You are on page 1of 11

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/304503603

AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN ANTIOKSIDAN


HIDROLISAT HASIL HIDROLISIS PROTEIN SUSU
KAMBING DENGAN EKST....

Article · December 2015


DOI: 10.6066/jtip.2015.26.2.179

CITATION READS

1 1,582

4 authors, including:

Eni Kusumaningtyas Harsi Dewantari Kusumaningrum


Indonesian Research Center for Veterinary Sc… Bogor Agricultural University
11 PUBLICATIONS 59 CITATIONS 37 PUBLICATIONS 649 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

Maggy Thenawidjaja Suhartono


Bogor Agricultural University
113 PUBLICATIONS 703 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Biochemistry View project

Kinetic analysis of L-lysine production by fluoropyruvate sensitive mutant of B. lactofermentum View


project

All content following this page was uploaded by Maggy Thenawidjaja Suhartono on 10 August 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Versi Online: http://journal.ipb.ac.id/index.php/jtip J. Teknol. dan Industri Pangan
DOI: 10.6066/jtip.2015.26.2.179 Vol. 26(2): 179-188 Th. 2015 ISSN: 1979-7788
Hasil Penelitian Terakreditasi Dikti: 80/DIKTI/Kep/2012

AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN ANTIOKSIDAN HIDROLISAT HASIL HIDROLISIS


PROTEIN SUSU KAMBING DENGAN EKSTRAK KASAR BROMELIN

[Antibacterial and Antioxidant Activity of Hydrolysate from Goat Milk Protein Hydrolized
by Crude Bromelain Extract]

Eni Kusumaningtyas1,2), Raphaella Widiastuti1), Harsi Dewantari Kusumaningrum2),


dan Maggy Thenawidjaja Suhartono2)*
1)
Balai Besar Penelitian Veteriner, Jl RE Martadinata 30 Bogor, Bogor
2)
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor
Diterima 03 Agustus 2015 / Disetujui 02 November 2015

ABSTRACT
Goat milk is highly nutritious foodstuffs that b eneficial for improving health. The milk contains
b ioactive peptides which produced b y hydrolysis process. The aim of this study was to evaluate
antib acterial and antioxidant activities of hydrolisate produced from hydrolysis of goat milk protein b y crude
b romelain extract. Hydrolysis of goat milk protein was conducted using crude b romelain (0.1 U/mL) at pH
6, 50°C for 60 min. Hydrolysate was fractionated b y using memb rane molecular weight cut off 10 kD a.
hydrolysate b efore and after fractionation were assayed for antib acterial and antioxidant activities. Toxicity
of the Hydrolysate was determined b y hemolysis assay. The result showed that the hydrolysate b efore and
after fractionation inhib ited growth of E. coli, S. Typhimurium and L. monocytogenes. Hydrolysate after
fractionation has higher antib acterial activity indicated that fractionation was ab le to improve antib acterial
activities of the hydrolysate fraction. The hydrolysate showed scavenging activity to ABTS and DPPH
radicals. Fraction <10 kDa has the highest antioxidant activity against b oth ABTS and DPPH radicals.
Hemolysis assay showed that hydrolysate b efore and after fractionation did not cause lysis of red b lood
cells, indicating safe for application. Both fraction <10 kDa and >10 kDa not only showed ab sence of
hemolysis b ut also they were ab le to reduce autolysis of red b lood cells. The result showed that
hydrolysate from goat milk hydrolyzed b y b romelain were ab le to b e antib acterial and antioxidant.
Keywords: antib acterial, antioxidant, b romelain, goat milk , hydrolysate

ABSTRAK
Susu kambing merupakan bahan pangan bernutrisi tinggi yang bermanfaat untuk meningkatkan
kesehatan. Susu mengandung peptida bioaktif yang dapat dihasilkan melalui proses hidrolisis. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengevaluasi aktivitas antibakteri dan antioksidan hidrolisat yang dihasilkan
dari hidrolisis protein susu kambing dengan bromelin. H idrolisis protein susu kambing dilakukan
menggunakan ekstrak kasar bromelin (0,1 U/mL) pada pH 6, 50°C selama 60 menit. Hidrolisat difraksinasi
menggunakan membran molecular weight cut off 10 kDa. Hidrolisat sebelum dan sesudah fraksinasi diuji
kemampuan antibakteri dan antioksidannya. Toksisitas hidrolisat dan hasil fraksinasinya ditentukan
dengan uji hemolisis. Hasil menunjukkan bahwa hidrolisat sebelum dan sesudah fraksinasi dapat meng-
hambat pertumbuhan E. coli, S. Typhimurium dan L. monocytogenes. Hidrolisat setelah fraksinasi
mempunyai aktivitas antibakteri lebih tinggi yang mengindikasikan bahwa fraksinasi dapat meningkatkan
aktivitas antibakteri. Fraksi hidrolisat juga menunjukkan aktivitas netralisasi radikal ABTS dan DPPH.
Fraksi <10 kDa mempunyai aktivitas antioksidan yang paling tinggi terhadap radikal ABTS dan DPPH. Uji
hemolisis menunjukkan bahwa hidrolisat sebelum dan sesudah fraksinasi tidak menimbulkan lisis pada sel
darah merah menandakan aman untuk diaplikasikan. Kedua fraksi <10 kDa dan >10 kDa tidak hanya
menunjukkan ketidakberadaan hemolisis tetapi juga dapat menurunkan autol isis pada sel darah merah.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa susu kambing yang dihidrolisis dengan bromelin dapat berfungsi
sebagai antibakteri dan antioksidan.
Kata kunci: antibakteri, antioksidan, bromelin, hidrolisat, susu kambing

PENDAHULUAN1 aminonya dan dapat meningkatkan kesehatan. Susu


juga dapat menjadi sumber peptida bioaktif dengan
Susu merupakan bahan pangan bernutrisi fungsi biologis yang luas (Szwajkowska et al., 2011).
tinggi yang ditandai dengan keseimbangan asam

*Penulis Korespondensi:
E-mail: mthenaw idjaja@yahoo.com

179
DOI: 10.6066/jtip.2015.26.2.179 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 26(2): 179-188 Th. 2015

Peptida bioaktif yang berasal dari protein susu (Salampessy et al., 2010) Hidrolisis protein oleh
sapi telah banyak dilaporkan, diantaranya adalah protease seperti bromelin menghasilkan hidrolisat
peptida yang dapat berfungsi sebagai antihipertensi yang mengandung campuran peptida yang bersifat
(Mos-lehishad et al., 2013), antibakteri (Atanasova bioaktif maupun yang tidak mempunyai aktivitas.
dan Ivanova 2010) antitrombotik, opioid, opioid anta- Oleh karena itu, diperlukan fraksinasi pemekatan
gonis, immunomodulator, antifungi, mencegah dan pemurnian peptida bioaktif. Beberapa metode
amnesia, dan optimalisasi kontrol kontraksi dan dapat digunakan untuk mengisolasi peptida bioaktif
relaksasi otot polos (Szwajkowska et al., 2011) yang diinginkan dan memisahkan dari protein yang
misalnya pada kandung kemih (Uckert et al., 2002). tidak terhidrolisis atau kontaminan lainnya. Salah
Susu kambing telah lama dimanfaatkan satunya adalah pemisahan menggunakan membran
sebagai pengganti susu sapi terutama yang mem- molecular weight cut off (MWCO). Filtrasi tersebut
punyai risiko alergi terhadap protein susu sapi. mampu memekatkan peptida yang diinginkan ber-
Meskipun demikian, laporan mengenai pemanfaatan dasarkan berat molekul tertentu (Vandanjon et al.,
susu kambing sebagai penghasil peptida bioaktif 2007). Metode filtrasi tersebut dinilai mudah untuk
belum banyak dilaporkan. Beberapa peptida bioaktif digunakan dalam skala besar dengan biaya yang
hasil hidrolisis enzimatik susu kambing yang telah lebih murah dibandingkan dengan metode kromato-
teridentifikasi adalah peptida antibakteri (Almaas et grafi cair (Muro et al., 2013).
al., 2011), antioksidan (Li et al., 2013) dan peng- Pada penelitian ini bromelin digunakan untuk
hambat Angiotensin converting enzyme (ACE) menghidrolisis protein susu kambing dan selanjut-
(Nandhini et al., 2012). Peptida-peptida tersebut nya hidrolisat yang dihasilkan diuji aktivitas anti-
biasanya masih terikat dalam protein alamiahnya bakteri dan antioksidannya. Pada uji antioksidan
dan dapat diisolasi melalui proses hidrolisis. Bebe- digunakan dua metode yaitu pengujian mengguna-
rapa enzim yang dapat digunakan untuk meng- kan [2, 2’-azino-bis (3-ethylbenzthiazoline-6-sulpho-
hidrolisis protein adalah enzim dari pencernaan nic acid)] (ABTS) dan 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl
hewan seperti tripsin, kimotripsin dan pepsin, dari (DPPH) untuk membandingkan dan mendapatkan
tanaman seperti bromelin dan papain atau enzim metode yang sesuai untuk sampel hidrolisat susu
yang dihasilkan oleh bakteri misalnya alkalase dari kambing. Hidrolisat tersebut mengandung peptida-
Bacillus licheniformis (Li et al., 2016). Keberhasilan peptida yang dapat berfungsi sebagai antibakteri
untuk mendapatkan potongan peptida yang bersifat sekaligus antioksidan dan akan membuka peluang
bioaktif sangat ditentukan oleh sumber protein dan untuk pemanfaatan peptida bioaktif dari susu
spesifitas enzim, sehingga pemilihan enzim merupa- kambing sebagai ingredien pangan fungsional di
kan tahap penting untuk mendapatkan peptida masa depan.
bioaktif dan akan menentukan bioaktivitas peptida
yang dihasilkan (Kumar et al., 2013). Bromelin
dihasilkan dari buah nanas yang banyak tersedia di
BAHAN DAN METODE
Indonesia. Kelebihan bromelin dibandingkan dengan
protease tanaman yang lain adalah bromelin mudah Bahan
diperoleh dan tersedia dari awal perkembangan Bahan yang digunakan pada penelitian ini
buah sampai buah matang meskipun ada fluktuasi adalah susu kambing peranakan Ettawa (PE) di-
pada aktivitas proteolitiknya (Maurer, 2001). Pro- peroleh dari peternakan kambing, Fakultas Peterna-
tease dari buah lain seperti tin dan papaya, ficin dan kan Institut Pertanian Bogor. Buah nanas bogor
papain hanya ditemukan ketika buah masih hijau mengkal diperoleh dari pasar di kota Bogor dan
dan protease menghilang setelah buah masak mikroorganisme yang digunakan pada penelitian ini
(Bartholomew et al., 2003). Selain itu, bromelin juga adalah Escherichia coli (ATCC 25922), Salmonella
aktif baik dalam bentuk enzim murni maupun masih enterica sub spesies enterica serovar Salmonella
dalam bentuk jus buah nanas. Pemanfaatan Typhimurium (ATCC 13311) dan Listeria mono-
bromelin untuk menghasilkan peptida bioaktif dari cytogenes (ATCC 15313).
susu kambing belum pernah dilaporkan. Persiapan susu kambing
Bromelin termasuk dalam sistein protease yang Lemak yang terkandung pada susu segar
dapat diisolasi dari buah nanas. Bromelin juga dipisahkan dengan sentrifugasi 6000×g (Hybrid
merupakan endoprotease yang memecah protein refrigerated centrifuge, CAX-371, Tomy Seiko,
menjadi peptida (Arshad et al., 2014). Bromelin Japan) pada suhu 4°C selama 15 menit. Susu
memecah protein pada ujung karbonil asam amino bebas lemak selanjutnya dihidrolisis atau disimpan
lisin, alanine, tirosin dan glisin (Godfrey dan Reichel, pada -20°C sampai digunakan.
1983). Bromelin dapat digunakan untuk mem-
produksi peptida bioaktif seperti peptida antimikroba Penentuan kadar protein
dari protein ikan Meuschenia sp. yang dapat meng- Pengukuran kadar protein dilakukan meng-
hambat Staphylococcus aureus dan Bacillus cereus gunakan larutan Bradford (Quick start
TM
Bradford

180
DOI: 10.6066/jtip.2015.26.2.179 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 26(2): 179-188 Th. 2015

protein assay, Bio-Rad Inc, Philadelphia, USA). Sodium dodecyl sulphate-polyacrilamide gel
Kurva standar dibuat dengan mereaksikan 5 μL electrophoresis (SDS-PAGE)
larutan standar Bovine serum albumin (BSA) Penentuan berat molekul peptida dilakukan
dengan berbagai konsentrasi dengan 95 μL larutan menggunakan SDS-PAGE (Laemmli, 1970) dengan
Bradford. Perlakuan yang sama dilakukan pada komposisi gel penahan 4% dan gel pemisah 10%
sampel protein dan aquades sebagai blanko. untuk protein dan 18% untuk peptida (Anderson et
Larutan didiamkan selama 5 menit dan diukur absor- al., 1983). Elektroforesis dilakukan pada tegangan
bansinya pada λ= 600 nm (Labsystems, original 100 Volt. Pewarnaan dilakukan menggunakan com-
Multiscan Ex, Champaign, USA). masie blue (Sigma-Aldrich, USA) untuk protein susu
kambing dan silver staining kit (Sigma-Aldrich, USA)
Ekstraksi dan penentuan aktivitas enzim untuk peptida.
Bromelin diekstrak dengan menghancurkan
buah nanas muda tanpa kulit menggunakan food Karakterisasi peptida dengan reverse-phase
processor. Jus yang diperoleh selanjutnya disaring high performance liquid chromatography (RP-
menggunakan kertas saring Whatman No. 41 HPLC)
(Sigma- Aldrich, USA), ditambahkan aseton (Sigma- Karakterisasi peptida dalam hidrolisat dilaku-
Aldrich, USA) dengan perbandingan 1:1 (v/v) dan kan menggunakan HPLC (Waters, Massachuset,
disimpan pada suhu 4°C semalam. Larutan disen- USA) berdasarkan metode McCann et al. (2006).
trifugasi (micro ultracentrifuge CS 150 NX, Hitachi, Sampel hidrolisat dimasukkan ke dalam kolom
Japan) pada suhu 4°C 6000 ×g selama 15 menit. HPLC C-18 (5 μm, 4.6 x 250 mm, Xterra, Waters,
Endapan kemudian dicampur dengan phosphate Massachuset, USA). Elusi hidrolisat dilakukan
buffer saline (PBS) pH 7,4 dengan perbandingan 1:1 dengan menggunakan gradient acetonitril (ACN)
(w/v) (Rowan et al., 1990). Penentuan aktivitas (Sigma-Aldrich, USA) dan trifuoroacetic acid (TFA)
enzim dilakukan menggunakan metode Bergmeyer (Sigma-Aldrich, USA) yang terdiri dari larutan A
dan Grassel (1983) dengan mereaksikan 250 μL 0,1% TFA (v/v) dalam ACN dan larutan B 0,1% (v/v)
kasein (Oxoid, UK) dengan konsentrasi 2% (w/v) TFA dalam air tanpa ion (deionized water). Sistem
dengan 50 μL enzim dan 250 μL PBS 0,05 M pH 7. HPLC diseimbangkan dengan 95% larutan B selama
Campuran reaksi diinkubasi pada suhu 37°C selama 5 menit, diikuti gradien linier 5-45% (v/v) larutan A
10 menit kemudian ditambahkan 500 μL TCA selama 20 menit untuk mengelusi peptida dan
(Sigma-Aldrich, USA) 0,2 M. Larutan diinkubasi kemudian diseimbangkan kembali dengan 95% (v/v)
kembali pada suhu 37°C selama 10 menit, disen- larutan B selama 5 menit. Absorbansi diukur pada
trifugasi 2000×g (centrifuge MRX-152, Tomy Seiko, panjang gelombang 215 nm yang merupakan
Japan) selama 10 menit. Supernatan 375 μL dicam- panjang gelombang spesifik untuk peptida (Driver
purkan dengan 1250 μL Na2CO3 0,4 M dan ditam- dan Raynie, 2007).
bahkan 250 μL pereaksi Folin ciolcateau (Merck,
Damstardt, Germany) dengan pengenceran 1:2 (v/v) Uji antibakteri
dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 20 menit. Pengujian antibakteri dilakukan berdasarkan
Absorbansi diukur dengan spektrofotometer (LKB- metode Lopez-Exposito et al. (2007) dengan men-
6
Novaspec II, Pharmacia-Biotech) pada λ 578 nm. campurkan 100 μL bakteri uji 10 CFU/mL dengan
Aquades digunakan sebagai blanko dan sebagai 100 μL peptida dengan konsentrasi 1 mg protein/mL
standar digunakan larutan tirosin (Sigma-Aldrich, dalam mikroplate kemudian diinkubasi pada suhu
USA) 5 mM. Satu unit aktivitas didefinisikan sebagai 37°C selama 2 jam. Setelah 2 jam, campuran di-
jumlah enzim yang dapat menghasilkan satu μmol encerkan dan masing-masing pengenceran di-
tirosin permenit pada kondisi pengujian. tumbuhkan pada media Mueller Hinton Agar (Oxoid,
UK) dan diinkubasi kembali pada suhu 37°C selama
Hidrolisis protein susu kambing 24 jam. Jumlah koloni yang tumbuh dihitung.
Hidrolisis dilakukan pada suhu 50°C, pH 6 Pengujian dilakukan dengan 3 kali ulangan.
selama 60 menit dengan aktivitas bromelin 0,1
unit/mL dengan perbandingan enzim:substrat 1:4 Pengujian antioksidan
(v/v). Hidrolisat yang diperoleh sebagian digunakan Pengujian antioksidan dilakukan berdasarkan
langsung untuk uji antibakteri dan antioksidan, metode Thaipong et al. (2006) menggunakan [2, 2’-
sebagian lagi difraksinasi menggunakan membran azino-bis (3-ethylbenzthiazoline-6-sulphonic acid)]
cut off 10 kDa (AMICON Ultra centrifugal units, (ABTS) (Sigma-Aldrich, USA) dan 2,2-diphenyl-1-
Merck Millipore Ltd., Darmstadt, Germany). Masing- picrylhydrazyl (DPPH) (Sigma-Aldrich, USA).
masing fraksi peptida yang diperoleh yaitu <10 kDa Larutan stok ABTS dibuat dengan melarutkan ABTS
dan >10 kDa diuji aktivitas antimikroba dan anti- dalam deionized water sehingga diperoleh konsen-
oksidannya. trasi 7,4 mM. Larutan stok potassium persulfat
(Sigma-Aldrich, USA) dibuat dengan konsentrasi 2,6

181
DOI: 10.6066/jtip.2015.26.2.179 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 26(2): 179-188 Th. 2015

mM. Untuk larutan yang akan direaksikan dibuat (Sigma-Aldrich, USA) digunakan sebagai kontrol
dengan mencampurkan larutan stok ABTS dengan positif untuk lisis 100% dan Trissalin sebagai kontrol
larutan stok potassium persulfat dengan per- negatif. Pengujian dilakukan dengan 3 kali ulangan.
bandingan 1:1 (v/v). Reaksi oksidasi dilakukan
dalam kondisi gelap selama 16-18 jam. Selanjutnya
larutan diencerkan dengan deionized water
HASIL DAN PEMBAHASAN
sehingga diperoleh absorbansi 1,1±0,02 unit pada
panjang gelombang 405 nm. Sebanyak 100 μL Profil susu kambing dan peptida dengan SDS-
peptida sebelum atau setelah fraksinasi dengan PAGE
konsentrasi 0,1 mg protein/mL dicampurkan dengan Hasil analisis SDS-PAGE susu kambing seperti
200 μL radikal ABTS dalam mikroplate dan diletak- terlihat pada Gambar 1, jalur 1. Apabila dibanding-
kan pada suhu ruangan selama 10 menit. Pengukur- kan dengan SDS-PAGE susu kambing oleh Munoz
an absorbansi dilakukan pada λ 405 nm (Lab- et al. (2004) pita protein pada penelitian terlihat lebih
systems, original Multiscan Ex, Champaign, USA). banyak, kemungkinan disebabkan konsentrasi
Untuk standar antioksidan digunakan vitamin C p.a. sampel dan pewarnaan yang menyebabkan pita
pada berbagai konsentrasi. Pengujian mengguna- protein pada Munoz et al. (2004) sangat tipis dan
kan DPPH dilakukan berdasarkan kombinasi kurang jelas. Menurut Munoz et al. (2004) pita
metode Thaipong et al. (2006) dan Clarke et al. antara 20-35 kDa teridentifikasi sebagai casein dan
(2013) dengan menambahkan etanol 96% pada tiga pita lainnya merupakan α-lactalbumin, β-
DPPH sehingga diperoleh absorbansi 1,1±0,05 pada lactoglobulin dan serum albumin (Gambar 1, jalur
λ=540 nm. Sebanyak 100 μL hidrolisat dan fraksi G).
peptida dengan konsentrasi 0,1 mg protein/mL M G 1 2 3 4
ditambahkan dengan 200 μL DPPH, dibiarkan kDa kDa
selama 30 menit dan absorbansi campuran diukur 97,4
pada λ 540 nm (Labsystems, original Multiscan Ex, 66,2 42
Champaign, USA). Untuk standar antioksidan 45,0
digunakan vitamin C p.a pada berbagai konsentrasi.
26
Aktivitas antioksidan pada uji ABTS dan DPPH
dihitung berdasarkan persamaan: 31,0
17
A blangko A sample
Aktivitas antioksidan ( )= 100 21,5
A blangko
14,4 10
Keterangan:
A blangko : absorbansi hasil reaksi larutan 4,6
ABTS/DPPH dan deionized water
A sampel : selisih absorbansi antara sampel (hasil Gambar 1. SDS-PAGE susu kambing, M: marker,
reaksi peptida dan ABTS/DPPH) dan G: susu kambing (Munoz et al., 2004).
kontrol peptida 1. Susu kambing sebelum dihidrolisis,
2. Susu kambing setelah dihidrolisis
Uji hemolisis dengan enzim bromelin selama 60
Uji hemolisis dilakukan berdasarkan metode menit, konsentrasi gel 10%, pewarnaan
Lorenzon et al. (2012) dan Nguyen et al. (2011). Sel dengan coomassie blue. 3. Marker, 4.
darah merah ayam dicuci dengan 0,01 M Tris-HCl Peptida hasil hidrolisis susu kambing
(pH 7,4) yang mengandung 0,15 M NaCl (Tris-salin) menggunakan enzim bromelin selama
kemudian disentrifugasi pada 1000×g (Microspin 12, 60 menit, konsentrasi gel 18%, pewar-
Biosan, EU) supernatan dibuang dan pelet dicuci naan dengan pewarna silver
lagi sebanyak 2 kali. Suspensi 0,1% sel darah
merah dibuat dengan melarutkan kembali sel darah Hidrolisis protein susu kambing dengan bro-
merah dengan larutan Tris-salin. Sebanyak 100 μL melin menghasilkan peptida-peptida dengan berat
peptida ditambahkan dengan 100 μL sel darah molekul rendah (Gambar 1). Berdasarkan kandung-
merah 0,1%, diinkubasi selama 2 jam pada suhu an proteinnya, protein susu telah terhidrolisis 90%
37°C, kemudian disentrifugasi pada 2000×g (dari kadar protein susu kambing 50 mg/mL menjadi
(Microspin 12, Biosan, EU) selama 5 menit. Super- 5 mg/mL pada hidrolisat). Hasil tersebut menanda-
natan dipisahkan dan diambil 100 μL, dimasukkan kan bahwa hampir semua protein susu telah terhi-
ke dalam mikroplate. Absorbansi diukur pada drolisis. Peptida-peptida yang dihasilkan mempunyai
panjang gelombang 540 nm (Labsystems, original berat molekul antara 12-35 kDa (Gambar 1, jalur 4).
Multiscan Ex, Champaign, USA). Triton X-100

182
DOI: 10.6066/jtip.2015.26.2.179 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 26(2): 179-188 Th. 2015

Karakterisasi peptida dengan RP-HPLC penelitian ini belum dipisahkan dan disekuens ing
Karakterisasi dilakukan menggunakan RP- sehingga masih sulit untuk menentukan pengaruh
HPLC dengan panjang gelombang 215 nm yang hidrofilisitas terhadap aktivitas antimikrobanya.
spesifik untuk peptida. Kromatogram menunjukkan
adanya 4 puncak peptida (Gambar 2). Berdasarkan Aktivitas antibakteri
waktu retensinya yaitu antara 1.9–2.6 menit menun- Hasil pengujian antibakteri menunjukkan bahwa
jukkan peptida tersebut terdeteksi pada waktu fase peptida sebelum dan sesudah fraksinasi dapat
gerak dalam kondisi hidrofilik, menandakan bahwa menghambat pertumbuhan E. coli, S. Typhimurium
peptida-peptida tersebut bersifat hidrofilik. Per- dan L. monocytogenes (Gambar 3). Pada E. coli,
mukaan sisi hidrofobik bertanggungjawab pada fraksi >10 kDa menunjukkan penghambatan yang
pembentukan dan pertahanan struktur spasial, lebih baik dibandingkan dengan peptida sebelum
interaksi peptida, termasuk ikatan dengan membran fraksinasi maupun fraksi <10 kDa. Untuk S.
sel, pengenalan antar peptida atau protein dan pem- Typhimurium dan L. monocytogenes, fraksinasi
bentukan komplek dengan suatu senyawa (Mundi dapat meningkatkan aktivitas antibakterinya.
dan Aluko, 2014). Pada peptida antimikroba, Hasil pengujian antibakteri juga menandakan
informasi tentang karakter hidrofobisitas akan mem- bahwa peptida yang berukuran besar maupun kecil
berikan pemahaman lebih jauh tentang mekanisme mempunyai aktivitas antibakteri. Aktivitas antibakteri
kerja dan berpengaruh pada bioaktivitasnya (Zhao peptida tersebut berbeda dengan hasil hidrolisis
et al., 2013). Semakin besar hidrofobisitas dan kasein susu sapi dengan protease Lactobacillus
muatan positif suatu peptida maka semakin besar acidophilus DPC6026 yang menunjukkan bahwa
pula kemampuan antimikrobanya (Yin et al., 2012). peptida dengan ukuran >10 kDa tidak mempunyai
Hidrofobisitas juga menentukan spesifisitas peptida aktivitas antibakteri (Hayes et al., 2006). Perbedaan
antibakteri sehingga hanya bakteri patogen yang sumber protein dan spesifitas enzim menyebabkan
menjadi target sedangkan flora normal tidak ter- perbedaan ukuran dan aktivitas peptida yang
pengaruh. Menurut Huang et al. (2014), peptida dihasilkan. Berdasarkan aktivitas antibakteri, peng-
antibakteri dapat didesain untuk meningkatkan spe- hambatan tertinggi terjadi pada L. monocytogenes
sifitas dan aktivitasnya melalui penggantian asam fraksi <10 kDa. Pada L. monocytogenes, aktivitas
amino hidrofobik atau hidrofilik. hidrolisat lebih tinggi daripada fraksi >10 kDa dan
Pada penelitian ini protein dan peptida-peptida aktivitas tertinggi pada fraksi <10 kDa. Berdasarkan
pada hidrolisat bersifat hidrofilik. Meskipun hasil tersebut kemungkinan peptida yang aktif
demikian, hidrolisat dan hasil fraksinasinya masih sebagai antimikroba banyak terkandung pada fraksi
menunjukkan aktivitas antimikroba. Menurut Yin et <10 kDa, sehingga ketika dipisahkan maka aktivitas
al. (2012) aktivitas antimikroba suatu peptida fraksi >10 kDa lebih rendah dibandingkan dengan
ditentukan oleh keseimbangan antara hidrofobisitas hidrolisat yang merupakan campuran fraksi <10 kDa
dan distribusi muatan. Hidrofobisitas yang tinggi dan >10 kDa. Menurut Lopez-Solanilla et al. (2003)
justru dapat meningkatkan self-association yang kerentanan L. monocytogenes terhadap peptida
dapat mengurangi kemampuan antimikrobanya. antimikroba juga tergantung pada suhu. L. mono-
Distribusi muatan positif yang seimbang pada ujung cytogenes menjadi sangat rentan terhadap peptida
terminal peptida dapat mengembalikan kemampuan antimikroba pada suhu 37°C dan menjadi resisten
antimikroba tersebut. Hidrolisat hasil hidrolisis pada suhu 20°C.
protein susu kambing dengan bromelin pada

1,8
2,403
1,6
2,251
1,4 1,946
1,2
AU

2,522
1,0
0,8
0,6
0,4
0,2
0,0

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50


Waktu (Menit)
Gambar 2. Kromatogram Reverse-Phase High Performance Liquid Chromatography (RP-HPLC) dari
peptida hasil hidrolisis susu kambing dengan enzim bromelin selama 60 menit pada λ=215 nm

183
DOI: 10.6066/jtip.2015.26.2.179 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 26(2): 179-188 Th. 2015

1.6 A peptida antimikroba pada suhu yang lebih rendah


1,272
1.4 dengan mengubah komposisi membran sitoplasma
106 CFU/mL E. coli

1.2 dan meningkatkan ketebalan dinding sel (Mendoza


et al., 1999). Lebih lanjut, Dare et al. (2014) menya-
1 0,788
0,752 takan bahwa proporsi lipida seperti lisillcardiolipin
0.8 0,588 dan lisilfosfatidilgliserol berubah dengan turunnya
0.6 suhu lingkungan dan meningkatkan kemampuan
0.4
bertahan L. monocytogenes dari peptida anti-
mikroba.
0.2 Pada Gambar 3. terlihat bahwa fraksi >10 kDa
0 efektif pada S. aureus, sedangkan fraksi <10 kDa
Kontrol Hidrolisat <10 kDa >10 kDa lebih efektif pada S. Typhimurium dan L. mono-
Perlakuan cytogenes. Dari hasil tersebut terlihat bahwa fraksi
1.6 peptida tertentu spesifik terhadap bakteri tertentu
B pula. Menurut Mondhe et al. (2014) peptida anti-
1.4
106 CFU/mL S. Typhimurium

bakteri secara alamiah atau hasil modifikasi bersifat


1.2 spesifik spesies, yaitu peptida tersebut hanya efektif
1 terhadap bakteri tertentu sehingga peptida dapat
0,718 membunuh bakteri patogen tanpa harus mematikan
0.8
0,581 flora normal. Peptida antibakteri berinteraksi dengan
0.6 membran sel bakteri melalui interaksi muatan positif
0,324 0,413
0.4 peptida dengan muatan negatif pada permukaan sel
0.2 bakteri. Mekanisme selanjutnya tergantung pada
tipe peptida. Secara umum dapat dipisahkan peptida
0
yang bekerja dengan mempengaruhi permeabilitas
Kontrol Hidrolisat <10 kDa >10 kDa
membran dan peptida yang bekerja di dalam sito-
Perlakuan
plasma. Peptida yang bekerja dengan mempenga-
1.6 C ruhi permeabilitas membran dapat terjadi dengan
1,315 cara membuat pori atau dengan cara melarutkannya
1.4 (bekerja seperti halnya deterjen) (Mihajlovic dan
L. monocytogenes

1,139
1.2 Lazaridis, 2010). Mekanisme lain adalah peptida
106 CFU/mL

1 antibakteri masuk ke dalam sitoplasma dan meng-


0,84
hambat fungsi intraseluler seperti menghambat
0.8
sintesis DNA, RNA dan reaksi enzimatis tanpa
0.6 0,387 mengganggu stabilitas membran (Jenssen et al.,
0.4 2006).
0.2
Aktivitas antioksidan
0 Aktivitas antioksidan peptida sebelum dan
Kontrol Hidrolisat <10 kDa >10 kDa sesudah fraksinasi diuji dengan mengukur kemam-
Perlakuan
puannya untuk menetralisasi radikal ABTS dan
Gambar 3. Hasil uji antibakteri terhadap peptida DPPH. Warna pada radikal ABTS dan DPPH akan
hasil hidrolisis susu kambing sebelum berkurang dengan kehadiran antioksidan yang men-
fraksinasi (hidrolisat) dan setelah frak- donorkan ion hidrogen atau yang dapat memecah
sinasi menggunakan membran cut off rantai senyawa radikal (Correa et al., 2011). Hasil
10 kDa. Pengujian dilakukan terhadap pengujian antioksidan seperti terlihat pada Gambar
E. coli (A), S. Typhimurium (B) dan L. 4. Pada pengujian dengan ABTS, aktivitas anti-
monocytogenes (C) oksidan sebelum fraksinasi dan fraksi <10 kDa
hampir sama yaitu 99% dan 100%. Untuk fraksi >10
Pada penelitian ini inkubasi dilakukan pada kDa lebih rendah yaitu 97%. Jadi fraksi yang paling
suhu 37°C yang mungkin membuat aktivitas peptida aktif adalah fraksi peptida <10 kDa.
hasil hidrolisis susu kambing dengan bromelin fraksi Pada pengujian antioksidan dengan DPPH
<10 kDa terhadap L. monocytogenes lebih tinggi menunjukkan bahwa fraksi <10 kDa mempunyai
dibandingkan aktivitasnya terhadap E. coli dan S. aktivitas antioksidan yang lebih tinggi daripada
Typhimurium. L. monocytogenes merupakan bakteri sebelum fraksinasi dan fraksi >10 kDa. Apabila
psikrofilik yang mampu tumbuh dan berkembang dibandingkan dengan hasil hidrolisis kacang merah
biak pada suhu rendah (Saha et al., 2015). L. mono- menunjukkan bahwa peptida hasil hidrolisis susu
cytogenes mengembangkan resistensi terhadap kambing dengan enzim bromelin <10 kDa mem-

184
DOI: 10.6066/jtip.2015.26.2.179 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 26(2): 179-188 Th. 2015

punyai aktivitas antioksidan terhadap radikal DPPH cara yang efektif untuk memekatkan peptida anti-
yang lebih tinggi. Pada peptida dari kacang merah oksidan, tetapi dalam prosesnya masih memerlukan
dengan konsentrasi 1 mg protein/mL mempunyai optimasi. Selektivitas membran yang digunakan
aktivitas antioksidan 15% (Mundi dan Aluko, 2014), bukan hanya memisahkan peptida berdasarkan
sedangkan aktivitas peptida dari susu kambing ukuran tetapi juga berdasarkan gugus aromatik
fraksi <10 kDa 14% pada konsentrasi 0,1 mg (Picot et al., 2010) dan muatan (Doyen et al., 2011)
protein/mL. yang berpengaruh pada bioaktivitasnya. Menurut
Udenigwe dan Aluko (2011) asam amino yang me-
99 100 97
100 ngandung sulfur, asam dan hidrofobik mempunyai
Aktivitas Antioksidan (%)

90 aktivitas antioksidan yang kuat terhadap radikal


80 DPPH dan H2O2. Berlett dan Levine (2014) menam-
70 bahkan bahwa asam amino metionin, sistein dan
(ABTS)

60 aromatik seperti tirosin, histidin, fenilalanin dan


50 triptofan menunjukkan aktivitas antioksidan jauh
40 lebih tinggi dibandingkan asam amino yang lain.
30 Untuk aktivitas antioksidan terhadap radikal super-
20 oksida hanya lisin dan leusin yang menunjuk kan
10 aktivitas tinggi. Sebaliknya, asam amino bermuatan
0 positif dalam hidrolisat justru menurunkan aktivitas
Hidrolisat <10 kDa >10kDa antioksidan pada uji Fe reducing power, DPPH dan
Perlakuan H2O2 (Udenigwe dan Aluko, 2011). Keberadaan
100 asam amino yang bertanggungjawab terhadap anti-
Aktivitas Antioksidan (%)

90 oksidan terutama fenilalanin dan histidin pada susu


80 kambing cukup tinggi (Sabahelkheir et al., 2012)
70 menandakan kemungkinan keberadaaan peptida
60
(DPPH)

yang bersifat antioksidan juga cukup tinggi.


50 Aktivitas antioksidan pada pengujian dengan
40 ABTS menghasilkan nilai yang lebih besar di-
30 bandingkan dengan hasil uji DPPH. Radikal DPPH
20 13 14
4 lebih stabil dibandingkan dengan radikal ABTS yang
10
menyebabkan DPPH lebih sulit dinetralisasi. Selain
0
itu beberapa antioksidan bereaksi lebih cepat ketika
Hidrolisat <10 kDa >10kDa
Perlakuan diuji menggunakan metode lain dan bereaksi lebih
lambat pada DPPH serta menghasilkan kisaran
Gambar 4. Aktivitas antioksidan peptida terhadap reaksi yang lebih kecil (Prior et al., 2005). DPPH
radikal ABTS dan DPPH sebelum frak- larut dalam pelarut organik yang lebih sesuai untuk
sinasi (hidrolisat) dan sesudah frak- senyawa lipofilik atau senyawa yang mempunyai
sinasi menggunakan membran cut off kandungan lipid tinggi, sedangkan ABTS kompatibel
10 kDa dengan senyawa hidrofilik maupun hidrofobik
(Damgaard et al., 2014). Karakterisasi hidrolisat
Pada pengujian ABTS maupun DPPH, fraksi menggunakan HPLC menunjukkan bahwa hidrolisat
>10 kDa mempunyai aktivitas antioksidan yang lebih didominasi oleh peptida hidrofilik sehingga memberi-
kecil daripada peptida sebelum fraksinasi maupun kan hasil uji DPPH yang lebih kecil daripada hasil uji
fraksi <10 kDa, sedangkan aktivitas antioksidan ABTS. Berdasarkan hasil tersebut pengujian anti-
tertinggi pada fraksi <10 kDa. Berdasarkan hasil oksidan menggunakan DPPH kurang sesui untuk
tersebut kemungkinan peptida yang aktif lebih digunakan pada hidrolisat bromelin susu kambing.
banyak pada fraksi <10 kDa. Fraksinasi akan me- Hidrofobisitas menjadi faktor penting yang
nurunkan rasio peptida aktif pada fraksi >10 kDa berperan dalam aktivitas antioksidan suatu peptida
sehingga aktivitasnya menjadi lebih rendah sedang- (Mundi dan Aluko, 2014). Seperti telah dilaporkan
kan untuk fraksi <10 kDa fraksinasi justru lebih oleh Pownall et al. (2010) aktivitas antioksidan lebih
mengkonsentrasikan peptida bioaktifnya. Ultra- berhubungan dengan kandungan total asam amino
filtrasi menggunakan membran molecular weight cut hidrofobik daripada ukuran peptida. Pendapat yang
off (MWCO) memungkinkan untuk memekatkan sama dilaporkan oleh Ajibola et al. (2011) yang
peptida dengan berat molekul tertentu dengan menyatakan bahwa aktivitas yang tinggi pada fraksi
menghilangkan konsentrasi garam dan kontaminan peptida <1 kDa dari biji bengkuang disebabkan oleh
(Vandanjon et al., 2007), sehingga aktivitasnya jumlah total asam amino hidrofobik dan aromatik .
meningkat. Menurut Picot et al. (2010), fraksinasi Pada penelitian ini peptida yang terkandung pada
peptida menggunakan membran MWCO merupakan hidrolisat bersifat hidrofilik. Selain hidrofobisitas,

185
DOI: 10.6066/jtip.2015.26.2.179 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 26(2): 179-188 Th. 2015

muatan dan komposisi asam amino aromatik juga KESIMPULAN


menjadi penentu aktivitas antioksidan (Udenigwe
dan Aluko, 2011). Meskipun peptida dalam hidrolisat Peptida hasil hidrolisis susu kambing dengan
bersifat hidrofilik, kandungan asam amino aromatik enzim bromelin dapat menghambat pertumbuhan
pada susu kambing cukup tinggi yaitu (dalam mg bakteri E. coli, S. Typhimurium dan L. mono-
asam amino/g total asam amino) tirosin (38,2), cytogenes. Peptida tersebut juga dapat berfungsi
histidine (31,1), dan fenilalanin (62) (Sabahelkheir et sebagai antioksidan yang ditandai dengan kemam-
al., 2012). Keberadaan asam amino dengan akti- puan untuk menetralisasi radikal ABTS dan DPPH.
vitas antioksidan tinggi seperti metionin (5,5), sistein Fraksinasi menggunakan membran cut off 10 kDa
(20,5), lisin (26,3) dan leusin (146,2) (Sabahelkheir dapat meningkatkan aktivitas antimikroba maupun
et al., 2012) juga ikut berperan dalam peningkatan antioksidan. Hasil uji hemolisis menunjukkan bahwa
aktivitas antioksidan peptida dalam hidrolisat. peptida tersebut tidak menyebabkan hemolisis
bahkan dapat mengurangi autolisis pada sel darah
Aktivitas hemolisis merah.
Uji hemolisis biasa dilakukan untuk me-
ngetahui toksisitas peptida antimikroba karena sen-
sitivitasnya untuk mengevaluasi kerusakan mem- UCAPAN TERIMA KASIH
bran sel eukariot (sel inang) (Lorenzon et al., 2012).
Seperti terlihat pada Gambar 5, peptida hasil Penelitian ini terlaksana atas biaya penelitian
hidrolisis protein susu kambing sebelum fraksinasi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
hanya sedikit menimbulkan hemolisis. Peptida Kementrian Pertanian APBN 2013 No 18023D dan
setelah fraksinasi bahkan bernilai negatif yang me- Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, BOPTN 2013
nandakan bahwa nilai hemolisis lebih kecil daripada No 2013.089.521219.
kontrol sel darah merah. Kontrol sel darah merah
seperti diketahui juga mengandung enzim tertentu DAFTAR PUSTAKA
yang menyebabkan autolisis sel darah merah. Nilai
negatif menandakan bahwa keberadaan peptida
Almaas H, Eriksen E, Sekse C, Comi I, Flengsrud R,
dapat membantu mengurangi autolisis pada sel
Holm H, Jensen E, Jacobsen M, Langsrud T,
darah merah. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa Vegarud GE. 2011. Antibacterial peptides
peptida hasil hidrolisis protein susu kambing dengan
derived from caprine whey proteins, by
bromelin aman untuk diaplikasikan.
digestion with human gastrointestinal juice. Brit
J Nutr 106: 896-905. DOI: 10.1017/S000711
120
100
4511001085.
100 Anderson BL, Berry RW, Telser A. 1983. A sodium
dodecyl sulfate-polyacrylamide gel electro-
80
phoresis system that separates peptides and
Hemolysis (%)

60 proteins in the molecular weight range of 2500


to 90,000. Anal Biochem 132: 365-375. DOI:
40 10.1016/0003-2697(83)90022-2.
20 Ajibola CF, Fashakin JB, Fagbemi TN, Aluko RE.
3,33 2011. Effect of peptida size on antioxidant
0 properties of African yam bean seed (Sphe-
Triton X- hidrolisat -2,55 -2,75 nostylis stenocarpa) protein hydrolysate frac-
-20 100 tions. Int J Mol Sci 12: 6685-6702. DOI: 10.33
<10 kDa >10 kDa
Perlakuan 90/ijms12106685.
Arshad ZIM, Amid A, Yusof F, Jaswir I, Ahmad K,
Gambar 5. Hasil uji hemolisis terhadap peptida Loke SP. 2014. Bromelain: an overview of in-
sebelum fraksinasi (hidrolisat) dan dustrial application and purification strategies.
sesudah fraksinasi dengan membran Appl Microbiol Biotechnol 98: 7283-7297. DOI:
cut off 10 kDa. Nilai hemolisis negatif 10.1007/s00253-014-5889-y.
disebabkan oleh pengurangan terhadap
Bartholomew DP, Paull RE, Rohrbach KG. 2003.
kontrol negatif sel darah merah yang
The Pineapple: Botany, Production and Uses.
mempresentasikan hemolisis 0%. Tri- st
1-301. 1 Ed. Wallingford-UK: CABI Publish-
ton X-100 sebagai kontrol positif hemo-
ing.
lysis 100%

186
DOI: 10.6066/jtip.2015.26.2.179 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 26(2): 179-188 Th. 2015

Bergmeyer HU, Bergmeyer J, Grassel M. 1983. Met- Kumar S, Chouhan S, Sanghi A, Teotia UVS. 2013.
nd
hods of Enzymatic Analysis. 2 Ed. 118-126. Antioxidative effect of yak milk caseinate hydro-
Weinheim: Verlag Chemie, USA. lyzed with three different proteases. Vet World
Berlett BS, Levine RL. 2014. Designing antioxidant 6: 799-802. DOI: 10.14202/vetworld. 2013.799-
peptides. Redox Rep 19: 80-86. DOI: 10.1179/ 802.
1351000213Y.0000000078. Laemmli UK. 1970. Cleavage of structural protein
Clarke G, Ting KN, Wiart C, Fry J. 2013. High during the assembly of the head of bacterio-
correlation of 2,2 –dipheenyl-1-picrylhydrazyl phage T4. Nature 227: 680-685. DOI: 10.1038/
(DPPH) radical scavenging, ferric reducing 227680a0.
activity potential and total phenolics content Li Z, Jiang A, Yue T, Wang Y, Su J. 2013.
indicated redundancy in use of all three assay Purification and identification of five novel
in use of all three assay to screen for antioxidant peptidas from goat milk casein
antioxidant activity of extracts of plants from the hydrolysates. J Dairy Sci 96: 4242-4251. DOI:
Malaysian reinforest. Antioxidants 2: 1-10. DOI: 10.3168/jds.2012-6511.
10.3390/antiox2010001. Li Y, Yu J, Goktepe I, Ahmedna M. 2016. The
Correa AP, Daroit DJ, Coelho J, Meira SM, Lopes potential of papain and alcalase enzyme and
FC, Segalin J, Risso PH, Brandelli A. 2011. process optimizations to reduce allergenic
Antioxidant, antihypertensive and antimicro-bial gliadins in wheat flour. Food Chem 196: 13388-
properties of ovine caseinate hydrolyzed with 1345. DOI: 10.1016/j.foodchem.2015.10.089.
microbial protease. J Sci Food Agr 91: 2247- Lopez-Solanilla E, Gonzalez-Zorn B, Novella S,
2254. DOI: 10.1002/ jsfa.4446. Vazquez-Boland JA, Rodriguez-Palenzuela P.
Damgaard TD, Otte JAH, Meinert L, Jensen K, 2003. Susceptibility of Listeria monocyte-genes
Lametsch R. 2014. Antioxidant capacity of to antimicrobial peptidas. FEMS Microbiol Letter
hydrolyzed porcine tissues. Food Sci Nutr 2: 226: 101-105.
282-288. DOI: 10.1002/fsn3.106. Lopez-Exposito I, Quiros A, Amigo L, Recio I. 2007.
Doyen A, Beaulieu L, Saucier L, Pouliot Y, Bazinet Casein hydrolysate as a source of anti-micro-
L. 2011. Impact of ultrafiltration membrane bial, antioxidant and antihypertensive peptides.
material on peptida separation from a snow Le Lait 87: 241-249. DOI: 10.1051/lait:2007019.
crab byproduct hydrolysate by electrodialysis Lorenzon EN, Cespedes GF, Vicente EF, Nogueira
with ultrafiltration membranes. J Agric Food LG, Bauab TM, Castro MS, Cilli EM. 2012.
Chem 59: 1784-1792. DOI: 10.1021/jf103739 Effect of dimerization on the structure and bio-
m. logical activity of antibacterial peptida Ctx-Ha.
Dare K, Shepherd J, Roy H, Seveu S, Ibba M. 2014. Antimicrob Agents Ch 56: 3004-3010. DOI:
LysPGS formation in Listeria monocytogenes 10.1128/AAC.06262-11.
has broad roles in maintaining membrane inte- Maurer HR. 2001. Bromelain: biochemistry, phar-
grity beyond antimicrobial peptide resistance. macology and medical use. Cell Mol Life Sci 58:
Virulance 5: 534-546. DOI: 10.4161/viru.28359. 1234-1245.
Driver JL, Raynie DE. 2007. Method Development McCann KB, Shiell BJ, Michalski WP, Lee A, Wan J,
for Biomolecules in HPLC Method Develop- Roginski H, Conventry MJ. 2006. Isolation and
ment for Pharmaceutical. 430-435. Ahuja SA, characterisation of antibacterial peptidas
Rasmussen (Eds) Elsevier Inc. Italy. derived from the f (164–207) region of bovine
Godfrey T, Reichel J. 1983. Industrial Enzymology. α S2-casein. Int Dairy J 16: 316–323. DOI: 10.
Macmillan Publishers Ltd., 1-4 Surrey ,UK. 1016/j.idairyj.2005.05.005.
Hayes M, Ross RP, Fitzgerald FG, Hill C, Stanton C. Mendoza F, Maqueda M, Galvez A, Martinez-Bueno
2006. Casein-derived antibacterial peptidas ge- M, Valdivia E. 1999. Antilisterial activity of
nerated by Lactobacillus acidophilus DPC6026. peptide AS-48 and study of changes induced in
Appl Env Microb 72: 2260–2264. DOI: 10.1128/ the cell envelope properties of an AS-48
AEM.72.3.2260-2264.2006. adapted strain of Listeria monocytogenes. Appl
Huang Y, He L, Li G, Zhai N, Jiang H, Chen Y. 2014. Environ Microbiol 65: 618-625.
Role of helicity of α-helical antimicrobial pep- Mihajlovic M, Lazaridis T. 2010. Antimicrobial pep-
tidas to improve specificity. Protein Cell 5: 631- tides in toroidal and cylindrical pores. Biochim
642. DOI: 10.1007/s13238-014-0061-0. Biophys Acta 1798: 1485-1493. DOI: 10.1016/j.
Jenssen H, Hamill P, Hancock REW. 2006. Peptide bbamem.2010.02.023.
antimicrobial agent. Clin Microbiol Rev 19: 91- Mondhe M, Chessher A, Goh S, Good l, Stach JEM.
511. DOI: 10.1128/CMR.00056-05. 2014. Species-selective killing of bacteria by

187
DOI: 10.6066/jtip.2015.26.2.179 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 26(2): 179-188 Th. 2015

antimicrobial peptida-PNAs. PLoS ONE 9: Rowan AD, Buttle DJ, Barrett AJ. 1990. The cys -
e89082. DOI: 10.1371/journal.pone. 0089082. teine proteinases of the pineapple plant.
Moslehishad M, Ehsani MR, Salami M, Mirdamadi S, Biochem J 266: 869-875.
Ezzatpanah, Naslaji AN, Moosavi-Movahedi Sabahelkheir MK, Fat en MM, Hassan AA. 2012.
AK. 2013. The comparative assessment of Amino acid composition of human and animal’s
ACE-inhibitory and antioxidant of peptida milk (camel, cow, sheep and goat). ARPN J Sci
fraction obtained from fermented camel and Technol 2: 32-34.
bovine milk by Lactobacillus rhamnosus PTCC Saha M, Debnath C, Pramanik AK. 2015. Listeria
1637. Int Dairy J 29: 82-87. DOI: 10.1016/j. monocytogenes: An emerging food borne
idairyj.2012.10.015. pathogen. Int J Curr Microbiol App Sci 4: 52-72.
Mundi S, Aluko RE. 2014. Inhibitory properties of Salampessy J, Phillips M, Seneweera S, Kaila-
kidney bean protein hydrolysate and its sapathy K. 2010. Release of antimicrobial pep-
membrane fraction against renin, angiotensin tides through bromelain hydrolysis of leather-
converting enzyme, and free radicals. Austin J jacket (Meuchenia sp.) insoluble proteins. Food
Nutr Food Sci 2: 1008. Chem 120: 556-560. DOI: 10.1016/j.foodchem.
Munoz MT, Caballer DB, Lizana MF,G Mendiola R, 2009.10.054.
Montano PP, Cano MS. 2004. Selective allergy Szwajkowska M, Wolanciuk A, Barlowska J, Krol J,
to sheep’s and goat’s milk proteins. Allergol Zygmunt L. 2011. Bovine milk proteins as the
Immunopat 32: 39-42. DOI: 10.1016/S0301- source of bioactive peptidas influencing the
0546(04)79222-8. consumers immune system. Anim Sci Pap Rep
Muro C, Riera F, Fernandez A. 2013. Advance in the 29: 269-280.
fractionation of milk biopeptides by means of Thaipong K, Boonprakob U, Crosby K, Cisneros-
membrane processes. Intech 241-266. DOI: Zevallos L, Byrne DH. 2006. Comparison of
10.5772/53674. ABTS, DPPH, FRAP, and ORAC assays for
Nandhini B, Angayarkanni J, Palaniswamy M. 2012. estimation antioxidant activity from guava fruit
Angiotensin converting enzyme inhibitor activity extracts. J Food Compos Anal 19: 669-676.
and antioxidant properties of goat milk DOI: 10.1016/j.jfca.2006.01.003.
hydrolysates. Int J Pharm Pharm Sci 4: 367- Uckert S, Stief CG, Lietz B, Burmester M, Jonas U,
370. Machtens SA. 2002. Possible role of bioactive
Nguyen LT, de Boer L, Zaat SAJ, Vogel HJ. 2011. peptides in the regulation of human detrusor
Investigating the cationic side chains of the smooth muscle-functional effects in vitro and
antimicrobial peptide tritrpticin: hydrogen immunohistochemical presence. World J Urol
bonding properties govern its membrane- 20: 244-249.
disruptive activities. BBA-Biomembranes 1808: Udenigwe CC, Aluko RE. 2011. Chemometric
2297-2303. DOI: 10.1016/j.bbamem.2011.05. analysis of the amino acid requirement of
015. antioxidant food protein hydrolysates. Int J Mol
Picot L, Ravallec R, Fouchereau-Peron M, Van- Sci 12: 3148-3161. DOI: 10.3390/ijms12053
danjon L, Jaouen P, Chaplain-Derouiniot M, 148.
Guerard F, Chabeaud A, LeGal Y, Alvarez OM, Vandanjon L, Johannsson R, Derouiniot M, Bour-
Berge J, Batista I, Pires C, Thorkelsson G, De- seae, Jaouen P. 2007. Concentration and puri-
lannoy C, Jakobsen G, Johansson I, Bourseau fication of blue whiting peptida hydrolysate by
P. 2010. Impact of ultrafiltration and nano- membrane processes. J Food Eng 83: 581-589.
filtration of an industrial fish protein hydrolysate DOI: 10.1016/j.jfoodeng.2007.03. 040.
on its bioactive properties. J Sci Food Agr 90:
Yin LM, Edward MA, Li J, Yip CM, Deber CM. 2012.
1819-1826. DOI: 10.1002/jsfa. 4020.
Roles of hydrophobicity and charge distri-bution
Pownall TL, Udenigwe CC, Aluko RE. 2010. Amino
of cationic antimicrobial peptides in peptides-
acid composition and antioxidant properties of
membrane interaction. J Biol Chem 287: 7738-
pea seed (Pisum sativum L.) enzymatic protein
7745. DOI: 10.1074/jbc.M111. 303602.
hydrolysate fractions. J Agr Food Chem 58:
4712-4718. DOI: 10.1021/jf904456r. Zhao LJ, Huang YB, Gao S, Cui Y, He D, Wang L,
Chen YX. 2013. Comparison on effect of
Prior RL, Wu X, Schaich K. 2005. Standardized
hydrophobicity on the antibacterial and
methods for determination of antioxidant
antifungal activities of α-helical antimicrobial
capacity and phenolics in foods and dietary
peptides. Sci China Chem 56: 1307-1314. DOI:
supplements. J Agr Food Chem 53: 4290-4302.
10.1007/s11426-013-4884-y.
DOI: 10.1021/jf0502698.

188

View publication stats

You might also like