Professional Documents
Culture Documents
Nim : 16.1.1.3.3.182
Pokjar Tejakula
PENTINGNYA PENDIDIKAN AGAMA HINDU
Pendidikan agama Hindu memiliki fungsi sebagai motivator dan dinamisator yang dapat
mendorong kreativitas mahasiswa untuk berbuat baik dan benar dalam mencapai tujuan hidup, sebagaimana
dirumuskan di dalam Veda yaitu moksartham jagadhitaya ca iti dharma, yang artinya bahwa dengan
memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Hindu, maka tujuan hidup yaitu sejahtera lahir dan batin,
dunia dan akhirat akan tercapai. Oleh karena itu maka esensi dan urgensi peran pendidikan agama Hindu
di tingkat pendidikan tinggi dapat dikatakan bahwa betapa besar fungsi agama Hindu ini dalam membangun
karakter anak bangsa, terutama dari segi etika, moral dan spiritualnya, yang dikembangkan dalam sikap
hidup kesehariannya, sehingga tujuan hidupnya tercapai. Pembelajaran pendidikan agama Hindu di tingkat
pendidikan tinggi, para mahasiswa perlu didorong untuk selalu meningkatkan pemahaman, penghayatan,
dan pengamalan ajaran agamanya, sehingga mereka mampu mewujudkan tujuan hidupnya, yaitu hidup
sejahtera, rukun, damai dan bahagia. Pembelajaran pendidikan agama Hindu di tingkat pendidikan tinggi
pedepokan, dan di tempat-tempat suci (Pura) di seluruh Indonesia. Pada masa pra penjajahan, pendidikan
agama Hindu ini ditangani oleh gurutiga yang juga tri tunggal, yaitu guru wisesa (kepala pemerintahan atau
raja), guru pengajian, yaitu guru yang berwenang memberikan tuntunan dalam kehidupan spiritual, susila,
dan acara keagamaan (bhagavanta, bhagavan, pasiwan atau pasurya); dan guru rupaka, guru yang
berwenang mengarahkan pendidikan dalam keluarga. Dengan datangnya sistem pendidikan sekolah
(formal) yang dibawa oleh para penjajah maka pendidikan agama juga diadakan di sekolah-sekolah di
samping di ashram-ashram. Sistem pendidikan ashram atau pasraman ini berkembang sampai sekarang,
sebagai tempat untuk lebih memperkaya atau memperdalam pemahaman dan penguasaan ajaran agama
Hindu. Pendidikan melalui ashram ini pada awalnya banyak berkembang di Bali dan Nusa Tenggara Barat,
dan setelah itu berkembang juga di daerah-daerah lain di Indonesia, baik formal maupun non formal.