Professional Documents
Culture Documents
Pendidikan
Keterampilan dan kemampuan
Sistem menajemen
Teknologi yang digunakan
Sarana produksi
Iklim lingkungan kerja
Sikap dan cara kerja
Hubungan kerja
Kesehatan dan gizi kerja
Jaminan sosial
Tujuan penelitian akan mengidentifikasi ke arah mana, atau data informasi apa yang
akan dicari melalui penelitian itu. Tujuan penelitian dirumuskan dalam bentuk pernyataan
yang konkrit yang dapat diamati (observable) dan dapat diukur (measurable). Contoh
tujuan penelitian : Untuk mengetahui hubungan antara paparan arsenic yang organic
dari pertambangan dengan kemungkinan menderita penyakit kanker kulit.
Tujuan penelitian dapat di bagi dua, yaitu tujuan khusus dan tujuan umum. Tujuan
khusus merupakan penjabaran daripada tujuan umum yg lebih spesifik. Apabila Tujuan
umum suatu penelitian yang tidak dapat dispesifikkan lagi, maka tidak perlu adanya
tujuan khusus dan tujuan umum, cukup dengan tujuan penelitian saja.
3. Tujuan Kepustakaan :
Tinjauan kepustakaan ini biasanya mencakup dua hal berikut :
Tinjauan teori yang berkaitan dengan maslah penelitian. Tujuannya agar peneliti
mempunyai wawasan yang luas sebagai dasar untuk mengembangkan atau
mengidentifikasi variable-variabel yang akan diteliti.
Tinjauan dari hasil-hasil penelitian lain yang berkaitan dengan maslah yang akan
diteliti. Hal ini penting agar dapat menghindari pengulangan dari penelitian yang
telah dilakukan oleh orang lain.
5. Merumuskan Hipotesis :
Hipotesa merupakan suatu jawaban sementara dari pernyataan penelitian.
Hipotesa berfungsi untuk menentukan kearah pembuktian, artinya hipotesa adalah
merupakan pernyataan yang harus dibuktikan.
Hipotesa dalam penelitian mempunyai peranan untuk memberi batasan dan
memperkecil jangkauan penelitian, memfokuskan perhatian dalam pengumpulan data,
sebagai panduan dan pengujian serta penyesuaian dengan data. Dan membantu
mengarahkan dalam mengidentifikasikan variasi-variasi yang akan diamati.
7. Pengumpulan Data :
Dalam pengumpulan data, banyak digunakan dengan cara pengambilan
sampel penelitian atau dengan teknik-teknik tertentu sehingga sampel dapat
mewakili populasinya. Teknik dengan menggunakan sampel disebut : “Teknik
Sampling”.
Pengambilan data dng sampel dpt dilakukan dng beberapa cara, yaitu :
a. Random Sampling : yang digunakan jika anggota populasi bersifat
homogeny sehingga setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang
sama untuk diambil sebagai sampel.
b. Non Random Sampling : dilakukan tidak dengan cara acak tetapi
berdasarkan kemungkinan yang dapat diperhitungkan.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian biasanya berupa data kualitatif atau data
kuantitatif .
Sesuai dengan sifat di atas, dapat dibagi berdasarkan pada teknik pengolahannya,
yaitu :
a. Teknik non statistik : pengambilan kesimpulan umum berdasarkan hasil
observasi yg khusus, dalam hal ini data kualitatif tidak dirubah menjadi data
kuantitatif.
b. Teknik statistik : pengambilan kesimpulan dengan mengolah data secara
statistik baik dengan secara manual maupun dengan komputerisasi. Dalam
pengolahan atau analisis data ini dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
Analisis Univariat : tiap variable hasil penelitian diditribusikan dan dibuat
presentase.
Analisis Bivariat : dilakukan terhadap dua variable yang diduga saling
berhubungan atau berkolerasi.
Ananlisis Multivariat : dilakukan terhadap lebih dari dua variable.
Epidemiologi berasal dari kata Epi (atas) , Demos ( penduduk) & Logos (studi).
Sehingga dari arti kata di atas maka Epidemiologi adalah studi mengenai apa yang
menimpa penduduk, dalam arti luas dimaksudkan suatu studi mengenai terjadinya &
distribusi keadaan, penyakit, dan perubahan penduduk, begitu juga determinan2 & akibat
yang terjadi pd kelompok penduduk.
Epidemiologi merupakan ilmu terapan dengan dasar ilmu lainnya, mis : statistik
kependudukan, mikrobiologi, kimia. Serta mencakup beberapa bidang, seperti :
1 Epidemiologi Klinik
2 Epidemiologi Lingkungan
3 Epidemiologi Kesehatan
3 faktor kontribusi yang menyebabkan seseorang menderita sakit : faktor agent, host &
lingkungan
1. FAKTOR AGENT
• Berupa : organisme/bhn yang secara langsung menyebabkan penyakit.
• Faktor etiologik pada perusahaan yang menimbulkan penyakit antara lain :
1. Gol. Fisik : suara, radiasi, suhu yg tinggi, tek.udara yg tinggi, penerangan lampu
yg krg dll.
2. Gol. Kimiawi : debu yg mrnyebabkan pneumocosis, mis :abestosis, silikosis. Uap
yg menyebabkan “metal fume fever”, dermatis/keracunan.
3. Gol. Infeksi : bibit penyakit (antraks)
4. Gol. Fisiologik : kesalahan-kesalahan padaa konstruksi mesin, sikap badan kurang
baik, cara kerja yang salah yang semuanya mengakibatkan perubahan fisik tubuh
para pekerja.
5. Gol. Mental-psikologik : hub.kerja yang kurang baik antara sesama pekerja &
atau pekerja dengan pimpinan.
2. FAKTOR HOST
Yaitu pada tenaga kerja itu sendiri yg dipengaruhi oleh beberapa factor,
antara lain : Faktor kekebalan / imunitas, Faktor gizi dan Faktor pelayanan
kesehatan yg ada di perusahaan.
3. FAKTOR LINGKUNGAN
Meliputi keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhu kesehatan karyawan
perusahaan, seperti: Faktor biologik , Faktor kimiawi, dan Faktor sosio-ekonomi
VARIABEL EPIDEMIOLOGI
B) Variabel Tempat
C) Variabel Waktu
• Timbulnya gangguan bisa dalam hitungan menit, jam, hari, bulan atau
siang/malam.
• Ditentukan oleh adanya :
1. Perubahan keg. Dari host
2. Perubahan sifat dr agent
3. Lamanya waktu kontak antara host & agen
PENILITIAN EPIDEMIOLOGI
Untuk dapat mengetahui cara mencegah penyakit akibat kerja, seorang dokter
perusahaan harus dapat menjawab pertanyaan sbb :
a. mencari siapa saja, berapa orang dari kelompok mana saja, di tempat kerja apa
dan kapan terjadinya.
b. Data yang dikumpulkan dari satu kelompok dengan karakteristik tertentu
(population at risk).
Tidak melakukan uji statistik (tidak membuktikan hipotesa). Yang disampaikan
hanya frekuensi datanya.
• Bersifat retrospektif
• Dilakukan perbandingan antr sekelompok org yg skt & sekelompok org yg tdk
menderita skt. Lalu dari ke 2 klmpk tsb dihitung brp org yg prnh terpapar olh
suatu faktor yg menyebabkan pykt
ada a C
Tidak ada b D
2. COHORT STUDY
Tidak ada C D
Keuntungan & Kerugian Study Kasus Kontrol & Study Kohort.
STUDI INTERVERENSI
KIMIA BERBAHAYA
Pada tempat kerja demikian mutlak diperlukan program keselamatan kerja dalam
pengelolahan bahan kimia yang antara lain berupa :
Program tersebut juga harus ditujukan untuk memastikan bahwa pekerja yang
berpotensi terpajan bahan-bahan yang berbahaya yang digunakan ditempat kerja
diberi pengetahuan dan pelatihan tentang sifat-sifat bahaya, cara penilaian dan
pengendalian keterpajanan terhadap bahan-bahan berbahaya tersebut.
Khusus untuk rencana tanggap darurat, perlu diupayakan kerjasama dengan pihak
yang berwenang dari perusahaan untuk menjamin agar jika terjadi kondisi darurat
koordinasi penanggulangannya dapat berjalan dengan baik. Untuk pelaksanaan
pengendalian bahan kimia yang terdapat ditempat kerja, diperlukan adanya
pemeriksaan menyeluruh secara berkala dan berkelanjutan termasuk evaluasi
pengendalian keterpajanan yang telah dilakukan.
o Langkah awal
Menunjuk pengelola dan manajer bahan kimia untuk mengkoordinasi
persiapan standar prosedur pengoperasian secara tertulis, mengembangkan dan
juga menerapkan pengenalan prosedur pengolaan bahan kimia.
Pengelola dan manajer bahan kimia harus mampu mengerti tentang informasi
yang terdapat dalam MSDS (lembar data bahan kimia) dan label, serta
mengkonsumsikannya secara efektif kepada seluruh pekerja, pekerja kontrak,
manajer dan spesialis lainnya.
Manajer bahan kimia harus meneliti kondisi kerja dan memperkirakan potensi
masalah dan menggambarkan informasi yang didapatkannya dalam suatu cara
yang sistematis agar dapat menentukan tentang keterpajanan dan resikonya dan
kemudian melaporkannya kepada semua pihak termasuk komite kesehatan dan
keselamatan kerja.
o Penilaian resiko
Program penanganan bahan kimia harus menyebutkan metode dan
frekuensi dari penilaian resikoditempat kerja dan menentukan siapa yang
bertanggung jawab dalam melaksanakan penilaian tempat kerja.
Hasil penilaian tempat kerja harus digunakan untuk mengidentifikasi :
Area dimana perusahaan perlu meningkatkan pelaksanaannya
Tujuan dan target pelaksanaan
Indikator-indikator pelaksanaan terukur yang digunakan untuk menilai
tujuan
Siapa yang bertanggung jawab atas pelaksanaan yang digunakan untuk
menilai tujuan
Jadwal untuk mengkaji keefektifan program
o Pelaporan ke Depnaker
Semua kejadian yang menimbulkan korban jiwa atau luka yang serius
Semua kejadian yang melibatkan resiko ledakan yang besar, kebakaran
dan kematian
Kejadian berbahaya :
o Agenda kegiatan
Komite ksehatan dan keselamatan kerja harus melakukan pendekatan kepada
permasalahan keselamatan kerja dalam penanganan bahan kimia dengan cara
stematis.
o Pemeriksaan
LABORATORIUM
Diperlukan perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja bagi tenaga kerja yang
bekerja di laboratorium, sehingga laboratorium harus di upayakan agar merupakan
tempat kerja yang aman dan sehat bagi tenaga kerja yang bekerja di dalamnya.
Kecelakaan sering kali disebabkan karena desain laboratorium yang tidak baik,
praktek pekerja laboratorium yang tidak memperhatikan prosedur dan juga kurang
baiknya organisasi dan pengelolaan laboratorium.
Misalnya bila terjadi kebakaran dan peledakan, kerusakan lebih lanjut juga
ditimbulkan dari air yang digunakan untuk penanggulangan kebakaran
Adanya bahan-bahan kimia yang berbahaya, yang perlu diketahui jenis, sifat dan
cara penyimpanannya selain itu adanya teknik percobaan yang meliputi
pencampuran bahan, destilasi, ekstraksi, reaksi kimia
Sarana Laboratorium yang digunakan, sprti : pemakaian gas, air, listrik, peralatan
gelas
1. Pencegahan kebakaran
5. Peralatan-peralatan Laboratorium
Peralatan-peralatan analis dan pra analis harus dlm kondisi yang tidak
membahayakan, baik dari segi input powernya, kondisi kabel-kabel dan instrumen
peringatan tanda bahaya, maupun mekaniknya . teknologi pengendalian bahay
sengatan listrik perlu diterapkan guna menghindar diri dari sengatan listrik maupun
bahaya kebakaran karena kegagalan instalasi listrik.
Peralatan pemanasan, perlu dilengkapi dalam dengan fail safe design, atau
lampu2 on offdan lampu tanda bahaya, tidak digunakan dalam daerah yang
berbahaya, digunakan ditempat dengan ventilasi yang baik serta terbuat dari bahan
yang tahan panas.
8. Penerangan di Laboratorium
Penerangan juga dapat menghindarkan diri dari resiko bahaya akibat kurang
jelas dalam membedakan/membaca lebel dari suatu bahan kimia. Penerangan dengan
intensitas >400 Lux seharusnya tersedia di laboratorium. Untuk pekerjaan yang
spesifik penerangan yang baik harus disediakan dengan mempertimbangkan
kesilauan, kontras, dan arah pencahayaan. Jika computer digunakan dalam
laboratorium pertimbangan khusus seperti tidak menghadap sinar matahari atau
menghadap arah cahaya masuk.
10. Ventilasi
Untuk menjamin kondisi aman dan nyaman bagi tenaga kerja yang bekerja di
Laboratorium maupun untuk mengamankan peralatan2 khusus yang memerlukan
suhu tertentu dalam penyimpanan. Sistem ventilasi yang baik dari suatu laboratorium
akan menangkap dan mengeluarkan kontaminan dari dalam ruangan keluar bangunan.
2. Penyediaan safe working practises yaitu tersedianya peralatan steril yang setiap
saat akan digunakan, tidak diperkenankan untuk melakukan penyedotan dengan
mulut dan selalu membersihkan tangan dengan bersih
Seperti diketahui, getaran suara yang sampai ke telinga, baik melalui hantaran
udara maupun tulang, akan diteruskan sampai ke telinga bagian dalam, dan selajutnya
oleh saraf pendegar disalurkan ke otak. Kualitas suara ditentukan oleh frekuensi dan
intensitasnya. Frekuensi dinytakan dengan jumlah getaran tiap detik, atau Hertz ( Hz ).
Sedangintensitas bunyi merupakanbesarny tekanan suara, yang dalam pengukurannya
sehari-hari dinyaakan dalam perbandingan logaritmis dan menggunakan satuan desb
(dB).
a) Adaptasi
b) Pergeseran ambang dengar sementara
c) Pergeseran ambang dengar yang persisten
d) Pergeseran ambang dengar yang menetap
Berbaga factor sepert inensitas, frekuensi, jenis atau irama bising, lama
pemajanan sertalama waktu istirahat antara dua periode pemajanan, sangat menentukan
dalam proses terjadinya ketulian atau kurang pendegaran akibat bising. Demikian juga
factor kepekaan tiap pekerja, seprti misalnya umur, pemanjangan bising
sebelumnya,kondisi kesehatan, penyakit telinga yang perna diderita, perlu pula
dipertimbangkan dalam menentukan gangguan pendengara akibat bising.
Menurut Geuignard ( 1973 ), secara umum pengaruh kebisingan pada organ
pendegaran dapat dikategorikan dalam 3 jenis yaitu :
1. Trauma Akustik
2. Temporary Threshoid ( TTS )
3. Permanent Threshold Shift ( PTS )
Dalam proses terjadinya ketulian atau kurng pendegaran yang menetap
( permanen ), di beberapa tahap akan dialami oleh penderita. Merluzzi ( 1983 ),
membedahkannya dalam 4 tahap, yakni tahap pertama, yang terjadi pada 10-20 hari
pertama terpapar bising. Sesudah bekerja telinga penderita terasa penuh, berdenging,
sakit kepala ringan, pusing dan terasa capek.
Pada tahap selanjutnya, yakni bila pemaparan terjadi selama beberapa bulan
sampai beberapa tahun, semua gejala subjektif akan menular, kecuali telinga yang
berdenging secara intermiten. Pada tahap ke 3 penderita merasa pendegarannya tidak
normal lagi, ditandai dengan ketidakmampuan menegar suara deti jarum jam, tidak dapat
menangkap komponen berbicara, lebih-lebih jika terdapat bising latar belakang.
Dalam lokakarya Hiperkes di Cibogo tahun 1974, telah ditentukan bahwa NAB
kebisingan di tempat kerja adalah 85 dBA. Penentuan angka tersebut didasarkan atas atas
pertimbangan :
1. Medis
Penelitian oleh negara-negara yang telah maju menunjukan bahwa intensitas suara
82-84 dBA dengan frekuensi 3000-6000Hz telah mengakibatkan kerusakan
organon corti secara menetap untuk waktu kerja selama lebh dari 8 jam sehari.
Penelitian yang dilakukan di dalam dan luar negeri menunjukan bahwa pada
frekuensi 300-6000 Hz, pengurangan pendengaran tersebut disebabkan oleh
kebisingan.
Hasil penialaian terhadap tenaga kerja yang mengalami pengurangan pendegaran
yang menetap Karenna kebisingan, bekerja selama 8 jam sehari.
2. Teknis
Bahwa untuk menurunkan kebisingan alat-alat produksi dari sember suara akan
memerlukan biaya yang sangat besar
Tidak semua alt-alat prduksi pada pekerja dapat diturunkan intensitas suaranya
sampai d bawah 85 dBA.
PENERAPAN PROGRAM
B. Teknologi pengendalian
Dilakuan upaya menentukan tingkat suara yang dikehendaki, menghitung reduksi
kebisingan dan sekaligus mengupayakan penerapan teknisnya.
E. Pemeriksaan audiometric
Menurut Harris (1979), terdapat beberapa jenis audiogram yang dibutuhkan dalam
penerapan program, yakni :
Preplacement or preemployment audiogram
Baseline (reference) audigrom
Monitoring audiogram
Exit (termination) audiogram
G. Evaluasi
Beberapa cirri program yang berhasil antara lain adalah :
Program ini merupakan keharusan di perusahaan dan sepenuhnya
didukung oleh pihak manajemen
Tersedia lebih dari satu macam alat pelindung telinga, yang dipakai
dengan baik
Adanya kerjasama antar berbagai pihak di perusahaan, guna
mensukseskan pelaksanaan program
Selalu dilakukan pelatihan dan penyuluhan
Pelaksanaan monitoring audimetri khususnya pada pekerja yang
terpajankebisingan dilakukan secara teratur.
7. PENANGANAN KEADAAN DARURAT DALAM KECELAKAAN
Pada kejadian kebakaran akan timbul suatu radiasi panas, yang dapat
memyebabkan luka bakar pada kulit dengan tinggkat keparahan yang
sangat tergantung pada waktu pemanasan dan pada waktu pemajanannya.
Radiasi panas yang timbul dapat menyebar sampai jau dari sumbernya.
Kebakaran lebih sering terjadi didalam industri dibandingkan dengan
peledakan dan pelepasan bahan beracun, akan tetapi “lebih sedikit”
menghilangnya nyawa manusia. Ini berarti potensi sebagai major hazard
dari kebakaran adalah lebih kecil dari pada peledakan dan pelepasan bahan
beracun. Yang harus diperhatikan dan diingat adalah bahwa kebakaran
selalu menyebabkan kerusakan dan kerugian yang hebat pada industry.
Pada kejadian kebakaran maka kadar oksigen dalam udara akan sangat
berkurang, tergntung dari pada pemakaian oksigen dalam proses
pembakaran, dan keadaan ini disa “mematikan”. Selain itu timbulnya asap
yang bisa mengandung gas beracun seperti sulphur dioxide dari
pembakaran Carbon disulfide dan Nitrous oxide dari pembakaran
Ammonium nitrate, akan mengakibatkan gangguan kesehatan pada
manusia yang terpajan.
Dikenal beberapa bentuk kebakaran dalam industri, seperti : Jet Fires,
Pool Fires, Flash Fires, BLEVE’s ( Boliling Liquid Expanding Vapour
Explasion )
PELEDAKAN ( EXPLOSION )
Major Hazard Accident merupakan suatu kecelakaan industri yang besar dengan
akibat yang sangat merugikan, baik nyawa manusia maupun kerugian
materialnya.
Manifestasi suatu MHA dapat terlihat berupa kebakaran, peledakan dan pelepasan
bahan beracun.kebakaran dan peledakan biasanaya akan terjadi bersamaan dalam
satu kejadian.kebakaran akan dapat menyebabkan terjadinya ledakan-leakan
akibat terdapatnya bahan dan atau alat yang mudah meledak dalam industri.
Sebaliknya suatu kejjadian peledakan akan selalu diikuti dengan kebakaran.
Sangat terhantung dari pada jenis bahan yang terdapat atau digunakan dalam
industri, apakah akan terjadi pelepaan bahan beracun atau tidak.
Bebagai contoh industri yang tergolong Major Hazard Accident adalah
1. Petrokimia dan kilang lain
2. Pekerjaan Kimia dan yang menghasilkan bahan kimia dalam prosesnya
3. Penyimpanan dan penumpukan LPG
4. Fertilizer storez yang besar
5. Pabrik yang mempunyai risiko meledak
6. Pekerjaan dimana Chlorine digunaka dalam jumlah yang banyak
Suatu MHA dapat disebabkan oleh atau bersumber pada :
1. Factor Teknis ( Technical Equipment ),yaitu potensi bahay ayang berasal
atau terdapat pada pekerjaan dan peralatan kerja yang digunakan.
2. Factor Lingkungan Kerja ( Enviroment ), yaitu potensi bahaya yang
berasal atau terdapat dalam Lingkungan Kerja, yang bisa bersumber dari
proses produksi termasuk bahan baku, hasil antara dan hasil akhir, dari
luar tempat kerja maupun dari tenaga kerja sendiri.
3. Factor Manusia ( Human Errors ), dimana manusia adalah merupakan
atau mengandung potensi bahaya yang cukup besar, terutama apabilah
manusia yang melakukan pekerjaan ini tidak berada dalam kondisi fisik
dan psikis yang cukup baik.
Upaya ini merupakan suatu kegiatan didalam industri yang dilakukan untuk
mencegah terjadinya Occupational Accident khususnya yang “besar” MHA dan untuk
meminimalkan akibat-akibat yang ditimblkananya, yang dilakukan dengan cara-cara baik
dan benar, dengan mempergunakan metoda dan sistem yang benar-benar dapat meberikan
hasil yang terbaik bagi semuanya.
1. Engiering Surveillance
2. Legal Surveillance
3. Epidemiological dan Medical Research
Dengan mempergunakan teknik dan metode yang sesuai sebagai upaya untuk
mengurangi atau menghilangkan kemungkinan terjadinya sutu MHA, maka dapat
dilakukan upaya-upaya seperti :
1. Penetapan dan jenis pengendalian yang akan dilaksanakan
2. Adanya pengendalian lingkungan yang sehat dan aman
3. Penetapan dan pengawasan cara kerja yang baik dan benar
4. Penetapan dan pengawasan prosedur kerja yang baik, benar dan sesuai.
Dalam pelaksanaan semua kegiata iperlikan suatu pengawasan dan pemantauan
(monitoring) terhadap pelaksanaan itu sendiri, yang hasilnya akan di evaluasi dan
dijadikan bahan bagi perbaikan dan penyemurnaan perencanaan selanjutnya. Bentuk siste
menejemen dalam mengantisipasi MHA dilakukn melalui tahap-tahap sebagai berikut :
1. Policy
2. Organization
3. Planning and implementation
4. Measurement
5. Auditing ang Review
“ komunikasi “ merupakan permasalahan yang sangat penting dalam
semua tahap kegiatan yang dilakukan. Dalam perencanan dan pelaksanaan
pelatihan, maka masyarakat disekitar harus diikut sertakan atau dapat dibuatkan
program tersendiri bagi masyarakat.
Evakuasi medik merupakan salah satu mata rantai dalam kegiatan pertolongan
pertama pada musibah ( P3M ) .
Umum :
a. Factor waktu. Waktu antara kejadian dan saat diberi pertolongan pertama adalah
pendek. Dengan demikian ,korban dan lingkungannya ditinjau dari aspek medic,
factor waktu ini : ideal
b. Tempat kejadian. Lokasi kecelakaan terletak demikian ideal sehingga pertolongan
dan evakuasi korban dapat diselenggarakan menurut metode medis terbaik.
c. Tenaga penolong. Tenaga P3K cukup tersedia serta bantuan medic dan fasilitas
rumah sakit terjamin.
d. Sarana dan material. Sarana P3K tersedia ditempat kejadian ataupun dibawa oleh
tenaga P3K atau tim ambulans, dapat menjamin pertolongan yang tepat dan
wahana yang sepadan / memahami
e. Hasil .dalam suasana ideal ini seorang korban semestinya memperoleh
kesempatan maksimal untuk hidup,kemungkinan cacat sangat kecil.
a. Factor waktu. Waaktu antara kejadian dan saat diberi pertolongan pertama adalah
panjang.korban dan lingkungannya ditinjau dari aspek medis , waktu tidak lagi
termasuk ideal.
b. Tempat kejadian. Tempat kecelakaan dan tampat P3K sukar dicapai , harus
disesuaikan dengan suasana setempat.
c. Tenaga penolong. Jumlah tenaga P3K masih cukup untuk memberikan
pertolongan .
d. Sarana dan material. Sarana setempat tidak memenuhi smua persyaratan sehingga
terpaksa diadakan improvisasi. Wahana yang digunakan untuk mengangkut
korban ke ambulans atau ke rumah sakit , tergolong darurat
e. Hasil. korban dalam suasana darurat masih memperoleh kesempatan cukup untuk
hidup dengan cacat yang “ lumrah “.
Secara sederhana musibah diartikan sebagai suatu kejadian yang demikian serius
sehingga sarana dan tenaga setempat tedak lagi mencukupi untuk menanggulanginya.
a. Factor waktu. Waktu antara kejadian musibah dan saat dilaksanakan P3M adalah
panjang sekali.
b. Tempat musibah. Tempat musibah dihadapkan pada jalur lalu lintas (darat,
sungai,laut,udara ) sangat mempengaruhi hasil bantuan P3M .
c. Tenaga penolong. Jumlah tenaga penolong lebih sedikit dari pada jumlah korban
maka dibutuhkan tenaga awam dan tenaga awam khusus ( P3K )
d. Sarana dan material. Sarana yg siap pakai dicantumkan dan setiap alat angkut
yang khusus di siagakan.
e. Hasil. ada korban fatal, derajat cacat yg diderita harus diupayakan sekecil
mungkin.
2. Pada keadaan darurat, satuan P3K di perusahaan terdekat, satuan PMI dan
organisasi swadaya masyarakat setempat.
1. Pola dasar
a. Agar stiap petgs P3M / P3K dapat berperan dengan baik perlu diketahui
dengan tepat prinsip dasar dan pengorganisasian pertolongan.
e. Setiap tugas harus diselesaikan dengan cepat dan tepat, tiap petugas harus
ditempatkan di tempat yang tepat dan melakukan pekerjaan yang sesuai
dengan pengetahuan dan ketrampilannyaa.
Pemberian bantuan P3M secara tepat guna dapat meliputi aspek-aspek sebagai
berikut :
2. Rantai pertolongan pertama pada musibah ( P3M ), korban ditangani secara teknis
medis sesuai dengan prosedur tetap. Dalam rantai ini ditekankan :
a. Biasanya secara naluri, para korban pada awalnya ingin berkumpul ( titk kumpul
korban /victim’s point) biasanya pada daerah pemindahan/ evakuasi.
b. Tempat ke dua yang harus direncanakan pada pramusibah yaitu pos pertolongan
medis ( poslongmed )
d. Penolong (P3M ) perlu mencari korban untuk itu perlu diadakan pembagian tugas
“kavling”.
e. Tenaga lapangan , apabila diperkirakan ada 100 korban , maka disarankan tersedia
6 kelompok P3M , masing- masing 4 orang ( termasuk komandan/ ketua
kelompok )
PROSEDUR KERJA
Pada suatu musibah harus diusahakan agar sebanyak mungkin korban dengan
cepat dan dalam kondisi seoptimal mungkin disiapkan untuk evakuasi ke fasilitas
rumah sakit.
2. Kaidah dasar
3. Pos pertolongan medis , antara lokasi musibah dan rumah sakit perlu dibuka suatu
pos pertolongan medis.
4. Prosedur kerja dilokasi kejadian ,petugas medis segera datang dalam suasana
tenang, segera diberi P3K secukupnya.
6. Prosedur kerja selama evakuasi ke rumah sakit, korban dipantau terus, selama
evakuasi perlu dicatat pada kartu luka dan menyerahkan pada rumah sakit.
7. Prosedur kerja di rumah sakit, dilakuakn sesuai protap yang berlaku misalnya
perawatan korban gawat darurat, perbaikan pembalutan, penanganan korban luka
ringan, penyelenggaraan ruang jenazah dan pengaturan jenazah dan setiap
tindakan dicatat pada kartu luka.
1. Gawat Tingkat I ( ancaman maut ), disini termasuk korban yang cepat atau tepat
sekali memerlukan pertolongan medis, untuk menghindari kematian.
2. Gawat tingkat II ( maut mengancam, ttp tidak segara ), disisni termasuk korban
yang tidak langsung terancam maut namun menurut pandangan medis segera
secepat mungkin ditolong ke rumah sakit.
3. Gawat tingkat III ( Tdk ada ancaman maut ), dapat dibedakan menjadi 2
golongan:Mereka yang terancam cacat tetap misalnya luka hebat ditangan dan
Mereka yang tidak terancam cacat tetap.
ADMINISTRASI LOGISTIK
PENGOMANDOAN
Untuk pengendalian medis tim P3M , perlu adanya :Komando lapangan , Komando tim
pencarian , Komando pelaksana poslongmed dan Komando pelaksanaan evakuasi.
Melengkapi tenaga kerja dengan alat pelindung menjadi suatu keharusan. Sesuai
dengan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja, khususnya pasal
9, 12, dan 14, yang mengatur penyediaan dan penggunaan Alat Pelindung Diri di tempat
kerja, baik bagi pengusaha maupun bagi tenaga kerja.
Alat Pelindung Diri (APD) adalah “seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja
untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya/kecelakaan
kerja”. APD tidaklah secara sempurna dapat melindungi tubuhnya, tetapi akan dapat
mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi. Pengendalian ini sebaiknya tetap
dipadukan dan sebagai pelengkap pengendalian teknis maupun pengendalian
administrative.
Dasar Hukum
Peraturan perundangan yang menyangkut penggunaan ALat Pelindung Diri (APD) adalah
UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, antara lain mengenai:
1. Kewajiban pengurus untuk menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja
baru tentang:
Pasal 9, ayat 1 b
Semua pengamanan dan alat-alat pelindung yang diharuskan dalam tempat
kerja
Pasal 9, ayat 1 c
Alat-alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan
2. Pasal 13
Kewajiban memasuki tempat kerja, untuk siapapun wajib mentaati semua petunjuk
keselamatan kerja dan memakai alat-alat pelindung diri yang diwajibkan.
3. Pasal 14 ayat c
Kewajiban pengurus untuk menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindung
diri yang diwajibkan pada tenaga kerja berada di bawah pimpinannya dan
menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut.
Potensi bahaya tergantung pada jenis produksi, jenis teknologi yang digunakan,
bahan produksi dan proses produksi.
Jenis-jenis APD
Kelebihan ear plug dibandingkan dengan ear muff adalah mudah untuk dibawa dan
disimpan karena kepraktisannya. Ear plug tidak mengganggu apabila digunakan
bersama-sama dengan kaca mata dan helm.
Tutup telinga (ear muff), melindungi bagian luar telinga (daun telinga) dan alat
ini lebih efektif dari sumbat telinga karena dapat mengurangi intensitas suara
hingga 20 s/d 30 dB. Dibandingkan dengan ear plug, kelebihan ear muff antara
lain adanya kemudahan dalam pengawasan bagi pekerja bila akan menerapkan
kedisiplinan dalam pemakaian APD, selain itu bila telinga sedang terinfeksi, ear
muff tetap dapat digunakan.
7. Pakaian pelindung
Menutupi seluruh atau sebagian dari percikan api, panas, suhu, dingin, cairan kimia,
dan minyak.
8. Sabuk pengaman
Melindungi tubuh dari kemungkinan terjatuh, biasanya digunakan pada pekerjaan
konstruksi dan memanjat tempat tinggi. Terdiri dari tali pengaman yang dapat
menahan beban sebesar 80 kg.
Pemeliharaan APD
1. Mencuci dengan air sabun, kemudian dibilas dengan air secukupnya. Terutama
untuk helm, kaca mata, ear plug, sarung tangan kain/kulit/karet.
2. Menjemur di panas matahari untuk menghilangkan bau, terutama pada helm.
3. Mengganti filter/cartridge nya, untuk respirator.
Penyimpanan APD
Untuk menjaga daya guna dari APD, hendaknya disimpan di tempat khusus sehingga
terbebas dari debu, kotoran, gas beracun, dan gigitan serangga/bintang. Tempat tersebut
hendaknya kering dan mudah dalam pengendaliannya.
Pelatihan
Kesadaran akan manfaat penggunaan APD perlu ditanamkan pada setiap tenaga
kerja. Perasaan tidak nyaman (risih, panas, berat, terganggu) yang timbul pada saat
menggunakan APD akan mengakibatkan keengganan tenaga kerja menggunakannya.
Salah satu cara yg efektif dalam meningkatkan kesadaran akan manfaat penggunaan APD
adalah melalui pelatihan.
Poster
Menggunakan bahasa atau kalimat yang mudah dipahami, poster atau spanduk
dapat menjadi saran informasi yg efektif yang dapat dipasang pada papan pengumuman
yang berdekatan dengan tempat kerja atau pada ruang makan/kantin.
10. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI NEGARA-NEGARA
BERKEMBANG
IKLIM
Negar-negara berkembang, sebagian besar berada di bagian dunia yang
beriklim tropis, lembab, panas, dan hamper tidak ada yang berada dibagian dunia
yang mempunyai 4 musim. Tekanan panas menjadi jenis pajanan yang seringkali
muncul terutama di industri besi baja yang memerlukan tinggkat panas yang
tinggi kelembaban juga merupakan masalah yang menggangu di Negara yang
beriklim tropis sehingga kehilangan air atau dehidrasi adalah ha yang perluh
diperhatikan.
Vetilasi diperlikan agar perpindahan udara dapat berjalan dengan baik dan
mengurangi tekanan panas . namun ventilasi tidak berpengaruh, ketika pekerja
karena jenis pekerjaannya, harus menggunakan alat pelindung diri, baju yang
tahan air dan alat keselamatan kerja yang sangat panas.
FAKTOR EKONOMI
Factor ekonmomi merupakanfaktor yang sangat berpengaruh bagi
keselamatan dan kesehatan kerja. Hal ini sesuai dengan rokumendasi ILO No.112
tahun 1959 dimana disebutkan bahwa kesehatak kerja sebaiknya menjadi
tanggung jawab dari pihak perusahaan dan dapat bekerja sama dengan pihak luar.
Begitu juga dalam hal keselamatan pekerja, industri besar dan menegah mulai
memperhatikan pentingnya keselamatan, sehingga menitoring pencegahan dan
control terhadap lingkungan kerja dan factor-faktor bernahaya lainnya makin di
tinggkatkan.
SUMBERDAYA MANUSIA
Pekerja-pekerja di industri, umumnya masi terbatas pengetahuannya mengenai
keselamatan dan kesehatan kerja yaitu dalam penggunaan alat yang aman serta
bagaimana menghadapi bahaya atau resiko di tempat kerja. Hal ini disebabkan
karena sebagian besar mereka berasala dari sector agrikultur yang belum terlatih.
FASILITAS
Mahalnya bahan yang membuat kondisi yang aman, mahalnya alat-alat
pelindung diri serta pelayanan kesehatan, merupakan masalah. Selainitu, tata
rumah tangga yang buruk juga banyak ditemukan di tempat kerja.fasilitas lain
yang kurang mendapat perhatian adalah pelatihan dari pekerja, terutama dalam
hal bagaimana melakukan pencegahan untuk menghadapi segalah resiko yang ada
ditempat kerja yang dapat membahayakan keselamatan an kesehatan.
DATA
Data yang akurat dalam hal keselamatan dan kesehatan keraj dinegara-negara
berkembang merupakan suatu yang sulit ditenmukan. Karena alasan-alasan
tertentu, banyak kecelakan kerja yang tidak dilaporkan dan di data dengan baik.
Terbatasnya orang yang berkompeten dalam pengolahan data da juga penyebab.
Keterbatasan data ini sering mengakibatkan monitoring terhadap adanya factor
bahaya yang paling berpotensi daam suatu industri menjadi tidak jelas sehingga
luput untuk diantisipasi
PENYAKIT-PENYAKIT
Pekerjaan di Negara-negara berkembang umumnya, kekurangan gizi dan
hidup di lingkungan yang sanitasinya buruk. Hal ini meybabkan pekerja
mengalami penurunan fisik, anemia dan kelelahan yang sangat akibat bekerja
yang erlalu berat, karena selain menghadapi bahaya-bahaya yang timbul di tempat
kerjanya,pekerja terancam oleh penyakit-penyakit yang sering timbul
dimasyarakat umum seperti : penyakit kerena infeksi yaitu tuberculosis, disentri
dan penyakit pencernaan lainnya : penyakit parasit yaitu malaria, cacingan serta
penyakit menular lainnya.
MIGRASI
Migrasi, terutama urbanisasi yaitu perpindahan penduduk dari desa ke kota
merupakan hal yang umum dan ditemukan di negara-negara berkembang. Dimulai
dengan berkembangnya industrialisasi yang umumnya terdapat di kota-kota besar,
orang yang memerlukan pekerjaan akan melakukan migrasi. Perubahan tingkat
sosial dan cara hidup di tempat tinggal yang baru dapat menimbulkan stress dan
mempengaruhi kesehatan. Stress juga dapat timbul dari kelelahan akibat bekerja,
cedera akibat bekerja, jenis pekerjaan yang tidak cocok, kerja shif dan sebagainya.
Hal-hal tersebut sangat berpengaruh terhadap pekerja yang baru melakukan
migrasi karena keadaannya benar-benar berbeda dengan keadn dimana
dulumerekatinggal sert jenis pekerjaan mereka yang umumnya erasal darisektor
agrikultur.
o Bahaya fisik :
Luka-luka akibat panas
Pembengkakan faring, pembengkakan laring dan spasme laring adalah
tanda-tanda klasik dari luka akibat panas pada saluran darah atau pernafasan
bagian atas yang dapat menjadi petunjuk pada gangguan pita suara selama
24jam. Uap panas memiliki kemampuan membawa panas 4000 kali di udara,
yang dapat merusak sistem pernapasan bagian dalam yang terutama mayor
bronchiolus.
Pasien dengan kulit terbakar dan luka pada saluran nafas memiliki tingkat
kematian yang tinggi, asap yang terhisap secara bebas menambah tingkat
kematian dari kulit yang terbakar sekitar 20%.
Partikel-partikel
Partikel jelaga pada umumnya dibersikan oleh sistem pernapasan, partikel
ini dapat menyebabkan luka trauma langsung melalui iritasi mekanis yang
tidak khas dari sistim pernafasan bagian atas atau dalam pajanan secara besar-
besaran melalui gangguan anatomis dari saluran udara.
Partikel-partikel seperti abu api/bara panas juga dapat menyebabkan luka
panas atau luka bakkar pada sistem pernapasan. Partikel dapat pula membuat
lebih buruk kelainan saluran nafas yang disebabkan gas-gas yang
memedihkan seperti aldehide dan sulfur dioksida dapat diserap pada bahan
partikel, serta berpotensi untuk menambah kontaknya dengan permukaannya
selaput lendir daro tracheabronchial.
o Bahaya kimia :
Acrolien (CH₂ = CHCHO)
Merupakan zat yang larut dalam air dengan kekuatan tinggi, tiga karbon
aldehide yang merupakan hasil pembakaran yang tidak sempurna, misalnya
kayu dan kapas, tembakau, polimer dan plastik yang dapat menimbulkan
gangguan yang hebat pada mata dan sostem pernapasan bagian atas. Pada
konsentrasi tinggi dapat menyebabkan brochitis
Ammonia
Merupakan suatu zat yang tidak berwarna dan merupakan gas alkali yang
larut dalam air dengan konsentrasi tinggi dan megakibatkan gangguan yang
memedihkan jika kontak dengan kulit dan selaput mukosa. Amonia
dibesaskan selama pembakaran nilon, sutra, kaya dan melamin. Melamin
digunakan dalam kantor dan dikenal dsebagai perabot rumah tangga seperti
meja, rak buku dan papan tulis.
Gas as.halogen
Merupakan hasil dari pembakaran fluorinated resist atau bahan
penghambat api yang berisi bromine, gas ini merupakan gangguan langsung
pada mukosa kulit dan sistem paru-aru.
Hidrogen cloride dan chlorin
Hidrogen cloride adalah gas yang dapat larut dalam air dengan konsentrasi
tinggi dan bau yang tajam, ketika kontak dengan udara akan berubah menjadi
uap putih yang tebal dan saat kontak dengan selaput lendit yang lembab
bentuknya menjadi HCL.
Chlorin adalah gas yang berwarna hijau kuning dengan bau yang tajam
dan larut dalam air. Di dalam bentuk lembab akan berubah menjadi
as.hipochlorus (HCIO) dan as.hidrochlorik (HCL) yang cepat membusuk
untuk membentuk oksigen bebas yang radikal.
Isocyanates
Dihasilkan dari suhu yang tinggi dari urethane isocyanates polymer. Jenis
gas ini sangat iritan dan larut dalam air dengan konsentrasi tinggi. Orgam
yang terkena racun mata dan sistem pencernaan dan paru
Nitrogen oksida
Terbentuk dari oksidasi berisi senyawa nitrogen seperti seluloida, selulosa,
nitrit, batu bara, minyak diesel, makanan ternak yang dismpan dalam
gudang yang tertutup rapat serta bahan tenun seperti woll. Gas-gas
tersebut juga terbentuk selama percikan api pengelasan, lapisan logam,
pengukiran, dan peledekan dinamit.
Phosgene
Dihasilkan o;eh pembakaran atau pembusukan dari kebanyakan organik
chlorin yang mudah menguap seperti pelarut, pembersih cat, cairan
pembersih kering.
Sulfur dioksida
Merupakan suatu gas yang dihasilkan bila sulfur dari bahan alami dan buatan
terpajang panas dan kebakaran. Dalam hubungannya dengan embun
dihasilkan asam sulfur dengan daya larut air yang tinggi yang menyebabkan
gangguan pada mata dan sistem pernafasan
Pengelolaan makan tenaga kerja berupa pengadaan kantin atau ruang makan,
diharapkan agar para pekerja dapat makan dengan baik secara kulitas maupun
kuantitas. Dalam surat edaran menteri tenaga kerja dan transmigrasi
Nomor:SE.01/MEN/1979, Tentang “ pengadaan kantin dan ruang makan “ antara lain
disebutkan bahwa :
Pengelola atau jasa boga tenaga kerja perusahaan berbada dengan catering pada
umumnya, pengelolaan ini mempunyai cirri-ciri sbb : Orang yg dilayani dlm jmlh
besar dan pasti , Berkesinambungan , Waktu makan singkat dan tertentu, Menu
tertentu , Tempat penyajian tetap ( dalam lingkungan perusahaan ), Bertanggung
jawab terhadap berbagai pihak dan dibina oleh departemen tenaga kerja dan
transmigrasi ( balai Hiperkes & KK bandung )
Selain itu penyediaan makanan pd tenaga kerja perlu memperhatikan : pola makan,
agama, keuangan, daya cerna, dapat dinikmati, mudah diselenggarakan, jumlah / volume
cukup menyenangkan , menarik dan variasi
Peraturan menteri perburuhan No.7 Tahun1964, pasal 8, kondisi ruang makan atau
kantin yang layak sebagai berikut:
a) Ruang makan
b) Dapur
Letak dapur
Mudah dicapai dari smua ruang makan
Lebih baik bila cahaya alami , tetapi dapat pula menggunakan lampu
Jika dapur berdekatan dgn ruang makan , maka aliran udara dari
ruang makan ke dapur
c) Konstruksi dapur
Lantai dari bahan kedap air, tidak licin dan tahan asam
sulit diterapkan
PROSES EVALUASI
Tenaga kerja memperoleh makanan pada jam kerja yang telah ditentukan dan
Jamsostek adalah singkatan dari jaminan sosial tenaga kerja, dan merupakan
program publik yang memberikan perlindungan bagi tenaga kerja untuk mengatasi risiko
sosial ekonomi tertentu dan penyelenggaraannya menggunakan mekanisme asuransi
sosial.
Sebagai Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam bidang asuransi sosial.
PT Jamsostek (Persero) merupakan pelaksana undang-undang jaminan sosial tenaga
kerja.
Risiko sosial ekonomi yang ditanggulangi oleh Program Jamsostek terbatas yaitu
perlindungan pada : Peristiwa kecelakaan, Sakit, Hamil, Bersalin, Cacat, Hari tua,
Meninggal dunia
Filosofi Jamsostek
Jamsostek dilandasi filosofi kemandirian dan harga diri untuk mengatasi risiko
sosial ekonomi.
Harga diri berarti jaminan tersebut diperoleh sebagai hak dan bukan belas kasihan
orang lain.
Besaranya Jaminan.
@. Santunan cacat.
B. Jaminan Kematian
Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan disebabkan kecelakaan kerja,
sekeluarganya berhak atas Jaminan Kematian. Jaminan Kemataian di bayarkan
sekaligus kepada Janda , duda atau anak dan meliputi :
1.Santunan Kematian sebesar Rp 3.000.000,-
2. Biaya Pemakaman sebesar Rp 600,000,-
Dalam hal Janda atau Duda atau anak tidak ada, maka Jaminan kematian di
bayarkan sekaligus pada keturunan sedarah yang ada dari tenaga kerja, menurut
garis lurus kebawah dan garis lurus keatas dihitung sampai derajat kedua.
1. Balai pengobatan;
2. Puskesmas
3. Dokter Praktek Swasta
4. Rumah Sakit
5. Rumah Bersalin
6. Rumah Sakit Bersalin
7. Apotik
8. Optik
9. Perusahaan alat-alat kesehatan.
V. Pelayanan khusus
Peserta yang mendapat resep dari dokter spesialis yang di tunjuk dapat
memperoleh pelayanan khusus di apotik, balai pengobatan, rumah
sakit dan pelaksan Pelayanan kesehatan yang di tunjuk oleh PT
Jamsostek ( Persero) dengan menunjukan :
a. Kartu Peserta
b. Surat rujukan dari dokter Pelaksana Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama
c. Resep asli dari dokter spesialis
.
VI. Hal – hal yang tidak di tanggung .
a. Penyakit akibat alcohol, narkotik,penyakit
kelamin,AIDS,perawatan kosmetik kecantikan,transplantasi organ
tubuh, kanker dan Haemodialisa.
b. Obat-obatan yang tidak di tanggung terutama berupa obat-obatan
kosmetik, vitamin,obat gosok,susu dan oabat-obatan kanker.
SANKSI
Dalam hal pengulangan tindak pidana untuk kedua kalinya atau lebih dipidana
kurungan selama-lamanya 8 (delapan) bulan.
“ TERRAPAN “
OLEH :
Sofia wally Theresia Wombon
Stevanus Mangge Theresia Larasati Santoso
Stevanny Rantetondok Theodor Rumsawir
Susana Wetipo Ulfa safitriani Satta
Syulul E. Wahyuningsih Vebrianti Mangende
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2010