You are on page 1of 123

1

BAB 6
Luka Senjata Tajam

Emma Lew, M.D.


Evan Matshes, M.D.

Luka senjata tajam memberikan rentan spektrum dari luka gores dan luka

tusuk. Ciri khas pada luka ini, dengan sifatnya, dihasilkan oleh alat dan senjata

khusus, sebagai contoh luka akibat benda tumpul yang dapat diperolah akibat dari

terjatuh biasa. Istilah laserasi sering digunakan untuk mengindikasikan semua

jenis luka, perlukaan, atau gangguan dari jaringan pada manusia. Di dalam dunia

patologi forensik, sebuah laserasi dibedakan secara nyata dari luka goresan dan

luka tusukan di dalam laserasi yang perlukaannya sangat kuat pada jaringan

karena kekuatan benturan benda tumpul. Berbeda dengan tepi tajam dari cedera

benda tajam, margin robekan cenderung tidak teratur. Adanya perbedaan antara
2

etiologi kedua jenis luka dapat menyebabkan konsekuensi medikolegal yang

mendalam.

Luka akibat senjata tajam menambah dimensi lain dari nilai pembuktian

ketika alat meninggalkan tanda pada tulang rawan ataupun pada tulang. Tanda alat

tersebut telah digunakan untuk berhasil mengidentifikasi senjata penyebab dan

mungkin (secara tidak langsung) menghubungkan ke pelaku kejahatan. Hal ini

terutama berlaku dalam studi dari sisa-sisa barang bukti di mana instrument yang

digunakan untuk memotong secara khas untuk memisahkan, menghilangkan, atau

memutilasi subuah tubuh, sehingga berpotensi meninggalkan berbagai tanda dari

alat yang digunakan.

Sebuah luka insisi di buat oleh instrument yang tajam seperti pisau, pisau

bedah, atau silet telah ditetapkan, tepi yang tidak terkelupas dan tidak ada jaringan

yang terpapar. Dan luka insisi adalah luka iris yang panjang dari pada kedalaman

luka tersebut. sebuah luka tusuk lebih dalam dari panjang permukaan lukanya.

Luka akibat tusukan pisau mungkin memiliki ujung yang tupul serta ujung yang

lancip, menunjukkan pisau dengan tepi yang tunggal. Lebar dari luka dengan

ujung yang tumpul akan mendekati ketebalan pangkal (bukan tepi pemotong) dari

pisau. Luka tusukan mungkin menganga pada beberapa area tubuh. Perkiraan

kembali dari tepi kulit akan memberikan pengukuran yang lebih akurat (tepi dapat

lakukan di aposisi dengan pita yang jelas).

Ciri fisik dari pisau

Pisau memiliki ciri fisik yang sangat penting untuk penyelidikan forensik

akibat cedera senjata tajam ( Gambar 6.1 ). Ciri ini termasuk pegangan,
3

crossguard (area berbentuk suar dari pengaman di antara pegangan dan pisau;

panah A), ricasso (segmen tumpul yang berdekatan dengan crossguard; panah B)

dan pisau. Ciri penting dari pisau termasuk panjangnya, lebar, ketebalan, apakah

memiliki satu atau dua tepi potong (yaitu tepi tunggal atau ganda) dan apakah satu

atau kedua tepi bergerigi. Ciri khas dari ricasso adalah memiliki dua ujung tumpul

sehingga jika pisau dimasukkan, luka tusukan mungkin memiliki dua ujung

tumpul. Jika pisau ditusukkan dengan kekuatan ke dalam tubuh akan membuat

crossguard berdampak pada kulit, motif memar atau konsistensi abrasi dengan

crossguard dapat terlihat. Meskipun pisau biasanya digunakan untuk

menimbulkan luka gores dan luka tusukan, pegangan pisau dapat digunakan

sebagai senjata tumpul yang dapat meninggalkan luka bermotif dari suatu

pukulan.

Anatomi dari luka tusukan

Tepi tunggal

Luka dari pisau dengan tepi tunggal biasanya memiliki ujung yang tajam

atau runcing dan ujung yang tumpul (Gambar 6.2) tetapi mungkin juga memiliki

dua ujung yang meruncing jika pisau dimasukkan secara dangkal. Dalam contoh

ini luka sedikit menganga. Luka tusukan yang dibuat dari pisau yang sama

mungkin juga dapat memunculkan berbagai variasi seperti celah atau luka

menganga berdasarkan orientasinya serta elastis pada kulit. Jika luka tusukan

secara kebetulan sejajar ke serat elastis, luka akan muncul seperti celah. Jika luka

tusukan tegak lurus terhadap serat elastis, tepi luka akan tertarik keluar satu sama

lain, dan akan membuat luka menganga. Sebuah luka tusukan dengan orientasi
4

miring ke serat elastis akan membuat tampilan yang bervariasi atau luka

menganga yang tidak teratur.

Tepi luka dapat di dorong bersama-sama dan di tahan di tempat untuk

pengukuran lebar luka, atau dapat juga didekatkan kembali dengan pita (Gambar

6.3) untuk memberikan hasil akhir yang akurat dari ukuran luka. Beberapa luka

senjata tajam yang besar dan menganga lebar, mendistorsi bentuk asli luka

tersebut. tepi luka harus didekatkan kembali secara manual atau dengan pita untuk

merekonstruksi bentuk luka.

Tepi ganda

Luka yang dihasilkan oleh pisau bermata dua biasanya memiliki titik atau

meruncing di kedua ujungnya (Gambar 6.4). Namun, kedua ujung meruncing

tidak selalu mengindikasikan pisau bermata dua .

Bergerigi

Luka tusuk melengkung yang lebar di sisi kiri leher memiliki gerigi halus

pada tepi posterior (Gambar 6.5). Sebuah pisau bergerigi tidak selalu

meninggalkan luka bergerigi. Foto makroskopik setiap luka pada saat otopsi akan

menangkap rincian halus yang mungkin terlewatkan oleh ahli patologi selama

pelaksanaan otopsi. Dalam contoh ini, gerigi halus terlihat di sepanjang tepi

inferior pada luka tusuk yang menganga ( Gambar 6.6). Pisau yang sama

menyebabkan abrasi pada lengkung pararel sama seperti goresan tepi pisau

sepanjang kulit (Gambar 6.7).

Gunting
5

Sebuah luka tusuk dari gunting meninggalkan luka yang lebih luas

daripada tusukan khas luka dengan pisau karena pisau gunting jauh lebih tebal.

luka ini akan memiliki " step " kecil sepanjang satu atau kedua tepi untuk

menggambarkan pendekatan normal satu pisau gunting dibandingkan yang lain

(Gambar 6.8 dan 6.9).

Luka tusuk yang berpola di sisi kanan dahi dan dada (Gambar 6.10)

menyerupai empat titik bintang sesuai dengan bentuk obeng(Gambar 6.11). Luka

lainnya di dada memiliki konfigurasi yang berbeda dan konsisten dengan yang

telah ditimbulkan oleh sepasang gunting (Gambar 6.12).


6
7

Tanda pada luka tusukan

Penusukan luka oleh pisau yang sama dapat bervariasi dalam ukuran dan

bentuk, tergantung pada jenis pisau, wilayah tubuh ditikam, kedalaman masuknya,

dan sudut penarikan. Sebuah luka tusuk tunggal kulit dapat memiliki lebih dari

satu jalur dalam tubuh karena mungkin sebagian ditarik dan dimasukkan kembali

tanpa benar-benar ditarik keluar dari kulit. Oleh karena itu, jejak luka dari setiap

luka kulit harus diikuti secara dalam.

Adanya suatu goresan di sekitar luka tusuk, terutama goresan bermotif,

mungkin menunjukkan bahwa pisau telah dimasukkan ke dalam pegangan atau

crossguard, dengan pegangan yang menghasilkan abrasi. Dalam contoh Gambar

6.13, korban ditusuk dengan pisau tepi tunggal. Tusukan luka di sisi paling kanan

dari foto menunjukkan bagian ujung superior tumpul dan bagian ujung inferior

tajam. Demikian pula, ecchymosis sekitar luka tusukan mungkin mewakili

dampak dengan crossguard pisau atau dengan tangan menyodorkan penyerang.

Sebuah bentuk V, bentuk chevron atau tanda centang pada luka menunjukkan

sudut penarikan yang berbeda dari sudut masuknya ke dalam tubuh.

Secara akademis, foto x-ray dada sebelum otopsi pada korban dengan

tusukan / atau luka diiris dapat digunakan menilai adanya emboli udara, yang akan

muncul sebagai daerah radiolusen di sisi kanan jantung. Tata Cara

mendokumentasikan embolus udara dijelaskan secara lebih rinci dalam Bab 29.

Sebuah embolus udara dapat dibuat jika vena dipotong (terutama di leher atau

dada bagian atas), yang memungkinkan udara masuk ke sistem vena menjadi
8

terperangkap di sisi kanan jantung, mengakibatkan udara terkunci sehingga darah

tidak bisa menuju ke paru-paru.

Jejak pada luka

Luka pisau di kepala seharusnya tidak pernah menjadi pemeriksaan

sebelum isi intrakranial diperiksa secara otopsi. Ini akan mencegah jejak artifak

melalui jaringan otak yang halus. Berikut dokumentasi fotografi, luka tusuk di

bagian lain dari tubuh dapat dideteksi dengan halus melalui jaringan subkutan

untuk mendapatkan kesan umum terhadap arah pada luka.

Penyelidikan sebaiknya tidak didorong masuk ke jaringan yang lebih

dalam sebelum pemeriksaan organ intratoraks dan intraperitoneal secara in situ.

Jangan pernah mengeluarkan isi perut sampai organ diperiksa secara in situ untuk

cedera terkait dengan jejak pada luka. Bahkan, cara terbaik untuk memperkirakan

panjang jejak pada luka pada penyelidikan melalui kulit dan jejak pada luka

melalui organ terluka dan jaringan untuk pemutusan jejak ini sebelum

pengeluaran isi. Kebanyakan luka tusuk secara penetrasi namun dapat menjadi

perforasi. Pintu keluar luka perforasi pada luka tusukan harus diuraikan dengan

sedetail (lokasi, ukuran, orientasi, dll) sebagai luka masuk dan arah pada luka.

Jarak melalui tubuh dari pintu masuk pada luka ke pintu keluar pada luka harus

dicatat.

Kedalaman luka tusuk

Panjang (atau kedalaman) dari seluruh jalur luka, mulai dari permukaan

kulit, harus diukur atau diperkirakan dengan pendekatan terbaik; pengukuran ini

akan memberikan perkiraan panjang pisau (sejauh dimasukkan ke dalam tubuh).


9

Perkiraan di dada karena pada saat sternum dipindahkan, struktur mediastinum

akan jatuh ke arah belakang rongga dada. Jalur luka melalui jantung dan paru-paru

juga harus diukur. Hal ini juga hanya perkiraan di perut karena pisau dapat masuk

ke dinding perut yang lembut, menekan organ intraperitoneal dan jaringan

sehingga membuat jalur luka yang secara faktual lebih panjang dari panjang

dimasukkannya pisau. Pada anak-anak dan dewasa muda di mana dinding dada

dan tulang rusuk relatif elastis, prinsip yang sama berlaku bahwa pisau yang

dipaksa untuk dimasukkan atau penekanan terus tekanan yang diberikan pada

pisau oleh penyerang dapat memampatkan dinding dada dan menghasilkan

lintasan luka yang secara faktual lebih panjang dari panjang pisau yang

dimasukkan. Sebaliknya, instrumen (senjata atau benda) yang menyebabkan luka

tusukan mungkin lebih panjang dari jalur luka di tubuh karena tidak dimasukkan

secara penuh.

Arah dari insisi luka

Arah dari luka insisi pada penderita sulit untuk ditafsirkan secara pasti.

Titik tanda pada kulit menunjukkan ke arah ujung awal atau sejumlah kecil dari

“tumpukan” epitel pada penghancuran akhir dan dapat memberikan petunjuk

secara langsung.

Kebiasaan Tangan dari si penyerang

Kebiasaan tangan (kanan atau kidal) dari si penyerang tidak dapat

ditentukan oleh luka saja. Jika posisi relatif dari korban dan penyerang yang

dikenal pada saat penusukan, sebuah opini dapat diberikan pada satu yang lebih
10

konsisten dibandingkan yang lain, tetapi opini tersebut sepenuhnya bergantung

pada setiap kasus .

Pisau tertinggal in situ

Jika pisau (atau senjata lainnya) masih tertinggal di dalam tubuh,

diskusikan dengan agen polisi menyelidiki apakah mereka ingin memproses

gagang pisau (atau bagian terkena senjata) untuk jejak bukti dan sidik jari sebelum

otopsi. Tubuh diradiografi untuk memverifikasi ukuran, penampilan, dan posisi

pisau di dalam tubuh (Gambar 6.14). Fotografi harus mendokumentasikan pisau

dari sudut yang berbeda (Gambar 6.15). Pisau atau senjata harus ditandai pada

tingkat lapisan kulit; hal ini memberikan informasi kedalaman luka tusuk oleh

senjata itu sendiri. Tergantung di mana pisau tersebut tertanam, memungkinkan

untuk melihat dan memotret senjata di tempat, setelah membuat sayatan otopsi

standar di dada dan perut, sebelum menarik keluar pisau. Perlahan-lahan menarik

pisau, mencatat arah jalan luka relative pada korban (misalnya, dari depan korban

ke punggungnya, dari sisi kiri ke arah sisi kanan, dan ke bawah ke arah kaki).

Sekarang anda memiliki kedalaman dari luka(kecuali pisau sudah sebagian ditarik

oleh penyerang) dan arah jalur luka. Penarik keluar pisau harus difoto dengan

skala (Gambar 6.16). Pisau harus didapatkan dan tidak boleh dibersihkan ke badan

investigasi. Luka sekarang dapat didokumentasikan dalam mode rutin untuk luka

tusuk, termasuk fotografi luka tusuk itu sendiri (Gambar 6.17). Jika abrasi

dikaitkan dengan luka tusuk, membandingkan abrasi dengan crossguard dari

pisau, dan memotret luka dan crossguard dengan skala jika abrasi ini sama dengan

yang telah disebabkan oleh crossguard tersebut.


11

Radiografi ini pada kepala sangat buruk (Gambar 6.18). Perhatikan bahwa

gagang pisau logam ini memiliki lima lubang hias bulat. Orang ini bertahan satu

hari di rumah sakit setelah ditikam di kepala . Hanya tiga dari lima lubang hias di

gagang pisau terekspose keluar, dan ujung pisau mencapai batang otak. Setelah

pisau itu dilepaskan dari kepala meninggalkan sedikit luka tusuk menganga yang

dipenuhi dengan gumpalan darah (Gambar 6.19). Ujung luka tampak tumpul dan

sedikit terkelupas, sama dengan pisau yang ditancapkan ke kepala hingga

pegangan. Bilah pisau yang memiliki tepi ganda, dengan gerigi halus di satu

ujung, tapi pegangan adalah persegi panjang, sama dengan bentuk luka (Gambar

6.20).
12

Luka akibat pertahanan

Luka akibat pertahanan adalah luka yang diderita oleh korban karena

mereka berusaha untuk melindungi diri dari penyerang. Diagnosis cedera

pertahanan bukanlah berdasarkan anatomi atau patologis, tetapi sebenarnya

keadaan tergantung prtunjuk. Misalnya, seseorang mungkin mempertahankan luka

insisi seluruh aspek volar dari jari-jari dari pisau yang tergelincir sebagai salah

satu akibat mengirisan tomat yang dilakukan di tangan- yang luka secara anatomis

sama dengan cedera pertahanan, tapi bukan karena cedera pertahanan dengan

keadaan. Secara klasik, luka pertahanan merujuk luka senjata tajam di tangan,

lengan, dan bahkan lengan atas, berpotensi melibatkan ekstensor dan aspek

fleksor. Oleh definisi, luka pertahanan juga dapat diperoleh akibat pertahankan

pada kaki dan kaki korban berada di tanah untuk menendang pergi seorang

penyerang. Luka akibat pertahanan tidak terbatas pada luka senjata tajam, tapi

termasuk luka akibat benda tumpul, luka tembak , dan luka tebasan.
13

Luka akibat pertahanan dengan sikap seperti lengan kiri muncul untuk

menangkal tusukan yang mengarah ke tubuh, sebuah luka dapat mengenai

extensor lengan (gambar 6.21). Jika pisau yang menyambar, bisa menimbulkan

luka di telapak dan volar aspek jari (gambar 6.22). Ketika lengan disiapkan untuk

melindungi wajah dan dada, maka luka mungkin yang ditimbulkan pada telapak

tangan 6.23(gambar) atau di lateral aspek lengan atas (gambar 6.24). Sebuah

gerakan dapat menghasilkan sebuah torehan luka di perbatasan ulnar (lengan

gambar 6.25).Gambar 6.26 menunjukkan suatu luka yang proksimal jari tengah ,

selama serangan dari pisau terjadi. Tubuh laki laki ditemukan di sebuah mobil

dengan beberapa luka tusuk di dada . Seorang pembunuh menorehkan luka ke

kanan jarinya dengan luasnya ke dalam tenar(eminensia gambar 6.27 ).

Mendokumentasikan luka tusukan

Luka berikut harus didokumentasikan:

- Lokasi di tubuh

- Pengukuran dari bagian yang penting seperti bagian atas kepala dan jarak dari

garis tengah tubuh

- Ukuran dan bentuk luka

- Orientasi (menggunakan wajah jam untuk referensi, misalnya, ujung luka

melintang pada pukul 3 dan jam 9)

- Ekimosis

- Cedera jaringan

- Arah melalui tubuh

- Panjang garis luka melalui jaringan mulai dari kulit


14

- Temuan terkait seperti hemothorax, hemoperitoneum, dll

- Kehadiran benda yang dipakai menandai pada tulang rawan dan tulang

Luka Tebas

Luka tebas adalah luka antara benda tumpul dan tajam yang melibatkan

kedua laserasi jaringan dan irisan. Di antara benda paling umum yang

menyebabkan luka tebas adalah (Gambar 6.28, perhatikan tepi terkelupas),

parang, dan baling-baling dan mesin pisau. Luka tebas dari perahu bilah baling-

baling biasanya paralel dan lengkung.

Seorang pria mengendarai perahu pribadinya ke sisi pelabuhan perahu.

Luka dimulai pada wajah dan terus ke bawah leher ke bahu kiri dan lengan atas

kiri (Gambar 6.29). Sebuah luka di dahi mengakibatkan patah tulang frontal,

termasuk lempeng orbital (Gambar 6.30). Ini juga akan melintasi pada lobus

frontal. Eksperimen dengan port baling-baling di tanah liat didapatkan adanya

luka (Gambar 6.31 dan 6.32). Tubuh pria itu ditemukan terapung di laut sekitar

satu-setengah mil lepas pantai. Sebuah luka di kepala menganga ditafsirkan

awalnya oleh penyidik polisi menjadi luka baling- baling berkelanjutan setelah

korban tenggelam (Gambar 6.33). Rekonstruksi berusaha agar kulit kepala

digambarkan beberapa laserasi lengkung di sisi kiri dan belakang kepala (Gambar

6.34). Pemeriksaan tengkorak yang tersisa yang mendasari diungkapkan beberapa

garis "memotong" luka yang berorientasi di bidang yang berbeda, tidak konsisten

dengan luka paralel diharapkan dari serangan baling-baling (Gambar 6.35). Dalam

contoh ini, perhatikan jelas, luka linear pada sisi samping kiri tengkorak, yang
15

menjangkau tengkorak temporooccipital, dan memperluas ke ramus kiri

mandibula. Cedera terpotong-jenis linear konsisten dengan parang yang

digunakan untuk membunuh korban.

Luka senjata tajam yang disebabkan oleh benda lainnya

Luka tusukan dapat disebabkan oleh benda yang bukan pemotong alat

(instrumen senjata), seperti kabel, tusuk sate, obeng, dan kaca. Fotografi teliti

dengan skala akan memperlihatkan karakteristik luka dan memungkinkan

perbandingan dengan senjata yang diusulkan.

Seorang pria ditembak oleh polisi setelah ia membuat masalah dan

melarikan diri. Selain lecet di sisi kanan dahi, dan beberapa luka di bagian bawah

wajah dan leher dari peluru, ia mengalami cedera senjata tajam di hidungnya.

Masalah yang terjadi adalah pertarungan di mana ia dipukul di wajah dengan

botol. Cedera pada hidung adalah luka irisan dengan tepi bersih akibat oleh kaca

botol yang pecah (Gambar 6.36). Serpihan pecahan kaca di luka dapat bernilai

pembuktian dan harus diuji. Sebuah kursi penumpang belakang kanan yang tak

terkendali terdorong ke ujung depan selama tabrakan. Pada Gambar 6.37, dagunya

bertumpu pada dashboard dan wajahnya tertancap dikaca. Beberapa lecet dan luka

dangkal dari pecahan kaca dari kaca depan menutupi wajahnya. Jika pecahan kaca

cukup tajam, tepi luka mungkin cukup bersih untuk dipertimbangkan luka irisan.

Gambar 6.38 melalui 6.41 area seorang pria yang tertusuk kawat karena kerusakan

peralatan selama produksi beton pratekan. Kabel di radiograf sesuai dengan kabel

melubangi lengan kiri dan kabel lainnya menembus perut (Gambar 6.38). Kawat
16

menembus perut hingga menusuk ginjal kiri (Gambar 6.39). Korban telah ditarik

keluar dua kabel dari dadanya di tempat kejadian sebelum ia dibawa ke rumah

sakit. Kedua kabel telah melubangi trakea dan aorta descending dada. Pada

Gambar 6.40, penyelidikan warna hijau melalui luka di aorta. Pada Gambar 6.41,

penyelidikan melalui luka perforasi di trakea; perhatikan ecchymosis terkait dalam

trakea. Ketika kabel ditarik keluar, mereka meninggalkan fistula aortotracheal

traumatis. Dia batuk darah di TKP. Luka tusukan dapat dihasilkan dari beberapa

objek, termasuk gigi. Sebuah harimau putih menerkam seorang karyawan kebun

binatang yang lalai dan membuat terlalu banyak suara saat membersihkan sarang

harimau (Gambar 6.42). Sebuah gigitan di kepala dan leher pria itu meninggalkan

beberapa luka yang tidak teratur (Gambar 6.43). Salah satu gigi harimau itu sangat

tertanam dalam luka tusukan dari gigitan (Gambar 6.44 dan 6.45).
17
18

Bunuh diri

Sebagian besar luka tusuk bunuh diri mudah dibedakan dengan luka tusuk

kejahatan berdasarkan riwayat, kronologis, dan temuan- temuan otopsi. Sebuah

tusukan dan luka gores pada bagian tubuh yang mudah di jangaku oleh korban,

(misalnya luka tusukan di dada). Luka tusukan di bagian belakang tidak mungkin
19

dilakukan. Pada pemeriksaaan kasus ini harus cermat karena dapat membantu

menghilangkan tuduhan kepada pelaku pembunuhan yang mati karena di sengaja

atau memang korban bunuh diri. Pemuda yang menggores lengan bagian depan

sebelum gantung diri (Gambar 6.46). Orang yang bunuh diri dengan luka senjata

tajam, sering memiliki beberapa luka gores dengan variasi kedalaman, dapat

ditemukan pada leher, lengan (terutama antecubital fossa dan lengan bagian atas).

Cari bekas luka di daerah yang sama untuk menunjukkan usaha-usaha sebelumnya

(Gambar 6.47). Pergelangan tangan harus diperluas untuk mengekspos bekas luka

halus di lipatan lengan. Meskipun penemuan mayat dengan beberapa luka-luka

senjata tajam bisa memprihatinkan, lokasi/distribusi luka penting dalam penentuan

antara luka bunuh diri dan pembunuhan. Luka tusuk di dada dan perut (Gambar

6.48),bersama dengan luka gores di sisi luar leher kiri dan luka gores di fossa

antecubital kiri dan di pergelangan tangan kiri.Luka di sisi luar kiri dan luka gores

di lengan atas, bawah dan tangan (Gambar 6.49).


20

Tanda keraguan

Tanda luka yang membuat ragu-ragu apabila luka gores yang berdekatan

dengan luka yang lebih besar dan lebih dalam yang berpotensi akan menyebabkan

kematian oleh senjata tajam.(Gambar 6.50), luka karena pecahan botol, tidak

disertai luka lainnya.hanya pada leher depan bagian kiri (Gambar 6.51).

Diseksi luka gores

Luka gores yang mengakibatkan kematian harus dibedah untuk

menentukan Pembuluh besar yg terluka. Pada saat, luka-luka mungkin relatif

superfisial, tetapi jika ada sejumlah luka yang dalam, dan berdarah, luka tsb akan

menyebabkan syok hemoragik dan kematian. Pasca Cedera fungsi dan

kemampuan mungkin menjadi masalah jika, misalnya, subjek gores pergelangan

tangannya dan diduga menunjuk pistol pada polisi sebelum ia ditembak dan

dibunuh. Sebuah diseksi dari luka gores akan mengklarifikasi tendon otot yang

transected dan membantu menentukan kemampuan fungsional yang akan tetap

mengikuti luka gores (Gambar 6.52). Dengan kata lain, setelah luka adalah diri

ditimpakan, akan subjek memiliki kemampuan fisik untuk mengambil fi

mempersenjatai kembali dan titik itu pada polisi? Atlas anatomi adalah

pendamping berguna di otopsi.


21

Kegiatan sesudah cidera

Luka tusukan biasanya tidak segera melumpuhkan (kecuali melukai

sumsum tulang belakang atau medulla oblongata), dan korban masih bisadarah

paru bergerak setelah cidera. Ini, tentu saja, tergantung pada pembuluh darah dan

jaringan yang terluka. Misalnya, luka tusuk jantung, aorta, dan pembuluh paru

akan menyebabkan kematian lebih cepat dari cedera pembuluh tekanan yang lebih

kecil atau lebih rendah seperti pembuluh darah, tetapi masih dapat mengizinkan

kegiatan lanjutan oleh korban untuk waktu yang terbatas.

Penelitian dilakukan tentang variabilitas kemampuan manusia dalam

berfungsi setelah cedera fatal. Dalam satu studi, 22 persen korban luka tusuk

diamati memiliki beberapa upaya (mulai dari berjalan hingga berlari beberapa

ratus meter). Studi lain menunjukkan bahwa setelah cedera seperti itu, antara 24,5

persen dan 71 persen korban selamat setidaknya 5 menit setelah cedera fatal,
22

termasuk beberapa individu dengan cedera jantung dan aorta. Kemungkinan yang

menyebabkan individu bisa bertahan postinjury, salah satu harus

mempertimbangkan beberapa faktor, termasuk pembuluh darah dan jaringan yang

terluka, usia dan kesehatan individu, hasil analisis toksikologi, dan semua temuan-

temuan lainnya.

Seorang pria ditusuk di dada saat ia berada di jalan (Gambar 6.53), namun

masih bisa berjalan setidaknya 30 kaki kemudian korban jatuh dan mati di depan

pintu rumahnya (Gambar 6.54). Pada otopsi ditemukan luka tusukan ke ventrikel

kiri jantung

Analisis tanda

Pengaruh yang kuat dari obyek terhadap jaringan manusia dapat

menyebabkan keparahan luka. Pola yang dikenali Meskipun pola-pola ini dapat

ada pada kulit, pola tersebut tidak hilang diawetkan dalam jaringan padat seperti

tulang rawan dan tulang di mana bentuk dan tekstur dapat diimplrmrntasikan.

contoh dari tanda alat dari tanda cedera benda tumpul termasuk pukulan ke kepala

dengan palu dan kunci. Tanda diskrit diamati pada tulang rawan atau tulang

kortikal, kematian karena cedera senjata tajam; tanda alat yang jauh lebih sedikit

berbeda pada tulang meduler. Pada Gambar 6.55, perhatikan lekukan linear

ditemukan pada tengkorak korban penusukan. Seperti tanda alat yang ditemukan

di beberapa kematian pada cedera benda tumpul, yang dihasilkan dari trauma

benda tajam dapat digunakan untuk mengidentifikasi senjata tersangka. Pada

Gambar 6.56, perhatikan goresan pada permukaan potongan tulang rawan kosta
23

dari korban penusukan. Goresan tersebut dapat didokumentasikan untuk

perbandingan terhadap goresan senjata tersangka; tulang rawan sendiri dapat

dipertahankan sebagai bukti. Selama otopsi dari penikaman, tanda alat

divisualisasikan pada permukaan potongan tulang rawan kosta (Gambar 6.57).

Tulang rawan dengan hati-hati dihapus, dipangkas, di formalin, dan diserahkan

kepada pemeriksa. pemeriksa menciptakan tayangan tanah liat dari kedua

permukaan tulang rawan dan ujung tombak pisau tersangka (Gambar 6.58).

Melalui perbandingan mikroskop, goresan terlihat menjadi sangat konsisten dan,

oleh karena itu, luka tusukan melalui tulang rawan pasti disebabkan oleh pisau

tersangka.
24

Jadi Anda telah menemukan tanda alat

Jika evaluasi Anda dari korban penusukan telah menemukan tanda, Hti2

ketika mengambil spesimen. distorsi artifactual tanda ini dapat mempengaruhi

hasil nanti. Setelah tanda telah diidentifikasi, dijelaskan, dan difoto bagian tulang

rawan atau tulang kering harus dihapus tanpa penanganan permukaan dengan

tanda alat. Hal ini sering membantu untuk label reseksi Anda sendiri

Margin dengan tinta atau penanda lainnya. jaringan lunak berlebih harus dihapus

dengan hati-hati tanpa menambahkan tanda artifactual. Penghapusan artefak

dibuat, tanda otopsi harus diidentifikasi dan didokumentasikan. Setelah spesimen

sdh dibuat, harus ditempatkan di 10 persen formalin dan diserahkan kepada

pemeriksa untuk dievaluasi.

Pemotongan tubuh

Penyelidikan kasus pada tubuh manusia yang dipotong-potong dapat

menjadi kompleks dan hati2 dalam dokumentasi dan pendekatan yang

terorganisasi. Jenis pengolahan tergantung pada jenajah yang ditemukan.


25

Pemotongan jenajah dibawah yurisdiksi lembaga polisi penyidik, dan ahli patologi

harus bekerja sama dengan penegak hukum. Hasil pemotongan dan temuan-

temuan lainnya dilakukaan secara terpisah. tempat harus difoto sebelum

terkontaminasi. Setelah temuan dutemukan dilakuakan dikumentasi. Sisa-sisa

harus diperiksa untuk menentukan apakah mereka berasal dari satu korban atau

bercampur sisa-sisa dari lebih dari satu korban. Setelah selesai jenazah

dikembalikan kekamar jenazah, semua bagian tubuh yang kembalikan.

Semuatemuan-temuan harus diidentifikasikan untuk menemukan sebab kematian.

pencarian harus dibuat untuk tanda alat, terutama pada tulang rawan artikular,

tulang rawan lainnya, dan tulang kortikal halus. deskripsi yang tepat harus

dilakukan untuk mengidentifikasi seperti tato dan bekas luka. spesimen yang

sesuai harus diperoleh untuk analisis toksikologi, DNA dan alat seksual. Sampel

untuk analisis DNA mungkin termasuk otot, segmen poros dari tulang panjang,

dan rambut. Bagian tubuh yang bagus untuk diidentifikasi adalah kepala, terutama

gigi yang masih utuh. Tergantung pada keadaan keawetannya, di ambil sebuha

foto untuk identifikasi hukum; gigi harus diperiksa oleh odontoligist forensik.

Dengan akat acangging, tulang tengkorak di rekontruksi sehingga menjadi 3

dimensi. Perlu diingat bahwa DNA lain dapat ada di bawah kuku.

potngan2an tubuh dpt dtumkan dlam satu tmpt kemudian dibuang atau di buang

dalam tmpt yg berbeda. Tas biru di Gambar 6.59 yang diambil dari tempat sampah

oleh seorang pria . Di dalamnya ada dua paket yang dibungkus plastik hitam dg

selotip . Setiap paket berisi paha dari orang dewasa yg berkulit putih (Gambar

6.60 dan 6.61). Karena ditemukan di tempat sampah maka tempat sampah harus
26

diperiksa. Di tempat sampah juga ditemukan kantong plastik hitam. Kantong

tersebut berisi spons berwarna kuning, dua cangkir steroform putih, dan tiga

sarung tangan karet berwarna kuning. Ditemukan ada darah di spons. Paket yang

lain ditemukan telur kecil, dibungkus dalam kantong sampah hitam dengan selotip

(Gambar 6.62). ditemukan lagi kantong plastik hitam yang berisi, pantat orang

dewasa berkulit putih (Gambar 6.63). Paket ini berisi panggul yang di potong-

potong dan kemaluan laki-laki yang tidak disunat. Hari berikutnya, seorang

petugas kebersihan membuang sampah di sepanjang depan hotel. Didalam tong

sampah tersebut didapatkan dua kantong plastik. Isi kantong tersebut adalah

tungkai bawah dan kaki (Gambar 6.64). Hotel tersebut lokasinya tidak jah dari

penemuan tas biru yang berisi potongan paha. Setelah diselidiki lima bagian tubuh

berasal dari korban yang sama. Kemudian bagian bagian tersebut disatukan

dengan dijahit. Tepi kulit pada bagian tubuh yang berdekatan yang dijahit

(Gambar 6.65 dan 6.66). Perhatikan bahwa pada proses penyatuan bagian tersebut

memiliki bagian potongan potngan yang sama itu berate bahwa bagian tersebut

berasal dari orang yang sama. Tulang rawan(Gambar 6.67). Ukuran pinggang

diperkirakan dari panggul. Ukuran sepatu diperoleh dengan mengukur kaki di

skala sepatu yang digunakan di toko-toko sepatu. Menentukan kecocokan DNA

menggunakan ke lima bagian tersebut. Tulang kemaluan diperiksa untuk

menentukan perkiraan usianya, didapatkan usianya sekitar tiga puluhan. Data

antemortem didapatkan dengan mengukur tulang panjang. Dari pemeriksaan

bahwa pergelangan kaki kiri lebih kaku dari kanan, dan lingkar betis kiri lebih
27

kecil dari lingkar betis kanan, temuan ini mengarahkan kepada kemaian karena

lemas. Namun penyebab kematian sulit untuk ditentukan.

Luka Postmortem

Mayat yang membusuk akan terjadi perubahan warna. Jalur luka masih

terlihat pada jaringan subkutan,bahkan sampai tubuh membusuk. Lemak subkutan

dan sekitarnya tidak berwarna merah namun tetap berwana kuning .seorang

pemuda ditemukan tewas di daerah pembuangan tidak menggunakan pakaian

(Gambar 6.68) disertai dengan noda darah dan di samping jenazah ada kantong

plastik hitam (Gambar 6.69). Kantong tersebut berisi usus kecil, pisau dan plastik

latex(Gambar 6.70). Ketika tubuh jenazah di telentangkan didapatkan perut

terbuka. Dengan potongan membujur (Gambar 6.71). Setelah dilakukan

pemerikasaan didapatkan bahwa sayatan tersebut adalah sayatan postmortem


28

(Gambar 6.72). Pemuda ini adalah kurir narkoba yang telah menelan heroin yang

dibungkus plastik latex dari kolombia ke amerika serikat. Itu menunjukan bahwa

korban bertemu dengan penerima paket. Namun, korban meninggal sebelum paket

tersebut bisa melewati saluran pencernaannya. Orang yang ingin mengambil paket

yang masih berada dalam tubuh korban dan menyayat perut korban, di ambil usus

kecil, dan kemudian usus kecil diperah sampai isi paket keluar. Ada beberapa

paket yang masih tertinggal di bagian usus kecil. Dari hasil temuan didapatkan

toksisitas heroin.

Pembusukan Tubuh di Air

Perendaman yang lama di air, luka antemortem pada tubuh akan menjadi

pucat dan dan luka khas dari luka antemortem akan menghilang. Hal ini karena
29

darah tercuci dan keluar oleh air dalam waktu yang lama.sangat sulit untuk

menentukan luka antemortem dan postmortem pada jenzah yang membusuk di air.

Yang masih mungkin bisa membedakan luka antemortem dan luka postmortem,

seperti perdarahan sepanjang jalur luka, mungkin ditemukan selama diseksi luka.

Semua luka harus dievaluasi dalam temuan otopsi. Misalnya, beberapa luka

tusukan ditemukan pada pangkal leher dan badan. Ditemukan batang tubuh pria

yang sedang mengapung disungai. Kepala, tangan, dan kaki tidak ada. Diketahuai

bahwa di sungai tersebut ada buaya, tidak adanya kepala dan tidak adanya anghota

gerak menjadi pertanyaan (Gambar 6.73). kecurigaan muncul ketika pada hasil

temuan ada bekas beton diikat ke pinggang dan beberapa luka tusuk berada di

sekitar leher, dan diduga menjadi penyebab kematian.


30

BAB 7

Luka Senjata Api

Emma Lew, M.D


David Dolinak, M.D
Evan Matshes, M.D

Fundamental dalam cedera balistik

Seorang ahli forensik yang memeriksa kematian karena luka tembak harus

memahami pemahaman dasar pada cedera balistik (pembelajaran dari efek benda

yang menembus tubuh). Kebanyakan dari pengetahuan scientifik dari bagian ini

adalah hasil dari dr pengerjaan dr.Martin Fackler dan yang lain dari institusi

peneliti Letterman Army. Informasi yang lebih banyak, pembahasan ini akan

merujuk kepada literatur yang diterbitkan oleh kelompok ini, atau volume dari

luka tembak yang ditulis oleh dr.V.DiMaio.(4)


31

Morfologi dari luka tembak, tergantung dari jalan yang telah terbentuk

ditubuh, walaupun menembus hingga keluar maka semua ini disebabkan oleh

bermacam faktor, sebelum benda proyektil bersentuhan dengan tubuh,

dipengaruhi oleh bentuk, ukuran, dan berat ( spesifikasi pembuatan ), darimana

senjata ditembakan, perantara diantara target dan tembakan, dan lainnya. Secara

alami luka tembak dalam jaringan dipengaruhi oleh sudut hantaman , jenis

jaringan yang dilewati oleh proyektil( seperti tulang, lemak ), seberapa dalam

proyektil menembus, pecahan dari misil , dan ruang yang terbentuk permanen

atau temporer.(5-7) Ruang permanen penghancuran yang sesungguhnya(laserasi)

yang dibentuk oleh tempat lewat proyektil. Ruang sementara disebabkan ketika

suatu proyektil melewati jaringan dengan kecepatan yang cukup untuk

menggores dan merusak.(8) proyektil membuat gelombang tekanan yang dapat

meluas secara radial disekitar jalur proyekti, merusak jaringan dengan

mengurangi besarnya jarak dari jalur proyektil.

Tekanan gelombang disebabkan oleh perpindahan energi dari proyektil ke

jaringan sesuai dengan terkurangnya kecepatan. Walaupun ini telah

dibandingakan dengan percikan yang terlihat ketika kita melempar batu kedalam

air ( percikan jaringan yang tidak melukai) seorang praktisi berpengalaman telah

menunjukan beruntun dan berbahayanya perluasan dari batas jaringan kepada

ruang permanen menimbulkan sekuele yang serius. Ini adalah sebagian bukti dari

ketika proyektil dengan kecepatan tinggi menembus organ padat, melukai organ-

organ, biasanya seperti hati, ginjal, limfa dan bahkan aorta (gambar 7.1). Namun

kecepatan bukanlah segalany. Kecepatan dari ujung ukuran 12 shotgun ( sekitar


32

1350 kaki/detik ), kaliber 44 magnum revolver( sekitar 1390 kaki/detik ) memiliki

kesamaan, namun luka yang dihasilkan keduanya sangatlah berbeda. Studi

ditunjukan oleh beurau federal investigasi demonstrasi yang mana melukai

potensial tergantung dari letak dan penembusan dari proyektil, sudut kavitasi

jaringan, deformitas, pembelokan dan fragmentasi dari proyektil, dan karakter

dari jaringan target.(10) jaringan elastis seperti paru memiliki luka yang relatif

kecil, sebaliknya organ pada seperti hati dan ginjal akan ruptur dan laserasi.

Walaupun proyektil tidak memperforasi aorta (gambar 7.1), kavitas

temporer disebabkan disebabkan oleh proyektil yang melewati dekat dengan

daerah sekitar yang terbentuk goresan laserasi.

Studi dengan meriam gelatin menunjukan hantaman proyektil dengan

jaringan (simulasi dengan gelatin) menghasilkan hentakan gelombang sonik

(gambar 7.1) gelombang ini berjalan lebih cepat melewati jaringan dibanding

proyektil itu sendiri, namun tidak memberikan efek jejak bentuk luka.(5,7,11)

Kecepatan proyektil bukanlan prediktor murni sebagai keparahan luka,(6,8)

karena kecenderungan proyektil itu sendiri rusak dan pecah dan menjadi tidak

stabil selama melewati jalur tubuh( pembelokan dan rotasi tentang axis horizontal)

juga menyebabkan cedera yang signifikan. Walaupun kemiringan dari peluru itu

sendiri dapat berkontribusi dalam bentuk luka, ini tergantung dari proyektil dapat

pecah atau tidak yang dapat berperan penting dalam luka balistik.(6,12,13)

kemiringan peluru melewati jaringan tidak harus dibingungkan dengan

pembelokan di udara- suatu konsep yang dianggap oleh fackler keliru.


33

Gambar 7.1 diagram jalur proektil menembus jaringan menunjukan

gelombang sonic melalui jalur peluru proyektil itu sendiri adalah ruang permanen.

Sesuai dengan ruang sementara telah terbentuk oleh goresan yang mengelilingi

area. Direproduksi dengan izin dari ML. Cedera balistik , Ann emerg med

1986;15(12):1451-5

Luka dapat beralih dari lukanya sendiri dari bentuk dari batas abrasi dapat

bermacam-macam dan menjadi asimetris dan tidak beraturan. Sebuah batas abrasi

eliptkal eksentrik dapat menjadi petunjuk kearah jalur proyektil. Sebuah batas

abrasi Eksentrik hasil dari satu sisi proyektil yang diorientasikan oblique

menyetuh dan menggarut kulit lebih dari pada sisi lain. Istilah jarak yang tidak

menentu lebih baik dan lebih akurat dibanding luka tembak jarak jauh luka

tembak jarak tidak menentu adalah 1 dari kurang fitur yang mendefinisi sebuah

jarak tidak menentu atau sebuah luka tembak kontak, sebuah target tidak menentu

( termasuk pakaian) dapat melindungi kulit dan layar atau penyaring keluar mesin

dan sulang.

Defek terkecil dari 1 hasil proyektil dari serangan lurus ke kulit. Sudut

proyektil sebagai contoh, dari memantul, menunjukan permukaan wilayah lebih

besar ke target kulit dan hasil luka lebih besar.

Jarak kontak

Luka tembak kontak dikenali dari berbagai fitur, sulang dan bubuk mesiu

sisa yang dikeluarkan sepanjang proyektil yang ditembakan akan menodai tepi

luka abu-abu gelap hingga hitam. Derajat dari pewarnaan gelap adalah tergantung

pada senjata dan amunisi. Sulang sekitar kulit mengindikasikan adanya beberapa
34

ruang mulut dari senjata dan kulit untuk mengeluarkan sulang. Akhir dari laras

(moncong) dari senjata api dapat meninggalkan sebuah ekimosis atau tanda

moncong pada kulit yang terkelupas mengecap pada kulit sekitar luka tembak

kontak.

Moncong yang menempel akan mencerminkan kontak dari moncong

(gambar .7.3 dan 7.4) moncong yang mengecap dapat sebagian (gambar 7.5 dan

7.6) kontak luka tembus kuat, dimana moncong ditekankan dengan kuat ke kulit.

Dapat menghasilkan tetesan yang memberi konfigurasi taburan bintang pada luka,

ini paling sering terlihat pada luka tembak ke kepala dimana agar panas memuai

menekan antara kulit kepala dan calvarium terlepas dengan menimbulkan tetesan

dikulit kepala. Gambar 7.7 menunjukan sebuah kontak sembuh kutaneus pada

kulit temporal dengan batas taburan bintang yang tertera

Deposisi sulang pada otot temporalis dan meja terluar dari tulang kepala

sekitar jalan masuk luka, dan pemecahan dari tulang temporal.

Sebuah kontak kuat jalan masuk luka tembus dengan laserasi pada kulit

dan deposisi residu pada tepi luka pada dahi dari korban pembunuhan baru

(gambar 7.8). Ini dekat (longgar) luka tembak kontak melewati rambut dengan sisi

wilayah terbakar (gambar 7.9) lapis rambut baru membuat ruang cukup untuk

sulang untuk mengisi pada kulit. Rambut sekitar seperti luka tembak dapat dikirim

kepada pemeriksa senjata api untuk analisis residu, dalam kontak longgar atau

kontak dekat luka tembak, selalu ada kulit yang terbakar oleh gas panas yang

keluar dari moncong. Bekas bakaran dapat membuat warna hitam atau iritan

coklat sekitar tepi luka.


35

Kontak senjata api pada wilayah temporal kiri (gambar 7.10) telah

menggores kulit dan beberapa deposisi jelaga dan bubuk mesiu sisa disekitar tepi

luka , perempuan yang dibunuh saat dia tertidur.

Luka tembak kontak melewati perantara tipis, seperti pakaian, dan masih

sering dikenali sebagai kontak luka, ini akan optimal jika lubang pelurupada baju,

atau perantara target lain, dapat diperiksa untuk tetesan, jelaga dan sisa bubuk

mesiu.

Luka tembak dalam mulut ke kepala tergambar paling baik dan ditunjukan

setelah tidak direseksi (gambar 7.11 dan 7.12). sekali otak telah dilepaskan, jalur

proyektil tadi di demonstrasikan dengan meletakan sebuah tanda disepanjang jalur

luka (gambar 7.13)

Batas abrasi disekitar jalan masuk luka kering dan dapat berubah menjadi

merah hitam gelap; artifak kering ini dapat luput dari interpretasi sebagai jelaga

dan residu dalam tepi luka, dan seluruh luka dapat ditandai keliru sebagai luka

kontak ( gambar 7.14). perubahan warna gelap yang alami sesungguhnya dapat

dibuktikan dengan mengambil potongan histologikal dan mencari mesiu secara

mikroskopis. Gambar 7.15 adalah potongan lemah dari luka tembak dalam tubuh

yang terbakar- ini tidak mustahil untuk ditentukan luka kontak. Pada kekuatan

rendah, peigmentasi gelap terlihat disepanjang permukaan kulit. Dengan kekuatan

lebih tinggi (gambar 7.16) translusen, nonrefraktil partikel asing baha tetap

dengan mesiu ada. Luka tetap dengan luka jarak kontak.


36

Jarak sedang

Ketika pistol ditembakan, bagian tembakan dan tidak terbakar pada mesiu

dan jelaga yang dikeluarkan bersamaan dengan proyektil dengan jarak luka

tembak perantara didefinisikan oleh kemunculan abrasi belang-belang disebabkan

oleh bagian mesiu yang menghantam dan kulit yang menggarut. Abrasi belang

merah secara menyeluruh disebut titik-titik dan tidak dapat dibersihkan,

walaupun bubuk mesiu tertanam dalam kulit dan masuk dalam abrasi dapat

dibersihkan. Stipling penting dalam jarak ciri stippling kesatuan pada senjata api

dan peluru. Uji tembak dengan senjata sama dan peluru identik disarankan,

walaupun layak, untuk memperkirakan jarak tembak. Jelaga dapat terdeposit pada

kulit pada luka jarak tembak sedang dan biasanya tidak terlihat lewat jarak biasa.

Jelaga dan stippling paling terkonsentrasi secara cepat disekitar luka tembak dan

berkurang dalam konsetrasi dari luka. Meningkat jarak tembak dapat

meningkatkan area stippling tapi mengurangi ketebalan stipling. Jelaga dan

stippling terdeposit eksentris jika senjata api diarahkan atau jika penghalang

targen melindungi kulit.

Pria pada gambar 7.17 menunjukan serempetan pertama pada skapula

parietal dengan jarak perantara luka , kemudian direposisi moncong kepada

pelipis dan meninggal karena luka kontak keras yang mengenai selanjutnya.

Stippling disekitar jarak perantara luka tembak akan bermacam jika senjata

api dan peluru digunakan. Ini pengecualian tanda menonjol dari belang abrasi

konfluen dari sebuah magnum revolver kaliber .44 (gambar 7.18)


37

Uji tembak akan membentuk mendekatkan jarak tembak dalam jarak

perantara luka tembak jika senjata api yang tepat digunkana jika tersedia dan tipe

yang benar dari peluru diketahui. Tanda uji tembak pada jarak berbeda dari

tembakan akan dapat dibedakan dengan stipling disekitar luka jarak perantara.

Seorang lelaki cemburu dan menembak kepala pria ini (gambar 7.19).

jarak tembak penting untuk penuntunan kejaksaan, uji menembak pada senjata

yang digunakan penembak telah dipraktikan dengan tipe identik peluru. Pola uji

tembak ke papan, khususnya pada jarak dekat atau jarak longgar, akan dibedakan

dari yang mengenai kulit karena 2 medium secara jelas berbeda. Bagaimanapun,

ini masih menjadi bukti bahwa jarak 1 inchi (gambar 7.20), mesiu lebih

terkonsentrasi (melalui area yang lebih kecil) dari pada stippling sekitar luka

tembak. Pola uji tembak 2 inchi (gambar 7.21) hampir didekatkan dengan pola

stipling sekitar luka tembak sebenarnya. Pola uji tembak pada 6 dan 12 inchi

menunjukan pola mesiu yang jelas lebih tipis dan lebar daripada pola stippling

sekitar luka tembak.

Stippling dapa muncul melalui lapisan pakaian (gambar 7.22 dan 7.23).

stipling tipis sekitar luka tembak, namun jelas muncul (gambar 7.24). jika jarak

tembak perlu diukur lebih akurat, uji tembak mesti di praktekan jika senjata tepan

digunakan tersedia ; pola ujia tembak dibandingkan dengan pola mesiu pada

lapisan terluar dari pakaian dan tidak ada stipling disekitar luka tembak pada kulit.

Peluru identik, jika diketahui, mesti digunakan pada uji tembak.

Jarak perantara luka tembak berada pada pelipis kiri wanita korban

pembunuhan (gambar 7.25). lelaki yhang menembak wanita yang memiliki jarak
38

perantara luka pada pelipis kanan (gambar 7.26). luka sepasang pada wanita dan

laki-laki disebabkan oleh senjata dan peluru yang sama. Perhatikan kemunculan

jelaga hitam dan sisa yang konsentrasi nya meningkat secara cepat sekitar luka

tembak pada perempuan saat dibandingkan dengan jelaga minimal sisa dan lebih

luas, lebih sedikit terkumpul pola stippling sekitar luka tembak pada laki-laki.

Jarak tembak sedikit lebih besar pada laki-laki.

Perempuan menunjukan pada gambar 7.27 memiliki jarak perantara luka

tembak pada sisi dahi kanan. Bercak titik mengenai tiba-tiba sepanjang kanan.

Pola yang terinterupsi oleh bercak titik dijelaskan oleh jalan masuk bercak titik

dan deposisi jelaga yang menonjol pada aspek tengah dari tangan kanan atas, yang

jelas diatas sisi dari wajah saat wanita ditembak (gambar 7.28).

Pria ini memiliki luka tembak pada aspek tengah pada mata kanan, dikelilingi oleh

bercak titik hampir seluru wajah (gambar 7.29). bola mata kiri juga memiliki

bercak titik, mengindikasikan bahwa bola matanya telah terbuka pada saat dia

ditembak (gambar 7.30).

Abrasi dari pseudostippling lebih kecil ukuran, konfigurasi, dan pola

distribusi. Penyebab pseudostippling meliputi gigitan serangga, perantara target

(seperti kaca atau kayu), dan pecahan proyektil.

Pria ini memiliki luka tembak pada sisi kanan dari dagu (gambar 7.31).

bercak titik adalah bukti cepat sekitar wajah pada luka tembak, tapi dengan

tambahan tidak beraturan, berlainan sebagian bercak konfluen abrasi pada sisi kiri

wajah dan leher. Ini adalah tambahan abrasi tidak beraturan menunjukan

pseudostippling dari gigitan semut.


39

Luka serempet

Luka tembak serempet biasanya dipermukaan. Luka serempet dapat

memilki tanda kulit yang menunjuk pada senjata api. Dalam kata lain, tanda

tunjuk kulit berlawanan arah pada proyektil yang berpindah. Tanda kulit tipis

dapat sering terlihat pada jalan masuk luka tembak, dan luka keluar untuk

menandakan tanda dari proyektil yang berpindah.

Sebagaimana yang dimaksud, luka tembak serempet memiliki kulit yang

mengarah pada penunjuk senjata, pada kasus ini, senjata api berada pada sisi

kanan, dengan proyektil yang melewati dari kanan ke kiri (gambar 7.32)

Kulit yang terkelupas pada luka serempet ini berada pada kiri, yang

menandakan bahwa proyektil melewati dari kiri ke kanan (gambar 7.33)

Dipermukaan, luka tembak bercabang pada belakang kepala (gambar

7.34). jalan masuk luka pada bagian kanan memiliki batas abrasi disepanjang tepi

kanan, dan tanda kulit pada poin kanan, konsisten, dengan jalur kanan ke kiri, luka

kresentik pada kiri luka keluar . luka kulit kepala biasanya dihubungkan dengan

luka lubang kuncin yang berada pada tengkorak.

Luka pantul

Luka tembak pantul dapat meliputi jalan masuk tunggal atau ganda,

biasanya tidak beraturan dan sering dipermukaan saja mengenai kulit. Luka

permukaan dapat meliputi pecahan proyektil atau bahan dari benda yang mana

proyektil dipantulkan keluar. Pantulan luka bisa disebakan, contoh, jika korban

jatuh pada sisi jalan dan penembak berada diatas korba dan tembakan beuntun

ditembakan. Beberapa tembakan yang ditembakan dapat mengenai sisi jalan dan
40

pecahan. Pecahan proyektil ini dan pecahan dari irisan samping dapat mengenai

tubuh. Pertimbangkan target perantara atau proyektil yang memantul jika

proyektil ditemukan dari tubuh lebih terbentuk dan lebih terlokasi dipermukaan

dari yang diduga. Untuk contoh. Ini tidak akan bisa menetap untuk menemukan

pendataran.perubahan pelindung tembaga 9-milimeter proyektil dari lemak dalam

subkutaneus ke dalam luka masuk pada lengan atas karena, pertala, proyektil

mesti tidak berubah dari perjalan menembus kulit dan, kedua, proyektil mesti

telah memperforasi jaringan lunak pada lengan atas dan masuk kedalam dada,

atau patah humerus dalam jalurnya.

Target perantara

Target perantara dapat berubah tampilan jalan luka masuk.14 target

perantata meliputi pakaian, perhiasan, benda dalam kantung, furnitur, pintu,

jendela, dinding, bagian kendaraan, dan benda lain yang dapat terpapar dalam

antara benda perantara yang dapat terbawa dalam tubuh oleh proyektil. Ujung

proyektil yang ditembakan menembus besi pintu akan cenderung rata.

Pria ini telah ditembak lewat perantara, bagian belakang mobil (gambar

7.35). bercak titik pseudo yang tidak beraturan dihubungkan dengan luka tembak

pada akhir luar pada alis kiri yang disebabkan oleh serpihan dan pecahan dari kaca

pecah dari belakang jendela.

Polisi tewas pada saat adu tembak melibatkan penembak ganda. Dia terus

menerus mendapat luka tembak dan walaupun telah didapatkan luka tembak

mematikan pada bagian kepala, peluru ditembakan pada tubuh nya yang

menghasilkan cedera dalam walaupun dia telah mengenakan rompi antipeluru


41

(gambar 7.36). proyektil yang masuk dibawah tepi atas kiri pada rompi telah

dihubungkan dengan perforasi permukaan luka ke kiri atas punggung (gambar

7.37) dan kupasan dalam garis rompi ketika proyektil meninggalkan punggung

(gambar 7.38). karena rompi sempit terhadap kulit, sebagaimana proyektil

memperforasi belakang punggung atas, jaringan telah rusak antara kavitas temprer

yang terbentuk oleh proyektil yang melewati dan atas rompi, menghasilkan

kontusio menonjol yang tidak semestinya terlihat dengan perforasi permukaan

luka tembak.

Sebuah luka tembak yang berada ditengah belakang tubuh menembus

rompi dan menyebabkan luka lecet dikelilingi oleh memar yang menonjol

(Gambar 7.39). Meskipun tidak ada peluru yang melubangi rompi, kekuatan

tembakan peluru ke bagian tengah belakang berhasil diredam oleh rompi,

sehingga daerah memar yang dihasilkan jauh lebih besar daripada daerah yang

seharusnya terkena peluru. Peluru dari pistol ke bagian tengah tubuh menembus

rompi dan dapat dilihat pada radiografi (gambar 7.40)

Sebuah lubang peluru di kantong depan baju kiri korban (Gambar 7.41)

dikaitkan dengan luka tembak masuk dan luka lecet melingkar. Meskipun tidak

terdapat jelaga atau residu disekitar lubang peluru, dan tidak ada penghitaman tepi

luka tembak, dua lesi bersama-sama muncul sesuai dengan kontak dari senjata

yang disentuhkan (Gambar 7.42). Dalam luka tembak tersebut akan sesuai dengan

moncong (ujung laras) dan luka lecet melingkar akan sesuai dengan lubang

dibawahnya.
42

Faktanya,luka lecet melingkar sebenarnya berasal dari jaket peluru

terpisah dari inti setelah peluru melubangi kemeja; jaket terpisah mengenai kulit

berdekatan dengan pintu masuk luka yang tidak beraturan dari inti peluru (gambar

7.43)

Pintu masuk luka tembak ditampilkan di Gambar 7.44 tidak segera

dikenali sebagai luka tembak karena ukurannya yang besar, dan bentuknya tidak

teratur. Laserasi perifer dan lecet dikarenakan peluru melewati perantara (jendela

dari jendela kaca) sebelum mengenai korban. Penting untuk mengumpulkan

pecahan kaca yang ditemukan didalam luka untuk penilaian. Kaca dan target

perantara lainnya mungkin tidak terlihat pada radiografi sehingga harus berhati-

hati saat membedah jalur luka; peluru jaket dan pecahan mungkin juga tajam.

kontak nyata luka tembak (Gambar 7.45) memiliki jejak moncong dan

residu pada bagian dalam dan di sekitar tepi luka. Namun, luka itu sebenarnya

didapatkan dengan menembakkan pistol melalui bantal yang ditekankan terhadap

dada. Bantal tersebut robek membentuk lubang yang dikelilingi banyak jelaga dan

residu.

Lecet yang terdapat pada sebelah kanan kemungkinan berasal dari jelaga

dan residu yang keluar antara silinder dan bingkai pistol, atau silinder cerawat

(Gambar 7.46). Sebuah titik berongga pada peluru diambil dari tubuh. Titik

berongga hidung tidak rusak (jamur) karena hidung telah diselipkan bahan dari

bantal (Gambar 7.47). Demikian pula, titik peluru berongga yang tertanam pada

tulang tidak akan menjamur.


43

Korban perampokan ini mengenakan kemeja berkerah dan sebuah kalung.

kalung itu rusak selama serangan. Luka terlihat di leher dan klavikularis kiri

(Gambar 7.48). Pada otopsi, dua luka tidak teratur berada di dekat depan leher dan

kiri klavikularis. Keduanya merupakan luka tembak masuk. Sifat atipikal mereka

dihasilkan dari peluru melewati kalung dan kemeja (perantara target) sebelum

memasuki tubuh (Gambar 7.49). pada rontgent dada menunjukkan peluru

bersarang di tulang dada bagian atas. Berdekatan dengan peluru, terdapat dua

benda yang terbuat dari besi yang bentuknya tidak teratur yang berhubungan

dengan logam kuning.

Kalung di leher korban yang terbawa ke tubuh oleh peluru sesuai dengan

lubang pada kalung (Gambar 7.50). Sebuah kaliber peluru berlapis tembaga

berukuran sedang dan dua garis dari kalung ditemukan dari tulang leher (Gambar

7.51). Pada ujung peluru memiliki lekukan yang berbeda sesuai dengan garis dari

kalung.

Membedakan Pintu Masuk dari Luka Tembus

Pakaian di atas luka tembak dapat memberikan tambahan informasi

tentang perkiraan jarak senjata api. Kaos korban tembak ini telah dipotong oleh

petugas kebakaran SAR (Gambar 7.52); luka tembak pada dada kiri lateral

(Gambar 7.53). Meskipun kemeja bagian luar berwarna hitam, bagian kaos yang

berwarna putih menunjukkan jelaga yang pasti berhubungan dengan lubang peluru

(Gambar 7.54). Mesiu dan jelaga mungkin terlihat berwarna abu-abu pada pakaian

hitam. Pakaian diserahkan kepada pemadam kebakaran untuk dianalisis residu.


44

Jika dua atau lebih luka tembak pada tubuh sulit diinterpretasikan untuk

membedakan mana arah masuk atau keluar, lubang yang terdapat pada pakaian

dapat membantu dalam penentuan. Serat sekitar lubang peluru mungkin terbalik

atau eversi. Cincin abu-abu pada badan peluru (Minyak dan kotoran dari peluru)

tersapu dan dapat dilihat di sekitar luka masuk. Pada kasus yang langka, fitur dari

luka tembak sangat sulit dibedakan,dan bahkan pemeriksaan pakaian pun tidak

membantu. Namun, petunjuk internal tetap ada seperti luka peluru di tulang yang

mungkin menunjukkan penyerongan internal yang terkait dengan arah masuk

luka. Yang cukup menarik, pintu masuk luka pada organ padat dan organ

berongga seperti perut sering lebih kecil dari luka tembus. Radiografi juga dapat

memberikan petunjuk jika peluru atau fragmen tulang terdistribusi sepanjang arah

perjalanan peluru.

Anggapan bahwa luka tembus lebih besar dari arah masuk luka adalah

generalitas saja. Seorang pria ditemukan pada awal pembusukan di tempat

tidurnya dengan senapan di samping tubuhnya. Sebuah menganga luka seperti

bintang di sisi kanan dahi diperpanjang posterior ke daerah parietal kanan

(Gambar 7.55). Sebuah luka seperti bintang lebih kecil berada di parietal occipito

daerah (Gambar 7.56). Pemeriksaan dahi kanan luka terlihat menghitam pusat

luka tepi, sesuai dengan luka kontak. Pemeriksaan pada tengkorak kepala

diungkapkan menyerong dari luar dari bagian tepi tengkorak luka dalam ke kulit

kepala occipito parietal luka (Gambar 7.57) Menegaskan bahwa pada bagian

posterior, luka kecil ini jalan keluar. luka tengkorak dapat dihaluskan dan, dengan
45

demikian, membutuhkan perkiraan ulang dari pecahan tulang untuk mendapatkan

konfirmasi sifat pada penyerongan.

Anak berusia 3 tahun ditembak dari jarak menengah di wilayah depan

kanan (Gambar 7.58). Bagian intrakranial yang ditembak dikaitkan dengan patah

tulang pada tulang orbital, laserasi aspek medial kelopak mata (Gambar 7.59), dan

ekstrusi dari bola mata kiri di tempat kejadian (Gambar 7.60). Semua temuan ini

berhubungan dengan luka tembakan, dan bukan dari trauma tumpul langsung.

Demikian juga, di beberapa kasus luka tembak di kepala, yang menonjol pada

unilateral atau bilateral ekimosis periorbital yang disebabkan fraktur lempeng

orbital (fraktur kearah luar) dan pelacakan darah melalui bidang fasia, tidak

disebabkan oleh langsung trauma tumpul pada mata. Semburan fraktur yang

berhubungan dengan tembakan intrakranial yang terkait dengan tekanan

gelombang dan transfer energi (dari rongga sementara) ke otak dan jaringan

lunak, dan tidak akan terjadi jika mengenai tengkorak yang kosong jika ditembak.

Luka Tembus

luka tembus lebih teratur daripada luka arah masuk dan tidak terkait

dengan cetakan laras, bakaran, endapan jelaga, atau bintik. Ujung-ujungnya sering

robek, menghasilkan konfigurasi seperti bintang atau penampilan compang-

camping. Mungkin tidak ada kerusakan sentral sekali kulit tepi didekati. Seperti

bintang, kontak keras arah masuk luka dibedakan dari keluar seperti bintang luka

oleh

adanya kerusakan mengelilingi tengah dan penghitaman dari luka sentral tepi

dalam luka arah masuk. Peluru yang keluar yang telah kehilangan energi dan
46

kecepatan mungkin hanya menyayat kulit atau meninggalkan jaringan subkutan.

Sebuah luka lecet pada subkutan diakibatkan dari pakaian atau benda lainnya yang

berbatasan dengan luka tembus peluru. Peluru yang terdapat pada bagian subkutan

mungkin dikelilingi oleh ekimosis dan kemungkinan teraba krepitus di jaringan

sekitarnya. Gambar 7.61 menunjukkan luka seperti bintang yang merupakan luka

tempat dimana keluarnya peluru.

Luka Tembus Kecepatan Rendah

luka tembus seperti celah yang menyerupai luka bacokan adalah luka

tembus dengan kecepatan rendah. Pentingnya luka tembus dengan kecepatan

rendah adalah bahwa peluru kemungkinan terdapat disekitar tubuh atau bahkan di

dalam pakaian. Wanita ini ditembak di pelipis kiri saat tidur. Luka tembus seperti

celah terdapat di belakang telinga kanan (Gambar 7.62) menunjukkan bahwa ini

adalah luka tembus dengaan kecepatan rendah dan peluru seharusnya di sekitar

tubuh. Peluru ini terjerat di rambutnya dekat dengan luka tembus (Gambar 7.63).

Gambar 7.64 menunjukkan pokok peluru kecepatan rendah tidak memiliki energi

yang cukup untung melubangi atau bahkan merobek kulit.

Luka Tembus dengan Bantuan

Sebuah luka tembus dengan bantuan memiliki batas goresan yang biasanya

kurang teratur. luka tembus hasil dari lokasi keluar berada dalam kontak dengan

benda lain karena peluru mencoba untuk keluar dari tubuh, sehingga

menghancurkan kulit . Benda umum seperti dinding, kursi, lantai,trotoar, dan

pakaian, tapi bisa apa saja yang mengenai lokasi peluru keluar. Kapan peluru
47

tidak memiliki energi yang cukup untuk keluar, itu akan menghancurkan kulit

terhadap permukaan yang berlawanan dan mengakibatkan goresan di atas lokasi

subkutan pada peluru. arah masuk luka tembak orang ini (Gambar 7.65) memiliki

melingkar goresan batas tanpa terbakar, jelaga endapan, laras cetakan, atau

pembintikan, sehingga sesuai dengan luka tembak jarak tak tentu. Ekimosis

mengelilingi luka. Luka ditembak di Gambar 7.66, pada orang yang sama seperti

yang digambarkan dalam Gambar 7.65, juga memiliki batas goresan melingkar,

tetapi tidak teratur. Luka ini sebenarnya didukung (ditopang) luka tembus yang

sesuai dengan sebelumnya menunjukkan arah masuk luka. luka ini

menggambarkan sulitnya membedakan beberapa luka keluar ditembak dari luka

arah masuk.

Pria di Gambar 7.67 mendapat luka tembak yang melubangi lengan atas

sebelah kiri dengan pintu masuk peluru di ekstensor (posterior) an pintu keluar

pada medial lengan. keluar ini dikelilingi oleh yang menonjol pada terkelupas

ekimosis. Pada Gambar 7.68, luka tembak yang kembali di tembak ke sisi kiri

dada memiliki pinggiran luka lecet yang tidak teratur. Hasil goresan tidak teratur

dari lengan atas kiri menjadi berlawanan dari sisi dada ketika tembakan

ditembakkan. peluru menghancurkan kulit lengan terhadap kulit dada saat

melewati dari satu ke yang lain. Hal ini menjelaskan yang menonjol pada

terkelupas pada ekimosis sekitar jalan keluar peluru di sebelah kiri lengan atas

serta goresan yang tidak teratur di sekitar masuk kembali luka di sisi kiri dada.

Pakaian mungkin terdapat goresan.


48

Luka Tembak Pada Tulang

Luka masuk di tulang menunjukkan penyerongan. Penyerongan mengacu

pada bentuk corong dari luka, dengan corong membuka ke arah di mana peluru

mengarah. Pada luka tembus di tulang juga menunjukkan penyerongan, kembali

dengan pembukaan saluran di arah mana peluru mengarah. Penyerongan terbaik

dilihat di terngkorak dan tulang iga.

Efek penyerongan juga dapat terjadi pada kaca, plester, dan bahan

mungkin lainnya. informasi yang berharga dapat diperoleh tentang arah perjalanan

peluru di tengkorak kosong. Bukti dari yang melubangi luka tembak ditemukan di

tengkorak ini (Gambar 7.69). Luka masuk adalah di skuamosa kanan tulang

temporal, dan keluar itu di sepanjang sisi kiri dari sutura koronal. Perhatikan

fraktur yang berasal dari pintu masuk luka dan melintasi tulang frontal ke kiri.

Luka arah masuk jelas dihaluskan dengan banyak fragmen tulang hadir. Kiri

koronal luka keluar memiliki penyerongan dari luar yang jelas (Gambar 7.70).

Terlepas dari penyerongan dari luar, petunjuk lain ada yang mengidentifikasi

cacat koronal kiri sebagai luka keluar. Patah memancar dari jalan keluar luka

melintasi dan ke bawah menuju tulang temporal skuamosa kiri berhenti di

melintang sebuah fraktur yang berasal dari pintu masuk sisi kanan luka dan

menyeberangi piring orbital dan sisi kiri tulang sphenoid (Gambar 7.71). Peluru

ini memiliki energi yang cukup untuk menciptakan fraktur calvarium tapi energi

tidak cukup untuk mendorong keluar fragmen tulang dan melubangi kulit kepala

(Gambar 7.72 dan 7.73).


49

Perhatikan penyerongan dari luar dan hematoma subgaleal selama

calvarial retak. Gambar 7.74 menunjukkan persebaran bekas benturan dikelilingi

oleh patah tulang pada intracalvarial permukaan mewakili lokasi dampak dari

peluru yang tidak memiliki energi yang cukup untuk melubangi pada tengkorak

kepala. Ini adalah luka tengkorak keluar tidak lengkap. Luka tembak lubang kunci

adalah bersinggungan, relatif luka tembak dangkal kepala di mana peluru

mungkin keluar melalui luka kulit yang sama atau melalui luka keluar yang

terpisah dekat dengan pintu masuk luka. Ciri calvarial khas adalah kehadiran dari

kedua pintu masuk dan keluar karakteristik tengkorak tunggal luka . Luka lubang

kunci (Gambar 7.75 dan 7.76) di tengkorak biasanya memiliki fitur dari kedua

arah masuk (penyerongan bagian dalam) Dan luka keluar (penyerongan dari luar).

Disebut luka lubang kunci karena bentuknya mengingatkan sebuah lubang kunci

(Gambar 7.77). Akhir luka akan memiliki penyerongan internal sesuai kekuatan

masuk luka (Gambar 7.78).

Bagian terluar sudut miring eksternal jelas merupakan jalan keluar

(Gambar 7.79) dari seorang individu yang memiliki intervensi bedah saraf setelah

tembakan luka untuk kepala memiliki beberapa cacat melingkar yang kurang lebih

ukuran yang sama. Meskipun cacat melingkar di luar tengkorak muncul sama,

penyerongan internal yang terkait dengan arah masuk luka tembak jelas

membedakan yang mana merupakan luka tembak dari lubang yang berdekatan

(Gambar 7.80).
50

Pantulan Interna

Tanda benturan di endocalvarium adalah petunjuk bahwa peluru telah

mengalami pantulan internal. Pemeriksaan mengungkapkan bahwa jalur peluru ke

oksiput kiri itu dari belakang ke depan, kiri ke kanan, dan ke atas (Gambar 7.81).

Orang akan berharap bahwa peluru akan berada dalam sisi kanan kepala di luka

tembak menembus. Namun, radiografi kepala menunjukkan peluru di sebelah kiri

sisi kranium (Gambar 7.82). Satu kemudian harus memperhitungkan

kemungkinan suatu pantulan internal. sebuah sangat berhati-hati pemeriksaan

lintasan melalui otak akan biasanya mengungkapkan arah perjalanan peluru dalam

tengkorak (Gambar 7.83 melalui 7.85; benang digunakan untuk menunjukkan

jalan perjalanan peluru dalam tengkorak). Carilah tanda benturan pada permukaan

calvarial endo untuk mencari titik serangan dari suatu pantulan intern (Gambar

7.86). Ingat bahwa itu adalah jalur awal peluru (sebelum memantul internal) yang

penting dan nilai pembuktian.

Kematian yang Tertunda Akibat Luka Tembak

Kematian akibat luka tembak dapat begitu lama tertunda dikarenakan

petugas pelayanan kesehatan melupakan riwayat penyakit pasien. Pertimbangkan

kasus seorang pria 51 tahun,penyebab kematian urosepsis diminta pemeriksaan

medis untuk meminta informasi mengenai riwayat terdahulu. Pria ini ditembak 12

tahun sebelum kematian dan menjadi lumpuh, dengan komplikasi berikutnya

termasuk ulkus dekubitus, osteomyelitis pada lutut atas kanan dan amputasi pada

kiri bawah lutut, dan usus neurogenik dan masalah kandung kemih. Setelah luka

tembak jarak jauh riwayat itu ditemukan, mayat itu diminta oleh departemen
51

pemeriksa medis permohonan sertifikasi yang tepat. Sebuah rontgen dada dari

tubuh yang diawetkan terlihat peluru di sisi kiri dari tulang belakang dada. Otopsi

terlihat sebuah purulen meningitis ascending yang terkait dengan osteomyelitis

sacrum karena ulkus besar pada sacrum. meningitis yang menjalar sampai ke otak,

dengan eksudat meliputi batang otak dan bagian medial dari bagian tengah

serebelum. Peluru tua itu dikeluarkan dari tulang belakang dan diserahkan ke

polisi. Penyebab kematian ascending purulen meningitis disebabkan oleh luka

tembak jarak jauh. Dengan cara kematian dibunuh. Tidak ada undang-undang

pembatasan pada pembunuhan di sebagian besar wilayah hukum (lihat Bab 30).

Pistol whipping

Senjata api tidak dibatasi untuk menimbulkan luka dengan hanya

menembakkan peluru. Mereka sebagian besar adalah benda logam yang dapat

digunakan untuk menyebabkan luka benda tumpul, seperti pada dera pistol. Setiap

bagian yang berbeda dari senjata api akan meninggalkan luka denga motif

berbeda. Semua luka bermotif harus dijelaskan, diukur, dan difoto dengan sebuah

skala.

Pria di Gambar 7.87 terbunuh oleh luka tembak selama percobaan

perampokan. Selain luka tembakan pada tubuh, sebuah laserasi yang tidak biasa

juga ditemukan pada kulit kepala bagian frontal sebelah kiri. Laserasi terdiri dari

komponen linear dan bentuk seperti bintang kecil. Etiologi dan signifikansi

laserasi ini masih tidak diketahui, namun cedera itu digambar, diukur, dan difoto.

Tiga tahun kemudian selama konferensi praperadilan, penuntut umum

ditanya apakah tubuh tersebut punya cedera yang bisa disebabkan tembakan pistol
52

berulang karena terdakwa mengaku bahwa tembakan berulang dilakukan korban

sebelum dia menembak. Ahli forensik memeriksa senjata yang digunakan selama

kejahatan (Image 7.88) dan mencatat bahwa tepi tempat meluncur pistol sama

jarak dari tombol menonjol berbentuk oval sebagai jarak antara dua komponen

laserasi dari kulit kepala bagian frontal kiri; tombol konsisten dengan bentuk

bintang kecil laserasi. Dia karena itu mampu berkomentar bahwa kulit kepala

lecet konsisten dengan luka yang telah ditimbulkan oleh senjata api.

Glaser safety slug

Glaser safety slug dirancang untuk menembus tubuh dan menghancurkan

jaringan, tetapi tidak dapat keluar dari tubuh. Mereka telah digunakan oleh polisi

udara AS karena fitur keselamatan ini. Lingkaran glaser terlihat seperti peluru lain

kecuali untuk bola plastik kecil berwarna biru yang terletak di titik berongga. Sisa

peluru diisi dengan logam kecil. Bola plastik biru atau abu-abu tidak terlihat pada

radiografi, oleh karena itu, jika diketahui bahwa lingkaran Glaser digunakan, ahli

forensik harus mencari bola biru kecil atau bola abu-abu (serta pelet logam kecil

dan jaketnya) selama otopsi.

Seorang pria meninggal akibat dua luka tembak di perut. Radiografi

postmortem mengungkapkan bayangan melingkar dari peluru di kuadran kiri atas

perut, sebuah fragmen dari jaket peluru di midabdomen kiri, dan beberapa pelet

logam kecil, terutama di sisi kiri perut (Gambar 7.89). Sebuah kaliber peluru

tembaga dengan pembungkus berukuran menengah, bagian dari tembaga yang

terpisah dari jaket, beberapa pelet logam kecil, dan bola plastik biru kecil itu

ditemukan selama otopsi (Gambar 7.90).


53

Taser

Taser dianggap kurang mematikan daripada senjata api. Benda tersebut

mempengaruhi kontrol neuromuskular pada subyek yang tersambar dan telah

digunakan oleh penegak hukum sebagai sarana untuk menundukkan individu

pelaku kekerasan dan tak terkendali. Taser M26 datang dalam tas dengan tiga

peluru yang dapat diganti (Gambar 7.91). Setiap peluru berisi dua satelit atau

elektroda yang dihubungkan oleh tegangan tinggi dengan kawat terisolasi

(Gambar 7.92); satelit disebarkan hingga 21 kaki saat ditembakkan. Peluru

menempel pada bagian depan Taser. Satelit yang digunakan dapat menyebar

langsung ke kulit atau pakaian. Muatan listrik dialirkan melalui satelit dan hal ini

efektif sampai melalui 2 inci dari pakaian. Fungsi neuromuskular dipengaruhi oleh

50.000 volt listrik dibuang melalui satelit, dan subjek jatuh dalam keadaan lumpuh

sementara. Kedua satelit harus menyerang target mereka untuk dekat dengan

sirkuit agar dapat berfungsi. Tanpa peluru udara, Taser dapat diterapkan langsung

ke subjek dan muatan listrik diterapkan melalui dua elektroda dalam "moncong"

perangkat.(Juga lihat Bab 13.)

Luka bakar kecil yang ditimbulkan pada pantat kanan dikarenakan oleh

aplikasi langsung dari Taser melalui jins denim dikenakan oleh subjek ini

(Gambar 7.93).

Pendekatan teknis untuk luka tembak

Radiografi dari luka tembak

Radiografi harus diperoleh pada semua kasus luka tembak. Radiografi

sangat penting ketika ada luka keluar yang jelas karena luka keluar mungkin telah
54

disebabkan oleh hanya sebagian dari peluru atau oleh fragmen tulang yang patah.

Seharusnya jaket dari peluru terpisah di dalam tubuh, peluru inti mungkin keluar,

meninggalkan jaket yang memiliki tanda rifling; tanda rifling merupakan bukti

penting dan, karenanya,jaket harus ditemukan.

Radiografi menunjukkan jumlah dan lokasi peluru dalam tubuh dan

dengan demikian membantu dalam pengungkapan mereka. Sebuah rontgen lateral

(dalam posisi anteroposterior radiografi) akan melokalisasi peluru sepanjang

parasagittal dan memfasilitasi didapatkannya gambaran. Tidak semua peluru

(Fragmen) pada radiografi dapat terlihat; ingat bahwa peluru dari luka tembak

lama juga akan muncul.

Emboli dari peluru harus dicari ketika peluru memasuki tubuh tetapi tidak

keluar dan tidak diambil selama operasi. Beberapa radiografi mungkin diperlukan

untuk menemukan lokasi peluru di tubuh. Tempat masuk luka tembak di dada kiri

atas (Gambar 7.94) dari penonton yang tidak bersalah ini dikaitkan dengan luka

masuk pada aorta desenden toraks dan laserasi kecil di aspek posterior aorta

toraks (Gambar 7.95). Radiografi dada tidak menunjukkan peluru, dan meskipun

ahli bedah trauma telah melakukan torakotomi, mereka tidak mendapat kembali

peluru. Radiografi tambahan dari sisa tubuh diungkapkan peluru di paha kanan

(Gambar 7.96). Peluru mengalami emboli di bawah aorta dan ke femoralis kanan

arteri dimana ia bersarang (Gambar 7.97).

Radiografi toraks (Gambar 7.98) dari seorang pria yang ditembak sekali di

dada menunjukkan peluru tunggal di sebelah kiri sisi dada. Peluru itu ditemukan

dari rongga pleura kiri selama otopsi. Pada paru-paru kiri sedang diperiksa, benda
55

asing kedua ditemukan tertanam pada permukaan lateral lobus bawah. Objek

kedua adalah jaket aluminium dari peluru yang (Gambar 7.99). Jaket aluminium

tidak bisa terlihat pada radiografi.

Dua benda-benda logam dari berbagai radiodensity ditunjukkan dalam x-

ray (Gambar 7.100) dari seorang individu yang ditembak di kepala. Inti peluru

yang biasanya radioopak dan tampak putih. Jaket metalik biasanya lebih

radiolusen atau abu-abu. Dalam contoh ini, inti peluru di sebelah kanan, dan jaket

metalik di kiri.

Probe

Probe efektif dalam menunjukkan jalan peluru yang melalui tubuh. Semua

luka kulit harus difoto pada daya rendah dan tinggi sebelum dilakukan intervensi

pada fisik seperti penyisipan probe. Luka pada ekstremitas (Gambar 7,101) dapat

dideteksi kecuali pembedahan diperlukan untuk mengidentifikasi struktur tertentu

dari cedera seperti arteri femoralis; pembedahan harus dilakukan pertama untuk

mencegah cedera artifactual oleh probe.

Luka pada batang tubuh dapat dideteksi selama melalui dada dan dinding

perut, tapi tidak lebih dalam rongga tubuh sampai melewati organ dan jaringan

diperiksa in situ dan luka difoto. Setelah difoto, probe kemudian dapat

ditempatkan bahkan melalui organ yang perforasi untuk menunjukkan jejak peluru

dan arah, dan foto lain diambil dengan adanya probe di tempat tersebut.

Luka yang melalui kepala tidak boleh diperiksa sebelum pemeriksaan isi

intrakranial karena cedera otak bahkan lebih lunak dari biasanya dan jejak
56

artifactual dapat dibuat dengan mudah. Probe dapat ditempatkan hanya setelah

pengangkatan otak dan pemeriksaan intrakranial bagian permukaan.

Peluru

Peluru ditembakkan dari senjata dengan rifling ( daratan dan lekuk dalam

laras) akan mengakuisisi tanda rifling (striations yang memanjang), yang memiliki

potensi untuk menjadi cocok untuk senjata api tertentu. Instrumen logam mungkin

mendistorsi dan melenyapkan tanda rifling dan, karena itu, harus tidak pernah

digunakan untuk menangani peluru. Jika peluru adalah berjaket logam, tanda

rifling akan berada di jaket. Jika peluru dibuat tanpa jaket logam, tanda rifling

akan berada di peluru badan timah. Beberapa peluru yang dilapisi dengan tembaga

cucian yang tidak terpisah dari peluru.

Peluru yang ditemukan harus digambarkan dengan ukuran kecil,

menengah, atau kaliber besar. Kehadiran dan warna dari jaket peluru harus

dimasukkan. Tingkat cacat dicatat secara umum saja. Peluru yang ditemukan

harus dibersihkan secara perlahan dari darah dan jaringan lunak (irisan kecil

tulang dapat tertanam dalam peluru yang cacat) dan ditempatkan dalam amplop

atau wadah secara terpisah diberi label setiap individu dengan nomor kasus

forensik, berupa nama dari orang yang meninggal, nomer kasus lembaga

investigasi, lokasi anatomi peluru ditemukan, tanggal, dan tanda tangan atau

inisial ahli forensik dalam kasus ini.

Semua luka tembak, baik tempat masuk dan keluar, harus difoto dan

digambarkan. Bentuk yang mengikutinya harus termasuk dalam protokol dan file

Anda:
57

- Foto-foto semua luka tembak dengan jarak tembakan berorientasi dan tembakan

close-up

- Lokasi luka pada tubuh (baik di daerah tubuh dan diukur dari kepala atau tumit

dan dari garis tengah tubuh)

- Ukuran luka

- Bentuk luka

- Ada atau tidak adanya terbakar, deposisi jelaga, moncong yang tercetakan, dan

stippling sekitar luka masuk

- Jalur proyektil melalui organ dan jaringan sebelum Anda mengeluarkan isi perut

tubuh

- Deskripsi jalur organ yang terluka dan jaringan melalui tubuh

- Arah jalur proyektil melalui tubuh

- Deskripsi fragmen proyektil yang ditemukan dan lokasi dari mana mereka

ditemukan

- Foto-foto fragmen proyektil yang ditemukan.

Prosedur penting tambahan termasuk berikut:

- Menetapkan lacak balak untuk proyektil

- Meneliti sasaran perantara jika tersedia

- Mengambil bagian dari berbagai kontak tembak luka untuk histologi untuk

mengkonfirmasi kehadiran mesiu pada pemeriksaan mikroskopis

- Setelah fotografi awal, membersihkan luka tembak untuk menghapus darah

asing dan mengganti diekstrusi, jaringan yang menjuntai dikembalikan ke dalam


58

luka sehingga karakteristik yang benar luka dapat dilihat; luka tembak bersih

adalah rephotographed

- Membuat "klarifikasi" terpisah dari diagram tubuh untuk mendokumentasikan

lokasi dan jalur (arah) dari suara luka tembak saja, tanpa catatan otopsi lainnya

yang berserakan pada halaman.

Kaliber peluru

Kaliber dari peluru tidak dapat ditentukan dari luka di kulit karena kulit

elastis, dan luka dari senjata yang sama dengan amunisi identik mungkin

bervariasi dalam penampilan dari satu area tubuh dengan yang lain. Ukuran luka

kulit tetap diukur dan didokumentasikan. Ukuran luka tembak di tulang lebih

mencerminkan kaliber peluru (karena tulang adalah substansi keras), tetapi hanya

pengukuran dari luka harus didokumentasikan dalam laporan otopsi tanpa

membuka opini tentang kaliber yang tepat dari peluru. Contoh peluru kaliber kecil

termasuk 0,22, 0,223 dan 0,25; contoh kaliber menengah peluru termasuk 0,32,

0,38, 380, 0,40, 0,357, dan 9 dan 10 milimeter; contoh peluru kaliber besar

meliputi 0,44, 0,45, dan 0,50.

Cara pendekatan pada kasus dengan beberapa luka tembakan

Dokumentasi yang tepat dari kasus dengan beberapa luka tembak tidak

bisa dilakukan dengan terburu-buru. Tubuh harus difoto dari depan dan belakang.

Untuk manfaat lainnya,diikuti dengan foto tubuh secara keseluruhan, dengan

orientasi dan close-up foto-foto luka tembak di bagian depan tubuh dapat

diperoleh dan luka dijelaskan sebelum memutar tubuh dan mendokumentasikan

bagian belakang. Saat tubuh diputar, darah mungkin menyembur atau mengalir
59

keluar dari luka dan membutuhkan pembersihan tambahan sebelum luka pada

bagian belakang kembali difoto dan digambarkan.

Tidak pernah mencocokkan luka masuk kulit dengan luka tembus kulit

tanpa memverifikasi jalur mereka melalui tubuh. Semua jalur peluru di batang

tubuh harus diikuti jalur melalui rongga tubuh. Kecuali semua jalur diikuti, ahli

forensik mungkin, misalnya, lewatkan jalan peluru yang masuk paha bagian

bawah dan berakhir di leher. Penulis memiliki kasus di mana beberapa luka

tembak berada di bagian depan dan belakang thorax. Peluru dari luka tembak

bagian frontal memantul ke tulang belakang untuk keluar ke bagian depan, dan

peluru dari satu lainnya pada bagian belakang memantul pada tulang belakang

untuk keluar kembali ke belakang. Petunjuk jalur luka yang baik dipandang

sebagai tanda serangan pada tulang belakang dan terkait perforasi luka di paru-

paru.

Hal yang perlu dipertimbangkan untuk beberapa luka tembak

- Gunakan huruf untuk menunjukkan beberapa luka tembak, huruf ditulis dua kali

(AA, BB, dll) bila jumlah di atas 26. Penomoran luka mungkin keliru berkonotasi

urutan luka diterima.

- Jangan membedah organ sebelum semua jalur peluru melalui batang tubuh telah

diverifikasi karena cedera organ sering membantu dalam menentukan jalur luka.

- Luka tembak (berselang-persimpangan) yang bersimpangan melalui batang

tubuh yang sangat menantang; penentuan jalur luka sangat penting jika lebih dari

satu penembak yang terlibat, dan benar-benar penting jika penembak mewakili

kombinasi tersangka dan penegakan hukum.


60

- Jika beberapa luka tembak berada pada lokasi yang berdekatan pada batang

tubuh, atau ada banyak luka tembak yang bersimpangan, jalur pada individu

mungkin sulit untuk diikuti dan memungkinkan untuk hanya menggambarkan dan

mendata luka pada organ dan jaringan dan mungkin untuk menetapkan jalur

khusus untuk banyak perforasi jaringan tidak memungkinkan; arah yang umum

dari jalur peluru tetap harus diberikan.

- Jika ada banyak fragmen peluru pada radiografi dari daerah tertentu dari tubuh,

ulangi radiografi berikut otopsi; mungkin kamu akan terkejut melihat betapa

banyak fragmen yang besar yang akan ditemukan.

Senapan

Senapan memiliki laras panjang dengan lubang licin dan dirancang untuk

menembakkan cakang yang berisi beberapa pelet yang menuju, pada bagian laras

yang keluar, tersebar di area yang luas. Hal ini memungkinkan seseorang untuk

menembakkan senjata api pada arah manapun dari target dan memiliki

kesempatan yang lebih baik untuk mengenai target jika target kecil atau bergerak.

Jenis umum dari amunisi yaitu birdshot dan buckshot. Meskipun ada berbagai

jenis amunisi senapan, hanya jenis yang lebih umum yang dijelaskan di sini.

Senapan berbeda dalam lebar laras, dengan sebagian besar kaliber

dijelaskan dengan istilah gauge, yang mengacu pada jumlah bola utama diameter

kaliber yang berjumlah hingga 1 pound. Pengukur senapan berkisar dari 10 (yang

terbesar- hanya 10 bola utama pada ukuran kaliber berjumlah hingga 1 pound) ke

28 (yang terkecil-28 bola yang dibutuhkan untuk menambahkan hingga 1 pound).


61

Satu-satunya pengecualian adalah senapan 0,410, yang memiliki diameter kaliber

0.410 inci.

Amunisi senapan

Birdshot

Amunisi birdshot terdiri dari banyak pelet kecil yang diadakan dengan

tembakan klep plastik (Gambar 7,102). Plastik menembak klep (putih) berada di

atas mesiu, yang pada gilirannya berada di atas logam primer dan dasar logam.

Klep ini tertutup oleh pembungkus plastik (hijau). Hubungan dari bagian bawah

klep plastik, bubuk mesiu, dan dasar logam terlihat dalam Gambar 7,103.

Saat keluar dari ujung laras, semua pelet birdshot keluar sebagai sebuah

kelompok (Gambar 7.104). Perhatikan warna api orange pada akhir laras, yang

menghasilkan pada luka bakar jarak dekat dan jelaga awan kecil dan mesiu yang

menghasilkan jelaga dan stippling terlihat di dekat dan pada jarak menengah luka.

Perhatikan penggaris di latar belakang yang menandai jarak dari akhir laras.

Sebagai hasil dari perjalanan dari ujung laras,pelet awalnya mengandung

klep tembakan plastik (Gambar 7,105 dan 7,106). Segera, hambatan udara

menarik klep tembakan kembali saat kelopak terbuka (Gambar7,107). Pada titik

ini bahwa jika mengenai kulit, wilayah masuk luka mungkin memiliki berbentuk

silang yang unik dengan abrasi dari kelopak klep tembakan. Denganmeningkatkan

jarak, tembakan klep plastik jatuh kembali (Gambar 7,108) dan pelet yang menuju

tubuh mulai menyebar dalam distribusi yang semakin luas (Gambar 7,109).

Dengan luka senapan jarak dekat, klep tembakan cenderung mengikuti

pelet yang menuju ke dalam luka. Sebagai peningkatan kisaran api, klep tembakan
62

cenderung menyimpang tentunya dan menyerang kulit, meninggalkan abrasi. Jika

kisaran peningkataan api lebih, maka klep tembakan mungkin tidak meninggalkan

abrasi pada kulit, atau mungkin bahkan tidak menyerang kulit sama sekali. Sebuah

klep plastik tembakan dapat meninggalkan abrasi kulit dari berbagai api sampai

kira-kira 10 sampai 15 kaki.

Buckshot

Buckshot terdiri dari pelet besar, sering dikemas bersama dengan bahan

pengisi (putih), dan terbungkus dalam klep plastik (Gambar 7,110). Jika

ditembakkan dari jarak dekat, pengisi materi dapat menghasilkan tanda jenis

stippling di kulit sekitar luka tempat masuk. Hal ini tidak harus bingung dengan

stippling dari bubuk mesiu. Bahan pengisi juga dapat dilihat pada luka dan pada

pakaian. Gambar 7,110, mesiu tetap di dasar logam dan tidak ditampilkan. Jarang

terjadi, pelet buckshot yang tembaga atau nikel berlapis untuk meminimalkan

distorsi dan peningkatan jangkauan (Gambar 7,111).

Pelet ini berlapis harus dibedakan dari peluru. Pelet di amunisi shotguni

sering dipisahkan dari mesiu oleh karton atau fiber disk dari bahan yang disebut

gumpalan. Gumpalan yang melayani beberapa fungsi, termasuk bantalan pelet

dari ledakan dengan gas panas, mencegah panas dari muatan dan sekering atau

mendistorsi pelet, dan membantu membentuk segel gas mesiu dan pelet.

Wilayah luka tembak

Wilayah luka tembak mengarah pada peluru seperti Foster bulat (Gambar 7,112)

dan sabot (Gambar 7,113).Sabot adalah bentuk yang tidak biasa, tapi berteori akan

ditembakkan dengan kecepatan yang lebih besar.


63

Luka Tembak

Kontak

Luka senapan menanamkan sejumlah besar energi ke jaringan, terutama

jika ditembakkan kontak atau secara jarak dekat. Pada gauge-12 luka shotgun,

perhatikan ledakan dan kerusakan keseluruhan dari atas kepala (Gambar 7,114).

Kisaran kontak luka akibat senapan pada kepala sering menghasilkan luka yang

hancur dengan gangguan jaringan yang luas. Dalam situasi ini, hal itu mungkin

tampak tidak mungkin pada pertama untuk menentukan di mana luka wilayah

masuk berada. Namun dengan hati-hati dan teliti pemeriksaan dari jaringan, pintu

masuk luka dan luka keluar seing terungkap.

Pada luka senapan intraoral ini, perhatikan robekan jaringan memanjang

dari sisi mulut (Gambar 7,115). Robekan ini hasil dari sejumlah besar gas keluar

pada akhir barel pada tekanan tinggi.

Berbeda dengan kepala, kontak luka senapan dari batang tubuh sering

memiliki penampilan yang cukup rusak, kemungkinan terkait dengan sifat elastis

dari jaringan dinding tubuh dan kemampuan dari dada atau rongga perut untuk

dapat menampung sejumlah besar gas yang keluar.

Seorang pria menembak dirinya sendiri di dada dengan senapan 20-gauge.

Dalam Gambar 7,116 perhatikan luka dengan bentuk masuk yang melingkar

disertai abrasi marginal melingkar dan pinggiran eksentrik jelaga pada luka

kontak ini. Di contoh lainnnya,misalnya, 0,410 luka kontak senapan oleh diri

sendiri menimbulkan luka pada dada menunjukkan kulit yang terbakar yang

berasal dari awan gas panas/api yang keluar dari ujung laras (Gambar 7,117).
64

Seorang pria menggunakan 12-gauge shotgun untuk menimbulkan luka

kontak senapan di dadanya menggunakan amunisi buckshot. Perhatikan abrasi

melingkar yang unik yang berdekatan dengan tempat masuk luka (Gambar

7,118). Ini terlihat dalam senapan dengan doublebarrel di mana hanya satu dari

barel yang ditembakkan.

Seperti luka tembak, luka senapan dapat tangensial. Perhatikan ukuran

besar, dan menganganya luka senapan leher pada orang ini (Gambar 7,119).

Perhatikan deposisi jelaga hitam di tepi inferior luka, yang memberikan informasi

mengenai berbagai tembakkan (dekat) dan arah (ke atas).

Rentang intermediate (menengah) hingga jarak jauh

Dalam jarak menengah luka senapan pada bahu (Gambar 7.120),

perhatikan margin agak bergigi dari luka, stippling dalam jumlah besar, dan

tersebar partikel putih kecil dari bahan pengisi. Dalam luka senapan jarak dekat,

luka umumnya melingkar dengan margin tajam karena semua pelet bersama-sama

dan belum menyebar. Sebagai kisaran tembakkan meningkat, pelet secara

bertahap menyebar, untuk yang pertama menghasilkan sebuah "scalloping" dari

tepi luka (di sekitar 2 sampai 4 kaki), kemudian memproduksi "Satelit" secara

terpisah dekat dengan luka pusat (sekitar 3 sampai 5 kaki); ketika cukup jauh,

pelet tidak lagi menghasilkan luka utama sebagai pusat, tetapi membuat

penyebaran luka secara umum dari pelet (Gambar 7,121). Hal ini terjadi pada

kisaran sekitar 8 sampai 10 kaki.

Sebagai kisaran meningkatnya tembakan dan pelet menyebar keluar,

mereka membuat penyebaran yang lebih luas dari luka masuk di tubuh. Pada luka
65

senapan buckshot ini (Gambar 7,122 dan 7,123), perhatikan tidak hanya

penyebaran yang lebih luas dari pintu masuk luka, tetapi juga abrasi berbentuk

spiral pada kulit yang dihasilkan oleh komponen dari cangkang senapan,

kemungkinan besar klep plastik atau gumpalan. Klep plastik atau gumpalan dapat

meninggalkan lecet dengan karakteristik pada kulit yang mungkin memberikan

petunjuk penting untuk kisaran tembakkan. "Tanda kelopak " lecet ini dapat

terlihat jelas jika klep plastik sepenuhnya diperluas ketika mengenai kulit

(Gambar 7,124), atau mungkin cukup tidak terlihat, hadir hanya sebagai kecil

lecet berbentuk kotak pada margin luka (Gambar 7,125 dan 7,126). Tepi klep

plastik memperluas di udara untuk membentuk "salib" yang menyebabkan empat

lecet. Pengecualian untuk ini adalah amunisi 0,410 di mana klep plastik

berekspansi ke hanya tiga kelopak dan, karenanya, akan meninggalkan hanya tiga

lecet.

Dalam penyebaran ini luka buckshot yang membuat lubang pada batang

tubuh tersebut (Gambar 7,127), perhatikan bagaimana orang dapat dengan mudah

membedakan pintu masuk dari luka tembus (Gambar 7,128). Luka pintu masuk

yang melingkar dan memiliki lingkaran lecet marginal (Gambar 7,127). Luka-luka

keluar umumnya seperti celah air mata di kulit dan, setidaknya pada contoh ini,

memiliki beberapa abrasi marjinal, mungkin mewakili penompang keluar

(Gambar 7,128).

Penyebaran luka akibat peluru pada tubuh harus diukur. Ini akan sangat

membantu dalam menentukan jarak tembakan. Selama penyelidikan, jika senapan

yang asli ditemukan, amunisi identik dapat diisi pada senapan tersebut dan tes
66

menembak dengan jarak bervariasi sampai penyebaran serupa dengan tanda

peluru dicapai pada target (Gambar 7.129).

Peluru shotgun biasanya menghasilkan luka yang besar, menganga, bulat

sampai oval (Gambar 7.130) yang tidak jarang memiliki margin tidak teratur.

Pada x-ray, peluru utama sering tampak dalam bentuk koma. Cedera internal yang

dibuat oleh peluru shotgun sangat merusak dan mirip dengan yang dibuat oleh

senapan dengan kecepatan tinggi.

Satu orang harus mengumpulkan sampel yang representatif dari peluru

birdshot untuk dianalisis. Namun, semua peluru buckshot harus dikumpulkan

karena peluru buckshot tampak mirip dengan gambaran peluru pada radiografi,

dan suatu kebutuhan untuk menyingkirkan luka tembak yang bersamaan. Kadang,

gambaran beberapa luka tembak pada tubuh dengan beberapa peluru pada x-ray,

akan ditemukan di otopsi menjadi luka tembakan shotgun jarak jauh dengan

peluru buckshot pada gambaran radiografi.

Radiografi dari Luka Shotgun


67

Gambaran radiografi sangat membantu untuk menentukan di mana peluru

adalah dan ukuran peluru. Perhatikan foto toraks dari orang ini yang ditembak

dengan birdshot (peluru kecil, kiri) dan buckshot (peluru besar, kanan) (Gambar

7.131). Diagnosis banding untuk peluru kecil pada gambaran radiografi harus

mencakup shotgun birdshot, peluru Glaser safety, dan ratshot/snakeshot (varmint

shot). Pada orang ini, perhatikan karakteristik fragmen proyektil berbentuk koma

pada orang ini yang ditembak dengan peluru shotgun (Gambar 7.132).

Meskipun gambaran radiografi akan menunjukkan peluru, mereka tidak

akan menunjukkan komponen lain dari senapan yang mungkin masuk ke dalam

tubuh pada jarak menengah, dekat, dan kontak dengan tubuh. Satu yang harus

dicari secara manual untuk komponen lainnya dari amunisi seperti lengan plastik

atau gumpalan plastik dan karton atau gumpalannya. Identifikasi komponen

amunisi ini di jaringan memberikan informasi lebih lanjut mengenai berbagai

jarak tembakan dan jenis amunisi yang digunakan.

Perhatikan banyaknya bekas luka dipermukaan yang kecil, tersebar yang

diidentifikasi pada pinggul pria setengah baya yang meninggal karena sebab
68

alamiah (Gambar 7.133 dan 7.134). Gambaran radiografi mengungkapkan luka

senapan jarak jauh pada pinggul dengan birdshot (Gambar 7.135). Bekas luka

kecil yang telah sembuh sebenarnya merupakan luka akibat jalan masuk peluru.

Senapan Angin

Senapan angin dapat dibagi menjadi kecepatan rendah (seperti senapan

rimfire kaliber 22) dan kecepatan tinggi, yang meliputi senapan centerfire 0.30-

30, 0.308, .30-06, 0.223, dan AK-47. Senapan kecepatan tinggi ini memiliki

kecepatan dengan kisaran 2.000-3.500 kaki/detik, yang bertentangan dengan


69

senapan kecepatan rendah 0.22 dan kebanyakan pistol, yang memiliki kecepatan

pada kisaran 1.200 kaki/detik atau kurang. Senapan kecepatan tinggi dapat

menghasilkan berbagai luka destruktif. Luka masuk biasanya kecil, tetapi cedera

internal sering menunjukkan kerusakan jaringan yang luas luas.

Proyektil sering berupa fragmen-fragmen dalam tubuh dan x-ray mungkin

menunjukkan gambaran "badai salju" dari fragmen yang tersebar sepanjang jalan

proyektil sebagai bagian proyektil yang terlepas selama perjalanan melalui

jaringan. Proyektil tidak perlu mengenai tulang untuk ini dapat terjadi.

Fragmentasi diubah menjadi energi destruktif yang disampaikan ke jaringan, dan

dengan kecepatan peluru tinggi (ingat kembali persamaan bahwa energi sama

dengan setengah massa sebuah obyek dikalikan dengan kuadrat dari

kecepatannya: E = 1/2mc2), maka tidak mengherankan bahwa muncul kerusakan

jaringan tersebut. Kerusakan jaringan yang jauh dari jalan masuk peluru

muncul dari rongga besar sementara (dan gelombang tekanan), yang dibuat ketika

peluru diperlambat oleh jaringan, dan dari energi yang disampaikan ke jaringan.

Organ dapat terkoyak dan cedera jaringan yang jauh dari jalur peluru sebenarnya.

Luka kontak dari kepala, dada, dan perut terutama sangat menghancurkan,

dengan kerusakan jaringan yang luas yang dihasilkan dari gas tekanan tinggi yang

keluar dari moncong, dan rongga besar sementara yang dihasilkan oleh peluru.

Luka masuk akibat tembakan jarak jauh biasanya berukuran kecil yang

berlawanan dengan kerusakan jaringan internal yang ekstensif. Terkait dengan

kecepatan tinggi, banyak luka dari senapan berkekuatan tinggi merupakan luka
70

perforasi (tergantung pada amunisi, jaringan yang cedera, dll), dan luka keluar

biasanya tidak teratur dan lebih besar dari luka masuk.

Pada luka senapan bertenaga tinggi (Gambar 7.136 dan 7.137), perhatikan

luka masuk melingkar dengan tepi abrasi di depan dada dan luas, menganga,

dengan luka keluar di ketiak.

Ketika senapan dengan kecepatan tinggi pertama kali menembus target

perantara, peluru menjadi berbelok dan arahnya menjadi tidak teratur. Ini biasanya

akan menghasilkan luka yang lebih besar, tidak teratur, disertai dengan defek

satelit karena fragmentasi parsial dari peluru atau fragmen dari perantara

yang mengenai kulit. Ini sering terjadi pada individu yang ditembak saat berada di

kendaraan bermotor atau melalui pintu atau dinding sebuah bangunan.

Karena fragmen peluru yang tersisa dalam tubuh biasanya sudah rusak

berat, kita mungkin tidak menemukan potongan timah yang lebih besar dan/atau

selongsong seperti yang terlihat di luka reguler, luka tembakan kecepatan rendah.
71

Upaya harus dilakukan untuk menemukan fragmen yang lebih besar dari proyektil

dan selongsong.

Shotgun dan senapan angin berkekuatan tinggi sering memiliki panjang

barel, dan dalam kasus melukai diri sendiri, mungkin dipertanyakan apakah

lengan individu cukup panjang untuk mampu menarik pelatuk sendiri. Kita harus

melakukan pengukuran pada lengan saat otopsi. Jarak dari pintu masuk luka ke

ujung jari tengah lengan terentang harus juga diukur. Tapi ingat bahwa orang-

orang memiliki banyak akal dan bahwa ada banyak cara yang berbeda dalam

menarik pelatuk, apakah dengan menggunakan jari kaki, tongkat (Gambar 7.138

dan 7.139), atau objek lain.

Tips untuk autopsy pada kasus dengan luka senapan kecepatan tinggi

- Pertama, mengidentifikasi kemungkinan luka senapan-kecepatan tinggi

berdasarkan casing ditemukan di lokasi kejadian.

- Mengharapkan untuk melihat badai salju memimpin pada x-ray.

- Recover fragmen yang lebih besar dari proyektil dan mengesampingkan setiap
72

Jenis lain dari luka tembak.

- Mengharapkan untuk melihat luka masuk kecil ditambah dengan luas

kerusakan jaringan internal.

Lakukan

• Lihatlah gambaran radiografi sebelum memulai otopsi untuk mengidentifikasi

jenis proyektil (dan fragmen) dan lokasinya.

• Carilah di bawah payudara pada wanita, di sekitar dan di bawah skrotum pada

pria, untuk mengidentifikasi luka perforasi tersembunyi dan luka masuk kembali.

• Lihat di aksila, dinding hidung, dan daerah lipatan pada daerah selangkangan/

perineum untuk luka keluar yang tersembunyi dan luka masuk kembali.

• Pertimbangkan kemungkinan luka masuk kembali dalam dada atau perut ketika

ada luka tembak perforasi pada ekstremitas atas.

• Periksa lagi semua luka tembak untuk interpretasi pintu masuk dan keluar luka

meskipun dokter IGD atau ahli bedah trauma mungkin sudah mendokumentasikan

interpretasi mereka di rekam medis rumah sakit.

• Ingatlah bahwa tidak semua lubang pada korban tembak yang meninggal di

rumah sakit adalah luka akibat proyektil, mungkin iatrogenik.

• Ingatlah bahwa tidak semua proyektil pada radiograf memang akibat tembakan

saat ini, tetapi mungkin dari luka tembakan tua.


73

• Menetapkan jalur proyektil yang melalui organ dan jaringan sebelum anda

mengeluarkan organ-organ dalam tubuh.

• Ukur penyebaran luka peluru (dari shotgun) sehingga jika senjata tersebut

tersedia, mungkin dapat dilakukan percobaan tembakan untuk menentukan jarak

tembakan yang lebih akurat.

• Periksa semua peluru shotgun tipe buckshot untuk menyingkirkan

luka peluru yang mirip.

• Gunakan penunjuk pada rongga tubuh untuk membantu demonstrasi jalur

proyektil (Gambar 7.140).

• Periksa kembali luka untuk membantu dalam mengetahui karakterisasi mereka

(Gambar 7,141 dan 7,142)

.
74

Jangan

• Cocokkan luka masuk dan keluar berdasarkan pemeriksaan luar sendiri. Jalur

peluru dalam tubuh harus diverifikasi.

• Letakkan probe melalui kepala, dada, atau perut sebelum pemeriksaan organ in

situ.

• Tekan probe melalui jaringan longgar karena ini bisa menghasilkan trek

artifactual dengan arah yang salah.

• Taruh probe sampai jalur jaringan luka telah diverifikasi; probe dapat

ditempatkan mengikuti isi dalam tubuh untuk menunjukkan jalan proyektil ini.

• Terima interpretasi pintu masuk dan keluar luka dari catatan rumah sakit; buat

kesimpulan sendiri dari pemeriksaan luka langsung.

• Bedah organ sampai anda telah selesai mendokumentasikan jalur dari proyektil

karena anda mungkin perlu organ untuk sumber referensi.

• Lupakan untuk mencari komponen senapan yang tidak terlihat pada radiografi

seperti plastik dan gumpalan serat.

• Hati-hati bila terhalangi oleh sejumlah besar kerusakan jaringan yang

disebabkan oleh luka kontak shotgun atau luka senapan angin; rekonstruksi

dengan cermat jaringan sering akan menemukan pintu masuk (dan keluar) luka.
75

• Pengambilan proyektil dengan instrumen logam seperti tang, pisau bedah, klem,

dll, bisa mendistorsi tanda pada timah proyektil dan selongsong logam
76

Secara teknis, semua orang meninggal karena asfiksia. Pada poin ini, timbul baik

dari penyakit alamiah, cedera, toksisitas obat, atau kombinasi keduanya, di mana

aliran darah ke dan dari otak, jantung, dan organ lainnya tidak cukup, dan asfiksia

terminal adalah titik akhir kehidupan. Namun, dalam sebagian besar kasus-kasus

ini, kematian tidak dikaitkan dengan asfiksia, melainkan kondisi yang mendasari

yang mengarah ke berhentinya pernapasan (seperti infark miokard, pecahnya

aneurisma arteri serebral, keracunan obat, atau beberapa luka tembak). Kematian

dikaitkan dengan asfiksia hanya ketika asfiksia itu sendiri adalah kondisi yang

secara langsung menyebabkan kematian.

Asfiksia mungkin akibat dari sejumlah keadaan yang bervariasi. Ini

mungkin timbul dari menghirup udara dengan kadar oksigen rendah, dari

kompresi saluran udara eksternal (hidung dan mulut), dari obstruksi internal

saluran udara, dari kompresi eksternal leher atau dada, atau dari posisi tubuh yang

tidak benar. Asfiksia kimiawi telah dikaitkan dengan racun seperti karbon
77

monoksida dan sianida yang bekerja pada tingkat molekuler dan seluler dengan

menghambat pengiriman oksigen ke jaringan. Tidak biasa bagi mekanisme yang

berbeda dari asfiksia terjadi bersama-sama dalam kasus yang sama. Karena

beberapa jenis asfiksia mungkin tidak meninggalkan temuan pada pengamatan

otopsi, investigasi TKP yang tepat dapat menjadi sangat penting. Dalam beberapa

kasus asfiksia, jika TKP telah diubah, dan cara dengan mana asfiksia dibuat

dihapus, pemeriksa mungkin tidak dapat menentukan penyebab kematian.

Asfiksia (Bahasa Yunani untuk "sesak napas") didefinisikan sebagai

kekurangan oksigen dalam darah atau kegagalan sel untuk memanfaatkan

oksigen, dan kegagalan tubuh untuk menghilangkan karbon dioksida.

Kematian karena asfiksia umumnya dibagi menjadi beberapa kategori berbeda

berdasarkan sifat penyebab tidak adekuatnya pernafasan. kematian karena asfiksia

terdiri dari mati lemas, dibekap, tersedak, asfiksia posisi, asfiksia mekanik,

asfiksia traumatik, gantungan, pencekikan, dan asfiksia kimiawi. Kematian karena

asfiksia memiliki spektrum dari yang jelas ke yang tidak mencolok.

Temuan otopsi asfiksia pada umumnya spesifik, tapi mungkin termasuk temuan

seperti petechiae dan sianosis. Temuan ini mungkin tidak kentara atau tidak dapat

diidentifikasi sama sekali. Bahkan, informasi yang dibutuhkan untuk diagnosis

asfiksia dan, karenanya, penyebab kematian, mungkin ditemukan dalam

investigasi TKP dan keadaan dari kematian (lihat Bab 2). Dalam kasus di mana

tubuh korban masih di TKP, penyelidikan TKP harus mencakup visualisasi dari

tubuh dan faktor lingkungan yang segera menyebabkan asfiksia sebelum tubuh
78

dipindahkan. Foto-foto bisa menjadi bantuan yang baik untuk

mendokumentasikan keadaan kematian asfiksia.

Petechiae

Temuan otopsi pada kasus asfiksia sering termasuk petechiae (perdarahan

pinpoint) dari bola mata dan/atau konjungtiva palpebra dan jarang pada kelopak

mata atau area lain dari wajah, leher, atau daerah lain pada tubuh. Ketika

petechiae terlihat pada kulit wajah atau kelopak mata, petechiae pada konjungtiva

juga hampir selalu ada. Sebagai contoh, orang pada Gambar 8.1 meninggal

karena asfiksia. Perhatikan petechiae dari konjungtiva bulbaris. Pada Gambar

8.2, perhatikan petechiae konjungtiva palpebra. Petechiae diyakini hasil dari

pecahnya venula dan kapiler ketika pengembalian darah vena dari kepala

terhambat, sedangkan aliran darah arteri ke kepala dipertahankan. Hal ini tidak

sulit untuk diinduksi, karena dibutuhkan lebih sedikit tekanan untuk menekan dan

memblokir tekanan rendah vena jugularis yang berdinding tipis dari tekanan

tinggi otot arteri karotis yang berdinding tebal. Kompresi selektif hanya pada

terjadi pada vena jugularis hasil peningkatan tekanan dalam pembuluh darah kecil

kepala, akhirnya menyebabkan ruptur.1,2 Mekanisme yang sama dalam

pembentukan petechiae bertanggung jawab untuk pembentukan petechiae di

tangan dan pergelangan tangan dari orang ini (Gambar 8.3). Pada skenario ini,

petechiae dapat dikaitkan dengan kompresi vena dan obstruksi yang disebabkan

oleh tourniquet atau tekanan darah manset pada lengan atas. Petechiae mungkin

juga dapat dilihat pada mukosa yang melapisi sinus sphenoid (Gambar 8.4).
79

Harus diingat bahwa meskipun petechiae umumnya terlihat dalam kasus

asfiksia, mereka bukan merupakan tanda diagnostik pasti dari kematian karena

asfiksia.1 Mereka dapat pula dilihat pada kematian nonasfiksia seperti beberapa

bentuk penyakit jantung yang fatal, beberapa korban yang terbakar, dan pada

mereka dengan koagulopati.3,4 Hal ini sama pentingnya untuk memperhatikan

petechiae yang mungkin tidak ditemukan dalam kematian karena asfiksia.

Petechiae juga dapat terjadi sebagai gambaran postmortem dalam tubuh yang

ditemukan dalam posisi tiarap. Hal ini karena ketika tubuh tiarap, kumpulan darah

di jaringan wajah dapat menyebabkan pembuluh darah kecil menggembung dan

akhirnya pecah, membentuk petechiae. Catatan pada sebagian besar wajah,

periorbital, dan petechiae pada konjungtiva/perdarahan pada wanita tua ini yang

meninggal karena penyakit kardiovaskular aterosklerotik (Gambar 8.5 dan

8.6). Dia ditemukan tewas, berbaring tiarap di tempat tidurnya. Sebuah diseksi
80

leher bagian depan negatif (Gambar 8.7), dan tidak ada bukti cedera dan tidak

ada kecurigaan adanya pembunuhan.

Dalam contoh ini (Gambar 8.9 melalui 8.10), seorang pria paruh baya

ditemukan tertelungkup setelah mati karena kombinasi penyakit jantung dan

keracunan obat. Lihat adanya kongesti yang nyata pada wajahnya (Gambar 8.8),

dengan perdarahan sklera dan petechiae pada konjungtiva (Gambar 8.9). hasil

diseksi pada leher dengan rinci negatif (Gambar 8.10).

Meskipun tidak spesifik, petechiae dalam hubungannya dengan investigasi

yang tepat, TKP, dan temuan otopsi lainnya, sering dianggap tambahan bukti

asfiksia. Dengan tidak adanya informasi investigasi lainnya, nilai petechiae

dianggap tidak begitu bermakna.


81

Mati Lemas

Sufokasi adalah istilah yang luas meliputi banyak jenis asfiksia yang berbeda.

Telah digunakan untuk mewakili kasus terjebak, terhirup gas, pembekapan,

tersedak, asfiksia mekanik, dan asfiksia traumatik. Karena istilah mati lemas dan

asfiksia yang sangat luas, pemeriksa harus berusaha untuk menetapkan kematian

asfiksia dengan deskripsi yang sedetail mungkin.

Terjebak

Terjebak adalah jenis mati lemas dimana seorang individu di dalam ruang kedap

udara atau relatif kedap udara dan secara bertahap mengkonsumsi oksigen yang

tersedia sampai tidak ada lagi cukup oksigen untuk mempertahankan hidup.

Dalam beberapa tahun terakhir, kasus terjebak terjadi jika anak kecil yang

terperangkap di dalam kulkas kedap udara dan tidak dapat keluar. Hari ini, dengan

munculnya desain kulkas yang lebih aman, kematian seperti ini jarang terjadi.

Terjebak dapat terjadi pada penumpang gelap atau wisatawan lain di kereta api,

khususnya di gerbong yang dirancang untuk membawa cairan atau bubuk yang

perlu kondisi kedap udara atau segel hampir kedap udara. Individu yang
82

ditunjukkan pada Gambar 8.11 ditemukan pada mobil rel semen yang kosong

(hopper) dengan keadaan tertutup rapat. Perhatikan bahwa dalam kematian karena

terjebak, unsur hipertermia dan/atau dehidrasi juga ada, bersama-sama dengan

asfiksia, berujung pada kematian seseorang.5 Faktor lainnya mungkin memainkan

peran penting dalam kematian, terutama ketika seseorang berada dalam

lingkungan yang panas. Cara kematian dalam kasus ini mungkin akibat

kecelakaan atau pembunuhan, tergantung pada apakah ada orang lain yang

bertanggung jawab terhadap kematian seseorang atau tidak, baik melalui tindakan

seseorang langsung atau karena kelalaian.

Bentuk lain dari mati lemas melibatkan terciptanya lingkungan hipoksia

lokal dalam kantong plastik yang diikat di sekitar kepala dengan erat. Pada kasus

mati lemas karena bunuh diri ini (Gambar 8.12 dan 8.13), perhatikan kantong

plastik bening pada pemuda ini ditempatkan di atas kepalanya. Ujung yang

terbuka pada kantong plastik ditutup erat dengan karet gelang pada leher. Seperti

yang dianjurkan dalam buku panduan bunuh diri Final Exit,6 lihat masker pada

hidung dan mulut (untuk menjaga kantong plastik menempel pada wajah) dan

kain lap di belakang leher (direndam dalam air dingin untuk kenyamanan). Dalam

kasus ini, asfiksia ditingkatkan oleh konsumsi pil tidur atau obat lain yang

menginduksi tidur atau tidak sadarkan diri. orang itu lebih lanjut diinstruksikan

untuk memegang karet gelang jauh dari leher sehingga dia bisa bernapas dengan

nyaman. Setelah obat mulai bekerja dan orang tersebut tertidur, tangannya jatuh,

dan karet gelang kemudian terikat di leher, menyebabkan kondisi kedap udara,

dan akhirnya menyebabkan sesak napas. Pengujian toksikologi dapat


83

mengungkapkan etanol, ansiolitik, atau sedatif yang digunakan tidak hanya untuk

menginduksi tidur atau menyebabkan orang kehilangan kesadaran, tetapi juga

untuk relaksasi dan untuk membantu orang untuk mentolerir suatu masalah

menjadi lebih baik.6-8 Bentuk bunuh diri seperti ini mungkin lebih umum pada

lansia atau orang yang lemah karena tidak menyebakan nyeri dan kemudahan

menemukan kantong plastik.7

Dalam kasus mati lemas yang diinduksi dengan cara ini, karena tidak

adanya kompresi mekanik yang signifikan yang terjadi pada leher, petechiae tidak

ditemukan. Dari rangkaian 30 kasus mati lemas yang menggunakan kantong

plastik, petechiae ditemukan hanya pada 5 kasus.8 Dalam kasus lainnya dari jenis

kematian yang sama, hanya 7 dari 93 kasus ditemukan petechiae pada konjungtiva

atau wajah. Menjadi suatu keharusan untuk mengingatkan bahwa jika seseorang

melakukan bunuh diri dengan cara seperti ini, dan pengasuh, teman, atau anggota

keluarga menghilangkan kantong plastik dan barang-barang yang terkait, ada

kemungkinan akan tidak adanya indikasi kejadian asfiksia. Jika orang memiliki

usia yang sudah tua/adanya penyakit alami, kematian mungkin disebabkan

penyakit alami tanpa perlu kinerja dari studi otopsi atau toksikologi. tergantung

pada durasi dan ketatnya ikatan karet gelang, kesan samar mungkin tetap pada

leher (Gambar 8.14). Pengamatan ini sangat penting terutama pada kasus di mana

alat-alat seperti itu mungkin telah digunakan, namun dilepas sebelum kedatangan

pemeriksa medis.
84

Dua kategori umum mati lemas karena gas pada kasus di mana gas

menggantikan oksigen, yang mengarah campuran udara penyebab hipoksia, dan

kasus-kasus di mana zat yang mencegah sel untuk memanfaatkan oksigen. Gas

seperti helium dapat menggantikan oksigen, menciptakan campuran udara

penyebab hipoksia dan menyebabkan kematian. Tipe lain dari mati lemas karena

gas dapat ditemukan pada individu yang bekerja di ruang terbatas di mana oksigen

dapat secara bertahap digunakan atau digantikan oleh gas-gas lain. Contohnya

adalah pekerja yang pingsan tak lama setelah turun ke dalam tong atau selokan

tanpa alat bantu pernapasan yang tepat. Dengan konsentrasi oksigen yang sangat

rendah, seseorang dapat kehilangan kesadaran dengan cepat. Ketidaktahuan rekan

kerja dan personil penyelamat untuk membantu bisa mempercepat kekurangan

oksigen dan setiap kombinasi yang mungkin menimbulkan gas beracun. Dalam

beberapa kasus, gas itu sendiri mungkin mematikan.

Dalam kasus keracunan karbon monoksida, peningkatan jumlah karbon

monoksida yang dihirup, yang mengikat hemoglobin sel darah merah, mencegah

ikatan dengan oksigen dan penggunaannya oleh jaringan tubuh. Dalam kasus
85

rusaknya unit pemanas tempat tinggal atau asap pembuangan kendaraan terhirup,

jaringan dan darah memiliki warna cherry-red cerah karena penurunan

kemampuan sel darah merah untuk melepaskan oksigen. Dalam kasus rumah atau

kendaraan yang terbakar dan melibatkan terbentuknya asap (dan, karenanya,

karbon monoksida) dan inhalasi, mungkin ada temuan tambahan jelaga hitam di

saluran nafas (Gambar 8.15). (Lihat Bab 10 dan 21 untuk diskusi tambahan pada

kematian karena karbon monoksida).

Pendekapan

Pendekapan adalah bentuk mati lemas di mana saluran udara eksternal

(hidung dan mulut) yang ditekan atau diblokir, mencegah inspirasi udara.

Pendekapan terjadi dengan berbagai bentuk, dan mungkin melibatkan seseorang

secara fisik dengan menempatkan tangan mereka atau objek lain pada hidung dan

mulut korban, menutup dengan plester atau bahan lainnya pada seluruh wajah

(Gambar 8.16), atau mengompresi saluran nafas eksterna dengan cara lainnya.

Air mata dan memar di bibir, pipi, dan/atau mukosa gingiva

mungkin menunjukkan adanya perlawanan selama proses pendekapan tersebut.

Selain itu mungkin ada perdarahan dari hidung, lecet pada hidung atau wajah, atau

patah tulang hidung. Karena mungkin adanya kekurangan pada temuan otopsi,

pemeriksaan TKP penting dilakukan. Penting untuk menyadari hal-hal seperti

cairan berdarah atau lipstik yang ulas di dekatnya, artikel lain dari tempat tidur,

atau bahan lainnya.


86

Tersedak

Tersedak adalah bentuk asfiksia di mana saluran nafas internal tersumbat.

Tersedak mungkin membunuh jika benda ditempatkan di mulut dan/atau faring,

tetapi kebanyakan kasus tersedak terjadi tidak sengaja dan sering melibatkan

orang yang lemah atau orang mabuk, sering tanpa gigi atau dengan gigi palsu,

makan makanan berlebihan atau makan terlalu cepat. Bolus makanan biasanya

besar, sering terlalu besar untuk masuk trakea, dan menjadi tertahan di

posterior hipofaring, menghalangi glotis dan kerongkongan. Dalam skenario ini,

orang kadang-kadang bisa menghembuskan nafas, tapi tidak bisa menghirup.

Dalam kasus lain, yang menghambat tersebut bolus makanan (atau benda lain)

masuk ke dalam, dan menyumbat, trakea atau bronkus. Perhatian tertentu harus

diingat untuk kemungkinan tersedak saat skrining kasus yang dilaporkan ke

departemen pemeriksa medis di mana kematian terjadi saat makan atau saat

duduk di dapur atau meja makan dengan makanan di atas meja. Ini disebut

sebagai "café coronary".


87

Tersedak pada orang dewasa dapat berakibat fatal, meskipun dilakukan upaya

resusitasi. Ketika kematian adalah karena tersedak, kita harus mempertimbangkan

kondisi apa yang berkontribusi atau cenderung terjadi pada orang tersedak.

Kondisi tersebut termasuk keracunan alkohol atau obat-obatan dan berbagai

gangguan fisik dan/atau gangguan mental yang mendasari.

Tersedak tidak jarang terjadi pada bayi dan balita, karena dalam rentang usia ini

mereka dapat menempatkan berbagai bahan non-pangan di mulut mereka.

Selanjutnya, gigi mereka belum ada atau belum sempurna, kemampuan

mengunyah mereka terbatas, dan mereka mungkin mencoba untuk makan

makanan yang tidak pantas. Balita ini diberi makan buah anggur oleh ibunya

(Gambar 8.17). Anggur tersebut tidak dikunyah dan tersangkut di orofaringnya.

Pria muda ini, yang secara mental telah matang, tersedak kantong plastik.

Perhatikan bagaimana kantong plastik menjadi kusut dan terjepit di orofaringnya

(Gambar 8.18). Ketika kerongkongan dibuka (Gambar 8.19), diketahui bahwa

kantong plastik sebagian tertelan dibawah esofagus. Di orang dewasa yang sehat,

tersedak biasanya karena memakan potongan daging yang terlalu cepat, kadang-

kadang pada keadaan mabuk. Pada orang lanjut usia, penyakit neurodegenerative

seperti Penyakit Parkinson dan penyakit Alzheimer, sering bersamaan dengan gigi

palsu lepas atau yang dipasang karena gigi alami yang tidak ada, mungkin faktor

tersebut yang membuat tersedak. Dalam beberapa catatan kasus, saat mengunyah

jeruk kemudian tersangkut dalam kerongkongan. dalam hal ini kebanyakkan pada

orang tua terjadi saluran udara bagian atas. Ini mungkin juga terjadi selama

kontraksi otot tidak teratur dan relaksasi yang terjadi selama beberapa waktu.
88

pentingnya terletak pada seberapa mengenalnya dan tidak disalahartikan sebagai

antemortem tersedak serta menyebabkan kematian.

Sangat menarik untuk dicatat bahwa makanan yang asing bagi tubuh bisa

menyebabkan kematian bukan hanya karena tersedak, melainkan oleh

pembesaran esofagus. Dalam skenario ini, mekanisme kematian bukan karena

obstruksi pada saluran pernsafasan, melainkan refleks vagal yang diperantarai

oleh bradikardia, detak jantung tak beraturan, bronkospasme, kejang, atau

mekanisme lain. Mekanisme yang terjadi adalah stimulasi distensi esofageal yang

dimediasi kemoreseptor di dinding kerongkongan menyebabkan vagal aliran

keluar yang berakhir di medula, di mana jalur impuls saling tumpang tindih

dengan organ-organ dari saluran pernapasan dan jalur jantung, menyebabkan

bradikardia, disritmia, atau bronkospasme. mekanisme ini yang melibatkan

pembesaran esofagus penting dapat mendatangkan detrimental- dan response.

mungkin fatal cardiopulmonary refleks vagal muncul tidak hanya

dikerongkongan, melainkan juga dari faring dan laring. Ini juga dapat membantu

menjelaskan mengapa dalam beberapa kasus tersedak karena saluran napas atas

yang mengalami obstruksi, kematian tampaknya terjadi lebih cepat daripada

kekuatan diharapkan dari distensi esofagus dan kemungkinan respon yang fatal

dari cardiopulmonary
89

Posisi, mekanik, dan asfiksia traumatik

traumatic asphyxia

Asfiksia mekanik

Asfiksia mekanik adalah istilah umum digunakan untuk berbagai situasi

kekurangan oksigen, tetapi dalam banyak kasus yang terjadi bahwa posisi tubuh

sedemikian rupa sehingga pernafasan terganggu (posisi asfiksia) atau tekanan dari

luar yang cukup ditempatkan pada dada, leher, atau area lain dari tubuh untuk

membuat kesulitan bernafas atau tidak mungkin dilakukan. Dalam beberapa

kasus, asfiksia mekanik juga mengacu pada tekanan dileher sehingga

terganggunya suplai darah ke otak dan gangguan pernapasan. Dalam kasus di

mana adanya tekanan pada dada (biasanya dari besar, berat benda), istilah asfiksia

traumatik digunakan, meskipun asfiksia mekanik juga harus diperhatikan tapi

kemungkinan bahwa lebih dari satu mekanisme asfiksia terlibat dalam kematian .

Juga, sebagai akibat dari berbagai definisi untuk subtipe asfiksia, kematian

konvensi sertifikasi yang untuk jenis kematian akan sangat bervariasi diantara

kantor dan individu kesehatan pemeriksa.

Dalam kasus dengan tekanan dari luar yang di dada, daerah yang tertekan

dari dada bagian atas, leher, dan wajah tampak lebih padat dan sianosis dan sering

ada bintik-bintik Tardieu dan petechiae dekat persimpangan dari tekanan jaringan

/ terkompresi. bintik Tardieu adalah petechiae yang lebih besar terlihat pada

berbagai kondisi dan, seperti petechiae, tidak spesifik. Meskipun jumlah tekana ke
90

dada mungkin kecil, akan cukup untuk mencegah ekspansi yang memadai

(excursion) dari tulang rusuk saat bernafas. Hal ini dapat dilihat pada individu

yang terjepit ditempat yang sempit seperti dicerobong asap, terowongan kecil,

atau gang sempit lainnya. Diskenario ini, informasi yang paling penting yang

diperoleh dari penyelidikan, karena mungkin tidak ada temuan signifikan pada

otopsi.

Wanita muda yang ditunjukkan pada adalah terjebak dibawah kendaraan

bermotor setelah itu berguling. Dia punya petekia pada wajahnya dan konjungtiva

dan tidak ada internal yang cedera. Dia meninggal karena asfiksia mekanik (istilah

asfiksia traumatik juga mungkin tepat). Dalam kasus traumatis asfiksia, kekuatan

tekan yang parah diaplikasikan langsung pada dada, menghambat respirasi

(seperti dalam seseorang terjepit di bawah benda berat seperti sepotong terguling

peralatan), dan individu biasanya tidak ada cedera traumatik internal yang serius.

dalam beberapa kasus, bagaimanapun, patah tulang rusuk dan cedera yang lainnya

telah dilaporkan.

Posisi Asfiksia

Posisi asfiksia terjadi ketika seorang individu pada posisi tubuh tertentu di

mana pernapasan mereka terganggu, sering karena lehernya tertekuk atau terjadi

tekanan pada trakea atau peninggian lidah ke dalam hipofaring posterior.

meskipun posisi asfiksia ini dapat terjadi dalam banyak sekali keadaan, asfiksia

posisi klasik sering melibatkan individu yang sering mabuk dan mereka terjatuh
91

ke celah sempit sehingga leher mereka tertekuk atau bengkok, sehingga

pernafasan terganggu. Dalam hal ini asfiksia posisional (Gambar 8.24), pemuda

menjadi terjebak dibawah roda dan diRoda juga truknya sebagaimana yang back

up setelah yang tersisa di gigi. Tidak ada luka penting. Di kasus lain asfiksia

posisi, pemuda ini jatuh ke bawah mobil, lehernya terikat diantara batang pohon

berbentuk "V" , terjadi hambatan jalan napas dan / atau suplai darah ke kepala.

Penggantungan dan Pencekikan

Gantung dan pencekikan merupakan sebuah kategori dari kematian dengan

asfiksia yang ditandai dengan tekanan eksternal pada leher yang memampatkan

saluran napas dan / atau pembuluh darah yang memberikan aliran darah ke

kepala. Arteri karotis tertekan diantara gaya yang diterapkan pada leher dengan

permukaan keras pada tulang leher bagian anterior.Gantung melibatkan

penekanan pada struktur leher oleh sebuah tali yang ditempatkan di sekitar leher

yang akan tertarik dengan bantuan dari seluruh atau sebagian berat badan.

Meskipun sebagian besar gantung merupakan cara bunuh diri, jangan berharap

untuk menemukan catatan bunuh diri, karena hal ini terjadi pada kurang dari 50

persen kasus. Pencekikan melibatkan penekanan pada struktur leher oleh kekuatan

lain selain berat tubuh sendiri dengan meremas atau dengan menggunakan sebuah

tali. Pencekikan merupakan bentuk pembunuhan yang biasa terjadi. Faktor

asfiksia yang sering ditemukan pada kasus gantung dan pencekikan merupakan

bentuk dari obstruksi dari laring oleh perpindahan dari lidah dan faring ke arah

atas yang disebabkan oleh gaya konstriksi pada sekitar leher.


92

Meskipun petekie dapat ditemukan pada wajah dan konjungtiva pada

kasus gantung dan pencekikan, mereka lebih umum dan lebih menonjol pada

kasus pencekikan. Ini adalah mungkin karena sifat perlawan oleh korban

pencekikan, dengan hasil yang intermiten dan oklusi yang variabel dari arteri

karotis dan jugularis. Ketika vena jugularis tersumbat, tapi arteri karotis tetap

paten, tekanan menumpuk divenula cephalic dan kapiler (proksimal ke obstruksi

vena jugularis), mendukung pembentukan dari peteki. Hal ini berbeda dengan

gantung, di mana lebih memungkinkan obstruksi yang lengkap, secara simultan,

dan kompresi yang berkepanjangan dari kedua arteri karotis dan vena jugularis.

Dengan adanya kompresi dari kedua arteri dan vena di leher, tidak ada perbedaan

tekanan intravaskular yang signifikan, dan pembentukan petechiae menjadi tidak

istimewa.

Kecepatan timbulnya ketidaksadaran dan waktu sampai kematian sangat

bervariasi, tergantung pada seberapa besar efektivitas penekanan pada arteri

karotis dan / atau saluran napas. Penekanan pada leher dapat mengakibatkan

hilangnya kesadaran dalam hitungan 5 sampai 10 detik dari sumbatan pada arteri

karotis, meskipun detak jantung cenderung tetap selama beberapa menit. Terlepas

dari cara terjadinya asfiksia, kematian biasanya akan terjadi dalam waktu 3

sampai 5 menit dari gawat napas. Karena perkiraan ini sangat tergantung pada

efektivitas terjadinya asfiksia dan penyakit mendasar yang dialami individui,

waktu kematian menjadi sangat bervariasi. Juga, jika korban adalah berjuang

keras melakukan perlawanan, mereka mungkin lebih cepat mengkonsumsi


93

cadangan oksigen dalam darah yang terbatas dan, karena itu, memiliki waktu

hidup yang lebih singkat.

Dalam gantung dan pencekikkan, seseorang harus melakukan pemeriksaan

eksternal dan internal leher dengan baik dan mendokumentasikannya dengan baik,

dengan atau tanpa adanya cedera. Jika sebuah tali berada di sekitar leher, hal itu

harus difoto dengan daerah sekeliling leher sebelum tali tersebut dipindahkan.

Pengikat tersebut kemudian dipotong di lokasi yang jauh dari setiap simpul dan

dikeluarkan dari tubuh. Memotong tali pengikat yang jauh dari simpul membantu

menjaga integritas dari simpul. Ujung-ujung dari tali pengikat yang telah dipotong

kemudian diikatkan satu sama lain dengan tali atau ditempel kembali bersama-

sama dan disimpan sebagai barang bukti.

Pembedahan lapisan leher

Pembedahan leher terdiri dari beberapa tahapan, hati-hati dalam memotong

jaringan dilakukan dengan baik dan didokumentasikan dengan atau tanpa adanya

cedera. Setelah pemeriksaan secara hati-hati, dokumentasi, dan pemotretan dari

leher serta cedera yang didapatkan, pada kulit dan jaringan subkutan yang

terpantul pada otot rangka yang mendasari sepanjang fasia (Gambar 8.27). Diikuti

dengan pembukaan dari otot leher bagian anterior, otot-otot tersebut kemudian

dibedah untuk dibuka satu per satu pada lapisan demi lapis, bertahap sepanjang

bidang fasia sampai tulang rawan tiroid dan trakea kelihatan (Gambar 8.28).

Bersamaan dengan hal ini, lidah, tulang hyoid, dan laring diangkat sebagai satu

unit. Lidah selanjutnya dapat dipotong secara melintang dan dipisahkan dari
94

tulang hyoid. Tulang hyoid kemudian dipisahkan dari tulang rawan tiroid dan

jaringan lunak secara hati-hati kemudian dilepaskan untuk melihat adanya fraktur.

Selama proses pemotongan, perawatan tertentu harus diberikan untuk setiap

daerah dengan perdarahan, dan dilakukan pengambilan foto bila diperlukan.

Ujung tanduk bagian superior dari tulang lunak tiroid dilakukan palpasi secara

perlahan dan jaringan faring diambil. Lamina tiroid dan kartilago krikoid

dilakukan pemeriksaan untuk adanya cedera, dan kartilago krikoid dipisahkan.

Kemudian, kartilago tiroid dibuka secara posterior, dan mukosa laring diperiksa.

Lebih baik untuk melakukan diseksi leher sebagai salah satu prosedur

otopsi terakhir, setelah toraks dan abdomen serta otak telah diangkat. Hal ini

memungkinkan untuk drainase darah dari jaringan leher dan memberikan

perdarahan lebih sedikit, oleh karena itu, leher bagian anterior lebih bersih pada

saat pembedahan. Pemotongan otot anterior leher dan pemotongan berikutnya dari

jaringan faring, tulang hyoid, dan tulang rawan tiroid harus dilakukan oleh

prosector, dan tidak pernah didelegasikan kepada teknisi otopsi. Dengan cara ini,

cedera bisa secara optimal diidentifikasi, diinterpretasikan, dan difoto sesuai

dengan yang dihadapi.(Lihat Bab 29 untuk prosedur diseksi leher lebih rinci)

Variasi anatomi organ leher

Ada variabilitas yang besar pada anatomi kompleks laryngohyoid. Varians

ini sesekali keliru dinilai sebagai fraktur; kebingungan tersebut dapat dihindari

dengan memperhatikan adanya darah yang ekstravasasi (yang akan diharapkan

dalam fraktur antemortem). Pertama, tulang hyoid memiliki dua sendi simetris
95

yang memisahkan tanduk lebih besar dari badan tulang hyoid. Sendi ini terkadang

fleksibel, terutama diindividu yang lebih muda dimana tulang mereka belum

menyatu. Beberapa ahli patologi juga bingung oleh tanduk yang normal lebih

rendah dari tulang hyoid. Dua hal ini, kira-kira struktur piramida yang terletak di

superior pada setengah dari tulang hyoid di persimpangan tanduk yang lebih besar

dengan tubuh hyoid. Sekali lagi, temuan ini dapat dibedakan dari patah tulang

oleh kurangnya darah yang terkait pengeluaran darah.

Satu hal yang juga mungkin mengalami adalah kartilago triticeous, yang

merupakan nodul tulang rawan yang tertanam di ligamen tiroid. Ini mungkin

bingung dengan patah tulang dari tanduk superior dari kartilago tiroid. Namun,

mereka adalah varian anatomi yang normal dan, dalam satu penelitian, yang

diidentifikasi dalam 12 dari 40 kasus.

Dalam tulang rawan tiroid dari Gambar 8.29, perhatikan tulang rawan

triticeous yang kecil pada ujung tanduk dari kartilago tiroid. Meskipun tidak jelas

dalam Gambar 8.29, kartilago triticeous dapat mudah diraba sebagai nodul, dan

karena mereka terhubung ke hyoid pada tanduk yang lebih besar dengan hanya

sejumlah kecil jaringan, maka mereka mudah untuk dipindahkan dalam arah yang

berbeda (Gambar 8.30). Meskipun tanduk superior dari tulang rawan tiroid adalah

lokasi umum untuk fraktur dengan kompresi leher yang signifikan, tulang rawan

triteceous tidak boleh salah diidentifikasi sebagai fraktur di lokasi ini. Fraktur

mungkin memiliki tidak teratur, ujung tulang terfragmentasi, dan telah dikaitkan

perdarahan ke dalam jaringan lunak di sekitarnya. Dalam tubuh yang telah

membusuk, ekstravasasi darah di patah tulang mungkin tidak jelas atau samar-
96

samar, membuat perbedaan dari tulang rawan triticeous dari patah tulang agak

lebih menantang, tapi mudah untuk dilakukan. Dalam hal ini kartilago tiroid yang

membusuk (Gambar 8.31), perhatikan tulang rawan triticeous di ujung tanduk

superior kanan kartilago tiroid yang mudah dipindahkan ke sekitar dan teraba

sebagai nodul. Selain diseksi dan visualisasi langsung dari patah tulang, radiografi

dapat membantu mengidentifikasi fraktur pada tanduk lebih besar dan bagian

tubuh hyoid dan membantu membedakan fraktur dari segmen tulang rawan. Lihat

Bab 29 untuk review bergambar leher yang normal secara struktur anatomi dan

review bagaimana melakukan pembedahan leher anterior.

Gantung

Tali pengikat biasanya terdiri dari tali, kabel listrik, ikat pinggang, atau

bahan lain yang dibentuk menjadi simpul. Lebar berbagai material yang

bervariasi dapat digunakan sebagai pengikat, dan pilihan dari tali pengikat hanya

dibatasi oleh apa yang orang tersebut miliki serta akses imajinasi. Gantung pada

penjara akan sering melibatkan tali pengikat berupa robekan kain seprei atau

mungkin dari pakaian tahanan itu sendiri. Dalam kasus dimana tali pengikat

dibuat dari rantai logam atau bahan yang sangat keras lainnya, daripada dipotong,

tali pengikat dapat dilonggarkan dan dilepas dari kepala, dengan menjaga simpul

jika memungkinkan. Dalam beberapa kasus, tali gantung yang sebelumnya telah

dilepaskan dari tubuh, baik oleh anggota keluarga atau oleh tenaga penyelamat

medis. Dalam kasus ini, tali pengikat harus bersamaan dengan tubuh ke

departemen pemeriksa medis untuk pemeriksaan. Jika reka adegan tidak dihadiri

oleh pemeriksa medis, tali pengikat harus dibiarkan di tempat sehingga pemeriksa
97

medis dapat melihatnya seperti itu pada tubuh. Seluruh pengikat, karena

menyelubungi lingkar leher, harus difoto. Dalam beberapa kasus, tali pengikat

gantung diri dapat membentuk lebih dari satu lingkaran di sekitar leher.

Dalam kebanyakan kematian gantung, abrasi tali pengikat melingkar

membungkus di sekitar leher. Gantung yang khas, tali pengikat meluas sekitar

melintang seluruh wilayah bagian tengah dari depan leher, tepat di atas tiroid. Di

sisi leher, abrasi tali pengikat meluas ke atas, dan sering membentuk bentuk "V"

terbalik di bagian belakang leher. Bentuk "V" terbalik tersebut merupakan tempat

dimana simpul tali tersebut terletak (titik suspensi) dan mungkin juga dengan sisi

kepala, biasanya di belakang salah satu telinga. Sebuah hal yang tidak biasa untuk

abrasi pada tali pengikat tidak lengkap, karena mungkin tidak terdeteksi di dekat

simpul sebagai hasilnya dari titik suspensi sering menarik pengikat dari

permukaan kulit. Harus hati-hati memeriksa abrasi tali pengikat untuk

memastikan bahwa itu adalah konsisten dengan tali pengikat yang digunakan. Jika

tali pengikat yang sebelumnya dilepas dari tubuh dan disertai tubuh ke

departemen medis, itu harus diperiksa, difoto, dan disimpan sebagai bukti.

Variasi tali pengikat

Berbagai bahan pengikat dapat digunakan untuk menggantung, mulai dari

tali atau rantai untuk kabel, sabuk, handuk, seprai, dan seterusnya. Semakin

sempit tali pengikat yang digunakan, semakin dalam dan lebih berat alur pengikat.

Lebih luas dan lebih lembut tali pengikat, semakin dangkal dan semakin redup

alur tali pengikat. Abrasi tali pengikat harus selalu hati-hati diperiksa untuk
98

memastikan bahwa itu berkorelasi dengan tali pengikat yang digunakan, seperti

dalam kasus ini seorang pemuda yang gantung diri dengan sabuk (Gambar 8.32

dan 8.33). Kesamaan dalam pola sabuk dan abrasi pada leher. Kesamaan dalam

pola tali pengikat dan pola abrasi dalam kasus ini dengan manik-manik yang

rantai (Gambar 8.34) dan di gantung dengan serat tali yang diletakkan (Gambar

8.35). Kadang-kadang, lebih dari satu alur pengikat yang dapat diidentifikasi

(Gambar 8.36). Hal ini dapat menyebabkan tali pengikat yang dibungkus lebih

dari satu kali sekitar leher, atau mungkin akibat dari tubuh (dan / atau tali

pengikat) mengubah posisi saat digantung. Jika tali pengikat yang terdiri dari

lembaran datar yang luas atau bahan lembut lainnya seperti lembaran yang

ditunjukkan pada Gambar 8.37, mungkin hanya ada sedikit sedikit, jika ada, luka

lecet sekitar leher karena tali pengikat. jika orang tersebut berhasil diselamatkan

dan dirawat di rumah sakit untuk beberapa waktu sebelum meninggal, salah satu

kemungkinan tidak terlihat sebuah luka lecet akibat tali atau tanda lain pada leher.

Dalam kasus-kasus ini,penyebab kematian sangat ditentukan oleh riwayat /

penyelidikan yang dilakukan dan mengesampingkan apa pun yang terlihat . Dalam

banyak kasus, pembusukan tidak menghalangi dokumentasi penting yang

ditemukan. Di dalam tubuh ini terurai (Gambar 8.38), meskipun perubahan warna

kulit dan tergelincir, kita masih bisa memahami alur tali pengikat dengan motif

luka lecet yang serupa terhadap tali pengikat yang digunakan.

Perhatikan bahwa tubuh tidak harus sepenuhnya menggantung dengan kaki

yang tergantung dari tanah. Bahkan seringkali, orang digantung dalam posisi

berdiri, dengan kaki berada dilantai. Atau, lutut mereka mereka di letakkan pada
99

tanah, atau mereka mungkin dalam berbagai posisi. gantungan dapat terjadi

dengan orang dalam posisi duduk dengan tubuh diposisikan sedemikian rupa

sehingga kepala terikat, digabungkan dengan leher yang tertekuk, menyebabkan

terhalangnya aliran darah melalui leher. Jenis ikatan ini dapat dilihat di dalam

penjara-penjaa dengan penggunaan sprei atau pengikat kain lainnya, meskipun

lebih rendah rel dari pada dinding sel atau pintu, orang berpendapat bahwa

dengan tali pengikat yang masih di leher, lalu duduk di lantai, atau merosot di atas

lantai. Menggantung bahkan mungkin terjadi dengan orang dalam posisi setengah

terlentang. Pada kematian akibat gantungan, berbagai temuan anatomi dapat

diidentifikasi di otopsi. Kadang-kadang, lidah sebagian menonjol dari mulut dan

ujung lidah gelap. Pada saat mengantungan dimana seseorang dihentikan, orang

dapat melihat lividity terkemuka dan petechiae pada kaki bagian bawah karena

penumpukkan darah karena gravitasi dan pecahnya pembuluh darah

kecil(Gambar 8.39). Petechiae juga dapat dilihat pada bawah kaki (Gambar 8.40

dan 8.41). petechiae pada kaki dan kaki sering disebut sebagai tempat Tardieu dan

merupakan hasil dari lividity jelas menyebabkan pembesaran yang dan pecahnya

darah bergantung pada vessels. Bintik Tardieu merupakan fenomena postmortem.

Dalam gantungan, leher diseksi anterior biasanya negatif. Karena biasanya tidak

ada perjuangan, perdarahan otot, dan diseksi leher anterior biasa-biasa saja.

Tulang hyoid, kartilago tiroid, dan Kartilago krikoid biasanya utuh, tapi

kadang-kadang retak. Ketika, patahan tulang hampir sepenuhnya melibatkan

tanduk superior dari tulang rawan tiroid dan lebih besar tanduk dari tulang hyoid,

dan tidak melibatkan tulang hyoid atau lamina tiroid tulang rawan. Dalam kasus
100

dari 307 gantung diri baik disengaja atau bunuh diri, fraktur tulang hyoid dan /

atau tulang rawan tiroid ditemukan pada sekitar 9 persen dari kasus dan lebih

umum di pada orang tua Dalam penelitian ini, penggantungan diri pada tubuh

sepenuhnya tidak membuat patah tulang. Pada orang tua memiliki lebih banyak

pengapuran dan kadang-kadang lebih "rapuh" tulang hyoid dan tulang rawan

tiroid yang lebih mudah retak dari pada orang muda yang kartilagonya cukup

lentur. Pengapuran tiroid dan tulang rawan krikoid sangat bervariasi, tetapi

dimulai sekitar usia 20 tahun dan meningkatkan secara bertahap dengan

bertambahnya usia.

Fraktur pada tulang belakang leher sebenarnya tidak biasa dalam kasus

gantung diri, kecuali orang yg meninggal memiliki penyakit osteoporosis atau

penyakit tulang yang lain. Ketika patah tulang terjadi, mereka cenderung

dikaitkan dengan jenis penggantungan di mana tubuh dijatuhkan beberapa jarak

dan kemudian dihentikan. trauma tulang dalam kasus tersebut telah dilaporkan

sebagai fraktur dari cornu hyoid, proses styloid, oksipital tulang, vertebra tubuh

serviks kedua, dan fraktur melewati C1, C2, C3 dan C5. Pembunuhan gantung

diri merupakan pembunuh sangat langka, tapi mungkin dicurigai saat

penyelidikan dan temuan saat otopsi tampil lebih konsisten dengan perjuangan,

seperti yang berlebihan jumlah cedera leher eksternal atau internal mungkin

dengan fraktur tulang rawan krikoid, yang jelas jarang dari penggantungan.

Mungkin ada juga menjadi luka defensif-jenis, atau pola yang tidak konsisten dari

lividity. Informasi penyelidikan dan otopsi mungkin memperlihatkan orang yang

dicekik yang kemudian ditempatkan ke posisi menggantung untuk


101

mensimulasikan bunuh diri, atau seseorang yang sengaja digantung, mungkin

setelah dia keracunan obat. Kalau tidak, kemungkinan jarang menemui kasus

bunuh diri dengan penggantungan yang ditampilkan sebagai pembunuhan.

kejahatan yang diperlihatkan seperti itu jarang, tapi Digantung mungkin memiliki

luka tembak, memperlihatkan luka, muntahan, penutup mata, pengikat mengikat,

atau lainnya yang tidak biasa. Dalam hal ini, kita harus menentukan peyebab

kematian orang tersebut dilakukan sendiri, dan apakah ada bukti perlawanan.

Setiap tubuh harus diperiksa secara cermat agar tidak ragu-ragu dengan

melakukan pemeriksaan tanda atau bekas luka, dan tes medis, kejiwaan, dan sosial

sejarah diperoleh. Semua informasi harus dipertimbangkan untuk membantu

menyelesaikan kasus ini. Tujuan orang yang berusaha untuk menyamarkan diri

sebagai pembunuhan Adalah faktor individu tersebut, tetapi mungkin juga

termasuk faktor kejiwaan, sebuah usaha untuk mendapatkan ketenaran, atau untuk

membalas dendam terhadap keluargaatau teman.

Hukum penggantungan

Peradilan pada kasus penggantungan sangat menarik, Namun, contoh yang

tidak mudah di temukan dapat dilihat dalam masyarakat sekarang, atau bunuh diri

dengan cara menggantung yang tidak biasa, di mana untuk beberapa waktu

sebelum leher terikat kencang dengan tali. Jarak bagi tubuh untuk menjatuhkan

diri dalam kasus penggantungan diri saat diperadilan menjadi banyak

perdebatan. Jika penurunan jarak terlalu pendek, orang akan memerlukan waktu,

untuk berjuang agar mati. Jika menjatuhkan jarak terlalu besar, tubuh decapitated.

Jika menjatuhkan pada jarak tepat, maka cedera klasik pada leher dan cedera
102

tulang belakang, fraktur lengkungan saraf dari C2 vertebra dengan fraktur-

dislokasi C2 dari C3 vertebra terjadi peregangan atau terjadi robekan dari medula

leher tulang belakang dan langsung mengalami penurunan kesadaran dan akan

cepat mengalami kematian . Sebuah kematian yang cepat juga dapat dijelaskan

dengan perdarahan subarachnoid di sekitar otak, yang kemungkinan menyebabkan

syok spinal, dengan terjadinya kelumpuhan pada pusat di batang otak dan leher

serta tulang belakang bagian atas.

Fraktur leher merupakan sebuah kekerasan. Diyakini fraktur lebih rentan

terjadi pada persimpangan antara C2 / C3 karena daerah ini merupakan daerah

yang lemah dari semua tulang leher. Patah tulang belakang pada daerah leher.

Namun, saat di peradilan pada kasus gantung diri dan telah dilaporkan sebesar 17

persen dari 100 persen kasus. Dalam kasus gantung diri diperadilan.

Pencekikan

Pencekikan hampir selalu membunuh (kecuali pada anak-anak di mana

mereka cenderung mengalami kecelakaan). seseorang mungkin dicekik oleh orang

lain (pencekikan secara manual) atau dengan pengikat (pencekikan tali pengikat).

Juga,seseorang dapat tercekik oleh hampir semua objek yang dapat menekan dan

menjerat ke leher, seperti lengan seorang, lutut, atau jenis objek seperti logam.

Dalam kasus ini, penyerangan dapat disebut sebagai pencekikan, kompresi leher,

atau kata-kata serupa lainnya. Dalam kasus pencekikan (atau penggantungan),

penekanan pada leher, dapat menyumbat arteri karotis. Jumlah yang

mengherankan diperlukan untuk penekanan , dan dikutip dari beberapa literatur


103

tekanan bervariasi dari 5 pon sampai dengan 11 pon. Meskipun gambaran dari

penekanan arteri vartebra dan kuantifikasi diperlukan.

Pada beberapa literatur, lokasi arteri vertebralis tidak tertutup oleh

vertebral, berada dalam fosa supraklavikula dan dibagian terendah leher, dan tidak

mungkin terlibat dalam sebagian besar kasus asfiksia mekanik. Meskipun tidak

sadarkan diri karena penekanan arteri karotis yang kira-kira terjadi dalam 10

detik, menurut data banyak kejadian asfiksia yang fatal karena kekerasan yang

berlangsung lama dan biasanya terjadi berulan. Lamanyankejadian ini

kemungkinan salah satu variabel yang menentukan temuan fisik di leher anterior

saat pembedahan.

Dalam pembunuhan pada kasus pencekikan, biasanya ada perbedaan ukuran dan

kekuatan antara korban dan penyerang. Korban biasanya wanita, lansia, atau

orang-orang yang berperawakan kecil, dan penyerang relatif lebih besar. Dalam

kasus pencekikan biasanya terjadi (pria dan wanita), aktivitas seksual (

"Perkosaan") harus menjadi salah satu bukti yang dikumpulkan. Semua alat untuk

menggantung, dalam semua cekikan, kulit dan jaringan leher yang lembut harus

hati-hati dievaluasi agar tidak tercederai. Pembedahan leher anterior dan

pembedahan leher posterior harus dilakukan. Tulang hyoid dan tulang rawan

tiroid harus dievaluasi secara hati-hati agar tidak fraktur, baik itu pada saat difoto

Pencekikan pada bunuh diri jarang terjadi, namun beberapa telah di laporkan.

Dalam kasus bunuh diri, pencekikan mungkin terjadi jika orang tersebut mampu

menggunakan tali di sekitar lehernya. Contoh pencekikan pada bunuh diri

mungkin termasuk mengikat simpul ketat di sebuah tali atau kabel plastik dengan
104

menguncinya atau mengikatnya ke leher. Dalam kasus bunuh diri pencekikan, tali

pengikat harus mampu untuk tetap di tempat dan tersimpul dengan tepat, karena

pada orang yang kesadaran sudah menghilang dan cengkraman tali pengikat

tidak terlalu kuat, akan mengurangi penyempitan dileher, kemungkinan orang

tersebut akan sadar kembali dengankembalinya aliran darah otaknya. Ini mengapa

seseorang tidak bisa secara manual mencekik dirinya sendiri sampai kehilangan

kesadaran. Pencekikan mungkin jarang disengaja, seperti dalam kecelakaan kerja

di mana dasi atau artikel lainnya pakaian yang terlilit di mesin.Dalam kasus

pencekikan bunuh diri dan kecelakaan, terjadinya pencekikan adalah hal yang

harus pertama dicurigai.

Pengumpulan Bukti

Dalam semua kasus pencekikan dicurigai, sebelum tubuh diperiksa dan

sebelum otopsi dimulai, jika kuku adalah cukup panjang, mereka harus dipotong

dan disimpan. Jika tersangka diidentifikasi, DNA orang itu bisa cocok dengan

DNA yang ditemukan di bawah kuku korban. Selain itu, salah satu harus

memastikan bahwa aparat penegak hukum telah mendapatkan bukti atau sidik jari

sebelum tubuh dicuci.jika tali tersebut masih di tempat, tali pengikat tersebut

disimpan. Barang bukti tersebut dapat digunakan untuk memungkinkan

pencocokan DNA. Pelacakan DNA yang telah terdeteksi pada tali pengikates.

Bukti ini dikumpulkan untuk kasus pencekikan bersama dengan pakaian, darah

korban, dan rambut, bukti seperti serat rambut, dan aktivitas seksual. aktivitas

seksual pada pemeriksaan ini sangat penting; dalam satu identifikasi kasus motif

perkosaan 32 dari 54 kasus (60 persen) perempuan dicekik. Bukti yang


105

dikumpulkan, seperti semen, menjadi sangat penting dalam menghubungkan

seorang terlibat dalam kejahatan.

Dalam pencekikan ini seorang wanita muda (Gambar 8.42), perhatikan

perdarahan petechiae, perdarahan scleral lebih besar dapat dilihatpada penekanan

leher. Selain dari konjungtiva dan petechiae diwajah, kita juga dapat melihat

petechiae di mukosa sinus sphenoid dalam kasus asfiksia dengan penekanan leher.

Dalam hal ini perhatikan petechiae dari sinus sphenoid.

Petechiae juga dapat diidentifikasi pada mukosa laring dan, seperti

petechiae dari sinus sphenoid atau di tempat lain,sebenrnya tidak mendiagnosis

diagnostik, tapi membantu ketika dihubungkan pada keseluruhan kasus.

Perhatikan lecet kecil dan memar pada anterior leher (Gambar 8.44). Lecet pada

leher mungkin dari tangan penyerang atau dari tangan korban sebagai korban

mencoba menarik tangan penyerang dari leher. Jika kulit yang basah, luka lecet

mungkin tidak mudah ditemukan. Namun, mereka biasanya akan menjadi lebih

terlihat setelah kulit telah dibiarkan kering sebagai ketika tubuh ditempatkan

dalam tempat yang dingin. Setiap langkah-demi-langkah leher anterior diseksi

(lihat Bab 29) sangat penting untuk mengidentifikasi dan menggambarkan

tingkatan memar pada otot leher, akibat kekerasan. Pada kulit dan jaringan

subkutan terlihat, perhatikan memar dari anterior otot tali leher (Gambar 8.45),

yang menjadi lebih jelas karena setiap lapisan yang dibuka pada leher tercemin

(Gambar 8.46).Fraktur pada laring, yang meliputi tulang hyoid, kartilago tiroid,

dan kartilago krikoid, sering diidentifikasi pada kasus pencekikan. Tetapi dalam

kasus yang ditunjukkan pada gambar (8.43) dan (8.46), tulang hyoid, kartilago
106

tiroid, dan kartilago krikoid tidak mengalami fraktur. Hal ini bukanlah hal yang

aneh, mengingat bahwa korban tersebut berusia 20 tahun. Pada usia tersebut

tulang hyoid dan kartilago pada leher belum mengalami kalsifikasi dan masih

cukup fleksibel dan cenderung mampu menahan sejumlah besar kompresi

sebelum mengalami fraktur. Semakin meningkatnya usia korban, kemungkinan

fraktur dari tulang hyoid dan kartilago tiroid akan meningkat, hal ini karena

peningkatan pengapuran tulang dan kartilago. X-ray dari tulang hyoid dan

kartilago dapat membantu tidak hanya dalam mendeteksi fraktur, tetapi dalam

menentukan tingkat kalsifikasi.

Gambar 8.43 Gambar 8.46

Dalam kasus pencekikan ini (gambar 8.48), didapatkan fraktur dari

masing-masing kartilago tiroid superior. Pada kasus lainnya (gambar 8.49 dan

8.50), terdapat fraktur pada kartilago tiroidea superior kiri. Dalam kasus

pencekikan, fraktur sering terjadi pada kartilago tiroid bagian cornu superior

karena struktur ini relatif tipis dimana akan mengalami kompresi terhadap struktur

kokoh dari bagian anterior vertebra cervical.


107

sering terj

Gambar 8.48 Gambar 8.49 Gambar 8.50

Dalam kasus pencekikan ini, (gambar 8.51), diketahui bahwa kedua cornu

dari tulang hyoid mengalami fraktur. Fraktur tidak secara jelas terlihat sampai

dilakukan diseksi pada perdarahan jaringan lunak (gambar 8.52). Dalam semua

kasus pencekikan, pastikan untuk mengangkat lidah dan memeriksa perdarahan.

Dalam kasus pencekikan yang sama, diketahui adanya perdarahan pada lidah

(gambar 8.53). kasus pencekikan lainnya (gambar 8.53), diketahui adanya fraktur

pada tulang hyoid dan kartilago tiroid. Fraktur yang terjadi pada struktur ini

menyebabkan ekstravasasi sejumlah darah dalam jaringan disekitarnya, oleh

karena itu mudah dibedakan dari cedera postmortem.

Gambar 8.51 Gambar 8.52 Gambar 8.53

Dalam 41 kasus kematian pencekikan, terdapat 89% kasus ditemukan

peteki pada konjungtiva dan sklera. Fraktur pada tulang hyoid dan kartilago tiroid

diidentifikasi pada semua dari 14 korban laki-laki dan setengah dari korban

perempuan. Dalam studi yang sama, dalam 48 kasus kematian pencekikan,


108

diidentifikasi 86% kasus ditemukan peteki pada konjungtival/skera, dan 5 dari 21

korban laki-laki dan 1 dari 27 korban perempuan mengalami fraktur pada tulang

hyoid dan/atau kartilago tiroid. Tingkat cedera eksternal dan interna dalam kasus

pencekikan dapat bervariasi tergantung dari intensitas serangan dan perlawanan

dari korban. Pada keadaan tersebut. Salah satu mungkin dicekik tanpa bukti

cedera eksternal atau internal. Hal ini dapat terjadi jika seseorang mabuk dan tidak

sadar sehingga tidak dapat melakukan perlawanan memungkinkan penyerang

tidak menggunakan kekuatan yang besar.

Pada kasus pencekikan dianjurkan untuk melakukan diseksi pada leher

bagian posterior untuk mengidentifikasi cedera lainnya. Ketika didapatkan

perdarahan cervikal bagian dalam dan fraktur pada laring, maka harus dipikirkan

kemungkinan adanya cedera lain seperti kompresi pada leher akibat pukalan

langsung ke leher pada kasus “karate chop”.

Pada keadaan tubuh membusuk, kita sering bergantung pada temuan

peteki, luka lecet/memar dan perdarahan pada otot leher, dimana kesemua itu bisa

sangat sulit atau tidak mungkin untuk diidentifikasi pada jaringan yang telah

membusuk (gambar 8.55). Diseksi pada leher dapat memperlihatkan fraktur dari

cornu superior kartilago tiroid pada korban tersebut (gambar 8.56).


109

Gambar 8.56

Gambar 8.55 Gambar 8.55

Gambar 8.57

Pada pengikat dalam kasus pencekikan ini (gambar 8.57), dimana tubuh

mengalami perubahan, maka perhatikan jenis pengikat yang melilit leher dan

diikat dari belakang leher. Penjerat, alur jeratan dan pengikat harus di foto dengan

hati-hati dan dijelaskan. Dalam pencekikan, alur jeratan biasanya horisontal dan

terletak pada atau dibawah dari tonjolan tiroid, sedangkan pada penggantungan,

biasanya terletak di atas tonjolan tiroid dan sudut ke atas dari depan ke belakang

leher. Pada pencekikan, penyempitan fatal pada leher mungkin disebabkan oleh

beberapa cara, termasuk penarikan secara manual pada kedua ujung dari pengikat,

pengencangan jerat dengan simpul.

Tubuh korban pencekikan mungkin akan dibakar dalam upaya untuk

menghancurkan bukti. Dalam kasus tersebut, bahkan dalam keadaan tubuh

hangus, sisa-sisa penjeratan mungkin akan tetap di leher, karena dilindung oleh
110

lipatan kulit pada leher. Karena material ini mudah rapuh, maka salah satu

memotret sebelum menghapus, dan kemudian memotret leher. Pengujian karbon

monoksida harus dilakukan dan diharapkan akan rendah karena korban (atau

lingkungan) biasanya dibakar setelah serangan itu telah berakhir dan orang

mungkin sudah mati. Namun dalam beberapa kasus kematian asfiksia, seseorang

dapat dicekik sampai tidak sadarkan diri, tapi tidak mati dan mungkin tetap

bernapas. Jika api tetap membara untuk beberapa waktu, korban mungkin

mengalami suatu peningkatan carboxyhemoglobin melalui respirasi agonal,

mungkin memberi unsur lain penyebab kematian yakni asfiksia akibat toksik dari

karbon monoksida.

Dalam investigasi penegakan hukum, seorang wanita muda (gambar 8.58

sampai 8.60) dicekik sampai tidak sadar. Penyerang kemudian mengatur tempat

tidur yang terbakar di sampingnya dan menutup pintu saat meninggalkan ruangan.

Dia melaporkan telah mendengar suara napas dan gurgling saat meninggalkan

ruangan. Dia ditemukan beberapa waktu kemudian. Perhatikan lecet pada leher

dan pada permukaan bawah rahangnya (gambar 8.58). terlihat juga gambaran

peteki pada konjungtiva dan memar pada lidah (gambar 8.59) yang mendukung

adanya pencekikan. Dia mengalami luka bakar setengah dari tubuhnya, dan

terdapat bukti telah menghirup asap yaitu ditandai dengan adanya abu pada

lapisan saluran udara (gambar 8.60) dan tingkat kejenuhan karboksihemoglobin

darah sekitar 30%. Temuan otopsi tersebut sesuai dengan skenario seseorang yang

dicekik hingga tidak sadar tetapi masih mampu mempertahankan pernapasannya


111

dan menghirup asap dan arbon monoksida yang menjadi penyebab tambahan

adanya asfiksia kimia.

Gambar 8.58 Gambar 8.59

Gambar 8.60

Gambaran yang menyerupai tanda penjeratan

Dalam situasi tertentu dapat terjadi temuan pada leher yang mungkin

membingungkan dalam kasus penjeratan. Mungkin yang paling sering adalah

tubuh membusuk dan membengkak dimana jaringan leher membengkak

sedemikian rupa yang menekan kerah kemeja dan kalung. Ketika kemeja atau

kalung dilepas, salah satu mungkin akan pucat, jejas horisontal meluas melingkar

sekitar leher. Tidak perlu bingung dengan cedera antemortem dan harus dikenali

dengan tubuh telanjang. Juga, lipatan tumpang tindih pada kulit leher dapat salah
112

dianggap sebagai tali penjerat. Hal ini dapat terjadi pada bayi, orang lanjut usia

dan lain-lain pada jaringan leher yang banyak.

Temuan pada leher juga tergantung posisi tubuh saat mengalami kolaps

atau kegiatan yang dilakukan korban sesaat sebelum kematiannya. Pria yang telah

membusuk ini (gambar 8.61) ditemukan dalam posis tengkurap, setelah pingsan

dan jatuh di dekat meja dapur. Dia jatuh pada kabel listrik yang membentang dari

komputer dan telpon ke dinding. Perhatikan bagaimana dia jatuh ke kabel ini dan

pada kenyatannya, secara parsial digantung oleh kabel yang melewati leher dan

menyanggah kepala leher dan bagian atas tubuhnya dari tanah (gambar 8.62).

pada otopsi diketahui tanda penjeratan oleh kabel yang memanjang horizontal di

bagian depan dan sisi lehernya (gambar 8.63 dan 8.64). tanpa adanya pengetahuan

tentang bagaimana posis tubuh di tempat, tanda pengikat dari kabel telepon dapat

dengan mudah diidentifikasi sebagai tanda pembunuhan dengan penjeratan. Pada

otopsi ini, dia menderita penyakit jantung, dan tidak ada bukti cedera pada leher

internal.

Gambar 8.61 Gambar 8.62


113

Gambar 8.63 Gambar 8.64

Membedakan bunuh diri dan pembunuhan

Membedakan bunuh diri dengan pembunuhan menjadi tantangan dalam

beberapa kasus asfiksia. Berikut ini adalah karakteristik masing-masing yang

akan membantu dalam panduan menentukan kasus bunuh diri atau pembunuhan.

Namun harus diingat bahwa banyak karakteristik dari bunuh diri dapat ditemukan

dalam kasus pembunuhan, dan sebaliknya dan juga identifikasi karakteristik yang

khas belum tentu menjadi bukti.

Bunuh diri

- Tinggal di lingkungan aman

- Terdapat catatan bunuh diri

- Riwayat depresi, skizofrenia, gangguan mental lainnya

- Dalam terapi psikiatri

- Sebelum bunuh diri terdapat percobaan/ide bunuh diri

- Terjadi hal signifikan dalam hidupnya (kematian pasangan, dan atau

ditempatkan di sebuah panti jompo, atau akan dikirim kembali ke penjara)

- Terdapat bekas luka percobaan pada pergelangan tangan, leher atau tempat

lain.

- Alur jeratan di atas dari kartilago tiroid

- Cedera internal dari leher minumum (mencerminkan ringannya

perlawanan)
114

- Fraktur pada cornu superior kartilago tiroid, tulang hyoid, dan kartilago

krikoid sangat jarang.

Pembunuhan

- Tubuh terbuang

- Tempat tinggal daerah terbuka

- Terdapat bukti penggeledahan dan pencurian

- Perhiasan/barang hilang

- Pernyataan yang tidak konsisten dari kenalan/saksi atau yang lain

- Mengidentifikasi motif

- Riwayat kekerasan fisik atau seksual sebelumnya

- Penjerat mengikat ekstremitas

- Tubuh diatur dengan maksud rekayasa

- Bukti kekerasan seksual (kaki terbuka, cairan yang mengering, cedera alat

kelamin)

- Pakaian berantakan mungkin akibat tubuh seolah-olah dibenahi,atau

celana ditarik kembali

- Pola yang tidak konsisten dari kekakuan menjadi bukti tubuh telah

dipindahkan

- Luka perlawanan di tangan/leher (kuku rusak memar dan lecet)

- Alur jeratan pada/ dibawah dari kartilago tiroid

- Goresan kuku pada leher

- Cedera eksternal terlihat banyak

- Sering lebih dari satu cedera internal


115

- “tanggal pemerkosaan”, obat terdeteksi dalam darah seperti flunitrazepam

(rohypnol), ketamin, GHB.

Kematian autoerotic

Kematian autoerotik adalah suatu kematian yang berbeda kategori dengan

kematian asfiksia yang terjadi pada laki-laki muda, dimana korban sengaja

menggantung atau mencekik dirinya sendiri ketika dengan sengaja merangsang

hipoksia untuk tujuan peningkatan orgasme selama masturbasi. Kematian terjadi

ketika derajat hipoksia menjadi berat, menyebabkan hilangnya kesadaran dan

kehilangan kontrol atas gerakan otot yang diperlukan untuk mencegah pencekikan

atau penggantungan dari kematian. Korban biasanya berkulit putih, kelas

menengah, berpendidikan, dan umumnya berumur 15 sampai 30 tahun meskipun

telah dikaporkan kasus usia 9 tahun sampai 80 tahun.

Adegan

Kematian autoerotik sebaiknya dipertimbangkan pada kematian asfiksia.

Meskipun dalam beberapa kasus hanya ada indikasi halus dari aktivitas autoerotik,

dalam banyak kasus, dalam banyak kasus, jenis kematian sering mudah dikenali

ketika tubuh pertama kali diidentifikasi di TKP. Orang tersebut dalam berbagai

tahap menanggalkan pakaian dengan alat kelamin yang terekspos atau mungkin

dibalut pakaian dari lawan jenis. Biasanya terdapat benda-benda pornografi yang

mudah dilihat dan bukti masokisme dan masturbasi. Benda asing dari rektal dapat

ditemukan. Mungkin ada bukti arus listrik yang dialirkan pada alat kelamin. Juga,

dapat ditemukan cermin atau kamera video yang mungkin ditempatkan sehingga

orang tersebut dapat melihat atau mereview kegiatannya sendiri (gambar 8.65).
116

tidak ditemukan catatan bunuh diri. Hal itu penting untuk menyadari konsep

kegiatan autoretic dan karakteristik tersebut untuk menghindari kesalahan

klasifikasi kasus tersebut sebagai kasus bunuh diri atau pembunuhan (dan

sebaliknya). Hal pertama adalah menyngkirkan kemungkirkan bunuh diri dan

pembunuhan sebelum menentukan kematian autoerotik.

Gambar 8.65

Posisi tubuh

Dalam memeriksa tubuh di tempat kejadian, penting untuk mengetahui bagaimana

hipoksia tersebut dirangsang dan penting untuk mengetahui mekanisme apa yang

digunakan dalam memungkikan korban untuk rileks. Sering kali dalam kasus

autoerotik, seseorang akan menyusun penjeratnya sedemikian rupa sehingga ia

dapat mengontrol penyempitan di lehernya dan dapat bersantai atau melepaskan

penjerat jika ia merasa akan pingsan. Meskipun sebagian kasus menggunakan

penjerat sebagai sarana perangsang hipoksia, serangkaian tiga kasus asfiksia

autoerotik menggunakan gas propana telah dilaporkan. Gas propana dapat


117

menjadi toksik dan merangsang hipoksia (karena menggantikan oksigen dari

hemoglobin). Penggunaan plastik untuk menutup kepala atau berbagai bahan lain

mungkin dapat ditemukan.

Kegiatan autoerotik biasanya menyendiri di tempat gelap sering di tempat

sempit seperti garasi, ruang bawah tanah, atau lemari meskipun dapat terjadi

dalam suatu seks kelompok. Karena kegiatan mereka sering dimaksudkan untuk

disembunyikan, mungkin akan terlihat sapu tangan atau bahan lembut lainnya

yang diletakkan antara penjerat dan kulit leher untuk mencegah goresan dari

penjerat atau tanda yang mencurigkan lainnya. Karena kegiatan ini biasanya

dirahasiakan, anggota keluarga yang menemukan tubuh korban mungkin akan

terkejut dan malu. Karena itu, mereka mungkin mencoba untuk membersihkan

lokasi dan menyembunyikan bukti. Hal ini dapat mengganggu dalam menentukan

penyebab dan sifat kematian, terutama jika tidak ada cedera pada tubuh.

Kematian autoerotik pada wanita umumnya kurang jelas. Dalam tinjauan 6

kasus, bukti dari aktivitas seksual ditandai dengan adanya benda asing yang

berdekatan atau dalam vagina atau tali diikat di sekitar alat kelamin dan payudara.

Ritual ini biasanya tidak rumit seperti yang terlihat pada kasus laki-laki. Satu hal

yang harus diingat bahwa kematian asfiksia pada wanita disebabkan oleh sebuah

tali yang mencurigakan dalam pembunuhan dan harus dipertimbangkan sebagai

sebuah kasus penjeratan pembunuhan sampai dapat di buktikan bahwa kematian

dikaitkan dengan aktivitas autoerotik.

Incaprettamento
118

Incaprettamento adalah bentuk asfiksia pembunuhan yang jarang terjadi

telah dilaporkan diterapkan oleh mafia Italia. Dalam bentuk asfiksia, salah satu

ujung tali terikat dan ditempatkan di sekitar leher korban. Ujung tali lainnya

digunakan untuk mengikat pergelangan kaki korban di belakang punggung

mereka. Korban dapat menghindari penyempitan tali pada leher jika mereka

mampu mempertahankan kaki mereka dalam posisi tertekuk. Namun, setelah

korban lelah dan tidak lagi mampu mempertahankan kaki dalam posisi tertekuk,

jerat di leher akan mengencang dan mereka akan tercekik. Hal ini merupakan

metode asfiksia yang mengerikan dianggap ditujukan sebagai peringatan kepada

yang lain. Namun, dalam otopsi 18 kasus, disimpulkan bahwa kematian biasanya

disebakan oleh pencekikan sebelumnya, kemudian tubuh diikat setelah kematian,

mungkin bertujuan untuk memudahkan pembuangan tubuh dan atau komuniksai

motif/tujuan pembunuhan tersebut.

Perangsangan sinus karotis

Setiap kompresi yang signifikan pada leher, ada kemungkinan kompresi dan

stimulasi sinus karotis, yang terletak arah kepala ke bifurcatio arteri karotis.

Stimulasi pada daerah ini dapat menyebabkan efek vagal seperti bradikardi dan

hipotensi atau dapat menyebabkan disritmia. Efek vagal mungkin jarang menjadi

besar dan mungkin menyebabkan serang jantung secara cepat dan kematian

mendadak. Oleh karena itu, hal ini menjadi salah satu penyebab kematian tanpa

selalu penutupan jalan napas atau pembuluh darah. Hal ini menjadi mekanisme

kematian mendadak pada seseorang yang pingsan selama penekanan leher dan

diantaranya ada temuan patologis yang signifikan dalam otopsi. Namun, karena
119

selama terjadi perlawanan, sebagian besar individu menjadi takikardi dan

hipertensi, stimulasi vagal kemungkinan besar akan menyebabkan parameter

normal kardiovaskular atau hipotensi ringan dan/ atau bradikardi dan tidak

menjadi faktor dalam menyebabkan kematian mendadak. Hal ini mungkin benar

karena pada individu normal.

Individu yang diyakini rentan terhadap kematian vagal yang cepat adalah

seseorang yang cenderung lebih tua dengan gangguan kardiovaskular yang

signifikan yang gejalanya diketahui dari stimulasi sinus karotis seperti pingsan

atau pusing akibat penenkanan pada leher. Bukti tambahan kekerasan seperti lecet

menyerupai tanda kuku di leher korban dan cedera internal yang signifikan

dikombinasikan dengan peteki pada konjungtiva yang akan mengesampingkan

kematian akibat stimulasi sinus karotis.

Kematian asfiksia pada kecelakaan kendaraan

Meskipun sebagian besar orang yang meninggal dalam kecelakaan adalah akibat

persentuhan benda tumpul, sebagain kecil korban meninggal akibat asfiksia, baik

sendiri atau kombinasi dengan cedera lainnya. Asfiksia akibat sabuk pengaman

jarang terjadi, tapi telah dilaporkan kasus dan melibatkan seorang individu

lumpuh yang memakai kursi khusus belt pada leher. Dalam kasus lain, kompresi

dada, fleksi leher, oklusi wajah, inversi tubuh, dan aspirasi darah dapat semata-

mata atau dalam kombinasi, sering dengan gegar otak dan/atau intoksikasi

alkohol yang menyebabkan kematian. Dalam kasus ini, faktor-faktor tambahan

yang relevan dengan kematian asfiksia termasuk adanya peteki, obesitas dan

penyakit. Obesitas sangat relevan dalam kematian karena inversi tubuh


120

Temuan pada resusitasi

Upaya resusitasi dapat dapat menyebabkan cedera pada leher yang harus

dibedakan dengan cedera kaibat kompresi pada leher. Cedera pada resusitasi

sering berhubungan dengan intubasi dan mungkin melibatkan cedera pada mulut,

cedera faring, dan cedera pada mukosa trakea. Pria paruh baya yang ditunjukkan

pada gambar 8.66 dan 8.67 pingsan dan mati tiba-tiba dan tak terduga. Dilakukan

upaya resusitasi, dengan intubasi yang sulit. Kematian ditentukan akibat

aterosklerosis arteri koroner yang berat. Perhatikan perdarahan yang berhubungan

dengan resusitasi pada lidah dan jaringan faring yang disebabkan oleh upaya

intubasi (gambar 8.66). selain itu didapatkan peteki pada mukosa dari sinus

spenhoid (gambar 8.67), yang merupakan penemuan yang spesifik dan

memberikan bukti tambahan adanya asfiksia. Dalam kasus lain, perhatikan memar

dari jaringan faring pada individu yang sulit untuk intubasi (gambar 8.68).

Gambar 8.66 Gambar 8.67


121

Gambar 8.68

Dalam sebuah studi kasus dari 50 kematian dimana telah dilakukan

intubasi endotrakeal, 37 kasus (74 persen) mengalami luka pada jalan napas yang

dihasilkan dari prosedur intubasi. Dalam penelitian ini, tidak terjadi fraktur tulang

hyoid atau kartilago tiroid tapi ada berbagai cedera jaringan lunak termasuk

memar, laserasi, lecet dan petekie pada mukosa laring dan trakea (64 persen),

mulut (28 persen), epiglotis (22 persen), posterior faring (16 persen) otot pada

cervikal (14 persen), piriform recesses (12 persen). Terdapat luka pada kulit leher

sebanyak 4%. Terlihat peteki pada konjungtiva sebanyak 21% dan peteki pada

wajah 6%. Dengan demikian kita harus berhati-hati ketika menafsirkan temuan

klinis dalam kasus resusitasi.

Lakukan

- Menyadari pentingngnya investigasi untuk memahami kematian asfiksia

terutama dalam kasus mati lemas dan asfiksia posisi/mekanik.

- Lakukan diseksi langkah demi langkah dengan hati-hati dalam kasus yang

dicurigai gantung dan pencekikan

- Lakukan pembedahan sendiri pada leher; jangan mendelegasikan prosedur

ini pada teknisi otopsi

- Menafsirkan temuan otopsi dalam keseluruhan kasus penyelidikan

- Periksa hipofaring pada semua jenis obstruksi benda dalam otopsi

- Pertimbangkan asfiksia autoerotik dalam pikiran selama kejadian kematian

asfiksia
122

- Memotret semua cedera leher dalam penggantungan dan pencekikan.

Jangan lakukan

- Melupakan untuk mengumpulkan bukti-bukti (termasuk bukti kegiatan

seksual, potongan kuku dan pakaian) dalam kasus dugaan pencekikan.

- Melupakan tentang sifat spesifik dari peteki

- Melupakan untuk menyimpan penjerat untuk mengumpulkan bukti DNA

dalam kasus penjeratan

- Melupakan untuk memotret semua penjerat dan cedera internal pada leher

- Kebingangan dalam membedakan sendi tulang hyoid atau kartilago

triticeous pada ligament tiroidea dengan cedera antemortem.


123

You might also like