Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
No : 19
Kelas : XI-MIA 3
II. MASALAH
Bagaimana melakukan titrasi untuk menyelidiki konsentrasi larutan sampel asam dan
sampel basa dengan titrasi asam-basa?
Titrasi yang melibatkan reaksi antara asam dan basa dikenal dengan istilah titrasi asam
basa atau asidi alkalimetri. Titrasi dilakukan dengan cara mereaksikan sedikit demi sedikit
atau tetes demi tetes larutan basa atau asam melalui buret ke dalam larutan asam atau basa
dengan volume tertentu yang terletak dalam labu erlenmeyer (sambil digoyang) sampai
keduanya tepat habis bereaksi, ditandai dengan berubahnya warna indikator.
Tepat pada saat warna indikator berubah, penambahan (titrasi) dihentikan dan volumenya
dicatat sebagai volume titik akhir titrasi. Larutan yang diletakkan di dalam buret disebut
larutan penitrasi. Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah indikator yang
mempunyai trayek perubahan warna pada pH sekitar 7, sebab pada saat asam kuat dan basa
kuat telah tepat habis bereaksi, pada saat itu pH larutan akan sama dengan 7.
Perubahan warna indikator menandai tepat bereaksinya kedua larutan tidak selamanya
tepat seperti perhitungan secara teoritis. Volume larutan penitrasi yang diperoleh melalui
perhitungan secara teoritis disebut dengan volume titik ekivalen. Perbedaan volume titik akhir
titrasi dengan titik ekivalen disebut dengan kesalahan titrasi. Besar kecilnya kesalahan titrasi
ditentukan leh pemilihan indikator. Jika indikatornya semakin tepat, kesalahan titrasinya
kecil.
Perhitungan untuk penetralan asam dan basa digunakan rumus berikut (bila tepat bereaksi)
a Va Ma = b Vb Mb
a = jumlah ion H+ pada larutan asam b = jumlah ion OH- pada larutan basa
Buret 2 buah
Statif dan klem 2 buah
Corong kaca 2 buah
Labu erlenmeyer 2 buah
Pipet tetes 2 buah
Pipet tetes 2 buah
Gelas kimia 150 mL 2 buah
Bahan :
V. Cara Kerja
A. Menentukan konsentrasi asam cuka
1. Merangkai alat untuk titrasi dengan cermat dan hati-hati.
2. Memasukkan larutan standar NaOH 0,1 M ke dalam buret dengan corong sampai
tanda skala nol.
3. Memasukkan 5 mL larutan sampel asam cuka yang telah diencerkan ke dalam labu
erlenmeyer dan menambahkan 2 (dua) tetes indikator PP.
4. Menitrasi sampel dengan cara membuka kran buret dengan tangan kiri sehingga
larutan standar keluar tetes demi tetes.
5. Memegang labu erlenmeyer dengan tangan kanan dan menggoyang pelan-pelan agar
larutan penitrasi bercampur dengan baik.
6. Menghentikan titrasi dengan menutup kran buret ketika tepat terjadi perubahan warna
pada larutan sampel pada erlenmeyer (titik ekivalen terjadi saat larutan sampel tepat
berubah warna menjadi merah muda).
7. Mencatat beberapa mL larutan standar pada buret yang diperlukan.
8. Mengulangi langkah 2 s.d 6 sekali lagi agar diperoleh data yang valid.
VII. Pembahasan
1. Perubahan warna apa yang terjadi pada larutan sampel dalam erlenmeyer pada
percobaan A maupun percobaan B? jelaskan mengapa demikian!
Jawab :
Pada percobaan A terjadi perubahan warna dari tak berwarna menjadi merah ungu
karena cuka yang merupakan basa lemah pHnya tidak terbaca oleh penolftalen yang skala
pHnya 8,3-10. Lalu cuka yang dititrasi dengan NaOHyang merupakan basa kuat akan berubah
warnanya karena terjadi reaksi penetralan.
Sedangkan pada percobaan B, terjadi perubahan warna dari merah ungu menjadi biru
(warna sabun semula) karena sabun yang merupakan basa lemah dititrasi oleh HCl yang
merupakan asam kuat, maka pH sabun akan turun dan terjadi perubahan warna karena reaksi
penetralan juga.
2. Tuliskan reaksi kimia yang terjadi untuk masing-masing percobaan!
Jawab :
Percobaan A :
CH3COOH (aq) + NaOH (aq) CH3COONa (aq) + H20 (l)
Percobaan B :
R-COONa (aq) + HCl (aq) R-COOH (aq) + NaCl (aq)
3. Hitung konsentrasi larutan sampel cuka pasaran dan larutan sampel sabun dengan
rumus titrasi!
Jawab :
Konsentrasi larutan sampel cuka pasaran (NaOH 0,1 M dengan volume 9,9 ml dan
CH3COOH dengan volume 5ml)
n asam = n basa
a Va Ma = b Vb Mb
1 × 5 × Ma = 1× 9,9 × 0,1
5 Ma = 0,99
0,99
Ma = 5
Ma = 0,198 M
Konsentrasi larutan sampel sabun ( R-COONa dengan volume 5 ml dan HCl 0,1 M
dengan volume 4 ml)
n asam = n basa
a Va Ma = b Vb Mb
1 × 4 × 0,1 = 1 × 5 × Mb
0,4 = 5 Mb
0,4
Mb = 5
Mb = 0,08 M
VIII. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa dalam
penerapan reaksi penetralan dengan titrasi, bisa diketahui banyaknya larutan atau konsentrasi
dengan cara mentitrasinya dengan larutan yang sudah diketahui kadarnya terlebih dahulu.
Caranya yaitu dengan meneteskan tetes demi tetes larutan penitrasi ke dalam larutan yang
akan dicari tahu kadarnya sambil menggoyangkan tempat (labu erlenmeyer) larutan yang
dicari kadarnya sampai tepat habis bereaksi, tandanya yaitu dengan perubahan warna pada
indikator. Indikator yang digunakan yang mendekati benar adalah penolftalen karena trayek
pHnya ± 7. Setelah itu, untuk mengetahui kadar konsentrasinya dapat digunakan rumus titrasi,
yaitu a Va Ma = b Vb Mb.
Dari praktikum tersebut, dapat diketahui bahwa konsentrasi asam cuka pasaran sebesar
0,198 M sedangkan konsentrasi basa sampel pada sabun adalah sebesar 0,08 M.