You are on page 1of 12

[Year]

MAKALAH
AKHLAK MANUSIA SEBAGAI HAMBA ALLAH
[Type the abstract of the document here. The abstract is typically a short
summary of the contents of the document. Type the abstract of the document
here. The abstract is typically a short summary of the contents of the document.]

[Type the author name]


BAB I
PENDAHULUAN

Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting, sebagai individu
maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung kepada
bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik, maka sejahteralah lahir batinnya, apabila rusak, maka
rusaklah lahir batinnya.

Kewajiban seseorang terletak pada akhlaknya yang baik, akhlak yang baik selalu membuat
orang menjadi aman, tenang, dan tidak adanya perbuatan yang tercela. Seseorang yang berakhlak
mulia selalu melaksanakan kewajiban- kewajibannya. Dia melakukan kewajiban terhadap dirinya
sendiri yang menjadi hak dirinya, terhadap Tuhan yang menjadi hak Tuhannya, terhadap makhluk
lain, dan terhadap sesama manusia.

Berangkat dari pembuatan makalah ini, kita akan mengajak teman- teman sekalian untuk sedikit
banyak mengulas apa saja yang perlu kita ketahui dan pahami tentang bagaimana berakhlak kepada
Allah dengan semestinya, yang mana setelahnya diharapkan mampu memberikan kontribusi positif
dalam berakhlak kepada Allah. Amiin.
BAB II
PEMBAHASAN

A. AKHLAK MANUSIA SEBAGAI HAMBA ALLAH


Akhlak menurut bahasa yaitu berasal dari bahasa arab (‫ )اخالق‬jamak dari kata ‫ خلق‬yang berarti
tingkah laku, perangai atau tabiat.

Sedangkan menurut istilah; akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan
dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnung lagi. Dengan demikian akhlak pada
hakikatnya adalah sikap yang melekat pada diri mausia, sehingga manusia dapat melakuakannnya
tanpa berfikir (spontan).

Di samping itu akhlak juga dikenal dengan istilah moral dan etika. Moral berasal dari bahasa
Latin mores yang berarti adat kebiasaan. Moral selalu dikaitkan dengan ajaran baik buruk yang
diterima umum atau masyarakat. Karena itu adat istiadat masyarakat menjadi standar dalam
menentukan baik dan buruknya.Menurut Kahar Masyhur akhlak kepada Allah dapat diartikan
sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada
Tuhan sebagai khalik.

Sehingga akhlak kepada Allah dapat diartikan Segala sikap atau perbuatan manusia yang
dilakukan tanpa dengan berfikir lagi (spontan) yang memang seharusnya ada pada diri manusia
(sebagai hamba) kepada Allah SWT. (sebagai Kholiq).
Manusia sebagai hamba Allah sepantasnya mempunyai akhlak yang baik kepada Allah. Hanya
Allah–lah yang patut disembah. Selama hidup, apa saja yang diterima dari Allah sungguh tidak
dapat dihitung. Sebagaimana telah Allah firmankan dalam Qur’an surat An-nahl : 18, yang artinya
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menentukan
jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar- benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Berkenaan dengan akhlak kepada Allah dilakukan dengan cara memuji-Nya, yakni menjadikan
Tuhan sebagai satu- satunya yang menguasai dirinya. Oleh sebab itu, manusia sebagai hamba Allah
mempunyai cara-cara yang tepat untuk mendekatkan diri. Caranya adalah sebagai berikut :
1. Mentauhidkan Allah
Yaitu dengan tidak menyekutukan-Nya kepada sesuatu apapun. Seperti yang digambarkan
dalam Qur’an Surat Al-Ikhlas : 1-4.[1]
2. Bertaqwa kepada Allah
Maksudya adalah berusaha dengan semaksimal mungkin untuk dapat melaksanakan apa-apa
yang telah Allah perintahkan dan meninggalkan apa-apa yang dilarang-Nya.

a. Hakekat taqwa dan kriteria orang bertaqwa


Bila ajaran Islam dibagi menjadi Iman, Islam, dan Ihsan, maka pada hakikatnya taqwa adalah
integralisasi ketiga dimensi tersebut. Lihat ayat dalam Surah Al- Baqoroh: 2-4, Ali Imron: 133-
135.
Dalam surah Al- Baqoroh ayat 2-4 disebutkan empat kriteria orang- orang yang bertaqwa, yaitu:
1). Beriman kepada yang ghoib,
2). Mendirikan sholat,
3). Menafkahkan sebagian rizki yang diterima dari Allah,
4). Beriman dengan kitab suci Al- Qur’an dan kitab- kitab sebelumnya dan
5). Beriman dengan hari akhir.
Dalam dua ayat ini taqwa dicirikan dengan iman ( no. 1,4 dan 5 ), Islam (no.2 ), dan ihsan (no.3).

Sementara itu dalam surah Ali Imron 134-135 disebutkan empat diantara ciri- ciri orang yang
bertaqwa, yakni:
1). Dermawan ( menafkahkan hartanya baik waktu lapang maupun sempit),
2). Mampu menahan marah,
3). Pemaaf dan
4). Istighfar dan taubat dari kesalahan- kesalahannya. Dalam dua ayat ini taqwa dicirikan
dengan aspek ihsan.
b. Buah dari taqwa
1. Mendapatkan sikap furqan yaitu tegas membedakan antara hak dan batil (Al- anfal : 29)
2. Mendapatkan jalan keluar dari kesulitan (At-thalaq : 2)
3. Mendapat rezeki yang tidak diduga- duga (At-thalaq : 3)
4. Mendapat limpahan berkah dari langit dan bumi (Al- A’raf : 96)
5. Mendapatkan kemudahan dalam urusannya (At-thalaq : 4)
6. Menerima penghapusan dosa dan pengampunan dosa serta mendapat pahala besar
(Al- anfal : 29 & Al- anfal : 5).[2]
3. Beribadah kepada Allah
Allah berfirman dalam Surah Al- An’am : 162 yang artinya :”Sesungguhnya sholatku, ibadahku,
hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”
Dapat juga dilihat dalam Surah Al- Mu’min : 11 & 65 dan Al- Bayyinah : 7-8.[3]
4. Taubat
Sebagai seorang manusia biasa, kita juga tidak akan pernah luput dari sifat lalai dan lupa. Karena
hal ini memang merupakan tabiat manusia. Oleh karena itu, ketika kita sedang terjerumus dalam
kelupaan sehingga berbuat kemaksiatan, hendaklah segera bertaubat kepada-Nya. Hal ini
dijelaskan dalam Surah Ali-Imron : 135.
5. Membaca Al-Qur’an
Seseorang yang mencintai sesuatu, tentulah ia akan banyak dan sering menyebutnya. Demikian
juga dengan mukmin yang mencintai Allah, tentulah ia akan selalu menyebut asma-Nya dan juga
senantiasa akan membaca firman-firman-Nya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW berkata yang
artinya : “Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya Al-Qur’an itu dapat memberikan syafaat
dihari kiamat kepada para pembacanya”.
6. Ikhlas
Secara terminologis yang dimaksud dengan ikhlas adalah beramal semata-mata mengharapkan
ridha Allah SWT. Dalam bahasa populernya ikhlas adalah berbuat tanpa pamrih, hanya semata-
mata karena Allah SWT.
a. Tiga unsur keikhlasan:
1. Niat yang ikhlas ( semata-semata hanya mencari ridho Allah )
2. Beramal dengan tulus dan sebaik-baiknya.Setelah memiliki niat yang ikhlas, seorang
muslim yang mengaku ikhlas melakukan sesuatu harus membuktikannya dengan
melakukan perbuatan itu dengan sebaik-baiknya.
3. Pemanfaatan hasil usaha dengan tepat.
b. Keutamaan Ikhlas[4]
Hanya dengan ikhlas, semua amal ibadah kita akan diterima oleh Allah SWT. Rasulullah
SAW bersabda, yang artinya :”Selamatlah para mukhlisin. Yaitu orang- orang yang bila
hadir tidak dikenal, bila tidak hadir tidak dicari- cari. Mereka pelita hidayah, mereka selalu
selamat dari fitnah kegelapan…”( HR. Baihaqi ).
7. Khauf dan Raja’
Khauf dan Raja’ atau takut dan harap adalah sepasang sikap batin yang harus dimiliki secara
seimbang oleh setiap muslim. Khauf didahulukan dari raja’ karena khauf dari bab takhalliyyah
(mengosongkan hati dari segala sifat jelek), sedangkan raja’ dari bab tahalliyah (menghias hati
dengan sifat-sifat yang baik). Takhalliyyah menuntut tarku al-mukhalafah (meninggalkan segala
pelanggaran), dan tahalliyyah mendorong seseorang untuk beramal.
8. Tawakal
Adalah membebaskan diri dari segala kebergantungan kepada selain Allah dan menyerahkan
keputusan segala sesuatunya kepadanya. Allah berfirman dalam surah Hud: 123, yang arinya :”Dan
kepunyaan Allah lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya lah dikembalikan
urusan- urusan semuanya, maka sembahlah Dia, dan bertawakallah kepada-Nya. Dan sekali- kali
Tuhanmu tidah lalai dari apa yang kamu kerjakan.”
Tawakal harus diawali dengan kerja keras dan usaha maksimal ( ikhtiar ). Tidaklah dinamai
tawakal kalau hanya pasrah menunggu nasib sambil berpangku tangan tanpa melakukan apa- apa.
B.ALASAN MENGAPA SEORANG MUSLIM HARUS BERAKHLAK KEPADA ALLAH
Seorang muslim yang baik itu memang diharuskan berakhlak yang baik kepada Allah SWT. Karena
kita sebagai manusia itu diciptakan atas kehendak-Nya, sehingga alangkah baiknya kita bersikap
santun (berakhlak) kepada sang Kholliq sebagai rasa syukrur kita.
Menurut Kahar Mashyur , Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu
beakhlak kepada Allah Yaitu:Allah-lah yang mencipatakan manusia. Dia yang menciptakan manusia
dari air yang ditumpahkan keluar dari tulang punggung dan tulang rusuk hal ini sebagai mana di
firmankan oleh Allah dalam surat at-Thariq ayat 5-7. sebagai berikut :
“Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?. Dia tercipta dari air
yang terpancar. yang terpancar dari tulang sulbi dan tulang dada. (at-Tariq:5-7)

Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan panca indera, berupa pendengaran, penglihatan,
akal pikiran dan hati sanubari, disamping anggota badan yang kokoh dan sempurna kepada
manusia. Firman Allah dalam surat, an-Nahl ayat, 78.
yang Artinya: “Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu
bersyukur. ( Q.S an-Nahal : 78)

Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi
kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air,
udara, binatang ternak dan lainnya. Firman Allah dalam surat al-Jatsiyah ayat 12-13.
yang Artinya “Allah-lah yang menundukkan lautan untuk kamu supaya kapal-kapal dapat berlayar
padanya dengan seizin-Nya, supaya kamu dapat mencari sebagian dari karunia-Nya dan mudah-
mudahan kamu bersyukur. “Dan Dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di langit dan apa
yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari pada Nya. Sesungguhnya pada yang demikian
itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kamu yang berpikir.(Q.S al-Jatsiyah :12-13 ).

Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan, daratan dan
lautan. Firman Allah dalam surat Al-Israa’ ayat, 70.
yang Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak cucu Adam, Kami angkut
mereka dari daratan dan lautan, Kami beri mereka dari rizki yang baik-baik dan Kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.
(Q.S al-Israa : 70).
C. AKHLAK SEORANG MUSLIM KEPADA ALLAH
Kita sebagai umat islam memang selayaknya harus berakhlak baik kepada Allah karena Allah lah
yang telah menyempurnakan kita sebagai manusia yang sempurna. Untuk itu akhlak kepada Allah
itu harus yang baik-baik jangan akhlak yang buruk. Seperti kalau kita sedang diberi nikmat, kita
harus bersyukur kepada Allah.
Menurut pendapat Quraish Shihab bahwa titik tolak akhlak kepada Allah adalah pengakuan dan
kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji; demikian agung sifat
itu, jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu menjangkaunya.
Seorang yang berakhlak luhur adalah seorang yang mampu berakhlak baik terhadap Allah ta’ala
dan sesamanya. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,

‫ان ْال ُخلُق ُحسْن‬ ِِ ‫َللا َم َِع أ َ َحده َما قِ ْس َم‬ ِّ ‫ع ِّز‬َ ‫ل‬ِّ ‫ َو َج‬، ‫ن َوه َُِو‬ ِْ َ ‫ن يَ ْعلَم أ‬ِّ َ ‫ُوجب مِ ْنك يَ ُكون َما ُكلِ أ‬ ُ ، ِ‫ن يَأْتِي َما َو ُكل‬
ِ ‫ع ْذ ًرا ي‬ ِْ ِ‫َللا م‬ ِ ‫ش ْك ًرا ي‬
ِّ ‫ُوجب‬ ُ
ِ َ َ‫سائ ًِرا ِإلَ ْي ِِه ُم ْعتَذ ًِرا لَ ِهُ شَاك ًِرا ت َزَ ال ف‬
، ‫ال‬ َ ‫ش ُهود ُم‬
َ ‫طالَ َعة بَيْن ِإلَ ْي ِِه‬ ُ ‫عيْب َو‬ َ ‫ َوأ َ ْع َمالك نَ ْفسك‬.

‫ الثّانِي َو ْال ِقسْم‬: ‫ النّاس َم َِع ْال ُخلُق ُحسْن‬.‫عة‬ ِِ ‫ أ َ ْم َر‬: ‫ل ْال َم ْع ُروف بَ ِْذل‬
َ ‫ان َو َج َما‬ ِ ً ‫ َوفِ ْع‬، ِ‫ل ْاْلَذَى َوكَف‬
ًِ ‫ال قَ ْو‬ ًِ ‫ال قَ ْو‬
ِ ً ‫َوفِ ْع‬

Keluhuran akhlak itu terbagi dua.

Akhlak yang baik kepada Allah, yaitu meyakini bahwa segala amalan yang anda kerjakan mesti
(mengandung kekurangan/ketidaksempurnaan) sehingga membutuhkan udzur (dari-Nya) dan
segala sesuatu yang berasal dari-Nya harus disyukuri. Dengan demikian, anda senantiasa bersyukur
kepada-Nya dan meminta maaf kepada-Nya serta berjalan kepada-Nya sembari memperhatikan
dan mengakui kekurangan diri dan amalan anda. Kedua, akhlak yang baik terhadap sesama.
kuncinya terdapat dalam dua perkara, yaitu berbuat baik dan tidak mengganggu sesama dalam
bentuk perkataan dan perbuatan.
Adapun contoh Akhlak kepada Allah itu antara lain:
a. Taqwa kepada Allah SWT.
Definisi taqwa adalah memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala
Perintahnya dan menjauhi segala larangannya.
Taqwa merupakan perintah yang wajib atas setiap orang Islam. Setiap orang beriman
diperintahkan oleh Allah dengan benar2 bertaqwa kepada Allah. Dalil2 Al-Qur'an dan
Hadis Nabi berkenaan “taqwa” serta kewajipan “bertaqwa” terlalu banyak ,
diantaranya :
Firman Allah :

‫َللا اتّقُوِاْ َءا َمنُوِاْ الّذِينَِ يأَيُّ َها‬


َِّ ‫ق‬ِّ ‫لَ تُقَاتِ ِِه َح‬
ِ ‫ن َو‬ ِ ِ‫ُّم ْس ِل ُمونَِ َوأَنتُم إ‬
ِّ ُ ‫لّ ت َ ُموت‬

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar


taqwa kepada-Nya”. [Al-Imran (3) : 102]
Firman Allah :

‫لّ قُل‬ ُِ ‫الط ِيبُِ ْال َخ ِب‬


ِ ‫يث َي ْست َ ِوى‬ ّ ‫ث كَثْ َرِة ُ أ َ ْع َج َبكَِ َولَ ِْو َو‬ َِّ ‫ب يأ ُ ْولِى‬
ِِ ‫َللا فَاتّقُوِاْ ْال َخ ِبي‬ ِِ ‫الٌّ ْل َبـ‬
ُ‫ت ُ ْف ِل ُحونَِ لَعَلّك ِْم‬
“Katakanlah (wahai Muhammad): Tidak sama yang buruk dengan yang baik,
walaupun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu. Oleh itu bertaqwalah
kepada Allah wahai orang-orang yang berakal fikiran, supaya kamu Berjaya.
[Al-Maedah(5):100]

b. Cinta kepada Allah SWT.


Definisi cinta yaitu kesadaran diri, perasaan jiwa dan dorongan hati yang
menyebabkan seseorang terpaut hatinya kepada apa yang dicintainya dengan penuh
semangat dan rasa kasih sayang.
c. Ikhlas
Definisinya yaitu semata-mata mengharap ridlo Allah. Jadi segala apa yang kita
lakukan itu semata-mata hanya mengharap ridho Allah SWT.
d. Khauf dan raja’
Khauf yaitu kegalauan hati membayangkan sesuatu yang tidak disukaiyang akan
menimpanya, atau membayangkan hilangnya sesuatu yang disukainya.
Raja’ yaitu memautkan hati pada sesuatu yang disukai.
e. Bersyukrur terhadap nikmat yang diberikan Allah
Syukur yaitu memuji sang pemberi nikmat atas kebaikan yang telah dilakukannya.
Syukurny seorang h amba berkisar atas tiga hal, yang jika ketigany tidak berkumpul
maka tidaklah dinamakann syukur. Tiga hal itu yaitu mengakui nikmat dalam batin,
membicaraknnya secara lahir, dan menjadikannya sebagai sarana taat kepada Allah.
f. Muraqobah
Dalam hal ini, Muraqabah diartikan bahwa kita itu selalu berada dalam pengawasan
Allah SWT.
g. Taubat
Taubat berarti kembali, yaitu kembali dari sesuatu yang buruk ke sesuatu yang baik.
h. Berbaik sangka kepada Allah SWT.
Maksudnya kita sebagai umat yang diciptakan oleh Allah, hendaknya khusnudzon,
jangan suudzon, karena apa yangakan diberikan oleh Allah itu pasti bak bagi kita.
i. Bertawakal kepada Allah SWT.
Bertawakal yaitu kita berserah diri kepada Allah. Setelah kita memohon kepada Allah
hendaknya kita berrusaha, bukan hanya diam diri untuk memenuhi do’a kita. Itu yang
dimaksud dengan tawakal.
j. Senantiasa mengingat Allah SWT.
Salah satu akhlak yang baik kepada Allah yaitu kita selalu mengingat Allah dalam
keadaan apapun, baik dalam keadaan susah maupun senang.
k. Memikirkan keindahan ciptaan Allah SWT.
Yaitu kita dianjurkan untuk melakukan Tadzabur Alam, memikirkan tentang
bagaimana kita diciptakan, dan lain-lain yang berkaitan dengan ciptaan Allah yang lain,
supaya kita dapat merasakan keagungan Allah SWT. Sehingga kita dapat berakhlak
yang baik kepada Allah.
l. Melaksanakan apa-apa yang diperintahkan Allah SWT.
Sebagai hamba Allah yang baik hendaknya kita melakukan Amar ma’ruf,
m. Menjauhi apa yang dilarang Allah SWT.
Sebagai hamba Allah yang baik hendaknya kita Nahi Munkar.

Setiap muslim meyakini, bahwa Allah adalah sumber segala sumber dalam kehidupannya.
Allah adalah Pencipta dirinya, pencipta jagad raya dengan segala isinya, Allah adalah pengatur
alam semesta yang demikian luasnya. Allah adalah pemberi hidayah dan pedoman hidup dalam
kehidupan manusia, dan lain sebagainya. Sehingga manakala hal seperti ini mengakar dalam diri
setiap muslim, maka akan terimplementasikan dalam realitabahwa Allah lah yang pertama kali
harus dijadikan prioritas dalam berakhlak. Jika kita perhatikan, akhlak terhadap Allah ini
merupakan pondasi atau dasar dalam berakhlak terhadap siapapun yang ada dimuka bumi ini. Jika
seseorang tidak memiliki akhlak positif terhadap Allah, maka ia tidak akan mungkin memiliki
akhlak positif terhadap siapapun. Demikian pula sebaliknya, jika ia memiliki akhlak yang karimah
terhadap Allah, maka ini merupakan pintu gerbang untuk menuju kesempurnaan akhlak terhadap
orang lain. Diantara akhlak terhadap Allah SWT adalah:
1. Taat terhadap perintah-perintah-Nya.
Hal pertama yang harus dilakukan seorang muslim dalam beretika kepada Allah SWT,adalah
dengan mentaati segala perintah-perintah-Nya. Sebab bagaimana mungkin iatidak mentaati-
Nya, padahal Allah lah yang telah memberikan segala-galanya padadirinya.
Allah berfirman (QS. 4 : 65):
Mereka pada hakekatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam
perkara yang mereka perselisihkan, kemdian mrekea tidak merasa keberatan dalam hati
mereka terhadapptutusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.´

Karenataat kepada Allah merupakan konsekwensi keimanan seoran muslim kepada AllahSWT.
Tanpa adanya ketaatan, maka ini merupakan salah satu indikasi tidak adanyakeimanan. Dalam
sebuah hadits, Rasulullah SAW juga menguatkan makna ayat diatas dengan bersabda:
Tidak beriman salah seorang diantara kalian,hingga hawa nafsunya (keinginannya) mengikuti
apa yang telah datang dariku(Al-Qur’an dan sunnah).” (HR. Abi Ashim al-syaibani).

2. Memiliki rasa tanggung jawab atas amanah yang diembankan padanya.


Hal kedua yang harus dilakukan seorang muslim kepada Allah SWT, adalah memiliki rasa
tanggung jawab atas amanah yang diberikan padanya. Karena pada hakekatnya,kehidupan
inipun merupakan amanah dari Allah SWT. Oleh karenanya, seorang mukmin senantiasa
meyakini, apapun yang Allah berikan padanya, maka itumerupakan amanah yang kelak akan
dimintai pertanggung jawaban dari Allah. Dalamsebuah hadits, Rasulullah SAW pernah
bersabda:Dari Ibnu Umar ra, Rasulullah SAW bersabda,
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian bertanggung jawab terhadap apa
yang dipimpinnya. Seorang amir (presiden/ imam/ ketua) atas manusia,
merupakanpemimpin, dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang suami
merupakan pemimpin bagi keluarganya, dan ia bertanggung jawab atas apa
yang dipimpinnya. Seorang wanita juga merupakan pemimpin atas rumah keluarganya dan
juga anak-anaknya, dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang hamba
adalah pemimpin atas harta tuannya, dan ia bertanggung jawab terhadap apayang
dipimpinnya. Dan setiap kalian adalah pemimpin, dan bertanggung jawab atas apa yang
dipimpinnya.” (HR. Muslim)
3. Ridha terhadap ketentuan Allah SWT.
Yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah SWT, adalah ridhaterhadap segala
ketentuan yang telah Allah berikan pada dirinya. Seperti ketikaia dilahirkan baik oleh keluarga
yang berada maupun oleh keluarga yang tidak mampu, bentuk fisik yang Allah berikan
padanya, atau hal-hal lainnya. Karenapada hakekatnya, sikap seorang muslim senantiasa yakin
(baca; tsiqah) terhadapapapun yang Allah berikan pada dirinya. Baik yang berupa kebaikan,
atau berupakeburukan. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:” sungguh mempesona
perkara orang beriman. Karena segalaurusannya adalah dipandang baik bagi dirinya. Jika ia
mendapatkan kebaikan, iabersyukur, karena ia tahu bahwa hal tersebut merupakan hal
terbaik bagidirinya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena ia tahu bahwa
haltersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya.” (HR. Bukhari)
Apalagiterkadang sebagai seorang manusia, pengetahuan atau pandangan kita
terhadapsesuatu sangat terbatas. Sehingga bisa jadi, sesuatu yang kita anggap baik justru
buruk, sementara sesuatu yang dipandang buruk ternyata malah memilikikebaikan bagi diri
kita.
4. Senantiasa bertaubat kepada-Nya.
Sebagaiseorang manusia biasa, kita juga tidak akan pernah
luput dari sifat lalai danlupa. Karena hal ini memang merupakan tabiat manusia. Oleh karena
itulah, etikakita kepada Allah, manakala sedang terjerumus dalam “kelupaan” sehingga
berbuatkemaksiatan kepada-Nya adalah dengan segera bertaubat kepada Allah SWT. DalamAl-
Qur’an Allah berfirman (QS. 3 : 135) :”Dan jugaorang-orang yang apabila mengerjakan
perbuatan keji atau menganiaya diri mereka sendiri,mereka ingat akan Allah,lalu memohon
ampun terhadap dosa-dosa mereka. Dan siapakah yang dapatmengampuni dosa selain Allah?
dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itusedang mereka mengetahui.”
5. Obsesinya adalah keridhaan ilahi.Seseorangyang benar-benar beriman kepada Allah SWT,
akan memiliki obsesi dan orientasidalam segala aktivitasnya, hanya kepada Allah SWT. Dia
tidak beramal danberaktivitas untuk mencari keridhaan atau pujian atau apapun dari
manusia.Bahkan terkadang, untuk mencapai keridhaan Allah tersebut, terpakasa
harusmendapatkan µketidaksukaan dari para manusia lainnya. Dalam sebuah haditsRasulullah
SAW pernah menggambarkan kepada kita:
“Barang siapa yang mencari keridhaan Allah dengan adanya kemurkaan manusia,
makaAllah akan memberikan keridhaan manusia juga. Dan barang siapa yang
mencarikeridhaan manusia dengan cara kemurkaan Allah, maka Allah akan
mewakilkankebencian-Nya pada manusia.” (HR. Tirmidzi, Al-Qadha dan ibnu Asakir).

Dan halseperti ini sekaligus merupakan bukti keimanan yang terdapat dalam dirinya.Karena
orang yang tidak memiliki kesungguhan iman, otientasi yang dicarinyatentulah hanya
keridhaan manusia. Ia tidak akan perduli, apakah Allah menyukaitindakannya atau tidak. Yang
penting ia dipuji oleh oran lain.
6. Merealisasikan ibadah kepada-Nya.
Akhlak berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah SWTadalah
merealisasikan segala ibadah kepada Allah SWT. Baik ibadah yang bersifat mahdhah ataupun
ibadah yang ghairu mahdhah. Karena padahakekatnya, seluruh aktiivitas sehari-hari adalah
ibadah kepada Allah SWT.Dalam Al-Qur’an Allah berberfirman (QS. 51 : 56)
ِّ ‫س ْال ِج‬
‫ن َخلَ ْقتُِ َو َما‬ َِ ‫ُون إِل َواإل ْن‬
ِِ ‫ِليَ ْعبُد‬
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

https://diahwulaningsih123.wordpress.com/2011/11/25/akhlak-seorang-muslim-terhadap-allah-
swt/

Djatmika rachmat, 1996, Sistem etika Islam ( Akhlak Mulia ). Jakarta : Pustaka Panjimas.

Abdullah Yatimin, 2007, Study Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta : Amzah.

Ilyas Yunahar, 2005, Kuliah Akhlak. Yogyakarta : LPPI.

http:\\akhlakterhadapAllah.com

You might also like