You are on page 1of 69

T E R A PA N

.1. PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI


Produktivitas mempunyai beberapa pengertian. Pertama, pengertian filosofis,
produktivitas mengandung pengertian sikap mental yang selalu mempunyai pandangan
bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari kemarin, dan hari esok harus lebih
baik dari hari ini. Pegertian ini mempunyai makna bahwa kita harus melaukukan
perbaikan.
Pengertian kedua, produktivitas adalah perbandingan antara keluaran dan
masukan. Rumus ini berlaku untuk perusahaan, industrri dan ekonomi keseluruhannya.
Lebih sederhana, maka produktivitas yang dimaksud disini adalah perbandingan secara
ilmu hitung antara jumkah yang dihasilkan dan jumlah setiap sumber daya yang
dipergunkan selama proses berlangsung
Sumber daya tersebut antara lain bahan baku, teknologi, modal, SDM.
Peningkatan produktivitas berlainan dengan peningkatan produksi. Produksi adalah hasil
akhir dari suatu proses. Peningkatan produksi belum tentu disertai dengan peningkatan
produktivitas. Produktivitas dapat digunakan sebagai ukutran tingkat efisiensi, efektifitas,
dan kualitas setiap sumber daya yang digunakan selama produksi berlangsung.
Hasil antara output dan input akan menghasilkan suatu besaran ini akan
memperlihatkan :
1. Apakah produktivitas itu akan meningkat dari suatu periode ke periode lain ?
2. Apakah produktivitas suatu perusahaan lebih baik dari yang lain ?

Dari formulasi diatas dapat disebut produktivitas naik apabila :

1. Keluaran meningkat tapi masukan tetap atau menurun


2. Keluaran tetap tetapi masukam menurun
3. Keluaran meningkat dan masukan meningkat tetapi perbedaan keluaran lebih
besar dari kenaikan masukan

 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS


Didalam diri tenaga kerja antara lain : sikap mental, motivasi, disiplin, dan etos
kerja. Seorang tenaga kerja dengan sikap mental, motivasi yang tinggi serta disiplin
dan etos kerja yang tinggi akan selalu memacu dirinya untuk bekerja lebih produktif.
Motivasi kerja adalah dorongan kehendak yang ada dalam diri tenaga kerja untuk
berperilaku meningkatkan produktivitas kerja.

Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas adalah :

 Pendidikan
 Keterampilan dan kemampuan
 Sistem menajemen
 Teknologi yang digunakan
 Sarana produksi
 Iklim lingkungan kerja
 Sikap dan cara kerja
 Hubungan kerja
 Kesehatan dan gizi kerja
 Jaminan sosial

2. METODOLOGI PENELITIAN DALAM HIPERKES

Penelitian pada umumnya, bertujuan untuk mengumpulkan informasi,


merencanakan kegiatan, mencatat-mengolah-menyajikan, dan menganalisa data, serta
melaporkan penemuan-penemuan yang semuanya dilakukan secara sistematis.

Dalam Hiperkes, metodologi diperlukan untuk membantu menganalisa berbagai


hal yang terjadi di tempat kerja, yang berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan
tenaga kerja sehingga didapatkan kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan.
LANGKAH-LANGKAH METODE PENELITIAN :

1. Mengidentifikasi dan Merumuskan Masalah :


Masalah merupakan suatu kesenjangan antara kenyataan yang terjadi dengan yang
seharusnya terjadi, antara harapan dan kenyataan.
Untuk memilih masalah yang layak dan relevan diteliti, dapat menggunakan
criteria, antara lain : baru, aktual, praktis, memadai, sesuai dng kebijakan pemerintah dan
ada yg mendukung.
Masalah penelitian harus baru, artinya masalah tersebut belum pernah diungkap,
dan masalah juga harus actual atau benar-benar terjadi/berlangsung di masyarakat. Suatu
penelitian selalu memerlukan sumber daya (tenaga, pikiran, biaya) dan waktu. Untuk itu
masalah penelitian harus mempunyai nilai yang praktis, artinya hasil penelitian harus
dapat menunjang kegiatan yang praktis.
Ruang lingkup masalah penelitian harus dibatasi (memadai), disesuaikan dengan
kemampuan dan sumber daya yang ada agar hasil penelitian dapat
dipertanggungjawabkan. Masalah-masalah yang bertentangan dengan kebijakan
pemerintah, undang-undang, ataupun adat istiadat masyarakat tidak dapat diangkat
menjadi masalah penelitian karena selain bertentangan juga dapat mengundang kekuatan
social politik yang dapt menghambat jalannya penelitian.
Penelitian apa pun memerlukan biaya. Biaya-biaya dapat diperoleh dari instansi-
instansi pendukung atau sponsor, baik pemerintah maupun swasta. Agar penelitian dapat
didukung oleh sponsor, maka masalah penelitian yang dipilih harus sesuai dengan
masalah yang dirasakan oleh para sponsor.
2. Menetapakan Tujuan Penelitian :

Tujuan penelitian akan mengidentifikasi ke arah mana, atau data informasi apa yang
akan dicari melalui penelitian itu. Tujuan penelitian dirumuskan dalam bentuk pernyataan
yang konkrit yang dapat diamati (observable) dan dapat diukur (measurable). Contoh
tujuan penelitian : Untuk mengetahui hubungan antara paparan arsenic yang organic
dari pertambangan dengan kemungkinan menderita penyakit kanker kulit.

Tujuan penelitian dapat di bagi dua, yaitu tujuan khusus dan tujuan umum. Tujuan
khusus merupakan penjabaran daripada tujuan umum yg lebih spesifik. Apabila Tujuan
umum suatu penelitian yang tidak dapat dispesifikkan lagi, maka tidak perlu adanya
tujuan khusus dan tujuan umum, cukup dengan tujuan penelitian saja.
3. Tujuan Kepustakaan :
Tinjauan kepustakaan ini biasanya mencakup dua hal berikut :
 Tinjauan teori yang berkaitan dengan maslah penelitian. Tujuannya agar peneliti
mempunyai wawasan yang luas sebagai dasar untuk mengembangkan atau
mengidentifikasi variable-variabel yang akan diteliti.
 Tinjauan dari hasil-hasil penelitian lain yang berkaitan dengan maslah yang akan
diteliti. Hal ini penting agar dapat menghindari pengulangan dari penelitian yang
telah dilakukan oleh orang lain.

4. Merumuskan Konsep Kerangka Penelitian :


Kerangka konsep penelitian pada dasarnya merupakan uraian konsep-konsep serta
variabel-variabel yang akan diukur.
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebaga ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki
atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep tertentu, misalnya : umur,
jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, penyakit.

Variabel dapat dibagi atas :


• Variabel bebas atau disebut variabel perlakuan di mana dapat merubah
variable lain dalam variasinya,
• Variabel tergantung atau disebut juga variabel terpengaruh yang dapat
dirubah oleh variabelbebas,
• Variabel perantara adalah merupakan variable penghubung yang
menjembatani pengaruh suatu variable bebas dan variable tergantung,
• Variabel pendahulu adalah variable bebas yang berpengaruh pada variable
tergantung tetapi sekaligus berpengaruh pada variable lain yang juga berperan.

Variabel berdasarkan kriterianya, dibagi atas :


• Skala nominal, merupakan suatu himpunan yang terdiri dari anggota-
anggota yang mempunyai kesamaan dan memiliki perbedaan dari anggota himpunan
yang lain,
• Skala ordinal, merupakan himpunan yang beranggotakan menurut
ranking, urutan. Pangkat, atau jabatan
• Skala interval, seperti skala ordinal tetapi himpunan tersebut dapat
memberikan nilai interval atau jarak antar urutan kelas bersangkutan
• Skala ratio, variable yang mempunyai perbandingan yang sama, lebih
besar dan lebih kecil. Variable seperti panjang, berat, dan angka agregasi sebagai
variable ratio.

5. Merumuskan Hipotesis :
Hipotesa merupakan suatu jawaban sementara dari pernyataan penelitian.
Hipotesa berfungsi untuk menentukan kearah pembuktian, artinya hipotesa adalah
merupakan pernyataan yang harus dibuktikan.
Hipotesa dalam penelitian mempunyai peranan untuk memberi batasan dan
memperkecil jangkauan penelitian, memfokuskan perhatian dalam pengumpulan data,
sebagai panduan dan pengujian serta penyesuaian dengan data. Dan membantu
mengarahkan dalam mengidentifikasikan variasi-variasi yang akan diamati.

6. Merumuskan Metode Penelitian :


Dalam metode penelitian ini mencakup :
• Jenis penelitian, yaitu metoda penelitian mana yang digunakan.
• Populasi dan sampel, dalam populasi dijelskan secara spesifik tentang
siapa atau golongan mana yang menjadi sasaran penelitian.
• Cara pengumpulan data, dijelaskan cara dan metode yang digunakan untuk
pengumpulan data.
• Instrumen penelitian, adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data.
• Rencana pengolahan dan analisa data, yaitu rencana yang akan dilakukan
untuk mengolah dan analisa data, kemudian uji statistic yang akan
digunakan termasuk program computer untuk uji statistic.

7. Pengumpulan Data :
Dalam pengumpulan data, banyak digunakan dengan cara pengambilan
sampel penelitian atau dengan teknik-teknik tertentu sehingga sampel dapat
mewakili populasinya. Teknik dengan menggunakan sampel disebut : “Teknik
Sampling”.
Pengambilan data dng sampel dpt dilakukan dng beberapa cara, yaitu :
a. Random Sampling : yang digunakan jika anggota populasi bersifat
homogeny sehingga setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang
sama untuk diambil sebagai sampel.
b. Non Random Sampling : dilakukan tidak dengan cara acak tetapi
berdasarkan kemungkinan yang dapat diperhitungkan.

8. Mengolah dan Menganalisis Data :

Data yang diperoleh dari hasil penelitian biasanya berupa data kualitatif atau data
kuantitatif .

Sesuai dengan sifat di atas, dapat dibagi berdasarkan pada teknik pengolahannya,
yaitu :
a. Teknik non statistik : pengambilan kesimpulan umum berdasarkan hasil
observasi yg khusus, dalam hal ini data kualitatif tidak dirubah menjadi data
kuantitatif.
b. Teknik statistik : pengambilan kesimpulan dengan mengolah data secara
statistik baik dengan secara manual maupun dengan komputerisasi. Dalam
pengolahan atau analisis data ini dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
 Analisis Univariat : tiap variable hasil penelitian diditribusikan dan dibuat
presentase.
 Analisis Bivariat : dilakukan terhadap dua variable yang diduga saling
berhubungan atau berkolerasi.
 Ananlisis Multivariat : dilakukan terhadap lebih dari dua variable.

9. Penyajian Data dan Pembuatan Laporan :


Bentuk dan format dalam pembuatan laporan dapat berbeda-beda, namun
prinsip dasar dari laporan adalah sama, yaitu :
a. Pendahuluan dapat terdiri atas : halaman judul, kata pengatar, daftar isi.
b. Isi pokok laporan dapat terdiri atas : pendahuluan, bahan dan cara, hasil
penelitian, kesimpulan dan rekomendasi, penutup.
3 EPIDEMIOLOGI DALAM HIPERKE (Occupationa Epidemiology)

Epidemiologi berasal dari kata Epi (atas) , Demos ( penduduk) & Logos (studi).
Sehingga dari arti kata di atas maka Epidemiologi adalah studi mengenai apa yang
menimpa penduduk, dalam arti luas dimaksudkan suatu studi mengenai terjadinya &
distribusi keadaan, penyakit, dan perubahan penduduk, begitu juga determinan2 & akibat
yang terjadi pd kelompok penduduk.

Epidemiologi merupakan ilmu terapan dengan dasar ilmu lainnya, mis : statistik
kependudukan, mikrobiologi, kimia. Serta mencakup beberapa bidang, seperti :

1 Epidemiologi Klinik

2 Epidemiologi Lingkungan

3 Epidemiologi Kesehatan

4 Epidemiologi Manajemen Kesehatan

Cirinya Epidemiologi yaitu studi pada kelompok penduduk (bukan individu).


Artinya seorang epidemiologist melakukan : anamnese, pemeriksaan Laboratirium,
menyusun diagnosa, serta melakukan tindakan pengobatan pada kelompok penduduk
sasaran tertentu.

Perhatian Epidemiologi lebih ditekankan pada pencegahan (prevention)


dibandingkan dgn pengobatan (treatmen).

3 faktor kontribusi yang menyebabkan seseorang menderita sakit : faktor agent, host &
lingkungan

1. FAKTOR AGENT
• Berupa : organisme/bhn yang secara langsung menyebabkan penyakit.
• Faktor etiologik pada perusahaan yang menimbulkan penyakit antara lain :
1. Gol. Fisik : suara, radiasi, suhu yg tinggi, tek.udara yg tinggi, penerangan lampu
yg krg dll.
2. Gol. Kimiawi : debu yg mrnyebabkan pneumocosis, mis :abestosis, silikosis. Uap
yg menyebabkan “metal fume fever”, dermatis/keracunan.
3. Gol. Infeksi : bibit penyakit (antraks)
4. Gol. Fisiologik : kesalahan-kesalahan padaa konstruksi mesin, sikap badan kurang
baik, cara kerja yang salah yang semuanya mengakibatkan perubahan fisik tubuh
para pekerja.
5. Gol. Mental-psikologik : hub.kerja yang kurang baik antara sesama pekerja &
atau pekerja dengan pimpinan.

2. FAKTOR HOST
Yaitu pada tenaga kerja itu sendiri yg dipengaruhi oleh beberapa factor,
antara lain : Faktor kekebalan / imunitas, Faktor gizi dan Faktor pelayanan
kesehatan yg ada di perusahaan.

3. FAKTOR LINGKUNGAN
Meliputi keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhu kesehatan karyawan
perusahaan, seperti: Faktor biologik , Faktor kimiawi, dan Faktor sosio-ekonomi

 VARIABEL EPIDEMIOLOGI

Seorang pekerja dapat tergnggu kesehatannya karena adanya


ketidakseimbangan antara agent, host dan lingkungan tetapi tidak bisa menerangkan
bagaimana perkembangan/perjalanan penyakit itu lebih lanjut. Apakah penyakit ini
akan memperburuk atau malahan memperbaiki tingkat kesehatan pekerja
bersangkutan, atau apakah mungkin akan mengenai pekerja lain atau tidak, karena
epidemiologi mempelajari penyakit yang terjadi pada kelompok pekerja, bukan pada
pekerja orang per orang (secara individu). Dan hal ini dapat dilakukan dengan
memperhatikan 3 (tiga) variable, yaitu :
A) Variabel Orang :
• Umur, jenis kelamin, kelas sosial, perusahaan, pekerjaan, suku bangsa, status
perkawinan & kebiasaan hidup.
• Mempengaruhi : frekuensi timbulnya penyakit, karena adanya pengaruh
kepekaan/daya tahan tubuh terhadap paparan, yang secara garis besar di bagi
dalam 2 kelompok, yaitu :
1. Ditentukan sejak pembuahan dalam rahim, seperti : umur, jenis kelamin,
keturunan dll.
2. Diperoleh / didapat sewaktu perjalanan hidupnya. Seperti : keadaan gizi,
imunisasi, perilaku kebiasaan (merokok, olahraga), pekerjaan (langsung dan tidak
langsung)

B) Variabel Tempat

Pengaruhya pd perkembangan penyakit dilihat dair kriteria sbb :

1. Frekuensi ganguan.kesehatan tinggi pada pekerja yang bekerja di tempat


tersebut.
2. Para pekerja yang sehat yang bekerja di tempat tesebut) menjadi sakit
dengaan frekuensi yang sama dengan pekerja yang sudah ada di sana.
3. Ggn. Kesehatan yang sama tidak ditemukan / dengan frekuensi rendah
ditemukan pada pekerja yang berada di luar tempat kerja tersebut.
4. Ggn. Kesehatan yang sama tidak di temukan / dengan frekuensi rendah di
temukan pada kel.pekerja yang meninggalkan tempat kerja tersebut.

C) Variabel Waktu

• Timbulnya gangguan bisa dalam hitungan menit, jam, hari, bulan atau
siang/malam.
• Ditentukan oleh adanya :
1. Perubahan keg. Dari host
2. Perubahan sifat dr agent
3. Lamanya waktu kontak antara host & agen
PENILITIAN EPIDEMIOLOGI

Untuk dapat mengetahui cara mencegah penyakit akibat kerja, seorang dokter
perusahaan harus dapat menjawab pertanyaan sbb :

• Siapa sj yg terkena penyakit (karakteristiknya)


• Di mana penyakit itu awl mulai timbul
• Bilamana penyakit itu timbul (awl & akhr)
• Mengapa penyakit itu timbul
Untuk dapat menjawab pertanyaan diatas, kita dapat mengenal berbagai studi/riset
yang penggunaanya tergantung dari keperluan.

1. Studi Epidemiologi Deskriptif


Tujuannya untuk mengetahui brp byk/bsrnya & dlmnya penyakit akibat krj yg
terjadi

a. mencari siapa saja, berapa orang dari kelompok mana saja, di tempat kerja apa
dan kapan terjadinya.
b. Data yang dikumpulkan dari satu kelompok dengan karakteristik tertentu
(population at risk).
Tidak melakukan uji statistik (tidak membuktikan hipotesa). Yang disampaikan
hanya frekuensi datanya.

2. Studi Epidemiologi Analitik


Tujuannya untuk mengetahui apa penyebab timbulnya penyakit, dengan 2
pendekatan (observasi & interverensi).

• 2 jenis Observasi, yaitu Case control study & cohort study.


1. CASE CONTROL STUDY

• Bersifat retrospektif
• Dilakukan perbandingan antr sekelompok org yg skt & sekelompok org yg tdk
menderita skt. Lalu dari ke 2 klmpk tsb dihitung brp org yg prnh terpapar olh
suatu faktor yg menyebabkan pykt

Terpapar Kasus Kontrol Odds Ratio : a x d / b x c


Sakit Sehat

ada a C

Tidak ada b D

2. COHORT STUDY

• Bersifat prospektif (melihat ke depan)


• Yg diteliti 2 kel.kerja, yi kel.yg terpapar & yg tdk terpapar.
• Dipantau apkh ada yg terkena pykt, lalu di uji secara statistik.
• Yg dihitung : Relatif Risk (RR) & Atributable Risk (AR)

p terpapar RR = a / (a+c) : b / (b+d)


Ya Tidak
enyakit
AR = a / (a+c) – b / (b+d)
Ada A B

Tidak ada C D
 Keuntungan & Kerugian Study Kasus Kontrol & Study Kohort.

Variabel Keuntungan & Kerugian

Studi Kasus Kontrol Studi Kohort

Waktu Pendek Lama

Biaya Murah Mahal

Pekerjaan Sedikit Banyak

Bias Banyak Sedikit (tdk ada)

Daya ingat Mudah Tdk ada masalah

STUDI INTERVERENSI

Digunakan untuk membuktikan kepastian penyebab timbulnya penyakit dan


untuk melaksanakan program baru misalnya penggunaan alat baru, penggunan program
baru dalam kegiatan perusahaan. Dalam studi ini kita lakukan manipulasi pada variabel
yang ditteliti lalu kita bandingkan hasilnya antara yang dimanipulasi denSgan yang tidak
dimanipulasi..

MANFAAT EPIDEMOLOGI DALAM HIPERKES

• Menetapkan besarnya masalah gangguan kesehatan yg diderita karyawan.


• Menetapkan etiologi timbulnya gangguan kesehatan/kecelakaan.
• Memperkirakan bagian tubuh mana yg mudah terserang penyakit
4. PROGRAM KESELAMATAN KERJA DALAM PENGGUNAAN BAHAN

KIMIA BERBAHAYA

Tujuan utama program keselamatan kerja dalam penanganan penggunaan zat


kimia berbahaya adalah untuk menilai potensi bahaya zat kimia secara sistematis,
guna meminimalkan resiko gangguan kesehatan dan keselamatan kerja yang
berhubungan dengan keterpajanan zat kimia berbahaya tersebut.

PROGRAM KESELAMATAN KERJA

Program keselamatan kerja dalam penggunaan bahan kimia umunnya diperlukan


di tempat kerja yang mempunyai cakupan pekerjaan yang luas mulai dari bahan baku,
mengolah dan memproses sampai dengan mengemas bahan kimia.

Pada tempat kerja demikian mutlak diperlukan program keselamatan kerja dalam
pengelolahan bahan kimia yang antara lain berupa :

o Rincian tugas peranan


o Suatu daftar prosedur program kerja
o Srtuktur organisasi dan deskripsi pekerjaan
o Kebijakan keselamatan kerja dalam penanganan bahan kimia
o Rencana keasaan gawat darurat
o Laporan audit
o Catatan setiap kecelakaan atau kejadian yang berpotensi menimbulkan
bahaya.

Program tersebut juga harus ditujukan untuk memastikan bahwa pekerja yang
berpotensi terpajan bahan-bahan yang berbahaya yang digunakan ditempat kerja
diberi pengetahuan dan pelatihan tentang sifat-sifat bahaya, cara penilaian dan
pengendalian keterpajanan terhadap bahan-bahan berbahaya tersebut.

Khusus untuk rencana tanggap darurat, perlu diupayakan kerjasama dengan pihak
yang berwenang dari perusahaan untuk menjamin agar jika terjadi kondisi darurat
koordinasi penanggulangannya dapat berjalan dengan baik. Untuk pelaksanaan
pengendalian bahan kimia yang terdapat ditempat kerja, diperlukan adanya
pemeriksaan menyeluruh secara berkala dan berkelanjutan termasuk evaluasi
pengendalian keterpajanan yang telah dilakukan.

Perusahaan juga perlu membuat Standard Operating Procedure (SOP)- Standar


Prosedur pengoperasian guna mendapatkan pendekatan yang terorganisasi dan
terencana untuk memastikan bahwa pengendalian keselamatan dan pencegahan
kecelakaan terus dilaksanakan.

Sistem keselamatan kerja dalam penanganan bahan-bahan berbahaya harus


didokumentasikan secara sistematis :

o Langkah awal
Menunjuk pengelola dan manajer bahan kimia untuk mengkoordinasi
persiapan standar prosedur pengoperasian secara tertulis, mengembangkan dan
juga menerapkan pengenalan prosedur pengolaan bahan kimia.
Pengelola dan manajer bahan kimia harus mampu mengerti tentang informasi
yang terdapat dalam MSDS (lembar data bahan kimia) dan label, serta
mengkonsumsikannya secara efektif kepada seluruh pekerja, pekerja kontrak,
manajer dan spesialis lainnya.
Manajer bahan kimia harus meneliti kondisi kerja dan memperkirakan potensi
masalah dan menggambarkan informasi yang didapatkannya dalam suatu cara
yang sistematis agar dapat menentukan tentang keterpajanan dan resikonya dan
kemudian melaporkannya kepada semua pihak termasuk komite kesehatan dan
keselamatan kerja.

o Penilaian resiko
Program penanganan bahan kimia harus menyebutkan metode dan
frekuensi dari penilaian resikoditempat kerja dan menentukan siapa yang
bertanggung jawab dalam melaksanakan penilaian tempat kerja.
Hasil penilaian tempat kerja harus digunakan untuk mengidentifikasi :
 Area dimana perusahaan perlu meningkatkan pelaksanaannya
 Tujuan dan target pelaksanaan
 Indikator-indikator pelaksanaan terukur yang digunakan untuk menilai
tujuan
 Siapa yang bertanggung jawab atas pelaksanaan yang digunakan untuk
menilai tujuan
 Jadwal untuk mengkaji keefektifan program

o Daftar (checklist)- pelaksanaan peraturan perundang-undangan

Daftar pelaksanaan peraturan perundang-undangan untuk memantau


perkembangan pelaksanaan/penerapan peraturan di tempat kerja :

 Apakah daftar zat berbahaya, telah ditempatkan di tempat kerja ?


 Apakah MSDS yang tersedia ditempat dimana zat kimia berbahaya
digunakan ?

o Pelaporan cedera dan kejadian yang berbahaya

Kecelakaan dan cedera sering kali menyebabkan peningkatan kebutuhan


pengendalian terhadap keselamatan.

o Pelaporan ke Depnaker

Menurut undang-undang keselamatan kerja no.1 tahun 1970, pengurus


diwajibkan untuk melaporkan tiap kecelakaan kerja yang terjadi kepada
Departemen Tenaga Kerja.

Peristiwa kecelakaan yang terjadi adalah :

 Semua kejadian yang menimbulkan korban jiwa atau luka yang serius
 Semua kejadian yang melibatkan resiko ledakan yang besar, kebakaran
dan kematian

Kejadian berbahaya :

 Kerusakan boiler/kereta uap, tangki bertekanan, pabrik, peralatan atau


benda lain yang membahayakan kesehatan dan keselamatan kerja tiap
pekerja
 Kerusakan alat-alat penahan beban (derek, eskalator,dll)
 Peledakan, kebakaran, kebocoran gas, dll

RENCANA KEADAAN GAWAT DARURAT


o Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
Bagian P3K pada MSDS memberikan informasi tentang cedera setelah
terpajan pada suatu bahan kimia berbahaya tertentu. Yakinkan seluruh tenaga
kerja/staff mengerti akan :
 Prosedur mematikan mesin pada keadaan gawat darurat
 Lokasi kotak P3K terdekat
 Sumber-sumber tenaga medis
 Lokasi dimana pasien dapat dipindahkan ke udara segar sevara secepatnya
 Siapa yang mampu melakukan resusitasi dan bagaimana caranya
menghubungi orang tersebut
 Prosedur tindakan evakuasi

o Tanda-tanda bahan kimia berbahaya


Tanda pada bahan kimia berbahaya memberikan informasi pada petugas
keadaan gawat darurat, polisi atau ambulance suatu petunjuk apa yang harus
dilakukan pada keadaan darurat.
Petunjuk prosedur keadaan gawat darurat ( PPKGD) adalah sistem lain yang
memberikan prosedur standar pengoperasian (SOPs) yang cocok dalam eadaan
darurat. Petunjuk ini harus selalu dibawa kemanapun bahan kimia berbahaya
tersebut diangkut. PPKGD akan memberi informasi kepada sopir tentang apa
yang harus dilakukan dalam keadaan darurat.

Prosedur ini harus mencakup :


 Prosedur pengungsian/evakuasi
 Prosedur pencucian/pembersihan dan metode pembuangan yang aman
 Identifikasi sumber-sumber perbaikan keadaan darurat dan tidak lanjutnya
 Lokasi perlengkapan keadaan darurat seperti tempat cuci mata dan mandi
darurat

o Daftar contoh pelayanan pada keadaan gawat darurat


Daftar dari setiap kategori bahan kimia berbahaya, jumlah maksimun bahan
kimia yang akan disimpan di tempat kerja, dan dimana akan disimpan. Daftar
harus disimpan di tempat yang diketahui dan dapat dijangkau oleh petugas
pemadam kebakaran.

o Pembuangan bahan-bahan kimia berbahaya


Anjuran mengenai pembuangan tumpahan atau bahan kimia yang tidak
dikehendaki dapat diperoleh dari kantor Negara Lingkungan Hidup
(Bapedeal/Bapedalda)

KOMITE KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


o Pembentukan komite
Tempat kerja yang memperkerjakan tenaga kerja sebanyak yang ditentukan
oleh peraturan perundangan wajib memiliki komite kesehatan dan keselamatan
kerja. Departemen Tenaga Kerja, akan memberikan bimbingan pembentukan
komite yang dikenal sebagai P2K3 ini.

o Hak dan tanggung jawab komite


Hak komite adalah mendapatkan informasi mengenai perubahan yang terjadi
di tempat kerja sebelum menerapkan program-program kerjanya. Komite juga
berhak untuk mengadakan pemeriksaan di tempat kerjanya dan mendapatkan
informasi yang berhubungan dengan tempat kerja, atau menyelidiki setipa
permasalahan yang dianggap membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga
kerja.
Setiap anggota komite berhak untuk mendapatkan salinan MSDS. Komite
dapat menggunakan infrmasi untuk memberikan masukan kepada pemimpin
perusahaan mengenai kebijaksanaan yang akan diambil dalam hal kesehatan dan
keselamatan kerja dan pemantaun strategi pengendalian pengguna bahan kimia
berbahaya.

o Agenda kegiatan
Komite ksehatan dan keselamatan kerja harus melakukan pendekatan kepada
permasalahan keselamatan kerja dalam penanganan bahan kimia dengan cara
stematis.

o Pemeriksaan

Anggota komite dapat menggunakan hak mereka untuk memeriksa

o Prosedur pelaporan kecalakaan


Komite harus memantau sistem kecelakaan, penyakit, dan setiap kejadian
yang dilaporkan dan tercatat ditempet kerja, serta harus menilai apakha sistem
pelaporan kecelakaan dan pencatatan kecelakaan berfungsi atau tidak dan
memberi anjuran untuk perbaikan.

5. TEKNOLOGI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI

LABORATORIUM

Diperlukan perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja bagi tenaga kerja yang
bekerja di laboratorium, sehingga laboratorium harus di upayakan agar merupakan
tempat kerja yang aman dan sehat bagi tenaga kerja yang bekerja di dalamnya.

Kecelakaan dalam Laboratorium

Kecelakaan sering kali disebabkan karena desain laboratorium yang tidak baik,
praktek pekerja laboratorium yang tidak memperhatikan prosedur dan juga kurang
baiknya organisasi dan pengelolaan laboratorium.

Kecelakaan dalam laboratorium di kelompokkan dalam beberapa kelompok :

1. Kecelakaan yang mencederai penghuni laboratorium


• Tidak adanya atau tidak dipakainya alat pelindung diri, seperti glasses
• Kurangnya informasi bahaya kepada tenaga kerja
• Kuranya ventilasi
• Kebiasaan perseorangan yang tidak baik
• Bahaya sengatan listrik
• Masalah penyimpanan bahan kimia
• Ketidak cukupan prosedur gawat darurat dan peralatannya
• Kurang baiknya manajemen
• Kurangnya tanggung jawab tenaga kerja
2. Kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan bangunan, peralatan

Misalnya bila terjadi kebakaran dan peledakan, kerusakan lebih lanjut juga
ditimbulkan dari air yang digunakan untuk penanggulangan kebakaran

3. Kecelakaan yang membahayakan masyarakat sekitar


Kecelakaan yang membahayakan masyarakat sekitar jika kecelakaan yang terjadi
mengakibatkan kebakaran dan peledakan maka hal ini dapat membahayakan
masyarakat sekitar laboratorium, apalagi kalau di dalam laboratorium terdapat bahan-
bahan kimia berbahaya yang jika terbuang keudara atau terbuang lewat air pada saat
pemadaman. Masalah yang sering dihadapi laboratorium adalah masalah pembuangan
limbah laboratorium yang tidak pada tempatnya.

Sumber-sumber utama bahaya dalam laboratorium

 Adanya bahan-bahan kimia yang berbahaya, yang perlu diketahui jenis, sifat dan
cara penyimpanannya selain itu adanya teknik percobaan yang meliputi
pencampuran bahan, destilasi, ekstraksi, reaksi kimia
 Sarana Laboratorium yang digunakan, sprti : pemakaian gas, air, listrik, peralatan
gelas

Elemen penting dalam keselamatan kerja di Laboratorium

1. Pencegahan kebakaran

 adanya isolasi dari kegiatan yang bisa menimbulkan kebakaran


 Dipasang sistem pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran berupa
sprinkler, alarm, detektor asap dan detektor panas guna pencegahan dini terhadap
bahaya kebakaran serta penyediaan Alat Pemadaman Api Ringan dan Hidran
2. Tata ruang dan penataannya
 Penempatan peralatan2 yang digunakan untuk analisi dan portable lainnya
 Ruang untuk bekerja dalam kondisi yang cukup, jarak antara bangku kerja yang
satu dengan yang lain perlu diperhatikan
 Penting adanya akses untuk keluar dan masuk ke laboratorium baik dalam
keadaan darurat maupun normal, teknologi yang digunakan bias berupa
penempatan pintu yang dapat dibuka dari kedua arah.
 Untuk laboratorium besar diupayakan tersedianya beberapa pintu masuk /keluar,
pintu keluar alternatif dalam keadaan darurat disertai petunjuk arah yang jelas

3. Pengenalan dan penyimpanan bahan kimia


• Dalam penyimpanan bahan kimia yang akan digunakan untuk analisis ataupun
yang digunakan sebagai stock bahan kimia perlu diperhatikan jenis bahan yang
digunakan ataupun disimpan.
• Bahan-bahan yang mudah terbakar perlu ditempatkan dalam wadah khusus
• Bahan kimia yang sering digunakan dalam laboratorium adalah bahan kimia
beracun (seperti: HCN, SO2, CO), korosif (seperti: asam nitrat dan nitrit), bahan
mudah terbakar, bahan mudah meledak
• Gas khusus yang sering digunakan dalam analisis di Laboratorium seperti
Nitrogen, Helium, Argon, Acetylene, Oksigen ditempatkan dalam tabung gas yang
dimampatkan, untuk pencegahan akibat kebocoran gas2 tersebut maka perlu
disediakan backflow preventer, spark arrestor dan automatic shutoffs

4. Tempat penyimpanan lainnya


Keperluan penyimpanan peralatan-peralatan yang cepat habis (sekali pakai),
misalnya darah/urine yang akan di analisis, juga limbah yang dihasilkan dari proses
analisis. Ruang kerja seperti ruang untuk fasilitas komputer, ruang makan serta ruang
pertemuan/latihan harus disediakan secara terpisah.

5. Peralatan-peralatan Laboratorium

Peralatan-peralatan analis dan pra analis harus dlm kondisi yang tidak
membahayakan, baik dari segi input powernya, kondisi kabel-kabel dan instrumen
peringatan tanda bahaya, maupun mekaniknya . teknologi pengendalian bahay
sengatan listrik perlu diterapkan guna menghindar diri dari sengatan listrik maupun
bahaya kebakaran karena kegagalan instalasi listrik.
Peralatan pemanasan, perlu dilengkapi dalam dengan fail safe design, atau
lampu2 on offdan lampu tanda bahaya, tidak digunakan dalam daerah yang
berbahaya, digunakan ditempat dengan ventilasi yang baik serta terbuat dari bahan
yang tahan panas.

6. Peralatan keselamatan kerja

Berbagai pekerjaan yang dapat menimbulkan bahaya diantaranya adalah


bekerja dengan menggunakan asam atau basa kuat, menggunakan bahan mudah
terbakar, bahan korosif atau menangani sampel biologi yang bias berupa specimen
urine, darah maupun specimen lain yang mungkin mengandung suatu bahan yang
membahayakan bagi kesehatan dan keselamatan kerja.

Peralatan yang digunakan dengan pemakaian jas/pakaian Laboratorium,


pemakaian sarung tangan sesuai kebutuha, pemakaian kacamata pelindung bila
mempergunakan sinar laser dan selalu melakukan pekerjaan dengan bahan berbahaya
didalam lemari asam (fume cupboard). Kelengkapan Peralatan seperti eye wash dan
emergency shower apabila terjadi suatu musibah tepercik bahan kimia berbahaya
dimata ataupun di badan.

7. Permukaan lantai, dinding dan bangku

Laboratorium yang dilengkapi dengan system penyejuk ruangan disamping


membuat nyaman bagi penghuninya dan member perlindungan pada alat-alat analis
tertentu. Kondisi lantai, dinding dan atap harus dalam keadaan yang baik, atap
tertutup eternit, dinding terkapur rapi dan dapat dengan mudah dibersihkan. Bangku
yang digunakan untuk bekerja hendaknya terbuat dari bahan yang dibersihkan, tahan
terhadap bahan kimia, tahan panas, dan tidak tembus.

8. Penerangan di Laboratorium
Penerangan juga dapat menghindarkan diri dari resiko bahaya akibat kurang
jelas dalam membedakan/membaca lebel dari suatu bahan kimia. Penerangan dengan
intensitas >400 Lux seharusnya tersedia di laboratorium. Untuk pekerjaan yang
spesifik penerangan yang baik harus disediakan dengan mempertimbangkan
kesilauan, kontras, dan arah pencahayaan. Jika computer digunakan dalam
laboratorium pertimbangan khusus seperti tidak menghadap sinar matahari atau
menghadap arah cahaya masuk.

9. Tanda-tanda Keselamatan Kerja


Tanda bahaya yang dimaksud adalah berupa larangan merokok, kecukupan
lembar data bahan kimia (MSDS) di setiap bahan kimia yang digunakan, tanda2
peringatan, tanda larangan, tanda kewajiban pemakaian suatu pelindung diri, tanda
peringatan untuk melekukan prosedur yang benar. Peralatan-peralatan yang rusak atau
sedang tidak di tunggui saat masih digunakan, perlu diberikan label yang
menginformasikan tentang kondisi peralatan tersebut.

10. Ventilasi

Untuk menjamin kondisi aman dan nyaman bagi tenaga kerja yang bekerja di
Laboratorium maupun untuk mengamankan peralatan2 khusus yang memerlukan
suhu tertentu dalam penyimpanan. Sistem ventilasi yang baik dari suatu laboratorium
akan menangkap dan mengeluarkan kontaminan dari dalam ruangan keluar bangunan.

11. Biosafety dan Masalah HIV/AIDS

Untuk mencegah masalah ini yaitu dengan :

1. Engineering control yaitu dengan penyediaan fasilitas disinfection dan


autoclaving, wadah atau kontainer untuk menyimpan atau membuang jarum
suntik bekas, jas Laboratorium, kaca mata dan sarung tangan

2. Penyediaan safe working practises yaitu tersedianya peralatan steril yang setiap
saat akan digunakan, tidak diperkenankan untuk melakukan penyedotan dengan
mulut dan selalu membersihkan tangan dengan bersih

12. Pembuangan Limbah

Limbah yang berasal dari Laboratorium perlu dipisah-pisahkan antara limbah


yang tidak berbahaya dan limbah yang berbahaya. Limbah yang tidak berbahaya
seperti kertas dapat dikumpulkan dan dibakar. Limbah yang berbahaya seperti bahan
kimia, benda-benda tajam perlu di pisahkan dan memerlukan prosedur kerja yang
baik dalam penangannya. Limbah cair yang berbahaya disimpan dlm wadah yang
tahan terhadap bahan kimia di dalamnya, dapat ditutup rapat, dan diangkut secara
aman. Pada saat penyimpanan sebelum dibuang wadah yang berisi bahan kimia yang
bereaksi bila didekatkan harus dipisahkan satu sama lain. Sesuai dengan tipe limbah
yang akan dibuang, seperti netralisasi untuk limbah asam dan basa, reduksi dan
oksidasi untuk limbah bahan oksidator .
6. PROGRAM PEMELIHARAN PENDEGARANA DI PERUSAHAAN

SUARA DAN PENDEGARAN

Seperti diketahui, getaran suara yang sampai ke telinga, baik melalui hantaran
udara maupun tulang, akan diteruskan sampai ke telinga bagian dalam, dan selajutnya
oleh saraf pendegar disalurkan ke otak. Kualitas suara ditentukan oleh frekuensi dan
intensitasnya. Frekuensi dinytakan dengan jumlah getaran tiap detik, atau Hertz ( Hz ).
Sedangintensitas bunyi merupakanbesarny tekanan suara, yang dalam pengukurannya
sehari-hari dinyaakan dalam perbandingan logaritmis dan menggunakan satuan desb
(dB).

Frekuensi suara di bawah 20 Hz disebut sebagai infrasonic, sedang diatas 20.000


Hz merupakan gelombang ultrasonic. Frekuens di antara 20-20.000 Hz, dapat didengar
oleh teling manusia. Untuk komunikasi secara normal, diperlukan frekuensi antara 250-
3000 Hz.

Apabila telinga memperle rangsangan suara, maka menurut Ballantyne dan


Groves ( 1972 ), sesuai denagan besarnya rangsangan akan terjadi proses :

a) Adaptasi
b) Pergeseran ambang dengar sementara
c) Pergeseran ambang dengar yang persisten
d) Pergeseran ambang dengar yang menetap

Berbaga factor sepert inensitas, frekuensi, jenis atau irama bising, lama
pemajanan sertalama waktu istirahat antara dua periode pemajanan, sangat menentukan
dalam proses terjadinya ketulian atau kurang pendegaran akibat bising. Demikian juga
factor kepekaan tiap pekerja, seprti misalnya umur, pemanjangan bising
sebelumnya,kondisi kesehatan, penyakit telinga yang perna diderita, perlu pula
dipertimbangkan dalam menentukan gangguan pendengara akibat bising.
Menurut Geuignard ( 1973 ), secara umum pengaruh kebisingan pada organ
pendegaran dapat dikategorikan dalam 3 jenis yaitu :

1. Trauma Akustik
2. Temporary Threshoid ( TTS )
3. Permanent Threshold Shift ( PTS )
Dalam proses terjadinya ketulian atau kurng pendegaran yang menetap
( permanen ), di beberapa tahap akan dialami oleh penderita. Merluzzi ( 1983 ),
membedahkannya dalam 4 tahap, yakni tahap pertama, yang terjadi pada 10-20 hari
pertama terpapar bising. Sesudah bekerja telinga penderita terasa penuh, berdenging,
sakit kepala ringan, pusing dan terasa capek.

Pada tahap selanjutnya, yakni bila pemaparan terjadi selama beberapa bulan
sampai beberapa tahun, semua gejala subjektif akan menular, kecuali telinga yang
berdenging secara intermiten. Pada tahap ke 3 penderita merasa pendegarannya tidak
normal lagi, ditandai dengan ketidakmampuan menegar suara deti jarum jam, tidak dapat
menangkap komponen berbicara, lebih-lebih jika terdapat bising latar belakang.

Pada tahap terakhir, komunikasi melalui pendegaran penderita menjadi sangat


sukar atu bahkan tidak mungkin sama skali. Pada tahap ini sering pula disertai tinnitus
yang terus menerus, sebgai petunjuk aan terjadinya kerusakan saraf pada kokhlea.

NILAI ABANG BATAS KEBISINGAN

Dalam lokakarya Hiperkes di Cibogo tahun 1974, telah ditentukan bahwa NAB
kebisingan di tempat kerja adalah 85 dBA. Penentuan angka tersebut didasarkan atas atas
pertimbangan :

1. Medis
 Penelitian oleh negara-negara yang telah maju menunjukan bahwa intensitas suara
82-84 dBA dengan frekuensi 3000-6000Hz telah mengakibatkan kerusakan
organon corti secara menetap untuk waktu kerja selama lebh dari 8 jam sehari.
 Penelitian yang dilakukan di dalam dan luar negeri menunjukan bahwa pada
frekuensi 300-6000 Hz, pengurangan pendengaran tersebut disebabkan oleh
kebisingan.
 Hasil penialaian terhadap tenaga kerja yang mengalami pengurangan pendegaran
yang menetap Karenna kebisingan, bekerja selama 8 jam sehari.

2. Teknis
 Bahwa untuk menurunkan kebisingan alat-alat produksi dari sember suara akan
memerlukan biaya yang sangat besar
 Tidak semua alt-alat prduksi pada pekerja dapat diturunkan intensitas suaranya
sampai d bawah 85 dBA.

PENERAPAN PROGRAM

Program pemeliharaan pendengaran perlu dilaksanakan apabila di lingkungan


kerja dengan intensitas kebisingan yang tinggi, dijumpai keluhan pekerja seperti :

1. Sukar mendengar/menangkap pembicaraan di lingkungan bising atau


2. Terdengar suara nyaring/bordering di telinga selama beberapa jam setelah
meninggalkan lngkungan kerja yang bising atau
3. Terasa suatu ketulian sementara, yaitu telinga terasa tersumbat setelah
meninggalkan lingkungan bisisng.

Program pemeliharaan pendengaran dilaksanakan melalui :


A. Survei dan analisis kebisingan
Dilakukan guna mengetahui kondisi lingkungan kerja, apakah tingkat kebisingan
telah melampaui NAB. Dilakukan analisis intensitas dan frekuensi suara, sifat, jenis
kebisingan, terus menerus atau berubah, sumber suara yang dominan, lama bekerja,
dan sebagainya.

B. Teknologi pengendalian
Dilakuan upaya menentukan tingkat suara yang dikehendaki, menghitung reduksi
kebisingan dan sekaligus mengupayakan penerapan teknisnya.

C. Pengendalian secara administrative


Cara ini dilakukan untuk mengurangi waktu pemajanan dan tingkat kebsingan,
sehingga suara yang diterima organ pendengaran pekerja, masih dalam batas aman.
D. Pemakaian alat pelindung diri
Langkah yang paling baik untuk melindungi pendengaran adalah melalui
teknologi pengendalian secara teknis. Jenis alat pelindung telinga yang dikenal adalah
yang dimasukkan ke dalam liang telinga (insert type) berupa ear plug atau sumbat
telinga, yang menutup telinga (muffs type) yakni ear muff atau tutup telinga dan
berupa tutup kepala yang sekaligus juga melindungi telinga (helmet type).

E. Pemeriksaan audiometric
Menurut Harris (1979), terdapat beberapa jenis audiogram yang dibutuhkan dalam
penerapan program, yakni :
 Preplacement or preemployment audiogram
 Baseline (reference) audigrom
 Monitoring audiogram
 Exit (termination) audiogram

F. Pelatihan dan penyuluhan


Dilakukan pada semua orang di perusahaan, baik yang terlibat langsung maupun
tidak dalam program pemeliharaan pendengaran, sehingga dapat dipahami manfaat
program, cara pelaksanaannya, bahaya kebisingan di tempat kerja, cara pemakaian
dan perawatan alat pelindung telinga dan berbagai aspek lain yang berkaitan.

G. Evaluasi
Beberapa cirri program yang berhasil antara lain adalah :
 Program ini merupakan keharusan di perusahaan dan sepenuhnya
didukung oleh pihak manajemen
 Tersedia lebih dari satu macam alat pelindung telinga, yang dipakai
dengan baik
 Adanya kerjasama antar berbagai pihak di perusahaan, guna
mensukseskan pelaksanaan program
 Selalu dilakukan pelatihan dan penyuluhan
 Pelaksanaan monitoring audimetri khususnya pada pekerja yang
terpajankebisingan dilakukan secara teratur.
7. PENANGANAN KEADAAN DARURAT DALAM KECELAKAAN

BESAR DI INDUSTRI ( INSIDE KEBAKARAN DAN PELEDAKAN )

Major Hazard industry adalah industri yang mengandung potensi resiko


terjadinya kecelakaan besar degan segalah akibatnya. MHA ( Major Hazard
Accident ) menimbulkan korban yang banyak dan parah serta kerugian dan
kerusakan yang hebat pd industri, umumnya kebakaran ( fire ), peledak
( explosion ), dan pelepasan bhan beracun ( toxic release )

Kebakaran yang terjadi dalam industry sering timbul bersamaan dengan


peledakan dan pelepasan bahan beracun, atau dapat dikatakan bahwa ketiga
kejadian ini selalu akan saling mempengaruhi. Oleh karena itu, ketiga hal terebut
harus selalu mendapat perhatian yang sama, terutama dalam upaya pencegahan,
pengamanan dan penaggulangangan.
KEBAKARAN ( FIRE )

 Pada kejadian kebakaran akan timbul suatu radiasi panas, yang dapat
memyebabkan luka bakar pada kulit dengan tinggkat keparahan yang
sangat tergantung pada waktu pemanasan dan pada waktu pemajanannya.
Radiasi panas yang timbul dapat menyebar sampai jau dari sumbernya.
 Kebakaran lebih sering terjadi didalam industri dibandingkan dengan
peledakan dan pelepasan bahan beracun, akan tetapi “lebih sedikit”
menghilangnya nyawa manusia. Ini berarti potensi sebagai major hazard
dari kebakaran adalah lebih kecil dari pada peledakan dan pelepasan bahan
beracun. Yang harus diperhatikan dan diingat adalah bahwa kebakaran
selalu menyebabkan kerusakan dan kerugian yang hebat pada industry.
 Pada kejadian kebakaran maka kadar oksigen dalam udara akan sangat
berkurang, tergntung dari pada pemakaian oksigen dalam proses
pembakaran, dan keadaan ini disa “mematikan”. Selain itu timbulnya asap
yang bisa mengandung gas beracun seperti sulphur dioxide dari
pembakaran Carbon disulfide dan Nitrous oxide dari pembakaran
Ammonium nitrate, akan mengakibatkan gangguan kesehatan pada
manusia yang terpajan.
 Dikenal beberapa bentuk kebakaran dalam industri, seperti : Jet Fires,
Pool Fires, Flash Fires, BLEVE’s ( Boliling Liquid Expanding Vapour
Explasion )

PELEDAKAN ( EXPLOSION )

 Dalam kejadian peledakan terjadi pelepasan energy yang “cepat”, yang


ditandai dengan timbulnya “shock wave” yang terdengar berupa dentuman
dan dapat menyebabkan kerusakan pada banguna industri.
 Kerusakan dan cedera akibat shock wave dan peledakan akan sangat
tergantung pada kekuatan dan jarak tempat ledakan terjadi. Dapat terjadi
secara “ langsung ditempat kejadian “ atau berupa “ efek tidak langsung “.
 Dikenal beberapa jenis ledakan, seperti : deflagration dan detonation,
peledakan gas dan debu serta confined dan unconfined cloud explosion.
PELEPASAN BAHAN BERACUN ( TOXIC RELEASE )

 Pada suatu kejdian kebakaran dalam industri, naka terbakarnya bahan-bahan


kimia akan menyebabkan terlepasnya bahan-bahan beracun ke udara bebas dan
akan mempengaruhi tenaga kerja ( manusia ) atau masyarakat disekitarnya, serta
menyebabkan gangguan –gangguan yang bisa bersifat akut ataupun kronis.
 Penyimpanan atau penangana bahan kimia dalam jumlah yang besar, apabilah
oleh sesuatu sebab “ terlepas “ keudara bebas, akan disebarkan melalui angin, dan
mempunyai kemampuan untuk membunuh atau mencederai kehidupan manusia
termasuk yang berada jau dari lokasi industri.

MAJOR HAZARD ACCIDENT

 Major Hazard Accident merupakan suatu kecelakaan industri yang besar dengan
akibat yang sangat merugikan, baik nyawa manusia maupun kerugian
materialnya.
 Manifestasi suatu MHA dapat terlihat berupa kebakaran, peledakan dan pelepasan
bahan beracun.kebakaran dan peledakan biasanaya akan terjadi bersamaan dalam
satu kejadian.kebakaran akan dapat menyebabkan terjadinya ledakan-leakan
akibat terdapatnya bahan dan atau alat yang mudah meledak dalam industri.
Sebaliknya suatu kejjadian peledakan akan selalu diikuti dengan kebakaran.
Sangat terhantung dari pada jenis bahan yang terdapat atau digunakan dalam
industri, apakah akan terjadi pelepaan bahan beracun atau tidak.
 Bebagai contoh industri yang tergolong Major Hazard Accident adalah
1. Petrokimia dan kilang lain
2. Pekerjaan Kimia dan yang menghasilkan bahan kimia dalam prosesnya
3. Penyimpanan dan penumpukan LPG
4. Fertilizer storez yang besar
5. Pabrik yang mempunyai risiko meledak
6. Pekerjaan dimana Chlorine digunaka dalam jumlah yang banyak
 Suatu MHA dapat disebabkan oleh atau bersumber pada :
1. Factor Teknis ( Technical Equipment ),yaitu potensi bahay ayang berasal
atau terdapat pada pekerjaan dan peralatan kerja yang digunakan.
2. Factor Lingkungan Kerja ( Enviroment ), yaitu potensi bahaya yang
berasal atau terdapat dalam Lingkungan Kerja, yang bisa bersumber dari
proses produksi termasuk bahan baku, hasil antara dan hasil akhir, dari
luar tempat kerja maupun dari tenaga kerja sendiri.
3. Factor Manusia ( Human Errors ), dimana manusia adalah merupakan
atau mengandung potensi bahaya yang cukup besar, terutama apabilah
manusia yang melakukan pekerjaan ini tidak berada dalam kondisi fisik
dan psikis yang cukup baik.

Secara umum berbagai penyebab terjadinya MHA adalah sebagai berikut :

1. Kegagalan Komponen, seperti


 Rancangan peralatan yang tidak sesuai dengan tekana didalam, kekuatan
dari luar ataupun proses korosi dan pengaruh suhu.
 Kegagalan mekanik pada vaseal dan pipa kerja, yang tergantung pada
kondisi korosi dan pengaruh dari luar.kegagalan dari komponen seperti
pompa, compressor, blower dan stirrene.
 Kegagalan dari system pengengalian peralatan sensor dan suhu
tekana,engendalian level, flow-meter, unit pengendalian dan proses
komputerisasi.
 Kegagalan dari system keselamatan seperti klep pengaman, piring
pengaman, system penyesuaian tekanan, system penetralisir da flare-tower.
 Kegagalan dari alat-alat pengalasan dan gas penyala.

2. Kondisi yang menyimpang, seperti :


 Kegagalan dalam monitoring dan parameter pengukuran proses ( tekanan,
suhu, aliran, jumlah dan perbandingan campuran ), dan cara kerja dari
parameter tersebut.
 Kegagalan manual-supplay dari komponen kiimia.
 Kegagalan dalam menjalankan proses, seperti pendinginan yang tidak cukup
untuk reaksi exothermal, media uap dan panas yang tidak cukup,tidak ada
lairan listrik, tidak ada nitrogen atau tidak adanya compressed-air.
 Kegagalan dalam prosdur shut-down dan star-up, yang dapat
menyebabkanterjadinya peledakan pabrik.
 Terbentuknya hasil antara, sisa-sisa dan sampah yang dapat mmenyebabkan
reaksi tambahan ( polimerisasi ).

3. Kesalahan Manusia dan Organisasi, seperti


 Kesalahan operator ( pemakaian tombola tau klep yang salah )
 System pengaman yang tidak tersambung karena sering terjadi alaram palsu
 Kesalahan dalam pencampuran bahan-bahan berbahaya
 Kesalahan komunikasi
 Perbaikan dan perawatan peralatan yang tidak benat
Pengelasan yang tidak sah, yang biasa terjadi karena : kurangnya perhatian terhadap
bahay,a, kurangnya latihan yang diperoleh atau terlalu banyknya yang hars dlihat dan
diperhatikan dalam melaksankan pekerjaan. Hal ini dapat dicegah atau dikurungi
dalam melaksanakan seleksi tenaga kerja secara hati-hati dan benar, memberikan
pelatihan yang teraturdengan instruksi kerja yang jelas ser ta adanya fungsi
menejemen yang baik.

4. Pengaruh Kecelakaan dari luar pabrik yang dapat mempengaruhi pabrik,


seperti :
 Kecelakaan angkutan darat dan kereta api
 Keclakaan angkutan laut dan udara
 Stasiun pegisisan bahan bakar yang mudah terbakar atau bisa meledak
 Pabrik tetangga terutama yang menangani bahan yang mudah terbakar atau
meledak
 Pengaruh mekanik akibat jatuhnya crane

5. Kekuatan Alam, seperti :


 Angin
 Banjir
 Gempa bumi
 Dingin yang hebat
 Sinar matahari yang terlalu kuat
 Kerusakaan akibat kegiatan penambangan
 Sambaran kilat atau petir

6. Tindakan pengerusakaan atau Sabotase


 Baik oleh orang-orang dari dalam pabrik maupun oleh orang-orang dari luar
pabrik, yang biasanya sangat sulit untuk dicegah.
Terjadinya Occupational Accident, khusus yang berkaitan dengan cedera pada manusia,
dapat dihubungkan dengan kejadian berikut :

 Kecelakaan yang berhubungan dengan mesin dan “jatuh”


 Kecelakaan bahan kimia
 Metal dan metal fumes
 Gas, uap
 Kecelakan kimia lain seperti peptisida

Yang menjadi penyebab secara umum dapat digambarkan sebagai berikut :

1) The Work Environment, seperti :


a. Rusak atau tidak adanya pengaman pada bagian mesin yang bergerak
b. Housekeeping yang buruk
c. Kondisi higienik yang jelek
2) Work Methode, yang meliputi :
a. Kegagalan dalam menggunakan peralatan keselamatan dan Alat pelindung
diri secra baik dan benar
b. Penaganan material yang tidak benar, bik secara manual maupun dengan
lifting equipment
3) Worker, yang meliputi ;
a. Umum : jeni kelamin, umur, pengalaman dan besarnya kelompok kerja
b. Factor personal : attitude, adjustment, fatique, illness, dan lain-lain

MAJOR HAZARD CONTROL

Upaya ini merupakan suatu kegiatan didalam industri yang dilakukan untuk
mencegah terjadinya Occupational Accident khususnya yang “besar” MHA dan untuk
meminimalkan akibat-akibat yang ditimblkananya, yang dilakukan dengan cara-cara baik
dan benar, dengan mempergunakan metoda dan sistem yang benar-benar dapat meberikan
hasil yang terbaik bagi semuanya.

 Upaya tersebut harus dilakukan dengan memperhatikan perhatian terhadap :


1. Procces design
2. Operating procedur
3. Planned preventive maintenance
4. Adequate training and supervision
5. Availability of relevant information
6. Emergency planning
 Dikenal beberapa metoda ( Major Hazard Control Methode ) yang dapat
digunakandalam industri, seperti :
1. Identifikasi potensi resiko dalam proses industri, termasuk antara lain :
2. Emergency operation
3. Kegagalan Peltihan ( Training Activites )
4. Pertukara Informasi ( Exchange Information )

Secara umum upaya pengendalian dapat dilakukan dengan cara : Engineering


Control, Administrative Control, Medical Control, Personal Protective Equipment (PPE)
Diperlukan juga suatu system yang disebut Major Hazard Control System, yang
bukan saja merupakan upaya pencegahan tetapi yang lebh penting adalah usaha untuk
mengurangi penderita manusia dan mengurangi kerugian ekonomi yang timbul oleh
kecelakaan tersebut. Upaya ini merupaknan suatu kegiatan yang dilakukan dengan
pendekatan sitemik, dengan beberapa komponen dasar seperti :
1. Pengenalan instalasi yang mengandungpotensi bahaya yang besar.
2. Informasi tentang instalasi
3. Perubahan dalam aktivitas pabrik
4. Kegiatan pemerintah
5. Emergency palnning

KESIAPAN DALAM MENGHADAPI MPH

Pada hakekanya “ kesiapan “ dalam menghadapi kemngkinan terjadi suatu Major


Hazard Acident didalam industri adlah mengenal dengan baik dan benar semua kondisi
proses produksi yang dijalankan dalam industri, baik bahan baku, prses produksiserta
hasil antara dan hasil akhir yang ada, termasuk juga kondisi lingkungan kerja. Hal ii
hanya dapat dilakukan melalui suatu analisis dan penilaian lingkungan kerja secra teratur,
terarah serta dengan baik dan benar, meliputi :

1. Engiering Surveillance
2. Legal Surveillance
3. Epidemiological dan Medical Research
Dengan mempergunakan teknik dan metode yang sesuai sebagai upaya untuk
mengurangi atau menghilangkan kemungkinan terjadinya sutu MHA, maka dapat
dilakukan upaya-upaya seperti :
1. Penetapan dan jenis pengendalian yang akan dilaksanakan
2. Adanya pengendalian lingkungan yang sehat dan aman
3. Penetapan dan pengawasan cara kerja yang baik dan benar
4. Penetapan dan pengawasan prosedur kerja yang baik, benar dan sesuai.
Dalam pelaksanaan semua kegiata iperlikan suatu pengawasan dan pemantauan
(monitoring) terhadap pelaksanaan itu sendiri, yang hasilnya akan di evaluasi dan
dijadikan bahan bagi perbaikan dan penyemurnaan perencanaan selanjutnya. Bentuk siste
menejemen dalam mengantisipasi MHA dilakukn melalui tahap-tahap sebagai berikut :

1. Policy
2. Organization
3. Planning and implementation
4. Measurement
5. Auditing ang Review
“ komunikasi “ merupakan permasalahan yang sangat penting dalam
semua tahap kegiatan yang dilakukan. Dalam perencanan dan pelaksanaan
pelatihan, maka masyarakat disekitar harus diikut sertakan atau dapat dibuatkan
program tersendiri bagi masyarakat.

Medical Procedur yang ditetapkan harus sesuai dengan kbutuhan


perusahaan serta dapat dilaksanakan. Untuk itu diperlukan pelatihan khusus bagi
semua orang khusus bagi semua orang yang terkait, sehinga mampu melaksanakan
tugan dengan baik. Kesalahn prosedur akan mengakibatkan kerugian yang sangat
besar.

untuk melindungi manusia dari segalah akibat yang dapat ditimbulkan


oleh suatu kecelakan atau untuk mengurangi akibat yang dapat terjadi, maka salah
satu upaya lain yang dapat dilakukan adalah Personal Protective Eqipment
Program. Alat pelindung diri harus dapat menjamin, terhindar dan
terlindungannya manusia dari segalah akibat yang dapat ditimbulkan oleh
pelaksanaan suatu pekerjaan dan atau kecelakaan yang terjadi. Oleh karena itu
dalam program inidilakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Selection
2. Fitting
3. Maintenance and Storage
4. Education and Training

8. EVAKUASI MEDIK ( MEDICAL EVACUATION )

Evakuasi medik merupakan salah satu mata rantai dalam kegiatan pertolongan
pertama pada musibah ( P3M ) .

HAKIKAT KECELAKAAN /MUSIBAH/BENCANA

Umum :

A. Korban kecelakaan dapat diberi pertolongan dalam berbagai suasana. Terdapat 4


kelompok suasana kecelakaan yaitu :suasana ideal, Suasana darurat, suasana
musibah/disaster dan suasana bencana/catastrophe.
B. Faktor kritis yang mempengaruhi hasil pertolongan korban dalam setiap suasana
tersebut diatas adalah waktu, tempat kejadian, tenaga penolong dan sarana /
material.

Kecelakaan dalam suasana ideal:

a. Factor waktu. Waktu antara kejadian dan saat diberi pertolongan pertama adalah
pendek. Dengan demikian ,korban dan lingkungannya ditinjau dari aspek medic,
factor waktu ini : ideal
b. Tempat kejadian. Lokasi kecelakaan terletak demikian ideal sehingga pertolongan
dan evakuasi korban dapat diselenggarakan menurut metode medis terbaik.
c. Tenaga penolong. Tenaga P3K cukup tersedia serta bantuan medic dan fasilitas
rumah sakit terjamin.
d. Sarana dan material. Sarana P3K tersedia ditempat kejadian ataupun dibawa oleh
tenaga P3K atau tim ambulans, dapat menjamin pertolongan yang tepat dan
wahana yang sepadan / memahami
e. Hasil .dalam suasana ideal ini seorang korban semestinya memperoleh
kesempatan maksimal untuk hidup,kemungkinan cacat sangat kecil.

Kecelakaan dalam suasana darurat :

a. Factor waktu. Waaktu antara kejadian dan saat diberi pertolongan pertama adalah
panjang.korban dan lingkungannya ditinjau dari aspek medis , waktu tidak lagi
termasuk ideal.
b. Tempat kejadian. Tempat kecelakaan dan tampat P3K sukar dicapai , harus
disesuaikan dengan suasana setempat.
c. Tenaga penolong. Jumlah tenaga P3K masih cukup untuk memberikan
pertolongan .
d. Sarana dan material. Sarana setempat tidak memenuhi smua persyaratan sehingga
terpaksa diadakan improvisasi. Wahana yang digunakan untuk mengangkut
korban ke ambulans atau ke rumah sakit , tergolong darurat
e. Hasil. korban dalam suasana darurat masih memperoleh kesempatan cukup untuk
hidup dengan cacat yang “ lumrah “.

Kecelakaan dalam suasana musibah

Secara sederhana musibah diartikan sebagai suatu kejadian yang demikian serius
sehingga sarana dan tenaga setempat tedak lagi mencukupi untuk menanggulanginya.

a. Factor waktu. Waktu antara kejadian musibah dan saat dilaksanakan P3M adalah
panjang sekali.
b. Tempat musibah. Tempat musibah dihadapkan pada jalur lalu lintas (darat,
sungai,laut,udara ) sangat mempengaruhi hasil bantuan P3M .
c. Tenaga penolong. Jumlah tenaga penolong lebih sedikit dari pada jumlah korban
maka dibutuhkan tenaga awam dan tenaga awam khusus ( P3K )
d. Sarana dan material. Sarana yg siap pakai dicantumkan dan setiap alat angkut
yang khusus di siagakan.
e. Hasil. ada korban fatal, derajat cacat yg diderita harus diupayakan sekecil
mungkin.

Kecelakaan dalam suasana bencana

a. Factor waktu : sangat panjang


b. Factor kejadian : daerah yang ditimpa bencana dapat demikian luas
sehinga suatu gambaran umum dapat diperoleh lama setelah kejadian.
c. Factor tenaga penolong : sangat tidak memadai
d. Faktor sarana dan material : saran dan material tidak mencukupi.
e. Hasil : sebagian korban dapat tertolong dari maut selain itu korban yang
mendapat cacat dikemudian hari sangat besar.

ORGANISASI YANG DILIBATKAN

1. Pada kecelakaan , pertolongan diberikan oleh kawan kerja / tenaga P3K pd


masing- masing perusahaan sebelum pertolongan lebih lanjut.

2. Pada keadaan darurat, satuan P3K di perusahaan terdekat, satuan PMI dan
organisasi swadaya masyarakat setempat.

3. Pada suasana musibah, organisasi sebanyak mungkin dilibatkan misalnya hansip,


cabang PMI , pemadam kebakaran, TNI/POLRI, SAR dan lain-lain.

4. Pada suasana bencana, SATKORLAK PB propinsi maupun kabupaten/ kota ,


terlibat juga PMI, SAR, Hansip, satuan TNI/ POLRI dan lain-lain

PENGORGANISASIAN EVAKUASI MEDIK PADA MUSIBAH

1. Pola dasar

a. Agar stiap petgs P3M / P3K dapat berperan dengan baik perlu diketahui
dengan tepat prinsip dasar dan pengorganisasian pertolongan.

b. Prinsip dasar : pertolongan pertama yg paling penting diberikan ditempat


kecelakaan , sedangkan setiap korban secepatnya dibawa ke rumah sakit.
c. Dalam setiap musibah korban dapat terancam sebagai berikut : kekacacauan
ditempat kerja, gangguan pernapasan, kehilangan darah, syok, infeksi dan
cacat.

d. Penyelenggaraan pertolongan korban diarahkan sedemikian rupa sehinga


semua korban dapat memperoleh bantuan medis sebaik mungkin.

e. Setiap tugas harus diselesaikan dengan cepat dan tepat, tiap petugas harus
ditempatkan di tempat yang tepat dan melakukan pekerjaan yang sesuai
dengan pengetahuan dan ketrampilannyaa.

2. Pola penyelenggaraan (suatu skema / skenario)

Pemberian bantuan P3M secara tepat guna dapat meliputi aspek-aspek sebagai
berikut :

1. Pimpinan dan pengendalian ,ditetapkan seorang pemimpin P3M atau komando


lapangan yang mempunyai tugas pokok adalah mengkoordinasikan :

 Komunikasi antara lokasi musibah dengan titik kumpul korban.


 Penggiatan poslongmed
 Evakuasi korban dari poslongmed
 Rumah sakit

2. Rantai pertolongan pertama pada musibah ( P3M ), korban ditangani secara teknis
medis sesuai dengan prosedur tetap. Dalam rantai ini ditekankan :

 Pemberian P3K dilokasi musibah, di titik kumpul korban dan selama


evakuasi ke poslongmed
 Pertolongan di poslongmed
 Pertolongan dalam evakuasi dari poslongmed ke rumah sakit atau ke
ruamah sakit lapangan.
 Pertolongan di rumah sakit

3. Kegiatan operasional awal

 Pada dasarnya segera setelah musibah terjadi


 Pimpinan perusahaan segera melaporkan berita yang diteriama ke unit
yang siap menghadapinya (polisi/hansip/pemadam kebakaran/SAR.)
 Pemimpin lapangan menjelaskan dan mengarahkan petugas/ satuan P3M
sehingga dapat melakukan kegiatan masing-masing dengan baik.
 Petugas P3M segera akan ikut membatu para korban yang tadinya tidak
terorganisasi.

WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB

a. Biasanya tiap perusahaan sudah memilikii pembagian wewenang dan tanggung


jawab untuk menghadapi musibah.
b. Ditinjau dari proses P3M harus ditentukan pula oleh pemimpin perusahaan
(bersama P2K3 dan dokter perusahaan ) seorang dari wakilnya yang juga otomatis
menjadi pimpinan lapangan.

PENGORGANISASIAN DI TEMPAT MUSIBAH

a. Biasanya secara naluri, para korban pada awalnya ingin berkumpul ( titk kumpul
korban /victim’s point) biasanya pada daerah pemindahan/ evakuasi.

b. Tempat ke dua yang harus direncanakan pada pramusibah yaitu pos pertolongan
medis ( poslongmed )

c. Apabila perusahaan mampu , sebaiknya memiliki gudang perbekalan medis pada


tempat yang aman di luar kompleks perusahaan.

d. Penolong (P3M ) perlu mencari korban untuk itu perlu diadakan pembagian tugas
“kavling”.

e. Tenaga lapangan , apabila diperkirakan ada 100 korban , maka disarankan tersedia
6 kelompok P3M , masing- masing 4 orang ( termasuk komandan/ ketua
kelompok )

f. Tim pertolongan medis ( POSLONGMED )

 Pos ini merupakan pos penyaringan dan penyalur korban.


 Dokter di pos ini pertama-tama harus mendiagnosis trauma dan sekaligus
menggolongkan tiap korban sesuai dengan derajat urgensi yang
diperlukan.
 Di pos ini tidak ada pengobatan ,setiap kegiatan ditujukanterhadap
penyelamatan korban dan penyiapan korban untuk di evakuasi ke rumah
sakit.
 Syarat penentuan lokasi pos:
 Lokasi harus nyaman dan sedekat mungkin dengan tempat
musibah
 Lokasi harus dekat pada jalur perbekalan dan perlengkapan
 Cukup luas untuk setiap petugas
 Material medis untuk pos disiapkan pada beberapa mobil/trailer.

PROSEDUR KERJA

1. Tugas pokok P3M

Pada suatu musibah harus diusahakan agar sebanyak mungkin korban dengan
cepat dan dalam kondisi seoptimal mungkin disiapkan untuk evakuasi ke fasilitas
rumah sakit.

2. Kaidah dasar

 Pemberian pertolongan secukupnya di lokasi musibah


 Penggolongan para korban secara tepat dan cepat
 Bantuan medis secukupnya
 Penglokasian korban dan pengaturan evakuasi secara tepat guna.

3. Pos pertolongan medis , antara lokasi musibah dan rumah sakit perlu dibuka suatu
pos pertolongan medis.

4. Prosedur kerja dilokasi kejadian ,petugas medis segera datang dalam suasana
tenang, segera diberi P3K secukupnya.

5. Prosedur kerja di Poslongmed , diselenggarakan kegiatan Triage, korban


disiapkan dengan perawatan gawat darurat, perbaikan pembalutan,pemberian
injeksi,penentuan urgensi pengangkutan dan posisi korban dalam evakuasi.

6. Prosedur kerja selama evakuasi ke rumah sakit, korban dipantau terus, selama
evakuasi perlu dicatat pada kartu luka dan menyerahkan pada rumah sakit.
7. Prosedur kerja di rumah sakit, dilakuakn sesuai protap yang berlaku misalnya
perawatan korban gawat darurat, perbaikan pembalutan, penanganan korban luka
ringan, penyelenggaraan ruang jenazah dan pengaturan jenazah dan setiap
tindakan dicatat pada kartu luka.

PENGGOLONGAN KORBAN SESUAI URGENSI ATAU TINGKAT


KEGAWATAN

1. Gawat Tingkat I ( ancaman maut ), disini termasuk korban yang cepat atau tepat
sekali memerlukan pertolongan medis, untuk menghindari kematian.

2. Gawat tingkat II ( maut mengancam, ttp tidak segara ), disisni termasuk korban
yang tidak langsung terancam maut namun menurut pandangan medis segera
secepat mungkin ditolong ke rumah sakit.

3. Gawat tingkat III ( Tdk ada ancaman maut ), dapat dibedakan menjadi 2
golongan:Mereka yang terancam cacat tetap misalnya luka hebat ditangan dan
Mereka yang tidak terancam cacat tetap.

ADMINISTRASI LOGISTIK

Merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam menaggulangi musibah meliputi


:Penyiapan perangkat P3M, Pengisian kertu luka dan Penentuan peralatan.

PENGOMANDOAN

Untuk pengendalian medis tim P3M , perlu adanya :Komando lapangan , Komando tim
pencarian , Komando pelaksana poslongmed dan Komando pelaksanaan evakuasi.

9. PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI BAGI TENAGA KERJA

Melengkapi tenaga kerja dengan alat pelindung menjadi suatu keharusan. Sesuai
dengan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja, khususnya pasal
9, 12, dan 14, yang mengatur penyediaan dan penggunaan Alat Pelindung Diri di tempat
kerja, baik bagi pengusaha maupun bagi tenaga kerja.
Alat Pelindung Diri (APD) adalah “seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja
untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya/kecelakaan
kerja”. APD tidaklah secara sempurna dapat melindungi tubuhnya, tetapi akan dapat
mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi. Pengendalian ini sebaiknya tetap
dipadukan dan sebagai pelengkap pengendalian teknis maupun pengendalian
administrative.

Dasar Hukum

Peraturan perundangan yang menyangkut penggunaan ALat Pelindung Diri (APD) adalah
UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, antara lain mengenai:

1. Kewajiban pengurus untuk menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja
baru tentang:
 Pasal 9, ayat 1 b
Semua pengamanan dan alat-alat pelindung yang diharuskan dalam tempat
kerja
 Pasal 9, ayat 1 c
Alat-alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan
2. Pasal 13
Kewajiban memasuki tempat kerja, untuk siapapun wajib mentaati semua petunjuk
keselamatan kerja dan memakai alat-alat pelindung diri yang diwajibkan.
3. Pasal 14 ayat c
Kewajiban pengurus untuk menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindung
diri yang diwajibkan pada tenaga kerja berada di bawah pimpinannya dan
menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut.

Pemilihan APD di Perusahaan

Potensi bahaya tergantung pada jenis produksi, jenis teknologi yang digunakan,
bahan produksi dan proses produksi.

Langkah-langkah yang penting diperhatikan sebelum menentukan APD yang akan di


gunakan adalah :

• Inventarisasi potensi bahaya yang dapat terjadi


Langkah awal agar APD yang digunakan sesuai kebutuhan
• Menentukan jumlah APD yang akan disediakan
Dalam menentukan jumalh bergantung pada jenis APD yang digunakan sendiri-
sendiri (pribadi) atau APD yang dapat dipakai secara bergantian
• Memilih kualitas/mutu dari APD yang akan digunakan
Penentuan mutu akan menentukan tingkat keparahan kecelakaan/penyakit akibat kerja
yang dapat terjadi. Penentuan mutu suatu APD dapat dilakukan melaui proses
pengujian di laboratorium.

Alat pelindung diri yang telah dipilih hendaknya memenuhi ketentuan-ketentuan


sebagai berikut :

• Dapat memberikan perlindungan terhadap bahaya


• Berbobot ringan
• Dapat dipakai secara fliksible (tidak membedakan jenis kelamin)
• Tidak menimbulkan bahaya tambahan
• Tidak mudah rusak
• Memenuhi ketentuan dari standart yang ada
• Pemeliharaan mudah
• Penggantian suku cadang mudah
• Tidak membatasi gerak
• Rasa “tidak nyaman” tidak berlebihan
• Bentuknya cukup menarik

Jenis-jenis APD

1. Alat pelindung kepala


 Topi pelindung (helm), melindungi kepala dari benda-benda keras yang terjatuh,
pukulan, benturan kepala, dan terkena arus listrik.
 Tutup kepala, melindungi kepala dari kebakaran
 Korosi, panas/dingin, terbuat dari asbestos, kain khusus tahan api dan korosi
selain itu terbuat dari kulit atau kain tahan air
 Hats/cap, melindungi kepala (rambut) dari kotoran debu mesin-mesin berputar
biasanya terbuat dari katun

2. Alat pelindung mata dan muka


 Spectacles, melidungi mata dari partikel-partikel kecil, debu dan radiasi
gelombang elektromagnetik, kilatan cahaya atau sinar yang menyilaukan. Biasa
digunakan pada tingkat bahaya yang rendah.
 Goggles, melindungi mata dari gas, uap, debu dan percikan larutan kimia.
Bahan terbuat dari plastik yang transparan dengan lensa yang dilapisi kobalt
untuk melindungi bahaya radiasi gelombang elektromagnetik non ionisasi dan
kesilauan atau lensa yang terbuat dari kaca yang dilapisi timah hitam untuk
melindungi dari radiasi elektromagnetik dan mengion.
 Perisai muka, melindungi mata atau muka. Dipasang pada helm atau pada
kepala langsung dan juga dapat dipegang dengan tangan.

3. Alat pelindung telinga


Mengurangi intensitas suara yang masuk kedalam telinga.
 Sumbat telinga (ear plug), mengurangi intensitas suara 10 s/d 15 dB. Dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu:
 Ear glug sekali pakai (Disposable Plugs), terbuat dari kaca halus (glass
down), lilin yang berisi katun wool (wax-impregnated cotton wool), busa
polyurethane (polyurethane foam).
 Ear plug yang dapat dipakai kembali, terbuat dari plastic yang dibentuk
permanen (permanen moulded plastic) atau karet. Jenis ini dicuci setiap
sellesai digunakan dan disimpan dalam tempat yang steril.

Kelebihan ear plug dibandingkan dengan ear muff adalah mudah untuk dibawa dan
disimpan karena kepraktisannya. Ear plug tidak mengganggu apabila digunakan
bersama-sama dengan kaca mata dan helm.

 Tutup telinga (ear muff), melindungi bagian luar telinga (daun telinga) dan alat
ini lebih efektif dari sumbat telinga karena dapat mengurangi intensitas suara
hingga 20 s/d 30 dB. Dibandingkan dengan ear plug, kelebihan ear muff antara
lain adanya kemudahan dalam pengawasan bagi pekerja bila akan menerapkan
kedisiplinan dalam pemakaian APD, selain itu bila telinga sedang terinfeksi, ear
muff tetap dapat digunakan.

4. Alat pelindung pernafasan


Melindungi pernafasan terhadap gas, uap, debu atau udara yang terkontaminasi di
tempat kerja yang dapat bersifat racun, korosi ataupun rangsangan.
 Masker, melindungi debu/partikel-partikel yang lebih besar yang masuk ke dalam
pernafasan, dan terbuat dari kain dengan ukuran pori-pori tertentu.
 Respirator, melindungi pernafasan dari debu, kabut, uap, logam, asap, dan gas.
Dapat dibedakan atas:
 Respirator pemurni udara
Membersihkan udara dengan cara menyaring atau menyerap kontaminan
dengan toksinitas rendah sebelum memasuki system pernafasan. Alat
pembersihnya tediri dari filter untuk menangkap debu dari udara atau tabung
kimia yang dapat menyerap gas, uap dan kabut.
 Respirator penyalur udara
Memberikan aliran udara yang tidak terkontaminasi secara terus menerus.
Jenis ini dikenal SCBA (Self Contained Breathing Apparatus) atau alat
pernafasan mandiri. Digunakan pada tempat kerja yang terdapat gas beracun
atau kekurangan oksigen.
5. Alat pelindung tangan
Melindungi tangan dan bagian-bagian dari benda-benda tajam/goresan, bahan-bahan
kimia (padat/larutan), benda-benda panas/dingin atau kontak arus listrik.

6. Alat pelindung kaki


Melindungi kaki dan bagian-bagiannya dari benda-benda terjatuh. Benda-benda
tajam/potongan kaca, larutan kimia, benda panas dan kontak listrik.

7. Pakaian pelindung
Menutupi seluruh atau sebagian dari percikan api, panas, suhu, dingin, cairan kimia,
dan minyak.

8. Sabuk pengaman
Melindungi tubuh dari kemungkinan terjatuh, biasanya digunakan pada pekerjaan
konstruksi dan memanjat tempat tinggi. Terdiri dari tali pengaman yang dapat
menahan beban sebesar 80 kg.

Pemeliharaan APD

1. Mencuci dengan air sabun, kemudian dibilas dengan air secukupnya. Terutama
untuk helm, kaca mata, ear plug, sarung tangan kain/kulit/karet.
2. Menjemur di panas matahari untuk menghilangkan bau, terutama pada helm.
3. Mengganti filter/cartridge nya, untuk respirator.
Penyimpanan APD

Untuk menjaga daya guna dari APD, hendaknya disimpan di tempat khusus sehingga
terbebas dari debu, kotoran, gas beracun, dan gigitan serangga/bintang. Tempat tersebut
hendaknya kering dan mudah dalam pengendaliannya.

Pelatihan

Kesadaran akan manfaat penggunaan APD perlu ditanamkan pada setiap tenaga
kerja. Perasaan tidak nyaman (risih, panas, berat, terganggu) yang timbul pada saat
menggunakan APD akan mengakibatkan keengganan tenaga kerja menggunakannya.
Salah satu cara yg efektif dalam meningkatkan kesadaran akan manfaat penggunaan APD
adalah melalui pelatihan.

Peningkatan wawasan dan pengetahuan akan menyadarkan tentang pentingnya


penggunaan APD, sehingga efektif dan benar dalam penggunaan, serta tepat dalam
pemeliharaan dan penyimpanannya. Memakai APD yg rusak akan memberikan pengaruh
buruk seperti halnya tidak menggunakan APD atau bahkan lebih barbahaya. Kebiasaan
memakai dengan benar harus senantiasa ditanamkan agar menjadi suatu kegiatan yang
otomatis/tanpa paksaan.

Penghargaan dan Sangsi

Penerapan kedisiplinan penggunaan PAD hendaknya didorong oleh berbagai pihak.


Memberikan sangsi bagi yg tidak mematuhi dan berikan pula penilaiaan yg baik atau
penghargaan bagi tenaga kerja yg disiplin dalam menggunakan APD.

Poster

Menggunakan bahasa atau kalimat yang mudah dipahami, poster atau spanduk
dapat menjadi saran informasi yg efektif yang dapat dipasang pada papan pengumuman
yang berdekatan dengan tempat kerja atau pada ruang makan/kantin.
10. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI NEGARA-NEGARA
BERKEMBANG

Keselamatan dan kesehatan kerja terutama ditempat kerja, mempunyai ruang


lingkup yang sangat luas karena juga meliputi potensi bahaya spesifik yang mungkin
menyebabkan kecelakaan dan penyait akibat kerja. Potensi bahaya tersebut bervariasi
dari tempat kerja yang satu dengan yang lainnya, misalnya pada industri pertanian,
kehutann akan berlainan dengan bahaya yang timbul di industri manufaktur.

KARAKTERISTIK NEGARA-NEGARA BERKEMBANG

 Mempunyai tingkat perekonomian yang sangat bervariasi, dari yang tinggkat


ekonomi rendah sampai yang berkembang menjadi negara industri baru.
 Umumnya berada di daerah tropis, bertolak belakang dengan industri maju yang
umumnya merupakan negara-negara dengan 4 musim.
 Sebagian besar negara berkmbang merupakan merupakan negara agrikultur, yang
tingkat perkembangan industrinya bervariasi dari satu negara dengan negara
lainnya.
 Pekerja dan manajemen diindustri umumnya masih terbatas pengetahuannya
mengenai pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.

MASALAH KESELAMATAN DAN KESEHTAN KERJA DI NEGARA


BERKEMBANG

 IKLIM
Negar-negara berkembang, sebagian besar berada di bagian dunia yang
beriklim tropis, lembab, panas, dan hamper tidak ada yang berada dibagian dunia
yang mempunyai 4 musim. Tekanan panas menjadi jenis pajanan yang seringkali
muncul terutama di industri besi baja yang memerlukan tinggkat panas yang
tinggi kelembaban juga merupakan masalah yang menggangu di Negara yang
beriklim tropis sehingga kehilangan air atau dehidrasi adalah ha yang perluh
diperhatikan.

Vetilasi diperlikan agar perpindahan udara dapat berjalan dengan baik dan
mengurangi tekanan panas . namun ventilasi tidak berpengaruh, ketika pekerja
karena jenis pekerjaannya, harus menggunakan alat pelindung diri, baju yang
tahan air dan alat keselamatan kerja yang sangat panas.

Untuk menghindari, iklim yang panas, pabrik atau industri moderen


mungkin dapat mengatasinya dengan penggunanan AC, namun banyak industri di
negara-negara berkembang tidak mampu untuk menggunakannya.

 FAKTOR EKONOMI
Factor ekonmomi merupakanfaktor yang sangat berpengaruh bagi
keselamatan dan kesehatan kerja. Hal ini sesuai dengan rokumendasi ILO No.112
tahun 1959 dimana disebutkan bahwa kesehatak kerja sebaiknya menjadi
tanggung jawab dari pihak perusahaan dan dapat bekerja sama dengan pihak luar.

Begitu juga dalam hal keselamatan pekerja, industri besar dan menegah mulai
memperhatikan pentingnya keselamatan, sehingga menitoring pencegahan dan
control terhadap lingkungan kerja dan factor-faktor bernahaya lainnya makin di
tinggkatkan.

 SUMBERDAYA MANUSIA
Pekerja-pekerja di industri, umumnya masi terbatas pengetahuannya mengenai
keselamatan dan kesehatan kerja yaitu dalam penggunaan alat yang aman serta
bagaimana menghadapi bahaya atau resiko di tempat kerja. Hal ini disebabkan
karena sebagian besar mereka berasala dari sector agrikultur yang belum terlatih.
 FASILITAS
Mahalnya bahan yang membuat kondisi yang aman, mahalnya alat-alat
pelindung diri serta pelayanan kesehatan, merupakan masalah. Selainitu, tata
rumah tangga yang buruk juga banyak ditemukan di tempat kerja.fasilitas lain
yang kurang mendapat perhatian adalah pelatihan dari pekerja, terutama dalam
hal bagaimana melakukan pencegahan untuk menghadapi segalah resiko yang ada
ditempat kerja yang dapat membahayakan keselamatan an kesehatan.

 PERALATAN DAN MEDIS


Sebagian besar industri di Negara berkembang mempunpuyaiperalatan dan
mesin yang tidak mempunyai pelindung, selain karena biaya yang mahal juga
karena tidak ada yang mampu untuk mendesain ulang mesin tersebut. Sebagian
besar mesin berasal dari Negara maju yang umumnya bukan didesain untuk
pekerja manual tetapi menggunakan “remote control”, sehingga pengoperasian
mesin denagn cara berbeda dapat menyebabkan keadaan yang tidak aman bagi
pekerja.

 DATA
Data yang akurat dalam hal keselamatan dan kesehatan keraj dinegara-negara
berkembang merupakan suatu yang sulit ditenmukan. Karena alasan-alasan
tertentu, banyak kecelakan kerja yang tidak dilaporkan dan di data dengan baik.
Terbatasnya orang yang berkompeten dalam pengolahan data da juga penyebab.
Keterbatasan data ini sering mengakibatkan monitoring terhadap adanya factor
bahaya yang paling berpotensi daam suatu industri menjadi tidak jelas sehingga
luput untuk diantisipasi

 PENYAKIT-PENYAKIT
Pekerjaan di Negara-negara berkembang umumnya, kekurangan gizi dan
hidup di lingkungan yang sanitasinya buruk. Hal ini meybabkan pekerja
mengalami penurunan fisik, anemia dan kelelahan yang sangat akibat bekerja
yang erlalu berat, karena selain menghadapi bahaya-bahaya yang timbul di tempat
kerjanya,pekerja terancam oleh penyakit-penyakit yang sering timbul
dimasyarakat umum seperti : penyakit kerena infeksi yaitu tuberculosis, disentri
dan penyakit pencernaan lainnya : penyakit parasit yaitu malaria, cacingan serta
penyakit menular lainnya.

 MIGRASI
Migrasi, terutama urbanisasi yaitu perpindahan penduduk dari desa ke kota
merupakan hal yang umum dan ditemukan di negara-negara berkembang. Dimulai
dengan berkembangnya industrialisasi yang umumnya terdapat di kota-kota besar,
orang yang memerlukan pekerjaan akan melakukan migrasi. Perubahan tingkat
sosial dan cara hidup di tempat tinggal yang baru dapat menimbulkan stress dan
mempengaruhi kesehatan. Stress juga dapat timbul dari kelelahan akibat bekerja,
cedera akibat bekerja, jenis pekerjaan yang tidak cocok, kerja shif dan sebagainya.
Hal-hal tersebut sangat berpengaruh terhadap pekerja yang baru melakukan
migrasi karena keadaannya benar-benar berbeda dengan keadn dimana
dulumerekatinggal sert jenis pekerjaan mereka yang umumnya erasal darisektor
agrikultur.

UPAYA PENUNGKATAN KESELAMATN DAN KESEHATAN KERJA

Pendekatan yang diambil untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja di


negara-egara berkembang tertentu berlainan dengan negara maju walaupun dalam
beberapa hal apa yang dilakukan oleh indstri maju dpat diambil sebagai contoh.
Pendekatan trsebut dapat berupa :

1. Membuat peraturan-peraturan yang melindungi keselamatan dan kesehatan


pekerja. Peraturan-peraturan dibuat sesuai dengan kondisi da kemampuan tiap-
tiap negara tersebut.
2. Melakukan riset atau survai untuk menemukan dan memperlihatkan bahwa
bahaya dan penykit yang ditimbulkan oleh bahaya tersebut memang ada dan harus
dikontrol
3. Menganalisis setiap terjadi kecelakaan, untuk mengetahui debgan pasti sebab dari
kecelakaan tersebut serta bagaiman mengoreksinya.
4. Melakukan diskusi tentang sebab dan akibat bahaya sert konsekwesi dari bahaya
yang ada di tempat kerja.
5. Memberi program pendidikan dan pelatihan bagi para pekerja untuk meningkakan
keselamatan dan kesehatannya.
6. Memasyarakatkan akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja bagi para
pekerja melalui mei masa, poster, seminar, dan sebagainya.
7. Membuat komitmen untuk melaksanakan keselamatan dan kesehatan ditempat
kerja, yang dilakukan oleh semua kalangan ditempat kerja, baik para pekerja
maupun pihak manajemen.
8. Membuat lembaga kesehatan kerja atau rumah sakit khusus untuk pekerja yang
ditangani untuk secara komersial dan member pelayanan pada pekerja da industri
secara keseluruhan.

11. PEKERJA PEMADAM KEBAKARAN


Kebakaran sebagai suatu peristiwa yang tidak dikehendaki senantiasa
menimbulkan kerugian, baik materi, jiwa manusia maupun lingkungan. Pemadam
kebakaran merupakan pekerjaan yang beresiko tinggi terhadap keselamatan dan
kesehatan pekerja, yang bekerja pada satuan tugas pemadam kebakaran. Pelatihan
para pekerja pemadam kebakaran selama operasi pemadaman api sesuai dengan
standar prosedur, harus dilakukan secara berkesinambungan.
Asap adalah produk yang mudah menguap dan mudah terbakar hal ini terjadi
secara beragam tergantung pada suhu, ketersediaan oksigen, dan susunan yang dapat
terbakar. Kandungan beracun dalam asap yang terhirup adalah bahan kimia dalam
bentuk gas, uap, erosol, partikel, dan asap.
Gangguan kesehatan paru dapat terjadi disamping cedera akibat panas atau luka-
luka akibat iritasi bahan kimia yang berasal dari gas dan partikel-partikel. Sesak
dada/sesak nafas terjadi pada waktu kebakaran akibat berkurangnya kadar oksigen
atau adara yang tidak bersih di lingkungan maupun akibat penyerapan bahan kimia
seperti sianida yang dapat menyebabkan keracunan parah.
Memadamkan kebakaran memerlukan pengerahan tenaga fisik yang kuat,
menambah kebutuhan oksigen dan tingkat penghisapannya serta menambah resiko
keterpajanan racun-racun yang terhisap dan hipoksia. Penggunaan yang tidak benar
dari alat pelindung pernapasan pada kebakaran yang bersar adalah salah satu factor
resiko yang penting dalam kemungkinan keracunan akibat menghirup asap.

o Bahaya fisik :
 Luka-luka akibat panas
Pembengkakan faring, pembengkakan laring dan spasme laring adalah
tanda-tanda klasik dari luka akibat panas pada saluran darah atau pernafasan
bagian atas yang dapat menjadi petunjuk pada gangguan pita suara selama
24jam. Uap panas memiliki kemampuan membawa panas 4000 kali di udara,
yang dapat merusak sistem pernapasan bagian dalam yang terutama mayor
bronchiolus.
Pasien dengan kulit terbakar dan luka pada saluran nafas memiliki tingkat
kematian yang tinggi, asap yang terhisap secara bebas menambah tingkat
kematian dari kulit yang terbakar sekitar 20%.

 Partikel-partikel
Partikel jelaga pada umumnya dibersikan oleh sistem pernapasan, partikel
ini dapat menyebabkan luka trauma langsung melalui iritasi mekanis yang
tidak khas dari sistim pernafasan bagian atas atau dalam pajanan secara besar-
besaran melalui gangguan anatomis dari saluran udara.
Partikel-partikel seperti abu api/bara panas juga dapat menyebabkan luka
panas atau luka bakkar pada sistem pernapasan. Partikel dapat pula membuat
lebih buruk kelainan saluran nafas yang disebabkan gas-gas yang
memedihkan seperti aldehide dan sulfur dioksida dapat diserap pada bahan
partikel, serta berpotensi untuk menambah kontaknya dengan permukaannya
selaput lendir daro tracheabronchial.

o Bahaya kimia :
 Acrolien (CH₂ = CHCHO)
Merupakan zat yang larut dalam air dengan kekuatan tinggi, tiga karbon
aldehide yang merupakan hasil pembakaran yang tidak sempurna, misalnya
kayu dan kapas, tembakau, polimer dan plastik yang dapat menimbulkan
gangguan yang hebat pada mata dan sostem pernapasan bagian atas. Pada
konsentrasi tinggi dapat menyebabkan brochitis
 Ammonia
Merupakan suatu zat yang tidak berwarna dan merupakan gas alkali yang
larut dalam air dengan konsentrasi tinggi dan megakibatkan gangguan yang
memedihkan jika kontak dengan kulit dan selaput mukosa. Amonia
dibesaskan selama pembakaran nilon, sutra, kaya dan melamin. Melamin
digunakan dalam kantor dan dikenal dsebagai perabot rumah tangga seperti
meja, rak buku dan papan tulis.

 Gas as.halogen
Merupakan hasil dari pembakaran fluorinated resist atau bahan
penghambat api yang berisi bromine, gas ini merupakan gangguan langsung
pada mukosa kulit dan sistem paru-aru.
 Hidrogen cloride dan chlorin
Hidrogen cloride adalah gas yang dapat larut dalam air dengan konsentrasi
tinggi dan bau yang tajam, ketika kontak dengan udara akan berubah menjadi
uap putih yang tebal dan saat kontak dengan selaput lendit yang lembab
bentuknya menjadi HCL.
Chlorin adalah gas yang berwarna hijau kuning dengan bau yang tajam
dan larut dalam air. Di dalam bentuk lembab akan berubah menjadi
as.hipochlorus (HCIO) dan as.hidrochlorik (HCL) yang cepat membusuk
untuk membentuk oksigen bebas yang radikal.
 Isocyanates

Dihasilkan dari suhu yang tinggi dari urethane isocyanates polymer. Jenis
gas ini sangat iritan dan larut dalam air dengan konsentrasi tinggi. Orgam
yang terkena racun mata dan sistem pencernaan dan paru

 Nitrogen oksida
Terbentuk dari oksidasi berisi senyawa nitrogen seperti seluloida, selulosa,
nitrit, batu bara, minyak diesel, makanan ternak yang dismpan dalam
gudang yang tertutup rapat serta bahan tenun seperti woll. Gas-gas
tersebut juga terbentuk selama percikan api pengelasan, lapisan logam,
pengukiran, dan peledekan dinamit.
 Phosgene
Dihasilkan o;eh pembakaran atau pembusukan dari kebanyakan organik
chlorin yang mudah menguap seperti pelarut, pembersih cat, cairan
pembersih kering.
 Sulfur dioksida
Merupakan suatu gas yang dihasilkan bila sulfur dari bahan alami dan buatan
terpajang panas dan kebakaran. Dalam hubungannya dengan embun
dihasilkan asam sulfur dengan daya larut air yang tinggi yang menyebabkan
gangguan pada mata dan sistem pernafasan

Gas-gas berikut ini menghasilkan hypoksia dengan memindahkan oksigen didalam


lingkungan.

 Karbon dioksida dan methan


Karbondioksida adalah suatu zat yang dihasilkan pembakaran seluruh
bahan-bahan organik yang terdapat dimana-mana. Karbondioksida adalah
bahan kimia yang lembam (inert). Methan dapat juga berperan sebagai suatu
penyebab sesak nafas gas tersebut dihasilkan didalam pembakaran polyvinyl
klorida, wool, dan kayu.
 Hidrokarbon
Semcam rantai lurus siklus hidrokarbon yang dapat diukur dengan pasti di
dalam lingkungan kebakaran.
 Karbon monoksida
Karbon monoksida (CO) dihasilkan dari pembakaran yang tidak sempurna
dari bahan-bahan organik, yang terjadi di dalam setiap peristiwa kebakaran.
Keracunan CO adalah yang paling banyak menyebabkan kematian di dalam
kebakaran. Gas CO juga dapat menyebabkan kematian di dalam rumah yang
cerobong asapnya terhalang. Karbon monoksida adalah gas yang tidak
berwarna dan tidak berbau. CO yang terhirup dengan segera merembes
kedalam alveolidan mengikat butiran darah merah untuk membentuk
karboksihemoglobin

12. PENGELOLAAN MAKAN TENAGA KERJA

Pengelolaan makan tenaga kerja berupa pengadaan kantin atau ruang makan,
diharapkan agar para pekerja dapat makan dengan baik secara kulitas maupun
kuantitas. Dalam surat edaran menteri tenaga kerja dan transmigrasi
Nomor:SE.01/MEN/1979, Tentang “ pengadaan kantin dan ruang makan “ antara lain
disebutkan bahwa :

 Setiap perusahaan yang memperjakan tenaga kerja sebanyak 50- 200


orang supaya menyediakan ruang atau tempat makan di perusahaan yanh
bersangkutan.
 Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja lebih dari 200 orang,
supaya menyediakan sebuah kantin di perusahaan yang bersangkutan.

PENGERTIAN RUANG MAKAN DAN KANTIN

• Ruang makan adalah sarana makan yang paling sederhana diperusahaan/pabrik


yang berupa ruangan denagan perabotannya berupa meja dan kursi. Letak ruang
makan hendaknya cukup jauh atau tertutup dari tempat produksi,harus bersih,
tdak berdesak-desakan, cukup mendapat aliran udara dan penerangan.
• Kantin adalah suatu sarana makan ( di pabrik/perusahaan ) yang biasanya terdiri
atas ruang makan dan sarana-sarana penunjang lainnya seperti : dapur, tempat
penyimpanan bahan makanan dll.

CIRI-CIRI PENGELOLAAN MAKAN TENAGA KERJA DI PERUSAHAAN

Pengelola atau jasa boga tenaga kerja perusahaan berbada dengan catering pada
umumnya, pengelolaan ini mempunyai cirri-ciri sbb : Orang yg dilayani dlm jmlh
besar dan pasti , Berkesinambungan , Waktu makan singkat dan tertentu, Menu
tertentu , Tempat penyajian tetap ( dalam lingkungan perusahaan ), Bertanggung
jawab terhadap berbagai pihak dan dibina oleh departemen tenaga kerja dan
transmigrasi ( balai Hiperkes & KK bandung )

Selain itu penyediaan makanan pd tenaga kerja perlu memperhatikan : pola makan,
agama, keuangan, daya cerna, dapat dinikmati, mudah diselenggarakan, jumlah / volume
cukup menyenangkan , menarik dan variasi

SARANA FISIK DAN PERALATAN

Peraturan menteri perburuhan No.7 Tahun1964, pasal 8, kondisi ruang makan atau
kantin yang layak sebagai berikut:

a) Ruang makan

 Memiliki luas yang memadai

 Memiliki peralatan makan yang cukup dan layak

 Nyaman untuk digunakan makan /istrahat

 Dilengkapi dengan kran atau t4 cuci tangan

 Dapat juga dilengkapi dengan musik

b) Dapur

 Letak dapur
 Mudah dicapai dari smua ruang makan

 Tidak berhubungan langsung dgn tempat kerja

 Tidak berdekatan dengan bak sampah

 Mudah dicapai dengan kendaraan

 Ventilasi dan cahaya

 Lebih baik bila cahaya alami , tetapi dapat pula menggunakan lampu

 Sistem ventilasi harus baik

 Jika dapur berdekatan dgn ruang makan , maka aliran udara dari
ruang makan ke dapur

c) Konstruksi dapur

 Dinding dari keramik dan dapat memantulkan sinar, serta lebih


mudah dibersihkan.

 Lantai dari bahan kedap air, tidak licin dan tahan asam

 Langit-langit terbuat terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar

d) Peralatan dan perlengkapan dapur

 Sebaiknya menggunakan peralatan yg umum, mudah dibersihkan, praktis,

kuat dan tahan lama

 Tidak dianjurkan memakai peralatan dari kayu atau tanah karena


sanitas

sulit diterapkan

UPAYA MENINGKATKAN SELERA MAKAN


 Masakan meliputi : Peningkatan rasa, juru masak, penyesuaian kalori,
disarankan untuk setiap periode makanan yg disajikan dihitung kalorinya .
 Cara penyajian meliputi Jalur pelayanan ( lay out ), Penyajian dan
peralatan
 Suasana , membuat suasana yang nyaman mis: Penambahan musik yg
lembut dan ruang makan, menyisipkan tanaman hias, taplak meja, warna
dinding yang menarik dan lain-lain

PROSES EVALUASI

untuk mengetahui tingkat keberhasilan penyelenggaran makanan di perusahaan


dapat dilakukan tolok ukur tertentu. tolok ukur keberhasilan untuk pengawasan terhadap
penyelenggaran makanan antara lain :

 Tenaga kerja memperoleh makanan pada jam kerja yang telah ditentukan dan

sesuai dengan kebutuhan gizi.

 Suasana lingkungan kerja membaik dan Sikap mental kerja meningkat

Tolok ukur keberhasilan untuk status gizi kerja :

 Input kalori sesuai dengan output kalori

 Status gizi tenaga kerja membaik melalui pengukuran kadar Hb

 Derajat kesehatan tenaga kerja meningkat ( absensi menurun, jumlah kunjungan


ke polik klinik berkurang, angka kecelakaan kerja menurun)
13. JAMSOSTEK

Jamsostek adalah singkatan dari jaminan sosial tenaga kerja, dan merupakan
program publik yang memberikan perlindungan bagi tenaga kerja untuk mengatasi risiko
sosial ekonomi tertentu dan penyelenggaraannya menggunakan mekanisme asuransi
sosial.

Sebagai Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam bidang asuransi sosial.
PT Jamsostek (Persero) merupakan pelaksana undang-undang jaminan sosial tenaga
kerja.

Hak dan kewajiban

Sebagai program publik, Jamsostek memberikan hak dan membebani kewajiban


secara pasti (compulsory) bagi pengusaha dan tenaga kerja berdasarkan Undang-undang
No.3 tahun 1992 mengatur Jenis Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan
Hari Tua (JHT), Jaminan Kematian (JKM) dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
(JPK),sedangkan kewajiban peserta adalah tertib administrasi dan membayar iuran.

Perlindungan oleh jamsostek


Program ini memberikan perlindungan yang bersifat mendasar bagi peserta jika
mengalami risiko-risiko sosial ekonomi dengan pembiayaan yang terjangkau oleh
pengusaha dan tenaga kerja.

Risiko sosial ekonomi yang ditanggulangi oleh Program Jamsostek terbatas yaitu
perlindungan pada : Peristiwa kecelakaan, Sakit, Hamil, Bersalin, Cacat, Hari tua,
Meninggal dunia

Hal-hal ini mengakibatkan berkurangnya dan terputusnya penghasilan tenaga


kerja dan/atau membutuhkan perawatan medis.

Filosofi Jamsostek

Jamsostek dilandasi filosofi kemandirian dan harga diri untuk mengatasi risiko
sosial ekonomi.

Kemandirian berarti tidak bergantung pada orang lain dalam membiayai


perawatan pada waktu sakit, kehidupan dihari tua maupun keluarganya, bila meninggal
dunia.

Harga diri berarti jaminan tersebut diperoleh sebagai hak dan bukan belas kasihan
orang lain.

Besaranya Jaminan.

A. Jaminan kecelakaan Kerja


Tenaga Kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak atas :
I. Pengganti biaya yang meliputi :
@.Ongkos pengangkutan tenaga kerja ke rumah sakit sebagai berikut :
a. Bilamana hanya menggunkan jasa angkutan darat/sungai maksimum
Sebesar Rp. 150.000,- ( Seratus lima puluh ribu rupiah).
b. Bilamana hanya menggunakan jasa angkutan laut maksimum sebesar
Rp300.000,- ( Tiga ratus ribu rupiah ).
c. Bilamana hanya menggunakan jasa angkutan udara maksimum sebesar
Rp400.000,- ( Empat ratus ribu rupiah).
@. Pengobatan dan perawatan sesuai dengan biaya ayang di kelurakan :

- Dokter, Obat, Operasi, Rontgen, Laboratorium, Perawatan, Puskesmas,


Rumah sakit umum kelas I, Gigi, Mata, serta jasa Tabib/ Sinshe/
Traditional yang telah mendapat izin resmi dari instansi berwenang.
- Seluruh biya yang di keluarakan untuk 1 (satu) peristiwa kecelakaan
tersebut dibayarkan sesuai bukti-bukti pengeluaran dan dibayarkan
maksimum sebesar Rp6.400.000,- ( enam juat empat ratus ribu
rupiah).

@. Penggantian pembelian alat bantu (Orthese) dan alat pengganti ( Prothese)


diberikan satu kali untuk setiap kasus dengan ketentuan maksimum 140%
dari harga yang di tetapkan oleh Pusat Rehabilitasi Profesor Dokter
Suharso Surakarta.

II. Santunan berupa uang yang meliputi:


@. Santunan Sementara Tidak Mampu Bekerja ( STMB) : 4 bulan pertaman
100% x upah sebulan , 4 bulan kedua 75% x upah sebulan dan bualan
seterusnya 50% x upa sebulan.

@. Santunan cacat.

- Santunan cacat sebagian untuk selama-lamanya di bayarkan secara


sekaligus (lumpsum) dengan besarnya % (persentasi) sesuai table x 70
bulan upah.
- Santunan cacat total untuk selama-lamanya dibayarkan secara
sekaligus ( lumpsum) sebsar 70 % x 70 bulan upah dan secara secara
berkala sebesar Rp50.000,- selam 24 ( dua puluh empat ) bulan.
- Santunan cacat kekurangan fungsi dibayarkan secara sekaligus
(lumpsum) dengan besarnya santunan sebesar % (persentase)
berkurangnya fungsi x % sesuai tbel x 70 bulan upah
`@. Santunan kematian dibayarkan sekaligus secara sekaligus
(lumpsum)\sebesar 42 x upah sebulan dan secara berkala sebesar
Rp 50.000,- selama 24 ( dupuluh empat) bulan , serta diberikan biaya
pemakaman sebesar Rp 600,000,-

B. Jaminan Kematian
Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan disebabkan kecelakaan kerja,
sekeluarganya berhak atas Jaminan Kematian. Jaminan Kemataian di bayarkan
sekaligus kepada Janda , duda atau anak dan meliputi :
1.Santunan Kematian sebesar Rp 3.000.000,-
2. Biaya Pemakaman sebesar Rp 600,000,-
Dalam hal Janda atau Duda atau anak tidak ada, maka Jaminan kematian di
bayarkan sekaligus pada keturunan sedarah yang ada dari tenaga kerja, menurut
garis lurus kebawah dan garis lurus keatas dihitung sampai derajat kedua.

C. Jaminan Hari Tua


Tenaga kerja yang telah mencapai usia 55 tahun ; cacat total tetap untuk
selama-lamanya; meninggalkan wilayah RI untuk selama-lamany, meninggal
dunia sebelum usia 55 tahun; tenaga kerja berhenti bekerja yang telah memenuhi
masa kepesertaan 5 tahun dengn masa tunggu selama 6 bulan; menjadi
PNS/Anggota TNI/POLRI da pat mengajukan permintaan pembayaran Jaminan
Hari Tua kepada PT. Jamsostek ( Persero) setempat dengan mengisi formulir
Jamsostek 5 disertai bukti-bukti :
1. Mencapai usia 55 tahun
(+). KPJ (Kartu Peserta Jamsostek ) Asli
(+). Copy KTP Tenaga Kerja
2. Meninggal dunia
(+). KPI Asli
(+). Copy KTP Tenaga kerja.
(+). Copy Kartu Keluarga
(+). Surat Keterangan Kematian dari pejabat yang berwenang.
(+). Surat Keterangan Ahli Waris dari pejabat yng berwenang
(+). Copy KTP Ahli Waris.
3. Cacat Total.
(+). KPJ
(+).Copy KTP Tenaga Kerja
(+). Copy Kartu keluarga
(+). Surat Keterngan dokter yang menyatakan cacat.
4. Meningggalakan Republik Indonesia.
(+). KPJ Asli
(+). Copy KTP tenaga kerja
(+). Copy Passport
(+). Copy visa bagi tenaga kerja WNI
(+). Surat pernyataan tidak bekerja agi di Indonesia.
5. Menjadi anggota TNI/POLRI/Pegawai Negeri Sipil
(+). KPJ Asli
(+). Copy KTP Tenaga Kerja
(+). Copy Surat Keputusan Pengangkatan sebagai anggota TNI/POLRI/
Pegawai Negeri Sipil.
6. Masa Kepesertaan minimal 5 tahun dan masa tunggu bulan.
(+). KPJ asli
(+). Copy KTP Tenaga Kerja
(+). Copy surat Keputusan Pemberhentian/ PHK dari perusahaan.

D. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.

@. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan


produktivias tenaga kerja sehingga dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya
dan merupakan upaya kesehatan di bidang penyembuhan ( Kuratif).

@. Jaminan Pemeliharaan kesehatan di berikan kepada tenaga kerja atau


suami atau istri yang sah dan anak sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang umur
maksimum 21 ( dua puluh satu) tahun belum menikah atau belum bekerja.

@. Ruang Lingkup pelayananan Jaminan pemeliharaan kesehatan.


Paket jamianan pemeliharaan kesehatan dasar dalam program
JaminanPemelihraan Kesehatan (JPK)meliputi :
1. Pelayanan rawat jalan tingkat pertama
2. Perawatan rawat jalan tingkat lanjutan
3. Pelayanan rawat inap
4. Pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalianan
5. Penunjang diagnostic
6. Pelayanan khusus
7. Pelayanassn Gawat Darurat (Emergensi).
@. Jenis-jenis Pelaksana Pelayanan Kesehatan (PPK)

Untuk memberikan pelayanan pemeliharaan kesehatan kepada peserta PT


Jamsostek (Persero) menunjukan Pelaksana Pelayanan Kesehatan PPK
yang terdiri dari :

1. Balai pengobatan;
2. Puskesmas
3. Dokter Praktek Swasta
4. Rumah Sakit
5. Rumah Bersalin
6. Rumah Sakit Bersalin
7. Apotik
8. Optik
9. Perusahaan alat-alat kesehatan.

@. Tata cara memperoleh pelayanan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (PJK)

I. Pelayanan Rawat Jalan Pada PPK Tingkat Pertama.


a. Peserta memeilih Pelaksan Pelyanan Kesehatan Tingkat Pertama
yang di ingikan
b. Setiap kali peserta memerlukan pelayanan kesehatan harus
menunjukan Kartu Pemeliharaan Kesehatan.
c. Bila memerlukan pemeriksaan lebih lanjut, peserta dirujuk
Pelakasana Pelayanan Kesehatan tingkat lanjutan yang di tentukan.

II. Pelayanan Rawat Jalan Pada PPK Tingkat Lanjutan


a. Peserta membawa surat rujukan dan kartu Pemeliharaan
Kesehatan ke Pelaksana.
b. Pelayanan kesehatan tingkat lanjutan untuk mendapatkan
pelayanan
c. Apabila di perlukan konsultasi dengan bagian lain atau penunjang
diagnostic, maka dokter spesialis memberikan surat rujukan
d. Apabila diperlukan rujukan ke rumah sakit lain maka dokter
spesialis memberikan surat rujukan
e. Apabila peserta mendapatakan resep obat, dapat di ambil pada
apotik yang sudah di tunjuk oleh PT Jamsostek (Persero) setempat.

III. Pelayanan Rawat Inap


Peserta yang akan di rawat inap harus membawa
a. Surat rujukan dari Pelaksana Pelayanan Kesehatan
b. Surat Rawat dokter
c. Kartu pemeliharaan Kesehatan
d. Bagi peserta yang memerlukan pelayanan gawat darurat dapat
langsung ke rumah sakit , tanpa di perlukan surat rujukan.
e. Dalam Jangka waktu 7 (tujuh ) hari sejak mulai dirawat peserta
harus mengurus surat jaminan dari PT Jamsostek (Persero)
setempat dan diserahkan ke RS paling lambat dalam waktu 2x24
jam terhitung tanggal masuk.

IV. Pemeriksaan Kehamilan dan Pertolongan Persalinan.


a. Peserta memilih Pelaksan Pelayanan Kesehatan tingkat pertama
yang di izinkan
b. Setiap kali peserta memerlukan pelayanan kesehatan harus
menunjukan kartu pemeliharaan kesehatan.
c. Pertolongan persalianan bagi Tenaga Kerja atau istri tenaga kerja
dilakukan pada Pelaksana Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
atau Rumah bersalin dengan ketentuan :
- Persalianan pertama, kedua dan ketiga
- Tenaga kerja pada permulaaan kepesertaan sudah mempunyai
tiga anak atau lebih tidak berhak mendapat pertolongan
persalinan.
d. Jika persalinan tidak dapat ditangani oleh Pelaksana Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama atau Rumah bersalin maka peserta
dapat dilayani di rumah sakit bersalin dengan menunjukan surat
rujukan dari PPK Tingkat Pertama.

V. Pelayanan khusus
Peserta yang mendapat resep dari dokter spesialis yang di tunjuk dapat
memperoleh pelayanan khusus di apotik, balai pengobatan, rumah
sakit dan pelaksan Pelayanan kesehatan yang di tunjuk oleh PT
Jamsostek ( Persero) dengan menunjukan :
a. Kartu Peserta
b. Surat rujukan dari dokter Pelaksana Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama
c. Resep asli dari dokter spesialis

.
VI. Hal – hal yang tidak di tanggung .
a. Penyakit akibat alcohol, narkotik,penyakit
kelamin,AIDS,perawatan kosmetik kecantikan,transplantasi organ
tubuh, kanker dan Haemodialisa.
b. Obat-obatan yang tidak di tanggung terutama berupa obat-obatan
kosmetik, vitamin,obat gosok,susu dan oabat-obatan kanker.

SANKSI

Pengusaha yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana diatur dalam ketentuan


perundang-undangan program Jaminan Sosial Tenaga Kerja diancam dengan hukuman
selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp 50.000.000,- ( Lima
puluh juta rupiah)

Dalam hal pengulangan tindak pidana untuk kedua kalinya atau lebih dipidana
kurungan selama-lamanya 8 (delapan) bulan.

Apabila telah di berikan peringatan tetapi tetap tidak memenuhi kewajibannya di


kenakan sanksi administrative berupa pencabutan izin usaha.
TUGAS KELOMPOK KEDOKTERAN KOMUNITAS (IKK)

“ TERRAPAN “

OLEH :
Sofia wally Theresia Wombon
Stevanus Mangge Theresia Larasati Santoso
Stevanny Rantetondok Theodor Rumsawir
Susana Wetipo Ulfa safitriani Satta
Syulul E. Wahyuningsih Vebrianti Mangende
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2010

You might also like