat ini setiap dua menit seorang perempuan meninggal dunia akibat
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
kanker serviks. Kalau perempuan meninggal, rentetannya panjang karena posisinya yang penting
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
di keluarga, bagaimana nanti nasib anak-anaknya," kata Prof.Andrijono, Sp.OG (K), staf di
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM ini. HPV adalah virus yang mudah
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
ditularkan, namun mayoritas terinfeksi melalui hubungan seksual. Selain menyebabkan kanker
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
serviks, HPV juga menyebabkan kutil kelamin, kanker vagina, dan kanker vulva. Kanker serviks
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
memang bisa dideteksi melalui pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA) dan pap smear.
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Namun, menurut Andrijono pelaksanannya belum maksimal. Cakupan skrining IVA hanya 3,5
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
persen dan papsmear 7,7 persen. "Banyak yang malas papsmear atau IVA, alasannya malu dan
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
tak punya waktu untuk cek rutin tiap tahun," katanya. Berbeda halnya dengan pemberian
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
vaksinasi yang cukup dilakukan satu atau dua kali (tergantung jenis vaksinnya) pada saat anak
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
perempuan berusia 10 tahun. Pada usia tersebut, tingkat imunitas dan respon terhadap vaksin
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
sangat baik. Efektivitas vaksin dalam mencegah kanker serviks mencapai 100 persen dan bisa
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
melindungi sampai dengan jangka waktu 15 tahun. Penyakit yang dicegah pun tak terbatas pada
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
kanker serviks saja, melainkan juga kutil kelamin, kanker vagina, vulva, anus, dan juga mulut.
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Dari sisi biaya juga lebih murah dibanding mengobati. "Berkaca pada pengalaman di Amerika
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Serikat atau Australia, 10 tahun sejak vaksinasi HPV menjadi program nasional, angka kanker
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
serviks di sana turun sampai 74 persen," kata Andrijono. Di negara tetangga, seperti Malaysia,
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Singapura, Filipina, juga telah dijalankan program vaksinasi HPV nasional. Di Indonesia,
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
program vaksinasi HPV sudah dilakukan di DKI Jakarta dengan sasaran 70.000 siswi kelas 5 SD.
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Pada tahun 2016 lalu, cakupan vaksin ini mencapai 93 persen. “Respon masyarakat bagus. Ada
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
sekolah yang tadinya menolak program vaksin HPV, justru kemudian meminta. Tahun ini
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
menyusul program serupa di Surabaya dan Yogyakarta dan tahun depan di Makasar dan
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Manado," papar Ketua Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI) ini. Ia berharap
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
pemerintah mempercepat langkah program vaksinasi. "Dalam waktu 10 tahun lagi, kejadian
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
kanker serviks akan terus berkurang, bahkan mungkin tidak ada lagi di dunia karena banyak
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
negara sudah menjalankan vaksinasi HPV. Jangan sampai kanker ini hanya ada di Indonesia,"
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
ujarnya.
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kanker Serviks Seperti yang Diderita
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Jupe Bisa Dicegah",
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
https://lifestyle.kompas.com/read/2017/03/27/191100723/kanker.serviks.seperti.yang.diderita.jup
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
e.bisa.dicegah.
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Lakukan Ini untuk Mencegah Kanker Serviks seperti Diderita Julia Perez Lily Turangan
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Kompas.com - 24/03/2017, 20:17 WIB Julia Perez didampingi Yuni Shara dalam wawancara di
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
RSCM, Jakarta Pusat, Rabu (15/2/2017).(KOMPAS.com/ANDI MUTTYA KETENG)
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
KOMPAS.com - Data Globocan tahun 2012 menunjukkan ada 26 wanita di Indonesia yang
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
meninggal setiap harinya karena kanker serviks. Ini artinya, setiap 1 jam, setidaknya seorang
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
wanita meninggal karena kanker yang disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) itu. Ya,
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
kanker serviks memang merupakan jenis kanker yang paling banyak diderita wanita di
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Indonesia. Di Asia Tenggara, Indonesia menempati urutan pertama sebagai negara dengan
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
jumlah kasus kanker serviks terbanyak. Wanita yang sudah menikah berisiko tinggi terkena
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
kanker serviks. Jika HPV telah menular saat berhubungan seksual, dalam waktu beberapa tahun
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
atau puluhan tahun, HPV akan merusak serviks dan menimbulkan kanker. Penyanyi Julia Perez
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
atau Jupe adalah salah satu wanita yang sedang berjuang melawan kanker serviks. Pada
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
November 2014 lalu, Jupe mengungkapkan bahwa ia terkena kanker serviks. Tiga bulan
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
kemudian setelah berobat ke Singapura, Jupe sempat dinyatakan sembuh dari kanker.
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Sayangnya, setahun belakangan personel Trio Cecepy ini harus kembali berjuang melawan
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
kanker serviks yang kini sudah memasuki stadium akhir. Kanker serviks bisa dicegah Cara yang
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
sudah terbukti ampuh untuk mencegah kanker serviks adalah dengan pengujian (screening)
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
untuk mencari lesi pra-kanker sebelum mereka berubah menjadi kanker invasif. Pengujian untuk
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
mencari lesi prakanker dilakukan dengan Pap smear dan tes HPV. Jika prakanker ditemukan,
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
akan bisa segera diobati untuk menghentikan perkembangannya. Sebagian besar kanker serviks
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
invasif ditemukan pada wanita yang belum melakukan Pap smear secara teratur. Pap smear
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
adalah prosedur yang digunakan untuk mengumpulkan sel dari leher rahim sehingga mereka
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
dapat dilihat di bawah mikroskop untuk menemukan sel kanker dan pra-kanker. Jadwal
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
pemeriksaan sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter. Sebagai pedoman, jadwal untuk
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
melakukan pap smear adalah tiga tahun setelah berhubungan intim yang pertama. Setelah itu,
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
sampai usia 30 tahun, tiga tahun sekali. Untuk wanita di atas 30 tahun, jika hasil tes normal dan
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Anda tidak memiliki faktor risiko, mungkin dokter menganjurkan untuk mengulangnya dua-tiga
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
tahun lagi. Jika hasil pap smear positif, tergantung dari jenis sel yang ditemukan, mungkin Anda
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
akan diminta mengulang pap smear dalam beberapa bulan mendatang atau dokter akan
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
melakukan pemeriksaan lanjutan. Tes HPV dapat dilakukan pada sampel yang sama dari sel-sel
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
yang dikumpulkan dari Pap smear. Hal-hal lain yang perlu Anda lakukan untuk mencegah
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
kanker serviks adalah: 1. Hindari kontak dengan human papilloma virus (HPV) Karena HPV
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
merupakan penyebab utama kanker serviks, menghindari paparan HPV bisa membantu Anda
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
mencegah penyakit ini. HPV ditularkan dari satu orang ke orang lain dengan cara kontak dengan
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
kulit yang terinfeksi ke kulit dengan daerah yang terinfeksi. HPV juga dapat menyebar lewat
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
hubungan seks - termasuk vaginal, anal, dan oral. Cobalah untuk mencegah infeksi HPV genital
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
dengan tidak membiarkan orang lain yang Anda tidak pasti riwayat kesehatannya melakukan
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
kontak dengan daerah anal atau genital Anda. 2. Gunakan kondom Kondom memberikan
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
perlindungan terhadap HPV tetapi tidak 100 persen mencegah infeksi. Beberapa penelitian
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
mengatakqn, menggunakan kondom dengan benar setiap kali Anda melakukan hubungan seks,
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
dapat menurunkan tingkat infeksi HPV sekitar 70 persen. 3. Jangan merokok Tidak merokok
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
adalah cara penting lain untuk mengurangi risiko kanker serviks. Racun rokok adalah bersifat
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
oksidatif sehingga bisa memicu sel kanker muncul dan bertambah ganas. 4. Vaksinasi Vaksin
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
HPV berguna untuk mencegah infeksi HPV tetapi tidak lmengobati infeksi yang sudah ada. Itu
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
sebabnya, vaksin HPV harus diberikan sebelum seseorang terkena HPV. Rekomendasi American
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Cancer Society, vaksinasi HPV rutin untuk anak perempuan dan anak laki-laki harus dimulai
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
pada usia 11 atau 12. Seri vaksinasi bisa dimulai sejak usia 9. Avaksinasi HPV juga dianjurkan
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
untuk wanita berusia 13 sampai 26 tahun dan untuk laki-laki berusia 13 sampai 21 tahun yang
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
belum divaksin, atau yang sudah mulai tapi tidak menyelesaikan serinya. Pria berusia 22 sampai
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
26 tahun juga dapat divaksinasi. Vaksinasi HPV juga dianjurkan sampai usia 26 untuk pria yang
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
berhubungan seks dengan pria lain dan untuk orang-orang dengan sistem kekebalan yang lemah.
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Untuk yang berusia 22 sampai 26 tahun dan belum vaksin, atau yang sudah mulai tetapi tidak
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
menyelesaikan serinya, penting untuk diketahui bahwa vaksinasi pada usia lebih tua kurang
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
efektif dalam menurunkan risiko kanker.
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Lakukan Ini untuk Mencegah Kanker
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Serviks seperti Diderita Julia Perez",
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
https://lifestyle.kompas.com/read/2017/03/24/201700423/lakukan.ini.untuk.mencegah.kanker.ser
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
viks.seperti.diderita.julia.perez.
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Penulis : Lily Turangan
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
KOMPAS.com - Kanker serviks atau leher rahim merupakan satu-satunya kanker yang bisa
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
dicegah dengan vaksin. Walau vaksin HPV untuk mencegahnya sudah lama tersedia, tetapi di
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Indonesia belum menjadi program nasional. Menurut Prof.dr.Andrijono Sp.OG(K), deteksi dini
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
kanker serviks dengan tes pap smear dan IVA belum berhasil menurunkan angka kejadian
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
kanker serviks. Data Globocan 2012 menunjukkan, setiap satu jam perempuan meninggal karena
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
kanker serviks di Indonesia. Aktris Julia Perez merupakan salah satu perempuan yang meninggal
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
karena kanker yang disebabkan oleh virus Human Papilloma Virus ini. "Himpunan Onkologi
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Ginekologi Indonesia (HOGI) mendorong program nasional vaksin HPV untuk mencegah kanker
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
serviks segera dilaksanakan pemerintah, karena kondisinya sudah mendesak," kata Andrijono. Ia
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
mengatakan, HOGI sudah melakukan rapat dengar pendapat umum dengan Komisi IX DPR RI
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
pada bulan Februari lalu. HOGI menganjurkan vaksin diberikan untuk usia 9-55 tahun, namun
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
lebih efektif untuk anak usia 9-13 tahun, sebelum si anak terpapar HPV. Risiko tertular HPV
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
pada perempuan di Indonesia semakin tinggi karena pernikahan usia dini yang masih tinggi.
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Sayangnya vaksin HPV belum dijadikan program nasional. Baru sebagian kecil wilayah yang
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
sudah melakukan yaitu propinsi DKI Jakarta, Surabaya, dan Yogyakarta. Bahkan di Yogyakarta
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
hanya dua Kabupaten yaitu Kulon Progo dan Gunung Kidul. Segera menyusul Manado dan
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Makasar. “Kalau vaksin diberikan secara sporadis di wilayah-wilayah kecil seperti ini tidak akan
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
efektif. Program nasional vaksin HPV sudah sangat mendesak,” ujar Andrijono. (Baca juga:
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Menemukan Kanker Serviks Sebelum Berkembang Jadi Kanker Serviks) HOGI berharap
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
pembahasan anggaran Kementerian Kesehatan di tahun 2018 ini sudah memasukkan program
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
nasional vaksin HPV sehingga nanti program nasional vaksin HPV sudah bisa terlaksana di
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
tahun 2019. “Paling lambat tahun 2020 harus sudah terlaksana,” ujar Andrijono. Di negara-
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
negara yang sudah menjalankan program vaksin HPV secara nasional, kejadian kanker serviks
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
secara signifikan turun. Misalnya di Australia turun 50 persen setelah menjalankan program 10
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
tahun, bahkan Kanada dan Swedia turun 80-84 persen. Hasil vaksinasi sudah bisa dilihat dalam 5
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
tahun sejak program dijalankan. Salah satu indikasi vaksin efektif dapat dilihat dengan insiden
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
kutil kelamin, yang juga disebabkan HPV tipe tertentu, yang biasanya ikut turun. EditorLusia
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Kus Anna
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Program Vaksinasi Cegah Kanker Serviks
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Ditargetkan Tahun 2019", https://lifestyle.kompas.com/read/2018/03/01/140800220/program-
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
vaksinasi-cegah-kanker-serviks-ditargetkan-tahun-2019.
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Editor : Lusia Kus Anna
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium
Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya? Aningtias Jatmika
Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB Ilustrasi. Ilustrasi.(Shutterstock) KOMPAS.com –
Kanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia
menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di
Asia Tenggara. Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang
meninggal akibat kanker serviks. Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan
Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.
Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi
pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana
artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini. (Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe,
Deteksi Dini Itu Penting!) Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks). Gejala
kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa
pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa
menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda,
cokelat, dan pucat. Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama
tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai
salah satu gejala kanker serviks. Deteksi dini Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika
kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali
terlambat mendapatkan perawatan intensif. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling
bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium