You are on page 1of 12

TRAUMATOLOGI

BAB VIII
TRAUMA TAJAM

Sejarah dan perkembangan Ilmu Forensik tidak dapat dipisahkan dari sejarah dan
perkembangan hukum acara pidana. Sebagaimana diketahui bahwa kejahatan yang terjadi di muka
bumi ini sama usia tuanya dengan sejarah manusianya itu sendiri. Luka merupakan salah satu kasus
tersering dalam kedokteran Forensik. Luka bisa terjadi pada korban hidup maupun korban mati.1
Traumatologi berasal dari bahasa Yunani yang berarti luka, adalah cabang ilmu kedokteran
yang mempelajari tentang trauma, perlukaan, cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan,
yang kelainannya terjadi pada tubuh karena adanya diskontinuitas jaringan akibat kekerasan yang
menimbulkan jejas. Di dalam melakukan pemeriksaan terhadap seseorang yang menderita luka
akibat kekerasan, pada hakikatnya dokter diwajinkan untuk dapat memberikan kejelasan dari
permasalahan jenis luka yang terjadi, jenis kekerasan yang menyebabkan luka dan kualifikasi luka.2
Secara umum luka atau cedera dibagi kepada beberapa klasifikasi menurut penyebabnya
yaitu, trauma benda tumpul, trauma benda tajam, luka tembak, luka akibat suhu/temperatur, dan luka
akibat trauma listrik. Pembagian jenis luka dibagi berdasarkan jenis benda yang menyebabkan
kekerasan yaitu, luka benda tumpul (blunt force injury), dan luka benda tajam.3
Luka trauma benda tajam merupakan putusnya atau rusaknya kontinuitas jaringan karena
trauma akibat alat/senjata yang bermata tajam dan atau berujung runcing. Pada kematian yang
disebabkan oleh benda tajam, walaupun tetap harus dipikirkan kemungkinan karena suatu
kecelakaan, tetapi pada umumnya karena suatu peristiwa pembunuhan atau peristiwa bunuh diri.
Luka yang disebabkan oleh benda yang berujung runcing dan bermata tajam dibagi menjadi
beberapa kategori, yaitu luka tusuk (stab wound), luka iris (incised wound), luka bacok (chop
wound). 3

13
TRAUMATOLOGI

A. Definisi
Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya
dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), sedangkan yang dimaksudkan dengan luka adalah suatu
keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan.4
Trauma benda tajam adalah bentuk luka yang mudah dikenali karena berciri seperti garis
batas luka yang teratur, tepinya rata, sudut lukanya tajam, tidak adanya jembatan jaringan, tebing
luka rata, bila ditautkan akan menjadi rapat karena benda tersebut hanya memisahkan tidak
menghilangkan jaringan dan membentuk garis lurus atau melengkung, serta daerah di sekitar garis
batas luka tidak ada memar atau luka lecet. Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka dengan
sifat luka seperti ini adalah benda yang memiliki sisi tajam, baik berupa garis maupun benda dengan
ujung yang runcing, contohnya bervariasi dari alat-alat seperti pisau, golok, dan sebagainya hingga
keping kaca, gelas, logam, bahkan tepi kertas ataupun rumput.6

B. KLASIFIKASI
Di tinjau dari berbagai sudut dan kepentingan, luka dapat diklasifikasikan berdasarkan :
Etiologi
I. Trauma Mekanik
1. Kekerasan Tumpul
a. Luka memar (bruise, contusion)
b. Luka lecet (abrasion)
c. Luka robek (laceration)
d. Patah Tulang (fracture)
e. Pergeseran sendi (dislocation)
2. Kekerasan Tajam
a. Luka sayat (incised wound)
b. Luka tusuk, tikam (punctured wound)
c. Luka bacok (choped wound)
3. Luka Tembak (firearm wound)
II. Luka Termis (Suhu)
1. Temperatur Panas
a. Terpapar suhu panas (heat stroke, heat exhaution, heat cramps)
b. Benda panas (luka bakar dan scalds)
2. Temperatur Dingin
13
TRAUMATOLOGI

a. Terpapar dingin (hipotermia)


b. Efek lokal (frost bite)
III. Luka Kimiawi
1. Zat Korosif
2. Zat Iritasi
IV. Luka Listrik, Radiasi, Ledakan dan Petir.

C. Benda Tajam
Benda tajam adalah benda yang mempunyai sisi yang tajam minimal di salah satu sisinya
dan dapat memotong. Contoh yang popular adalah pisau, dimana pisau merupakan senjata
yang paling sering dianggap bertanggung jawab atas terjadinya trauma akibat benda tajam,
tetapi alat-alat lainnya seperti pemecah es, kapak, pemotong, dan bayonet juga dapat
mengakibatkan luka yang dapat dikenali orang.
Bentuk dari luka yang disebabkan oleh pisau yang mengenai tubuh korban, dipengaruhi
oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1. Sifat-sifat dari benda tajam
Sifat benda tajam meliputi :
a. Bentuk
b. Ketajaman ujungnya
c. Ketajaman tepinya, baik yang bermata satu maupun yang bermata dua.
Contoh-contoh benda tajam lain yang termasuk didalamnya adalah seperti sebuah pahat,
sepotong kawat, logam yang tajam atau sebuah kayu yang ujungnya tajam. Pada intinya
semua benda sesuatu yang mempunyai ujung yang tajam yang dapat mengakibatkan
penetrasi pada kulit sampai ke jaringan yang ada dibawahnya, dikategorikan sebagai
benda tajam.
2. Bagaimana sentaja tajam mengenai dan masuk ke dalam tubuh
Jarang pisau masuk ke dalam tubuh dan keluar lagi dengan sudut dan arah yang sama,
dengan demikian setiap luka tusuk merupakan perpaduan antara tusukan dan irisan. Oleh
karena kenyataan tersebut ukuran luka dimana pisau itu masuk akan lebih besar dari
ukuran lebar pisau itu sendiri. Kekuatan mengayunkan pisau dapat membuat perbedaan
bentuk luka yang terjadi yaitu bila dilakukan dengan kekuatan yang besar luka yang
terjadi akan menjadi luka bacok.
3. Tempat dimana terdapat luka
Kulit memiliki elastisitas yang besar dan besarnya ketegangan kulit tidak sama pada
seluruh tubuh. Pada daerah dimana serat-serat elastiknya sejajar yaitu pada lipatan-lipatan
kulit, maka tusukan yang sejajar dengan lipatan tersebut dapat mengakibatkan luka yang

13
TRAUMATOLOGI

tertutup, sempit, dan berbentuk celah. Akan tetapi bila tusukan pisau itu melintasi serta
memotong lipatan kulit, maka luka yang terjadi akibat pisau terseut kan terbuka lebar.
D. Ciri Umum Luka Benda Tajam
Ciri umum luka benda tajam meliputi :
1. Garis batas luka teratur, tepi luka rata dan sudutnya runcing.
2. Bla ditautkan akan menjadi rapat (karena benda tersebut hanya memisahkan, tidak
menghancurkan jaringan) dan membentuk garis lurus atau sedikit lengkung).
3. Tebing luka rata dan tidak ada jembatan jaringan
4. Daerah di sekitar garis batas luka tidak ada memar.
E. Klasifikasi Luka Akibat Benda Tajam
Ciri-ciri suatu luka dapat menunjukkan cara benda penyebabnya digunakan. Hal ini
tergantung dari jenis benda penyebab luka tersebut. Cara penggunaan senjata tajam dapat
dibedakan, yaitu diiriskan, ditusukan, dan dibacokkan.
1. Luka Iris
Luka iris merupakan luka yang terjadi jika benda tajam yang mengenai tubuh
hampir sejajar dengan permukaan tubuh. Luka iris dapat ditandai dengan panjang luka
lebih besar dari dalamnya, tepi rata, disekitar luka umumnya tidak ditemukan memar dan
luka lecet, dinding luka tidak terdapat jembatan jaringan, dan sudut luka runcing.
Jenis luka ini umumnya lebih sering ditemukan pada kecelakaan dan bunuh diri.
Bila luka mengenai pembuluh darah besar, maka kematian korban dapat disebabkan oleh
perdarahan atau masuknya udara kedalam pembuluh darah (emboli darah).
Pada bunuh diri sering ditemukan luka-luka sayat yang khas yang disebut luka sayat
percobaan. Lokasi luka percobaan hampir selalu pada lengan-pergelangan tangan atau
leher merupakan irisan-irisan yang berkelompok dengan arah yang hampir sejajar.
2. Luka Tusuk
Luka tusuk disebabkan oleh benda tajam dengan posisi menusuk atau korban yang
terjatuh di atas benda tajam. Bila pisau yang digunakan bermata satu, maka salah satu
sudut akan tajam, sedangkan sisi lainnya tumpul atau hancur. Jika pisau bermata dua,
maka kedua sudutnya tajam.
Deskripsi luka tusuk pada umumnya sama dengan diskripsi luka tusuk pada
umumnya sama dengan deskripsi luka lainnya yaitu berdasarkan jumlah, letak, bentuk,
ukuran dan sifat.
Bentuk luka tusuk tidak sepenuhnya tergantuk bentuk senjata. Jaringan elatis
dermis, bagian kulit yang lebih dalam, mempunyai efek yang sesuai dengan bentuk
senjata. Harus dipahami bahwa jaringan elastis berbentuk garis lengkung pada seluruh
area tubuh, sehingga jika ditusuk tegak lurus garis tersebut, maka lukanya akan lebar dan
pendek. Sedangkan bila ditusuk parallel dengan garis tersebut, luka yang terjadi sempit
dan panjang.
13
TRAUMATOLOGI

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk luka tusuk, salah satunya
adalah reaksi korban saat ditusuk atau pisau keluar, dimana hal tersebut dapat
menyebabkan lukanya menjadi tidak begitu khas. Manipulasi yang dilakukan pada saat
penusukan, juga akan mempengaruhi bentuk luka tusuk, misalnya :
a. Tusukan masuk, yang kemudian dikeluarkan sebagian dan kemudian ditusukan
kembali melalui saluran yang berbeda. Pada keadaan tersebut luka tidak sesuai
dengan gambaran biasanya
b. Tusukan masuk kemudian dikeluarkan dengan mengarah ke salah satu sudut,
sehingga luka yang terbentuk lebih lebar dan memberikan luka pada permukaan
kulit seperti ekor.
c. Tusukan masuk kemudian saat masih di dalam ditusukkan ke arah lain
menyebabkan saluran luka menjadi lebih luas. Luka luar yang terlihat juga lebih
luas dibandingkan dengan lebar senjata yang digunakan.
d. Tusukan masuk yang kemudian dikeluarkan dengan menggunakan titik terdalam
sebagai landasan menyebabkan saluran luka sempit pada titik terdalam dan terlebar
pada bagian superfisial. Sehingga luka luar lebih besar dibandingkan lebar senjata
yang digunakan.
e. Tusukan diputar saat masuk, keluar, maupun keduanya. Sudut luka berbentuk
ireguler dan besar. Jika senjata digunakan dengan kekuatan tambahan, dapat
ditemukan kontusio minimal pada luka tusuk tersebut. Hal ini juga dapat
diindikasikan adanya pukulan.
Panjang saluran luka dapat mengindikasikan panjang minimum dari senjata yang
digunakan. Harus diingat bahwa posisi tubuh korban saat ditusuk berbeda dengan saat
autopsi. Memanipulasi tubuh sesuai dengan posisi saat ditusuk sulit dilakukan atau
bahkan tidak mungkin mengingat berat dan adanya kaku mayat. Hal lain yang perlu
dipertimbangkan adalah adanya kompresi dari beberapa anggota tubuh pada saat
penusukkan. Pemeriksa yang sudah berpengalaman biasanya ragu-ragu untuk
menentukan jenis senjata yang digunakan.
Pisau yang ditusukan pada dinding dada dengan kekuatan tertentu akan mengenai
tulang rawan dada, tulang iga, dan bahkan sternum. Karakteristik senjata paling baik
dilihat melalui trauma pada tulang. Biasanya senjata yang tidak begitu kuat dapat rusak
atau patah pada ujungnya yang akan tertancap pada tulang. Sehingga dapat dicocokkan,
ujung pisau yang tertancap pada tulang dengan pasangannya.
3. Luka Bacok (Chop Wound)

13
TRAUMATOLOGI

Luka akibat benda tajam dapat pula disebabkan oleh benda tajam yang ukurannya
besar dan berat, seperti luka akibat golok, kapak, sabit dan celurit. Luka yang disebabkan
benda atau senjata yang ukurannya besar akan lebih hebat dan berat, disebut sebagai luka
bacok. Pada dasarnya terletak pada bagaimana senjata atau benda tajam tersebut
mengenai tubuh, yaitu tepi tajam yang pertama kali mengenai tubuh serta tenaga yang
dipakai sedemikian besarnya.
Bila pada pisau digerakkan menusuk dengan ujung pisau, faktor yang paling penting
diperhatikan adalah faktor tenaga atau kekuatan yang disertai serta faktor ketajaman
bagian benda tajam yang mengenai tubuh. Pada senjata seperti celurit, maka luka akan
diperberat dengan adanya gerakan untuk menarik clurit dari tubuh korban, selain faktor
gerakan dari korban sendiri.
Istilah ‘dibacokkan’ mengandung pengertian bahwa senjata yang digunakan adalah
senjata tajam yang ukurannya relatif besar dan diayunkan dengan tenaga yang kuat
sehingga mata tajam dari senjata tersebut mengenai suatu bagian dari tubuh. Tulang-
tulang di bawahnya biasanya berfungsi sebagai bantalan sehingga ikut menderita luka.
Makin tajam instrumen makin tajam pula tepi luka. Sebagaimana luka lecet yang
dibuat oleh instrumen tajam yang lebih kecil, luka akibat penapisan dapat terjadi pada
tempat dimana bacokan dibuat. Abrasi lanjutan dapat ditemukan pada sisi di seberang
tempat penapisan, yang disebabkan oleh hapusan bilah yang pipih. Pada instrumen
pembacok yang diarahkan pada kepala, sudut besaran bilah terkadang dapat dinilai dari
bentuk patahan tulang tengkorak. Sisi pipih bilah bias meninggalkan cekungan pada salah
satu sisi patahan, sementara sisi yang lain dapat tajam atau menipis.
Berat senjata penting untuk menilai kemampuannya memotong hingga tulang di
bawah luka yang dibuatnya. Ketebalan tulang tengkorak dapat dikalahkan dengan
menggunakan instrument yang lebih berat. Ketebalan tulang tengkorak dapat dikalahkan
dengan menggunakan instrument yang lebih berat. Perlu dicatat kemungkinan
dilakukannya pemelintiran setelah terjadi bacokan dan dalam upaya melepaskan senjata.
Gerakan tersebut, jika dilakukan dengan tekanan dapat mengakibatkan pergeseran tulang,
umumnya di dekat kaki-kaki luka bacok.
Terdapat dua tipe luka yang dapat disebabkan oleh instrumen tajam baik dengan
benda atau senjata tajam yang dapat dikenal dengan baik dan memiliki ciri yang dapat
dikenali dari aksi korban. Yang pertama merupakan “tanda percobaan”, yaitu insisi
dangkal yang dibuat sebelum luka yang fatal oleh individu yang berencana bunuh diri.
Luka percobaan tersebut seringkali terletak parallel dan terletak dekat dengan luka dalam
di daerah pergelangan tangan atau leher. Meskipun jarang sekali dilaporkan, luka bacok
13
TRAUMATOLOGI

superfisial ini di kepala dapat terjadi sebelum ayunan yang keras dan menyebabkan
kehilangan kesadaran dan/ atau kematian. Bentuk lainnya merupakan “luka perawatan”
yang dapat ditemukan di jari-jari, tangan, dan lengan bawah (jarang di tempat lain) dari
korban sebagaimana ia berusaha melindungi diri dari ayunan senjata, contohnya dengan
menggenggam bilah dari instrument tajam.
Luka-luka yang merupakan luka bacok (chop wound) memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Ciri-ciri umum luka akibat benda tajam
b. Ukuran luka besar dan menganga
c. Panjang luka kurang lebih sama dengan dalam luka
d. Biasanya tulang-tulang dibawahnya ikut menderita luka
e. Jika senjata yang digunakan tidak begitu tajam maka di sekitar garis batas luka
terdapat memar.
Kematian pada luka bacok biasanya terjadi pada kasus pembunuhan dan kecelakaan.
Sebab kematian pada luka bacok, yaitu perdarahan, rusaknya organ vital, emboli udara,
infeksi dan sepsis, dan refleks vagal pada luka bacok di daerah leher.
Luka bacok (panjang=dalam)nluka ini tergantung dua faktor yaitu:
1) Jenis senjata biasanya senjata yang digunakan sedikit tajam/tajam dan relatif berat
seperti kapak atau parang
2) Tenaga yang digunakan biasanya lebih besar dari luka tusuk atau luka iris

F. Perbedaan Trauma Tajam dan Trauma Tumpul


Tabel 3.1. Perbedaan antara luka akibat benda tajam dan benda tumpul
Benda tumpul Benda tajam
Bentuk garis batas luka tidak teratur dan tepi Garis batas luka tegas
luka tidak rata
Bila ditautkan tidak dapat rapat (karena Bila ditautkan membentuk garis lurus
sebagian jaringan hancur)
Tebing luka tidak rata dan terdapat jembatan Tebing luka rata, tidak ada jembatan
jaringan jaringan
Disekitar garis batas luka ditemukan memar Biasa tidak ditemukan memar
Lokasi luka lebih mudah terjadi pada daerah Bentuk luka bergantung dari cara
yang dekat tulang (misalnya daerah kepala, benda tajam tersebut mengenai sasaran
muka dan ekstremitras) dan bentuk luka
tidak menggambarkan bentuk dari benda
penyebabnya.

G. Perbedaan Sifat Luka Akibat Bunuh Diri, Pembunuhan, dan Kecelakaan

13
TRAUMATOLOGI

Pada kasus bunuh diri dengan benda atau senjata tajam, maka cara yang terbanyak
dijumpai adalah dengan cara memotong (mengiris) tenggorokan. Bila korban menggunakan
tangan kanan untuk maksud tersebut maka pada umumnya luka iris akan dimulai dari bawah
telinga sebelah kiri dan berjalan di bawah dagu ke sebelah kanan, dengan demikian luka
tersebut berjalan dari kiri atas belakang ke kanan bawah depan. Bila korban menggunakan
tangan kirinya atau orang yang kidal akan terdapat keadaan yang sebaliknya.
Pada pemeriksaan yang teliti dari luka akan sering didapatkan satu atau lebih luka yang
lebih dangkal dan berjalan sejajar disekitar luka utama, luka-luka tersebut adalah luka
percobaan (hesitation mark). Luka-luka percobaan dapat pula ditemukan pada bagian lain dari
tubuh, seperti pada pergelangan tangan atau pergelangan kaki, lipat siku atau pada daerah perut.
Luka-luka tersebut umumnya yang terjangkau oleh tangan korban serta biasanya tidak
menembus pakaian karena umunya korban menyingkap pakaian terlebih dahulu.
Selain daerah leher, daerah dada merupakan daerah tersering, dalam hal ini sesuai dengan
letak jantung, serta pada daerah perut biasanya daerah lambung. Lokasi-lokasi tersebut
merupakan lokasi yang sering dipilih oleh korban di dalam kasus bunuh diri; di dalam kasus-
kasus tersebut biasanya bentuk luka yang didapatkan adalah luka tusuk. Luka-luka percobaan
tentunya dapat pula dijumpai. Luka-luka yang menunjukkan adanya tanda-tanda perlawanan
pada kasus bunuh diri dengan sendirinya tidak akan didapatkan.
Pada kasus bunuh diri selain luka-luka utama yaitu luka yang fatal, yang terdapat baik
pada daerah leher, dada atau daerah lambung serta adanya luka-luka percobaan; pada tangan
korban tidak jarang akan ditemukan pisau yang tergenggam dengan sangat kuatnya, ini
disebabkan adanya kekakuan yang terjadi seketika pada otot-otot tangan korban yang
menggenggam pisau. Kekakuan seketika tersebut dikenal dengan istilah “cadaveric spasm”,
yang mencerminkan adanya faktor stres emosional dan intravitalitas. Dengan demikian adanya
senjata yang tergenggam erat tersebut pada korban, hampir dapat ditentukan dengan pasti
bahwa korban telah melakukan bunuh diri; dan mengingat bahwa faktor stres emosional atau
ketegangan jiwa merupakan faktor yang memungkinkan terjadinya “cadaveric spasm”.
Pada keadaan dimana pisau tidak tersedia, seperti didalam rumah tahanan atau lembaga
permasyarakatan, maka bunuh diri dapat pula dengan mempergunakan benda-benda tajam
lainnya seperti : pecahan kaca, pecahan botol, dan kepingan kaleng. Dengan demikian kelainan
yang didapatkan pada pemeriksaan lebih bervariasi.
Pada kasus pembunuhan, sulit untuk membunuh seseorang hanya dengan satu tusukan
saja, kecuali bila korbannya sedang tidur atau dalam keadaan sangat lemah atau bila korban

13
TRAUMATOLOGI

diserang secara mendadak dan yang terkena adalah organ tubuh yang vital. Jumlah luka
umumnya lebih dari satu, tidak mempunyai tempat atau lokasi tertentu, seringkali didapatkan
luka-luka yang didapat sewaktu korban melakukan perlawanan, luka-luka yang terakhir tadi
disebut luka tangkis. Luka-luka tangkis dapat ditemukan pada daerah lengan bawah bagian
dalam atau pada telapak tangan. Luka-luka pada telapak tangan dimungkinkan bila korban
berusaha menangkap atau merebut ataupun menangkis serangan lawannya.
Luka mematikan biasanya pada daerah leher, dada, dan pada daerah perut dimana terdapat
organ-organ vital. Sebagai dokter, diharapkan dapat membedakan kasus pembunuhan dimana
korban digorok lehernya dengan kasus bunuh diri. Terdapat perbedaan-perbedaan pokok,
diantaranya arah atau letak luka yang mendatar, tidak adanya luka-luka percobaan dan
didapatkan luka-luka tangkis.
Perlu diingat pula bahwa terdapat banyak benda atau senjata tajam yang bentuknya
runcing-runcing, misalnya pisau saku dan ganco. Dengan menggunakan benda atau senjata
yang demikian, pembunuhan dapat dilakukan dengan cara menghantam benda atau senjata
tajam tersebut ke kepala korban, menembus tulang dan masuk kedalam otak. Sehingga akan
didapati luka-luka yang terjadi seperti kasus-kasus diatas tadi, hanya ukurannya kecil dan
berbentuk celah saja, maka pada pemeriksaan luar dari korban haruslah dilakukan dengan
seteliti dan secermat mungkin.

Tabel 3.2. Perbedaan Sifat Luka Pembunuhan, Bunuh Diri, Kecelakaan


Pembunuhan Bunuh Diri Kecelakaan
Lokasi luka Sembarang Terpilih Terpapar
Jumlah luka Banyak Banyak Tunggal/Banyak
Pakaian Terkena Tidak Terkena Terkena
Luka tangkis Ada Tidak Ada Tidak Ada
Luka percobaan Tidak Ada Ada Tidak Ada
Cedera sekunder Mungkin Ada Tidak Ada Mungkin Ada

H. Pembagian Derajat Luka


Jika dari sudut medik, luka merupakan kerusakan jaringan (baik disertai atau tidak
disertai diskontinuitas permukaan kulit) akibat trauma. Bila ditinjau dari sudut hukum, luka
merupakan kelainan yang disebabkan oleh suatu tindak pidana, baik yang bersifat intentional
(sengaja), recklessness (ceroboh), atau negligence (kurang hati-hati). Untuk menentukan berat
13
TRAUMATOLOGI

ringannya hukuman perlu ditentukan lebih dahulu berat ringannya luka. Kebijakan hukum
pidana di dalam penentuan berat ringannya luka tersebut didasarkan atas pengaruhnya terhadap
kesehatan jasmani, kesehatan rohani, kelangsungan hidup janin dalam kandungan, estetika
jasmani, pekerjaan/jabatan atau pekerjaan mata pencaharian, serta fungsi alat indera.
1. Luka Ringan
Luka yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan
jabatan atau pekerjaan mata pencahariannya.
2. Luka Sedang
Luka yang dapat menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan
jabatan atau pekerjaan mata pencahariannya untuk sementara waktu (sementara waktu
harus dinyatakan beberapa hari atau bulan).
3. Luka Berat
a. Penyakit atau luka yang tak dapat diharapkan sembuh dengan sempurna
b. Luka yang datang mendatangkan bahaya maut
c. Rintangan tetap menjalan pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata pencahariannya.
d. Kehilangan salah satu dari panca indera
e. Cacat besar atau kudung
f. Mengakibatkan kelumpuhan
g. Mengakibatkan gangguan daya pikir empat minggu lamanya atau lebih
h. Mengakibatkan keguguran atau matinya janin dalam kandungan

I. Aspek Medikolegal
Di dalam melakukan pemeriksaan terhadap orang yang menderita luka akibat kekerasan,
pada hakekatnya dokter diwajibkan untuk dapat memberikan kejelasan dari permasalahan
sebagai berikut :
a. Jenis luka apakah yang terjadi?
b. Jenis kekerasan atau senjata apakah yang menyebabkan luka?
c. Bagaimanakah kualifikasi luka?
Pengertian kualifikasi luka semata-mata pengertian llmu Kedokteran Forensik, yang
hanya baru dipahami seielah mempelajan pasal-pasal dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana, yang bersangkutan dengan Bab XX (Tentang Penganiayaan), terutama pasal 351 dan
pasal 352; dan Bab IX (Tentang Arti Beberapa Istilah Yang Dipakai Dalam Kitab Undang-
Undang), yaitu pasal 90.
Pasal 351
1. Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau
denda paling banyak tiga ratus rupiah
2. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana penjara
paling lama lima tahun
3. Jika mengakibatkan mati, dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun
4. Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan
5. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana
13
TRAUMATOLOGI

Pasal 352
1. Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan tidak
menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan, jabatan, atau
pencaharian, diancam, sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling
lama tiga bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah. Pidana dapat ditambah
sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja
padanya, atau menjadi bawahannya.
2. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana
Pasal 90
Luka berat berarti:
1. Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama
sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut
2. Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan pekerjaan pencaharian
3. Kehilangan salah satu panca indera
4. Mendapat cacat berat (vermin king)
5. Menderita sakit lumpuh
6. Terganggunya daya pikir selama empat minggu
7. Gugurya atau matinya kandungan seorang perempuan.
8. Oleh karena istilah "penganiayaan" merupakan istilah hukum, yaitu. dengan sengaja
melukai atau menimbulkan perasaan nyeri pada seseorang, maka di dalam Visum et
Repertum yang dibuat dokter tidak boleh mencantumkan istilah penganiayaan,
oleh karena dengan sengaja atau tidak itu merupakan urusan hakim. Demikian pula
dengan menimbulkan perasaan nyeri sukar sekali untuk dapat dipastikan secara obyektif,
maka kewajiban dokter di dalam membuat Visum et Repertum hanyalah menentukan
secara obyektif adanya luka, dan bila ada luka, dokter harus menentukan derajatnya.

J. Pemeriksaan di tempat kejadian perkara


Bila petugas datang ke tempat kejadian perkara, pemeriksaan harus dilakukan dengan cermat
dan hati-hati. Catat waktu tiba di tempat kejadian, buat sketsa dan foto dari berbagai sudut, cari sidik
jari, perhatikan bercak dan genangan darah, serta kumpulkan keterangan dari para saksi. Bila senjata
yang diduga dipakai untuk membunuh korban itu ditemukan, di dalam memperlakukan senjata
tersebut harus berhati-hati, jangan merusak sidik jari yang mungkin ada pada senjata tersebut, bercak
darah, sobekan pakaian, rambut serta benda bukti lain.
Senjata atau alat yang ditemukan tidak boleh diambil dengan tangan telanjang, tetapi pakailah
pinset atau pinsil atau alat-alat yang sejenis dan masukkan ke dalam kantung kertas atau plastik yang
bersih untuk kemudian dikirim ke laboratorium, guna pemeriksaan lebih lanjut.
13
TRAUMATOLOGI

Sebelum mengubah posisi tubuh korban, buat catatan dan foto dari keadaan sepeti di bawah ini,
yaitu :
1. Posisi yang tepat dari tubuh korban dan hubungannya dengan ojek yang ada ditempat kejadian,
seperti bagaimana letak korban terhadap lemari, pintu, jendela, dan terhadap senjata yang
ditemukan.
2. Pakaian yang dipakai korban. Hal ini dapat menunjukkan apakah ada robekan, terlepasnya
kancing, serta distribusi dari bercak darah.
3. Catat posisi tangan dalam hubungannya dengan senjata yang ditemukan
4. Catat sifat umum dari luka yang terdapat pada korban yaitu: lokasi, luka tusuk atau luka iris, ada
tidaknya luka tangkis, banyaknya perdarahan (untuk memperkirakan sampai berapa lama korban
dapat bertahan hidup setelah ia mendapat luka, yang pada umumnya bila kematian cepat terjadi,
jumlah darah yang keluar tidak begitu banyak bila dibandingkan dengan darah yang keluar dari
korban yang dapat bertahan hidup lebih lama), sifat dan distribusi dari bercak, serta cata adanya
tanda yang menunjukkan bahwa korban pernah dipindahkan atau diseret.

13

You might also like