You are on page 1of 3

BAB IV

ANALISA KASUS

Hepatoma disebut juga kanker hati atau karsinoma hepatoseluler atau karsinoma hepato
primer. Hepatoma merupakan pertumbuhan sel hati yang tidak normal yang di tandai dengan
bertambahnya jumlah sel dalam hati yang memiliki kemampuan membelah/mitosis disertai
dengan perubahan sel hati yang menjadi ganas.
Pada kasus ini, Tn. BU, laki-laki 58 tahun, bekerja sebagai buruh bangunan, sudah
menikah, datang ke RSUD Palembang Bari dengan keluhan utama nyeri perut kanan atas yang
semakin memberat sejak ± 2 hari sebelum masuk rumah sakit dan keluhan tambahan berupa
Mual dan muntah setiap makan sejak 1 bulan SMRS. Melalui identitas pasien, diketahui pasien
berusia lanjut (diatas 40 tahun) dimana sesuai dengan epidemiologi keganasan, sehingga
diagnosis banding keganasan dapat dimasukkan, dan pasien berjenis kelamin laki-laki, dimana
angka kejadian keganasan lebih tinggi pada laki-laki. Pada anamnesis didapatkan keluhan
nyeri perut kanan atas, perut terasa cepat penuh dan sesak apabila diisi makanan, mual dan
muntah, nafsu makan menurun, badan kuning. Pada pasien juga didapatkan tanda peningkatan
tekanan porta atau hipertensi porta yang diketahui melalui riwayat perut membesar berisi
cairan (asites) dan dilanjutkan dengan kaki bengkak (edema pretibial), namun tidak ada
pembengkakan pada mata (edema palpebra). Berdasarkan keluhan pasien, kemungkinan organ
yang mengalami gangguan adalah hepar, yang dapat mengarah ke suatu proses keganasan
maupun proses inflamasi oleh abses. Pada pasien tidak didapatkan riwayat diare sebelumnya,
baik itu diare yang disertai oleh darah maupun tidak. Lalu, pasien juga mengaku mangalami
penurunan berat badan hingga lebih dari 6 kg, yang dapat mengarah ke suatu proses keganasan.
Sehingga dari anamnesis, kemungkinan adanya proses keganasan hepar dapat diprioritaskan
dan kemungkinan inflamasi pada hepar akibat suatu abses dapat disingkirkan. Keluhan pasien
juga diperberat dengan nyeri perut kanan atas yang semakin memberat jika mengonsumsi
makanan dan jika berubah posisi terutama dari tidur ke posisi berdiri. Pada pasien
kemungkinan ada nyeri kolik yang dapat disebabkan oleh batu pada kantung empedu.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan sklera ikterik (+/+) dan hepar teraba 3 jari BAC,
permukaan berbenjol-benjol, konsistensi keras, permukaan tidak rata dan nyeri tekan (+). Hal
ini memungkinkan adanya keganasan pada hepar. Pada pemeriksaan fisik juga didapatkan
tanda-tanda adanya batu empedu yang didapatkan dari rasa mual dan muntah setelah makan
dan murphy sign (+). Namun, pada pemeriksaan fisik pasien ini tidak ditemukan nyeri ketok
pada sela iga ke VII atau ludwig sign (-), sehingga dapat membantu menyingkirkan diagnosis
adanya abses hepar.
Pada pemeriksaan penunjang laboratorium didapatkan peningkatan SGOT, SGPT,
HBsAg (+) dan anti HCV (-). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kerja dari hepar
disertai adanya infeksi hepatitis B kronis yang tidak aktif. Didapatkan pula leukosit awal saat
datang ke rumah sakit 14,8x103/mm3 yang menunjukkan adanya suatu proses inflamasi yang
disebabkan oleh infeksi. Sehingga kemungkinan adanya infeksi dari kantung empedu atau
kolesistitis maupun dari abses hepar belum dapat disingkirkan. Dari hasil pemeriksaan
radiologi berupa USG didapatkan kesan difuse hepatoma dan multiple kolelithiasis dan tanda
kolesistitis berupa adanya penebalan kantung empedu. Pemeriksaan tumor marker
Alfafetoprotein juga dilakukan pada pasien ini, didapatkan hasil positif yaitu >4000. Sehingga
diagnosis mengarah ke hepatoseluler karsinoma atau hepatoma yang kemungkinan disebabkan
oleh hepatitis B kronik disertai dengan kolesititis dengan kolelithiasis multiple.
Penegakan diagnosis hepatoma pada pasien ini didasarkan pada anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Kriteria diagnosa Kanker Hati Selular (KHS)
menurut PPHI (Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia), yaituh hati membesar berbenjol-benjol
dengan/tanpa disertai bising arteri, AFP (Alphafetoprotein) yang meningkat lebih dari 500 mg
per ml, Ultrasonography (USG), Nuclear Medicine, Computed Tomography Scann (CT
Scann), Magnetic Resonance Imaging (MRI), Angiography, ataupun Positron Emission
Tomography (PET) yang menunjukkan adanya karsinoma hepatoseluler, peritoneoscopy dan
biopsi menunjukkan adanya karsinoma hepatoseluler, dan hasil biopsi atau aspirasi biopsi
jarum halus menunjukkan karsinoma hepatoseluler. Diagnosa karsinoma hepatoseluler
didapatkan bila ada dua atau lebih dari lima kriteria atau hanya satu yaitu kriteria empat atau
lima.
Sebagai dokter umum, penatalaksaan hepatoma adalah kompetensi 2, yaitu dokter umum
wajib dapat mendiagnosis melalui pemeriksaan fisik dan penunjang sederhana serta merujuk
ke dokter spesialis yang relevan. Terapi yang diberikan pada pasien dengan hepatoma pada
kasus adalah terapi palliatif, yaitu mengarah ke simtomatik dan edukatif. Edukasi yang harus
ditekankan pada pasien adalah diet tinggi kalori dan tinggi protein yang digunakan untuk…..
dan edukasi tanda kegawatan kapan pasien harus segera dibawa ke doker atau rumah sakit,
yaitu apabila adanya koma hepatikum ditandai oleh penurunan kesadaran dan pecahnya varises
esophagus ditandai dengan muntah dan BAB darah. Terapi definitive pada hepatoma adalah
pembedahan, transplantasi hati, dan kemoterapi, walaupun tindakan tersebut belum
meningkatkan angka harapan hidup pasien. Sehingga pada pasien dengan keganasan
didapatkan prognosisnya adalah dubia ad malam.

You might also like