You are on page 1of 102
BUPATI DEMAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG | RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN DEMAK | TAHUN 2011-2031 BUPATI DEMAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN DEMAK TAHUN 2011-2034 Menimbang Mengingat a DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. BUPATI DEMAK, bahwa untuk mengarahkan pembangunan di Kabupaten Demak dengan memantaatkan ruang wilayah secara berdaya guna, berhasil guna, sore bahwa berdasarkan ketentuan dalam Pasal 26 Undang-Undang Nomot 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang disebutkan bahwa Rencana tata tuang wilayah Kabupaten ditetapkan dengan Peraturan Daerah bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b periu membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Demak Tahun 2011-2031 Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Perubahan kedua: Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Linghungan Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 24, Berta Negara Tanggal 8 Agustus 1950) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043), Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran ‘Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274) 5. Undang-Undang Nomor § Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274}; 6. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3318) 7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik indonesia Tahun 1992 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3478); 8. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3647); 8, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3647); 10.Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang: Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambehan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412); 114,Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247); 12.Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik indonesia Nomar 4377); 1,Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 14.Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kecva Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59); 18.Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444); 16.Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun,2007 Nomor 33, Tambahan | mnbaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700) 47.Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik indonesia Nomor 4725) 48.Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulengan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik indonesia Nomor 4723), 49, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725), 20.Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelotaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomar 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739); 21.Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambehan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomar 4846); 22.Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah “(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851), 23.Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 959), ‘24,Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966); 28.Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (embaran Negara Republk Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republi Indonesia Nomor 5052); 26,Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrixan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5052); 27.Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 440, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059), 28.Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjulan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5068); 29.Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5168); 30.Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201)qNomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik indonesia Nomor 5170) Be 34.Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Fermukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188); 32.Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembarani Negara Republik Indonesia Nomor 3258); 33,Peraluran Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi \Vortikal Di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Talnun 1988 Nomor 10, Tambahan Lemberan Negara Republik Indonesia Nomor 3373); 34.Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3409); 36.Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tehun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik indonesia Nornor 3448), 36.Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998. tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian ‘Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 132) 37.Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan / atau Perusakan Laut (Lembaran Negara Republi Indonesia Tahun 1999 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3816); 38.Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1899 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republk Indonesia Nomor 3838) 39.Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Keteliian Peta Untuk Penataan Ruang Wilayah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3934) 40.Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4242) 41.Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4385); 42.Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4453) sebagaimana telah diubeh engan Peraturan Pemerinizh Nomor 60 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraluran Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungen Hutan (Lembaran Negara Republk Indonesia Tahun 2009 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5056); 43,Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan To! (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4489) ‘scbagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2009 tentang Perubahan Alas Pera Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 88, Tambehan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5019); 44.Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4490) 45,Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Noor 4532), 46.Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4624); 47.Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655); 48,Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hulan Serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4696) sebagaimana telah diubah dengan Peraturen Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahian Atas Peraturan Pemerinteh Nomor 6 Tahun 2007 tenlang Tata Hulan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4814) ; 49.Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3747); 50.Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4761); 51.Peraturan Pemeriniah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Buri (Lombaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4777), 52.Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4779); 53.Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republk Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, ‘Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 54.Peraturan Pemeriniah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun, 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828), 55.Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republk Indonesia Nomor 4833); 56,Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nbmor 82, Tambahen Lembaran Negara Republic Indonesia Nomor 4858); 57-Peraturan Pemeriniah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah (Lembaran Regata Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomar 4859) 56.Peraturan Pemerinlah Nomor 45 Tahun 2008 tentang Pedoman Pemberian frsentit Dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal Di Oaerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4461): 59.Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2008 tentang Rehabiitasi Dan Reklamasi Hulan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 201, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4947): 60.Feraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Indust {Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47, ‘Tambanan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987): 81.Peraluran Pemerintal Nomor 34 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengeloizan Kawasan Perkolaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5004); S2.Peraluran Pemeriniah Nomor $6 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5048); 83,Peraluran Pemerintsh Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lal Linlas Dan Angkutan Kereta Api (Lembaran Negara Republik indonesia Tahun 2009 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Republik indonesia Nomor 6086): 64.Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan Dan Fungsi Kawasan Hulan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5097); 65.Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 tentang Penertiban dan Fendayagunaan Tanah Terlantar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5098): 86.Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010 tentang Penyolenggaraan Penataan Ruang (Lemibaran Negara Repuiblk indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103} 87-Poraturan Pemetintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungen Maritim (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 27. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor §109); 88,Peraturan’ Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5110) 69.Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5111); . 70.Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara Republik indonesia Nomor 5112); 71.Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata ‘Alam Di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya Dan Taman Wisata Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik indonesia Nomor 5116); 72.Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2010 tentang Bendungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5117); 73.Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk Dan Tala Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118); 74.Peraluran Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2008 tentang Perubahan Alas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum’ 75.Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 22 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung di Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003 Nomor 134); 76,Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengeh Nomor 11 Tahun 2004 tentang Garis ‘Sempadan (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 Nomor 46 Seri E Nomor 7), 77.Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pengendalian Lingkungan Hidup Di Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007 Nomor 5 Seri E Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Provinisi Jawa Tengah Nomor 4); 78.Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomar 28) 78.Peraturan Daerah Kabupaten Demak Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Demak (Lembaran Daerah Kabupaten Demak Tahun 2002 Nomor 33 Seri D Nomar 16) 80.Peraturen Daerah Kabupaten Demak Nomor 8 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung Kabupaten Demak (Lembaran Daerah Kabupaten Demak ‘Tahun 2005 Nomor 8 Seri Nomor 4); Q~ 81.Peraturan Daerah Kabupaten Demak Nomor 6 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Demak Tahun 2006 Nomor 8 Seri & Nomar 8); , 82,Peraturan Daerah Kabupaten Demak Nomor 7 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Demak Tahun 2006 Nomar 9 Seri E Nomor 7); 83,Peraturan Daerah Kabupaten Demak Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Kewenangan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Demak (Lembaran Daerah Kabupaten Demak Tahun 2008 Nomor 2); Dengan Persetujuan Bersarna DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DEMAK dan BUPATI DEMAK, MEMUTUSKAN Menetapkan: PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN DEMAK TAHUN 2011-2031 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan 1. Daerah adalah Kabupaten Demak Provinsi adalah Provinsi Jawa Tengah. Pemerintah Pusat, setanjuinya disebuil Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang. memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, 4, Pemerintah Daerah adalah Gupali dan Perangkat Daerah sebagai Unsur Penyelenggara Pemerintatian Daerah 5, Pemerintah Daerah Lain adalah Pemerintah Daerah selain Pemerintah Daerah Kabupaten Demak. Bupati adalah Bupali Demak. Dewan Perwakiian Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Demak. 8. Ruang adalah wadah yang melipuli ruang darat, rung laut dan ruang udara, lermasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan witayah, tempat manusia dan makhlyk Jain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya, a 8. 10. 1. 12, 13. 14, 15. 16, 17. 18. 19, 20. at. 22. 23. 24 Tala ruang adalah wojud struktur ruang dan pola ruang. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Demak yang selanjulnya disingkat RTRW Kabupaten Oemak adalah rencana tata ruang yang betsifat umum dari wilayah Kabupaten, yang berisi tujuan, kebjjakan, strategi penataan ruang wilayah Kabupaten, rencana struktur ruang wilayah Kabupaten, rencana pola ruang wilayah kabupaten, penelapan kavrasan strategis Kabupaten, arahan pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten, dan ketentuan pengendalian pemanféatan ruang wilayah kabupaten Pertahanan negara adalah segala usaha unluk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamalan segenap bangsa dari ancaman dan gangguen terhadap keutuhan bangsa dan negara, Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman can sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakal yang secara hierarkis memiiki hubungan fungsional. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ryang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya Penataan ruang adalah sualu sistem proses perencanaan tala ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemantaatan ruang, Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegialan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan penataan ruang Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum bagi pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dala penataan ruang, Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja enataan ruang yang diselenggarakan oleh pemerintah, pernerintah daerah dan masyarakat. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui pelaksanaan perencanaan tala ruang, pemanfaatan rvang dan pengendalian pemanfaatan ruang, Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan fuang dapat divujudkan sesiiai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan, Perencanaan tata twang a¢lalah statu proses untuk menentukan struktur ruang ddan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang, Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola wang sesuai dengan rencana tata niang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserla pembiayaannya. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudken tert tata ang Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang, Wilayah adalah ‘uang yang n erupakan kesatuan gcografis beserla segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional Us 25. Kawasan adalah wilayah yang memiiki fungsi utama lindung atau budidaya 26, Kawasan indung adalah wilayah yang diletapkan dengan fungsi utama ‘melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan dan rilai sefarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. 27. Kawasan budidaya adalah wilayah yang dimanfaatkan secara terencana dan terarah sehingga dapal berdaya guna dan berhasil guna bagi kehidupan ‘manusia, terdini dari Kawasan budidaya pertanian dan kawasan budidaya non pertanian, 28. Kawasan perdessan adalah wilayeh yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahah, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi 29, Kewasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan tama bukan pertanien dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkolaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa permukiman perkotaan, Pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi 30, Rencana sistem perkotaan di wilayeh Kabupaten adalah rencana susunan kawasan perkotaan sebagai pusat kegiatan di dalam wilayah kabupaten yang ‘menunjukkan Kelerkailan saat ini maupun rencana yang membentuk hirarki pelayanan dengan cakupan dan dominasi fungsi tertentu dalam wilayah kabupaten, 31. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri dari alas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai system produksi pertanian dan Pengelolaan sumber daya alam terlentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan bierarki keruangan saluan sistem permukiman dan sistem agrobisris. 32. Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah sistem dan proses dalam merencanakan dan menetapkan, mengembangkan, memanfaatkan dan membina, mengendalikan, dan mengawasi lahan pertanian pangan dan kawasannya secara berkelanjutan, 33. Lahan Pertanian Pangan Gerkelanjutan adatah bidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsisten guna menghasitkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional 34, Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah lahan potensial yang diindungi pemantaatannya agar kesesuaian dan ketersediaannya letap terkendali untuk dimanfaatkan sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan pada masa yang akan datang, 35. Kawasan strategis_nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan Karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulalan negara, perlahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atay lingkungan, termasuk wilayah yang telah ‘dtetapkan sebagai warisan dunia, 4 -10- 36, 37 38, 39, 40. 4 42. Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya Giprioritaskan karena_mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya, danvalau lingkungan., Kawasan_ strategis daerah adalah kawasan yang penataan ruangnya diprioritaskan arena _mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup daerah lerhadap ekonomi, sosial, budaya, danfatau lingkungan. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunen pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukken bagi falu fintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah daniatau air, serta di alas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel; Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam saty atau lebih daerah alan sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang lvasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 km?, Daerah aliran sungai adalah sualu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan balas di faul sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aklivitas daratan. Ruang terbuka hijau adalah rea memanjangfialir dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebin bersifat terbuka, tempat lumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam, Pusat Kegiatan Nasional yeng selanjuinya disebut PKN adalah kawasan * perkotaan yang. berfungsi unluk melayani kegiatan skala internasional, 4% 44, 45, 46. a7. 48, rnasional, atau beberapa provinsi Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjuinya disebut PKW adalah kawasan perkotaan yang berlungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupatenkola. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegialan skala Kabupaten atau beberapa kecamatan. Pusat Kegiatan Lokal promosi yang selanjutnya disebut PKLp adalah kawasan perkotaan yang di rencanakan akan berfungsi melayani kegiatan skala kabupaten alau beberapa kecamatan Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK adalzh kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa dasa. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjulnya disebut PPL adalah pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa. ‘Arahan pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten adalah arahan pengembangan wilayah untuk mewujudkan steuktur ruang dan pola ruang wilayah Kabupaten sesuai dengan RTRW kabupaten melalui penyusunan dan pelaksanaan program penataan/pengembangan Kabupaten beserta pembiayaannya, dalam suatu indikasi program tama jangka menengah lima tahunan Kabupaten yangy— nM 49, 50, 51 52, 53, 55, 56, 57, 59, berisi reneana program utama, sumber pendanaan, in waktu pelaksanaan ansi pelaksana, dan Peraturan zonasi adalah ketentuan yang mengalur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan kelentuan pengendaliannya dan d’susun untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang, Indikasi program utama jangka menengah lima tahunan adalah petunjuk yang memuat usulan program utama, lokasi, besaran, waktu pelaksanaan, sumber dana, dan instansi pelaksana dalam rangka mewujudkan ruang kabupaten yang sesuai dengan rencana lata ruang Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten adalah Ketentuan-ketentuan yang ciibuat atau disusun dalam upaya mengendalikan Pemanfeatan ruang wilayah Kabupaten agar sesuai dengan RTRW kabupaten yang berbentuk ketentuan umum peraturan zonasi, kelentuan perizinan, ketentuan insenti dan disinsentif, serta arahan sanksi untuk wilayah kabupaten, Ketentuan umum peratu’an zonasi sistem Kabupaten adalah ketentuan umum yang mengalur pemantaatan ruangipenataan Kabupaten dan unsur-unsur dengendalian pernanfaatan ruang yang disusun untuk setiap klasifikasi peruntukan/fungsi ruang sesuai dengan RTRW kabupaten, Ketentuan porizinay adalah kelentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah daerah kabupaten sesuai kewenangannya yang harus dipenuhi oleh setiap pihak sebelum memanfaatkan ruang, yang digunakan sebagai atat dalam melaksanakan pembangunan keruangan yang tertib sesuai dengan ‘encana lata ruang yang telah disusun dan ditetapkan, tzin pemanfeatan rvang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan Pemanfaalan ruang sesuai dengan kelentuan peraturan perundang-undangan, Ketentuan insentif dan disinsentif adalah perangkal atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegialan yang sejalan dengan fencana tata ruang dan juga perangkat untuk mencegah, membatasi Perlumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang ‘Arahan sanksi adalah arahan untuk memberikan sanksi bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang setanjutnya disingkat SKPD adalah instansi pemerintah Kabupaten yang diberi Kewenangan menangani suatu turusan pemerintahan, Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjulnya disingkat BKPRD adalah badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung polaksanaan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang i Kabupaten Demak dan mempunyai fungsi membantu pelaksanaan tugas Bupati dalam koordinasi penalaan ruang di daerah. Penyidik adalah pejabat polsi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai ‘negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan, is 12- 80. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Peraturan Daerah untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukt itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya 81. Masyarakat adalah orang perseorangan, Kelompok orang termasuk masyarakat hukum adat, korporasi, anfatau pemangku kepentingan non pemerintah lain dalam penyelenagaraan penalaan ruang, 62. Peran masyarakal adalah partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan tata ‘wang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. BAB I TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG Bagian Kesatu Tujuan Penataan Ruang Pasal 2 Penataan rang bertyluan mewujudkan ruang wilayah Daerah berbasis seklor Pertanian dan perikanan yang unggul didukung sektor perdagangan dan jasa, industri, usaha mikro kecil menengah, dan pariwisata. Bagian Kedua Kebijakan Penataan Ruang Pasal 3 (1) Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang sebagaimana dimaksud dalam Paset 2 disusun kebijakan penalaan ruang (2) Kebijakan penataan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliput: a. pengendalian alih fungsi lahan pertanian produktif; b. pengembangan komaditas pertanian yang prospokii c. pengembangan kawasan pesisir 4. pengembangan pusal pelayanan; e. - pengembangan prasarana wilayah pada kawasan perkolaan dan perdesaan; peningkatan pengelolaan kawasan lindung: 9. pengendalian perkembangan Kegiatan budi daya ager tidak molampaui aya dukung dan daya tampung lingkungan; h. pengembangan kawasan industri yang mempertimbangkan_efektvtas ruang, dan Peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanane— 13- 3) (4) (5) (6) ” Bagian Ketiga Strategi Penataan Ruang Pasal 4 Strategi pengendalian ai fungsi lahan pertanian produkt sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 aya (2) huruf a melput 3 mengarahkan perkembangen egiatan terbangun pada Iahan-lahan yang buken merupakan sawa irigasi; dan b. menetapkan'lahan pertanian pangan berkelanjutan, Strategi pengembangan komaditas pertanian yang prospekit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) hurul b meliput @-menentukan zona kawasan perlanian lahan basah, lahan kering, dan hortikultura; dan 5, mengembangkan budidaya tanaman buah-buahan, Stralegi pengembangan kawasan pesisir sebagaimana dimaksud dalam Pasal Sayat (2) huruf c metiputi @._ mengembangkan kawasan pesisir yang berbasis minapolitan; b. melindungi kawasan yang terkena abrasi; dan ©. mengembangkan kawasan pengolahan perikanan, Strategi pengembangan pusal pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) hurutd meliput @ — Mengembangkan sistem keterkaitan ekonomi kawasan perkotaan- perdesaan; b. mengembangkan pusat pelayanan baru yang mampu_bertungsi sebagai PRL; dan ©. mengoptimalkan peran Ibukota Kecamatan sebagai PPK. Strategi pengembangan prasarana wilayah pada kawasan perkotaan dan Perdesaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf e meliput 2. _ meningkatkan kualilasjeringan jalan yang menghubungkan simpul-simpul kawasan produksi dengan kawasan pusat pemasaran; b. meningkatkan pelayanan sistem kelistrikan dan telekomunikasi di Kawasan perdesaan; ©. mengembangkan sistem prasarana sumberdaya air; dan 4d. mengembangkan sistem sanitasiingkungan di kawasan perkotaan. Strategi peningkalan pengelolaan kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayal (2) huruf f meliput a." meningkatkan kualifas perindungan di kavaasan lindung sestii dengan sifat perindungannya b. -meningkatkan pemahginan masyarakat terhadap manfaat pertindungan kawasan lindung; nl 4. © memindahkan secara bertahap permukiman berada di kawasan rawan banjir danvatau rob danlatau abrasi (9) Strategi pengendalian perkembangan kegiatan budidaya ajar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayal (2) hurul g meliputi 4 membatasi perkembangan kegiatan budidaya terbangun di kawasan rawan bencana; b. mengembangkan ruang kawasan perkolaan perkotaan secara efisien dan kompak; ©. mengembangkan ruang terbuka hijau kawasan perkotaan; dan 4d. membatasi perkembangan kawasan lerbangun di kawasan perkotaan (10) Strategi pengembangan kawasen industri yang mempertimbangkan efektivtas ‘uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) hurut h meliputi @._ menentukan batas kawasan peruntukan industri; 5. mengatur kegiatan industri pada masing-masing kawasan peruntukan industri; dan ©. meningkatkan pengelolaan kawasan industri (11) Strtegi peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf i melipul | @._ mendukung penelapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan; 5. mengembangkan budidaya secara selekiif di dalam dan di sekitar kawasan stralegis nasional untuk menjaga fungsi perlahanan dan | keamanan; den © | | | turut serta memelihara dan menjaga aset-aset pertahanan. BAB Ill RENCANA STRUKTUR RUANG Bagian Kesatu Umum Pasal 5 (1). Rencana struklur ruang terri atas «a. sistem pusal pelayanan; dan ‘sistem jaringan prasarana wilayah (2) Peta rencana’ stuktur ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam pela dengan tingkal keteliian 1:50.000 tercantum dela lampiran | yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah il () ( o) (4) (1) (2) 3) Bagian Kedua Sistem Pusat Pelayanan Pasal 6 Sistem pusat pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) hurufa terdiri atas : a. sistem perkotaan; b. sistem perdesaan; dan sistem wilayah, Sistem perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiatas ‘a, pengembangan PKL; b.pengembangan PKLp; dan ©. pengembangan PPK. Sistem perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berupa pengembangan PPL. Sistem witayah sebagaimana dimaksud paca ayal (1) hurufc terdiriatas @. _penetapan satuan wilayah pembangunan; dan b. _rencana fungsi saluan wilayah pembangunan. Pasal 7 Pengembangan PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf a meliput a. Kawasan Perkotaan Domak; dan b. Kawasan Perkolaan Mrariggen Pengembangan PKLp sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf b berada di Kawasan Perkotaan Wedung, Pengembangan PPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf ¢ meliputi : Kawasan Petkolaan Gajah; Kawasan Perkolaan Dempel, Kawasan Perkotaan Guntur, Kawasan Perkotaan Sayung; Kawasan Perkotaan Karangtengah; Kawasan Perkolaan Bonang; Kawasan Perkolaan Karangawon; Kawasan Perkotaan Wonasalam; Kawasan Perkolaan Karanganyar, Kawasan Perkolaan Mijen; dan k. Kawasan Perkotaan Kebonagung’{~ 16 Pasal8 Pengembangan PPL sebageimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) melipul Kecamatan Gajah : Desa Tambirejo; Kecamatan Dempet : Desa Dempet, Desa Sidomulyo; Kecamatan Guntur: Desa Pamongan; Kecamatan Sayung : Desa Gemulak, Desa Bulusari: Kecamatan Karanglengah : Desa Pulosari, Desa Karangsar; Kecamatan Bonang : Desa Gebang, Desa Bonangrejo; Kecamatan Karangawen : Desa Tlogorejo; Kecamalan Wonosalam : Desa Kendaldoyong, Desa Trengguli Kecamatan Karanganyar : Desa Cangkring; Kecamatan Mijen : Desa Bakung; Kecamatan Kebonngung : Dosa Werdoyo Kecamatan Wedung : Desa Buko, Desa Bungo. Pasal 9 (1) Penetapan satuan wilayah pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4) hurufa terdir atas: @. saluan wilayah pembangunan I dengan pusal pelayanan di Kawasan Perkotaan Kawasan Perkotaan Demak meliputi: 1. Kecamatan Sayung; 2. Kecamatan Karangtengah; 3. Kecamatan Demak; dan 4. Kecamatan Wonosalam b. satuan wilayah_pembangunan II dengan pusat pelayanan di Kawasan i Perkotaan Mranggen melipuli : 1. Kecamatan Mranggen; 2. Kecamatan Karangawen; dan 3. Kecamatan Guntur ¢. saluan wilayah pembangunan II dengan pusat pelayanan di Kawasan Perkolaan Wedung melipu 1 Kecamatan Wedung; dan 2. Kecamatan Bonang 4. saluan wilayah pembangunan IV dengan pusal pengembangan i Ibukota Kecamatan Gajah metiputi 1. Kecamatan Gajah; 2. Kecamatan Karanganyar; dan 3. Kecamatan Mijen. i E @. satuan wilayah pembangunan V dengan pusat pengembangan di Ibukota Kecamatan Dempet meliputi 4. Kecamatan Dempet; dan 7. es Z Kecamaten Kebonagung (2) Rencana fungsi satuan wilayah pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4) huru bterdi alas . a. satuan wilayah p2mbangunan | dengan fungst mefiputi pusal pemerintah Da srah; perdagangan dan jasa: pertaniain; perikanan; peternakan; industri transportasi; dan parivisata, b. _satuan wilayah pembangunan II dengan fungsi meliputi 1 2. 3. 4, pertanian; perdagangan dan jasa; petemnakan; dan industri . satuan wilayah pembangunan Ill dengan fungsi meliputi: pertanian; perikanan; perdagangan den jasa peternakan; industri: dan pariwisata, 4. satuan wilayah pembangunan {V dengan fungsi meliputi : 1 2 3 4 5. |. perlanian; . perdagangan dan jasa; perikanan; peternakan; dan industri fe. saluan wilayah pembangunan V dengan fungsi meliput : 1 2. 2 4, pertanian; perdagangan dan jasa; petemakan; dan indus Bagian Ketiga Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Pasal 10 . Sistem jaringan prasarana wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b meliputi a. sistem jaringan transportasi; sistem jaringan energi; 6._ sistem jaringan telekomurikasi d._ sistem jaringan sumber daya air; dan e. sistem jaringan prasarana lainnya Paragrat 1 Sistem Jaringan Transportasi Pasal 11 ~ Sistem jaringan transportasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a terdiri alas @._fencana sistem transportasi darat; dan b. rencana sistem transportasi kereta api Pasal 12 (1) Sistem transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf a terditi atas: a, rencana prasarana jaringan jalan; b. rencana sarana pelayanan angkutan umum; dan ©. rencana pelayanan angkutan unum, (2) Rencana prasarana jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a cikelompokkan berdasarkan a. sistem jalan; dan b. fungsi jalan (3). Sistem jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdit atas: a. jalan primer; dan b. jalan sekunder (4) Fungsi jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hurufb terdiri atas: a. jalan arteri: b. jalan kolektor; jalan lokal; dan 4. «jalan lingkungan; (5) Rencana sarana pelayanen angkutg uum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufb berupa sistem terminal 4 19 (6) Rencana pelayanan angkutan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf ¢ berupa peningkatan rute pelayanan angkutan umum. Pasal 13, Rencana prasarana jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayet (1) hurut a terdiriatas: a. jalan arteri primer meliput 1. pembangunan jalan arieri primer bebas hambatan Semarang-Rembang beserta interchange yang melalui Kecamatan Sayung - Kecamatan Karang Tengah - Kecamatan Wonosalam - Kecamatan Gajah - Kecamatan Karanganyar 2. penambahan inierchange jalan arteri primer bebas _hambatan Sebagaimana dimaksud pada huruf a dapat ditambah atau dikurangi dengan izin Pemerintah; dan 3. peningkatan jalan arteri primer bukan bebas hambatan melalui Kecamatan Sayung - Kecamatan Karangtengah - Kecamatan Demak - Kecamatan Gajah - Kecamatan Karanganyar, ©. jalan kolektor primer meliput 1 eningkatan ruas jalan Mranggen - Karangawen ~ Gubug - Kebonagung ~ Godong (Kabupaten Grobogan) 2 Peningkatan rues jalan Demak ~ Wonosalam - Dempet — Godong (Kabupaten Grobogan): dan 3. peningkatan ruas jalan Trenggul Gajah ~ Mijen - Welahan (Kabupaten Jepara). c._jalan lokal primer metiput 1. peningkatan ruas jalan Demak - Boniang - Wedung; 2. peningkatan ruas jalan Onggorawe ~ Waru ~ Mranggen: Peningkatan ruas jalan Mranggen ~ Kangkung - Kebonbalur — Banyumeneng! Girikusumo: 4. eningkatan ruas jalan Kangkung ~ Sumberejo - Margohayu ~ Wonosekar + Tlogorejo: 5. _peningkatan ruas jalan Karangawen ~ Jragung; 8. peningkatan ruas jalan Karangtengah ~ Guntur - Karangawen; 7 peningkatan ruas jalan Pamongan - Bulusari - Banjardowo (Kota Semarang) 8. peningkatan ruas jalan Onggorawe - Suradadi; 9. _peningkatan ruas jalan Karangtengah ~ Tambakbulusan; 10. peningkatan ruas jalan Desa Sriwulan ~ Bedono - Timbulsluko ~ Surodadi ~ Tambakbulusan ~ Morodemak - Purworejo ; 11. peningkatan ruas jalan Desa Berahan Wetan ~ Babalan — Kedungmutih - Kedungkarang - Tedunan; 12. peningkatan ruas jalan Wedung ~ Bungo ~Jetak - Mijen; 13. peningkatan rvas jalan Karanganyar ~ Kedungwaru kidul - Gempolsongo = Mijen; 14. peningkatan ruas jalan 8ungo ~ Mutih Kulon; 15. peningkatan ruas jalan Karangnyar ~ Sambung ~ Sidomulyo ~ Merak; 16. peningkatan ruas jalan Gajah ~ Oempet 17. peningkatan ruas jalan Dempet - Sidomulyo: 18. peningkatan ruas jalan Dempet - Kebonagung; 18, peningkatan ruas jalan Karangtengah ~ Pasar Wonosalam ~ Doreng — Megonten; 20. peningkatan ruas jalan Demak ~ Pasar Wonosalam; 21, peningkalan ruas jalan Mranggen ~ Batursari ~ Pucanggading / TVRI ~ Kebonbatur; dan 22, peningkatan ruas jalan Jalan Ingkar Mranggen 4. jalan lingkungan berupa pengembangan dan peningkatan jalan lingkungan berada di seluruh wilayah Daerah Pasal 14 Rencana sarana pelayanan angkutan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf b melipuli 2. terminal penumpang Tipe A drencanakan di Kanasan Perkotaan Demak; , terminal penumpang Tipe C direncanakan meliputi 1. Kawasan Perkataan Mranggen; Kawasan Perkotean Wedung; ‘bukota Kecamatan Wonosalam: loukoia Kecamatan Gajah, !bukota Kecamatan Karanganyar, 2 3 4 5 6. Ibukota Kecamatan Mijen: 7. Ibukota Kecamatan Bonang; 8. Ibukota Kecamatan Sayung; 8. Ibukota Kecamatan Karangtengah 10. Ibukota Kecamatan Guntur, 11, Ibukota Kecamatan Dempat; 12. Ibukota Kecamatan Karangawen: dan 13. Ibukota Kecamatan Kebonagung, ©. terminal barang direncanakan di Kecamatan Sayung, te 2. Pasal 15 Rencana pelayanan angkutan umum sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) hurufc berupa peningketan rite pelayanan angkutan umum melipull a) ‘Semarang-Demak-Kudus-Pati-Rembang-Lasem; ‘Semarang-Demak-Kudus: Semarang-Demak-Kudus-Pati-Juana; Tegal-Pekalongan-Semarang-Demak-Kudus; Kudus-Demak-Semarang-Secang-Wenosobo-Purwokerto; Semarang-Demak-Kudus-Rembang-Biora-Cepu; Tegal-Pekalongan-Semarang-Demak-Kudus; ‘Semarang-Demak-Kudus-Pali-Rembang; Semarang-Demak-Kudus-Pati Semarang-Demak-Kudus-Jepara separa-Kudus-Demak-Semarang-Pekalongan-Tegel: Tegal-Semarang-Demak-Kudus: Semarang-Demak-Kudus-Jepara-Bangsri Solo-Salatiga-Semarang-Dermak-Kudus-Pali Semarang-Demak-Godong-Purwodadi, Semarang-Demak-Godong-Purwodadi-tora ‘Semarang-Demak-Purwadadi-Solo Wedung-Demak-Godong-Purwodadi Morodemak-Bonang-Demak; dan Mranggen-Karangeven-Guntur-Keranglengah Pasal 16 Rencana sistem transports’ kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf b dlakukan sesuai dengan rencana jaringan koreta api nasional terditi alas, @ rencana jaringan prasarana kereta api . rencana pelayanan kereta api; dan ©. rencana prasarana pelayanan kereta api Rencana jaingan prasarana kereta api sebagaimana dimaksud ada ayat (1) huru! @ berupa pengembangan rel kereta api menghubungkan Semarang Demak - Kudus ~ Pati~ Rembang Rencana pelayanan kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b 22rupa peningkatan pelayanan pergerakan keretg api komuter menghubungkan ‘Semarang — Demak ~ Kudus ~ Pati ~ Rembang -22- (4) Rencana prasarana sarana kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berupa revitalisasi stasiun kereta api berada di Kawasan Perkotaan Demak. Paragraf 2 Sistem Jaringan Energi Pasal 17 Sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b meliput: @. _rencana sistem prasarana pipa minyak dan gas bum b. _renana pengembangan energj listrik: dan ©. rencana transmisi energilstrik. Pasal 18 (1) sRencana sistem prasarana pia minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf a meliputi 2, _jaringan pipa gas Semarang ~ Cirebon - Bangkalan; dan . _jringan pipa gas Blora ~ Grobogan ~ Demak ~ Semarang, (2) Rencana jaringan pipa gas Semarang - Cirebon - Bangkalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufa melalui a. Kecamatan Sayung; b. Kecamatan Karangtengah: ©. Kecamatan Gajah; dan 4 Kecamatan Karanganyar (3) Rencana jaringan jaringan pipa gas Blora - Grobogan - Demak — Semarang sebagaimana dimaksud pade ayat (1) huruf b melalui a. Kecamatan Mranggen; b. Kecamatan Karangawen; dan ©. Kecamatan Kebonagung Pasal 19 Rencana pengembangan energi listik sebagaimana dimaksud datam Pasal 17 ural b dlakukan melalui pengembangan sumber energi lisik allemati yang bersumber dari matahar ar, angin, dan sumber lainnaya yang rama ingkungan Pasal 20 (1), Rencana transmisi energiistrk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf ¢ tert atas: a pengembangan sistem jaringanlstik meliput 1. saluran udara tegangan ekstra tinggi: "2. saluran ucara tegengan tinggi: 3._saluran uda’a tegangan menengah; dan 4. saluran ucara tegangan rendah Af 2. ». pengembangan daya list (2) Pengembangan sistem jaringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hur a meliputi 3 pengembangan jaringan saluran udera tegangan ekstra tinggi dan saluran udara tegangan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka t dan 2 melalui 1. Kecamatan Sayung: 2. Kecamatan Karangtengah; 3. Kecamaten Demak 4. Kecamatan Wonosalam: 5. Kecamatan Gajan; 6. Kecamatan Bonang: 7. Kecamatan Wedung; 8. Kecamatan Karanganyar; dan 9. Kecamatan Mijen 8. pengembangan jeringan salucan udara tegangan menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huru! a angka 3 melalui 1. Kecamatan Mranggen; dan 2. Kecamatan Karangawen, SPengembangan jaringan saluran udara tegangen rendah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruta angka 4 di selurnh wilayah Daerah, (3) Pengembangan gardu induk distibusi kapastas 20 (dua puluh) kilo voit meliputi a. Kecamatan Sayung; >. Kecamatan Demak; dan © Kecamatan Mranggen, (4) Sampai dengan tahun 2031 seluruh wilayah Daerah direncanakan_sudah terlayani sistem energi sti Paragraf 3 Sistem Jaringan Telekomunikasi Pasal 21 Sistem jaringan telekomunikasi sebageimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf ¢ lerditiatas a. _jatingan kabel; dan b. sistem niskabel 4 24. Pasal 22 (1) Jaringan kabel sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a berupa Pengembangan sistem prasarana jaringan kabel dan pembangunan rumah kabel berada di seluruh Kecamatan. (2) Sistem jaringan praserana telekomunikasi jaringan kabel sampai dengan tahun 2031 direncanakan sudah melayani seluruh ibukota Kecamatan Pasal 23 (1) Sistem nitkabe! sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf b berupa Pembangunan menara telekomunikasi sistem nikabel di seluruh wilayah, (2) Pemeriniah Daerah mengarahkan penggunaan bersama menara lelekomunikasi Untuk meningkatkan efisiensi dan efektiftas pemanfaatan ruang, (8) Penataan dan pengaturan lokasi pembangunan menara telekomunikasi akan diatur dalam Peraturan Bupati Paragraf 4 Sistem Jaringan Sumber Daya Air Pasal 24 Sistem jeringan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf d meliput a. sistem air baku dan irigasi; dan . ‘sistem penggunaan air tanah, Pasal 25 Sistem air baku dan rigasi sebagaimana gimaksud dalam Pasal 24 huruf a melput 3 Peningkatan pengelolaan Wilayah Sungai Strategis Nasional Jratun Seluna berupa peningkataan pengeloiaan daerah alan sungai meliputi 1. Daerah Alran Sungai Babon; 2. Daerah Aliran Sungai Tuntang 3. Daerah Aliran Sungai Jragung: dan 4. Daerah Aliran Sungai Serang b. peningkatan prasarana air irigasi terdiri atas 1. pencegahan pendangkalan saluran irigasi; dan 2 peningkatan pintu-pintu air berada diseluruh bendungan dan jaringan irgasi &_Peningkatan prasarana air rigasi sebagaimana dimaksud pada hur! b melipt 1. Daerah lrigasi Sedadi Dempet 2. Daerah Irigasi Klambu Kiri 3. Daerah lrigasi Sedadi Godong: Daerah Irigasi Guntur Kanan, 4. 5. Daerah lrigasi Guntur Kir a 05 6. Daerah Irigasi Polder Batu 7. Daerah Irigasi Gabiok; 8. Daerah Irigasi Clapan Kanan 9. Daerah trigasi Glapan Kiri 10. Daerah trigasi Jragung 11, Daerah lrigesi Pelayaran Sayung Baru; 12, Daerah Irigasi Pelayaran Buyaran; 18, Daerah lrigasi Dolok Kanan; 14, Daerah Irigasi Dolok Kiri; dan 18, Daerah lrigasi Pucanggading Kanan, 4. pengembangan embung dengan fungsi menampung air dan mengendalikan banjir meliputi 1. Kecamatan Karangawen; 2. Kecamatan Guntur; 3. Kecamatan Dempet; . 4, Kecamalan Mijen; 5. Kecamatan Karanganyar. 6. Kecamatan Bonang; dan 7. Kecamatan Wedung Pasal 26 Sistem penggunaan air tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf b meliout @. pemanfaalan sumber mata air secara optimal di kawasan perkotaan, ibukota kecamatan, dan daerah yang rawan kekeringan; dan b. pengendalian pengambilan dan pemanfaatan air tanah dalam meliputi 1. Kecamatan Sayung; 2. Kecamatan Karangtengah; 3. Kecamatan Demak; 4. Kecamatan Bonang; dan 5. Kecamatan Wedung Paragraf 5 Sistem Jaringan Prasarana Lainnya Pasal 27 Sistem jaringan prasaranz lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf e meliputt ‘ a. rencana sistem pengelolaen persampahandy— -26- ‘encana sistem jaringan air minum, b ©. _rencana sistem jaringan pengelotaan air limba; 4. rencana sistem jaringan dreinase: dan e Rencana sistem evakuasi bencana Pasal 28, (1) Rencana sisiem pengelolian persampahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf a meliputi @. _rencana lokasi tempat pemrosesan akhir; 5. rencana lokasi tempat penampungan sementara: dan © Fencana pengelolaan sampan skala rumah tangga (2) Lokasi tempat pemprosesan akhir sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufa adalah @Tempat Pemrosasan Akhir Kaikondang: 5. Tempat Pemrosesan Akhir Candisari dan % Pengelolaan sampah di lokasi tempat pemrosesan akhir sebagaimana Gimaksud pada hurut a dan b dieratkan menggunakan pendekatan sanitary fanafi, (3) Unluk mengurangi volume sampah yang masuk ke lokasi Tempat Pemrosesan Akhit dikembangkan pengelolaan sampah 3R dan pembangunan tempat Pengolahan sampah terpadu, (4) Rencana lokasi tempat penampungan sementara sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hut b dtempatkan pada kawasan yang memberikan pelayanan optimal (5) Rencana lokasi tempat penampungan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (3) selanjutnya akan diatur dalam rencana rinci tats, ruang, (8) Rencana pengelolaan sampah skala rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat 1) huru ¢ berupa peningkatan parisipasi setiap remah tangga untuk ‘mengurangi sampah mulai dari sumbernya, Pasal 29 (1) Rencana sistem jaringan air minum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf terdir atas 2. jaringan perpipaan dan: ». non perpipaan. (2) Jeringan perpipaan sebagaimana dimaksud pada aya (1) hua meliput @_pengembangan prasarana jaringan perpipaan air minum dan sambungan rumah (SR); dan ©. peningkatan kualitas air minum 27 - (3) Pengembangan prasarana jaringan perpipaan air minum dan sambungan rumah (SR) sebagaimana dimaksud pada ayal (2) hurut a diencanakes sampai engan tahun 2031 telah metayeni 60% penduduk i wiayah Dasran (4) Peningkatan kualtas air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b lakukan dengan pembangunan reservoir dan prasarana kelengkapannya berada di seluruh kawasan perkotzan, (5) Non perpipaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) nurul b dilakukan pada wilayah yang lidak terlayanijaingan perpipaan meliput 3. penggalian atau pengeboran air tanah dangkal 5. pengeboran air tanah dalam socara terbatas dengan mempertimbangkan kelestarian lingkungan, dan & _Pengolahan air payau pada wilayah sekitar pana Pasal 30 Rencana sistem jaringan pengelotaan air timbah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 hurul c terdin alas Pengembangan instalasi pengolahan limbah indust: . pengembangan instalesi pengolahan limbah {inja dan timbah rumah tangga Perkotaan; dan & Pengembangan insialasi pengolahan fmbah kotoran hewan dan rumah tangga perdesaan, Pasal 31 (1) Fengembangan instalasi pengotatan jimban indust sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 hurul a melipuli 3. Kecamatan Sayuny; b. Kecamatan Karangtengah ©. Kecamatan Mijon; d. Kecamatan Mranggen; dan © Kecamatan Karangawen (2) Flembangunan instalasi pengolahan lmbah pada Kawasan industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurul a menjagh tanggungiawad pengelola industri dengan izin Pemeriniah Daerah Pasal 32 (1) Peagembangan instalasi pengolahan mbah ‘inja dan limbah rumah tanga Perkolaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huru! b meliput: @ Kawasan Perkolaan Demak; . Kawasan Perkotaan Mranggen; ©. Kawasan Perkotaan Wedung 4. Ibukota Kecamatan Wonosalam; 8 Ibukola Kecamatan Gojanffe~ -28- ‘bukota Kecamatan Karanganyar 9. lbukota Kecamatan Mijen; h Ibukota Kecamatan Bonang: |. tbukota Kecamatan Sayung, j, Ibukota Kecamatan Karangtengan; K. Ibukota Kecamatan Guntur, |. Ibukota Kecamatan Dempet m. Ibukota Kecamatan Karangawen: dan 1. Ibukota Kecamaten Kebonagung (2) Pengembangan sistem pengolahan dan pengangkutan limbah tinja dai we umum terminal, pasar, iokasi sanimas, dan rumah tanga perkotaan, Pasal 33 Pengembangan instelasi pengolatan jimbah otoran hewan dan rumah tangga Perdesaan sebagaimana dimaksud daiam Pasa 30 huruf¢ meliul & pembangunan dan peningkatan instalasi pengolahan limbah koloran hewan Peternakan rakyat di seluruh kecarnatan b. pengembangan sistem pengetahan limbah kotoran hewan dan fimbah rumah ‘angga perdesaan dengan memanfeatkanteknologitepat guna, dan © Pemanfaalan hasil pengolahan jimbah kotoran hewan bagi sumber energi alternatif dan pupuk organik Pasal 34 Rencana sistem jaringan crainase sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf meliputi 3: normalissi peningkatan salran primer dan sekunder meliput 1. Kawasan Perkotaan Demak, 2. Kawasan Perkotaan Manggen 3. Kawasan Perkotaan ‘Wedung; 4. Ibukota Kecamatan Wonosalam 5. lbukota Kecamatan Cajan; 6. bukota Kecamatan karanganyar 7. Ibukota Kecamatan Mijen; 8. Ibukota Kecamatan Bonang 9. Ibukota Kecamatan Sayung, 10. bukota Kecamatan Karangtengah; 11. Ibukota Kecamatan Guntur, 12.lbukota Kecamaten Dempet 13, lbukota Kecamatan Karangawen; oe -29 14. Ibukola Kecamatan Kebonagung ©. peningkatan saluran drainase sepaniang suas jelan nasional Sayung ~ Karanglengah ~Demak - Gajah ~ Karanganyar. ©. peningkatan saluran drainase sepanjang mas jelan provinsi Gajah ~ Mijen Welahan, Demak — Wonosalam - Godong; 4. normalisasi saluran sungai di seluruh wilayah Daerah, dan €. penghijauan meliputi 1. Kecamatan Mranggen; dan 2. Kecamatan Karangawen Pasal 35 (1) Rencana sistem evakuasi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf e meliputi @. pengembangan jalur evakuasi, dan . ruang evakuasi bencana (2) Pengembangan jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayal (1) huruf a metiputi 3. pengembangan jalur evekuasi bencana benjr berupa jalan-jalan desa pada lokasi yang lebih aman meliputi 1. Kecamatan Mranggen; Kecamalan Guntur, Kecamatan Sayung; Kecamatan Karanglengah: Kecamatan Bonang, Kecamatan Mijen; Kecamatan Karang:inyar Kecamatan Kebonagung, Kecamatan Dempet: 10. Kecamatan Gajah, 11. Kecamatan Wedung 12. Kecamatan Demak: 13. Kecamatan Wonosalam, dan 14. Kecamatan Karangawen “b. pengembangan jalur evakuasi bencana gelombang pasang dan abrasi berupa pengembangan jalan desa di Desa Sriwulan - Desa Purwosari dan Desa Bedono — Desa Timbulsioko (3) Ruang evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufb meliputi: a. lapangar b. stadion; ¢. taman publik d.bangunan kantor pemerintah, @. bangunan fasilitas susial; dan {. bangunan fasiitas unum BAB IV RENCANA POLA RUANG. Bagian Kesatu Umum Pasal 36, (1) Rencana pola ruang terditi atas a. kawasan lindung; dan b. kawasan budidaya, (2) Peta rencana pola ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan Galam peta dengan tingkat Keleltian 1:50.000 tercantumm dalam lampiran Il yang ‘merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah in Bagian Kedua Kawasan Lindung Pasal 37, Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayal (1) burut a terditi alas 3. kawasan yang memberikan perindungan terhadap kawasan bawahannya; ©. kawasan perlindungan setempat © kawasan suaka alam, peleslarian alam dan cagar budaya: dan ._kawasan rawan bencana alam; dan .-kawasan lindung lainnya Paragraf 1 Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya Pasal 38 (1) Kawasan yang memberikan perindungan terhadap kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 hurul a berupa kawasan resapan air engan luas kuranglebin 622 Ha (enam ratus dua puluh dua hektar) (2) Kawasan resapan air sebageimana dimaksud pada ayat (1) meliput a, Kecamatan Karangawen: dan b. Kecamatan Mranggen. (9) Kawasan resapan air yang dimiliki masyerakal dltetapkan sebagai kawasan hutan rakyat 3. Paragraf 2 Kawasan Perlindungan Setempat Pasal 39 Kawasan perlindungan setempal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf b lerdiri atas a. sempadan pantai; b. sempadan sungai; sempadan saluran iigasi; dan 4, sempadan embung. Pasal 40 Sempadan pantai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf a melipul 2. Kecamalan Sayung dengan las hurang lebih 46 (empat puluh enam) hektar; >. Kecamatan Karanglengah dengan luas kurang lebih 24 (dua puluh empat) hektar, ._Kecamatan Bonang cengan ivas kurang lebih 33 (iga puluh tiga) hektar; dan @- Kecamatan Wedung dengan luas kurang lebih 157 (seratus lima puluh tujun) heklar. Pasal 41 Sempadan sungai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 hurufb terdi alas ._ Sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan: 5. sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan; ©. Sempadan sungai tidak bertanggul di uar kawasan perkotaan; dan 3d. sempadan sungai tidak bertanagul di dalam kawasan perkotaan. (2) Sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliput a. Sungai Serang; o b. Sungai Tuntang: ¢. Sungai Jragung; 4d. Sungai Wutan; ©. Sungai Jajar; dan 1. Sungai Dolog. Pasal 42 ‘Sempadan saluran irigasi Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf ¢ ‘meliputi a. Daerah lrigasi Sedadi Dempet; b. Daerah Irigasi Klambu Kiri ©. Daerah Irigasi Sedadi Godong; 4. Daerah trigasi Guntur Kanan -32- @. Daerah rigasi Guntur Kiri Daerah Irigasi Polder Batu; Daerah lrigasi Gablok; Daerah rigasi Glapan Kanan: i Daerah Irigasi Glapan Kiri; Daerah lrigasi Jragung k. Daerah lrigasi Pelayaran Sayung Baru, |. Daerah lrigasi Pelayaran Buyaran; ™m. Daerah lrigasi Dolok Kanan "Daerah Irigasi Dolok Kiri; dan ©. Daerah lrigasi Pucanggading Kanan Pasal 43 Sempadan embung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf d melipul Kecamatan Karangawen; Kecamatan Guntur; Kecamatan Dempet; Kecamatan Mijen; Kecamatan Karanganyar. Kecamatan Bonang; dan g. Kecamatan Wedung, Paragraf 3 Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam Dan Cagar Budaya Pasal 44 Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf terdiriatas a. pantai berhutan bakeu; dan b. kawasan cagar budaya. Pasal 45 Pantai berhutan bakau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf a terletak di sepanjang pesisir pantai meliput 2. Kecamalan Sayung dengan luas kurang lebih 22 (dua puluh dua) hektar: b. Kecamatan Karangtengah dengan luas kurang lebih 12 (dua betas) hektar; Kecamatan Bonang dengan luas kurang lebih 14 (empat belas) hektar; dan 4. Kecamatan Wedung dengan luas kurang lebih 45 (empat puluh lima) hektar. Pasal 46 Kawasan cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 hurutb meliulg 3B. @. Masjid Agung Demak; dan b. Makam Sunan Kalijaga Kadiiangu Paragrat 4 Kawasan Rawan Bencana Alam Pasal 47 Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimasud dalam Pasal 37 huruf d terdi atas’ @.kawasan rawan banji; kawasan rawan gelombang pasang dan abrasi kawasan rawan longsor Kawasan rawan kekeringan; dan Kawasan rawan angin topan Pasal 48 Kawasan rawan banji sebageimana dimaksud dalam Pasal 47 hurul a meliputi a. Kecamatan Mranggen Kecamatan Guntur: Kecamatan Sayung Kecamatan Karangiengah; Kecamatan Bonang, Kecamatan Mien; Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Kebonagung; 1. Kecamatan Dempel; Kecamatan Gajah; k Kecamatan Wedung |. Kecamatan Demak; ™. Kecamatah Wonosalam; dan n. Kecamalan Karangawen Pasal 49 Kawasan rawan gelombang pasarg dan abrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 huruf b meliputi: a. Kecamatan Sayung; >. Kecamatan Karangtengan; © Kecamatan Bonang: dan 4. Kecamatan Wedung x -34- Pasal 50 Kawasan rawan longsor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 hurut c meliput 7 a. Kecamatan Mranggen; dan b. Kecamatan Kawangawen, Pasal 51 Kawasan rawan kekeringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 huruf d meliput: a. Kecamatan Bonang; >. Kecamatan Demak ; ¢. Kecamatan Dempet; d. Kecamatan Gajah; ®. Kecamatan Guntur {. Kecamatan Karanganyar 9. Kecamatan Karangawen; h. Kecamatan Karangiengah; i. Kecamatan Kevonagung, 2 i. Kecamatan Mien; k.-Kecamatan Mranggen: |. Kecamatan Sayung: ™m. Kecamatan Wedung: dan 1. Kecamatan Wonosalam Pasal 52 Kawasan rawan angin topan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 huruf e meliputi a. Kecamatan Bonang; b. Kecamatan Demnak; ©. Kecamatan Dempet; d. Kecamatan Gajan; @. Kecamaten Guntur; 1 Kecamatan Karanganyar; Kecamalan Karangawen Kecamatan Karangtengah; Kecamatan Kebonagung, . j. Kecamatan mijen; k. Kecamatan Mranggen: . |. Kecamatan Sayungdy~ -35- m. Kecamatan Wedung; dan n. Kecarratan Wonosalam, Paragraf 5 Kawasan Lindung Lainnya Pasal 53 (1) Kawasan lindung tainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf ¢ meliput ai b ruang terbuka hijau perkotaan; dan kawasan plasma nuttah. (2) Ruang lerbuka hijau kaviasan periotzan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dengan las kurang lebih 5.385 Ha (lima ribu tiga ratus delapan puluh lima) hektar metiputi Mm, a Kawasan Perkotaan Demak Kawasan Perkotaan Mranggen; Kawasan Perkotaan Wedung; 'bukota Kecamatan Gejah; Ibukota Kecamatan Dempet: 'bukota Kecamatan Guntur; lbukota Kecamatan Saying; 'bukota Kecamatan Karangtengah; bukola Kecamatan Bonang, lbukota Kecamatan Karangawen lbukota Kecamatan Wonosalam; bukota Kecamatan Keranganyar, lbukota Kecamatan Mijen; dan 'bukota Kecamatan Kebonagung {9) Kawasan plasma nutfah. sebagaimana dimaksud pada ayal (1) huruf b berada Gi kawasan pesisir meliputi a b ©. ee budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) hurufb tend atas Kecamatan Sayung; Kecamatan Karangtengah Kecamatan Bonang; dan Kecamatan Wedung Bagian Ketiga Kawasan Budidaya Pasal $4 -36- @._kawasan peruntukan hutan produksi , kawasan peruntukan pertanian, ©. kawasan peruntukan pericanan; 4d. kawasan peruntukan pertambangan, ©. kawasan peruntukan industri 4. kawasan peruntukan parivisata 9. kawasan peruntukan permukiman; dan h. -kawasan pertahanan dan keamanan Paragraf 1 Kawasan Peruntukan Hutan Produksi 3. Kawasan peruntukan hutan produksiterbatas; dan ®. kawasan peruntukan hutan produ’ tetap: (2) Kawasan peruntukan hutan produksiterbatas Sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf @ dengan tuas kurang lebin 082 Hg (Sembilan ratus detapan puluh dua) heklar berada di Kecamatan Karangawen (3) Kawasan peruntukan hutan produksi clap sebagaimena dimaksud pada ayat (y huruf b dengan luas kurang lebin 2.440 Ha (dua nibu empat ratus empat pulun) hhektar metiput @. Kecamatan Karangawen; dan . Kecamatan Mranggen, . Paragraf 2 Kawasan Peruntukan Pertanian Pasal 56 terdiri atas 2. kawasan lanaman pangan; b._kawasan hortikultura; dan ©. kawasan petemakan, Pasal 57 (1) Kawasen tanaman pangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 huruf a terdiri atas a. Iahan sawah iigasi: dan . lahan sawah bukan rigasi4 (2) Lahan sawah irigasi sebagaimana dimaksud pada ayal (1) huruf a dengan las Kurang lebih 48.841 Ha (empl puluh sembilan ribu delapan ratus empat puluh satu) hektar meliputi a, Kecamatan Bonang dengan Iuas kurang lebih 3.349 (tiga ribu tiga ratus empat puluh sembilan) hektar, 5. Kecamalan Demak dengan vas kurang lebih 4.157 (empat ribu seratus lima puluh tujuh) hear. ©. Kecamatan Dempet dengan luas kurang lebih 4.782 (empat ribu tujuh ratus delapan puluh dua) hektar: 4. Kecamatan Gajah dengan luas kurang lebih 3.539 (tiga ribu lima ralus tiga puluh sembilan) hektar, ©. Kecamatan Guntur dengan luas kurang lebih 2.218 (dua ribu dua ratus delapan belas) hektar, ,Kecamatan Karanganyar dengan tuas Kurang lebih 4.945 (empat ribu sembilan ratus empat puluh lima) hektar 9. Kecamatan Karangawen dengan iuas kurang lebin 2.786 (dua ribu tujuh ‘alus delapan puluh enam) hektar, 4h. Kecamatan Karanglengan dengan luas kurang lebin 3.672 (tiga ribu enam ‘atus tujuh puluh dua) hektar; * Kecamatan Kebonagung dengan luas kurang lebih 3.315 (liga ribu tiga ratus lima betas) hekiar, 1 Kecamatan Mjen dengan twas kurang lebih 3.834 (tga rbu delapan ratus tiga puluh empat) hektar k. Kecamatan Mranggen dengan Iuas kurang lebih 2.954 (dua ribu sembilan ‘alus lima puluh empal) hektar, |. Kecamaian Sayung dengan luas kurang lebih 2.760 (dua rbu tujuh ratus enam puluh) hektar, 1m. Kecamalan Wedung dengan has kurang lebih 3.757 (tiga ru tujuh ratus lima puluh tujuh) hektar, dan 1. Kecamatan Wonosalam dengan Wuas kurang lebih 3.773 (tiga ribu tujuh Fatus tujuh puluh tiga) hektar (9) Lahan sawah bukan irgasi sobagaimana dimaksud pada ayal (1) huruf b dengan Wuas Kurang lebih 1.195 Ha. (serbu seratus embilan puluh lima) hektar meliputi ‘a. Kecamatan Demak dengan tuas kurang lebih 165 (seratus enam puluh lima) hektar; . >. Kecamalan Gajah dengan luas kurang lebih 34 (Liga puluh empat) hektar *¢.Kecamatan Karanganyar dengan luas kurang lebih 268 (dua ratus enam puluh delapan) hektar; 9. Kecamatan Mjen dengan luas kurang lebih 723 (tyjuh rats dua puluh tiga) hektar; dan ©. Kecamalan Mranggen dengan luas kurang lebih § (lima) hokage -38 (4) Kawasan tanaman pangan diarahkan sebagai kawasan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan. (8) kawasan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjulan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) lokasinya diatur lebih lanjut dalam rencana detail tata ruang kabupaten, (1 ) Pasal 58 Kawasan hortkullura sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 huruf b dengan las kurang lebih 5.574 Ha (lima ribu lima ratus tyjuh puluh empal) hektar meliputi a Kecamatan Bonang dengan luas kurang lebih 547 (lima ratus empat puluh {ujuh) hektar; Kecamatan Demak dengan luis kurang lebih 105 (seratus lima) hektar: Kecamatan Dempel dengan Iuas kurang lebih 423 (empat ralus dua puluh tiga) hektar Kecamatan Gajah dengan luas kurang lebih 196 (seralus sembilan puluh ‘enam) hektar; Kecamatan Guntur dengan luas kurang lebih 50 (lima puluh) hektar; Kecamatan Karanganyer dengan luas kurang lebih 152 (seratus lima puluh dua) hektar; Kecamatan Karangawen dengan Iuas kurang lebih 24 (dua pulun empat) heklar, Kecamatan Karanglenjah dengan Iuas kurang lebih 76 (tujuh puluh enam) hektar, Kecamatan Kebonagung dengan luas kurang lebih 675 (enam ratus tujuh uluh lima) hektar Kecamalan Mijen dengan iuas kurang lebih 823 (delapan ralus dua puluh tiga) hektar, Kecamatan Mranggen dengan luas kurang lebih 945 (Sembilan ratus empat puluh lima) hektar; Kecamatan Sayung dengan luas kurang lebih 1.078 (seribu tujuh puluh delapan) hektar, Kecamatan Wedung dengan luas kurang lebih 367 (liga ratus enam puluh tujub) hektar; dan Kecamatan Wonosalam dengan luas kurang lebih 113 (seratus tiga belas) heklar. Kawasan yang ditetapkan dengan peruntukan kawasan pertanian hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga ditetapkan sebagai lahan cadangan Pertanian pangan berkelanjutan, pengembangan kegialan petemakan, Pengembangan Kegialan perikanan darat, cadanganpengembangan inci tata ruan, Permukiman, cap seraembangen Kawasan lainnya yang diatur dalam rencana -39- Pasal 59 (1) Kawasan peternakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal §6 huruf ¢ terdir alas’ a b a temak besar; temak kecil, dan lemak unggas. (2) Temak besar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliput 9. Temak kecll sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b direncanakan di Kecamatan Mranggen; Kecamatan Karangawen; Kecamatan Guntur; Kecamatan Wonosalam: Kecamatan Dempet, Kecamatan Gajah; dan Kecamatan Karanganyer. seluruh wilayah kecamatan, 4 a b © d e. f Temak unggas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huru ¢ molipt Kecamatan Karangtengaty Kecamatan Bonang) Kecamatan Wedung: Kecamalan Mijen; Kecamatan Gajah; Kecamatan Karanganyar, 9. Kecamatan Demak: dan h. Kecamatan Wonosalam. Paragraf 3 Kawasan Peruntukan Perikanan Pasal 60 (1) Kawasan peruntukan perkanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 huruf ¢ terdir atas : @._perikanan tangkap: b._ perikanan budidaya tambat: ©. perikanan budidaya air tawar; dan 4. pengolahan perikanan (1) hurut metiput: (2) Rencana =e perlkanan tangkap sebagaimana dimaksud pada ayat -40- kawasan penangkapan ikan skala kecil dengan area tangkapan antara 0-3 nil dari pantai; awasan penangkapan ikan skala menengah dengan area tangkapan antara 3-6 mil dari garis pantai; dan kawasan penangkapan ikan skala besar dengan area langkapan diatas 6 mil dari garis pantai (3) Rencana untuk mendukung peningkatan hasil perikanan tangkap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi a 4 pengembangan dan peningkatan Pelabuhan Perikanan Pantai dan Tempat Pelelangan Ikan (TP!) Morodemak berada di Kecamatan Wedung; Peningkalan sarana dan prasarana pendaralan kapal danvatau perahu serta sarana dan prasarana TPI meliput : 1. Kecamatan Sayung; 2. Kecamatan Karangtengah: 3. Kecamatan Bonang; dan 4. Kecamatan Wedung. Rencana pengembangan budidaya perikanan tambak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufb meliputi a Kecamatan Sayung dengan lvas kurang lebih 1,219 Ha (seribu dua ratus sembilan belas) hektar: Kecamatan Karangtongah dengan vas kurang lebih 648 Ha (lima ratus empat puluhi delapan) hektar, Kecamatan Bonang dengan vas kurang lebih 781 Ha (tujuh ratus enam puluh satu) hektar; dan Kecamalan Wodung dengan twas kurang Tobit 3.518 Ha (liga ribu lima ratus delapan belas) hiektar (5) Rencana pengembangan budidaya perikanan air lawar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurulc metiputi a b, c d, e. f 9 h Kecamatan Mijen; Kecamatan Gajah Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Wonosalam: Kecamatan Oernpet; Kecamatan Kebonangung; Kecamatan Karangawen; dan Kecamatan Mranggen, (6) Rencana pengembangan pengolahan ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hiirufd metipusi a. Kecamatan Bonang, dandy -41- b. Kecamatan Wedung (7) Pengembangan kegiatan perikanan Pemerintah Daerah akan mendorong dan atau memfasiliasi pengembangan kegiatan produksi, pengolahan, dan Pemasaran perikanan yang berbasis sistem kewilayahan dengan pendekatan Ppembangunan minapoiitan, Paragraf 4 Kawasan Peruntukkan Pertambangan Pasal 61 Kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal $4 huruf d terdiri atas a, minyak dan gas bumi: dan b, mineral dan batubara Pasal 62 (1) Minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 huruf a terdi alas @. daerah terbuka; dan b. wilayah Kerja Blok Blora. Daerah terbuka sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) hurut a meliputi a, Kecamalan Gajah; dan b. Kecamatan Karangayar (9) Wiayah Kerja Blok Blora sebagaimana yang cimaksud pada ayat (1) hurut b meliputi Kecamatan Sayung: Kecamaian Karangtengah; Kecamatan Demak; Kecamatan Wonosalam; Kecamatan Mranggen; Kecamatan Karangawen Kecamatan Guntur; h. Kecamatan Dempet; dan i, Kecamatan Kebonagung ‘ Pasal 63 (1) Kewasan peruntukan pertambangan mineral dan batubara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 huruf b berupa kawasan pertambangan minetcl bukes logam, (2) Kawasan mineral bukan logam sebagaimana dimaksud pada ‘ayat (1) teri atas: 2 asi sungaify “42 b. tana urug; ©. batu gamping; dan d._ lempung (3) Pasir sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf @ dengan luas kurang (5) lebih 28 Ha (dua puluh delapan) hektar meliput a. Kecamatan Karangtengah; b. Kecamatan Mranggen; dan ¢. Kecamatan Karangawen Tanah urug sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hurul b dengan luas kurang lebih 2.290 Ha (dua rbu dua ratus sembilan puluh) hektar meliput @. Kecamatan Mranggen; dan b. Kecamaten Kerangawen, Batu gamping sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf ¢ dengan luas kurang tebih 48 Ha (empat puluh detapan ) hektar meliputi: a. Kecamatan Mranggen; dan b. Kecamatan Karangawen, leona Sebacaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d dengan luas kurang lebih 21.430 Ha (dua puluh satu ribu ‘Sempat ratus tiga puluh) hektarmeliputi a. Kecamatan Wedung; Kecamatan Mijen; Kecamalan Karanganyar. Kecamatan Gajah; Kecamatan Dempet, Kecamatan Demak: Kecamatan Wonosalam Kecamatan Bonang; Kecamatan Sayung; j, Kecamaten Karangtengah; k Kecamatan Guntur |. Kecamatan Mranggen; dan m. Kecamatan Karangawen Pengaluran okasi.wilayzh usaha _pertambangan (WYP) dan wilayah ertambangan (WPR) akan dialur dalam Peraturan Bupati 43 (1) 2) (4 ( Paragraf § Kawasan Peruntukan Industri Pasal 64 Kawasan peruntukan industi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 huruf ¢ terdiri atas a. industri besar; , industri menengah; dan ¢. industri kecil dan/atat mikro, Industri besar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dierabkan untuk kegiatan pengolahan dan pergudangan Indust menengah «lan industikecl!dan/atay mikro sebageimana dimaksud pada ayat (1) hurut dan ¢ diarahkan untuk mendukung patensi ekanomy he meliput @. hasil pertanian; b. makanan; ©. kerajinan; dan 4. komoditas lainnya, Industi menegah dan industi kecil danvatau mikro yang memitiki keterkaitan produksi dengan Potensi ekonomi lokal dapat bercampur dengan kawasan Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud ada ayat (2) dengan luas Kurang lebin 1800 Ha (serbu delapan ratus) hektar meliputi @. Kecamatan Sayung . Kecamatan Karangtengah; ©. Kecamatan Demak: 4. Kecamatan Mien; ©. Kecamatan Karanganyar; §. Kecamatan Mranggen; dan 9. Kecamatan Karangawen dan, h. Kecamatan Wonosalam Paragrat 6 Kawasan Peruntukan Pariwisata Pasal 65 Rencana pengembangan kawasan peruntukan Pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 huruffterdit atas @. pariwisata alam; ._parivisata budaya; dan °. parvisatabuatan ff “44. (2) Parivisata alam sevagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi a. Pantai Morosari; b, Pantai Morodemak; ©. Pantai Surodadi, 4d. Hutan Wisala Wonosekar: dan @. Waduk Bengkah Parivisala budaya sebagaimana dimeksud pada aya (1) hurufb mefput Masjid Agung Demak; Makam Surian Kalijaga Kadilangu, Museum Masjid Agung: Tradisi Grebeg Demak; dan Tradisi sedekah laut di kawasan pantai Pariwisata buatan sebagaimana dimaksud pada aya (1) huru ¢ meliputi: @. Bendung Gerak Kali Je jar: 4 6. Bendung Karet Kalijajar, ©. Bendung Karet Kali Kumpulan; 4d. Taman Ria Kota Cemak; dan Agrowisata Paragraf 7 Kawasan Peruntukkan Permukiman Pasal 66 (1) Kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 hurut g terdir atas @. kawasan permukiman perkotaan; dan ©. kawasan permukiman perdesaan (2) Kawasan permukiman pertotaan sebagaimana dimaksud ada ayat (1) huruf a meliputi a. Kawasan Perkotaan Demak: . Kawasan Perkotzan Mranggen: ©. Kawasan Perkotaan Wedung: d. Ibukota Kecamatan Gajah; e. Ibukota Kecamatan Dempet, 1. Ibukota Kecamatan Guntur; 9. [bukota Kecamatan Sayung 'bukota Kecamatan Karangtengah; 1. Tbukota Kecamatan Bonang, 45 - - j_ tbukota Kecamatan Karangawen: k. Ibukota Kecamatan Wonosalam, | Ibukota Kecamatan Karanganyar, m. Ibukota Kecamatan Mijen; dan 1 Ibukota Kecamatan Kebonagung (3) Kawasan permukiman perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berada di seluruh wilayah Daerah Paragraf 8 : Kawasan Pertahanan dan Keamanan Pasal 67 (1) Kawasen pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 hurut h terdiri alas a. Kantor Tentara Nasional indonesia meliputi 1. kantor Komando Rayon Milter (Koramil) berada di seluruh Kecamatan, dan 2. kantor Komando Distrik Milter (Kodim) berada di Kecamatan Demak. b. Kantor Kepolisian Republik Indonesia meliput . 1. kantor Kepolisian Sektor (Polsek) berada di seluruh Kecamatan; dan 7 2, kantor Kepolisian Resor (Poires) berada di Kecamatan Demak (2) Pengembangan kawasan pertahanan dan keamanan lebih lanjut dilakukan sesuai dengan kelentuan peraturan perundang-undangan, BABY PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS Bagian Pertama Umum Pasal 68 Kawasan strategis meliputi . a. kawasan strategis provinsi di Daerah; dan b. kawasan strategis Daerah Bagian Kedua Kawasan Strategis Provinsi Di Daerah Pasal 69 Kawasan strategis provinsi di Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 huruf a terdiriatas a. kawasan stretegis dari sudut Kepentingan pertumbuhan ekonomi berupa Kawasan Perkotaan Kendal - Demak - Ungaran - Salatiga - Semarang - Purwodadi (Kedungsepur) 5. kawasan strategis dari sudul kepentingan sosial dan budaya berupa Kawasan Masjid Agung Demak dan Kadiiangu: Bagian Ketiga Kawasan Strategis Daerah Pasal 70 (1) Kawasan strategis Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 huruf b meliputi 3. “Kawasan stralegs dari sudut kepentingan perlumbuhan ekonomi; b. kawasan strategis dari sudul kepentingan sosial dan budaya; dan &- Kawasan strategis dai sudut kepentingan fungsi dan aya dukung lingkungan hidup (2) Peta rencana kawasan strtegis Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Gigambarkan dalam peta dengan tingkat Keteltian 1:50.000 torcortone dalam ‘empire Il yang merupakan bagian ida terpisakan dari Peraluron Daerah ini Pasal 74 (1) Kawasan strategis dari sudul kepentingan pertumbuhan ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat (1) hurufa meliputi 2. ‘kawasan sepanjang koror jalan arteri primer yang melewati Kecamatan Sayung - Kecamatan Karanglengah - Kecamatan’ Derok = Kecamatan Gajah - Kecamatan Karangayar b. kawasan wisata Pantai Surodadi di Kecamatan ‘Sayung; dan & awasan Pelabuhan Perkanan Pantai Morodemak di Kecamatan Bonang (2) Kegiatan yang dikembangkan pada kawasan Strategis sepanjang koridor jalan arten primer yang melewaii Kecamalan Sayung - Kecamate” Karangtengah - Kecamatan Demak - Kecamalan Gajah - Kecamatan Karangayar sebagaimana dimaksud pada ayal (1) hurufa meliputi a. Indust b. perdagangan dan jasa; ©. outlet pemasaran hasil komoditas Daerah; dan 4 permukiman perkotaan, Panlai Morodemak di Keoamalan Bonang sebagaimana dimakeor pada ayat (1) huruf ¢ berupa peningkatan prasarana pelabuhan perikanan Pasal 72 (1) Kawasan strategis dari sudut Kepentingan sosial dan budaya sebagaimana Glnaksud dalam Pasel 70 ayat (1) hurut b berupa kawasan Perbatasan yang meliouti: AD. @ (1) (2) a. kawasan perbatasan Kecamatan Sayung - Kecamatan Genuk (Kota Semarang); b. kawasan perbatasan Kecamatan Mranggen ~ Kecamatan Pedurungan (Kota Semarang); ¢. kawasan perbatasan Kecamatan Dempet - Kecamatan Godong (Kabupaten Grobogan) 4. kawasan perbatasan Kecamatan Mijen ~ Kecamatan Welahan (Kabupaten Jepara); dan @. kawasan perbalasan Kecamatan Karanganyar - Kecamatan Jati (Kabupaten Kudus} Kegialan yang ditembangkan di kawasan perbatasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pemaduserasian pembangunan prasarana dan sarana lintas daerah Pasal 73 . Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungen hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayal (1) huruf d meliputi a. kawasan rawan abrasi dan rob pantai di Kecamatan Sayung, Kecamatan Karangtengah dan Kecamatan Bonang; dan b._kawasan rawan sedimentasi dan tanah timbul di Kecamatan Wedung, Kegiatan yang dikembangkan pada kawasan strategis rawan abrasi dan rob panlai di Kecamalan Sayung, Kecamatan Karangtengah dan Kecamatan Bonang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa penanganan ‘masalah rob dan abrasi. Kegiatan yang dikembangkan pada kawasan strategis rawan sedimentasi dan tanah timbul di Kecamatan Wedung sebagaimana dimaksud pada ayal (1) huru! » berupa identikasi tanah negara dan arahan pengelolaaannya, BAB VI ARAHAN PEMANFAATAN RUANG Bagian Kesatu Umum Pasal 74 Arahan pemanfaatan ruang meliputi @. perumusan program sektoral dalam rangka perwujudan struktur ruang dan pola ruang wilayan dan kawasan stralegis; dan b. pelaksanaan pembangunan sesuai dengan program pemantaatan ruang wilayat kota dan kawasan strategis Perumusan program sektoral dalam rangka perwujudan struktur ryang dan pola uang wilayah dan kawasan slralegis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan priortas pelaksanaan pembangunan yang disusun berdasarkan atas kemampuan pembiayaan dan kegiatan yang mempunyai efek mengganda sesvai arahan umum pembangunan Daerah. “48 - Bagian Kedua ‘Arahan Perwujudan Struktur Ruang Paragraf 1 Perwujudan Sistem Pusat Pelayanan Pasal 75 Arahan perwujudan sistem perkotaan meliput @, pengembangan PKL dan PKLp dilakukan melalui 1. penyusunan rencana detail tata ruang kota penyusunan peraturan zonasi, 2 3. penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan; 4. penyusunan panduan rancang kota; dan 5. Pengendalian kegiatan komersial / perdagangan, mencakup pertokoan pusat belanja, dan sejenisnya, b, pengembangan PPK dilakukan melalui 1. penyusunan rencana detail tata ruang kota; 2. penyusunan peraturan zonasi; 3. penyusunan rencana tala bangunan dan lingkungan; dan 4 Pengendalian kegiatan komersial/perdagangan, mencakup pertokoan dan pusat belanja ©. pengembangan PPL dilakukan melalui 1. penyusunan rencana detail tata ruang kola; dan 2. pengendalian kegialan komersiaiperdagangan, mencakup pertokoan dan pusal belanja Pasal 76 Arahan perwujudan sistem perdesaan dilakukan melalui 2. penyusunan perencanaan pembangunan kawasan perdesaaan; dan b._pengembangan pusat pelayanan perdesaan, Paragraf 2 Perwujudan Sistem Jaringan Transportasi Pasal 77 ‘Arahan perwujudan sistem jaringan prasarana transportasi meliputi 2. pengembangan sistem prasarana jaringan jalan dilakukan melalui: 1, pengembangan dan peningkatan jalan arteri primer )_pembangunan jalan bebas hambatan Semarang - Demak; b) peningkatan Ruas Jalan arter; jalur Kota Semarang Sayung ~ Kerangengoh Dora ~ Gjan—Kernganyar= Kaas Qr~ -49- 2. penis a) ») °) 3. peni a) ») ¢) gd) ®) fp 9) ingkatan Jalan kolektor primer meliputi valur Semarang - Mranggen ~ Karangawen ~ Gubug - Kebonagung - menuju Purwodsdi; Jalur Demak - Wonosalam — ‘Dempet — menuju Purwodadi; dan Jalur Trenggull/ Gajah - Mijen ~ Welahan Jepara, ingkatan Jal in lokal primer meliputi: jalur Demak - Bonang / Wedung: ‘Tuas jalan Demak - Bonang - Wedung; "as jalan Kalikondang ~ Tlogodowo; ‘was jalan Onggorawe — Wary - Mranggen: {as Jalan Mranggen ~ Kangkung - Kebonbatur - Banyumeneng/ Girikusumo, {was jalen Kangkung - Sumberejo - Margohayu - Wonosekar - Tlogorejo, ‘Tuas jalan Karangawen - Jragung: "uas jalan Karenglengah ~ Guntur ~ Karangawen, {was jalan Pamongan - Bulisari - Banjardowo (Semarang); ruas jalan Onggorawe - Suradadi; ‘was jalan Karanglengah ~ Tambakbulusan; {vas jalan Desa Srivulan ~ Bedono - Timbulsluko - Surodadi — Tambakbulusan ~ Morodemak - Purworejo : yas jélan Desa Berahan Wetan ~ Sabalen - Kedungmutih — Kedungkarang - Tedunan; "uas jalan Wedung ~ Bungo -Jetak ~ Mijn; {was jalan Karanganyar - Kedungwaru kidul ~ Gempolsongo ~ fuas jalan Bungo ~ Mutih Kulon; twas jalan Karangnyar — Sambung ~ Sidomulyo - Merak; ‘uas jalan Gajah - Dempet; ‘as jalan Dempet - Sidomulyo; , ‘Tuas jalan Demung Trengguli ‘uas jalan Dempet - Kebonagung; ‘vas jalan Karangtengah ~ Pasar Wonosalam ~ Doreng ~ Megonten; ruas jalan Demak ~ Pasar Wonosalam; fuas jalan Mranggen - Batursari - Pucanggading ./ TVRI Kebonbatur; dan Tuas jalan Jain ingkar Manggen 4 4. Pengembangan dan peningkatan jalan lingkungan diseluruh wilayah Daerah . pengembangan angkutan umum ditakukan melalui 1, studi kelayakan sistem angkutan; 2. penyediaan pemberhentian untuk angkutan umum bus maupun non-bus yang memadai, dan 5. penataan ulang dan pengembangan fungsi terminal serta fungsi petayanan terminal ©. pengembangan sarana transportasi dilakukan melalui 1. pembangunan terminal penumpang tipe A berada di Kawasan Perkotaan Demak, 2. peningkatan terminal penurmpang tie C melipu )_ Kawasan Perkotaan NMranggen b) Kawasan Perkotean Wedung )_Ibukota Kecamatan Wonosalam; 4) Ibukota Kecamatan Gajah; ©) Ibukota Kecamatan Karanganyar ; 1) bukota Kecamatan Mijen 9) Ibukota Kecamaten Bonang; . h) Ibukota Kecamatan Sayung " i) _Ibukota Kecamatan Karangtengah; i) Ibukota Kecamatan Guntur; )_Ibukota Kecamatan Dempet; |) Ibukota Kecamatan Karangawen; dan Mm) Ibukola Kecamatan Kebonagung 3._Pengembangan terminal barang direncanckan di Kecamatan Sayung, 4. Pengembangan jaringan transportasi kereta api dlakukan melalui 1, penetapan jalur perlintasan; dan 2. pembangunan stasiun Kereta api,» Paragraf 3 Perwujudan Sistem Jaringan Energi Pasal 78 Arahan perwujudan sistem jaringan prasarana energidilakukan melahi: @, pembangunan jaringan pipa gas; b. Peningkatan sistem udara tegangan tegangan rendah, ringan saluran udara tegangan ekstra tinggi, saluran gi, saluran udara tegangan menengah, dan saluran udara 51. c. pengembangan daya listik; &. pembangunan prasarana listik yang bersumber dari energi allernati Paragraf 4 Perwujudan Sistem Jaringan Telekomunikasi Pasal 79 ‘Arahan perwujudan sistem jaringan prasarana telekomunikasi dilakukan metal Peningkatan kualitas pelayanan telepon di setiap Kecamatan; a b c Pembangunan instalasi baru dan pengoperasian instalasi penyaluran; Peningkatan sistem hubungan telepon otomatis dan telepon umum: dan Pengaturan penggunaan menara bersama, Paragraf 5 Perwujudan Sistem Jaringan Sumber Daya Air Pasal 80 Arahan perwujudan sistem jaringan prasarana sumber daya ai melip Pelestarian sumberdaya air dilakukan melalui: a 1 2 3. pelestarian sumber mata air dan konservasi daerah resapan air; Pengawasan dan Penertiban sumber air yang berasal dari sumber air tanah dalam; Pembangunan embung meliputi a) Kecamatan Karangawen; ») Kecamatan Guntur; ©) Kecamatan Dempet: d) Kecamatan Mijen; @) Kecamatan Karanganyar, 1) Kecamatan Bonang: dan 9) Kecamatan Wedung, b. peningkatan pelayanan air minum dilakukan melalui 1 Rengembangan kemitraan dengan pihak swasta dan atau masyarakat alam mempertuas wilayah pelayanan dan peningkatan kualitas pelayanan air minum; dan Berbalkan jaringan pipa air minum yang ada secara bertahap dan ‘meningkalkan manajemen operasi dan pemeliharaan pelayanan alt minum, Paragraf 6 Perwujudan Sistem Jaringan Prasarana Lainnya Pasal 81 Permujudan sistem jaringan prasarana ainnya tri atas Gf 62. @._ program sistem prasarana persampahan meliput: 1. peningkalan dan pengembangan tempat pemrosesan akhi; 2. peningkatan dan pengembangan tempat penampungan sementara; 3. program pengelolaan sampah 3R; 4 Penyediaan tempat sampah organik dan non-organik di kawasan perkotaan; Studi kelayakan manajemen pengelolaan sampah terpadu: dan 8. usaha reduksi melalui pengomposan, daur ulang dan pemilahan aniara Sampah organik dan non-organik . program sistem jaringan prasarana air minum melipul 1. penambahan kapasitas dan revitalsasi sambungan rumah; 2. pengembangan jaringan distribusi utama 3. penambahan kapasitas dan revilalsasi jeringan perdesaan di seluruh kecamatan; dan 4. pengembangan dan peningkatan reservoir. © rogram sistem jaringan prasarana pengelolaan air imbah meliput: 1. Pembangunan instalasi pengolahan limbah pada kawasan industri 2. pemantapan instalasi pengolehan limba tnja; 3. pengembangan sistem pengolahian dan Penigangkutan timbah tinja Derbasis masyarakat (sanimas) dan rumah tangga perkotaan; dan 4+ Bengembangan sistem pengolahan limbah koloran hewan dan limbah rumah tangga perdesaan 4. program sistem jaringan prasarana drainase meliput 1. pembangunan dan peningkatan saluran drainase perkotaan: 2. normalisasi peningkatan saluran primer dan sekunder; 3. normalisasi saluran sungai: dan “4. -memantapkan rencana pengembangan dan pengelolzan saluran drainase di seluruh kawasan perkotaan, © Perwujudan sistem jaringan evakuasi bencana dilakukan melalui 1. pengembangan jalur evakuasi bencaria; dan 2. pengembangan ruang evakuasi bencana, @ @. program lem prasarana persampahan meliput: 1. peningkalan dan pengembangan tempat pemrosesan akhir; 2. peningkatan dan pengembangan tempat penampungan sementara; 3. program pengelolaan sampah 3, 4 Penyediaan tempat sampah organik dan non-organik di kawasan perkotaan; Studi kelayakan manajemen pengelolaan sampah terpadu: dan 6. usaha reduksi melalui pengomposan, daur ulang dan pemitahan antara Sampah organik dan non-organik b. program sistem jaringan prasarana air minum meliputi 1. penambahan kapasitas dan revitalisasi sambungan rumah: 2. pengembangan jaringan distribusi utara; 3. penambahan kapasilas dan revilalsasi jaringan perdesaan dl seluruh kecamatan; dan 4, pengembangan dan peningkatan reservoir, © rogram sistem jaringan prasarana pengelolaan air imbah meliput 1. embangunan instalasi pengolahan limbah pada kawasan industi 2. pemantapan instalasi pengolehan limba tnja; 3. pengembangan sistem pengolatan dan pengangkutan timban tina Derbasis masyarakat (sanimas) dan rumah tangga perkotzan; dan 4+ Pengembangan sistem pengolahan limbah koloran hewan dan limbah rumah tangga perdesaan 4. program sistem jeringan prasarana drainase meliput 1. pembangunan dan peningkatan saluran drainase perkotaan; 2. normalisasi peningkatan saluran primer dan sekunder; 3. normalisasi saluran sungai: dan “4. memantapkan rencana pengembangan dan pengelolzan saluran drainase i seluruh kawasan perkotaan © Perwujudan sistem jaringan evakuasi bencana dilakukan melalui 1. pengembangan jalur evakuasi bencaria; dan 2. pengembangan ruang evakuasi bencana, &” 53 Arahan perlindungan kawasan yang memberikan perindungan lethadap kawason bawahannya dilakukan melalui: a Arahan perindungan kewasan perlindungen setemoat melipult Bagian Ketiga Arahan Perwujudan Pola Ruang Paragraf 1 Kawasan Lindung Pasal 82 Pengendalian kegiatan alau hal-hal yang bersitat menghalangi masuknya ir hujan ke dalam tanah; Pengaluran berbagai usaha dan/alau kegialan lahan di kawasan yang memberikan perindungan tethadap kawasan bawahenaya yang dimilk masyarakat; mmelakukan program pembinaan, penyuluhan kepada masyarakal dalam upaya Pelestarian kawasan; dan penghijauan, Pasal 83 arahan perlindungan sempadan pantai dilakukan melalui 1. penetapan balas sempadan pantai; 2. pengelolaan kawasan tanah timbul; : 3. penetapan batas kawasan pasang surut; dan 4. penghijauan, arahan perfindungan sempadan sungai dilakukan melalui: |. enetapan sempadan sungai di kawasan perkotaan dan perdessan; 2. penetapan pemantaalan ruang sempadan sungai: 3. penertiban bangunan diatas sempadan sungai; dan 4. penghijauan, arahan pertindungan sempadzn saluran irigasi dilakukan melalut 1. penetapan sempadan saluran irigasi di kawasan perkotaan dan * perdesaan; : 2. penetapan pemanfaatan rvang sempadan saluran tiga 3. penertiban bangunan diatas sempadan saluran irigasi; dan 4. penghijauan, arahan perlindungan kawasan sempadan embung dilakukan melalui: 1. penetapan balas sempadan embung; dan 2. penghijauan4— Pasal 84 ‘Arahan periindungan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya melipul @. arahan Perlindungan kawasan pantai berhutan bakau dilakukan melalui: 1. pemelinaraan kawasan hulan bakau; dan 2. penghijauan, . arahan perlindungan cagar budaya dilakukan melalui 1. pelestarian bangunan cagar budaya; dan 2. penetapan kawasan inti dan kawasan penyangga Pasal 85 Arahian perlindungan kawasan bencana alam meliput @._arahan perlindungan kawasan rawan banjir dlakukan melalui: Pengendalian pembangunan kawasan permukiman dan _fesiitas pendukungnya; 2. pengembangan jalurruang evakuasi: dan 3. melakukan program pembinaan, penyulunan kepada masyarakat di kawasan rawan bani . _arahan perindungan kawasan rawan gelombang Pasang dan abrasi dilakukan melalui: 1. pembangunan tanggul penahan abrasi: dan 2. penghijauan tepi pantai ©. arahan perlindungan kawasan rawan longsor dilakukan melalui program: 1 pengendalian pembangunan awasan permukiman dan fasiltas Pendukungnya; dan 2. pengembangan jalur dan ruang evakues 4. arahan perlindungan kawasan rawan kekeringan dilakukan melalui: 1. pembangunan sumur dalam: 2. pengembangan bangunan penyimpan air: dan » 3. pengembangan kegiatan dan/atau komoditas pertanian hema ar © @rahan pertindungan kawasan rawan angin topan dilakukan melalui 1. engendalian pembangunan kawasan permukiman dan fasiltas pendukungnya; 2. pengembangan jalur ruang evakuasi: dan 3. melakukan program pembingan dan Penyuluhan kepada masyarakat di kawasan rawan angin topan, Vie BEGe Paragraf 2 Kawasan Budidaya ¢ Pasal 86 ‘Arahan perwujudan kawasan hutan produksi dilakukan melalui: penelapan kawasan dan strategipenanganan kawasan hutan_produksi berdasarkan kesesuaian tanahnya; dan 5. pemberian bantuanbibittanamen lahunan pada lahan yang berkelerengan 25. 40% yang dikuasai masyarakat; Pasal 87 ‘Arahan perwujudan kawasan pertanian dilakukan melalui @. _penelapan lahan pertanian pangan berkelanjutan; b. pengaturan debit air irgasi sehingga tidak terjadi Kelebihan dan kekurangan air; dan ©. pemeliharaan sumber air untuk menjaga kelangsungan irigasi Pasal 88 Arahan perwujudan kawasan pertambangan dilakukan melalui @._ identifikasi potensi tambang; 5. penetapan kawasan pertambangan yang dapal dieksploitasi; dan © pemulihan kesuburan tanah dan reklamasi permukaan tanah, Pasal 89 Arahan perwujudan kawasan peruntukan Indust dilakukan melalui 2. _ pengembangan sistem insentifKegiatan industri; '. identifkas! dampak lingkungan kegiatan industri © pengembangan kawasan industri; dan 9. peningkatan kualitas sumber daya manusia, Pasal 90 Perwujudan kawasan pariwisala dilakukan melalui @. pengembangan atraksi wisata; b. pengembangan pusat informasi wisata: dan.” © peningkatan dan pengembangan objek wisata, ‘ Pasal 91 Arahan perwujuden kawasan permukiman perdesaan dilakukan melalui: &engembangan kawasan permukiman perdesaan yang terpadu dengan tempat Usaha pertanian . mengembangkan struklur rang perdesaan melalui 1. pembentukan pusat pelayanan lingkungan; dan tae 2. meningkatkan keterhubungan ekonomi antara pusat desa dan wilayah pelayanannya © penyediaan berbagai fasiitas sosial ekonomi yang mampu mendorong perkembangan kawasan perdesaan, Pasal 92, Arahan perwujudan kawasan permukiman perkotaan dilakukan melalui: @. penyediaaan sarana dan prasarana permukiman perkotaan yang nyaman: b. mengembangkan fasiltas ruang pubik dan ruang terbuka hijau kota; dan & Penyediaan berbagai fesiitas sosial ekonomi yang mampu mendorong Perkembangan kawasan perkolaan Pasal 93 ‘Arahan perwujudan kawasan permukiman perdesaan dilakukan melalui 8 pengembangan kawasan permukiman perdesaan yang terpadu dengan tempat Usaha pertanian, b._mengembangkan struktur twang perdesaan melalui 1. pembentukan pusat pelayanan lingkungan; dan 2. meningkatkan keterhubungan ekonomi antara pusat desa dan wilayah pelayanannya. 5. Penyediaan berbagaifasilas sosial ekonomi yang mampu mendorong Perkembangan kawasan perdesean, Pasal 94 Perwujudan ruang terbuka hijau meliput) a. pengembangan taman lingkungan; b. pengembangan jalur hau; © Pengembangan ruang terbuka hijau pengaman lingkungan; dan d.penghijauan makam, r Bagian Keempat Arahan Perwujudan Kawasan Strategis Pasal 95, Perwujudan kawasan strategis bidang pertumbuhan ekonomi meliputi : 3. perwujudan kawasan sepanjeng koridor jalan arteri primer yang meleweli Kecamatan Sayung - Kecamatan - Karangtengah - Kecamatan Demak - Kecamatan Gajah - Kecamatan Karangayar dilakukan mela 1 pengaturan pengembangan pengendalaian pemanfeatan ruang: 2. penyediaan fasilitas dan prasarana perkotaan; 3. ‘pengembangan sekior ekonomi perkotaan baik formal dan informal dalam Salu kesatuan pengembangan; dan 4: Beningkatan pengelolzan kawasan peruntukan industi 4 ‘67 b. Perwujudan kawasan wisala pantai Surcdadi berada di Kecamatan Sayung ilakukan melalui: 1, pembangunan sarana tambat perahul kapel: 2, pengembangan kegialan wisata bahar dan 3. pembangunan sarana pendukung wisata utara © perwujudan kawasan Pelabuhan Perikanan Pantai Morodemak berada di Kecamatan Bonang dilakukan melalui 1. peningkalan akses menuju kawasan Pelabuhan Perkanan Panta Morodemak; Pemeliharaan Pelabuhan Perikanan Pantai Morodemak dari sedimentasi 3. pengembangan fasilias dan prasarana kepelabuhanan; dan 4. pengembangan sarana wisata di kawasan Pelabuhan Perikanan Pantai Morodemak. Pasal 96 Arahan perwujudan kawasan strategis bidang sosial budaya (kawasan perbatasan) dilakukan melalui @pemaduserasian pengembagan kawasan perbalasan; . peningkatan koordinasi pemecahan masalah kelimpangan untuk mengurangi konflk sosial, © peningkatan Kerja sama penyedigan infrastukturwilayah; Pasal 97 Arahan perwujudan kawasan strategis bidang fungsi dan daya dukung lingkungan hidup metiputi @kawasan rawen abrasi dan rob pantai berada di Kecamatan Sayung, Kecamatan Karangtengah, dan Kecamatan Bonang dilakukan mela: 1. pembangunan sarana penahan gelombang; 2. penghijauan kawasan pantai; dan 3. rehabilitasi tanah-tanah bekas terkena abrasi, b. kawasan rawan sedimentasi dan tanah timbul berada di Kecamatan Wedung dilakukan melalui: . 1. pendataan lokasi dan luas tanah timbul; dan 2. pengelolean tanah timbul bersama masyarakat yj 58 BAB VII ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG Bagian Kesatu Umum Pasal 98 Arahan pengendalian pemanfaatan ruang terdiri atas a, “ketentuan umum peraturan zonasi; ._ ketentuan umum perizinan; ¢. ketentuan umum insentif dan disinsentif; dan d,arahan sanksi, Bagian Kedua Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Paragraf 1 Umum Pasal 99 (7) Kelentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 99 huruf a digunakan sebagai pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam menyusun peraturan zonasi (2) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ‘meliputi 2._etentuan umum peraluran zonasi stuktur ruang; 5. ketentuan umum peraturan zonasi pola ruang; dan -_kelenluan umum peraturan zonasi kawesan strategis (3) Ketentuan umum peraturan zonasi stuktur ruang sebagsimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliput a. sistem pusat kegiatan; b._ sistem jaringan transportasi; . sistem jaringan energi 4._ sistem jaringan telekomunikasi €. sistem jaringan sumber daya air, {. sistem pengelolaan lingkungan; dan g._ sistem prasarana lainnya (4) Ketentuan umum peraturan zonasi pola ruang sebagaimana dimaksud pada ayal (2) huruf b meliputi @ Kawasan lindung; dan b. kawasan budidaya: -59- (8) Kelentuan umum peraturan zonasi kawasan strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi : ._kawasan stralegis bidang pertumbuhan ekonomi b, kawasan strategis bidang sosial budaya; dan ©. kewasan strategis bidang fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, Paragraf 2 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Struktur Ruang Wilayah Pasal 100 elentuan umum peraturan zonasi sistem pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 99 ayat. (3) huruf a meliputi & Peraluran zonasi pada PKL, Kegiatan berskala Kabupaten yang didukung Gengan fasiitas dan infrestruktur perkotaan yang sesuei dengan kegiatan ekonomi yang diayaninya, dengan penetapan batas perkotaan sebagai pusat kegiatan skala kabupaten; D. peraluran zonasi pada PKLp, kegiatan berskala. beberapa kecamatan, Penetapan batas perkotaan sebagai PKLp; &pefaluran zonasi pada PPK, kegiatan berskala kecamatan, dengan penetapan batas perkotaan kecamatan di masing masing ibukota kecamatan; dan G- peraluran zonasi pada PPL, kegiatan berskala beberapa desa, dengan Benelapan balas PPL ci masing masing desa pusat pertmbuhan atau pusat ‘agro bisnis, Pasal 101 (1) Ketentuan umum peraturan zonasi_jaringan transportasi_ untuk jaringan Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 99 ayal (3) huruf b melipul . peraturan zonasi pada jeringan transportasi jalan: dan b. peraturan zonasi paca jaringen transportasi Kereta epi (2) Peraturan zonas pada jaringan transportas jalan sebageimana dimaksuel pada ayat 1) huruf a disusun dengan ketentuan: @. dizinkan pengembangan prasarana pelengkap jalan dengan syarat sesual dengan kondisi dan kelas jalan; 5. dlarang membuat jalan masuk alau keluer, serta interchange jalan bebas hambatan kecuali dengen izin Pemerintah; ©. dilarang seluruh pemantaatan pada rumaja kecuali untuk pergerakan orang atau barang dan kendaraan; & dlarang akties pementealan budidaya sampai batas ruwasja sesuai dengan kelas dan hirarki jalan; dan @ Penetapan garis sem adan bangunan di sisi jalan yang. memenuhi kelentuan ruang pengawasan jalan (3) Pereturan zonasi paca jaingan transportasi Kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurul b disusun dengan ketentuan -60- “a. diizinkan Pengembangan prasarana pelengkap transportasi kereta api, - dllarang membuat petintasan sebidang antara jaringan jalurkereta api dan jalan kecuali dengan izin Pemerintah; . dllarang melakukan pemanfaatan lahan yang dapat ‘mengganggu epentingan operasi dan keselamatan transportsi perkeretaapian, ¢: pembatasan pemenfaalan ruang yang peka terhadap dampak lingkungan ‘kibat al linlas kereta api di sepanjangjalur kereta api: dan & Penelapan gars sempadan bangunan di sisi aringan alu Kereta api dengan Jaerperatikan dampaklingkungan dan kebutuhan pengembangan jaringan Jalur kereta api Pasal 102 Feraluran zonasi untuk sistem jaringan energi sebageimana dimaksud dalam Pasal 99 ayat (3) hurufc disusun dengan ketentuan, 3 dizinkan mendirkan bangunan untuk mendukung kelancaran distibusi energi: . dlarang mendirkan bangunan di alas jaringan pipa gas Negara; & larang mendiikan bangunan oi bawah salurn dara teganan ekstra tinggi dan saluran udara tegangan tinggi 4. dlarang menanam pohon yang menganggu jaringan lst; dan & dllareng mendirkan bangunan di sektar pembangkit ist, Pasal 103 Feraluran zonasi untuk sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 99 ayat (3) huruf d disusun dengan kelentuan. & azinkan pembuatan jaringan kabel yang melintasi lanah milk alau dikuasal pemerintah; b. menelapkan sempadan menara lelekomunikasi; dan mengarahkan penggunaan menara telekomunikasi bersama, Pasal 104 Reraluran zones! untuk sistem jringan sumber daye sir pada wilayah sungai Sebagaimana dimeksud dalam Pasal 99 aya (3) hurute disusus dengan ketentuen: * @. diizinkan pemanfaatan ruang pada kawasan di sekitar wilayah sungai dengan tetap menjaga kelestaranlngkungan dan fungsilindung kawesan, . dlarang mendirkan bangunan di dalam sempadan sumber air, sempadan sung. sempadan waduk, sempadan embung, dan sempadan jaringan irigasi; dan ‘ &- diznkan bersyarat mendidkan bangunan pendukung pengelolaan sumberdaya air Pasal 105 (1) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem pengelolgan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 99 ayat (3) hurut f meliputi 61. (3) (4) (1) b. © 4 Peraluran zonasi pada kawasan sekitar tempat pemrosesan akhic dan tempat penampungan sementara; Peraturan zonasi pada jaringen dan kawasan pengelolaan air minum; Peraturan zonasi pada jaringan dan kawasan pengelolean air imbah; dan Peraturan zonasi pada jaringan drainase. Peraturan zonasi pada kawasan setitar empat perosesan akhir dan tempat Penampungan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf disusun dengan ketentuan: a dizinkan melakuken penghijauan kawasen sekitar tempat pemrosesen aktir, dilarang mengembangkan permukiman di kavasan tempat pemrosesan akhir, Gizinkan bersyarat pembangunan fasiltas pendukung Kegiatan pengelolaan sampah di kawasan tempat pemrosesan akhir; dan mengatur penempatan tempat penampungan sementara di kawasan ermukiman, pasar, serta pusal keramaian lainnya, Peraluran zonasi pada jaringan dan kawasan pengelolaan air minum Sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufb disusun dengan ketentuan, a bo ° dizinkan mengembangkan ruang terbuka hjau; dilarang mendirikan bangunan diatasjaringan air minum; Gizinkan bersyerat mendikan bangunan fasiitas pendukung kegiatan distribusi diatas jaringan air minum; dan mengendalian pertumbuhan Kegiatan lerbangun di sekitar kawasan sumber air minum, Peraluran zonasi pada jaringan dan kawasan pengelolaan ait imbah Sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufc disusun dengan ketentuan: a b ©. dlizinkan pemanfeatanlimbah untuk pengembangan energi dilarang mendirixan bangunan umum diata jaringan ai imbah; dan dizinkan secara terbatas pembangunan fesiltas pendukung pengelotaan limbah Peraluran zonasi pada jaringan crainase sebagaimana dimaksud pada ayat () huruf d disusun dengan ketentuan: =) b. °, Giizinkan pembvatan jalan inspeksi disepanjang jalur drainase, Gilarang mendirikan bangunan diatas jaringan drainase; dan Giizinkan secara terbalas mendiikan bangunan diatas salurah drainase untuk mendukung fungsi drainase. Pasal 106 Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan prasarana lainnya Sebegaimana dimaksud dalam Pasal 99 ayal (3) huruf g meliput a Peraturan zonasi pada jalur evakuasi bencana; dan’ -62- ._peraturan zonasi pada ruang evekuasi bencana (2) Ketentuan umum peraturan zonasi pada jalur evakuesi bencana sebagaimana dimaksud pada ayai (1) huruf a melputi 2. diizinkan pemasangan rembu dan papan peringatan bencana; dan . dilarang melakukan pemanfaalan badan jalan yang dapat mengganggu kelancaran evakuasi dilarang (3) Ketentuan umum peraturan zonasi pada ruang evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huru! b meliputi 3. dizinkan pembangunan fasiiias pendukung Kegiatan pengungsi; dan dlarang mengembangkan kegiaten permenen yang dapat_menganggu fungsi ruang evakuasi Paragraf 3 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Pola Ruang Pasal 107 Kteniuan umum peraturan zonasi kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 99 ayat (4) hurut a meliput a & peraluran zonasi pada kawesan yang memberikan pesindungan terhadap kawasan bawahannya; b. kawasan perlindungan setempat: & Perpluran Zonasi pada kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya; dan . peraturan zonasi pada kawasan bencana alam (2) Peraluran zona peraturan zonasi pada kawasan yang memberikan perlindungan & liinkan terbelas uniuk keglatan budidaya tidak terbangun yang memiliki Kemampuan tingg dalam menahan limpasan zi hjan: 5. dizinkan untuk wisala alam dengan syarat tidak mengubah bentang alam & lizikan untuk kegitan pendidkan dan peneliian dengan syarat tidak mengubah bentang alam; @ dizinkan dilakukan penyedizan sumir resapan atau waduk pada lahan * terbangun yang sudah ada; dan ® dllarang untuk seluruh jens kegiatan yang mengganggu fungsi resapan ai. (8) Peraturan zonasi pada kawasan perindungan setempat sebagaimana dimaksud pada aya (1) huruf b meliputi 3. Peraturan zonasi pada sempadan pantai disusun dengan ketentuan 1, diizinkan metekukan Depgpiauan hutan bakau di kawasen sempadan Pantai yang telah rusak; 632 2 dizinkan melakukan Kegiatan yang _mampu melindungi atau memperkual perindungan Kawasan sempadan pantai dari abrasi dan infllrasi ar laut ke dalam tanah; dan $. mengatur kegiatan danfetau usaha-usaha kelauian yang diperbolehkan di kawasan sempadan pantai melipui petabuhan, tempat pelangan tkan, tower penjaga keselamatan pengunjung pantal danvatau, kegiatan Yang membutunkan lokasi ditepi pantai D. peraluran zonasi pada sempadan sungai disusun dengan memperhatikan ketentuan: 1. dizinkan akivilas wisala alam dengan syarat tidak ‘mengganggu kualitas air sungai, lzinkan pemantaatan ruang untuk ruang lerbuka hiau; 3. dizinkan kegiatan pemasangan papan cekiame, papan Penyuluhan dan peringalan, ranbu-rambu pengamanan, seria’ sarana batty navigasi pelayaran; 4. dizinkan kegiatan pemasangan jaingan kabel str, kabel telepon, dan Pipa air minum; 5. dilarang mencirkan bangunan pada kawasan sempadan sungai; § dilerang ‘melakukan kegiaan yang _mengancam kerusakan dan menurunkan kuaiitas sungai: 7. dizinkan terbatas pendiian bangunan untuk Menunjang fungsi Pengelolaan sungai dan taman rekreasi; dan 8. penetapan lebar sempadan sungal © “peraturan zonasi pada sempadan saluran irigasi disusun dengan ‘memperhatikan ketentuan: 1. dizinkan pemantaatan ruang terbuka hjau; 2. dizinkan kegiatan pemasangan papan reklame, Papan penyuluhan dan Peringatan, dan rambu-rambu pengamanan: 3. Gizinkan kegiatan pemasangan jaringan kabel istik, kabel telepon, dan Pipa air minum; 4. dilarang mendirkan bangunan pada kawasan sempadan saluran irigasi; 5. dizinkan terbatas pendiian bangunan penunjang fungsi pengelolaan sungai dan taman rekreasi; dan 8. penetapan leber sempaden irigas (4) Peraturan zonasi pada kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hutuf¢ meliut a Peraluran zonasi pada kawasan pantei berhutan bakau disusun dengan ™mamperhatikan ketentuan: 1. diizinkan metakukan penanaman bibit bake: 64. b, 2. ditarang mengurangi alh fungsi lahan balk untuk kawasan budidaya tambak maupun permukiman; 3. dlarang penebangan liar hutan bakau dan memfasitasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam melestarikan hutan bakau; dan 4. dilarang melakuken pembuangan limbah industri yang dapat merusak wilayah pesisir, Peraluran zonasi pada kawasan cagar budaya dan disusun dengan, ketentuan 1. diiinkan pemanfaatan untuk Kegiatan pendidikan, peneliian, dan wisata; 2. diizinkan bersyarat pendidian bangunan yang menunjang kegiatan Pendidikan, peneliian, dan wisata, 3. dlarang melakukan kegiatan yang mengganggu atau merusak kekayaan budaya; Harang melakukan keciaten yang mengubah bentukan geolgitertenty yang mempunyai manfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan; 5. dilarang melakukan kegiatan yang ‘mengganggu kelestarian lingkungan ai “sektar peninggalan sejarah, bangunan arkeolog,, monuren nasional, seria wilayah dengan bentukan geologi tertentu: dan 8. dilarang kegiatan yang mengganggu upaya pelestarian budaya ‘masyarakat setempat (5) Peraturan zonasi pada kawasan bencana alam sobagaimana dimaksud ayat (1) hhurut d disusun dengan ketentuan: a b. c Peraluran zonesi pada kawasan rawan banjir disusun dengan * memperhatikan: 1. penetapan batas dataran banjir; dan 2. dizinkan pemanizatan dataran banjr bagi ruang terbuka hijau dan Pembangunan fasiitas umum dengan kepadatan rendah, Deraluran Zonasi pada Kawasan rawan gelombang pasang dan abrasi isusun dengan ketentuan: 1. dilzinkan meiakukan rekayasa Konstruksi pada lokasi tertentu, melalui. Pembuatan berbagai bangunan pemecah ombak, tanggul dan Kanal limpasan; 2 dizinkan pembuaianjalurhjau dengan penanaman dan pemelnaraen mangrove; » 3: dizinan melekukan sosiaisasi dan pemberdayaan masyarakat ‘mengenai Kawasan rawan bencana gelombang pasang dan abrasi; dan 4. dilafang mengembangkan bangunan yang dapat membelokkan arah gelombang tanpa memperimbangkan mitigasi ingkungan: Kelenluan umum peraturen zonasi pada kawasan rawan longsor disusun dengan ketentuan -85- 1. dizinkan pemantaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristk, jenis dan ancaman bencana; 2. diizinkan pemasangan pengumuman lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk; dan 3. diizinkan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan pemantauan ancaman bencana. 4. kelentuan umum peraluran zonasi pada kawasan rawen kekeringan disusun dengan kelentuan 1. dizinkan pembuatan bangunen penampungan air beku 2. dilzinkan revitalisasi jaringan irigasi; 3. dizinkan peningkatan penghijauan dan reboisasi; 4, diizinkan penanganan kondisi darurat dengan pengerahan mobil tanki ai minum; 5. dizinkan melakukan sosialsasi dan pemberdayaan masyarakat ‘mengenai kawasan rawan bencana kekeringan; dan 8. dilarang melakukan kegiatan yang membuluhkan air skala besar. kelentuan umum peraturan zonasi pada kawasan rawan angin topan kekeringan disusun dengan ketentuan 1. dizinkan peningkatan dan revitalisasi bangunan tahan angin topan; 2. dlizinkan peningkatan informasi dini dan jaringan data bidang meteorolog}, klimatologi dan geofisika dengan stakeholder terkait; dan 3. izinkanmelakukan sosialsasi, migasi dan pemberdayaan » Masyarakat mengenai kawasan rawan bencana angin topan. Pasal 108 (1) Peraturan zonasi untuk kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 99 ayat (4) huruf b meliput: (2) a ‘ 4 e f 9 h i kawasan peruntukan hulan produksi, kawasan peruntukan pertanian; Kawasan peruntukan perikanan; Kawasan peruntukan pertambangan; kawasan peruntukan indi stri; kawasan peruntukan pariwisata; kawasan peruntukan permukiman perkotaan; ‘awasan peruntukan permukiman perdesaan; dan Kawasan pertahanan dan keamanan. Peraluran zonasi untuk kewasan hutan produks! sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a disusun dengan ketentuan . dilarang pengembangan kegiatan budidaya yang mengurangi luas hutan inkan aktvitas reboisasi atau penghijauan dan rehabiltasi hutas de: -66- (3) (4) e dilarang melakukan penebangan hutan tanpa izin dari instansi yang berwenang: dizinkan terbatas pemanfaatan hasil hulan untuk menjaga kestabilan neraca sumber daya kehutanan; dan diizinkan secara terbatas pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan pemanfaatan hasil hutan Peraluran zonasi pada kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat 1) huruf b meliput a Peraturan zonasi pada lahan sawah irigasi disusun dengan ketentuan 1. diarahkan untuk budidaya tanaman pangan; 2. diinkan aktvitas pendukung pertanian; dan ilarang aktivitas budidaya yang mengurangi luas kawasan sawah berrigasi; 4. dilarang aktivitas budidaya yang mengurangi atau merusak fungsi lahan dan kualtas tanah; dan 5. dilarang mendikan bangunan pada kawasan sawah irigasi yang Aerkena saluran ingasi Peraluran zonasi pada sawah bukan irigasi disusun disusun dengan ketentuan: 1. diarahkan untuk budidaya tanaman pangan; 2. dizinkan mendirkan rumah tinggal dengan syarat sesuai dengan rencana rinci tata ruang; 3. diizinkan pemanfaatan ruang untuk permukiman petani; dan 4. liarang aktivitas budidaye yang mengurangi atau merusak fungsilahan dan kualitas tanh, Kelentuan umum peraturan zonasi pada kawasan pertanian hortkultura disusun dengan ketentuan: 1. diarenkan untuk tanaman yang menghasikan daun, buah, dan batang; 2, pada kawasan yang memiliki kelerengan diatas 25 % diarahkan untuk budidaya tanaman tahunan; dan 3. diizinkan pemanfaatan ruang untuk permukiman petani. Kelentuan_umum peraturan zonasi pada Kawasan petemakan disusun dengan ketentuan: 1. diizinkan pengembangan budidaya tumpang sari dengan _perikanan; dan 2, budidaya poternakan rakyat dan petemakan skala besar dizinkan di kawasan pertanian lahan kering dan hortikultura. Peraluran zonasi untuk kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud pada ayal (1) huruf cdisusun dengan kelentuan: a diizinkan aktivitas pendukung aktvitas perkanan/Af ie . iizinkan penyelenggaraan bangunan pengolanan hasil ikan, balai pelatihan leknis, pengembangan sarana dan prasarana pengembangan produk perikanan; © dilarang segala aktivitas budidaya yang akan mengganggu kualias air ‘sungai dan waduk untuk perikanan darat; dan 4. pengaturan kawasan budidaya perikanan air tawar dan air payau. (6) Peraturan zonasi pada kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d disusun dengan kelentuan: a. dizinkan melakukan kegiatan pertambangan pada kawasan pertambangan dengan izin Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah . diizinkan membangun jalan pertambangan dengan dengan izin Pemerintah dar/atau Pemerintah Daerah: dan ©. diiarang metakukan kegiatan pertambangan di kawasan lindung. (8) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud Pada ayat (1) huruf e disusun dengan ketentuan: 2. dlizinkan mengembangkan aktvitas pendukung kegiatan industri b. dizinkan penyediaan ruang untuk zona penyangga berupa sabuk hijau dan ruang terbuka hijau; &- dlzinkan mengembangkan perumahan karyawan, fasum skala lokal sebagal Pendukung kegiatan industri; dan 4. diinkan mengembangkan instalasi pengolah air limba, (7) Peraturan zonasi pada kawasan peruntukan parinisala sebagaimana dimaksud pada ayal (1) huruf fdisusun dengan ketentuan 3. dizinkan pengembangan akivitas komersial sesuai dengan skala daya tark * pariwisatanya, b. dizinkan secara_terbalas pengembangan aktivitas perumahan dan Permukiman dengan syaral di lvar zona utama parivisata dan tidak ‘mengganggu bentang alam daya tarik pariwisata; dan . izinkan secara terbalas pendirian bangunan penunjang pariwisala (8) Peraturan zonasi pada _kawasan perunlukan permukiman perkotaan sebagaimana dimeksud pada aya! (1) hurufg disusun dengan ketentuan 3. diarahkan intensitas bangunan berkepadatan sedang ~ tinggi dan bangunan - vertkal; “®. diizinkan mengembangkan perdagangan jasa dengan syarat secuai dengan skalanya; ©. dizinkan pengembangan fasilias umum dan faslitas sosial sesuai skalanya; 4. penetapan ketentuan teknis bangunan; ©. penetapan tema arsitektur bangunan; dan |. penetapan kelengkapan bangunan dan lingkungan, & 68 - (9) Peraturan zonasi pada kawasan peruntukan permukiman perdesaan Sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruth disusun dengan ketentuan 3. diarankan intensilas bangunan berkepadatan rendah — sedang; . diizinkan mengembangkan perdagangan jasa dengan syarat sesuai dengan svalanya; ©. dizinken pengembangan fasiitas umum dan fasiitas sosial sesual skalanya; 4. dilarang pengembangan budidaya lainnya; ©. penetapan kelengkapan bangunan dan lingkungan; dan f- penetapan jenis dan syarat penggunaan bangunan yang diizinkan, (10)Kelentuan umum pereturan zonasi pada kawasan pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufi disusun dengan kelentuan: a. dizinkan pembangunan fasilitas pendukung kegiatan pertahanan; dan b. pembangunan fasiitas kegialan pertahanan yang menimbulkan dampak lingkungan wajib dikonsultasi dengan Pemerintah Daerah, Paragraf 4 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Strategis Pasal 109 (1) Kelentuan umum peraturan zonasi pada kawasan pertumbuhan disusun dengan ketentuan: 9 dizikan mengembangken sarana dan praserana yang mendorong minat investasi, . dizinkan perubshan fungsi ruang untuk kawasan terbangun melalui arahan bangunan vertikal sesuai kondisi kawasan masing-masing dan sesuai rencana lala ruang; dan ©. diizinkan penyediaan ruang terbuka hijeu. (2) Ketentuan umum peraluran zonasi pada kawasan sosial budaya disusun dengan ketentuan: 3. dizinkan melakukan Kegiatan pembangunan prasarana dan sarana terpadu di kawasen perbatasan; dan b. dizinkan melakukan peningkatan sosial ekonomi mesyarakal melalui pemberdayaan (9) Ketentuan umum pengaturan zonasi pada kawasan yang memiiki fungs lingkungan disusun dengan ketentuan: 8, dizinkan melakukan penghijaun; 5. dliarang melakuken Kegiatan budidaya yang menyebabken terganggunya keseimbangan ekologi; dan 6. dizinkan mensosialisasikan manfaat mangrove dan kawasan estuary bagi kelangsungan ekologi pests -69- Pasal 110 Ketentuan yang belum termuat dalam ketentuan umum peraturan zonasi akan ditentukan dengan mekanisme pembahasan di BKPRD. Bagian Ketiga Ketentuan Perizinan Paragraf 1 Umum Pasal 111 (1) Setiap orang yang akan memanfaatkan ruang wajib memilki izin pemanfaatan ruang, (2) Izin sebagaimana din.aksud pada ayat (1) diajukan kepada Bupati melalui Kepala SKPD yang membidang ala ruang. (3) lzin pemanfaatan ruang memuat tentang: ‘a. arahan pemanfaatan peruntukan ruang yang menyangkut fungsi ruang; b. amplop ruang mencakup koefisien dasar ruang hijau, Koofisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan, dan garis sempadan bangunan; dan . kualitas ruang merupakan kondisi ruang yang harus dicapai setelah dimanfaatkan meliputi kondisi udara, tanah, air, hidrogeologi, flora dan fauna. (4) Setiap orang yang telah memilki Izin Pemanfaatan Ruang dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang harus sesuai dengan izinnya, (6) Setiap orang yang akan memanfaatkan rvang untuk kegiatan usaha yang mempunyai dampak besar dan penting wajb menjaga kualitas lingkungan dengan memiliki dokumen lingkungan Paragraf 2 Bentuk izin Pemanfaatan Ruang Pasal 112 lzin pemanfaatan ruang sebagaimane dimeksud dalam Pasal 111 aya 1) meiput 2. iin okasi, b._izin penetapan lokasi; ¢. izin penggunaan pemanfaetan tanah; 4._izin mendirkan bangunan; dan e._izin lain berdaserkan ketentuan peraturan perundang-undangan Pasal 113 (1) iin lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 112 huruf a merupakan pemiberian izin pemanfeatan ruang untuk sualu kegiatan (2) lzin lokasi diberikan kepads setiap orang yang akan melakukan Kegialan yang memanfaatkan ruang.¢ -70- Pasal 114 (1) Izin penetapan lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 112 huruf b merupakan pemberian izin pemanfaatan ruang untuk suatu kegiatan yang dllaksanakan oleh pemerintah untuk pembangunan fasiltas dan utiitas umum. (2) lzin_penetapan tokasi diberikan kepada SKPO yang melaksanakan pembangunan. Pasal 115 (1) Izin penggunaan pemanfaatan tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 112 huruf ¢ merupakan iin pemanfaatan Iehan untuk suatu kegiatan, (2) 'zin penggunaan pemanfaatan tanah diberikan kepada setiap orang yang akan melakukan kegiatan pemanfaatan lahan Pasal 116 (1) lzin__mendirikan bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 112 huruf d merupakan izin untuk melakukan kegiatan pembangunan fisik bangunan. (2) Izin mendirikan bangunan diberikan kepada orang atau badan yang akan ‘melakukan mendirikan bangunan, Paragraf 3 Tata Cara Pemberian lzin Pemanfaatan Ruang Pasal 117 (1) Semua bentuk perinzinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 112 dilakukan oleh SKPD yang membidangi urusan perizinan yang dimaksud. (2) Tatagara pemberian perizinan akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati Bagian Keempat Ketentuan Insentif dan Disinsentif Paragraf 1 Umum Pasal 118 (1) Pemerintah daerah dapat memberikan insenif dan disinsenti tethadap kegiatan yang memanfaatkan ruang, (2) Ketentuan insenti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan imbelan terhadap pelaksanaan Kegiatan yang sejalan dengan rencana tata rvang, (8) Ketentuan disinsentit sebagaimena dimaksud pada ayal (1) merupakan Perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, alau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tala ruang, Paragrat 2 Bentuk Insentif dan Disinsentif Pasal 119 (1) Insentf dapat berupa insentifiskal danftau insenti non Fiske TM: (2) Insenti fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa 2. keringanan pajak; b. kompensasi; c. subsidi silang; 4. imbalan; e., sewa ruang; dan f. kontribusi saham. (3) Insentifnon fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa: ._pembangunan dan pengadaan prasarana; b._kemudahan prosedur perizinan; dan © penghargaan Pasal 120 Pemberian kompensasi diberikan pada kegiatan yang sejalan dengan rencana tala ruang, Pasal 121 Pembatasan penyedizan presarana dan sarana diberikan pada kegiatan yang tidak Sejalan dengan rencana tata ruang Pasal 122 (1) Insentl yang aiberkan imbatan terhadap pelaksanaan Kegiatan yang sejalan Gengan rencana lata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118 ayat (2) terdiriatas @. insentf_yang diberikan pemerintah daerah kepada masyarakat dalam Pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata rvang; . insentif yang diberixan pemerintah daerah kepada pengusaha dan swasta dalam pelaksanaan kegi:tan yang sejalan dengan rencana tata ruang; dan _inseniif yang diberikan pemeriniah daerah kepada pemerintah desa dalam wilayah Kabupaten, atau dengan pemeriniah daerah lainnya apabila dalam Pelaksanaan kegiaten yang sejalan dengan rencana tata rvang (2) Inset yang diberiten kepada masyarakat sebageimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat diberikan: @. keringanan biaya sertikasi tanah; . pembangunan serta pengadaan infrastruktur; dan ©. pemberian penghargaan kepada masyarakat (3) Insentit yang diberikan kepada pengusaha dan swasta dalam pelaksanaan Kegiatan yang sojalan dengan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufb, dapat diberikan dalam bentuk a, kemudahan prosedur perizinan; b. kompensasi ©. subsidi slang AW 72: 4. imbatan; ©. sewa ruang, {. kontribusi saham; dan 9. pemberian penghargaan, (4) Insentit yang diberikan pemerintah kepada pemerintah daerah, atau dengen Pemerintah daerah lainnya epabiia dalam pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf ¢ berupa Pemberian penghargaan. Pasal 123 (1) Pemberian disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118 ayat (3) terdiri alas; @. disinsenti yang diberikan kepada masyarakat, pengusaha dan swasta dalam pelaksanaan kegiatan yang dak sejalen dengan rencana tata ruang; dan b. disinsentif. yang diberikan kepada pemerintah dan pemerintah daerah dalam Pelaksanaan kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata tuang, (2) Disinsentit yang diberikan kepada masyarakat, pengusaha dan swasta dalam elaksanaan kegialan yang idek sejalan ‘dengan rencana tata ruang Sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputt 2 Pengenaan pajak yang tinggi, disesuaikan dengan besamya biaya yang Glbutunkan untuk mengetesi dampak yang dimbulken akibal pemantestas ruang; b, pembatasan penyediaan infrastruktur; ¢. penghentian izin; dan 4. penalti (8) Disinsentif yang dlberikan pemerintah daerah kepada pemerintah daerah lain dalam pelaksanaan Kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tala rvang sebagaimana dimaksud pada ayal (1) hurufb berupa teguran tertulis, Pasal 124 (1) Pemberian insentif dan pengenaan disinsenti diaksanakan oleh instansi berwenang. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian insentif dan disinsentif ‘akan diatur dengan Peraturan Bupat. Bagian Kelima Arahan Sanksi Pasal 125 (1) Arahan sanksi sebageimana dimaksud dalam Pasal 99 hurut d merupaken tindakan penertiban yang dilakukan terhadap nome twang yang tidak ‘sesuai dengan rencana lata ruang dan peraturan zonasi. Sh (2) Peraturan dalam pemberian sanksi meliputi a lethadap aparatur pemerintah yang melanggar ketenluan, dikenakan sanksi administralif sesuai ketentuan perundang-undangan; mekanisme pemanggilan, pemetiksaan dan penjatuhan _sanksi ‘administra cilakukan sesuai ketentuan perundang-undangan; i semping ketentuan sanksi pidana, bagi pejabal pemerintah daerah yang berwenang yang menerbitkan izin tidak Sesuai dengan rencana tata ruang Gapat dikenai pidana tambahan berupa pemberhentian secara tidak dengan hormat dari jabatannya; dalam hal tindak pidana, dilakukan oleh suatu korporasi, selain pidana Penjara dan denda terhadap pengurusnya, korporasi dapat diatuhi pidana fambahan berupa pencabutan izin usaha dan atau pencabulan status badan hukum; dan penertiban dengan mengambil lindakan agar pemanfaatan ruang di Kawasan perkotaaniperdesaan yang direncanakan dapal terwujud, dengan memberikan sanksi administra, sanksi perdata dan sanksi pidana, (8) Dalam hal penyimpangan dalam penyelenggaraan Penataan ruang, pihak yang melakukan penyimpangan dikenai sanksi sesuai dengan kelentucn peraturan perundang-undangan (6) Pemanfactan ruang yang tek sesuai dengan rencana tata ruang, baik yang Gllengkapi. dengan izin’ maupun yang tidak memiiki in, dikenai seoke, adminstratif. (5) Sanksi administra sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliput a, b oI 4 e, f 9. h Peringatan tertuls; ._penghentian sementara kegiatan; enghentian sementara pelayanan umum, penutupan lokasi pencabutan izin; pembatalan izin; pembongkaran bangunan; |. pemulihan fungsiruang; den atau denda administratt (6) Peringatan tertuis sebagaimana dimaksud pada ayat (5) hurul @ dapat dilaksenakan dengan prosedur bahwa Pejabat yang berwenang dalam Penertiban pelanggaran pemanfaalan ruang dapat memberikan peringatan tertUlis melalui penertivan surat peringatan tertulis sebanyak-banyaknya 3 (tga) kali (7) Penghentian sementara kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf b dapat dilakukan melalui: a Penerian surat perintah penghentian kegiatan sementara dar pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemenfaatan wens © Péjabat yang berwenang melakukan tindakan Penertiban dengan memberiahukan kepada pelangger mengenai Pengenaan sanksi Penghenlian kegialan pemantaatan ruang dan akan segera_dilakukan Uindakan penertiban oleh aparat penertiban; 4: berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi Pejabat yang berwenang melakukan penerivan dengan tantuan aparat, penerinae mmelakukan Penghentin kegiatan pemantaatan ruang secara pala, das © selelah Kediatan pemantaaten ruang dhenttan, pejabat yang berwena Inslakukan pengawasan agar kegiatan pemantastun Tuang yang dihentikan tidak beroperasi kembalisampai dengan 'erpenuhinya kewajiban pelanggar dan menyesualten pemanfatan rvangnya dengon fencana tata ruang danfalauketenluan toknis pemanlatan tuang yang bertaku, (8) Menghentian sementara pelayanan umum sebagaimana dimeksud pada ayat (5) huruf ¢ dapat dilakukan melalui: & ferertban surat pemtbertshuan penghentin sementara Pelayanan umum afi Pelabat yang berwenang melakukan Penertiban pelanggaran permantzelan rvang (membual sural pembertahuas Penghentian sementara Pelayanan umum); a B g 2 3 5 5 © Pejabal yang berwenang melakukan tndakan Penertiban dengan memberiahukan kepada pelanggar — mengensl Pengenaan sanksi enahentian sementara pelayanan umum yang akan segera dilaksanakan, Gisertlrincian jenisjenispelayanan umum yang akan diputus; & ejabat yang berwenang menyempaikan perntah kepada penyedia jasa Belayanan umum untuk menghentcan pelayanan kepada Pelanggar, disertal. Penjelasan secukupnya; dan © Penyedia jasa pelayanan umum menghentikan Pelayanan kepada elanggar; {. pengawasan terhadap penerapan sanksi penghentian sementara pelayanan param dlakukan untuk memastkan tidak terdapat pelayanan ura kepada Pelanggar sampai dengan pelanggar_memenuhi kewajibannya untuk rrenyesuaikan pemantaatan rvangnya dengan rencana tata tuang den kelentuan teknis pemanfaalan ruang yang beriaku, (9) Penutupan lokasi sebagaimana dimaksid pada ayat (5) huruf d dapat dilakukan melalui: oreetipan Sural peinah penutupan lokesi dari pejabat yang benweneng melakukan penertban pelanggaran pemanfaatan ruan “15+ . apabiia pelanggar mengabaikan surat perinteh yang disampaikan, pejabat yang berwenang menerbitkan surat kepulusan pengenaan sanksi penutupan. lokasi kepada pelanggar; S: pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi penutupan lokasi yang akan segera dileksanakan; < erdasarkan sural Keputusan pengenaan sanksi,pejabal yang berwenang dengan bantuan aparal penertiban melakukan penutupan lokasi secara paksa; dan ® Pengawasan terhadap penerapan sanksi penutupan lokasi, untuk memestixen lokasi yang ditulup tidak dibuka Kembali sampai dengan Pelanggar_memenuhi kewajbannya untuk menyesualkan pemantaatan uangnya dengan rencana tata ruang dan kelentuan teknis pemanfaatan ruang yang beriaku (10)Pencabutan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf@ dapat dakukan melalui % menerbitken surat pemberiahuan sekaligus pencabutan iin oleh pejabat Yang berwenang melakukan penertban pelenggaran pemanfeatan rvang, 5. apabla pelanggar mengabalkan surat pemberiehuan yang disampaikan, Pejabat yang berwenang menerbitkan surat Kepulusan pengenaan sanks Pencabutan izin pemantaatan ruang: & pejabal yang berwenang memberitahukan kepada pelanggar ‘mengenai engenaan sanksi pencabulan izin 4.” pejabat_ yang berwenang melakuken tindakan penertiban mengajukan Permohonan pencabutan izin kepada pejabat yang memilkl kewenangan untuk melakukan pencabutan izin; © pejabat yang memilki Kewenangan untuk melakukan pencabutan izin ‘Menerbitkan keputusan pencabutan izin; f° memberitahukan kepada pemantaal ruang mengenai status izin yang telah dicabut, sekaligus perintah untuk menghentikan kegiatan pemanfaatan ‘tang secara permanen yang telah dicabutizinnya: dan 9. apabila pelanggar mengabaikan perintah untuk menghentikan kegiaten Pemanfaatan yang telah dicabut izinnya, pejabat yang berwenang melekukan penertiban kegiatan tanpa izin sesuai peraturan perundang- undangan. (11)Pembatalan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf { dapat dilakukan melalui: ‘2, -membuat lembar evaiuasi yang berisikan dengan arahan pola pemantaatan ruang dalam rencana tata ruang yang berlaku; b, _memberitahukan kepada pihak yang memantaatkan ruang perihal rencana Pembatalan izin, agar yang bersangkutan dapat mengambil langkat-langkah yang diperiukan untuk mengantisipasi hal-hal akibat pembatalan in; ©. menerbitkan surat keputusan pembatalan izin oleh pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang; Ae 4d. memberitahukan kepada pemegang izn tentang keputusan pembatalan izin; & menerbitkan sural Kepulusan pembalalan izin dari pejabat yang memiiki kewenangan untuk melakukan pembatalan izin; dan {; membertahukan kepada pemantaal ruang mengenai status izin yang telah dibatalkan, ((2}fembongkaran bangunan sebageimana dimaksud pada ayat (6) hurut g dapat dilakukan melalui & menerbitkan surat pembertahuan perintah pembongkaran bangunan dar pejabal yang berwenang melekukan penertiban pelanggaran pemanfasten tuang; b. apabila pelanggar mengabaikan sural pemberilahuan yang disampaikan, pelabat yang berwenana melakukan peneriben mengeluarkan ton eputusan pengenaan sanksi pembongkaran bangunan: © pejabal yang berwenang melakukan tindakan penertiban memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi pembongkaran bangunan yang akan segera dilaksanakan; 4 berdasar surat keputusan pengenzan sank, pejabat yang berwenang merefukan tindekan penertban dengan bantuan apart Penertiban melakukan pemongkaran bangunan secara paksa (13)Pemutihan fungsi evang sebagaimana dimaksud ada ayat (5) huruf h dapat dilakukan melalui & Mmenelapkan Kelentuan pemutian fungsi wang yang beri! bagian-bagian Yong harus dipulhkan fungsinya dan cara pemuliannya, ." pejabat yang berwenang melakukan penertiben pelanggaran pemantaaten ‘wang menerbitkan sural pemberitahuan perintah pemulitan fungsi ruang; & apabila pelanggar mengabaikan sural pemberitahuan yang disampaikan, Pejabal_yang berwenang melakukan penertivan mengeluarkan surat epulusan pengenaan sanksi pemulinan fungsi wang} ad Merwe oclakuka tndikan penertban, eatnberlahukan Kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi pemulfion fungsi ruang Yang harus dieksanaken pelanggar dalam jangka waktu tertentu; ® Pejabal yang berwenang melakukan tindekan penertiban melakukan Pengawasan peleksanaan kegiatan pemulinen fungsi rang, {- apabila_sempaijangka waku yang ditentukan Pelanggar belum melaxsanaken pemulhan fungsi ruang, pejabat yang bertanggung jawab melakukan tindakan penertivan dapat melakukan tindakan paksa untuk ‘melakukan pemulinan fungsi ruang; dan 4. 9. spablla pelanggar pada saat ity dinlai tidak mampu membiayai kepitan Pemulihan fungsi ruang, pemerintah dapat mengajukan penetapan pengadiian agar pemulnan diakukan oleh pemerntah alas beban pelanggar dikemudian ist W< (14)Denda administra sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf | dapat saenakan secera tersendin’ atau bersama-sama dengan Pengenaan sanksi administatt (")Ketentuan lebih tenjut mengenal kriteria dan tala cara Pengenaan sanksi adminstrali,sanksi pidana penjara, danvalau sanksi pdava denda akan diatur dalam peraturan perundang-undangan BAB Vill HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN MASYARAKAT Bagian Kesatu Hak Masyarakat Pasal 126 (1) Dalam proses penaiaan rang seliap (orang berhak untuk : 2 mengetahui RTRW Daerah dan rencana rin yang akan disusun kemudian; ®. menikmat pertambahan nial ruang sebagai akibat penataan ruang di Daerah; & memperoieh penggantan yang tayak akibat Pelaksanaan kegiatan Pembangunan yang sesuai dengan RTRW Daerah; 4G: mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap pembangunan Yang tidak sesuai dengan RTRW Daerah wilayahnya; ® mengajukan uniulan pembatalan icin dan Permintaan penghentian Pembangunan yang lidak sesuai dengan RTRW Daerah kepada pejabat yang berwenang: f mengajuken gugatan Santi kerugian kepada pemerintah, dan/atau Baer nd itn apabila kegalan pembangunan tidak sere’ dengan RTRW Daerah yang menimbulkan kerugian; den 8. mengajukan gugatan ke Pengadiian Tata Usaha Negara atas keputusen Tata Usaha Negara yang terkait dengan tata ruang kabupaten (2) Agar masyarakat mengetahui RTRW Daerah dan fencana rinci sebagaimana dimaksud pada ayal (1) huruf a yang telah ditetapkan maka SKPO yang berwenang wajb menyebarluaskan_ melalui media massa, audio visual, papan Pengumuman dan selebaran serta sosialisasi Secara langsung kepada selurun aparat Daerah dan komunitas Masyarakat di Daerah, (8) Pelaksanaan hak masyarakal untuk menikmati Pertambahan nilai_ruang Sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dllakuken sesuai_dengen kelenluan peraluran perundang-undangan, (4) Hak memperoleh penggantian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurut ¢ Pasal ini diselenggarakan dengan cara musyawarah di antara - yang berkepentingen atau sesuai dengan peraturan erundang-undangan, “28+ Bagian Kedua Kewajiban Masyarakat Pasal 127 (1) Dalam pelaksanaan pemaniaatan ruang wajip @. mentaati RTRW Daerah yang telah ditetapkan; b._memanfaatkan ruang sesuai dengan izin; ©. memberikan akses terhadap pelaksanaar ke sesuai dengan RTRW Daerah; dan 4d. menerapken kaidah dan aluran pemantaatan rvang yang dipraklekken ‘masyarekat secara turun temurun dengan memperhatikan faktor-fakor daya

You might also like