Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, Undang-undang Dasar 1945 dan
Pemerintah serta yang bersatu padu, bermental baik, berwibawa, berdaya guna,
berhasil guna, bersih, berkualitas dan sadar akan tanggung jawabnya sebagai
unsur Aparatur Negara, Abdi Negara dan Abdi Masyaarakat. Pegawai Negeri
bukan saja unsur Aparatur Negara, tetapi juga adalah abdi negara dan abdi
kepentingan masyarakat, oleh sebab itu dalam pembinaan, Pegawai Negeri bukan
saja dilihat dan diperlakukan sebagai aparatur negara tapi juga sebagai warga
lain tentang kedudukan, kewajiban, hak dan pembinaan Pegawai Negeri. Dalam
Nasional
berkewajiban untuk
kerja
maka pihak kedua akan diberi sanksi sebagaimana yang tercantum dalam pasal 7
perjanjian yakni :
tersebut tidak terlaksana sebagaimana mestinya. Hal ini dapat dilihat di beberapa
perguruan tinggi yang ada di provinsi riau seperti Universitas Negeri Riau,
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau dan Politeknik Negeri
Bengkalis
tesis dengan judul “Penerapan Sanksi Terhadap Aparatur Sipil Negara Yang
B. Rumusan Masalah
Nasional ?
3. Apa upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan Penerapan Sanksi
riau.
2. Kegunaan Penelitian
penelitian
B. Tinjauan Pustaka
Penelitian mengenai “Perlindungan hukum terhadap pekerja dalam
ini merupakan hasil penelitian dan pemikiran penulisan denga didasari pada
permasalahan serupa tetapi tidak ditemukan hasil penelitian lain yang secara
Ketenagakerjaan.
mediatornya.
E. Kerangka Teori
Karena kehendak adalah proses batiniah yang tidak tampak, maka yang
kehendak. Jika terjadi ketidak sesuaian antara pernyataan dan kehendak, maka
perjanjian tetap terjadi. Dalam prakteknya teori ini sulit untuk diterapkan
karena kekeliruan tidak dapat dikoreksi. Untuk itu ada pendapat, bahwa sikap
2. Teori Pernyataan
Karena kehendak adalah proses batiniah yang tidak tampak, maka yang
kehendak. Jika terjadi ketidak sesuaian antara pernyataan dan kehendak, maka
perjanjian tetap terjadi. Dalam prakteknya teori ini sulit untuk diterapkan
karena kekeliruan tidak dapat dikoreksi. Untuk itu ada pendapat, bahwa sikap
pengertiannya ten tang hukum. Bagi Pound, hukum bukan saja sekumpulan sistem
peraturan, doktrin, dan kaidah atau azas-azas, yang dibuat dan diumumkan oleh
badan yang berwenang, tetapi juga proses-proses yang mewujudkan hukum itu
hukum kita tidak dapat lepas membicarakannya dari kehidupan manusaia. Setiap
berkeluarga, dan sebagainya. Dari sejak kecil beranjak dewasa serta menjelang
1
Roscoe Pound. 1996. Pengantar Filsafat Hukum. Bhratara Niaga Media : Jakarta. hlm 11
2
Mertokusumo, Sudikno. Mengenal Hukum: Suatu Pengantar. Yogyakarta: Liberty, 2005.
Hlm 19
terorganisir untuk mencapai dan merealisasikan tujuan bersama. Kalau disebuah
pulau hanya terdapat seorang manusia saja belumlah dapat dikatakan ada
masyarakat, tetapi kalau kemudian datangmanusia lain di pulau itu akan terjadilah
kedua manusia itu sama lain adalah pemenuhan kebutuhan atau kepentingan
bersifat jasmaniah dan rohaniah, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja,
yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempertinggi produktivitas kerja
sistem hubungan kerja secara harmonis tanpa disertai adanya tekanan dari pihak
yang kuat kepada pihak yang lemah. Untuk itu pengusaha wajib melaksanakan
atas:
nilai-nilai agama.
penghidupan yang layak tanpa membedakan jenis kelamin, suku, ras, agama dan
3
Abdul Khakim,, Dasar-dasar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Bandung, Citra Aditya
Bakti,2009, hlm. 105
aliran politik sesuai dengan minat dan kemampuan tenaga kerja yang
kulit dan aliran politik4. Sedangkan pada Pasal 99 ayat (1) Undang-Undang
kerja.6
manusia, perlindungan fisik dan sosial ekonomi melalui norma yang berlaku
dalam perusahaan. Dengan demikian, secara teoritis dikenal ada tiga jenis
kecelakaan yang dapat ditimbulkan oleh alat-alat kerja atau bahan yang
4
Pada Pasal 6 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
5
Pasal 99 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
dikerjakan. Perlindungan ini lebih sering disebut sebagai keselamatan
kerja.
dalam menentukan asas organisasinya tetapi tidak boleh menggunakan asas yang
federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh mempunyai sifat antara lain
7
Asyhadie Zaeni, Hukum Kerja: Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada,2007,hlm 37
8
Rachmat, Martoyo. 1991. Serikat pekerja, pengusaha, dan kesepakatan kerja bersama.
manapun.
5. Bertanggung jawab ialah untuk mencapai tujuan dan melaksanakan hak dan
Negeri,
9
Imam Soepomo, Hukum Perburuhan Bidang Hubungan Kerja (Jakarta: Djambatan,
2000), hlm. 74
2. Penyelesaian diluar Pengadilan yang terdiri dari 4 cara yang dapat dipilih oleh
ketenagakerjaa kabupaten/kota.
biasanya dapat selesai dan berakhir dengan damai, tapi kadang kala tidak dapat
selesaikan dengan adanya proses mediasi saja. Hal ini disebabkan karena salah
satu pihak tidak merasa puas dengan keputusan yang di hasilkan dalam proses
mediasi. Maka dengan adanya undang-undang baru inilah penulis merasa tertarik
Industrial yang sederhana, cepat, adil dan murah yang juga dilihat dari aspek
2. Perselisihan kepentingan;
kerja oleh pengusaha dan pekerja atau serikat pekerja adalah dengan melakukan
atau serikat buruh dalam satu perusahaan, melalui musyawarah yang ditengahi
oleh seorang mediator yang netral, sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 angka 1
yaitu pejabat konsiliasi yang diangkat dan diberhentikan oleh menteri tenaga kerja
10
Sentanoe Kertonegoro, Hubungan Industrial, Hubungan Antara Pengusaha dan
Pekerja (Bipartid) dan Pemerintah (Tripartid), 2001, Yayasan Tenaga Kerja Indonesia, Jakarta,
hlm 23
11
Pasal (6) dan pasal ( 7) Undang-Undang Nomor 2 tahun 2004
berdasarkan saran organisasi serikat pekerja atau serikat buruh. Penyelesaian
disebutkan bahwa hakim yang bersidang terdiri dari 3 hakim, satu hakim karir dan
dua hakim ad hoc. Hakim ad hoc adalah anggota majelis hakim yang ditunjuk dari
organisasi pekerja dan organisasi pengusaha. Hakim ad hoc, dianggap orang yang
mengerti dan memahami hukum perburuhan saat ini dengan baik. Tujuannya,
serikat pekerja/atau serikat buruh. Bila upaya penyelesaian secara bipartit tidak
berhasil, maka salah satu pihak yang berselesih mencatatkan kasus perselisihanya
3. Adanya upah.
mempercepat pembudayaan sikap mental dan sikap sosial Hubungan Industrial. Oleh
karena itu setiap peraturan dalam hubungan kerja tersebut harus mencerminkan
dan dijiwai oleh nilai-nilai budaya dalam perusahaan, terutama dengan nilainilai
12
Sendjun Manulang, Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia (Jakarta:
Industrial di Indonesia, Beran, Tirtonirmolo Kasihan Bantul Yogyakarta: Absolute Media, hlm.
28-29
ketenagakerjaan nomor 13 tahun 2003 bahwa hubungan industrial dilaksanakan
4) Organisasi pengusaha
6) Peraturan perusahaan
lebih dapat membentuk Lembaga Kerja Sama (LKS) Bipartit dan anggota-anggota yang
terdiri dari unsure pengusaha dan pekerja yang ditunjuk berdasarkan kesepakatan dan
keahlian.
perselisihan industrial.
hidup perusahaan.
perusahaan.
dari 2 anggota).
untuk mufakat.
sebagai berikut :
dapat dilakukan dengan lembaga tersebut, begitu pula jika ada Serikat Pekerja,
maka konsultasi dapat dilakukan dengan Serikat Pekerja yang telah disahkan.
2) Jika Lembaga Kerjasama Bipartit dan Serikat Pekerja tidak ada, maka
tersebut.
Perundingan antara pengusaha dengan pekerja untuk menyelesaikan
perundingan;
para pihak;
Perjanjian bersama;
6) Salah satu pihak atau pihak yang dirugikan dapat mengajukan permohonan
Sudah umum bilamana kepastian sudah menjadi bagian dari suatu hukum,
hal ini lebih diutamakan untuk norma hukum tertulis. Hukum tanpa nilai
kepastian akan kehilangan kati diri serta maknanya, karena tidak lagi dapat
merupakan tujuan utama dari hukum. Apabila dilihat secara historis banyak
karena keteraturan merupakan inti dari kepastian itu sendiri. Dari keteraturan akan
dijalankan dengan cara yang baik. Kepastian hukum menghendaki adanya upaya
yang dapat menjamin adanya kepastian bahwa hukum berfungsi sebagai suatu
asas yang harus dipenuhi oleh hukum, yang apabila tidak terpenuhi, maka hukum
akan gagal untuk disebut sebagai hukum, atau dengan kata lain harus terdapat
6. Tidak boleh menuntut suatu tindakan yang melebihi apa yang bisa
dilakukan;
Pendapat Lon Fuller di atas dapat dikatakan bahwa harus ada kepastian
dijalankan.
F. Metode Penelitian
berikut:
berlaku dalam masyarakat dalam hal ini terkait perlindungan hukum terhadap
2. Lokasi Penelitian
Perkebunan di Provinsi Riau alasan ditetapkan lokasi ini karena di Provinsi riau
penelitian ini adalah lansung kepada pihak terkait yaitu Perusahaan Perkebunan
di Provinsi Riau yang tergabung dalam Sinar Mas Group, Surya Dumai Group,
PTPN V ,bagian Personalia dan HRD, Pekerja, Serikat Pekerja, Instansi terkait
menentukan penelitian Sampel dalam penelitian ini adalah lansung kepada pihak
terkait.
sensus yaitu menetapkan sampel berdasarkan jumlah populasi yang ada secara
mewakili jumlah populasi yang ada, yang kategori sampelnya itu telah ditetapkan.
4. Sumber data
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari masyarakat yang
b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari kepustakaan yang berkaitan
c. Data tertier, yaitu data yang diperoleh dari kamus, ensiklopedia dan
3. Wawancara yakni, dalam hal ini penulis mengumpulkan data dengan cara
akan diteliti
6. Analisis data
Setelah data sekunder dan data primer dikumpulkan dari penelitian maka
kualitatif, yaitu uraian terhadap hasil penelitian dan data terkumpul dengan
digunakan metode berfikir induktif, yakni cara berfikir yang menarik suatu
kesimpulan dari suatu pertanyaan yang bersifat khusus menjadi suatu pernyataan
7. Sistematika Penulisan
rumusan masalah yang menjadi objek Penelitian, jenis penelitian, lokasi penelitian
BAB III merupakan Landasan atau teori yang digunakan dalam membuat
penulisan