You are on page 1of 36

BAB 11

KHODAM MALAIKAT DAN JIN

Khadam artinya pelayan, jongos, orang yang disuruh-suruh1.


Manusia adalah makhluk yang lemah, kekuatannya terbatas tapi
keinginan dan kebutuhannya tiada batas. Untuk memenuhi
kebutuhannya yang banyak itu, biasanya manusia melibatkan orang
lain. Kalau dalam urusan rumah tangga ia minta bantuan pada orang
lain yang disebut dengan pembantu. Untuk menghandel pekerjaan
yang menjadi tanggung jawabnya, ia butuh seorang asisten atau
ajudan. Dan masih banyak lagi fenomena adanya manusia yang
membantu sesama manusia lainnya.

Tapi, terkadang mendengar berita bahwa pelayan yang dimiliki


manusia tidak hanya terdiri dari manusia, ada orang yang mengaku
bahwa ia punya pembantu dari makhluk lain. Mereka sering
menyebut pelayan yang tidak tampak mata itu dengan istilah
Khadam. Ada yang mengaku punya khadam jin, dan ada juga yang
2
mengaku punya khadam malaikat yang didapat dari hasil riyadhoh
yang berat.

Benarkah malaikat bisa dijadikan khadam seorang manusia, yang


bisa ia suruh-suruh kapan saja? Bisa ia setir sesuai kebutuhan dan
kehendaknya, seperti pembantu manusia yang ada dirumahnya?
Ataukah itu hanya klaim mereka saja? Atau khadam yang mereka
1
Kamus bahasa Indonesia, halaman 690
2
Riyadhoh dalah sebuah disiplin pengemblengan diri dengan membaca wirid,
mantra dan disertai puasa-puasa yang berat untuk mendapatkan suatu ilmu
hikmah.
klaim sebagai malaikat bukanlah malaikat, tapi hanyalah jin dan
syetan yang memperdayainya serta berusaha menyesatkannya?
Baca terus kajian ini, dan temukan jawabannya.

Malaikat itu Tentara Allah, Bukan Khadam Manusia

Dewasa ini banyak media cetak yang menawarkan iklan kepada


pembacanya, terutama media yang bernafaskan mistik. Iklan yang
ditawarkan bukan sembarang iklan, tetapi iklan yang menawarkan
kepada pembaca untuk bisa memiliki pembantu atau pelayan.
Pelayan yang ditawarkan pun bukan sembarang pelayan, tapi
pelayan dari jenis makhluk ghaib, yaitu jin atau malaikat. Sebagian
orang telah memahami bahwa bersekutu dengan jin atau syetan
hukumnya haram, maka mereka takut dan tidak mau mengambil
resiko. Tapi jika dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan khadam
itu bukan jin melainkan malaikat, maka banyak orang tergiur dengan
iklan provokatif itu. Karena menurut pemahaman mereka malaikat
adalah makhluk yang identik dengan kebaikan dan jauh dari
kekhufuran. Akhirnya merekapun berusaha untuk bisa memiliki
khadam yang diklaim sebagai malaikat tersebut, walaupun harus
merogoh kocek yang lumayan besar.

Di antara iklan-iklan provokasi kreatif tersebut adalah Batu Raja


Sulaiman. Menurut si empunya salah satu khasiat dari batu tersebut
adalah untuk menjadikan tubuh kebal senjata tajam , dan juga untuk
melancarkan usaha serta menagih hutang dengan khadam malaikat.
Harga batu yang ditawarkan pun variatif, ada yang berharga Rp
1.000.000, dan ada yang bernilai Rp. 2.000.000, dan ada pula yang
seharga Rp 3.000.000. Bahkan di sebuah propinsi di Sumatera ada
pasien yang harus membeli baju “anti senjata” dengan uang 10 juta.
Siapa yang diuntungkan ? Tidak lain adalah “kyai” itu sendiri.

Ada juga iklan yang menawarkan Aji Malaikat Muqarabin yang


diyakini bisa menjadikan pemiliknya kebal senjata, berwibawa, tidak
mempan disantet, selalu selamat dan beruntung. Harga yang
ditawarkan lebih murah dari iklan sebelumnya, yaitu Rp 295.000.

Ada juga yang tidak berani terus terang bahwa yang ditawarkan itu
adalah khadam malaikat. Hanya saja dia mengiklankan khadam
pendamping untuk membantu segala keperluan atau masalah.
Khadam dihadirkan dari dalam tubuh sendiri, tanpa puasa, sesajen,
tumbal atau perjanjian. Bukan setan, jin kafir atau black magic. Untuk
semua agama dan calon pemilik harus datang langsung, hanya
untuk kebaikan! Itulah sebagian dari iklan-iklan yang bertebaran di
tengah masyarakat.

Selain itu ada juga pesantran-pesantren yang mengajarkan cara-


cara untuk bisa mendapatkan khadam dari malaikat dengan
mengamalkan suatu amalan thariqat secara khusus seperti
membaca wirid-wirid khusus (Seperti Doa Nurun Nubuwwah) yang
dibaca selama beberapa waktu juga disertai dengan puasa sekian
hari dan setelah amalannya lengkap baru didatangi khadam
malaikat yang bisa untuk dimintai suatu pertolongan atau suatu
keperluan tertentu. Buku Al-Aufaq dan Syamsul ma’arif adalah buku
“wajib” para santri.

Benarkah manusia bisa menjadikan malaikat sebagai khadam atau


pelayan yang bisa disuruh kapan saja dan untuk apa saja ? Apakah
manusia bisa menculik malaikat lalu dijadikan sandra yang bisa
diperintah dan dijadikan budak ? Atau ritual-ritual yang dilakukan
oleh manusia bisa mendatangkan malaikat, lalu malaikat itu
berkhidmah kepadanya serta melayani setiap keperluannya?
Melindungi majikannya kala terancam bahaya, atau membuatnya
sakti kebal senjata serta mempermudah segala urusannya ? Marilah
kita mencari jawabannya dalam syari’at Islam.

Siapakah malaikat itu ? Menurut kamus besar bahasa Indonesia,


malaikat adalah makhluk Allah yang taat, diciptakan dari cahaya,
mempunyai tugas khusus dari Allah. (Kamus besar bahasa
Indonesia: 705). Sedangkan DR.’Umar Sulaiman al-Asyqar
mendefinisikan malaikat sebagai makhluk Allah yang bukan
termasuk komunitas manusia atau jin. Mereka adalah makhluk yang
mulia, sarat dengan kesucian, kebersihan dan kecemerlangan.
Mereka makhluk yang bertaqwa, senantiasa menyembah Allah
dengan sebaik-baik penyembahan. Mereka selalu melaksanakan
semua perintah yang dibebankan Allah kepadanya, dan tidak akan
bermaksiat kepada Allah selamanya.3

Rasulullah bersabda,“ Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan


dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang telah dijelaskan
kepada kalian (tanah)”. (HR.Muslim).

Malaikat-malaikat itu adalah tentara-tentara Allah sebagaimana yang


diungkapkan Al-Qur’an,“ Dan tidak ada yang mengetahui tentara
Tuhanmu melainkan Dia sendiri“. (QS.al-Mutaddatsir: 31). Hanya
Allah yang mengendalikan mereka. Tak seorangpun manusia,

3
Kitab ’Alamaul Malaikatil Abrar: 7
termasuk para Nabi dan Rasul yang bisa memerintah atau melarang
malaikat. Allah SWT berfirman,“Pada malam itu turun malaikat-
malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur
segala urusan.“ (QS.al-Qadr: 4). Malaikat tidak turun ke bumi kecuali
dengan perintah Allah, bukan perintah manusia. Malaikat Jibril
mengakui sendiri bahwa ia tidaklah turun kecuali atas perintah Allah.
Ia berkata, ”Dan tidaklah kami turun, kecuali dengan perintah
Tuhanmu.” (QS.Maryam: 64).

Mereka diciptakan oleh Allah dan masing-masing mengemban tugas


khusus dari-Nya. Ada yang tugasnya tidak berhubungan sama sekali
dengan manusia. Seperti malaikat yang ditugaskan untuk
menyangga ‘Arsy, “Dan pada hari itu delapan malaikat menjunjung
‘Arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka.” (QS al-Haqqah: 17).

Ada juga yang tugasnya menjaga gunung, sebagaimana diceritakan


Rasulullah saat kaumnya yang tidak merespon seruan Rasulullah,
”Malaikat gunung mendatangiku dengan mengucapkan salam, lalu
dia berkata: “Wahai Muhammad! Sesungguhnya Allah telah
mendengar apa yang dikatakan kaummu kepadamu, saya malaikat
gunung. Dan Tuhanmu (Allah) telah mengutusku untuk
mendatangimu, agar aku mengikuti apa yang kamu perintahkan, apa
yang kamu inginkan. Kalau kamu mau, aku akan melemparkan dua
gunung Mekkah kepada mereka.” Rasulullah menjawab, “Tidak,
yang aku inginkan semoga Allah mengeluarkan dari tulang rusuk
mereka (keturunan) yang menyembah Allah semata dan tidak
menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun.” (HR.Bukhari dan
Muslim).
Ada juga malaikat yang ditugasi dengan tugas yang berhubungan
dengan manusia secara langsung. Seperti mencatat amal manusia
yang baik dan yang buruk,“Tiada satu ucapan pun yang
diucapkannya, melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang
selalu hadir.” (QS.Qaaf:18). Atau memohon ampunan untuk orang
mukmin, “malaikat-malaikat yang memikul ’Arsy dan malaikat yang
berada disekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka
beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang
yang beriman…“(QS. Al-Mukmin: 7). Menyampaikan salam orang
mukmin ke Rasulullah, “Sesungguhnya Allah mempunyai malaikat-
malaikat yang menelusuri bumi untuk menyampaikan salam umatku
kepadaku.“ (HR.Nasa’i, Hakim dan dishahihkan oleh Al-Abani
dan Adz-Dzahabi). Sebagaimana ada juga malaikat yang
ditugaskan untuk menjaga manusia, “Dan Dialah yang mempunyai
kekuatan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya
kepadamu malaikat-malaikat penjaga…“ (QS. Al-An’am: 61).

Berdasarkan ayat tersebut, memang ada malaikat yang ditugaskan


Allah untuk menjaga manusia, tapi bukan menjadi khadam atau
pelayannya. Yang memerintahkan mereka adalah Allah, bukan
manusia. Allah berfirman, “Bagi manusia ada Mu’aqqibatun
(malaikat-malaikat) yang selalu mengikutinya bergiliran, mereka
menjaganya atas perintah Allah.“ (QS.ar-Ra’d: 11).

Ibnu Abbas berkata, “Yang dimaksud dengan Mu’aqqibatun dalam


ayat tersebut adalah malaikat-malaikat yang ditugaskan Allah untuk
menjaga manusia didepan dan di belakangnya. Apabila ada sesuatu
yang telah ditakdirkan Allah untuk menimpanya, maka para malaikat
itu meninggalkannya,“ 4

Bahkan Mujahid (murid Ibnu Abbas) berkata,“ Tidaklah seorang


hamba kecuali baginya malaikat yang ditugaskan untuk menjaganya
di saat tidur atau terjaga, menjaganya dari gangguan jin, sesama
manusia dan binatang buas. Dan tidaklah sesuatu yang akan
menimpa hamba tersebut kecuali malaikat tersebut
mengingatkannya, kecuali kalau sesuatu itu telah ditaqdirkan Allah
untuk menimpanya.“ 5

DR. Wahbah az-Zuhali berkata, “ Ada dua malaikat yang menjaga


manusia di depan dan di belakangnya. Dan ada juga dua malaikat
lain yang ditugaskan Allah untuk mencatat amal baik dan buruk
manusia yang berada di samping kanan dan kirinya. Allah
berfirman,“ (yaitu) ketika dua malaikat mencatat perbuatannya,
seseorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk disebelah
kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya, melainkan ada di
dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.“ (QS.Qaaf:17 – 18).

Berarti bagi setiap manusia empat malaikat di waktu siang dan


empat malaikat di waktu malam, mereka bergiliran. Dua bertugas
untuk menjaganya dan dua mencatat amalnya, sebagaimana yang
disabdakan Rasulullah, “para malaikat bergantian mengiringi kalian
di malam hari dan di siang hari. Mereka berkumpul di waktu shalat
shubuh dan shalat ashar. Maka ketika (malaikat) yang berjaga di
malam hari naik, Allah akan menanyai mereka (padahal Allah lebih

4
Tafsir al-Munir: 13/123
5
Tafsir Ibnu Katsir: 503
tahu dari mereka),“ bagaimana kalian meninggalkan hamba-
hambaku?“ mereka menjawab,“sewaktu kami datang, mereka lagi
shalat. Dan sewaktu kami tinggalkan, mereka juga lagi shalat,“ (HR.
Bukhari). Dan di riwayat lain Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya
ada (malaikat) yang tidak meninggalkan kalian kecuali saat di toilet
dan ketika bersetubuh (dengan istri atau suami), maka malulah
terhadap mereka dan hormatilah mereka“6

Memang ada malaikat yang selalu menyertai kita, dan yang


mengendalikan mereka adalah Allah. Mereka bertugas atas perintah
Allah, bukan perintah manusia. Kalau manusia ingin supaya mereka
terus melindunginya serta membantu dalam menyelesaikan
permasalahan yang dihadapinya, hendaklah memohon kepada
Allah. Dan cara memohon harus sesuai dengan tuntunan Rasulullah.
Kalau tidak sesuai, syetan akan bermain. Bukan malaikat yang turun,
tapi malah jin atau syetan yang datang. Malaikat adalah tentara Allah
bukan Khadam manusia!

KHODAM JIN

Karena terobsesi kelebihan Nabi Sulaiman as, berupa mukjizat dari


Allah yang membuat beliau mampu memerintah bangsa jin untuk
bekerja sesuai keinginannya. Sebagaimana firman Allah, “Dan [Kami
tundukkan pula kepada Sulaiman] segolongan setan-setan yang
menyelam [ke dalam laut] untuknya dan mereka mengerjakan
pekerjaan selain itu, dan Kami yang memelihara mereka”. (QS.Al
Anbiya’[21] 82)

6
Tafsir al-Munir: 13/123
Hingga banyak manusia ingin memiliki kemampuan seperti Sulaiman
as tersebut, yaitu menjadikan para jin sebagai khodamnya atau
perewangan atau pesuruhnya. Hingga maqom (kedudukan)
seseorang sering ditentukan oleh kemampuannya dalam hal
tersebut. Seseorang semakin “KERAMAT” dan dianggap sebagai
“WALI” bila memiliki banyak pasukan jin, yang mampu membantunya
untuk mewujudkan keinginan hawa nafsunya, seperti : pamer
kekuatan, pindah dari satu tempat ke tempat lain dengan cepat,
berjalan di udara atau di atas air atau di atas daun, kekebalan,
kekuatan ajaib, terawangan, pagar ghaib dan sebagainya.

Untuk hal tersebut, para pemburu khodam jin mencarinya di negara-


negara Timur Tengah, bahkan sampai daratan Afrika. Keyakinan
mereka, jin dari kawasan tersebut lebih hebat kemampuannya
dibanding jin-jin lokal. Kisah jin lampu Aladin betul-betul merasuk
dalam jiwa ummat ini.

Ada perbedaan mendasar antara Nabi Sulaiman as dengan


mukjizatnya, dan manusia biasa yang mengaku memiliki khodam Jin
yaitu sang Nabi memerintah para jin, dimana para jin harus taat dan
patuh padanya tanpa syarat, sedang para jin mau membantu
keinginan orang-orang tersebut dengan syarat-syarat tertentu yang
harus dipenuhi, bila syaratnya tidak dipenuhi atau ada yang kurang,
maka bantuan tidak diberikan. Artinya, orang tersebut harus
memohon, merendahkan diri dan menghiba pada para jin tersebut.
Lantas, siapa yang pantas disebut sebagai tuannya…?.

Bila “jin muslim” menurut pengakuannya, maka syaratnya adalah:


orang tersebut harus melakukan wirid-wirid ilegal/bid’ah (tidak ada
tuntunan dari Rasulullah) seperti, baca al Fatehah 113 kali, ucapkan
lafadz ALLAH 70 ribu kali, baca surat Al ikhlas 1 juta kali tiap hari,
tidak boleh kurang atau ditambahi. Juga puasa yang menyimpang,
seperti , puasa mutih, ngebleng (biasanya 3 hari 3 malam berada
dalam ruang gelap tak bercahaya sedikitpun, tidak boleh tidur, lalu
didatangi sosok misterius), ngrowot, patigeni puasa tidak boleh
sahur, puasa 2 tahun berturut-turut dan sebagainya. Atau dengan
menulis ayat-ayat Al-Qur’an tetapi dibalik (ayat sungsang), atau
dipotong-potong perhuruf atau perkata lalu diletakkan dalam kotak
terpisah, ditambahkan huruf-huruf, angka-angka, lambang-lambang
misteri.

Bila “jin kafir” maka maharnya adalah kemaksiatan yang mengerikan,


seperti: menyembelih binatang tanpa membaca bismillah, menginjak
Al-Qur’an, menulis ayat Al-Qur’an dengan darah atau sesuatu yang
najis, menggauli ibu atau anak kandung sendiri.

KHODAM MALAIKAT

Bahkan yang lebih mengherankan, ada orang-orang “ANEH/SAKTI”


mengaku mampu memiliki khodam dari bangsa Malaikat. Muncullah
nama-nama asing seperti: Sayyid Ruufail, Kasfiyaail, Jibrail,
Samsamail, Sorfiyail, ‘An-yail, dll, adalah di antara nama malaikat
yang bisa dijadikan khodam menurut keyakinan mereka. Kitab
panduan mereka antara lain: Manba’u Ushulul-Hikmah (syarah Al
Barhatiyah dan Al Jaljalutiyah Al Kubro), juga kitab Syamsul Ma’arif
al Kubro. Karya: Al Imam Ahmad Ali Al Buny.
Benarkah ini semua…? Mungkinkah mukjizat bisa dipelajari dan
ditiru…? Mungkinkah ada malaikat yang “nganggur” hingga rela jadi
khodam (pembantu) manusia…?

Malaikat adalah mahluq yang mulia “…tidak durhaka kepada Allah


terhadap apa yang DIA perintahkan kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan (Allah)”. (QS. At Tahrim: 6)

Mukjizat Nabi Sulaiman as yang mampu memerintah makhluq Allah


seperti angin, bangsa jin dan sebagainya, ternyata tidak diberi
kekuasaan untuk memerintah bangsa Malaikat. Bahkan Rasulullah
penghulu para Nabipun tidak punya wewenang atau kemampuan
untuk memerintah malaikat apalagi menjadikan malaikat sebagai
khodam atau perewangan alias pembantunya.

Sementara ada manusia biasa, bukan Nabi bukan Rasul, mengaku


memiliki khodam malaikat, dengan cara mengamalkan wirid-wirid
tertentu untuk memamnggil para malaikat dan menundukkannya.
Apa orang-orang macam ini lebih mulia dari para Nabi dan Rasul…?
Hingga mereka memiliki kelebihan melebihi Nabi dan Rasul…?.
Mungkinkah…?

Ini adalah pengakuan yang tidak bisa dipertanggung-jawabkan.


Pengakuan palsu dan lucu…

Lantas siapakah yang hadir menemui orang-orang tersebut, yang


mengaku sebagai malaikat itu…?

Al-Qur’an mengungkap rahasianya, “Dan (ingatlah) pada hari (ketika)


Allah mengumpulkan mereka semuanya, kemudian DIA berfirman
kepada para malaikat, Apakah kepadamu mereka telah
menyembah…?”. Para malaikat itu menjawab, Maha Suci Engkau,
Engkaulah Pelindung kami, bukan mereka. Bahkan mereka telah
menyembah JIN, kebanyakan mereka percaya kepada jin itu”. (QS.
Saba’: 40-41)

Penjualan kitab syirik ilmu khodam di web toko bagus

Bila tujuannya untuk kebaikan, boleh aja…benarkah,,,?

Memang ada perdebatan tentang ini, namun sebagai seorang yang


bertaqwa dan ingin menjaga hati dan kebersihan aqidah, kita
semestinya membebaskan diri dari berteman dengan makhluq Allah
yang satu ini. Mereka ada yang baik, namun yang jahat dan penipu
tidaklah sedikit.

Kaidah Usul Fiqih memberikan patokan: Dar-ul mafaasid


muqadamun ‘ala jalbil-mashaalih , artinya: menghindarkan diri dari
keburukan dikedepankan daripada mengambil suatu manfaat.

Contoh: minuman keras ada manfaatnya, namun bahayanya banyak,


maka tidak boleh mengkonsumsinya dengan alasan karena ada
manfaatnya, menghindari bahaya lebih diutamakan.

Renungkan firman Allah dalam surat Al Jin : 6

Kharin Malaikat Bukan Khodam

“Tidaklah setiap orang dari kalian kecuali telah diberitakan


kepadanya qarin dari jin dan qarin dari malaikat.’ Para sahabat
bertanya,’dan untukmu wahai Rasulullah? ’Rasulullah menjawab, `
Untukku juga, hanya saja Allah telah menolongku, sehingga qarinku
masuk islam, dan tidak menyuruhku kecuali pada kebaikan’.“
(HR.Muslim)

Seorang ulama tersohor yang bernama DR.Umar Sulaiman al-


Asyqar berkata, “Yang dimaksud dengan qarin malaikat pada hadist
ini bukanlah malaikat yang bertugas menjaga dan mencatat amal
manusia. Allah menugasi qarin malaikat ini untuk mengarahkannya
kepada petunjuk kebaikan. Qarin manusia yang dari malaikat
memotifasi dan mengarahkannya kepada kebaikan, sedangkan qarin
jin memprovokasi dan menggiringnya kepada keburukan.“7

Qarin atau partner yang selalu menyertai manusia mengemban


tugas khusus dari Allah , sebagaimana ditegaskan Rasulullah dalam
riwayat lain, “Sesungguhnya syetan itu punya bisikan untuk anak
Adam sebagaimana malaikat juga punya bisikan. Adapun bisikan
syetan adalah mengajak kepada keburukan dan mendustakan yang
haq (benar). Sedangkan bisikan malaikat adalah mengajak kepada
kebaikan dan membenarkan yang haq. Barang siapa yang
mendapati dalam dirinya ajakan kebaikan, maka ketahuilah bahwa
itu datangnya dari Allah, hendaklah ia memuji Allah (baca
Alhamdulillah). Tapi kalau dia mendapati yang lain (ajakan
keburukan), maka hendaklah ia memohon perlindungan kepada
Allah SWT dari godaan syetan yang terkutuk (baca Isti’adzah). Lalu
beliau membaca ayat 268 dari surat al-Baqarah,“Syetan menjanjikan
(menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu
berbuat kejahatan(kikir), sedang Allah menjanjikan untukmu
ampunan dari pada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas
(Karunia-Nya) dan Maha Mengetahui.“ (HR.Tirmidzi dan Nasa’i dan
Ibnu Hibban dalam kitab Shahihnya).

Qarin malaikat dan qarin jin senantiasa berkompetisi untuk


mempengaruhi anak manusia. Keduanya, satu dengan lainnya tidak
mau ketinggalan atau kedahuluan. Keduanya akan hadir saat
manusia hendak tidur di pembaringannya. Qarin malaikat
menginginkan manusia menutup aktifitas kesehariannya dengan
kebaikan, sedangkan qarin syetan menginginkan penutup yang

7
Kitab Alamu Malaikatil Abrar: 48
buruk. Begitu juga ketika manusia bangun dari tidurnya. Qarin dari
malaikat mengajak manusia membuka dengan kebaikan, sedangkan
qarin jin mengajaknya untuk membuka dengan keburukan.

Rasulullah bersabda menjelaskan kompetisi itu dalam hadist yang


berasal dari Jabir bin Abdullah, “Apabila manusia berbaring di
pembaringannya (akan tidur), malaikat dan syetan segera
menghampirinya. Malaikat membisikkan, “Akhiri dengan kebaikan”,
sedangkan syetan membisikan, “Akhiri dengan keburukan”. Apabila
ia menyebut nama Allah sampai tertidur, maka malaikat mengusir
syetan. Dan syetan akan bermalam seraya menyesali
kekalahannya.“ (HR. Ibnu Hibban, Hakim dan dishahihkan oleh
adz-Dzahabi). Fenomena kompetisi itu akan terulang lagi saat
manusia terbangun dari tidurnya. Maka dari itu jangan lupa untuk
selalu berdo’a di saat hendak tidur dan juga saat terbangun dari
tidur.

Dengan demikian, apabila ada orang yang melakukan ritual yang


aneh-aneh atau menyimpang (amalan thariqah untuk membuat
malaikat jadi khadam manusia) yang tidak pernah diajarkan oleh
Rasulullah, lalu datang sosok ghaib menghampirinya atau merasuk
ke dalam dirinya, bisa dipatikan bahwa sosok itu bukanlah malaikat.
Kalau bukan malaikat, berarti jin atau syetan. Walaupun ia melihat
sosok datang itu berpakaian serba putih-putih, berjubah panjang
atau bersorban rapi. Karena jin bisa menyerupai sosok siapa saja,
bahkan para Nabi dan wali kecuali sosok Rasulullah yang setan tidak
dapat menyerupainya.
Ada suatu kasus di mana peruqyah syar’iyyah yang menerapi
seorang pasien. Sebelum dilakukan terapi, pasien itu bercerita kalau
dirinya pernah riyadhoh mengamalkan amalan yang berasal dari kyai
yang mempunyai pesantren. Apabila amalan itu diamalkan, maka
akan ada malaikat yang datang dan bersedia untuk menjadi
khadamnya. Amalan itu adalah membaca surat Al-Jin setiap habis
shalat lima waktu selama 3 bulan berturut-turut. Sewaktu terapi
dimulai dengan membaca surat al-Fatihah, pasien tersebut langsung
menjerit kesakitan dan mengaku sebagai malaikat Jibril. Sang
Ustadz menyanggahnya bahwa dia bukan malaikat Jibril, tapi jin
dzalim. Ketika dibacakan surat Ash-Shaffaat, jeritannya lebih
kencang. Sampai akhirnya ia minta ampun atas kebohongannya.
Lalu ia mengaku sebagai seorang kyai yang sudah lama meninggal.
Ustadz pun menyanggahnya, ”Kamu pembohong besar”, lalu Ustadz
tersebut melantunkan empat ayat terakhir surat Al-Hasyr. Jin itu
teriak-teriak kesakitan, lalu dia mengaku jin yang datang saat pasien
mengamalkan amalan, dan ia juga berjanji untuk segera keluar. Dan
si pasien pun siuman kembali, Alhamdulillah.

Kasus lainnya, Al Hafidz Ustadz Hafi Suyanto. Lc ( Pengajar Ma’had


Darul Fatah Lampung) pada masa mudanya masih nyantri menimba
ilmu di salah satu pesantren di Jawa Timur dan belum banyak
belajar, diajari oleh salah seorang Kyai untuk membaca dua kalimat
syahadat satu nafas. Setelah itu menunggu sejenak dengan
konsentrasi, maka beberapa saat akan datang khodam yang akan
membantu masalah hidup. Di lain kesempatan, Al Hafidz Ustadz Hafi
Suyanto. Lc juga diajari bertemu dengan makhluk ghaib dengan cara
melafadzkan beberapa mantra. Ada yang berbahasa Arab dan ada
yang berbahasa Jawa. Amalan itu harus dibaca di atas jam 12
malam dan di tempat yang sepi serta tidak beratap (tempat terbuka).
Al Hafidz Ustadz Hafi Suyanto. Lc waktu itu (semasa masih nyantri)
memilih tanah kuburan. Na’udzubillah. Semoga Allah mengampuni.

Ada juga yang beranggapan bahwa dengan amalam tertentu murni


menggunakan bacaan dari Al-Qur’an, malaikat yang dijadikan Allah
sebagai qarin manusia atau malaikat penjaga Al-Qur’an bisa
dijadikan khadam atau pelayan pribadi. Itulah anggapan salah yang
banyak diyakini oleh masyarakat. (Dan sudah menjadi keyakinan di
kalangan masyarakat tertentu, bahwa setiap huruf dalam Al-Qur’an
ada khodamnya.Semua ayat Al-Qur’an jika diringkas, maka isinya
terangkum dalam lafadz basmallah. Dan inti basmallah terletak pada
huruf ba’ di awal !!!) Dan itulah argumentasi naif yang sering dipakai
oleh orang yang mengaku sakti, dan ia mengklaim kesaktiannya itu
berasal dari khadam malaikat bukan jin. Lalu ia membagikannya ke
orang lain dengan memasang tarif atau maskawin. Atau ia berusaha
mewariskan kesaktiannya kepada siapa saja yang ingin berguru
kepadanya atau menjadi muridnya. Karena ia mengklaim bahwa
khadamnya malaikat, maka banyak orang yang tidak ragu lagi untuk
memiliki, mempelajari dan mewarisi ilmu tersebut.

Bahkan khasiat yang ditawarkan pun beragam, ada yang dikatakan


sebagai khadam penarik dana ghaib, pelindung dan perisai diri dari
kejahatan, penolak bencana, membentengi diri dari kejahatan,
penolak bencana, membentengi diri dari gangguan sihir dan jin.
Mengobati berbagai macam penyakit, memudahkan jodoh,
menjadikan kulit kebal senjata tajam, dan lain sebagainya.
Tahun 2004, Al Hafidz Ustadz Hafi Suyanto. Lc meruqyah seorang
pasien yang galau dan pikirannya selalu kacau. Ketika beberapa
saat dibacakan Al-Qur’an ia berontak, lalu terjadilah dialog dengan
orang itu yang mengaku sebagai Tuhan. Sambil bercanda, penulis
mendakwahinya. Setelah pasien sadar, ia bercerita tentang masa
lalunya yang banyak bergaul dengan klenik dan amalan-amalan
bid’ah.

Ada juga pasien yang diruqyah dan ternyata pesien itu menyukai
gambar-gambar macan, mantra-mantra dari orang yang dianggap
beragama di desanya. Dalam keseharian, ia merasakan keanehan.
Setiap hari ia bisa menghabiskan waktu dari siang hingga tengah
malam selalu melihat TV tanpa lelah. Dan masih banyak lagi pasien-
pasien yang menjadi korban khodam yang diyakini sebagai khodam
malaikat. Maka cukuplah mereka itu semua sebagai pelajaran
berharga bagi kita.

Sekali lagi kami tegaskan di sini, bahwa malaikat itu adalah tentara
Allah yang hanya tunduk kepada Allah. Ia sangat disiplin untuk
menunaikan tugas yang dibebankan kepadanya. Allah berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu,
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.“ (QS.at-
Tahrim : 6).
Perhatikan ayat yang artinya, “Mereka tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Kalau begitu siapa lagi yang datang ke orang yang melakukan ritual
menyimpang, kalau bukan jin jahat atau syetan laknat. Karena qarin
manusia yang berasal dari malaikat punya tugas khusus, tidak bisa
seenaknya disuruh-suruh dan ia bukanlah khadam manusia

Iklan paranormal menjual ilmu khodam

Khodam Malaikat gadungan


Rasulullah Bersabda, “Malaikat diciptakan dari cahaya, dan jin
diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan cari apa yang telah
dijelaskan kepada kalian (tanah)”. (HR. Muslim)

Beriman kepada para Malaikat merupakan pengalaman dari rukun


iman yang kedua. Berarti keimanan seorang hamba kepada Allah
belum sempurna jika tidak dibarengi dengan rukun iman yang
lainnya, termasuk beriman kepada para malaikat. Allah berfirman,
“Rasul telah beriman kepada (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadanya
dari Rabbnya. Demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya
beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya pada
para Rasul-Nya, kitab-kitab dan para Rasul-Nya…”. (QS. Al-
Baqarah : 275). Ketika Rasulullah ditanya tentang iman, beliau
menjawab, “Iman adalah hendaklah kamu percaya (beriman) kepada
Allah, para Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan para Rasul-Nya. (HR.
Muslim)

Imam Al-Baihaqi berkata, “Iman kepada Malaikat mengandung


beberapa maksud : Pertama, membenarkan dan meyakini bahwa
malaikat itu benar-benar ada. Kedua, mengakui dan menempatkan
posisi mereka secara proporsional. Mereka adalah makhluk Allah
seperti manusia dan jin. Mereka tidak akan berkuasa untuk berbuat
apa-apa, kecuali yang sudah ditetapkan Allah bagi mereka. Kita tidak
boleh mensifatkan mereka dengan sifat yang bisa membuat kita
menyekutukan Allah dengan mereka. Ketiga, kita mempercayai
bahwa di antara para malaikat itu ada yang menjadi utusan Allah
kepada manusia yang dikehendaki Allah, atau mereka diutus Allah
ke kelompok manusia lain.”8

Jumlah malaikat sangat banyak sekali. Tidak ada yang mengetahui


jumlah mereka secara pasti kecuali Allah “Dan tidak ada yang
mengetahui tentara Rabbmu kecuali Dia sendiri…” (QS. Al-
Muddatstsir : 31). Rasulullah bercerita seputar pengalamannya
sewaktu Isra’ dan Mi’raj setelah melewati langit yang ketujuh,
“…Kemudian aku dinaikkan ke ke Baitul Makmur, tiba-tiba aku
menjumpai pada setiap harinya tempat itu dimasuki oleh 70 ribu
malaikat, dan kelompok itu tidak akan punya kesempatan lagi untuk
memasuki Baitul Makmur itu sampai hari Akhir….”. (HR. Bukhari
dan Muslim).

Sebagian masyarakat kita belum kenal betul dengan karakteristik


malaikat-malaikat Allah, sehingga di antara mereka ada yang
meminta bantuan kepada para malaikat untuk mengatasi problema
kehidupan yang datang silih berganti tak kunjung selesai. Bahkan
sebagian manusia ada yang menjadikan malaikat sebagai Tuhan
yang mereka sembah. Maka dari itu Allah mengingatkan hamba-
hamba-Nya untuk tidak terjerumus dalam kesyirikan, “Dan dia (Nabi)
tidak menyuruhmu menjadikan Malaikat dan para Nabi sebagai
tuhan. Apakah patut ia menyuruhmu kepada kekafiran di waktu
kamu sudah (menganut agama) Islam ?” (QS. Ali ‘Imran : 80).

Pemahaman yang salah dan menyimpang akibat kurangnya ilmu


syari’at, serta minimnya mereka menelaah dalil yang menjelaskan
seputar kehidupan malaikat. Atau kecintaan mereka kepada para

8
Kitab Syu’abul Iman : 1/163
malaikat yang berlebihan. Akhirnya mereka mudah ditipu oleh jin
dan syetan yang datang mengaku sebagai malaikat.

Sehingga di antara manusia dewasa ini ada yang mengaku telah


didatangi malaikat Jibril dan mendapatkan wahyu darinya. Karena
kedatangannya sudah berulang kali, dan nasehat yang diterimanya
menurutnya adalah baik. Maka dengan tidak canggung lagi dia
mendeklarasikan dirinya sebagai Nabi baru. Atau sepak terjangnya
sudah didasarkan lagi pada ajaran Al-Qur’an dan Al-Hadist, karena
dia merasa sudah mempunyai ajaran lain yang diterima secara
langsung dari malaikat Jibril.

Dan juga orang yang berusaha untuk memperdalam ilmu hikmah


serta mengasah kemampuan spiritualnya dengan cara yang tidak
sesuai dengan tuntunan Rasulullah. Saat menjalani “olah spiritual”
itu dia didatangi oleh sosok yang mengaku sebagai malaikat utusan
Allah untuk menyampaikan benda pusaka atau ilmu kekebalan yang
tidak dimiliki manusia kebanyakan. Mereka percaya itu merupakan
‘wahyu’ berasal dari ‘malaikat’ tersebut, tanpa guru lagi mereka
mengamalkannya dan meninggalkan ajaran Rasulullah. Bahkan ada
juga manusia yang senang menjalani ibadah kepada Allah, lalu
datanglah ‘khodam malaikat’ menghampirinya lalu memberikan ritual
atau wirid tambahan, yang bisa menjadikan orang itu hebat punya
berbagai ilmu kesaktian bahkan seolah-olah menyamai mukjizat para
Rasul. Akhirnya dia pun mengamalkan ‘wahyu tambahan’ tersebut
sambil mengamalkan ibadah-ibadah lainnya.

Padahal itu ulah jin dan syetan untuk menyesatkan hamba-hamba


Allah yang masih lemah akidahnya, atau untuk menguji mereka
kepada Allah, kalau iman mereka lemah, pasti dengan mudah
mereka akan datang sebagai sosok Khodam Malaikat tersebut.
Akhirnya mereka terperosok dalam amalan yang mengandung bid’ah
dan syirik. Dengan begitu berarti mereka menyembah jin-jin yang
bersosok malaikat tersebut (yang mereka percayai sebagai khodam
suatu azimat tertentu, atau bahkan khodam mantra-mantra ilmu
kesaktian). Tapi kalau iman orang tersebut kuat, mereka tidak akan
terpengaruh dengan “datangnya” malaikat-malaikat gadungan
tersebut. Mereka akan tetap tekun beribadah kepada Allah sesuai
tuntunan Rasulullah.

Sebetulnya kita sudah diingatkan oleh Al-Qur’an agar waspada


terhadap tipu muslihat syetan yang bermodus sosok khodam
malaikat. Pada hari kebangkitan nanti Allah bertanya kepada para
malaikat-Nya tentang pebuatan orang-orang yang musyrik, “Dan
ingatlah (pada waktu) Allah mengumpulkan mereka berfirman
kepada para malaikat : ‘Apakah mereka itu dahulunya menyembah
kamu ? Para malaikat menjawab : ‘Maha suci Engkau, Engkaulah
Pelindung kami bukan mereka, justru mereka telah menyembah jin,
kebanyakan mereka beriman jin itu”. (QS. Saba’: 34).

Oleh sebab itu, kita harus waspada terhadap kehadiran makhluk


ghaib dalam kehidupan ini, baik yang hadir di alam mimpi atau di
alam nyata. Yang terang-terangan mengaku sebagai jin muslim atau
mengaku sebagai Malaikat. Kita sudah tidak butuh pentunjuk-
petunjuk mereka yang sering disebut dengan ‘wangsit’. Cukup bagi
kita petunjuk Allah dan Rasul-Nya, agar tidak tersesat di dunia
maupun di Akhirat. Jangan terpedaya oleh tipu daya syetan yang
mengaku Malaikat.
Kita Perlu Allah, Bukan Khadam

“Dan ingatlah (pada waktu) Alah mengumpulkan mereka semuanya,


kemudian Allah berfirman kepada malaikat : “Apakah mereka itu
dahulunya menyembah kamu ?” Para malaikat menjawab : “Maha
suci Engkau. Engkaulah pelindung kami bukan mereka, justru
mereka telah menyembah jin, kebanyakan mereka beriman kepada
jin itu”. (QS.Saba’ : 34).

Malaikat adalah makhluk yang hanya tunduk dan patuh kepada


perintah Allah, bukan perintah manusia. Tugas mereka adalah
mengabdi kepada Allah, bukan mengabdi kepada manusia, apalagi
menjadi budak dan khadamnya. Kita sebagai orang mukmin harus
mengimani adanya malaikat secara benar, dan tidak
mengkultuskannya. Apalagi menjadikan mereka sebagai sekutu
Allah atau tandingan-Nya. Kita tidak boleh minta bantuan kepada
para malaikat tanpa terkecuali, termasuk malaikat Jibril. Karena
minta bantuan kepada mereka untuk melindungi diri, memajukan
usaha, menolak bencana, atau menyembuhkan penyakit dan yang
lainnya adalah tindakan syrik dan menduakan Allah.

Bermula dari pemahaman yang salah tentang malaikat dan kiprah


mereka di kalangan manusia, akhirnya lahir keyakinan yang
menyimpang. Ada manusia yang menjadikan malaikat sebagai
perantara atau kurir (berdo’a dengan bertawassul pada malaikat)
untuk mengantarkan do’anya kepada Allah. Dan ada juga yang
menjadikan malaikat sebagai sekutu Allah, ia memohon pertolongan
kepada mereka. Bahkan ada juga yang menjadikan malaikat sebagai
Tuhan yang disembah. Allah berfirman, “Dan dia (Nabi) tidak
menyuruhmu menjadikan malaikat dan para Nabi sebagai tuhan.
Apakah patut ia menyuruhmu kepada kekafiran di waktu kamu sudah
(menganut agama) Islam?“ (QS. Ali ’Imran:80).

Kalau kita memohon kepada malaikat dengan ritual atau wirid


tertentu, lalu datang sosok ghaib untuk mengabulkan permintaan
atau memberi bantuan, maka ketahuilah bahwa itu tipu daya syetan.
Syetan datang untuk menjerat manusia dengan kesyirikan. Memang,
syetan tidak secara langsung atau menunjukkan jati dirinya lalu
menyuruh manusia menyembahnya. Tapi mereka mengelabui
manusia dengan datang sebagai sosok malaikat. Malaikat palsu itu
datang dengan menampakkan diri sebagai sosok orang yang alim
dan shalih. Menasehati manusia dengan kebaikan, membantunya
saat dalam kesusahan. Lalu bersedia menjadi khadamnya.

Kalau sudah begitu, bukanlah setan yang bersosok malaikat itu yang
menjadi khadamnya. Justru manusia itulah yang menjadi khadam
syetan dan budaknya. Syetan dengan mudah memperdayainya, dan
manusia itupun dengan mudah menuruti instruksi syetan bersosok
malaikat. Ketika seorang manusia merasa ia mempunyai khadam
ghaib. Maka, cepat atau lambat rasa tawakkal dan bergantungnya
kepada Allah akan berkurang, dan akhirnya terkikis habis. Bila
ditimpa masalah ia berharap khadamnya datang membantunya.
Kalaupun tidak datang juga, ia akan melakukan ritual yang telah
dipesankan untuk memanggilnya. Mereka tidak menyadari bahwa
syetan telah mempermainkannya.
Sebetulnya Al-Qur’an telah mengingatkan kita agar selalu waspada
terhadap tipu muslihat syetan yang bersosok malaikat. Pada hari
Kiamat nanti, Allah akan bertanya kepada para malaikat-Nya tentang
perbuatan orang-orang musyrik yang telah menjadikannya sebagai
Tuhan. Tapi para malaikat membantah tuduhan itu, karena yang
mereka sembah sesungguhnya adalah jin atau syetan, bukan
malaikat seperti yang diyakini manusia tersebut. Al-Qur’an berkata:
“Dan ingatlah (pada waktu) Allah mengumpulkan mereka semuanya,
kemudian Allah berfirman kepada para malaikat : “Apakah mereka
itu dahulunya menyembah kamu?” Para malaikat menjawab : “Maha
suci Engkau, Engkaulah pelindung kami bukan mereka, justru
mereka telah menyembah jin, kebanyakan mereka beriman kepada
jin itu“. (QS. Saba:34).

Jebakan syetan yang bersosok malaikat sebetulnya bisa kita hindari,


jika kita konsisten terhadap janji dan ikrar kita kepada Allah SWT.
Kita sudah berikrar dalam setiap rakaat shalat. Yaitu saat kita
membaca surat al-Fatihah, “Hanya kepada-Mulah kami beribadah,
dan hanya kepadaMulah kami memohon pertolongan.“ (QS.al-
Fatihah : 5). Dan ingatlah selalu akan pesan Rasulullah, “Jika kamu
meminta (sesuatu), mintalah kepada Allah. Dan jika kamu memohon
pertolongan kepada Allah .“ 9

Kita tidak butuh perantara dalam meminta sesuatu atau memohon


pertolongan kepada Allah. Apalagi dengan memohon kepada
makhluk-Nya termasuk para malaikat. Al-Qur’an memberitahu kita,
”Dan Tuhanmu berfirman : “Berdo’alah kepadaku, niscaya akan aku

9
HR. Tirmidzi dan Ahmad. AlBani menyatakan sebagai hadits hasan sahih.
Shohih wa dho’if Tirmidzi, 6/16, Maktabah Syamilah versi 2
kabulkan untukmu. Sesungguhnya orang-orang yang
menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka
jahanam dalam keadaan hina dina.” (QS. Al-Mukmin : 60)

Lihatlah bagaimana cara Rasulullah memohon pertolongan kepada


Tuhannya. Saat pasukan Islam berhadapan dengan pasukan kafir
dalam perang Badar, jumlah pasukan Islam sepertiga dari pasukan
musuh. Rasulullah terus berdo’a kepada Allah. “Ya Allah, penuhilah
bagiku apa yang Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, sesungguhnya
aku mengingatkan-Mu akan sumpah dan janji-Mu.” Dan tatkala
pertempuran berkobar dan semakin sengit, Rasulullah berdo’a lagi.
“Ya Allah, kecuali jika memang Engkau menghendaki untuk tidak
disembah selamanya setelah hari ini.”

Begitu larut dan khusyu’nya Rasulullah dalam berdo’a dan


bermunajat, sehingga tanpa disadari sorbannya jatuh dari
pundaknya. Abu Bakar memungutnya lalu mengembalikan ke
pundaknya seraya berkata, “Cukuplah bagimu wahai Rasulullah
untuk terus menerus berdo’a kepada Allah”. Setelah itu turunlah
ayat, “(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada
Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu : “Sesungguhnya Aku
akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu
malaikat yang datang berturut-turut.” (QS.al-Anfal : 9).10

Dalam kondisi genting dan sulit seperti itu, Rasulullah tidak minta
bantuan kepada malaikat, baik malaikat yang qarinnya maupun yang
menjaganya. Kepada Allah-lah Rasulullah memanjatkan do’a dan
memohon pertolongan. Allah Maha Tahu dan Maha Kuasa

10
Lihat sirah Nabawiyah oleh al-Mubarakfuri: 284-285
bagaimana cara untuk menolong hambanya yang sedang dalam
kesulitan. Kita tidak bisa memastikan, apakah Allah akan mengutus
tentaranya yang terdiri dari malaikat atau Allah mengutus makhluk-
Nya yang lain seperti angin topan, badai, banjir, tsunami, longsor,
gempa. Atau hati orang yang bermaksud jahat kepada kita dijadikan
menciut dan kabur. Hanya Allah yang Maha Mengetahui. Kita
sebagai hamba, hanya bisa berusaha semaksimal mungkin dan
berdo’a kepada-Nya, kemudian bertawakkal serta ikhlas menghadapi
ketentuan-Nya.

Contoh memanggil khodam malaikat dan pembahasannya dari


sisi syari’at
Dalam ilmu memanggil jin maksud melatih diri itu adalah tidak makan
makanan yang ber roh atau keluar dari hewan yang bernyawa.
Perapiannya cukup dengan kayu garu. Katanya Khadam yang
masuk itu adalah jin muslim .
Khadamnya itu sulit juga di katakan muslim atau kafir , setan yang
menyesatkan atau memberi bimbingan yang baik. Namun saya ini
berkata harus landasan pengalaman . Setahu saya , ilmu khadam –
khadaman ini selalu menggunakan khadam yang mirip dengan
khadam jin yang bukan membimbing bahkan menyesatkan .

Saya tahu seorang doktor, anaknya kiyai besar , juga memakai


khadam lantas asalnya lurus, pengajar yang terhormat, punya
karisma di kalangan ahli hadis, lalu apa jadinya setelah khadam –
khadaman, dia menjadi pemuka tokoh kesyirikan dan karena dia
punya ilmu, bisa saja ngomong untuk mendukung kesyirikannya itu
dengan dalil – dalil yang lemah, lalu di arahkan sesuai dengan
kehendak nafsunya dan memperkenankan kesyirikannya itu .

Orang berbuat benar ada argumentasinya dan orang syirik pun


punya payung hukum dan dalilnya . Seluruh manusia ingin kelihatan
benar dan lurus sekalipun dalam keadaan parah atau sesat dan
tiada orang yang yang mengaku salah .

Saya sudah yakin dan amalkan , nanti anda akan tahu bahwa
memanggil khadam Hailusy itu dusta belaka .

Bila khadam itu mendatangkan makanan dan minuman untukmu ,.


Dan kamu makan atau minum saja , kamu tidak mengerti dari mana
makanan dan minuman itu , di belikan atau di curikan . Ini yang
membikin anda harus tidak pakai khadam .
Bila dia datang dengan membawa uang banyak , kamu belikan untuk
keperluanmu dan makanan untukmu dan istrimu tapi kamu belum
bertanya kepada khadammu , dari manakah uang sebanyak ini ?

Bila berkata saya ambilkan dari bank , lalu kamu makan saja ,
apakah kamu berani makan dengan uang itu dan kamu tidak punya
hak dengannya . itu milik Bank dan bukan milikmu . Bila khadammu
berkata, ini uang saya , dan saya berikan kepadamu .

Walaupun demikian, masih ada pertanyaan lagi. Untuk apakah uang


itu dimiliki oleh jin, sebab dia tidak butuh dengan uang alam
manusia. Bila kamu punya perkiraan ini, ini uang halal, lalu caranya
dan alasannya bagaimana bisa di katakan halal itu? Tepatlah firman
Allah :

‫َوأَنَّهُ َكانَ ِر َجا ٌل ِمنَ اْ ِإل ْن ِس َيعُوذُونَ ِب ِر َجا ٍل ِمنَ ْال ِج ِن‬
‫فَزَ اد ُو ُه ْم َر َه َقا‬
“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia
meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka
jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan”. ( QS. Al Jin
6)
Di ayat lain , Allah menyatakan:

‫ش ُرهُ ْم َج ِميعًا ث ُ َّم يَقُو ُل ِل ْل َمالَئِ َك ِة أ َ َه ُؤالَ ِء‬ ُ ‫َويَ ْو َم يَ ْح‬


‫ت َو ِليُّنَا ِم ْن‬ َ ‫س ْب َحان ََك أ َ ْن‬ُ ‫إيَّا ُك ْم َكانُوا يَ ْعبُدُونَ قَالُوا‬
. َ‫دُونِ ِه ْم َب ْل َكانُوا َي ْعبُدُونَ ْال ِج َّن أ َ ْكث َ ُر ُه ْم ِب ِه ْم ُمؤْ ِمنُون‬
“Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka
semuanya kemudian Allah berfirman kepada malaikat: “Apakah
mereka ini dahulu menyembah kamu?”.Malaikat-malaikat itu
menjawab: “Maha Suci Engkau. Engkaulah pelindung kami, bukan
mereka: bahkan mereka telah menyembah jin; kebanyakan mereka
beriman kepada jin itu” (QS. Saba` 40 –41)
Masing-masing golongan menyembah jin. Setan–setanlah yang
berbicara dan menolong mereka untuk mendapat sesuatu .
Terkadang mereka memiliki kepercayaan bahwa mereka
menyembah malaikat . Pada hal hakikatnya mereka penyembah jin .
Jinlah yang memberikan dukungan dan rela kepada kesyirikan
mereka .
Malaikat tidak akan membantu mereka atas kesyirikan baik waktu
hidup atau setelah mati dan tidak akan rela kepadanya , tapi setan –
setan yang memberikan supot lalu menjelma menjadi anak Adam ,
lalu mereka melihat sendiri dengan mata kepala mereka
Salah satu mereka berkata : Aku lah Ibrahim , Aku Isa al masih , Aku
Muhammad , Aku Khidir , Aku Umar , Aku Abu bakar , Aku Usman ,
Aku Ali dan Aku Syekh fulan .
Terkadang sebagian mereka berkata kepada sebagian yang lain : Ini
adalah Nabi fulan, atau ini Nabi Khidir. Seluruhnya adalah jin
11
sebagian mereka bersaksi kepada sebagian yang lain .

FATWA ULAMA MENGENAI KHODAM AYAT

Assalamu ”alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

11
Majmuk fatawa wa libni Taimiyah 158 /1
Sebagian orang jahil dan sesat mengatakan bahwa tiap ayat bahkan
tiap huruf di dalam Al-Qur’an ada khadamnya. Dengan batil mereka
mengutip ayat Quran yang tidak ada kaitannya.

Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu


dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran
(daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal (QS. Ali imran
7)

Dan Zakaria, tatkala ia menyeru Tuhannya, “Ya Tuhanku janganlah


Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris
Yang Paling Baik. (QS. Al-Anbiya’ : 89)

Oleh para jin dan penipu, ayat ini dipelintir sedemikian rupa seolah-
olah menjadi dalil dari adanya khodam buat tiap-taip ayat atau huruf
Al-Qur’an.

Sungguh sebuah pemahaman keliru dan batil, sayangnya umat


Islam memang terlala lugu dan awam. Sehingga mudah saja dikibuli
mentah-mentah oleh rombongan penyihir yang berpakaian ala
ustadz.

Tentu saja tidak benar bahwa tiap ayat punya khadam atau jin.
Karena ayat Al-Qur’an itu adalah firman Allah kepada kita manusia.
Bagaimana mungkin firman (perkataan) Allah mengandung jin?

Padahal justru Rasulullah mengajarkan kita untuk berlindung


kepada Allah dari godaan syetan, jin dan sejenisnya. Bahkan beliau
mengajarkan untuk membaca surat Al-Baqarah, Al-Jin, Al-Ikhlas,
Al-Falaq, An-Naas dan ayat-ayat lainnya untuk mengusir jin.
Kemungkinan yang sesungguhnya terjadi bukanlah setiap ayat ada
khadamnya, tetapi jin-jin itu menipu manusia dengan mengaku-
ngaku sebagai khadam dari suatu ayat Al-Qur’an.

Padahal tidak ada kaitannya antara suatu ayat dengan jin tertentu.
Sebaliknya, jin itulah yang menipu manusia di balik bacaan suatu
ayat. Misalnya, untuk memanggil atau mengaktifkan jin tertentu,
korban diminta untuk membaca suatu ayat di dalam Al-Qur’an.
Dibuat kesan seolah-olah ayat itu punya hubungan dengan jin
tersebut. Padahal tidak ada sama sekali.

Tipuan sesat macam ini bisa dengan mudah menelan korban, yaitu
umat Islam yang jauh dari pengajaran agama, awam dengan
syariah, kurang banyak wawasan aqidah dan kurang bergaul dengan
ulama.

Mungkin anda akan bertanya, kok bisa ya suatu ayat dibaca lalu jin
tertentu mau melakukan perintah?

Sebenarnya trik licik itu sederhana saja. Dan sesungguhnya jin itu
bisa saja dipanggil tanpa harus membacakan suatu ayat. Karena
sudah ada kesepakatan sebelumnya antara jin dan dukun yang
menjadi agen jin kepada manusia untuk melakukan sesuatu dengan
bayaran tertentu.

Bayarannya apa?

Bayarannya adalah menemani jin itu nanti masuk neraka.


Caranyaberagam tapi intinya agar korban itu melakukan berbagai
macam jenis dosa besar yang tak terampuni. Misalnya syirik kepada
Allah, atau mengingkari salah satu rukun Islam, atau menghina dan
menginjak-injak Al-Qur’an. Pendeknya, apapun jenis dosa yang
sekiranya bisa menjebloskan yang bersangkutan ke dalam neraka
jahannam. Naudzu billahi min zalik.

Salah satunya adalah mengubah cara pandang tentang Al-Qur’an.


Sengaja jin berpura-pura menjadi khadam satu ayat tertentu, agar
korban punya pandangan yang salah tentang Al-Qur’an.

Dan itu sudah termasuk bagian dari ingkar kepada Al-Qur’an.


Padahal ingkar kepada Al-Qur’an dengan cara salah persepsi
memang salah satu cara untuk masuk neraka.

Sangat boleh jadi ketika seseorang memanggil jin dengan membaca


ayat tertentu, dia diminta untuk membaca ayat itu dengan cara yang
salah, entah ketambahan suatu huruf, kata, kalimat atau malah
terbolak-balik. Buat orang awam, mungkin kesalahan itu biasa. Tapi
bagi jin, semua itu jerat dan jebakan.

Di sini, jin telah berhasil memasang jerat untuk para calon


korbannya. Jerat itu sedemikian halus, lebih tipis dari benang jaring
laba-laba. Tapi sekali terjerat, korban tidak bisa terlepas lagi, hanya
bisa meronta tanpa daya. Lalu aqidahnya berguguran rontok oleh
dosa syirik, sihir, tamimah, tathayyur, dan lainnya.

Bagi kita, tidak ada istilah khadam-khadaman bagi ayat Al-Qur’an Al-
Kariem. Semua ayat itu suci dan merupakan firman Allah.

Wallahu a”lam bishshawab, wassalamu ”alaikum warahmatullahi


wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc

You might also like