Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. B
Umur : 46 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Nguter, Sukoharjo
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
No. RM : 274XXX
Tanggal operasi :21 April 2015
B. ANAMNESIS
1. Keluhan utama
Nyeri perut
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Sukoharjo pada hari Senin tanggal 20
April2015 dengan keluhan perut terasa sakit, tidak bisa kentut dan BAB.
Pasien merasa perut kembung dan dirasa semakin sakit. Riwayat
penyakit serupa disangkal.
3. Riwayat penyakit dahulu
a. Riwayat hipertensi : disangkal
b. Riwayat DM : disangkal
c. Riwayat asma : disangkal
d. Riwayat alergi : disangkal
e. Riwayat penyakit jantung : disangkal
f. Riwayat penyakit hati : disangkal
g. Riwayat penyakit ginjal : disangkal
4. Riwayat penyakit keluarga
a. Riwayat hipertensi : disangkal
b. Riwayat DM : disangkal
c. Riwayat asma : disangkal
d. Riwayat alergi : disangkal
5. Riwayat obat-obatan
a. Obat kortikosteroid : disangkal
b. Obat antihipertensi : disangkal
c. Obat antidiabetik : disangkal
d. Obat antibiotik : disangkal
e. Obat penyakit jantung : disangkal
6. Riwayat Operasi dan Anestesi : disangkal
7. Kebiasaan Sehari-hari
a. Merokok : disangkal
b. Konsumsi alkohol : disangkal
8. Anamnesis Sistem
a. Sistem serebrospinal : nyeri kepala (-), pusing (-), demam (-)
b. Sistem respirasi : batuk (-), pilek (-), sesak nafas (-)
c. Sistem kardiovaskuler : nyeri dada (-), berdebar-debar (-)
d. Sistem pencernaan : mual (-), muntah (-), nyeri perut (-)
e. Sistem urogenital : BAK (-)
f. Sistem musculoskeletal : gerak bebas
g. Sistem integumentum : ikterik (-), sianosis (-), akral hangat (+)
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Sistem Generalis
Keadaan umum : baik, tidak tampak kesakitan
Gizi : kesan gizi cukup
Kesadaran : compos mentis, GCS E4V5M6
BB : 60 kg
2. Vital Sign
TD : 120/80 mmHg
N : 82x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,8°C
3. Status Lokalis
a. Kepala
Bentuk : mesosefal, simetris, deformitas (-), tanda trauma (-
)
Rambut : hitam, distribusi rata, tidak mudah dicabut
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Mulut : tidak ada gangguan dalam membuka rahang,
tampak arkus faring, uvula dan palatum molle, darah (-), susunan
gigi baik
b. Leher
Pembesaran KGB (+)
Benjolan di leher (-)
c. Thorax
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : bunyi jantung I-II regular, bising (-)
Pulmo
Inspeksi : simetris, tanda trauma (-) ketinggalan gerak (-),
retriksi (-)
Palpasi : fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+) normal, suara tambahan (-)
d. Abdomen
Inspeksi : simetris, sejajar dengan dinding thorax, sikatrik (-)
Auskultasi : peristaltic (↓)
Palpasi : nyeri tekan (-), nyeri tekan lepas (-), tidak teraba
massa (-), hepar dan lien tidak teraba. Psoas sign (-), Obturator sign
(-), Rovsing sign (-), Blumberg sign (-)
Perkusi : timpani, pekak beralih (-)
e. Ekstremitas
Akral hangat
Edema (-/-), sianosis (-/-)
D. PEMERIKSAAN TAMBAHAN
a. L
a Pemeriksaan Nilai Nilai rujukan
E. DIAGNOSIS
Ileus
F. KESIMPULAN
Berdasarkan sistem fisik, diklasifikasikan dalam ASA II. ACC operasi
dengan General Anaesthesia
G. PENATALAKSANAAN
Terapi operatif : Laparoscopy
H. TINDAKAN ANESTESI
a. Pre operasi
1. Informed consent / persetujuan tindakan operasi dan anestesi
2. Pasien puasa 6 jam pre operatif, penting untuk mencegah aspirasi
lambung dari regurgitasi dan muntah
3. Keadaan umum dan vital sign (120/80 mmHg), respiasi 24x/menit,
nadi 82x/menit, suhu 36,80C.
4. Managemen terapi cairan
Pengganti puasa (PP) (pasien 60 kg)
=lama puasa (jam) x BB
= jam x 60
= 360cc
Pasien telah mendapat 200 cc cairan sebelum operasi dimulai,
cairan pengganti puasa terpenuhi
Maintenance (M) (pasien 60 kg)
60 x 2 cc/kgBB = 120 cc
Jumlah cairan maintenance = 120 cc
Stresss operatif (SO) (jenis operasi besar)
= 8 cc x 60 kg
= 480 cc
Penggantian cairan selama operasi
Jam I = ½ x PP + M + SO
Jam II = ¼ x PP + M + SO
Jam III = ¼ x PP + M + SO
Jam I = 180 cc + 120 cc + 480 = 690 cc
Jam II = 180 + 120 cc + 480 cc = 645 cc
b. Peri operasi
Pasien masuk ke ruang OK, diposisikan di atas meja operasi, diukur
lagi tekanan darah, nadi, respirasi dan saturasi (TD: 143/101 mmHg,
N: 126x/menit, RR: 22x/menit, SPO2:99%)
Persiapan obat yang digunakan:
- Midazolam dosis premedikasi 0,05 mg x 60 kg = 3 mg
- Propofol dosis induksi 2-3 mg x 60 kg = 120 mg
- Atracurium dosis intubasi 0,5 mg x 60 kg = 30 mg
- Fentanyl dosis intubasi 1-3 mg x 60 kg = 60 mg
Premedikasi
- 14.30 pasien diberi injeksi midazolam 3 mg IV sebagai sedasi
Induksi
- 14.37 injeksipropofol 120mg, fentanyl dan atracurium.
- Tingkat kedalaman anestesi dinilai dari hilangnya reflek bulu
mata.
- Dipasang orofaringeal airway (goedel) lalu diberi face mask yang
telah terpasang dengan mesin anestesi dengan fresh flow gas O2
dan N2O 50:50 sambil dilakukan bagging ± 3 menit untuk
menentukan pengembangan paru dan pelemas otot
- Laringoskopi dimasukkan sampai terlihat glottis dan rima glottis
- Asisten melakukan Sellick Manuver dengan menekan cartilage
cricoidea
- ETT ukuran 7 dimasukkan. Menghubungkannya ke pompa,
menggembungkan cuff dengan spuit dan mendengarkan suara
paru lalu fiksasi ETT dan goedel
- Sevofluran, O2 dan N2O dialirkan sebagai anestesi rumatan.
Setelah tingkat anestesi dalam operasi dimulai.
- 14.45 operasi dimulai
Maintenance
- Maintenance dengan N2 O 2L/menit sebagai analgetik,
sevoflurane 2 volt% dan O2 2L/menit untuk menanggulangi efek
pengenceran O2 pada alveoli oleh N2O.
Tabel perubahan tekanan darah, nadi, respirasi rate dan saturasi
O2
Waktu TD HR (x/menit) RR Sp O2 (%)
(mmHg) (x/menit)
14.30 143/101 107 20 99
14.35 147/105 107 20 98
14.40 163/97 115 20 99
14.45 120/84 92 20 99
14.50 93/65 90 21 99
14.55 112/75 120 20 99
15.00 150/105 109 20 99
15.05 136/95 119 22 99
15.10 149/104 114 22 99
15.15 131/93 106 22 99
15.20 126/93 85 21 99
15.25 125/86 99 20 99
- Sevoflurane dikurangi dan dihentikan beberapa menit sebelum
operasi selesai. 15.25 operasi selesai, N2O dihentikan pasien
hanya diberikan O2, ETT dilepas dan pasien diberi O2 pernasal.
Pasien mulai sadar goedel dilepas.
c. Post Operasi
Setelah operasi pasien dipindahkan ke recovery room
Monitoring keadaan umum pasien dengan alderette score
- Kesadaran : dapat dibangunkan tapi cepat tidur =1
- Warna kulit : merah muda =2
- Aktivitas : dapat menggerakkan semua ekstremitas =2
- Respirasi : sanggup nafas dalam dan batuk =2
- Kardiovaskuler : TD deviasi 20% dari normal =2
Total alderette score =9
Kriteria pindah dari recovery room ke bangsal jika alderette
score ≥8 dan tanpa ada nilai 0 atau alderette score>9, maka
pasien dapat dipindahkan ke bangsal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANESTESI GENERAL
1. DEFINISI
General anesthesia atau anestesi umum adalah ketidaksadaran yang
dihasilkan oleh obat – obatan. Menghilangkan rasa sakit seluruh tubuh
secara sentral disertai hilangnya kesadaran yang bersifat reversibel.
Selama anestesi umum, seseorang dalam keadaan tidak sadar namun bukan
dalam keadaan tidur sebenarnya. Anestesi umum dengan efeknya di atas
memungkinkan untuk digunakan dalam operasi atau pengobatan lainnya
yang mempunyai rasa sakit yang tidak bisa ditolerir.
Perbedaan dengan anestesi lokal antara lain, pada anestesi lokal
hilangnya rasa sakit setempat sedang anestesi umum seluruh tubuh. Pada
anestesi lokal yang terpengaruh saraf perifer, sedang pada anestesi umum
yang terpengaruh adalah saraf sentral dan anestesi lokal tidak terjadi
kehilangan kesadaran.
2. MEDIKASI
Di dalam prakteknya, obat – obat anestesi dimasukkan ke dalam tubuh
melalui inhalasi, atau parental, ada pula yang dimasukkan melalui rektal
tetapi jarang dilakukan.
1. Obat inhalasi antara lain:
N₂0
Halothan
Enflurane
Ether
Isoflurane
Sevoflurane
Metoxiflurane
Trilene
2. Obat melalui parental antara lain:
Intravena antara lain penthotal, ketamin, propofol, etomidat dan
golongan benzodiazepin
Intramuskular antara lain ketamin.
3. Obat melalui rectal antara lain:
Etomidat (dilakukan untuk induksi anak).
4. KOMPLIKASI
Efek samping paling sering dari anestesi umum adalah mual dan
muntah setelah operasi. Beberapa orang mungkin mengalami sakit
tenggorokan dan kerusakan pada gigi, gusi, lidah ataupun plica vokalis
akibat masuknya endotracheal tube kedalamnya. Komplikasi paling serius
dan paling jarang adalah malignant hyperthermia, serangan jantung,
stroke, atau kematian. Hal tersebut dapat terjadi pada pasien dengan
gangguan jantung, hipertensi, diabetes, penyakit ginjal, dan atau penyakit
paru.
4. PERSIAPAN TINDAKAN
1. Dobson, M.B.,ed. Dharma A., Penuntun Praktis Anestesi, EGC, 1994, Jakarta.
2. Staf Pengajar Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UI, Anestesiologi,
1989, Jakarta.