Professional Documents
Culture Documents
LUKA BAKAR
Oleh:
Pembimbing:
DEPARTEMEN BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2018
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Referat
LUKA BAKAR
Oleh:
Referat ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Bagian Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya periode 13 Agustus- 22 Oktober 2018.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul
“Luka Bakar”.
Referat ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mengikuti Kepaniteraan Bedah di RSMH Palembang. Pada kesempatan ini,
penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada dr. Iqmal Perlianta, Sp.BP-
RE atas bimbingan yang telah diberikan.
Dalam menyelesaikan penulisan ini, penulis tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan baik dari segi materi dan bahasa yang disajikan. Maka dari itu,
penulis memohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan, serta
mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan tulisan ini.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan
morbiditas dan mortalitas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus
sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut.1
Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat
meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat dalam perawatan luka dan
tehnik rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata
harapan hidup pada sejumlah klien dengan luka bakar serius.1
Di Amerika di laporkan sekitar 2 sampai 3 juta penderita setiap
tahunnya dengan jumlah kematian 5-6 ribu kematian pertahun, sedangkan di
Indonesia belum ada laporan tertulis.2
Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo Jakarta pada tahun 1998 di
laporkan 107 kasus luka bakar yang dirawat, dengan angka kematian 37,38%
sedangkan di Rumah Sakit Dr. Sutomo Surabaya pada tahun 2000 dirawat 106
kasus luka bakar, kematian 26,41%.2
Luka bakar merupakan hal yang umum, namun bentuk cedera kulit
yang sebagian besar dapat dicegah. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip
dasar resusitasi pada trauma dan penerapannya pada saat yang tepat
diharapkan akan dapat menurunkan angka kejadian luka bakar. Prinsip-prinsip
dasar tersebut meliputi kewaspadaan akan terjadinya gangguan jalan nafas
pada penderita yang mengalami trauma inhalasi, mempertahankan
hemodinamik dalam batas normal dengan resusitasi cairan, mengetahui dan
mengobati penyulit-penyulit yang mungkin terjadi. Mengendalikan suhu tubuh
dan menjauhkan atau mengeluarkan penderita dari lingkungan trauma panas
juga merupakan prinsip utama dari penanganan trauma termal.3
1
2
2.1. Definisi
Luka bakar merupakan bentuk kerusakan dan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas atau suhu tinggi (seperti api, air panas,
bahan kimia, listrik, radiasi, atau gesekan akibat objek yang bergerak sangat
cepat) atau suhu yang sangat rendah.
2.2. Epidemiologi
Kisaran 1% populasi Australia dan Selandia Baru (220.000) menderita
luka bakar dan membutuhkan perawatan medis setiap tahunnya. Dari jumlah
tersebut, sebanyak 10%dirawat di RS dan tergolong luka bakar berat yang
mengancam jiwa dan 50% dari semua pasien luka bakar tersebut akan
mengalami keterbatasan dalamberaktivitas.
Luka bakar sebesar 70% TBSA menghabiskan biaya $700.000 untuk
tatalaksana akut di rumah sakit, ditambah lagi biaya rehabilitasi, peningkatan
waktu kerja serta berkurangnya penghasilan pasien merupakan jumlah
tanggungan yang besar bagi masyarakat untuk menangani luka bakar.
Rumah merupakan tempat tersering terjadinya luka bakar pada semua
kelompok usia dengan lokasi berbahaya yaitu dapur dan kamar mandi. Selain
itu, ruangan yang rentan terjadi luka bakar yaitu ruang mencuci pakaian karena
mengandung bahan kimia yang berbahaya, garasi dan gudang yang berisi bahan
kimia karena rentan untuk terbakar.
3
4
2.3. Etiologi
Penyebab luka bakar pada dewasa dan anak berbeda. Paparan api merupakan
penyebab tersering pada dewasa sedangkan air panas merupakan penyebab tersering
pada anak.
Penyebab luka bakar pada anak (%) Penyebab luka bakar pada dewasa(%)
Air panas 55% Api 44%
Kontak 21% Air panas 28%
Api 13% Kontak 13%
Gesekan 8% Kimia 5%
Listrik 1% Gesekan 5%
Kimia 1% listrik 2%
Lainnya 1% Lainnya 3%
Tabel 2. Penyebab Luka Bakar pada Dewasa dan Anak di Australia, Selandia Baru
2009-2010
2.4. Patofisiologi
Efek lokal terhadap termal atau panas pada kulit dan jaringan subkutan terlihat
dari tiga zona kerusakan hasil eksperimental model luka bakar oleh Jackson (1950).
Termal tidak hanya merusak kulit secara lokal tetapi juga meningkatkan
permeabilitas kapiler sehingga terjadi kebocoran plasma dari kapiler ke interstitial
diikuti edema dan penurunan kadar albumin di sirkulasi. Hilangnya plasma
merupakan penyebab syok hipovolemik pada luka bakar.
Di sekitar zona koagulasi, terdapat zona statis yang area jaringan kerusakannya
tidakseparah zona koagulasi dalam menghasilkan kematian sel langsung, tetapi terjadi
gangguan sirkulasi di daerah kulit dan jaringan subkutan. Apabila tidak diobati,zona
ini akan mengalaminekrosis karena reaksi inflamasi berlangsung di bawah pengaruh
mediator inflamasi yang diproduksi karena respon jaringan terhadap cedera. Secara
klinis, hal ini terlihat sebagai perkembangankedalaman luka bakar. Ini menghasilkan
fenomena daerah luka bakar yang tampak viable pada awalnya tapi kemudian(3-5 hari
setelah terbakar) menjadi nekrotik.
Di sekitar zona stasis terdapat zona dengan kerusakan jaringan yang menyebabkan
pelepasan mediator-mediator inflamasi sehingga terjadi vasodilatasi. Zona ini dikenal
dengan zona hiperemia. Dengan adanya vaskularisasi pada zona ini menyebabkan
jaringan kembali normal. Dalam luka bakar yang mencakup lebih dari 10% pada anak-
anak atau 20% pada orang dewasa dari total luas permukaan tubuh (TBSA), zona
hiperemia mungkin melibatkan hampir keseluruhan tubuh.
6
2.5. Klasifikasi
A. Berdasarkan Luas Luka Bakar
Patokan yang masih dipakai dan diterima luas mengikuti Rules of Nines dari
Wallace. Luka bakar yang terjadi pada daerah muka dan leher jauh lebih berbahaya
daripada luka bakar di tungkai bawah dan harus waspada terhadap timbulnya
obstruksi jalan napas.
Perhitungan Rules of nines relatif akurat untuk orang dewasa, namun tidak akurat
untuk anak-anak karena anak-anak secara proporsional memiliki kepala dan bahu
lebih besar dibandingkan dewasa.
Pasien yang tidak komunikatif, baik yang tidak sadar, intubasi, psikotik, atau di
bawah pengaruh zat-zat tertentu, harus dianggap berpotensi mengalami cedera yang
lain dan ditata laksana dengan tepat.
Setelah pertolongan pertama diberikan sesegera mungkin, dilanjutkan dengan
prinsip-prinsip survei primer dan sekunder dan resusitasi simultan.
Petugas medis harus mengenakan alat pelindung diri (APD) seperti sarung
tangan, kacamata dan apron sebelum menemui pasien.
11
Pertolongan Pertama
Pertolongan pertama efektif pada tiga jam pertama dari waktu kejadian terjadinya
luka bakar. Terdiri dari:
a. Menghentikan proses terbakar
Pada luka bakar api, penderita berguling di tanah secara aktif maupun pasif
menerapkan Stop, Drop, Cover (face) & Roll technique. Pakaian yang terbakar
harus segera dilepaskan secepat mungkin.
b. Menurunkan suhu luka
Permukaan luka harus diturunkan suhunya menggunakan air mengalir guna
meredam reaksi inflamasi dan menghentikan progres kerusakan zona stasis.Suhu
ideal adalah 15oC atau berkisar antara 8oC sampai 25oC. Caranya dapat dengan
menyemprotkan air.
Primary Survey
Pada kondisi yang mengancam kehidupan lakukan identifikasi dan manajemen darurat.
Jangan terganggu oleh luka bakar.
A. Airway maintanance dengan fiksasi tulang belakang servikal
B. Breathing dan ventilasi
C. Circulationdengan pengendalian perdarahan
D. Disability- periksa status neurologis
E. Exposure + pengendalian lingkungan
12
Analgesia
- Burn hurt (nyeri luka bakar) - berikan morfin intravena 0,05-0,1 mg / kg
- Titrate to effect - dosis yang lebih kecil sering lebih aman.
Pemeriksaan
- Radiologi (Lateral cervical spine, thorak (dada), pelvis)
Tube/Tabung (NGT)
Masukkan NGT untuk luka bakar yang lebih besar (> 10% pada anak-anak;> 20% pada
orang dewasa), jikaterdapat cedera, atau dekompresi perut untuk perpindahan udara.
Gastroparesis biasa terjadi.
Secondary Survey
Secondary survey merupakan pemeriksaan menyeluruh, pemeriksaan dari kepala
hingga kaki setelah kondisi yang mengancam jiwa telah ditata laksana.
Riwayat:
A – Alergi
M – Medication (Pengobatan)
P– Past illness(penyakit masa lalu)
L– last meal(makan terakhir)
E - Events / Environment yang berkaitan dengan cedera
Mekanisme Cedera
Harus diperoleh informasi mengenai interaksi antara orang dan
lingkungannyaselengkap-lengkapnya. Pada kasus luka bakar, informasi yang harus
didapat:
- Jangka waktu pemaparan
- Jenis pakaian yang dipakai
- Suhu dan sifat cairan jika luka bakar cairan
- Pertolongan pertama yang dilakukan
Re-evaluate
Evaluasi ulang primary survey – khususnya pernapasan, Insufisiensi sirkulasi perifer,
penurunan neurologis, resusitasi cairan yang adekuat, meninjau hasil radiologi, dan
perhatikan warna urin untuk haemochromogen.
15
Catatan: kalkulasi kebutuhan cairan dimulai sejak saat terjadi cedera, bukan terhitung
sejak masuk rumah sakit.
Cairan diberikan melalui 2 buah kanul berdiameter besar (dewasa 16 G) sedapat
mungkin di daerah non-luka bakar. Pertimbangkan akses intra-osseous (IO) bila
diperlukan. Larutan normal saline umumnya dikemas bersama dekstrosa 2,5% untuk
kemasan ini, tambahkan 25 mL dekstrosa 50% ke dalam kantong berisi 500 mL cairan.
Bila larutan tersedia merupakan larutan salin hipotonik tanpa glukosa, tambahkan 50
mL dekstrosa 50% ke dalam kantong berisi 500 mL cairan.
Kalkulasi volume yang diestimasi dalam 24 jam pertama saat edema terbentuk
beberapa saat pasca luka bakar:
- Separuh kebutuhan berdasarkan kalkulasi volume diberikan dalam 8 jam dan
separuh sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya
- Cairan maintenance bagi anak-anak dibagi dalam 24 jam secara merata.
Bila produksi urine tidak mencukupi, berikan cairan ekstra: Bolus cairan 5-10
mL/kg dan atau tingkatkan jumlah cairan berikutnya sejumlah 150% volume
sebelumnya.
17
Dalam 24 jam kedua pasca luka bakar, larutan koloid dapat diberikan untuk
restorasi volume sirkulasi menggunakan formula:
Disamping itu, larutan elektrolit harus diberikan untuk kebutuhan evaporative loss
dan kebutuhan maintenance normal. Untuk tujuan ini, larutan yang umum digunakan
adalah larutan salin normal KCI (+ dekstrosa untuk anak-anak).
Produksi urine yang rendah menunjukkan perfusi ke jaringan yang buruk yang
diikuti kerusakan sel.
Pemasangan kateter urine menjadi sangat penting pada pemantauan dan menjadi
suatu keharusan dilakukan pada luka bakar >10% pada anak-anak serta luka bakar
>20% pada dewasa.
Pemantauan hemodinamik invasif sentral diperlukan pada luka bakar dengan
kondisi premorbid seperti adanya penyakit jantung atau cedera penyerta yang disertai
kehilangan darah seperti adanya fraktur multipel.
Asidosis yang nyata (pH< 7,35) pada analisis gas darah menunjukkan perfusi
jaringan yang tidak tercukupi dan menyebabkan asidosis laktat. Penambahan cairan
resusitasi merupakan indikasi. Jika koreksi mengalami kegagalan dan dijumpai adanya
hemochromogen di urine, dapat pertimbangkan pemberian bikarbonat.
Elektrolit serum juga harus diukur pada kesempatan awal dan selanjutnya secara
regular dalam interval waktu tertentu. Pada luka bakar, dapat terjadi hiponatremia akibat
dan hiperkalsemia.
18
Karbon Monoksida
Merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat cepat masuk
ke aliran darah dan mengalami difusi dengan hemoglobin (Hb), karena
memiliki afinitas terhadap hemoglobin 240 kali lebih besar dibandingkan
dengan oksigen; selanjutnya membentuk carboxyhaemoglobin (COHb). Ikatan
ini menurunkan efektivitas kemampuan darah mengikat oksigen karena
menempati oxygen binding site untuk kurun waktu yang panjang. CO
20
Carboxyhaemoglobin Gejala
0-15 Tidak ada (perokok, pekerja tambang
15-20 Nyeri kepala, Confusion
20-40 Nausea, Fatigue, Disorientasi, Iritabel
40-60 Halusinasi, Ataksia, Sinkop, Konvulsi, Koma
>60 Meninggal
Keracunan Sianida
Terjadi karena produksi hidrogen sianida akibat terbakarnya plastik atau lem
yang digunakan untuk furnitur. Zat ini diabsorbsi melalui paru dan berikatan
dengan sistem cytochrome. Fungsi cytochrome terhambat mengakibatkan
berlangsungnya metabolisme anaerob. Secara bertahap dimetabolisme oleh
enzim hati (rhodenase). Kadar sianida dalam darah hampir tidak dapat
dideteksi dan maknanya masih diperdebatkan. Pada perokok kadarnya
mencapai 0,1 mg/L, dan diketahui bahwa kadar letal mencapai 1,0 mg/L.
Gejala yang ditimbulkannya antara lain hilangnya kesadaran, neurotoksitas dan
kovulsi.
Anamnesis
Riwayat terbakar di ruang tertutup atau adanya ledakan bahan bakar (bensin,
gas), ledakan bom harus dicurigai adanya cedera inhalasi.
Pemeriksaan Fisik
Hal yang diobservasi Yang didengar
Gejala dan tanda dapat berubah dengan berjalannya waktu tergantung letak
cedera, indikasi adanya perubahan dapat dilihat pada Tabel 6.
D. Tatalaksana
Tatalaksana emergensi pada cedera inhalasi terfokus pada prioritas menopang
respirasi dengan pengamanan jalan napas, pemberian oksigen dosis tinggi (15
liter/ menit) menggunakan non re-breathing maskdisertai insersi pipa
endotraksea jika diperlukan.
C. Lightning Burns
Luka bakar akibat tersengat listrik tegangan dengan voltase dan ampere yang sangat
tinggi, listrik DC dengan durasi yang singkat. Luka bakar jenis ini menghasilkan
lesi yang khas yang dikenal dengan nama Lichtenberg flowers, tampak seperti
arborescent atau splashed-on.
25
Patofisiologi
Kerusakan jaringan terjadi akibat adanya resistensi jaringan, durasi kontak, dan
besarnya arus listrik. Setiap jaringan memiliki resistensi yang berbeda. Kulit
yangtebal dan kering memilki resistensi lebih tinggi daripada kulit tipis dan lembab.
Tulang sebagai konduktor yang buruk menyebabkan joule effect, yaitu fenomena
kenaikan suhu tulang terus berkelanjutan bahkan setelaharus listrik berhenti
sehingga menyebabkan kerusakan pada periosteum,otot dan saraf disekitarnya.
Manajemen
Prosedur penyelamataan korban kecelakaan listrik adalah dengan memutuskan
semua hubungan dengan sumber listrik. Tegangan listrik 1000V hanya akan
menimbulkan loncatan dalam beberapa millimeter, 5000V hanya 1 cm, sedangkan
40.000V dapat sampai 13 cm.
Tatalaksana selanjutnya sama dengan prinsip tatalaksana luka bakar pada
umumnya. Hanya ditambahkan monitor EKG 24 jam karena berisiko tinggi aritmia.
Pada resusitasi juga perlu diperhatikan haemochromogenuria serta pantau
perubahan warna urin. Target urine output 75-100 cc/jam pada dewasa dan 2
cc/KgBB/jam pada anak. Jika tidak tercapai, direkomendasikan 12.5 g manitol
setiap liter cairan untuk mencapai diuretik osmotik.
26
Secara umum, bahan-bahan kimia dapat menyebabkan terjadinya (i) Asam: nekrosis
koagulasi; (ii) Alkali: nekrosis likuifaktif; (iii)Vesicants: nekrosis iskemia dan
anoksia.Semua bahan kimia menyebabkan koagulasi protein melalui proses oksidasi,
korosif, atau penggaraman protein.
Gambaran penanda terjadinya toksisitas sistemik dari beberapa zat kimia, yaitu:
o Hipokalsemia : oksalat, asam fluoride, dan fosfor yang terbakar
o Gangguan/kerusakan sel hati dan ginjal : tannic, formic dan asam pikrat,fosfor
dan minyak bumi
o Cedera inhalasi : asam kuat atau ammonia
o Methemoglobinemia dan hemolisis massif : kresol
o Perforasi septum nasi : asam kromat
27
Pertolongan Pertama
Pertolongan pertama yang dapat dilakukan pada pasien dengan trauma kimia dengan
mengalirkan air secara kontinyu (kecuali bahan kimia yang mengandung unsur
natrium, kalium, dan litium). Tindakan ini dilakukan dalam waktu 10 menit pertama
setelah terjadinya kontak dengan bahan kimia.
A. Luka Bakar karena Asam
Nyeri hebat merupakan tanda dari luka bakar asam Penampilan luka bervariasi
mulai dari eritema hingga eskar hitam. Tindakan yang dilakukan selain irigasi luka
dengan air mengalir, tindakan pembedahan juga dibutuhkan terutama pada luka
bakar termal. Pada luka bakar karena asam fluoride, asam fluoride bersifat sangat
korosif dan luka bakar dengan luas permukaan tubuh 2% dapat berakibat fatal.
Tatalaksana pada kasus luka bakar akibat asam fluoride, yaitu :
Aliran air.
Potong kuku.
Inaktivasi ion fluoride bebas racun dan mengubah garam tidak larut dengan jel
dimetil sulfoksid 10% (luka bakar mengandung kalsium glukonat), injeksi
kalsium glukonat 10% topical, (injeksi multiple 0,1-0,2 mL menggunakan
jarum 30G di jaringan luka bakar), infus kalsium glukonat intra-arterial, infuse
kalsium glukonat intravena ischemic retrograde (Biers block), dan kadang
diperlukan eksisi dini.
E. Bensin
Bensin merupakan campuran alkana, sikloalkana, dan hidrokarbon yang kompleks.
Komponen hidrokarbon merusak sel endotel yang menyebabkan kerusakan paru-
paru, hati, limpa, dan ginjal setelah kontak dengan kulit yang mencakup area luas.
Bensin melarutkan senyawa lipid dengan cepat dan menyebabkan peningkatan
permeabilitas membran diikuti kehilangan cairan.
F. Aspal
Luka bakar disebabkan bentuk cair yang panas, bukan efek racum dari aspal. Pada
luka bakar akibat aspal dilakukan tindakan mendinginkan aspal menggunakan air
dalam jumlah besar, lepaskan pakaian namun jangan mencoba melepaskan aspal
yang melekat pada kulit, dan lepaskan aspal menggunakan minyak parafin (dapat
ditambahkan minyak tanah 1/3 nya).
G. Ter
Ter merupakan produk sisa gas batu bara. Ter mengandung bahan kimia kompleks
termasuk fenol, hidrokarbon yang menyebabkan toksisitas berganda. Luka bakar
yang terjadi disebabkan oleh suhu panas ter dan toksisitas fenol. Tatalaksana luka
bakar ter dengan menggunakan pendingin yaitu toluener.
B. Mata
Luka bakar kimia pada mata menyebabkan blefarospasme, keluar air mata
secara berlebihan, konjungtivitis, pembengkakan cepat epitel kornea, kekeruhan
lapisan anterior stroma dan terlepasnya sel di kambra anterior. Gejala-gejala pada
mata seperti di atas, diatasi dengan menggunakan air dan bisa juga menggunakan
diphoterine. Perawatan di rumah sakit dapat berlangsung selama 48 jam. Diberikan
juga antibiotika topical untuk pencegahan infeksi sekunder. Komplikasi lanjut dapat
berupa perforasi dan ulserasi kornea, terbentuknya katarak, glaucoma sekunder,
iridosiklitis, dan simblefaron.
C. Saluran Trakeobronkus
Luka bakar langsung pada trakea dan bronkus adalah jarang. Luka bakar pada
trakea dan bronkus terjadi setelah menghirup agen kaustik atau terpapar gas kimia
misalnya ammonia. Gangguan pernapasan atau hipoksia memerlukan pemeriksaan
bronkoskopi fibre-optic. Dpaat diberikan bronkodilator dan steroid untuk
mengurangi bronkospasme serta peradangan. Komplikasi akhir contohnya
bronkiektasis.
30
KESIMPULAN
BAB III
Luka bakar adalah luka pada kulit atau jaringan lain yang disebabkan oleh panas
atau terkena radiasi, radioaktivitas, listrik, sentuhan atau kontak dengan bahan kimia.
Luka bakar yang luas mempengaruhi metabolisme dan fungsi setiap sel tubuh.
Semua sistem terganggu terutama sistem kardiovaskuler. Semua organ memerlukan
aliran darah yang adekuat sehingga perubahan fungsi kardiovaskuler memiliki dampak
luas pada daya tahan hidup dan pemulihan pasien. Luas area luka bakar dapat
ditentukan berdasarkan rules of nine. Pada dewasa digunakan rumus ini, yaitu luas
kepala dan leher, dada, punggung, pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan,
ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan
kaki kiri masing-masing 9%. Sisanya 1% adalah daerah genitalia. Rumus ini membantu
menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada orang dewasa.
Prinsip dari perawatan luka bakar yang sukses adalah tim. Tidak ada seorang
individu yang mampu memenuhi sendiri kebutuhan-kebutuhan akut dan jangka panjang
dari pasien luka bakar. Maka dari itu, perawatan luka bakar yang terbaik diserahkan di
sebuah pusat luka bakar khusus di mana dokter yang berpengalaman, perawat, terapis
fisik dan pekerjaan, ahli gizi, psikolog, dan pekerja sosial semua dapat berpartisipasi
dalam perawatan individu. Dengan pengecualian dari luka bakar yang kecil, semua
pasien luka bakar harus dirujuk ke pusat penanganan luka bakar.
Prognosis ditentukan oleh usia dan luas luka, serta cedera inhalasi, penanda yang
paling kuat untuk mortalitas luka bakar. Umur, bahkan sebagai variabel tunggal, dapat
memprediksi kematian pada luka bakar, dan kematian rawat inap pada pasien luka bakar
lansia adalah fungsi usia terlepas dari comorbidities. lainnya pada pasien dewasa muda,
komorbiditas seperti preinjury HIV, kanker metastatik, dan ginjal atau penyakit hati
dapat mempengaruhi mortalitas dan panjang rawat inap.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.
EGC. Jakarta. p 66-88
2. RSU Dr. Soetomo, 2004, Pedoman Diagnosa dan Terapi. Rumah Sakit
Dr.Soetomo. Bag/SMF Ilmu Penyakit Dalam. Fakutas Kedokteran
UniversitasAirlangga Surabaya
3. Sjamsuhidajat, R., De Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Ke- 2. EGC,
Jakarta, Indonesia.
4. Emergency Management for Severe Burns Injury (ESMB) Course. 18th Edition.
Australia and New Zealand Burn Association Ltd. 2016.
31