You are on page 1of 2

Khairu Ummah (Umat Terbaik)

Khairu Ummah (Umat Terbaik)

Setiap makhluk diberikan Allah fitrah atau naluri untuk hidup berkelompok. Kelompok-kelompok tersebut
dibangun biasanya berdasarkan unsur kesamaan yang mereka miliki. Kelompok makhluk Tuhan inilah yang
disebut dengan nama ummat, dan manusia adalah salah satu bentuk kelompok tersebut. Akan tetapi, dari
sekian banyak bentuk ummat, dalam al-Qur’an terdapat istilah khairu ummah yang berarti umat terbaik;
sebuah penamaan yang diperuntukan bagi umat Islam. Kata Khairu Ummah tersebut terdapat dalam surat

Ali ‘Imran [3]: 110


َ َ‫اس ت َأ ْ ُم ُرونَ ِب ْال َم ْع ُروفِ َوت َ ْن َه ْون‬
َّ ‫ع ِن ْال ُم ْنك َِر َوتُؤْ مِ نُونَ ِب‬
ِ‫اّلل‬ ِ َّ‫… ُك ْنت ُ ْم َخي َْر أ ُ َّم ٍة أ ُ ْخ ِر َجتْ لِلن‬
Artinya: “Adalah kamu sebaik-baik umat yang diutus untuk manusia menyuruh berbuat baik (ma’ruf) dan
mencegah dari perbuatan munkar dan beriman kokoh kepada Allah…”
Umat Muhammad saw adalah umat terbaik dari semua aspek yang mengikat kesamaan tersebuat.
Misalnya dari sisi agama, betapa tidak karena Allah swt telah menegaskan dalam surat al-Maidah [5]: 6,
“Pada hari ini telah Ku sempurnakan untukmu agamamu dan telah Ku sempurnakan atas kamu nikmat-Ku
dan telah Ku ridhai Islam sebagai agamamu”. Agama Islam yang dibawa nabi Muhammad saw adalah
agama yang paling terakhir dan paling sempurna. Sebab, tidak ada lagi nabi yang akan diutus Allah untuk
merobah ajaran agama ini. Segala sesuatunya telah sempurna dan tidak akan megalami perobahan sampai
akhir zaman. Hal ini tentu berbeda dengan agama dan ajaran nabi untuk umat-umat lalu, yang hanya
berlaku untuk waktu tertentu dan umat tertentu. Inilah bukti bahwa umat Islam sebagai umat terbaik dari
sisi agama.

Umat Muhammad saw. akan tetap menjadi umat terbaik disebabkan tiga hal; yaitu,

1. Menyuruh kepada yang baik (Ma’rûf)

Ma’rûf adalah perbuatan yang baik, tidak hanya baik menurut aturan syari’at yang digariskan Allah swt,
tetapi juga yang dianggap baik menurut pandangan manusia kebanyakan, selama tidak bertentangan dengan
prinsip ajaran agama. Norma yang sudah berlaku ditengah masyarakat dan tidak bertentangan dengan
prinsip ajaran agama disebut ma’rûf, dan umat Muhammad saw. berkewajiban menegakannya.
Namun demikian, menegakan yang ma’rûf tidaklah pekerjaan gampang. Karena pelaksaannya bisa
sempurna kalau umat Islam menjadi penguasa dan pemegang sekaligus pengambil kebijakan. Itulah
agaknya kenapa kata pemimpin yang mesti dipatuhi, Allah sebutkan dalam surat an-Nasa’[4]:59 dengan
Uli al-Amr, berasal dari kata Amar yang berarti menyuruh. Hal itu menunjukan bahwa pelaksanaan Amar
Ma’rûf bisa sempurna kalau dilakukan oleh penguasa atau pemerintah. Dengan demikian, umat Muhammad
saw. menjadi umat terbaik kalau mereka yang menjadi penguasa, pengambil kebijakan dan menjalankan
kebijakan tersebut.

2. Mencegah dari perbuatan munkar

Munkar berarti perbuatan yang tidak dikenal sebagai kebaikan, baik oleh agama maupun oleh masyarakat,
selama tidak bertentangan dengan prinsip ajaran agama. Oleh karena itu, adat istiadat yang berlaku di
tengah masyarakat tidak boleh dilanggar, karena hal itu berarti munkar sekalipun tidak melanggar agama.
Dalam sebuah hadits Rasulullah saw bersabda “Barang siapa di antara kamu yang melihat kemungkaran
maka hendaklah dia merobahnya dengan tangannya (kekuasaannya), jika tidak mampu robahlah dengan
lidahnya, jika tidak mampu maka dengan hatinya dan itulah iman yang paling lemah”.
3. Beriman kokoh kepada Allah

Iman yang kokoh tidak diperoleh dengan cara yang gampang. sebab, syaithan telah berjanji dan bersumpah
dihadapan Tuhan akan menggelincirkan iman manusia bahkan akan mencabutnya dari dalam hati manusia,
sehingga mereka menjadi pengikutnya. Untuk memiliki iman yang kokoh manusia harus memiliki beberapa
hal, yaitu;

a. Ilmu yang luas

Hal ini dikerenakan kebodohan merupakan gerbang utama syaithan menggoyahkan dan memalingkan
manusia dari kebenaran. Seperti yang disebutkan Allah swt dalam surat an-Nisa’[4]: 120, “Syaithan
menjanjikan mereka janji-janji kosong dan membuat angan-angan mereka panjang, padahal janji syaithan
itu hanyalah tipu daya saja”. Adalah sudah menjadi sebuah kepastian, bahwa kebodohan menjadikan
seseorang tidak punya pendirian, karena dengan mudah orang lain merobah dirinya termasuk juga
keyakinannya.
b. Kematangan materi

Untuk tidak menyebut kaya, karena kekayaan juga bersifat relatif dalam pandangan manusia. Tetapi, bahwa
syarat seorang bisa memiliki iman yang kokoh adalah memiliki kecukupan harta, sehingga dia tidak
memiliki ketergantungan kepada pihak lain. Sebab, kemiskinan juga gerbang utama syaithan
menggelincirkan bahkan mencabut iman manusia seperti dalam surat al-Baqarah [2]: 268, “Syaithan
menakut-nakuti kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat keji, dan Allah menjanjikan kamu
ampunan dan karunia dari sisi-Nya dan Allah Maha Luas Karunia-Nya lagi Maha Mengetahui”. Betapa
banyak hari ini kita saksikan, sebagian manusia yang rela meninggalkan keyakinannya hanya karena
“sesuap nasi” atau “sebungkus supermi”. Benar sekali apa yang pernah dikatakan Rasullah saw kâda al
faqru an yakûna kufran (Kefakiran dekat kepada kekafiran).

c. Sehat fisik, mental maupun rohani

Iman yang kuat bisa diperoleh dalam badan yang sehat, karena penyakit juga merupakan gerbang masuknya
godaan syaithan. Itulah yang terjadi pada diri salah seorang nabi Allah, Ayyub as, “Dan ingatlah hamba
Kami Ayyub ketika dia memanggil Tuhannya sesungguhnya saya digoda syaitahn dengan penyakit dan
derita saya” (Q.S. Shad [38]: 41). Betapa seringkali manusia mengumpat dan mencela, ketika mereka
ditimpa penyakit. Bahkan ada sebagian manusia yang “menggerutu” kepada Allah bahkan berpaling dari
agamanya.
Oleh karena itu, umat Muhammad saw. akan tetap sebagai uamt terbaik, jika memiliki iman yang kokoh
melalui ilmu yang luas, kemapanan materi dan kesehatan jasamani dan rohani. Bila ini tidak dimiliki maka
umat terbaik hanyalah sebuah impian yang tidak akan pernah terwujud.

You might also like