You are on page 1of 40

WALK THROUGH SURVEY DI PERUSAHAAN

PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK

TANGGAL 14 SEPTEMBER 2017

KELOMPOK 1

HYGIENE INDUSTRI

Khadafi Christin Yosefin Jacobs

Andri Kristanto Situmorang Debbie Cynthia Dewi

Annizada Intan Pratiwi Dian Megawati. R.L.B

Annisa Rahma Yuni Fitriya

Aprileo Febi Eka Utama Maulana Agies Riadi

Belinda Dwi Priba Inne Via Mariety

Budi Sukmawijaya Uenike Dian

Celina Mana

Grace Eka Putri Praing

PELATIHAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA

KEMENTERIAN TENAGA KERJA RI.

BINA OKUPASI INDONESIA

PERIODE 11 - 16 SEPTEMBER 2017

JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dewasa ini, pembangunan nasional berkembang seiring dengan berjalannya


perkembangan industri yang ditandai dengan moderenisasi pada mekanisme
produksi. Yakni, terjadi peningkatan penggunaan mesin-mesin, pesawat-pesawat,
dan teknologi tinggi lainnya, serta bahan berbahaya. Namun, kemudahan dalam
proses produksi dapat pula meningkatkan jumlah dan jenis bahaya di tempat kerja.
Selain itu, tercipta lingkungan kerja yang kurang memenuhi syarat, proses dan sifat
pekerjaan yang berbahaya. Masalah tersebut akan sangat mempengaruhi dan
mendorong peningkatan jumlah maupun tingkat kecelakaan kerja.
Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam sebuah
perusahaan menjadi sebuah keharusan guna meminimalisir kejadian kecelakaan
kerja. Pada hakikatnya, faktor K3 berpengaruh terhadap efisiensi produksi dari suatu
perusahaan industri sehingga dapat mempengaruhi tingkat pencapaian
produktivitasnya. Karena pada dasarnya tujuan K3 adalah melindungi para tenaga
kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan dan untuk menciptakan
tenaga kerja yang sehat dan produktif. Kebijakan terkait penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) melibatkan unsur
manajemen, tenaga kerja, dan kondisi lingkungan kerja yang terintegrasi dalam
rangka mencegah, mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja, serta
terciptanya lingkungan kerja yang aman, efisien, dan produktif. Salah satu caranya
adalah menciptakan perusahaan yang higiene agar lingkungan kerja menjadi aman,
nyaman, dan sehat.
Higiene perusahaan adalah suatu upaya pemeliharaan lingkungan kerja (fisik,
kimia, radiasi dan sebagainya) dan lingkungan perusahaan.Upaya ini terutama
dilakukan dalam hal pengamatan, pengumpulan data, merencanakan, dan
melaksanakan pengawasan terhadap segala kemungkinan gangguan kesehatan
tenaga kerja dan masyarakat di sekitar perusahaan. Dengan demikian, sasaran
kegiatan perusahaan adalah lingkungan kerja dan lingkungan perusahaan.
Penyehatan lingkungan kerja dan perusahaan merupakan upaya pencegahan

1
timbulnya penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan proses produksi
perusahaan. Sedangkan menurut Sumakmur, higiene perusahaan adalah
spesialisasi dalam ilmu higiene beserta praktiknya dengan mengadakan penilaian
kepada faktor-faktor penyebab penyakit kualitatif dan kuantitatif dalam lingkungan
kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar
tindakan korektif kepada lingkungan tersebut, serta apabila diperlukan berupa
tindakan pencegahan agar pekerja dan masyarakat sekitar perusahaan terhindar
dari bahaya akibat kerja, serta diharapkan dapat mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
Setiap perusahaan diharapkan mampu menerapkan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan dan Kerja (SMK3) dalam perusahaannya masing-
masing, di mana sistem tersebut menjadi suatu siklus yang tidak terputus dan
berkesinambungan.SMK3 dimulai dengan penerapan K3, evaluasi dan peninjauan
ulang hingga pada akhirnya peningkatan berkelanjutan. Salah satu tahapan yang
paling penting dari siklus tersebut adalah penentuan hazard (potensi bahaya) yang
terdapat pada perusahaan dan dapat menjadi faktor risiko bagi tenaga kerja, baik itu
dari faktor fisik, kimia maupun biologi.
Melihat pentingnya penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan dan Kerja (SMK3) dan higiene perusahaan sebagai bentuk upaya
pencegahan timbulnya penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan akibat
proses produksi perusahaan, maka pada hari Senin, 14 Desember 2015 telah
dilakukan kunjungan ke sebuah perusahaan yang terletak di daerah Jakarta Timur,
yaitu PT. Alakasa Extrusindo Tbk. Kunjungan perusahaan bagi tim penyusun ini
lebih difokuskan untuk:
1. Mengetahui pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja di PT. Alakasa Extrusindo Tbk
2. Mengidentifikasi potensi bahaya faktor fisik, kima, dan biologis di PT. Alakasa
Extrusindo Tbk
3. Mengetahui pengelolaan limbah industri di PT. Alakasa Extrusindo Tbk
Selanjutnya, dilakukan analisis masalah terhadap data-data yang diperoleh di
lapangan dan kemudian dilakukan upaya alternatif pemecahan masalah yang ada di
PT. Alakasa Extrusindo Tbk. Diharapkan alternatif pemecahan masalah yang
ditawarkan dalam proses tersebut dapat diterapkan kepada seluruh karyawan yang

2
terlibat sehingga dapat mengurangi potensi adanya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja guna memaksimalkan kinerja para karyawan.

1.2 DASAR HUKUM

1. UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja


2. UUNo. 3 Tahun 1969 tentang persetujuan konvensi organisasi perburuhan
international No. 120 mengenai higine dalam perniagaan dan kantor-kantor
3. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep. 187/MEN/1999 tentang Bahan
Kimia Berbahaya.
4. Permenakertrans No. 13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja.
5. Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang syarat kesehatan
dan kebersihan serta penerangan dalam tempat kerja.
6. Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86
dimana dikatakan bahwa pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja.

1.3 PROFIL PERUSAHAAN


1. Nama Perusahaan: PT. Alakasa Extrusindo Tbk.
2. Alamat:Jl. Pulogadung 4 Rawa Terate Cakung Jakarta Timur –13920 ,
Indonesia Phone : 62-21-4608855
3. Sejarah dan Perkembangan: Alakasa Extrusindo didirikan pada tanggal 21
Februari 1972 dan memulai operasi komersial sebagai perusahaan industri
aluminium sejak tahun 1973. Pada tahun 1972-1988 perusahaan ini
bekerjasama dengan perusahaan aluminium dari Kanada yaitu Alcan
Aluminium. Perusahaan ini mendapatkan akreditasi ISO 9001 sejak tahun
2002. Sejak tahun 2002 kegiatan utama perusahaan ini adalah melakukan
investasi pada beberapa perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan,
industri aluminium ekstrusi, industri karbon, dan industri refineri alumina.
Perusahaan ini hingga sekarang bergerak di bidang manufaktur dan fabrikasi
ektrusi aluminium di Indonesia dengan skala manufaktur berupa anodizing,
clear anodizing, color anodizing, dan powder coating.

3
4. Visi, Misi, dan Nilai Utama:
 Visi: Menjadi perusahaan aluminium ekstrusi yang menyediakan dan
melayani kebutuhan melebihi ekspektasi konsumen
 Misi: adapun misi kebijakan mutu dan aplikasa ISO 9001 “dari baik,
menjadi lebih baik, dan yang terbaik harus menjadi nyata”
 Nilai Utama: Nilai utama dari PT.Alakasa Extrusindo Tbk. adalah BIISA,
yaitu:
o BANGKIT: lakukan perubahan dan pembaharuan.
o INOVASI: tingkatkan mutu kerja dan hasil secara
berkesinambungan.
o IMPROVEMENT: dengan kejujuran dan ketulusan hati.
o SELARAS: serta budaya kerja penuh semangat dan bertanggung
jawab.
o ANTUSIAS: wujudkan PT. Alakasa Extrusindo sebagai pilihan
utama dalam aluminium ekstrusi.
5. Kegiatan Usaha: PT. Alakasa Ekstrusindo Tbk memiliki kegiatan usaha
ekstrusi aluminium.
6. Jumlah Karyawan: Total karyawan di PT. Alakasa Ekstrusindo Tbk adalah
175 orang.
7. Jam Kerja Karyawan:
 Factory:
- Shift I : 08.00 – 16.00
- Shift II : 16.00 - 24.00
- Shift III: 24.00 – 08.00
 Office : 08.00 - 16.30
8. Jaminan Asuransi Kesehatan: BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan
serta BUMIDA.
9. P2K3 di PT. Alakasa Extrusindo Tbk: P2K3 baru didaftarkan dan belum
dijalankan. Ahli K3 sudah ditunjuk oleh perusahaan tapi belum ada pelatihan
Hiperkes dan sertifikasi.

4
1.4 ALURPRODUKSI

Bahan mentah berupa aluminium yang berada di ruang Remelt dilakukan


peleburan atau proses melting yang hasilnya disalurkan ke ruang pencetakan (dies).
Aluminium dicetak sesuai permintaan konsumen. Pada proses ini menghasilkan
limbah berupa scrap (potongan aluminium). Setelah pencetakan alumium dilakukan
anodizing (pelapisan atau pewarnaan). Pada proses ini limbah berupa cairan kimia
yang diolah kemudian disalurkan ke saluran air yang bermuara di sungai cakung.
Aluminium yang sudah di anodizing kemudian dilakukan pengecatan dengan powder
coating. Pada proses ini limbah berupa serbuk (powder) ditampung yang kemudian
dapat di recycle menjadi kapur barus.

1.5 LANDASAN TEORI

A. Hygiene Industri
Hygiene adalah suatu ilmu kesehatan yang mengajarkan tata cara untuk
mempertahankan kesehatan jasmani, rohani, dan sosial untuk mencapai
tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi, serta sebagai suatu usaha
pencegahan penyakit yang menitikberatkan pada usaha kesehatan
perseorangan atau manusia beserta lingkungannya.

5
B. Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Kerja
Beberapa faktor mempengaruhi kesehatan kerja daripada tenaga kerja antara
lain faktor fisik, faktor biologis, faktor kimia, sanitasi industri, dan pengolahan
limbah.
Faktor Fisik
1) Bising:
Kebisingan diartikan sebagai suara yang tidak dikehendaki, misalnya yang
merintangi terdengarnya suara-suara, musik dan sebagainya atau yang
menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup.
 Jenis kebisingan:
- Kebisingan terus-menerus: dihasilkan oleh mesin-mesin yang
berputar;
- Kebisingan terputus-putus: seperti suara pesawat terbang di udara;
- Kebisingan menghentak: seperti suara dentuman meriam, bom
meledak.
 Akibat kebisingan:

Tipe Uraian
Perubahan ambang batas sementara
Kehilangan akibat kebisingan, perubahan
pendengaran ambang batas permanen akibat
Akibat
kebisingan
lahiriah
Rasa tidak nyaman atau stress
Akibat fisiologis meningkat, tekanan darah meningkat,
sakit kepala, bunyi dering
Gangguan
Kejengkelan, kebingungan
emosional
Gangguan tidur atau istirahat, hilang
Gangguan
Akibat konsentrasi waktu bekerja, membaca
gaya hidup
psikologis dan sebagainya.
Merintangi kemampuan
Gangguan
mendengarkan TV, radio,
pendengaran
percakapan, telpon dan sebagainya.

Kebisingan yang dapat diterima oleh tanaga kerja tanpa


mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan
sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam
seminggu, yaitu 85 dB (A) (Permenakertrans No. 13/MEN/X/2011).
Agar kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan,

6
perlu diambil tindakan seperti penggunaan peredam pada sumber
bising, penyekatan, pemindahan, pemeliharaan, penanaman pohon,
pembuatan bukit buatan ataupun pengaturan tata letak ruang dan
penggunaan alat pelindung diri sehingga kebisingan tidak mengganggu
kesehatan atau membahayakan.

2) Getaran:
Yang dimaksud dengan getaran adalah gerakan yang teratur dari benda
atau media dengan arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangan.
Getaran terjadi saat mesin atau alat dijalankan dengan motor sehingga
pengaruhnya bersifat mekanis.
 Jenis getaran:
- Getaran seluruh tubuh, mempunyai frekuensi 1-80 Hz;
- Vibrasi segmental, dapat memapari tubuh pekerja seperti lengan
dan tangan. Getaran ini mempunyai frekuensi 5 – 1500 Hz.

3) Iklim dan Suhu:


Seorang tenaga kerja akan mampu bekerja secara efisien dan produktif
bila lingkungan tempat kerjanya nyaman. Suhu nyaman bagi orang
Indonesia adalah 24°C-26°C. Bila iklim kerja panas dapat menimbulkan
ketidaknyamanan dalam bekerja dan gangguan kesehatan.

4) Pencahayaan:
 Sifat-sifat pencahayaan yang baik:
- Pembagian iluminasi pada lapangan penglihatan;
- Pencegahan kesilauan;
- Arah sinar;
- Warna;
- Panas penerangan terhadap keadaan lingkungan.
 Pengaruh pencahayaan yang kurang terhadap penglihatan:
- Iritasi, mata berair dan mata merah
- Penglihatan rangkap
- Sakit kepala

7
- Ketajaman penglihatan menurun, begitu juga sensitifitas terhadap
kontras warna juga kecepatan pandangan
- Akomodasi dan konvergensi menurun

 Intensitas cahaya di ruang kerja adalah sebagai berikut.


Tingkat
Jenis
pencahayaan Keterangan
Kegiatan
minimal (Lux)
Pekerjaan Ruang penyimpanan dan ruang
kasar & tidak peralatan/instalasi yang
100
terus- memerlukan pekerjaan yang
menerus kontinyu
Pekerjaan
kasar dan Pekerjaan dengan mesin dan
200
terus- perakitan kasar
menerus
Pekerjaan kantor/administrasi,
Pekerjaan ruang kontrol dan pekerjaan
300
rutin mesin dan perakitan atau
penyusun
Pembuatan gambar atau
Pekerjaan bekerja dengan mesin kantor
500
agak halus pekerja pemeriksaan atau
pekerjaan dengan mesin
Pemilihan warna, pemrosesan,
Pekerjaan
1000 tekstil, pekerjaan mesin halus
halus
dan perakitan halus
1500
Mengukir dengan tangan,
Pekerjaan (tidak
pekerjaan mesin dan perakitan
amat halus menimbulkan
yang sangat halus
bayangan)
3000
Pekerjaan (tidak Pemeriksaan pekerjaan,
detail menimbulkan perakitan sangat halus
bayangan)

 Beberapa hal yang dapat menurunkan intensitas penerangan:


- Adanya debu atau kotoran pada bola lampu;
- Bola lampu yang sudah lama;
- Kotornya kaca jendela, untuk penerangan alami;
- Perubahan letak barang-barang.

8
Faktor Biologis
Dasar hukum faktor biologis yang mempengaruhi lingkungan kerja adalah
Kepres No. 22/1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja
(point) penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang
didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminan khusus.

Biological hazard adalah semua bentuk kehidupan atau mahkluk hidup dan
produknya yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan.
Faktor biologis dapat dikategorikan menjadi:
1. Mikroorganisme dan toksinnya (virus, bakteri, fungi, dan produknya);
2. Arthopoda (crustacea, arachmid, insect);
3. Alergen dan toksin tumbuhan tingkat tinggi (dermatitis kontak, rhinitis,
asma);
4. Protein alergen dari tumbuhan tingkat rendah (lichen, liverwort, fern) dan
hewan invertebrata (protozoa, ascaris).
 Faktor biologis dapat masuk ke dalam tubuh dengan cara:
1. Inhalasi/ pernafasan (udara terhirup)
2. Ingesti/ saluran pencernaan
3. Kontak dengan kulit
4. Kontak dengan mata, hidung, mulut.
 Faktor biologi dan juga bahaya-bahaya lainnya di tempat kerja dapat
dihindari dengan pencegahan antara lain dengan:
1. Administrasi kontrol seperti administrasi kesehatan awal karyawan
baru, pemeriksaaan kesehatan secara berkala bagi karyawan lama;
2. Dilarang makan dan minum di area produksi;
3. Menjaga kebersihan kebersihan perseorangan/individu;
4. Penggunaan masker yang baik untuk pekerja yang berisiko tertular
lewat debu yang mengandung organisme patogen dengan cara
menutupi hidung dan mulut dengan tujuan untuk menghindari debu
respirabel (< 10 mikrometer);
5. Menggunakan sarung tangan yang menutupi sampai siku saat
menuangkan bahan baku;

9
6. Desinfeksi secara teratur terhadap lantai, dinding dan peralatan
produksi.
7. Membersihkan semua debu yang ada di sistem pendingin paling tidak
satu kali setiap bulan;
8. Membuat sistem pembersihan yang memungkinkan terbunuhnya
mikroorganisme yang patogen pada sistem pendingin;
9. Menggunakan alas kaki dan baju khusus dalam area produksi untuk
menghindari kontaminasi mikroorganisme dari luar;
10. Sebelum dan sesudah bekerja dalam area produksi diharuskan
mencuci tangan di air mengalir dan sabun;
11. Pengontrolan suhu dan kelembaban udara dengan menggunakan
pendingin ruangan untuk menekan pertumbuhan dari mikroorganisme;
12. Melakukan pengolahan terhadap limbah produksi.

Dengan mengenal bahaya dari faktor biologi dan bagaimana mengotrol dan
mencegah penularannya diharapkan efek yang merugikan dapat dihindari.
Salah satunya kantin atau tempat makan para pekerja berada di ruangan
tertutup sehingga lalat tidak dapat keluar masuk dan hinggap pada makanan
pekerja.

Faktor Kimia
Faktor kimia merupakan salah satu sumber bahaya potensial bagi pekerja.
Bahan kimia yang didefinisikan sebagai unsur kimia, senyawa, dan
campurannya yang bersifat alami maupun buatan (sintetis) selalu terdapat di
setiap proses industri. Paparan terhadap zat-zat kimia tertentu di tempat kerja
dapat mengakibatkan gangguan kesehatan, baik dalam jangka waktu pendek
maupun panjang. Untuk memahami faktor kimia di tempat kerja, seorang ahli
K3 harus memiliki pengetahuan tentang efek toksik dan sifat dari suatu zat
kimia. Identifikasi zat kimia berbahaya dapat dilakukan dengan melihat
pelabelan bahan kimia dan Material Safety Data Sheet (MSDS).

10
1) Klasifikasi (berdasarkan bentuknya):
 Partikulat, yaitu setiap sistem titik-titik cairan atau debu yang
mendispersi di udara yang mempunyai ukuran demikian lembutnya
sehingga kecepatan jatuhnya mempunyai stabilitas cukup sebagai
suspensi di udara. Bentuk ini memiliki ukuran 0.02-500µm. Yang
termasuk dalam bentuk partikulat diantaranya adalah sebagai berikut.
- Debu: merupakan suspensi partikel benda padat di udara. Butiran
debu ini dihasilkan oleh pekerjaan mekanisasi, seperti pekerjaan
yang berkaitan dengan gerinda, pemboran, pemecahan, dan
penghancuran material padat. Ukuran debu dapat bervariasi mulai
dari yang dapat terlihat dengan mata telanjang (50µm) sampai
dengan yang tidak terlihat. Partikel debu yang berukuran kurang
dari 10µm dapat membahayakan kesehatan karena dapat terhirup
dan masuk ke dalam paru-paru, dan yang berukuran 0.5 – 4 µm
dapat terdeposit pada alveolus paru, seperti debu kapas, silica, dan
asbes.
- Fume: adalah partikel-partikel benda padat hasil kondensasi bahan-
bahan dari bentuk uap, biasanya terjadi setelah penguapan dari
logam cair. Uap dari logam cair terkondensasi menjadi partikel-
partikel padat di dalam ruangan logam cair tersebut, misalnya pada
pekerjaan penyolderan, pengelasan, atau peleburan logam.
Contoh: metal fume pada peleburan logam seperti ZnO dan PbO.
- Kabut (fog): adalah sebaran partikel-partikel cair di udara sebagai
hasil proses kondensasi dari bentuk uap atau gas melalui proses
electroplanting dan penyemprotan di mana cairan tersebar,
terpercik atau menjadi busa partikel buih yang sangat kecil. Contoh:
kabut minyak yang dihasilkan selama operasi memotong dan
gerinda.
- Asap (smoke): adalah partikel-partikel karbon yang mempunyai
ukuran kurang dari 0.5µm dan bercampur dengan senyawa
hidrolarbon sebagai hasil pembakaran tidak sempurna dari bahan
bakar, seperti hasil pembakaran batubara.

11
- Smog: adalah bentuk suspense antara smoke dan fog bersama di
udara. Smog terdapat pada pekerjaan pembuihan.

 Non Partikulat
- Gas adalah molekul dalam udara yang menempati ruang yang
tertutup dan dapat diubah menjadi cairan atau keadaan padat
dengan pengaruh dari gabungan kenaikan tekanan dan
pengurangan suhu. Gas dapat berdifusi dengan cara menjalar atau
menyebar. Contoh : bahan seperti oksigen, nitrogen, atau karbon
dioksida dalam bentuk gas pada suhu dan tekanan normal, dapat
diubah bentuknya hanya dengan kombinasi penurunan suhu dan
penambahan tekanan.
- Uap adalah bentuk gas dari suatu bahan yang dalam keadaan
normal berbentuk padat atau cairan pada suhu dan tekanan ruang.
Uap dapat dirubah kembali menjadi padat atau cair dengan
menambah tekanan atau menurunkan suhu. Bahan-bahan yang
memiliki titik didih yang rendah lebih mudah menguap dari pada
yang memiliki titik didih yang tinggi. Contoh bentuk uap adalah uap
air, uap minyak, uap merkuri, uap toluen.

2) Pengaruh Fisiologis dan Patologis Bahan Kimia:


 Bahan kimia iritatif adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan iritasi
atau menimbulkan bahaya apabila tubuh kontak dengan bahan kimia.
Bagian tubuh yang terkena biasanya kulit, mata, dan saluran
pernapasan.
- Iritasi melalui kulit  apabila terjadi kontak antara bahan kimia
tertentu dengan kulit, bahan itu akan merusak lapisan yang
berfungsi sebagai pelindung. Keadaan ini disebut dermatitis
(peradangan kulit).
- Iritasi melalui mata  kontak yang terjadi antara bahan-bahan
kimia dengan mata bisa menyebabkan rusaknya mulai yang ringan
sampai kerusakan permanen.

12
- Iritasi saluran pernapasan oleh karena bahan-bahan kimia
berupa bercak-bercak cair, gas atau uap akan menimbulkan rasa
terbakar apabila terkena pada daerah saluran pernapasan bagian
atas (hidung dan kerongkongan).
 Bahan kimia bersifat asfiksian merupakan bahan kimia yang dapat
menyebabkan asfiksia, yaitu keadaan sesak napas dihubungkan
dengan gangguan proses oksigensi dalam jaringan tubuh, sehingga
menimbulkan sensasi tercekik dan dapat menyebabkan kematian.
Terdapat dua jenis asfiksia, yakni:
- Simple asphyxiation (sesak napas yang sederhana) karena ini
berhubungan dengan kadar oksigen di udara yang digantikan dan
didominasi oleh gas seperti nitrogen, karbon dioksida, ethane,
hydrogen atau helium yang kadar tertentu mempengaruhi
kelangsungan hidup.
- Chemical asphyxiation (sesak napas karena bahan-bahan kimia).
Pada situasi ini, bahan-bahan kimia langsung dapat mempengaruhi
dan mengganggu kemampuan tubuh untuk mengangkut dan
menggunakan zat asam, sebagai contoh adalah karbon monoksida,
nitrogen, propan, argon, dan metana.

 Bahan kimia bersifat zat pembius dapat mehilangkan kesadaran dan


mati rasa. Paparan terhadap konsentrasi yang relatif tinggi dari bahan
kimia tertentu seperti ethyl dan prophyl alcohol (aliphatic alcohol), dan
methylethyl keton (aliphatic keton), acetylene hydrocarbon ethyl dan
isoprophyl ether, dapat menekan susunan syaraf pusat.
 Bahan kimia beracun/toksin merupakan bahan kimia yang dalam
kosentrasi relatif sedikit dapat mempengaruhi kesehatan manusia atau
bahkan menyebabkan kematian. Manusia memiliki sistem yang
komplek. Keracunan sistemik dihubungkan dengan reaksi dari salah
satu sistem atau lebih dari tubuh terhadap bahan-bahan kimia yang
mana reaksi ini merugikan dan dapat menyebar keseluruh tubuh.
Contoh bahan kimia toksin antara lain pestisida, benzene, dan sianida.

13
 Bahan kimia karsinogenik. Paparan bakan-bahan kimia tertentu bisa
menyebabkan pertumbuhan sel-sel yang tidak terkendali, menimbulkan
tumor (benjolan-benjolan) yang bersifat karsinogen. Tumor tersebut
mungkin baru muncul setelah beberapa tahun bevariasi antara 4 tahun
sampai 40 tahun. Bahan kimia seperti arsenic, asbestos, kromium,
nikel dapat menyebabkan kanker paru-paru.
 Bahan kimia fibrotic merupakan bahan kimia yang bila masuk ke dalam
tubuh dapat menyebabkan terbentuknya jaringan fibrotik, seperti
pneumoconiosis. Pneumoconiosis adalah suatu keadaan yang
disebabkan oleh mengendapnya partikel-partikel debu halus daerah
pertukaran gas dalam paru-paru dan adanya reaksi dari jaringan paru
dan membentuk jaringan fibrotik. Contoh bahan-bahan yang
menyebabkan pneumoconiosis adalah crystalline silica, asbestos, talc,
batubara dan beryllium.

3) Pengukuran:Untuk mengetahui kondisi real tentang kadar kontaminan


kimiawi di tempat kerja, maka perlu dilakukan pengukuran/pengujian
terhadap faktor kimia yang memapari tempat tersebut dengan cara
pengambilan sample yang selanjutnya akan dianalisa. Dalam melakukan
pengukuran pada lingkungan kerja diperlukan pengambilan sample yang
dapat dilakukan secara terus menerus dalam kurun waktu tertentu yang
pada prinsipnya harus representatif dalam 8 jam kerja. Metode yang
digunakan antara lain Standar Nasional Indonesia (SNI), NIOSH, AIHA,
dan lain-lain. Beberapa instrument analisis yang digunakan dalam
pengujian faktor kimia adalah AAS untuk analisis kadar logam, GC untuk
kadar hidrokarbon, spectrophotometer UV/Vis untuk analisis gas organic,
dan X-Ray deffractometer.Nilai Ambang Batas (NAB), diatur berdasarkan
surat edaran Permenakertrans No.13/MEN/X/2011 tentang NAB faktor
kimia dan faktor fisikadi tempat kerja.Kategori nilai ambang batas:
 NAB rata-rata selama jam kerja
 NAB pemaparan singkat
 NAB tertinggi

14
4) Pengendalian: Pengendalian potensi bahaya kimia dapat dilakukan
dengan berbagai cara seperti:
 Pemberian label dan simbol pada wadah untuk bahan yang berisikan
tentang: nama bahan kimia, resiko yang ditimbulkan, jalan masuknya
ke tubuh, efek paparan, cara penggunaan yang aman dan pertolongan
pertama keracunan.
 Memiliki MSDS, yaitu semua informasi mengenai suatu bahan kimia
yang dibuat oleh suatu perusahaan, berisikan antara lain
kandungan/komposisi, sifat fisik dan kmia, cara pengankutan dan
penyimpanan, informasi APD sesuai NAB, efek terhadap kesehatan,
gejala keracunan, pertolongan pertama keracunana, alamat dan nomer
telepon pabrik pembuat atau distributor.
 Memiliki petugas K3 kimia dan ahli K3 kimia yang mempunyai
kewajiban , melakukan identifikasi bahaya melaksanakan prosedur
kerja aman, penganggulangan keadaan darurat dan mengembankan
pengetahuan K3 di bidang kimia.
 Prinsip pengendalian bahan kimia di lungkungan kerja dilakukan
dengan tahapan sebaai berikut:
- Pengendalian secara teknis
a. Substitusi
b. Isolasi
c. Ventilasi (alamiah dan buatan)
- Pengendalian administrasi
a. Pemilihan bahan produksi potensi bahaya serendah mungkin
b. Labelling. Telah dijelaskan sebelumnya.
c. Penyimpanan bahan sesuai dengan kelompok sifat dan besar
potensi bahaya
d. Penanganan limbah dan sampah kimia secara khusus dan
benar.
Dasar hukum yang mengatur pengendalian bahan kimia berbahaya
adalah keputusan menteri tenaga kerja RI, No.Kep.187/MEN/1999.

15
Sanitasi Industri
Prinsip dasar sanitasi terdiri dari:
 Sanitasi adalah serangkaian proses yang dilakukan untuk menjaga
kebersihan;
 Sanitasi ini merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh industri dalam
menerapkan Good Manufacturing Practices (GMP);
 Sanitasi dilakukan sebagai usaha mencegah penyakit pada tenaga kerja
dan lingkungan sekitar perusahaan;
 Manfaat yang diperoleh bagi konsumen bila industri pangan adalah,
konsumen terhindar dari penyakit atau kecelakaan karena keracunan
makanan;
 Manfaat yang diperoleh bagi produsen adalah produsen dapat
meningkatkan mutu dan umur simpan produk, mengurangi komplain dari
konsumen;
 Mengurangi biaya recall.
 Praktik sanitasi meliputi pembersihan, pengelolaan limbah, dan higiene
pekerja yang terlibat.

Sanitasi industri meliputi:


1) Water supply: Suplai air dibagi menjadi dua berdasarkan penggunaannya,
yaitu:
 Domestik  untuk karyawan, makan, minum, dll
 Proses produksi

2) Pembuangan kotoran dan sampah: Sampah dibagi menjadi dua, yaitu:


 Domestik  berasal dari karyawan, bukan dari proses produksi
 Sampah industri  padat, cair

Sampah ini memerlukan manajemen khusus dalam


pengelolaannya.Sampah dapat diolah kembali untuk menghasilkan
sesuatu yang bermanfaat ataupun sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi dan
dikembalikan ke alam sebagai bahan yang tidak berbahaya dan mudah
terurai.

16
3) Sanitasi makanan: Sanitasi makanan memegang peranan penting dalam
proses produksi. Sanitasi makanan berhubungan langsung kepada tenaga
kerja ataupun proses produksi dalam industri pangan. Sanitasi makanan
merupakan usaha pencegahan penyakit, dapat menjadi pertimbangan
ekonomi dalam penyediaan makanan dan merupakan pencegahan
penyakit yang efektif. Hal–hal yang diperhatikan dalam sanitasi makanan
adalah:
 Kebersihan makanan  penyediaan bahan makanan, pengolahan
makanan, pengangkutan bahan makanan dan penyajian makanan
 Kebersihan peralatan
 Kebersihan fasilitas
 Kantin dan ruang makan
 Keracunan makanan
4) Pencegahan dan pembasmian vektor dan roden: Vektor adalah binatang
yang berperan dalam pemindahan penyakit dari sumbernya ke manusia.
Contoh-contoh vektor seperti tikus, lalat, nyamuk, kecoa, kutu dan lain-
lain. Masing-masing vektor membawa penyakit tertentu dan dapat
mengenai tenaga kerja, sehingga dapat menurunkan produktivitas.
Pengendalian vektor dapat dilakukan oleh pihak perusahaan sendiri
ataupun memakai jasa pengendalian vektor profesional.
5) Penyediaan fasilitas kebersihan: Fasilitas kebersihan merupakan hal yang
mutlak harus tersedia dalam industri. Memgang peranan penting dalam
proses produksi. Fasilitas kebersihan menjamin tenaga kerja untuk
menjalankan fungsi-fungsi biologis seperti buang air kecil, buang air besar,
makan, tempat ganti pakaian, dan lain-lain. Hal – hal yang termasuk
fasilitas kebersihan, yaitu:
 WC (kakus)  memenuhi syarat-syarat wc sehat, jumlah wc sebanding
dengan jumlah pekerja.
 Tempat cuci.
 Tempat mandi  membersihkan badan sebelum pulang.
 Tempat baju kerja (locker)  tempat ganti pakaian sebelum dan
sesudah kerja.

17
 Ruang makan dan kantin  memenuhi syarat – syarat rumah makan
sehat atau kantin sehat.

Pengolahan Limbah
Limbah industri merupakan buangan yang keberadaannya di tempat tertentu
tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi.
Limbah industri tersebut dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu yang
memiliki nilai ekonomis berupa limbah yang dengan melakukan proses lanjut
akan memberi nilai tambah, serta limbah yang tidak mempunyai nilai
ekonomis berupa limbah yang diolah dalam bentuk proses apapun tidak
dapat memberikan nilai tambah tetapi hanya dapat mempermudah sistem
pembuangan.

Limbah padat dan cair yang dihasilkan akibat proses produksi sebaiknya
ditempatkan pada bak sampah tersendiri yang telah dipilah-pilah berdasarkan
jenisnya serta apakah termasuk limbah B3 atau bukan. Untuk limbah yang
bukan termasuk B3 perlu dipilah lagi apakah bisa didaur ulang atau bisa
langsung dibakar atau dikubur. Yang termasuk kedalam limbah B3 adalah
limbah industri yang mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan
berbahaya, dimana limah B3 tersebut merupakan bahan dalam jumlah sedikit
tetapi mempunyai potensi mencemari dan merusak lingkungan hidup dan
sumber daya.Limbah cair yang dihasilkan industri harus diolah terlebih dahulu
sesuai dengan spesifikasinya.Kontainer tempat menampung limbah yang
termasuk kategori B3 tidak boleh bocor, sampah tidak boleh tercecer pada
waktu pengumpulan dan penyimpanan sementara sebelum dibawa ke tempat
pembuangan akhir B3. Secara umum, pengolahan limbah industri dapat
dilakukan melalui 3 proses, yaitu:
1) Proses pengolahan secara fisika:
 Sedimentasi,yaitu suatu proses pemisahan bahan padat dari cairan
secara gravitasi.
 Flotasi, yaitu memisahkan partikel dengan densitasnya, menggunakan
aliran udara yang dimasukkan kedalam sistim.

18
 Separasi minyak-air, yaitu dengan memisahkan bagian terbesar
minyak dari aliran limbah dengan menggunakan prinsip dasar
perbedaan spesifitas gravities anatara air dan minyak yang dibuang.
2) Proses pengolahan secara kimiawi:
 Koagulasi-presipitasi, yaitu pencampuran bahan kimia secara merata
menjadi gumpalan-gumpalan yang cukup besar.
 Netralisasi, yaitu proses untuk menurunkan sifat asam atau basa
dalam air.
3) Proses pengolahan secara biologi:
 Aerobic suspended growth process, yaitu memasukkan air limbah
kedalam reaktor concrete steel earthen tank dengan aliran konsentrasi
yang sangat tinggi.
 Aerobic attached growth process, yaitu proses mikroorganisme
dimasukkan kedalam beberapa media.
 Aerobic lagoons (kolam stabilisasi), yaitu kolam tanah yang luas dan
dangkal untuk mengolah air limbah dengan menggunakan proses
alami dengan melibatkan ganggang dan bakteri.
 Anaerobic lagoons, yaitu air limbah mentah bercampur dengan massa
microbial aktif dalam lapisan sludge.
Pengolah limbah gas secara teknis dilakukan dengan menambahkan alat
bantu yang dapat mengurangi pencemaran udara. Pencemaran udara
sebenarnya dapat berasal dari limbah berupa gas atau materi partikulat yang
terbawah bersama gas tersebut. Berikut akan dijelaskan beberapa cara
menangani pencemaran udara oleh limbah gas dan materi partikulat yang
terbawah bersamanya.

1) Mengontrol Emisi Gas Buang:


 Gas-gas buang seperti sulfur oksida, nitrogen oksida, karbon
monoksida, dan hidrokarbon dapat dikontrol pengeluarannya melalui
beberapa metode. Gas sulfur oksida dapat dihilangkan dari udara hasil
pembakaran bahan bakar dengan cara desulfurisasi menggunakan
filter basah (wet scrubber);

19
 Mekanisme kerja filter basah ini akan dibahas lebih lanjut pada
pembahasan berikutnya, yaitu mengenai metode menghilangkan
materi partikulat, karena filter basah juga digunakan untuk
menghilangkan materi partikulat;
 Gas nitrogen oksida dapat dikurangi dari hasil pembakaran kendaraan
bermotor dengan cara menurunkan suhu pembakaran. Produksi gas
karbon monoksida dan hidrokarbon dari hasil pembakaran kendaraan
bermotor dapat dikurangi dengan cara memasang alat pengubah
katalitik (catalytic converter) untuk menyempurnakan pembakaran;
 Selain cara-cara yang disebutkan diatas, emisi gas buang jugadapat
dikurangi kegiatan pembakaran bahan bakar atau mulai menggunakan
sumber bahan bakar alternatif yang lebih sedikit menghasilkan gas
buang yang merupakan polutan.

2) Menghilangkan Materi Partikulat Dari Udara Pembuangan:

 Filter Udara:
Filter udara dimaksudkan untuk yang ikut keluar pada cerobong atau
stack, agar tidak ikut terlepas ke lingkungan sehingga hanya udara
bersih yang saja yang keluar dari cerobong. Filter udara yang dipasang
ini harus secara tetap diamati (dikontrol), kalau sudah jenuh (sudah
penuh dengan abu/ debu) harus segera diganti dengan yang
baru.Jenis filter udara yang digunakan tergantung pada sifat gas
buangan yang keluar dari proses industri, apakah berdebu banyak,
apakah bersifat asam, atau bersifat alkalis dan lain sebagainya

 Pengendap Siklon:
Pengendap Siklon atau Cyclone Separators adalah pengedap debu /
abu yang ikut dalam gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang
berdebu. Prinsip kerja pengendap siklon adalah pemanfaatan gaya
sentrifugal dari udara / gas buangan yang sengaja dihembuskan
melalui tepi dinding tabung siklon sehingga partikel yang relatif “berat”
akan jatuh ke bawah.Ukuran partikel / debu / abu yang bisa

20
diendapkan oleh siklon adalah antara 5 µ - 40 µ. Makin besar ukuran
debu makin cepat partikel tersebut diendapkan.

 Filter Basah:
Nama lain dari filter basah adalah Scrubbers atau Wet Collectors.
Prinsip kerja filter basah adalah membersihkan udara yang kotor
dengan cara menyemprotkan air dari bagian atas alt, sedangkan udara
yang kotor dari bagian bawah alat. Pada saat udara yang berdebu
kontak dengan air, maka debu akan ikut semprotkan air turun ke
bawah.Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dapat juga prinsip
kerja pengendap siklon dan filter basah digabungkan menjadi satu.
Penggabungan kedua macam prinsip kerja tersebut menghasilkan
suatu alat penangkap debu yang dinamakan:

 Pegendap Sistem Gravitasi:


Alat pengendap ini hanya digunakan untuk membersihkan udara kotor
yang ukuran partikelnya relatif cukup besar, sekitar 50 µ atau lebih.
Cara kerja alat ini sederhana sekali, yaitu dengan mengalirkan udara
yang kotor ke dalam alat yang dibuat sedemikian rupa sehingga pada
waktu terjadi perubahan kecepatan secara tiba-tiba (speed drop),
zarah akan jatuh terkumpul di bawah akibat gaya beratnya sendiri
(gravitasi). Kecepatan pengendapan tergantung pada dimensi alatnya.

 Pengendap Elektrostatik:
Alat pengendap elektrostatik digunakan untuk membersihkan udara
yang kotor dalam jumlah (volume) yang relatif besar dan pengotor
udaranya adalah aerosol atau uap air. Alat ini dapat membersihkan
udara secara cepat dan udara yang keluar dari alat ini sudah relatif
bersih.Alat pengendap elektrostatik ini menggunakan arus searah (DC)
yang mempunyai tegangan antara 25-100 kv. Alat pengendap ini
berupa tabung silinder di mana dindingnya diberi muatan positif,
sedangkan di tengah ada sebuah kawat yang merupakan pusat
silinder, sejajar dinding tabung, diberi muatan negatif. Adanya

21
perbedaan tegangan yang cukup besar akan menimbulkan corona
discharga di daerah sekitar pusat silinder. Hal ini menyebabkan udara
kotor seolah-olah mengalami ionisasi. Kotoran udara menjadi ion
negatif sedangkan udara bersih menjadi ion positif dan masing-masing
akan menuju ke elektroda yang sesuai. Kotoran yang menjadi ion
negatif akan ditarik oleh dinding tabung sedangkan udara bersih akan
berada di tengah-tengah silinder dan kemudian terhembus keluar.

22
BAB II
PELAKSANAAN

2.1 TANGGAL DAN WAKTU PENGAMATAN

Dilakukan pengamatan pada hari Kamis, 14 September 2017, pukul 09.00 –


12.00 WIB oleh kelompok I (Hygiene Industri).

2.2 LOKASI PENGAMATAN

Lokasi pengamatan adalah di Jl. Amerika 1 Kawasan KIEC PO.BOX 156 Cilegon
42433

23
BAB III
HASIL PENGAMATAN

Pengamatan dilakukan di PT. Alakasa Extrusindo tepatnya pada lokasi


pengolahan alumunium tersebut dengan denah sebagai berikut:

1.4 FAKTOR FISIK

1) Bising
Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung, alat-alat yang digunakan untuk
menunjang kegiatan perusahaan, baik dalam proses produksi, penyimpanan maupun
pengangkutan di PT. Krakatau Daya Listrik merupakan alat-alat berat yang berpotensi
menimbulkan kebisingan bagi para pekerjanya. Alat yang dimaksud ialah boiler dan
cooling water condensor. Pengamatan yang dilakukan secara langsung, sehingga
pengamat dapat mendengar bising yang berasal dari alat-alat produksi tersebut secara
langsung. Berdasarkan informasi yang didapat dari narasumber bahwa pihak
perusahaan sudah melakukan pengukuran untuk intensitas kebisingan di lingkungan
kerja sesuai dengan Permenakertrans No. 13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang
Batas faktor fisika di tempat kerja, yaitu 85 dB. Menurut narasumber, saat mesin
beroperasi dapat menimbulkan kebisingan, namun para pekerja disana tidak memakai
alat pelindung diri dikarenakan kebisingan tersebut tidak pernah mencapai nilai
ambang batas. Selama ini perusahaan tidak pernah memberikan alat pelindung diri
kepada para tenaga kerja karena mereka secara rutin setiap 6 bulan sekali mengecek
tingkat kebisingan.

2) Pencahayaan
Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung, penerangan di tempat kerja di PT. Krakatau
Daya Listrik menggunakan sumber pencahayaan alami dan buatan karena cahaya matahari
dapat masuk dan para pekerja yang bekerja dalam ruangan dibantu oleh beberapa lampu
neon. Menurut informasi yang diperoleh dari narasumber bahwa belum dilakukan
pengukuran terhadap intensitas pencahayaan di tempat kerja yang mengacu kepada
Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan,
serta Penerangan dalam Tempat Kerja. Menurut pengamatan yang kami lakukan di tempat
kerja secara langsung, para pekerja tidak tampak mengalami gangguan dalam hal
pencahayaan/penerangan di tempat kerja mereka.

3) Getaran

24
Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung, beberapa alat yang digunakan
untuk menunjang kegiatan perusahaan di PT. Krakatau Daya Listrik seperti
mesin Bubut dan mesin gerinda berpotensi menimbulkan getaran sebesar
1m/detik2. Alat-alat ini berpotensi menimbulkan getaran segmental pada
tangan pekerja yang menggunakan. Namun, pada saat pengamatan mesin
bubut dan mesin gerinda sedang tidak beroperasi.

4) Radiasi
Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung, terdapat sumber radiasi non
pengion yang ada di tempat kerja PT. Alasaka Extrusindo yaitu sinar tampak
yang berasal dari lampu, percikan mesin las dan matahari.Menurut
pengamatan kami para pekerja tidak menggunakan kacamata pelindung
sehingga risiko terpapar percikan mesin las cukup besar.

5) Iklim Kerja
Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung, hanya sedikit pekerja yang
terpapar oleh sinar matahari secara langsung. Pada bagian peleburan, suhu
dapat mencapai 700o C apabila mesin pelebur/engine oven dinyalakan. Dari
pengamatan yang dilakukan tempat produksi para pekerja terlihat tidak
mengalami masalah yang berkaitan dengan iklim kerja di tempat mereka
bekerja.

1.5 FAKTOR KIMIA

Untuk faktor bahaya kimia yang ada di lingkungan kerja PT. Alasaka Extrusindo
keterangan mengenai bahan bakubilet alumunium dari Uni Emirat Arab sebagai
bahan baku danpowder coating yang mengandung triglycidylisocyanurate untuk
pengecatan alumunium. Dari hasil pengamatan secara langsung, dapat dilihat
bahwa PT. Alasaka Extrusindo tidak memiliki fasilitas mandiri laboratorium dan ahli
K3 di bidang kimia sehingga tidak dapat diketahui apakah bahan baku yang
digunakan aman dan baik untuk pekerja.

25
Berdasarkan teori, triglycidyl isocyanuratemerupakan bahan yang dapat
terbakar dan menyebabkan ledakan beruba debu yang bercampur dengan udara.
Manusia sering terpapar bahan ini lewat jalur inhalasi dan saluran cerna. Efek
jangka pendek adalah iritasi berat bila terkena mata dan dapat mengganggu organ
susunan saraf pusat, ginjal, liver, paru, dan saluran cerna yang akan membuat lesi
pada jaringan. Efek jangka panjang dapat berupa sensitisasi pada kulit dan
kerusakan gen pada manusia.
Menurut NOHSC aluminium merupakan bahan yang tidak berbahaya. Risiko
bahaya yang terjadi adalah bila aluminium kontak dengan air akan menghasilkan
gas yang mudah terbakar dan inhalasi fume dapat mengintoksikasi tubuh.

1.6 FAKTOR BIOLOGI

Berdasarkan pengamatan pada kunjungan ke PT. Krakatau Daya Listrik dari bagian
luar tempat pembuangan limbah cair menggunakan bak netralisasi ( Neutralizatiin
Basin) sehingga tidak menimbulkan sumber faktor bahaya biologi sebagai tempat
tumbuhnya mikroorganisme yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada
para pekerja.

Faktor biologi lainnya yang dapat menjadi bahaya di lingkungan kerja PT. Krakatau
Daya Listrik yaitu sistem ventilasi di ruang produksi yang terbuka ditemuakan
exhaust fan yang dipenuhi oleh debu. Pada saat pengamatan mesin produksi
sedang tidak berfungsi sehingga sulit untuk menilai kesehatan para pekerja.

1.7 KEBERSIHAN

Dilihat dari pengamatan selama berada di lingkungan kerja PT.Krakatau Daya


Listrik, secara umum dapat dikatakan sanitasi yang berada di tempat tersebut baik.
Kebersihan di dalam perusahaan seperti dinding, lantai, dan atap cukup baik.
Daerah kerja tampak bersih. Tampak terdapat tempat sampah di setiap ruangan.Di

26
tiga zona ruang kerja yang terdiri dari zona 1 (zona kantor), zona 2 (zona pabrik),
dan zona 3 (zona transmisi dan distribusi), terdapat 7 toilet pada area zona pabrik
dan 4 toilet di zona kantor. Setiap toilet dilengkapi sabun cair, tisu dan tempat
sampah. Namun untuk kebersihan terlihat bahwa toilet pada zona pabrik kurang
bersih dibandingkan zona kantor. Selain tempat cuci tangan dan toilet, juga tersedia
locker pada tiap tempat istirahat pekerja untuk menyimpan barang – barang para
pekerja dan APD, namun yang diamati kebersihannya kurang baik. Pada toilet
terdapat sabun, tisue,dan kebersihannya cukup baik.
Pengamatan juga dilakukan di area pengolahan bahan produksi di
PT.Krakatau Daya Listrik cukup baik namun ada beberapa area produksi yang
memiliki kondisi kurang baik, seperti keadaan alat yang sudah berkarat, iklim yang
panas, bagian atap yang berdebu, pencahayaan yang kurang.
Berdasarkan informasi dari narasumber, penyediaan kebutuhan air untuk
proses produksi, PT.Krakatau Daya Listrik menggunakan air dari PT. Krakatau Tirta
Industri yang kemudian di cek kembali kualitas kandungan air sebelum digunakan
untuk kegiatan produksi perusahaan. Sedangkan untuk minum air didapat dari hasil
produksi PT. Krakatau Tirta Industri yang bermerk Quelle.
Untuk masalah sanitasi makanan bagi para pekerja di PT.Krakatau Daya
Listrik, hal ini berkaitan dengan tempat makan atau kantin dan proses penyajian
makanannya. Dalam kunjungan ini, terdapat dua ruang makan, dengan AC dan
tanpa AC (smoking area) . Terdapat satu wastafel , sabun cair, tisu dan cermin di
tiap ruang makan. Ruangan makan cukup bersih, Para pekerja biasanya makan di
ruang makan saat shift siang saja.
Dari hasil pengamatan juga tampak adanya genangan air limbah pada bak
penampungan pembuangan limbah cair di sekitar area lokasi perusahaan yang
dapat menimbulkan resiko munculnya pencemaran udara karena penguapan dari
zat-zat yang terkandung dalam sisa limbah.
Dari hasil pengamatan juga tampak adanya tempat pembuangan sampah
tidak dipisah menjadi tempat sampah organik dan anorganik, sehingga sampah
organik dan anorganik masih dibuang di satu tempat dan tidak dipisahkan. Untuk
sampah di perusahaan ini akan diambil setiap satu bulan sekali.

1.8 PETUGAS HIGIENE INDUSTRI

27
Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung,tidak terdapat peraturan
yang mengharuskan bagi seluruh tenaga kerja untuk melakukan cuci tangan,
ditempat kerja. Dari hasil pengamatan hanya ditemukan peraturan yang
mengharuskan memakai helm, sarung tangan, ear plug dan ear muff. Selain itu,
tenaga kebersihan (cleaning sevice) disini menurut narasumber berlaku tiga shift
dan tidak tampak ketika pengamatan sedang dilakukan.

1.9 PENGOLAHAN LIMBAH

Pengolahan limbah yang dihasilkan oleh PT. Krakatau Daya Listrik dibagi
menjadi 3 kategori, yaitu pengolahan limbah cair, pengolahan limbah gas, dan
pengolahan limbah padat.

1) Pengolahan Limbah Cair


Limbah cair yang dihasilkan oleh PT. Krakatau Daya Listrik dibagi menjadi 2
proses pengolahan air.
1. Air Damin, yaitu air non mineral. Air damin berasal dari sumber air yang
telah disediakan kemudian disuling untuk menghasilkan air murni. Air
murni tersebut kemudian akan dialirkan ke boiler untuk menghasilkan
tenaga listrik. Uap yang dihasilkan dari proses tersebut akan diubah
kembali menjadi air baku oleh alat kation exchange, kemudian air baku
tersebut akan dialirkan ke penampungan dan dilakukan proses netralisasi
sebelum akhirnya dibuang ke laut.
2. Air Laut, air ini diperoleh dari laut Selat Sunda yang berada di sekitar
perusahaan yang akan digunakan sebagai pendingin mesin. Sebelum
digunakan sebagai pendingin mesin, air laut tersebut akan melalui
beberapa proses yaitu diberikan NaOCl (Natrium Hidroklorida) sebanyak
90 ton yang berfungsi untuk membersihkan air laut dari kerak dan
ganggang yang dapat mengurangi laju air. Setelah digunakan sebagai
pendingin mesin, air laut akan dialirkan ke penampungan dan dilakukan
proses netralisasi sebelum akhirnya dibuang ke laut.

2) Pengolahan Limbah Gas

28
Limbah gas diperoleh dari proses air damin yang dialirkan ke boiler dan
menghasilkan uap panas. Adapun pengolahan dari limbah gas tersebut:
 Perusahaan menggunakan peralatan yang memiliki spesifikasi emisi
NOx rendah
 Memasang CEMS pada unit baru
 Melakukan pemantauan manual pada unit lama setiap 3 bulan sekali
 Melaporkan hasil pemantauan dan menghitung beban emisi gas buang
setiap 6 bulan sekali pada instansi terkait

3) Pengolahan Limbah Padat


Dalam rangka mengeliminasi limbah produksi, PT. Krakatau Daya Listrik
mengolah limbah padat melalui TPS.

3.7 TABEL RINGKASAN PERMASALAHAN

Faktor Masalah yang Dasar Hukum Pemecahan Masalah


dihadapi

Fisik 1. Alat yang digunakan Permenakertrans No. 1. Penggunaan pelindung


seperti boiler, dan 13/MEN/X/2011 diri berupa earplug atau
cooling water ear muff.
condensor alat yang 2. Diketahui nilai
dapat menimbulkan pengukuran dari
bising beberapa faktor fisik
2. Tidak diketahuinya agar dapat melakukan
nilai pengukuran dari pengendalian bila
beberapa faktor fisik didapatkan nilai yang
(apakah di bawah melebihi nilai ambang
normal atau di atas batas
normal), seperti
intensitas
cahaya,getaran pada
conveyor belt,dan iklim
(suhu panas)

Kimia 1. Belum terdapat Permenakertrans 1. Dilakukan


keterangan No. identifikasi zat kimia
mengenai bahaya 13/MEN/X/2011 berbahaya, diberi
kimiawi di sekitar dan Keputusan label (MSDS)
perusahaan Menteri Tenaga 2. Dilakukan
2. Belum dilakukan Kerja RI No. Kep. pengukuran kadar

29
pengukuran kadar 187/MEN/1999 bahan kimia di
bahan kimia di tempat kerja
tempat kerja

Biologi 1. Belum terdapat Standard 1. Memberikan


keterangan European keterangan yang
mengenai bahaya Directive No. cukup jelas untuk
biologis yang 90/679 dan UU tenaga kerja
mungkin terjadi di No. 1 Tahun 1970 (melalui penyuluhan
sekitar perusahaan dan poster)
2. Terdapat genangan 2. Dilakukan
air terbuka dan di pengendalian vektor
tempat yang yang dapat
lembab pada menyebabkan
beberapa penyakit salah
tempat,yang dapat satunya dengan
menjadi tempat menghilangkan
perkembang adanya genangan
biakkan vektor. air

Sanitasi 1. Tempat produksi Peraturan Menteri 1. Barang bahan baku


bahan baku di Perburuhan No. 7 disimpan di tempat
tempat terbuka dan Tahun 1964 yang tertutup
cukup bersih. sehingga tidak
2. Tampak air menjadi tempat
conditioner dan yang berdebu dan
atap dipenuhi oleh dirapikan guna
debu mencegah
3. WC pada area kecelakaan kerja
dalam ruangan 2. Air conditionerrutin
bersih dan yang di dibersihkan,
area luar cukup sehingga ventilasi
bersih menjadi lebih baik
4. Kualitas 3. Menjaga kebersihan
ketersediaan air wc dengan
baik pengontrolan
kebersihan minimal
2 kali sehari.

Pengolahan Bak netralisasi Peraturan Menteri Dijadwalkan untuk


Limbah terlihat kumuh Perburuhan No. 7 dilakukan
sehingga berbau Tahun 1964 pembersihan
berkala pada bak
netralisasi

30
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH

4.1 FAKTOR FISIK

1) Bising
• Dilakukan pengukuran secara berkala untuk kebisingan di tempat kerja
• Dipastikan kembali berapa nilainya dari alat-alat berat yang menimbulkan bising.
• Melakukan rotasi kerja kepada para pekerja bila ditemukan adanya kasua penurunan
pendengaran pada pekerja.
• Melakukan pembatasan jam kerja pada para pekerja yang menggunakan alat berat yang
menimbulkan bising.
• Memberikan alat pelindung diri berupa ear plug atau ear muff kepada para pekerja.

2) Pencahayaan
Pencahayaan sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan pencahayaan di masing-masing
ruangan/ tempat kerja dengan memperhatikan detail pekerjaan yang akan dilakukan oleh
para pekerja, di mana pekerjaan yang membutuhkan ketelitian tinggi, membutuhkan lux
yang baik (tinggi).

3) Getaran

karena getaran yang didapat pada lengan dan tangan pekerja pada

penggunaan mesin bubut dan mesin gerinda masih aman maka Sebaiknya

terus dilanjutkan program yang telah ada yaitu pengukuran getaran dan

pemantauan secara rutin setiap 6 bulan sekali.

4) Radiasi
Apabila terdapat sumber radiasi yang berpotensi memberikan paparan
terhadap para pekerja, maka dapat dilakukan beberapa upaya pengendalian,
yaitu:
 Mengisolasi peralatan dan daerah radiasi dengan cara penyekatan.
 Menjauhkan tenaga kerja dari sumber radiasi.
 Membatasi waktu pemajanan.

31
 Memasang label dan tanda peringatan bahaya radiasi.
 Penggunaan alat pelindung diri (APD) seperti pakaian, kacamata, dan
lainnya sebagai cara terakhir.
 Pelatihan dan pengawasan tenaga kerja terhadap bahaya radiasi.

5) Iklim kerja
 Sebaiknya dilakukan pengukuran suhu di tempat kerja, terutama di tempat
kerja dengan banyak lampu, agar para pekerja dapat melakukan
pekerjaannya dengan aman dan nyaman.
 Menyediakan penyejuk ruangan di tempat kerja yang panas.
 Menjaga kebersihan exhaust fan untuk menjaga sistem sirkulasi di ruang
kerja.

4.2 FAKTOR KIMIA

Sesuai dengan hasil pengamatan di tempat kerja PT. Alakasa Extrusindo Tbk,
untuk menghindari penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh faktor kimia, perlu
dilakukan:
1) Promosi kepada tenaga kerja berupa pengenalan terhadap:
 Bahan-bahan kimia apa saja yang dapat terpapar pada tubuh pekerja di
masing-masing sektor produksi, termasuk tingkat potensi bahaya dari
masing-masing bahan tersebut;
 Efek yang dapat ditimbulkan apabila pekerja terpapar bahan tersebut, baik
efek jangka pendek maupun jangka panjang;
 Tindakan yang sebaiknya dilakukan untuk terhindar dari paparan bahan
kimia tersebut;
 Tindakan yang dapat segera dilakukan apabila terpapar bahan kimia yang
berbahaya;
2) Pelabelan bahan baku sesuai dengan potensi bahaya agar pekerja lebih
aware.
3) Sistem ventilasi dan sirkulasi agar lebih diperhatikan dan dilakukan kontrol
rutin terutama dijaga kebersihannya.

32
4.3 FAKTOR BIOLOGI

Sesuai dengan hasil pengamatan di tempat kerja PT. Krakatau Daya Listrik,
dimana ditemukan exhaust fan yang dipenuhi debu diruang produksi untuk
menghindari penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh faktor kimia, perlu dilakukan

Pembersihan sistem ventilasi berupa exhaust fan yang berdebu.

4.4 SANITASI

Sesuai dengan hasil pengamatan di tempat kerja PT. Krakatau Daya Listrik
untuk menghindari penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh faktor sanitasi, perlu
dilakukan:
1) Pemisahan sampah menjadi sampah organik dan anorganik.
2) Pembersihan exhaust fan yang berdebu.
3) Pengamatan fasilitas sanitasi yang disediakan yaitu toilet, ruang ganti baju,
dan kantin perusahaan secara berkala.
4) Perlu diadakan jadwal pembersihan dan perbaikan rutin pada alat dan
fasilitas pabrik atau bila sudah ada dapat diperbanyak jadwal pembersihan
tersebut.
5) Pemberian reward bagi petugas cleaning service yang bekerja dengan baik.
6) Pengoptimalan kebersihan dan pemakaian ruang makan agar setiap kegiatan
makan dilakukan sana bukan di area kerja.

4.5 PENGOLAHAN LIMBAH

Sesuai dengan hasil pengamatan di tempat kerja PT. Krakatau Daya Listrik,
untuk menghindari penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh pengolahan limbah,
perlu dilakukan:
1) Menjadwalkan pembersihan berkala pada bak netralisasi
2) Menutup dan memperluas pagar pembatas pada daerah bak netralisasi

33
Ralat:

Halaman Sebelum Ralat

1 Sistem Manajemen Sistem Manajemen


Kesehatan dan Keselamatan dan
Keselamatan Kerja Kesehatan Kerja

3 Dasar hukum: Sudah tidak digunakan


lagi
Keputusan Mentri Tenaga
Kerja RI No. Kep.
187/MEN/1999

4 BPJS Kesehatan dan BPJS Kesehatan dan


Ketenagakerjaan dan BPJS Ketenagakerjaan
BUMIDA serta BUMIDA

4 Total karyawan 175 orang Dep. Ekstrusi: 29 orang

Dep. Die shop: 10 orang

Dep. Anodizing: 28 orang

Dep. Despatch/Packing:

34
17 orang

Dep. Fabrikasi/tool: 18
orang

Dep. Powder coating: 15


orang

Dep. Remelt: 12 orang

Dep. Maintenance: 13
orang

Office: 66 orang

Total karyawan (termasuk


pegawai kontrak): 208
orang

23-27 PT. Alasaka Extrusindo PT. Alakasa Extrusindo


Tbk Tbk.

27-28 PT. Martina Berto Tbk. PT. Alakasa Extrusindo


Tbk.

27 Sub bab Pengolahan Sub bab dipindahkan ke


limbah landasan teori halaman 5

Hazard di setiap departemen kerja:

35
Departemen Hazard

Melting Fisik: iklim dan suhu yang panas,


pencahayaan tampak kurang

Kimia: debu dari lantai, scrap aluminum


(sisa dies) di ruang remelt tanpa
penutup

Die Manufacture and Correction Kimia: debu, pelumas (oli) yang dipakai
dalam proses pengerjaan

Biologi: serangga di loker pekerja

Sanitasi: tumpukan panci, gelas, dan


alat makan lain yang tidak dicuci

Extrusion Fisik: bising dan vibrasi dari alat


pemotong (saw), vibrasi dari forklift

Powder coating Fisik: pencahayaan kurang

Kimia: serbuk (powder) saat proses


powder coating, serbuk limbah powder
coating tanpa penutup

36
Anodizing Fisika: bising dari pompa air,
pencahaayan kurang

Kimia: bahan kimia di air saat proses


anodizing (data MSDS tidak diperoleh),
bahan asam sulfa tempat pengolahan
cairan limbah anodizing tanpa label dan
MSDS. Limbah anodizing terletak di
lingkungan terbuka

Fabrication Fisika: bising dari mesin pemotongan


(saw), pencahayan tampak kurang
(ruangan fabrikasi disatukan dengan
tempat pemotongan aluminium)

Packing Fisika: bising dari mesin pemotongan


(saw), pencahayaan tampak kurang
(ruangan packing disatukan dengan
tempat pemotongan aluminium)

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

PT. Krakatau Daya Listrik merupakan salah satu anak perusahaan dari
PT.Krakatau Steel (persero) Tbk. yang bergerak didalam bidang industry
pembangkit listrik dan jasa kelistrikan. Seluruh mesin yang berada di zona pabrik
telah dicantumkan SOP dan cara kerja mesin bekerja. Secara umum,
penatalaksanaan sistem K3 di PT.Krakatau Steel (persero) Tbk. dari penilaian
higiene industri belum sudah dengan baik. Terlihat dari para tenaga kerja yang
selalu menggunakan APD karena telah tumbuh kesadaran akan adanya faktor
bahaya di tempat kerja. Pada dasarnya Keselamatan dan Kesehatan (K3)
merupakan suatu keilmuan multidisiplin yang menerapkan upaya pemeliharaan dan
peningkatan kondisi lingkungan kerja, keamanan kerja, keselamatan dan kesehatan
tenaga kerja, serta melindungi tenaga kerja terhadap risiko bahaya dalam

37
melakukan pekerjaan serta mencegah terjadinya kerugian akibat kecelakaan kerja,
penyakit akibat kerja, kebakaran, peledakan atau pencemaran lingkungan kerja.
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaknya diterapkan pada setiap
pembuatan kegiatan. Sumber pencemaran hendaknya dihilangkan melalui program
sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu.
Menurut hasil kunjungan yang dilakukan, secara umum
penatalaksanaan sistem K3 di PT.Krakatau Steel (persero) Tbk. dari penilaian
higiene industri sudah berjalan cukup baik. Terlihat dari sistem sanitasi yang dikelola
cukup baik dan pengolahan limbah cair dan padat yang dikelola dengan cukup baik
agar tidak mencemari lingkungan yang ada disekitarnya. Akan tetapi, terdapat
beberapa hal yang perlu dievaluasi lebih lanjut dikarenakan kurangnya data yang
diperoleh dari beberapa faktor seperti faktor fisik (bising, penerangan, iklim kerja,
getaran, radiasi), faktor kimia, faktor biologi, sanitasi, petugas higiene industri, dan
pengolahan limbah industri padat.

5.2 . SARAN

1) Memberi penyuluhan berkala tentang Sistem Kesehatan dan Keselamatan


Kerja terutama terkait lima faktor yang dibahas diatas kepada tenaga kerja
mengenai pemaparan faktor tersebut dan dampak kesehatan yang dapat
ditimbulkan.
2) Melakukan pengecekan dan pembersihan secara berkala terhadap kualitas
penggunaan alat- alat untuk produksi
3) Menyediakan lebih banyak media dan sarana untuk mempromosikan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja, seperti penempelan poster,leaflet atau
banner himbauan pemakaian APD di zona dengan high risk timbulnya PAK
4) Pengoptimalan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai standar
untuk kondisi pekerjaan tenaga kerjaserta meningkatkan APD dari segi
kualitas dan kuantitas.
5) Penyediaan lingkungan kerja dan fasilitas sanitasi yang bersih dan aman bagi
para perkerja.

38
BAB VI
PENUTUP

Demikian laporan kunjungan perusahaan mengenai higiene industri di


PT.Krakatau Steel (persero) Tbk. ini kami buat. Kami menyadari bahwa laporan ini
masih banyak kekurangan, baik dalam teknis penulisan maupun materi, mengingat
kemampuan yang kami miliki. Semoga apa yang tertuang di dalam laporan ini dapat
bermanfaat bagi para pembacanya pada umumnya dan PT.Krakatau Steel (persero)
Tbk. khususnya agar dapat lebih meningkatkan lagi penerapan Sistem Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) dan higiene industri di lingkungan
kerjanya sehingga dapat menjamin kesehatan dan keselamatan para pekerjanya
dan meningkatkan produktivitas perusahaan.

39

You might also like