You are on page 1of 26

Kualitas Udara dalam Ruangan (Indoor Air Quality)

Kualitas udara atau Indoor Air Quality dalam suatu ruangan adalah salah

satu aspek keilmuan yang memfokuskan pada kualitas atau mutu udara dalam

suatu ruang yang dimasukkan ke dalam ruang atau gedung yang ditempati oleh

manusia, apakah udara yang dipergunakan dalam ruangan atau gedung tersebut

memenuhi syarat kesehatan atau sebaliknya (Idham, 2003).

Pengertian Indoor Air Quality(IAQ) adalah istilah yang mengacu pada

kualitas udara di dalam dan di sekitar bangunan dan struktur, terutama yang

berkaitan dengan kesehatan dan kenyamanan penghuni bangunan. Kualitas udara

di dalam ruangan merupakan gambaran dari kondisi udara di dalam ruangan yang

memadai untuk dihuni oleh manusia.

Defenisi dan standard mengenai kualitas udara dalam ruangan yang

memadai yang umum digunakan adalah standard ASHRAE 62-2001 mengenai

ventilasi untuk kualitas udara yang memadai (Ventilation for Acceptable Indoor

Air Quality). Pengertian kualitas udara dalam ruang yang memadai menurut
standard tersebut adalah udara dimana tidak ada kontaminan pada konsentrasi

yang membahayakan yang sudah ditetapkan oleh para ahli dimana sebesar 80%

atau lebih para penghuni suatu gedung merasakan ketidakpuasaan dan

ketidaknyamanan.

Menurut Idham (2003) ada tiga syarat utama yang berhubungan dengan

kualitas udara dalam suatu ruang atau Indoor Air Quality yaitu :

1. Level suhu atau panas dalam suatu ruang atau gedung masih dalam batas-

batas yang dapat diterima.

2. Gas-gas hasil proses pernafasan dalam konsentrasi normal.

3. Kontaminan atau bahan-bahan pencemar udara berada di bawah level

ambang batas kesehatan.

Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Udara Dalam Ruangan

Kualitas udara dalam ruang dapat dipengaruhi oleh gas (karbon

monoksida, radon, senyawa organik yang mudah menguap), partikulat,

kontaminan mikroba (jamur, bakteri) atau massa atau energi stressor yang dapat

menimbulkan kondisi yang merugikan kesehatan. Penggunaan ventilasi untuk

mencairkan kontaminan merupakan metode utama untuk meningkatkan kualitas

udara dalam ruang gedung. Faktor lain yang mempengaruhi kualitas udara dalam

ruangan adalah aktivitas penghuni ruangan, material bangunan, furniture dan

peralatan yang ada di dalam ruang, kontaminasi pencemar dari luar ruang,

pengaruh musim, suhu dan kelembaban udara dalam ruang serta ventilasi (EPA,

1998).
Sedangkan menurut US-EPA (1995) ada empat elemen yang berpengaruh

dalam Indoor Air Quality yaitu :

1. Sumber yang merupakan asal dari dalam, luar atau dari sistem operasional

mesin yang berada dalam ruangan.

2. Heating Ventilation and Air Conditioning System (HVAC).

3. Media yaitu berupa udara.

4. Pekerja yang berada dalam ruangan tersebut mempunyai riwayat

pernapasan atau alergi.

Parameter Kualitas Udara Dalam Ruangan

a) Parameter Fisik
a) Suhu/Temperatur

Suhu udara sangat berperan dalam kenyamanan bekerja karena tubuh

manusia menghasilkan panas yang digunakan untuk metabolisme basal dan

maskuler. Namun dari semua energi yang dihasilkan tubuh hanya 20% saja yang

dipergunakan dan sisanya akan dibuang ke lingkungan (Mukono, 2000).

Pada suhu udara yang panas dan lembab, makin tinggi kecepatan aliran

udara malah akan makin membebani tenaga kerja. Pada tempat kerja dengan suhu

udara yang panas maka akan menyebabkan proses pemerasan keringat. Beberapa

hal buruk berkaitan dengan kondisi demikian dapat dialami oleh tenaga kerja.

Suhu panas dapat mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan

waktu pengambilan keputusan., mengganggu kecermatan kerja otak, mengganggu

koordinasi syaraf perasa dan motoris. Sedangkan suhu dingin mengurangi

efisiensi dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot. (Suma’mur, 1996).
Suhu udara sangat berperan dalam kenyamanan bekerja. Suhu ruangan

harus antara 18oC dan 24°C untuk orang sehat. Meskipun studi tentang Sick

Building Syndrome tidak dapat memberikan gambaran suhu yang tepat hasil studi

yang ada, karyawan dapat menunjukkan kinerja terbaik saat bekerja pada suhu

antara 19oC dan 20°C (ASHRAE 2003b). Institut Nasional untuk Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (NIOSH) merekomendasikan bahwa suhu tidak boleh

melebihi 26°C untuk pria dan 24°C bagi perempuan. Dalam beberapa sumber,

menurut Heryuni (1993) untuk lingkungan kerja disarankan mempunyai suhu

kering 22°C-26°C dan suhu basah 21°C-24°C. Sedangkan menurut Mukono

(1993), temperatur yang dianggap nyaman untuk suasana bekerja adalah 23°C-

25°C. Dalam laporan yang berasal dari European Commision, menunjukkan

bahwa suhu antara 20 dan 26°C merupakan suhu yang cocok bagi lingkungan

kerja.

b) Kelembaban Udara

Air bukan merupakan polutan, namun uap air merupakan pelarut berbagai

polutan dan dapat mempengaruhi konsentrasi polutan di udara. Uap air dapat

menumbuhkan dan mempertahankan mikroorganisme di udara dan juga dapat

melepaskan senyawa-senyawa volatile yang berasal dari bahan bangunan seperti

formaldehide, amonia dan senyawa lain yang mudah menguap, sehingga

kelembaban yang tinggi melarutkan senyawa kimia lain lalu menjadi uap dan

akan terpajan pada pekerja (Fardiaz, 1992). Ruang yang lembab dan dinding yang

basah akan sangat tidak nyaman dan mengganggu kesehatan manusia (Pudjiastuti,

1998).
Kelembaban udara adalah presentase jumlah kandungan air dalam udara

(Depkes RI, 2002). Kelembaban terdiri dari 2 jenis, yaitu :

1. Kelembaban absolut, yaitu berat uap air per unit volume udara.

2. Kelembaban nisbi (relatif), yaitu banyaknya uap air dalam udara pada

suatu temperatur tersebut.

Secara umum penilaian kelembaban dalam ruang dengan menggunakan

hygrometer. Menurut indikator pengawasan perumahan, kelembaban udara yang

memenuhi syarat kesehatan dalam ruang kerja adalah 40-60% dan kelembaban

udara yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah <40% atau >60% (Depkes

RI, 2002).

Kelembaban yang relatif rendah yaitu kurang dari 20% dapat

menyebabkan kekeringan selaput lendir membran, sedangkan kelembaban yang

tinggi akan meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme (Mukono, 2005).

c) Kecepatan Aliran Udara

Kecepatan alir udara mempengaruhi gerakan udara dan pergantian udara

dalam ruang. Besarnya berkisar antara 0,15 sampai dengan 1,5 meter/detik, dapat

dikatakan nyaman. Kecepatan udara kurang dari 0,1 meter/detik atau lebih rendah

menjadikan ruangan tidak nyaman karena tidak ada pergerakan udara. Sebaliknya

bila kecepatan udara terlalu tinggi akan menyebabkan kebisingan di dalam

ruangan (Arismunandar dan Saito, 2002). Tingkat kenyamanan panas dipengaruhi

oleh kecepatan udara. Ketika pendinginan diperlukan, dapat dilakukan

peningkatan kecepatan udara.


Sementara ASHRAE sendiri mensyaratkan ventilation rate (jumlah suplai

udara dalam ruangan) minimal 20 cfm/orang dalam suatu gedung dan untuk

ruangan khusus seperti ruangan merokok ventilation rate yang disyaratkan

sebesar 60cfm/orang (EPA, 1998). Ventilation rate memang berpengaruh terhadap

mitigasi kontaminan dalam ruangan selain juga suplai udara segar bagi penghuni

gedung. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa ventilation rate menjadi krusial

dalam pencegahan SBS.

d) Pencahayaan

Penerangan di tempat kerja adalah salah satu sumber cahaya yang

menerangi benda-benda di tempat kerja. Banyak obyek kerja beserta benda atau

alat dan kondisi disekitar yang perlu dilihat oleh tenaga kerja. Hal ini penting

untuk menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi. Selain itu penerangan yang

memadai memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan

lingkungan yang menyegarkan. Akibat-akibat penerangan yang buruk adalah :

1. Kelelahan mata dengan berkurangnya daya efisiensi kerja.

2. Kelelahan mental.

3. Keluhan-keluhan pegal di daerah mata, dan sakit kepala sekitar mata.

4. Kerusakan alat penglihatan.

5. Meningkatnya kecelakaan (Budiono dkk, 2003)

Adapun pencahayaan yang kurang bisa memaksa mata untuk

berakomodasi maksimum sedangkan pencahayaan yang terlalu kuat juga bisa

memaksa mata untuk mengurangi intensitas cahaya yang masuk kedalamnya.


Kedua kondisi ini pada akhirnya bisa menimbulkan kelelahan dan memicu gejala-

gejala SBS lainnya.

e) Kebisingan

Menurut KepMen N0. 48 Tahun 1996 kebisingan adalah bunyi yang tidak

diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat

menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.

Kebisingan bisa menimbulkan sakit kepala, dan kesulitan berkonsentrasi. Hal ini

berpotensi untuk menghasilkan berbagai keluhan termasuk gejala-gejala SBS.

Kebisingan dapat berasal dari mesin-mesin industri, alat-alat perkantoran yang

menimbulkan bunyi yang cukup tinggi, dan lain-lain.

Untuk mencegah kemungkinan gangguan pada manusia terutama ketulian

akibat bising (noise induced hearing loss), maka telah ditetapkan batas pemaparan

yang aman terhadap bising untuk jangka waktu tertentu, dan dikenal dengan

sebutan Nilai Ambang Batas (threshold limit value). Nilai ambang batas

dimaksudkan sebagai batas konsentrasi dimana seseorang dapat terpapar dalam

lingkungan kerjanya selama 8 jam perhari, 40 jam seminggu berulang-ulang kali

tanpa mengakibatkan gangguan kesehatan yang tidak diinginkan.

f) Bau

Bau merupakan faktor kualitas udara yang penting. Bau dapat menjadi

petunjuk keberadaan suatu zat kimia berbahaya seperti Hidrogen Sulfida,

Ammoniak, dan lain-lain. Selain itu bau juga dihasilkan oleh berbagai proses

biologi oleh mikroorganisme. Kondisi ruangan yang lembab dengan suhu tinggi
dan aliran udara yang tenang biasanya menebarkan bau kurang sedap karena

proses pembusukan oleh mikroorganisme (Mukono, 2005).

g) Ventilasi

Ventilasi merupakan salah satu faktor yang penting dalam menyebabkan

terjadinya Sick Building Syndrome. Luas ventilasi ruangan yang kurang dari 10%

menurut standard WHO atau ventilation rate kurang dari 20CFM OA memberikan

risiko yang besar untuk terjadinya gejala SBS.. Ventilasi yang paling ideal untuk

suatu ruangan apabila ventilasi dalam keadaan bersih, luas memenuhi syarat,

sering dibuka, adanya cross ventilation sehingga tidak menyebabkan adanya dead

space dalam ruangan. Ketidakseimbangan antara ventilasi dan pencemaran udara

merupakan salah satu sebab terbesar gejala SBS.

Ventilasi dalam lingkungan kerja ditujukan untuk :

1. Mengatur kondisi kenyamanan ruangan.

2. Memperbaruhi udara dengan pencemaran udara ruangan pada batas

normal.

3. Menjaga kebersihan udara dari kontaminasi berbahaya.

b) Parameter Kimia
a. Karbon monoksida (CO)

Karbon monoksida merupakan pencemaran udara yang paling besar dan

umum dijumpai. Sebagian besar CO terbentuk akibat proses pembakaran bahan-

bahan yang digunakan sebagai bahan bakar secara tidak sempurna. Misalnya dari

pembakaran bahan bakar minyak, pemanas, proses-proses industri dan

pembakaran sampah (Soedomo, 2001).


Pengaruh beracun CO terhadap tubuh terutama disebabkan oleh reaksi

antara CO dengan Hemoglobin (Hb) di dalam darah. Hb di dalam darah secara

normal berfungsi dalam sistem transport untuk membawa oksigen dari paru-paru.

Dengan adanya CO , Hb, dapat membentuk COHb. Jika terjadi demikian maka

kemampuan darah untuk mentransport oksigen menjadi berkurang. Polusi udara

oleh CO juga terjadi selama merokok. Konsentrasi CO yang tinggi di dalam asap

rokok yang terhisap tersebut mengakibatkan kadar COHb di dalam darah

meningkat (Fardiaz, 1992).

Jika CO terhirup dapat mengakibatkan hal-hal sebgai berikut

(Kusnoputranto, 2002) :

1. Gangguan keseimbangan refleksi, sakit kepala, pusing, koma, kerusakan

sel otak dengan keterpajanan CO selama 1 jam atau lebih dengan

konsentrasi 50-100 ppm.

2. Menyebabkan sakit kepala yang cukup berat, pusing, koma, kerusakan sel

otak dengan keterpajanan selama 2 jam dengan konsentrasi CO sebesar

250 ppm.

3. Keterpajanan CO selama 1 jam dengan konsentrasi 750 ppm menyebabkan

kehilangan kesadaran, keterpajanan 3-4 jam menyebabkan kematian.

b. NOX

Gas ini adalah kontributor utama smog dan deposisi asam. Nox bereaksi

dengan senyawa organik volatile membentuk ozon dan oksida lainnya. Organ

tubuh yang paling peka terhadap pencemaran gas NOx adalah paru-paru. Paru-
paru terkontaminasi oleh gas NOx akan membengkak sehingga penderita sulit

bernafas dan mengakibatkan kematian. Pengaruhnya terhadap kesehatan yaitu

terganggunya sistem pernafasan,bila kondisinya kronis dapat berpotensi terjadi

Bronkhitis serta akan terjadi penimbunan Nitrogen Oksida dan dapat merupakan

sumber Karisogenik (Sunu, 2001).

c. SOx

SOx merupakan gas yang tidak berbau bila berada dalam konsentrasi

rendah, akan tetapi memberikan bau yang tajam pada konsentrasi pekat. SOx

berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, seperti minyak bumi dan batu bara.

SOx merupakan polutan yang berbahaya bagi kesehatan terutama bagi penderita

penyakit kronis sistem pernafasan dan kardiofaskuler (Sunu, 2001).

d. Volatile Organic Compound (VOC)

Kehadiran pencemar organik mungkin merupakan konstituen terbesar dari

aerosol yang ada di dalam ruang. Dikarenakan jumlah spesies bahan kimia hadir

di udara dalam ruang, dan kesulitan di dalam identifikasi dan kuantifikasi dari

kimia organik yang tercampur, maka kontaminasi senyawa organik (VOC) di

dalam ruangan belum dapat diketahui dengan baik sampai saat ini. Menurut

Bortoli dari senyawa-senyawa yang telah dilakukan studi, senyawa paling banyak

teridentifikasi meliputi toluene, xylene, dan apiene (Pudjiastuti, 1998).

Beberapa senyawa organik volatile yang ditemukan di dalam ruangan

telah menunjukkan adanya hubungan dengan sejumlah gejala penyakit. Beberapa

gejala penyakit yang ada di dalam ruang yang banyak dijumpai yaitu sakit kepala,
iritasi mata dan selaput lendir, iritasi sistem pernafasan, drowsiness (mulut

kering), fatigue (kelelahan), malaise umum.

e. Formaldehide

Formaldehide adalah gas yang tidak bernyawa dengan bau yang

menyengat. Banyak sekali bahan yang ada dalam ruangan dapat mengemisikan

gas formaldehide termasuk bahan yang diisolasi, flafon, kayu lapis, furniture

kantor, lem karpet, bermacam-macam plastik, serat sintesis dalam karpet,

pestisida, cat dan kertas. Tingkat emisi formaldehide naik dengan kenaikan suhu

(Pudjiastuti, 1998).

Formaldehide adalah aldehida yang paling sederhana yang memiliki sifat

mudah menguap. Dalam industri sering digunakan sebagai bahan pelarut, perekat,

dan pengawet. Untuk kesehatan, formaldehide sering digunakan sebagai bahan

antiseptik, sterilisasi khususnya untuk alat pembersih ginjal (Fardiaz, 1992).

Pemaparan formaldehide ke tubuh manusia dapat dengan berbagai cara

antara lain melalui penyuntikan, kuloit, dan pernafasan. Berikut adalah efek akut

dari formaldehide (Meyer, 1977) :

1. Melalui pernafasan, iritasi terhadap kulit, dan sistem pernafasan

Formaldehide dapat menimbulkan iritasi pada selaput lendir di rongga

hidung, bagian mulut, sistem pernafasan atas yang menimbulkan perasaan

panas, penyempitan kerongkongan, tercekik, dan batuk terus menerus.


2. Sensitifitas

Formaldehide dapat menimbulkan bau yang tidak sedap, dan bau tersebut

sangat sensitif pada bagian pernafasan atas.

3. Anasthesia

Formaldehide dapat digunakan sebagai anasthesia yang diberikan melalui

oral dan suntikan. Bila pemberian tidak memenuhi dosis yang sesuai

dengan peruntukkan maka tidak terjadi anasthesia, formaldehide akan

mengalami metabolisme secara cepat yang menimbullkan mual, muntah-

muntah, sakit kepala, dan kelemahan.

4. Penyakit organ

Keterpajanan formaldehide secara terus-menerus pada dosis yang tinggi,

di samping merusak sistem pernafasan, infeksi paru, dapat mengganggu

fungsi hati, ginjal, sistem saraf pusat, jaringan tubuh, dan sistem

reproduksi wanita..

c) Parameter Mikrobiologi

Mikrobiologi Udara terdapat mikroorganisme yang dapat muncul dalam

waktu dan tempat yang berbeda. Meskipun tidak ada mikroorganisme yang

mempunyai habitat asli udara, tetapi udara di sekeliling kita sampai beberapa

kilometer di atas permukaan bumi mengandung bermacam-macam jenis mikroba

dalam jumlah yang beragam (Michael J,1988).

Mikrobiologi adalah organisme yang dapat dilihat hanya dengan bantuan

pembesaran mikroskop berdaya tinggi, berukuran sangat kecil (mikro), sehingga

mudah dihembuskan angin dan menempel pada debu (bioaerosol).


Mikroorganisme dapat berasal dari lingkungan luar seperti serbuk sari, jamur dan

spora, dapat pula berasal dari dalam ruang seperti serangga, jamur, kutu binatang

peliharaan dan bakteri (Pudjiastuti, dkk, 1998).

Bioaerosol adalah partikel debu yang terdiri atas makhluk hidup atau sisa

yang berasal dari makhluk hidup. Makhluk hidup terutama adalah jamur dan

bakteri. Penyebaran bakteri, jamur, dan virus pada umumnya terjadi melalui

sistem ventilasi. Sumber bioaerosol ada 2 yakni yang berasal dari luar ruangan

dan dari perkembangbiakan dalam ruangan atau dari manusia, terutama bila

kondisi terlalu berdesakan (crowded). Pengaruh kesehatan yang ditimbulkan oleh

bioaerosol ini terutama 3 macam, yaitu infeksi, alergi, dan iritasi. Kontaminasi

bioaerosol pada sumber air sistem ventilasi (humidifier) yang terdistribusi

keseluruh ruangan dapat menyebabkan reaksi yang berbagai seperti demam, pilek,

sesak nafas dan nyeri otot dan tulang (Waluyo, 2009).

a. Bakteri Patogen

Bakteri merupakan makhluk hidup yang kasat mata, dan dapat juga

menyebabkan berbagai gangguan kesehatan serta efek deteriorasi bagi gedung

apabila tumbuh dan berkembang biak pada lingkungan indoor. Gangguan

kesehatan yang muncul dapat bervariasi tergantung dari jenis dan rute pajanan.

Bakteri dalam gedung datang dari sumber luar (misalnya dari kerusakan tangga,

endapan kotoran, dan sebagainya) serta dapat memberikan pengaruh bagi manusia

seperti saat bernapas, batuk, bersin. Selain itu, bakteri juga didapati pada sistem

cooling towers (seperti Legionella), bahan bangunan dan furniture, walpaper, dan
karpet lantai. Di dalam gedung, bakteri tumbuh dalam standingwater tempat

water spray dan kondensasi AC (Jawetz, 2003).

Kelompok mikroba yang paling banyak ditemukan sebagai jasad hidup

yang tidak diharapkan kehadirannya di udara, umunya disebut jasad kontaminan.

Suatu benda atau substrat yang ditumbuhinya dinyatakan sebagai benda atau

substrat yang terkontaminasi. Jasad-jasad renik kontaminan, antara lain yaitu

(Louise, 2003) :

1. Bakteri Bacillus

Genus Bacillus termasuk batang besar, gram positif, aerob, yang

membentuk rantai. Kebanyakan anggota genus ini adalah organisme saprofit yang

lazim terdapat dalam tanah, air, udara dan tumbuh-tumbuhan. Beberapa

diantaranya patogen terhadap insekta, seperti :

a) Bacillus Anthracis, berbahaya bagi orang yang menangani hewan berkuku,

kulit hewan, penyebab antraks ini adalah bakteri patogen utama dalam

genus ini.

b) Bacillus Cereus, dapat tumbuh dalam makanan dan menghasilkan

enterotoksin yang menyebabkan keracunan makanan, dapat menimbulkan

penyakit pada orang dengan gangguan daya tahan tubuh.

c) Bacillus Subtilis, bakteri yang sangat banyak diudara tetapi tidak patogen.

2. Bakteri Staphylococcus

Genus ini merupakan sel gram positif berbentuk bulat biasanya tersusun

dalam bentuk kluster yang tidak teratur, beberapa merupakan anggota flora
normal pada kulit dan selaput lendir manusia, tiga tipe stafilokokus yang berkaitan

dengan medis adalah sebagai berikut :

a) Staphylococcus Aureus, adalah patogen utama pada manusia, penularan

berdiam di mukosa hidung manusia atau di kulit, kuman ini menyebar

melalui tangan, bersin, dan lesi kulit.

b) Staphylococcus Epidermis, flora kulit yang menyebabkan infeksi kateter

atau alat prostetik yang melekat melalui pembentukan biofilm.

c) Staphylococcus Saprophyticus, umumnya menyebabkan infeksi saluran

urin (ISK) pada wanita muda.

3. Bakteri Streptococcus

Bakteri gram positif berbentuk bulat, beberapa diantaranya merupakan

anggota flora normal pada manusia dan sebagian lain dapat menimbulkan

sensitisasi akibat kuman, beberapa jenis diantaranya :

a) Streptococcus Pyogenes (group A), reservoir adalah orofaring pada

manusia meliputi kapsul asam hialuronat yang berperan dalam

kemampuan menyebarnya kuman.

b) Streptococcus Agalactiae (group B), pada orang dewasa menyebabkan

demam simtomatik dan pada neonatus ditandai dengan gangguan

pernapasan, sepsis, pneumonia dan meningitis.

c) Streptococcus Pneumonia, kolonisasi mukosa nasofaring (sampai 30%

orang normal) menyebabkan penyebaran melalui percikan ludah, tetapi

tidak dianggap sangat menular karena jarang timbul pada orang sehat.
4. Bakteri Pseudomonas

Bakteri gram-negatif, motil, aerobik, beberapa galur memproduksi pigmen

larut air. Pseudomonas tersebar secara luas pada tanah, air, tanaman, dan binatang,

dan banyak dijumpai :

a) Pseudomonas Aeruginosa, tersebar luas di alam dan biasanya ada di

lingkungan lembab di rumah sakit, dapat berada pada orang sehat, dimana

bersifat saprofit, ini menyebabkan penyakit pada manusia dengan

ketahanan tubuh yang tidak normal.

Standar Kualitas Udara Dalam Ruangan

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1405 Tahun 2002 tentang

persyaratan kesehatan di lingkungan kerja perkantoran dan industri, standar

kualitas udara dalam ruangan adalah sebagai berikut :

1. Suhu dan Kelembaban

a. Suhu : 18-28oC

b. Kelembaban : 40% - 60%

2. Debu

Kandungan debu maksimal didalam udara ruangan dalam pengukuran

rata-rata 8 jam adalah sebagai berikut :

No JENIS DEBU KONSENTRASI MAKSIMAL

1. Debu Total 0,15 mg/m3

2. Asbes Bebas 5 serat/ml udara dengan panjang serat


5 u (mikron)
3. Pertukaran Udara

Pertukaran udara 0,283 m3/menit/orang dengan laju ventilasi : 0,15 – 0,25

m/detik. Untuk ruangan kerja yang tidak menggunakan pendingin harus

memiliki lubang ventilasi minimal 15% dari luas lantai dengan

menerapkan sistem ventilasi silang.

4. Gas Pencemar

Kandungan gas pencemar dalam ruang kerja dalam rata-rata pengukuran 8

jam sebagai berikut :

No PARAMETER KONSENTRASI MAKSIMAL

(mg/m3) Ppm

1. Asam Sulfida (H2S) 1 -

2. Amonia (NH3) 17 25

3. Karbon Monoksida (CO) 29 25

4. Nitrogen Dioksida (NO2) 5,60 3,0

5. Sulfur Dioksida (SO2) 5,2 2

5. Mikrobiologi

a. Angka kuman kurang dari 700 koloni/m3

b. Bebas kuman patogen

Jenis – Jenis AC (Air Conditioner)


Secara umum pengertian dari AC (Air Conditioner) suatu rangkaian mesin

yang memiliki fungsi sebagai pendingin udara yang berada di sekitar mesin

pendingin tersebut.

Secara khusus pengertian dari AC (Air Conditioner) adalah suatu mesin

yang di gunakan untuk mendinginkan udara dengan cara mensirkulasikan gas

refrigerant berada di pipa yang di tekan dan di hisap oleh kompresor.

Beberapa jenis AC (Air Conditioner) yang biasa digunakan dalam ruangan

kantor, mall, perusahaan, sekolah, dan lainnya, yaitu antara lain :

1) AC (Air Conditioner) Split

Di lihat dari segi bentuknya AC Split ini memiliki dua bagian yaitu

indoor dan outdoor. Compressor pada AC Split ini terletak pada bagian

outdoornya dan memiliki kipas sebagai alat untuk mengurangi panas yang ada

pada pipa kondensornya.

Sedangkan pada bagian indoornya terdapat pipa evaporator dan motor

listrik yang berfungsi memutar blower dan kemudian di keluarkan pada ruangan

yang telah di tentukan sehingga ruangan tersebut menjadi dingin.

Prinsip kerja pada AC Split adalah dimulai dari kompresor. Kompresor

memompa gas yang bertekanan tinggi dan bersuhu tinggi melalui pipa tekan

(Discharge) ke kondensor. Di dalam kondensor suhu gas yang tinggi dibuang oleh

Fan yang terletak pada outdoor unit, sehingga suhu gas refrigerant menjadi

dingin. Setelah melalui Condensor gas refrigerant masuk ke Filter Dryer untuk

disaring, agar gas yang mengalir tidak terdapat kotoran. Setelah disaring gas
(Freon) masuk ke pipa kapiler yang lubangnya begitu kecil, di dalam pipa ini

freon saling bertubrukan dan berdesak-desakan disini freon telah berubah wujud

menjadi cair yang sebelumnya berupa gas. Setelah melewati pipa kapiler freon

akan menguap dan mengambil panas didalam Evaporator yang hampa udara.

Sehingga pipa-pipa di evaporator menjadi dingin dan dihembuskan oleh fan

motor yang ada dalam indoor unit.

Setelah melakukan proses pendinginan freon di dalam evaporator, freon

kembali disedot masuk kembali melalui pipa hisap (suction) ke dalam Kompresor.

Begitulah cara kerja AC, singkatnya freon dipompa oleh kompresor keluar

melalui pipa tekan lalu masuk ke condensor lalu ke filter dryer kemudian masuk

melalui pipa kapiler menuju evaporator dan kembali ke kompresor melalui pipa

hisap (Suction). Proses ini terus berulang ketika AC digunakan.

2) AC (Air Conditioner) Window

Pada AC Window ini memiliki bentuk yang berbeda dengan bentuk

lainnya, yaitu antara indoor dan outdoornya memiliki tempat yang sama

(menyatu), sehingga tidak memerlukan tambahan pipa antara indoor dan outdoor

AC tersebut.

Didalam pemasangan AC Window ini, kita harus melubangi tembok

ruangan yang akan di pasang tersebut. Letak indoornya berada di dalam ruangan

dan letak outdoornya berada di luar ruangan, tembok pembatas ini sangat di

perlukan agar udara panas yang berada di luar ruangan tidak masuk ke dalam

ruangan yang bersuhu rendah, yang dapat mengakibatkan kerusakan pada

compressor AC Window tersebut.


3) AC (Air Conditioner) Floor Standing

AC Floor standing ini memiliki bentuk yang besar baik pada indoornya

maupun pada outdoornya, peletakan AC Floor standing ini yaitu pada bagian

indoornya di letakkan pada dasar lantai ruangan yang di lengkapi dengan

dudukannya, daerah pada bagian depan indoornya harus lapang hal ini di

sebabkan agar sirkulasi udara pada AC Floor standing tersebut tidak terganggu.

AC Floor standing ini mampu mencapai temperatur terendah hingga

kurang lebih 10 derajat celcius sedangkan pemasangan pada bagian indoornya

disebelah atas dibuat suatu corong/dakting udara, yang dapat di tempatkan hingga

ketinggian 3,5 meter.

AC Floor standing ini sangat banyak di gunakan pada setiap industri,

karena memiliki kapasitas ruangan yang cukup besar dibandingkan dengan AC

lainnya dan AC ini biasanya di letakkan dalam suatu ruangan produksi.

4) AC (Air Conditioner) Central

Ukuran pada AC ini hampir sama dengan AC Floor standing yang

memiliki bentuk dan ukuran cukup besar. Perbedaannya ialah ukurannya dan

tempatnya peletakkan pada bagian indoornya. AC Central ini di pasang (di

letakkan) pada bagian atas dekat ceilings (plafon), dan AC ini lebih banyak di

pasang dalam keadan tergantung.

AC Central ini memiliki dua buah blower yang di gunakan untuk

menghisap suhu dingin pada bagian evaporatornya dan mengeluarkannya

keruangan yang telah di tentukan. AC ini biasanya diberi corong udara/dakting


pada depan blowernya, sebagai tempat penyalur udara dari blower menuju

ruangan. AC ini memiliki filter, yang dipasang pada bagian belakang blower.

Kualias Udara Dalam Ruangan AC (Air Conditioner)

Beberapa tahun terakhir AC (Air Conditioner) menjadi salah satu pilihan

terbaik. Ruangan yang dilengkapi Air Conditioner (AC) seakan-akan memberikan

kenyamanan bagi kita. Terlebih bagi yang bekerja dikantor. Hampir sebagian

pekerja kantoran itu berada di dalam ruangan ber-AC. Ruangan yang ber-AC

memang dapat memberikan rasa sejuk ketimbang berada di luar yang penuh asap

kendaraan atau terik matahari.

Ruangan ber-AC sebenarnya merupakan ruangan yang dirancang khusus

sedemikian rupa sehingga kedap udara. Karena itulah, udara yang ada di dalam

ruangan ber-AC hanyalah udara yang sama yang didaur ulang. Proses pendaur-

ulangan ini nyatanya dapat meningkatkan jumlah zat-zat pencemar di dalam

ruangan. Begitu pula, AC yang jarang dibersihkan akan menjadi tempat nyaman

bagi mikroorganisme. Kondisi tersebut mengakibatkan kualitas udara dalam

ruangan menurun dan dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan serta

mempengaruhi produktivitas kerja (Achmadi, 1994).


Jenis AC peruntukan rumah, gedung dan gedung yang tidak memerlukan

pengaturan suhu dan kelembaban secara tepat, umumnya menggunakan sistem

penyegaran udara tunggal atau sentral (Arismunandar & Saito, 2002).

Faktor Kualitas Udara dalam Ruangan AC

Menurut Anies (2004) kualitas udara dalam ruangan ber-AC dipengaruhi

oleh faktor-faktor sebagai berikut :

1. Suhu

Defenisi suhu yang nyaman (thermal comfort) menurut ASHRAE adalah

suatu kondisi yang dirasakan dan menunjukkan kepuasan terhadap suhu yang ada

dilingkungan. Untuk pekerja kantor dimana pekerjanya harus duduk menetap dan

mengerjakan pekerjaan yang berulang-ulang selama beberapa jam, aktivitas

personal, pakaian, tingkat kebugaran, dan pergerakan udara merupakan faktor

yang sangat berpengaruh terhadap persepsi seseorang dengan kenyamanan suhu.

Sedangkan kelembaban relatif juga turut berpengaruh terhadap suhu dimana

kelembaban yang rendah akan membuat suhu akan semakin dingin demikian juga

sebaliknya (Aditama, 2002).

2. Kelembaban

Kelembaban udara yang ekstrim dapat berkaitan dengan buruknya udara.

Kelembaban yang rendah dapat mengakibatkan terjadinya gejala Sick Building


Syndrome sepeeti iritasi mata, iritasi tenggorokan, dan batuk-batuk. Selain itu

rendahnya kelembaban udara dalam ruang juga dapat meningkatkan kerentanan

terhadap penyakit infeksi, serta penyakit asthma. Kelembaban udara juga

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup

mikroorganisme. Beberapa jenis virus hidup pada tingkatan kelembaban yang

tinggi ataupun yang rendah tapi tidak pada level kelembaban yang sedang.

Sedangkan bakteri seperti Legionella hidup pada range kelembaban yang terbatas

yaitu 55-65% dan bertahan dalam bentuk aerosol (bioaerosol). Pada tingkat

kelembaban yang rendah, permukaan yang menjadi dingin dapat mempercepat

pertumbuhan jamur dan penggumpalan debu (Aditama, 2002).

3. Particulate Matter (PM)

Debu partikulat merupakan salah satu polutan yang paling sering disebut

sebagai partikel yang melayang diudara (suspended particulate matter/spm)

dengan ukuran 1 mikron sampai dengan 500 mikron. Dalam kasus pencemaran

udara baik didalam maupun diluar ruang gedung (indoor dan outdoor pollutan)

debu sering dijadikan salah satu indikator pencemaran yang digunakan untuk

menunjukkan tingkat bahaya baik terhadap lingkungan maupun kesehatan dan

keselamatan kerja. Partikel debu akan berada diudara dalam waktu yang relatif

lama dalam keadaan yang melayang-layang di udara kemudian masuk kedalam

tubuh manusia melalui pernafasan. Selain dapat membahayakan terhadap

kesehatan juga dapat mengganggu daya tembus pandang mata dan dapat

mengadakan berbagai reaksi kimia sehingga komposisi debu di udara menjadi


partikel yang sangat rumit karena merupakan campuran dari berbagai bahan

dengan ukuran dan bentuk yang relatif berbeda (Pudjiastuti, 1998).

Standar Kualitas Udara dalam Ruangan AC

Berdasarkan SK Gubernur No.54 Tahun 2008 mengenai Baku Mutu

Kualitas Udara Dalam Ruangan (khususnya tempat kerja perkantoran di dalam

ruangan AC) yaitu :

1. Suhu, Kelembaban, Pencahayaan

a. Suhu : 23oC-28oC

b. Kelembaban : 40%-80%

c. Pencahayaan : minimal 100 lux

2. Debu (PM10)

Kandungan debu partikulat <10 mikron maksimal di dalam ruangan ber-

AC dalam pengukuran rata-rata 8 jam adalah 0,09 mg/m3.

Pengendalian Kualitas Udara Dalam Ruangan ber-AC

Upaya penyehatan udara dalam ruangan ber-AC harus dilakukan dengan

pendekatan yang terintegrasi untuk memisahkan dan mengendalikan pencemar,

berdasarkan pengendalian sumber pencemar, penyaringan, penutupan sumber

pencemar dan ventilasi yang cukup. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan

menurut KepMenKes RI No 1405 tahun 2002 untuk menjaga kualitas suhu,

kelembaban, pencahayaan, debu, dan pertukaran udara adalah sebagai berikut :

1. Suhu, Kelembaban, Pencahayaan


Agar ruang kerja perkantoran dapat berjalan dengan baik maka dapat

dilakukan upaya-upaya sebagai berikut :

a. Tinggi langit-langit dari lantai minimal 2,5 m

b. Bila suhu > 28oC perlu menggunakan alat penetral udara seperti Air

Conditioner (AC) dan kipas angin.

c. Bila suhu udara luar < 18oC perlu menggunakan alat pemanas ruang.

d. Bila kelembaban > 60% perlu menggunakan alat dehumidifier.

e. Bila < 40% perlu menggunakan humidifier misalnya mesin aerosol.

2. Debu

Agar kandungan debu dalam ruang perkantoran dapat memenuhi

persyaratan kesehatan dengan baik maka diperlukan upaya-upaya sebagai berikut :

a. Kegiatan membersihkan ruang kerja perkantoran dilakukan pada pagi dan

sore hari dengan menggunakan kain pel basah atau pompa hampa (vacuum

pump).

b. Pembersihan dinding dilakukan secara periodik 2 kali/tahun dan dicat

ulang 1 kali setahun.

c. Sistem ventilasi yang memenuhi syarat.

3. Pertukaran Udara

Agar pertukaran udara dalam ruang perkantoran dapat berjalan dengan

baik maka dapat dilakukan upaya-upaya sebagai berikut :


a. Untuk ruangan yang menggunakan AC secara periodik harus dimatikan

dan diupayakan mendapat pergantian udara secara alamiah dengan cara

membuka seluruh pintu jendela atau dengan kipas angin.

b. Membersihkan saringan/filter udara secara periodik sesuai dengan

ketentuan pabrik.

You might also like