You are on page 1of 15

MAKALAH

AKHLAK TERPUJI KEPADA DIRI SENDIRI

DISUSUN OLEH :

SITI YULASTRI RAMDHANI

MTS NEGERI SATU ATAP SAKRA BARAT


T.P. 2015/2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
petunjuknya penulis telah menyelesaikan makalah ini. Pada kesempatan ini saya
mengucapkan terima kasih kepada guru yang memberikan tugas kepada saya tentang
beberapa materi yang disampaikan kepada saya sehingga saya bisa menyelesaikan makalah
ini. Hal ini merupakan perwujudan dari kerjasama antara guru dan penulis sehingga penulis
bisa menyelesaikan tugasnya. penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para teman-
teman saya karena berkat do’a dan dukungannyalah sehingga saya bisa menyelesaikan tugas
makalah ini.
Harapan saya dengan selesainya makalah ini, agar bisa bermanfaat bagi semua siswa
betapa pentingnya ajaran Islam kepada kita. Tak lupa juga saya mohon maaf apabila dalam
penyusunan karya tulis ini ada kesalahan maklum saya kan hanya manusia biasa. Mudah-
mudahan karya tulis ini berguna buat kita semua. Amin-amin ya robbal „alamin.

Penyusun
DAFTAR ISI

Hal.
HALAMAN JUDUL ........................................................................................
KATA PENGANTAR ......................................................................................
DAFTAR ISI ....................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN .............................................................................
A. Latar Belakang ...................................................................................
B. Rumusan Masalah ..............................................................................
C. Tujuan Penulisan ................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................


A. Tawakal ..............................................................................................
B. Ikhtiar .................................................................................................
C. Sabar ...................................................................................................
D. Syukur ................................................................................................
E. Qana’ah

BAB III : PENUTUP .......................................................................................


A. Kesimpulan .........................................................................................
B. Saran ...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semua makhluk yang hidup di muka bumi ini tidak pernah terlepas dari keputusan
Allah. Roda kehidupan akan senantiasa berputar, dari kesedihan sampai kebahagiaan.
Keduanya akan datang silih berganti. Dalam hal ini, manusia wajib berusaha semaksimal
mungkin untuk mendapatkan hasil terbaik. Allah lebih melihat pada usaha yang dilakukan
manusia daripada hasil yang diperolehnya.
Oleh karena itu, setiap manusia diharapkan agar senantiasa mengamalkan akhlak
terpuji terutama terhadap diri sendiri. Yaitu tingkah laku yang baik yang merupakan tanda
kesempurnaan iman seseorang kepada Allah SWT, dan itu ditujukan terhadap diri sendiri.
Akhlak terpuji dilahirkan dari sifat-sifat yang terpuji pula. diantara akhlak terpuji terhadap
diri sendiri yaitu, tawakal, ikhtiar, sabar, syukur, dan qana’ah.
Akhlak terpuji ini merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari. Dengan
harapan nantinya para siswa dapat menerapkannya dalam setiap kegiatan sehari-hari. Agar
mampu mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran di setiap lingkup kehidupan ini.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan tentang tawakal,?
2. Jelaskan tentang ikhtiar?
3. Jelaskan tentang sabar?
4. Jelaskan tentang syukur
5. Jelaskan tentang qana’ah?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dan pentingnya tawakal, ikhtiar, sabar, syukur dan
qana’ah
2. Untuk mengetahui bentuk dan contoh perilaku tawakal, ikhtiar, sabar, syukur dan
qana’ah
3. Untuk mengetahui nilai-nilai positif dari tawakal, ikhtiar, sabar, syukur dan qana’ah
4. Untuk mengetahui perilaku tawakal, ikhtiar, sabar, syukur dan qana’ah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tawakkal
1. Pengertian Tawakkal
Kata tawakkal berasal dari bahasa Arab yang artinya pasrah dan menyaerah. Secara
istilah, tawakkal berarti sikap pasrah dan menyerah terhadap hasil suatu pekerjaan atau
usaha dengan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah SWT .
Tawakkal dapat diberi pengertian berserah diri kepada Allah SWT setelah semua proses
pekerjaan atau amalan lain sudah dilakkan secara optimal. Tawakkal harus dilakukan
setelah ada usaha dan kerja keras dengan menerahkan segala kemampuan yang dimiliki.
Akan tetapi, ketika seseorang belum berusaha secara optimal untuk mencapai suatu
angan atau cita-citanya, kemudian ia pasrah atau berserah diri, maka orang tersebut
belum dapat dikatakan tawakkal.
Serahkan semua urusan hanya kepada Allah SWT, jangan menggantungkan sesuatu
kepada selain Allah. Sebab, hanya Allah-lah yang mempunyai kekuasaan atas segala
sesuatu. Segaloa usaha dan kerja keras tidak akan berarti apa-apa, jika Allah tidak
menghendaki keberhasilan ats usaha itu. Manusia boleh berharap dan harus terus
berusaha dengan seganap daya upaya, namun jangan lupa bahwa manusia tidak dapat
menentukan suatau usaha itu berhasil atau gagal.
Dengan demikain, tawakkal dilakukan sesuai dengan aturan yang benar, sehinga tidak
ada penyimpangan akidah dan keyakinan dari perbuatan tawakkal yang salah.
Perintah Bertawakal
Tawakal kepada Allah termasuk perkara yang diwajibkan dalam Islam. Allah berfirman
dalam surat Ali-Imran ayat 159 yang artinya “ Maka disebabkan rahmat Allah-lah kamu
berlaku lemah membut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu , kaena itu maafkanlah mereka
dan bermusawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah
membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah, Sungguh Allah mencintai orang
yang bertawakal”.
Dan dalam surat al-Maidah ayat 23 yang artinya “…dan bertawakallah kamu hanya
kepada Allah, jika kamu orang-orang yang beriman.
2. Bentuk-bentuk Bertawakal
Sebagai muslim kita harus mengenali bentuk-bentuk perilaku tawakkal, agar kelak
dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-sehari, di antaranya sebagai berikut :
a. Melakukan sesuatu atas dasar niat ibadah kepada Allah SWT.
b. Tidak menggantungkan keberhasilan suatu usaha kepada selain Allah SWT.
c. Bersikap pasrah dan siap menerima apa pun.
d. Tidak memaksakan kehendak atau keinginan kepada siapa pun dan pihan mana pun.
e. Bersikap tegar dan tenang, baik dalam menerima keberhasilan maupun kegagalan.
Contoh :
1) Rajin belajar dan tawakal dengan berdoa kepada Allah akan menghasilkan
kemudahan dalam mengerjakan soal.
2) Ayah dan Ibu Ahmad adalah petani kecil. Ia sangat mendambakan agar Ahmad
kelak menjadi anak saleh yang cerdas. Sebagai muslim dan muslimat yang taat
beragama, setiap hari mereka selalu berdoa dan bertawakal kepada Allah semoga
keluarganya hidup tentram di bawah ridho Allah.
3. Dampak Positif Tawakal
a. Memperoleh kepuasan batin karena keberhasilan usahanya mendapat ridho
Allah.
b. Memperoleh ketenangan jiwa karena dekat dengan Allah yang mengatur
segala-galanya. Mendapatkan keteguhan hati.
4. Membiasakan Diri Berperilaku Tawakal
Manusia harus sadar dirinya lemah, terbukti sering mengalami kegagalan.
Keberhasilan usaha manusia ada pada kuasa dan kehendak Allah semata-mata. Oleh
sebab itu, manusia harus mau bertawakal kepada Allah setelah melakukan usaha
secara sungguh-sungguh. Orang yang tawakal berarti menunggu keberhasilan
usahanya. Oleh sebab itu, pada waktu tawakal hendaknya memperbanyak doa
kepada Allah agar usahanya berhasil baik.

B. Ikhtiar
1. Pengertian Ikhtiar
Kata ikhtiar berasal dari bahasa Axrab (ikhtara-yakhtaru-ikhtiyaaran) yang
berarti memilih. Ikhtiar diartikan berusaha karena pada hakikatnya orang yang berusaha
berarti memilih.
Adapun menurut istilah, berusaha dengan mengerahkan segala kemampuan yang
ada untuk meraih suatu harapan dan keingina yang dicita-citakan, ikhtiyar juga juga
dapat diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh yang dilakukan untuk mendapatkan
kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat.
2. Perintah untuk Berikhtiar
Dalil-dalil yang mewajibkan kita berikhtiar, antara lain :
a. Surat al-Jumu’ah ayat 10
Yang artinya :”Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di
bumi, carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu
beruntung”.
b. H.R. al-Bukhori nomor 1378 dari Zubair bin Awwam r.a
Yang artinya : “Sungguh, jika sekiranya salah seorang diantara kamu membawa
talinya(untuk mencari kayu bakar), kemudian ia kembali dengan membawa seikat
kayu di atas punggungnya, lalu ia jual sehingga Allah mencukupi
kebutuhannya(dengan hasil itu) adalah lebih baik daripada meminta-minta kepada
manusia, baik mereka(yang diminta) member atau menolaknya.
3. Bentuk-bentuk Ikhtiar
Sebagai muslim kita harus mengenali bentuk-bentuk perilaku ikhtiar, agar kelak
dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-sehari, di antaranya sebagai berikut :
a. Mau bekerja keras dalam mencapai suatu harapan dan cita-cita.
b. Selalu bersemangat dalam menghadapi kehidupan.
c. Tidak mudah menyerah dan putus asa.
d. Disiplin dan penuh tanggung jawab.
e. Giat bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup.
f. Rajin berlatih dan belajar agar bisa meraih apa yang diinginkannya.
4. Dampak Positif Ikhtiar
Banyak nilai positif yang terkandung dalam perilaku ikhtiar, di antaranya sebagai
berikut :
a. Terhindar dari sikap malas.
b. Dapat mengambil hikmah dari setiap usaha yang dilakukannya.
c. Memberikan contoh tauladan bagi orang lain.
d. Mendapat kasih sayang dan ampuna dari Allah SWT.
e. Merasa batinnya puas karena dapat mencukupi kebutuhan hidupnya.
f. Terhormat dalam pandangan Allah dan sesame manusia karena sikapnya.
g. Dapat berlaku hemat dalam membelanjakan hartanya.
5. Membiasakan Diri Berikhtiar
Sikap perilaku ikhtiar harus dimiliki oleh setiap muslim agar mampu menghadapi
semua godaan dan tantangan dengan kerja keras dan ikhtiar. Untuk itu hendaklah
perhatikan terlebih dahulu beberapa hal berikut :
a. Kuatkan iman kepada Allah SWT.
b. Hindari sikap pemalas.
c. Jangan mudah menyerah dan putus asa.
d. Berdo’a kepada Allah agar diberi kekuatan untuk selalu berikhtiar.
e. Giat dan bersemangat dalam melakukan suatu usaha.
f. Tekun dalam melaksanakan tugas, Pandai-pandai memanfaatkan waktu.
g. Tidak mudah putus asa, selalu berusaha memajukan usahanya.

C. Qana’ah
1. Pengertian Qonaah
Kata qonaah berasal dari bahasa Arab yang berarti rela, suka menerima yang
dibagikan kepadanya. Adapun secara istilah, qonaah adalah sikap menerima semua yang
telah dikaruniakan Allah SWT kepada kita. Dapat pula dikatakan bahwa qana’ah ialah
sikap perilaku menerima dan menggunakan suatu pemberian Allah sesuai dengan
ketentuan Allah dan kebutuhan kita.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kekayaan (yang haqiqi)
bukanlah dengan banyaknya harta. Namun kekayaan (yang haqiqi) adalah kekayaan
jiwa.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kekayaan jiwa dalam hadits tersebut adalah Qona’ah. Dalam bahasa jawa sering
diartikan sebagai sikap “nerimo”. Bersyukur terhadap apa-apa yang telah diberikan oleh
Allah. Terkadang yang diterima oleh manusia menurut ukuran materi jumlahnya sedikit,
tetapi sebenarnya nikmat yang diberikan oleh Allah tidak bisa terhitung jumlahnya.
Di kesempatan yang lain rasulullah juga bersabda “Sungguh sangat beruntung
orang yang telah masuk Islam, diberikan rizki yang cukup dan Allah menjadikannya
merasa puas dengan apa yang diberikan kepadanya.” (HR. Muslim). Islam memberikan
jaminan rezeki bagi penganutnya selama mereka taat terhadap perintah-perintah Allah
disamping mereka harus Qona’ah terhadap apa-apa yang diberikan Allah untuknya.
Merasa puas terhadap apa yang didapatkan akan menjadikan hati menjadi
Qona’ah. Dan orang-orang yang bersikap Qona’ah akan mudah untuk bersyukur pada
Allah. Yang kemudian akan diberikan limpahan rahmat lebih banyak lagi karena
kesyukurannya tersebut.
Sebenarnya orang fakir itu adalah orang yang tidak pernah mempunyai sifat
Qona’ah dalam dirinya. Karena mereka merasa kekurangan terus menerus dalam
hidupnya. Tetapi lain halnya dengan hakekat orang yang kaya, Ia selalu merasa puas
terhadap apa yang didapatnya sehingga ia bersyukur.Setan selalu menggoda manusia
untuk tidak Qona’ah terhadap dunia. Akibatnya manusia selalu merasa kurang terhadap
apa yang diberikan oleh Allah. Memang sifat Qona’ah itu tidak jatuh dari langit dengan
sendirinya kepada manusia, tetapi harus diasah dan dilatih. Dan hanya dengan sikap
sabar bisa menumbuhkan sifat Qona’ah.
Dengan sifat Qona’ah ini, orang akan selalu merasa bersyukur, sehingga mudah
baginya untuk berbagi kepada orang lain dan dapat menghilangkan sifat serakah dalam
hati. Ni’mat yang digenggamnya tidak ia nikmati sendiri tetapi ia bagikan kepada orang-
orang disekitarnya yang membutuhkan. Artinya qana’ah tidak hanya pada waktu rizki
yang kita terima sedikit, tetapi pada waktu rizki melimpah pun kita harus tetap qana’ah.
2. Perintah untuk Bersifat Qonaah
Dalil tentang wajibnya memiliki sifat qonaah, antara lain :
Dalam surat an-Nisa’ ayat 32 , dimana ayat ini berisi tentang larangan bersikap iri
terhadap karunia yang diterima orang lain, sedangkan sikap iri berarti tidak suka melihat
orang lain mendapatkan kesenangan.
3. Bentuk-bentuk Qonaah
a. Selalu ikhlas menerima kenyataan hidup.
b. Tidak banyak berangan-angan.
c. Tidak bersikap iri terhadap kenikmatan yang diterima orang lain.
1) Sudah cukup merasa senang walaupun ke sekolah dengan berjalan kaki.
2) Merasa cukup dengan kondisi yang pas-pasan,asalkan mampu menyekolahkan
anaknya.
4. Nilai Positif Qonaah
a. Terhindar dari sifat tamak
b. Dapat merasakan ketenteraman hidup karena merasa cukup atas karunia Allah
yang dianugerahkan kepada dirinya
c. Mendapat jaminan tambahan nikmat dari Allah dan terhindar dari ancaman siksa.
5. Membiasakan Diri Bersifat Qonaah
a. Sering memperhatikan orang-orang yang lebih miskin daripada kita
b. Tidak sering memerhatikan orang yang lebih kaya agar kita tidak merasa kurang
c. Membiasakan diri berlaku hemat.
d. Biasakan bersikap ikhlas.
e. Hindari kebiasaan berangan-angan.

D. Sabar
1. Pengertian Sabar
Menurut bahasa, sabar artinya tabah,tahan uji. Sabar berarti tahan menderita
sesuatu, tidak lekas marah, tidak lekas patah hati, dan tidak lekas putus asa.
Adapun menurut istilah, sabar ialah kondisi ental seseorang yang mampu mengendalikan
hawa nafsu yang ada dalam dirinya. hawa nafsu di sini mengandung arti sangat luas,
misalnya amarah, ambisi, serakah, tergesa-gesa, dan sebagainya. Oleh karena itu, orang
yang sabar adalah orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya. Sabar merupakan
salah satu akhlak terpuji dan kunci untuk mendapatkan ketentraman dan kebahagiaan
hidup.
Kesabaran merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa kepada
Allah SWT. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran merupakan
setengahnya keimanan. Sabar memiliki kaitan yang tidak mungkin dipisahkan dari
keimanan: Kaitan antara sabar dengan iman, adalah seperti kepala dengan jasadnya.
Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana juga tidak ada jasad
yang tidak memiliki kepala.
Namun kesabaran adalah bukan semata-mata memiliki pengertian "nrimo",
ketidak mampuan dan identik dengan ketertindasan. Sabar sesungguhnya memiliki
dimensi yang lebih pada pengalahan hawa nafsu yang terdapat dalam jiwa insan. Dalam
berjihad, sabar diimplementasikan dengan melawan hawa nafsu yang menginginkan
agar dirinya duduk dengan santai dan tenang di rumah. Justru ketika ia berdiam diri
itulah, sesungguhnya ia belum dapat bersabar melawan tantangan dan memenuhi
panggilan ilahi.
Sabar juga memiliki dimensi untuk merubah sebuah kondisi, baik yang bersifat
pribadi maupun sosial, menuju perbaikan agar lebih baik dan baik lagi. Bahkan
seseorang dikatakan dapat diakatakan tidak sabar, jika ia menerima kondisi buruk,
pasrah dan menyerah begitu saja. Sabar dalam ibadah diimplementasikan dalam bentuk
melawan dan memaksa diri untuk bangkit dari tempat tidur, kemudian berwudhu lalu
berjalan menuju masjid dan malaksanakan shalat secara berjamaah. Sehingga sabar tidak
tepat jika hanya diartikan dengan sebuah sifat pasif, namun ia memiliki nilai
keseimbangan antara sifat aktif dengan sifat pasif.
2. Macam-macam Sabar
Iman al-Gazali membagi kesabaran menjadi tiga macam, yaitu :
a. Sabar dalam ketaatan, yaitu melaksanakan tugas atau kewajiban dengan ikhlas.
b. Sabar dalam menghadapi musibah, yaitu tabah atau kuat hati saat menerima
cobaan hidup.
c. Sabar dari maksiat, yaitu rela meninggalkan perbuatan maksiat dan tidak menyesal
atau iri apabila melihat orang lain dapat bersenang-senang dalam maksiat.
3. Perintah untuk Bersabar
a. Sabar dalam Ketaatan, dalam firman Allah, surat Ali-Imran ayat 200
b. Sabar dalam Musibah, dalam Firman Allah surat al-Baqarah ayat 155-156
c. Sabar dari Maksiat, dalam firman Allah surat an-Nahl ayat 126-127
d. Dari Suhaib ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh menakjubkan
perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya.
Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mu'min:
Yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui)
bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa
musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal
terbaik bagi dirinya." (HR. Muslim)
4. Bentuk-bentuk atau Contoh Sikap Sabar
Sebagai muslim kita harus mengenali bentuk-bentuk perilaku sabar, agar kelak
dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-sehari, di antaranya sebagai berikut :
a. Bersabar dalam hal belajar untuk meraih cita-cita dan harapan
b. Sabar ketika diejek oleh teman-teman, karena kesabaran akan membawa hasil
yang positif.
c. Tidak mudah emosi atau marah.
d. Tidak tergesa-gesa.
e. Menerima segala sesuatu dengan kepala dingin.
f. Tidak mudah menyalahkan orang lain.
g. Selalu berserah diri kepada Allah SWT.
5. Dampak Positif Sikap Sabar
Banyak nilai positif yang terkandung dalam perilaku sabar, di antaranya sebagai
berikut :
a. Terhindar dari bencana dan mala petaka yang disebabmkan oleh nafsu.
b. Melatih diri mengendalikan hawa nafsu.
c. Disayang oleh Allah.
d. Memiliki emosi yang stabil
e. Memiliki harapan akan masuk ke surga sesuai janji Allah dalam surat al-
Baqarah ayat 155
f. Berhasil mengembalikan persaudaraan yang hamper rusak
6. Membiasakan Diri Bersikap Sabar
a. Selalu ingat bahwa marah tidak dapat menyelesaikan masalah
b. Memperbanyak bergaul dengan teman-teman yang baik, berakhlak mulia
c. Membatasi diri dan bersikap-hati-hati dalam bergaul dengan teman yang
berwatak keras dan kasar.
d. Hindari bergaul dengan orang-orang yang berperilaku tidak menyenangkan.
e. Hadapi segala sesuatu dengan tenang.
f. Hindari sifat tergesa-gesa.

E. Syukur
1. Pengertian Syukur
Syukur berasal dari bahasa Arab yang berarti berterima kasih. Menurut istilah,
bersyukur adalah berterima kasih kepada Allah atas karunia yang dianugerahkan kepada
dirinya.
Apabila direnungkan secara mendalam, ternyata memang banyak nikmat Allah
yang telah kita terima dan gunakan dalam hidup ini. Demikian banyaknya sehingga kita
tidak mampu menghitungnya.
Hakikat syukur adalah menampakkan nikmat dengan menggunakannya pada
tempat dan sesuai dengan kehendak pemberinya. Sedangkan kufur adalah
menyembunyikan dan melupakan nikmat.
Pada dasarnya, semua bentuk syukur ditujukan kepada Allah. Namun, bukan
berarti kita tidak boleh bersyukur kepada mereka yang menjadi perantara nikmat Allah.
Ini bisa dipahami dari perintah Alah untuk bersyukur kepada orang tua yang telah berjasa
menjadi perantara kehadiran kita di dunia.
2. Perintah Bersyukur
Mensyukuri nikmat Allah adalah kewajiban setiap muslim dan muslimat. Dalil-
dalil yang mewajibkan bersyukur, diantaranya :
a. Surat al-Baqarah ayat 152
b. Surat an-Nahl ayat 114
c. Nabi bersabda, ''Siapa yang tidak mensyukuri manusia, maka ia tidak
mensyukuri Alloh.'' (HR Tirmidzi).
d. Firman Allah SWT, ''Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua ibu-bapakmu,
hanya kepada-Kulah kamu kembali.'' (QS 31: 14).
3. Bentuk-bentuk Bersyukur
Sebagai muslim kita harus mengenali bentuk-bentuk perilaku syukur, agar kelak
dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-sehari, di antaranya sebagai berikut :
a. Selalu mengucapkan “al hamdulillah” atau terima kasihsetiap kali menerima
menukmatan.
b. Menggunakan apa yang diberikan sesuai dengan kehendak pamberinya.
c. Menjaga dan merawat dengan baik apa yang telah diberikan.
d. Menyisihkan sebagian harta kita untuk diserahkan ke baitul mal
e. Menyisihkan waktunya untuk membantu orang yang belum bisa membaca Al-
Quran.
4. Nilai Positif Bersyukur
Banyak nilai positif yang terkandung dalam perilaku syukur yaitu:
a. Memperoleh kepuasan batin karena dapat menaati salah satu kewajiban hamba
terhadap Allah SWT.
b. Terhindar dari sifat tamak
c. Terhindar dari murka Allah SWT.
d. Mendapat jaminan tambahan nikmat Allah
5. Membiasakan Diri Bersyukur
a. Menerima pemberian orang tua dengan senang hati
b. Memanfaatkan uang untuk membeli hal-hal yang bermanfaat
c. Tidak boros dalam menggunakan uang
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Akhlak terpuji yaitu tingkah laku yang terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan
iman seseorang kepada Allah. Akhlak yang terpuji dilahirkan dari sifat-sifat yang terpuji
pula.
Ada berbagai macam akhlak terpuji, baik terpuji kepada Allah, kepada alam, kepada
sesama manusia, dan kepada diri sendiri. Di antaranya yaitu tawakkal, ikhtiar, sabar, syukur,
dan qana’ah.
Tawakkal berarti sikap pasrah dan menyerah terhadap hasil suatu pekerjaan atau
usaha dengan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah SWT. Ikhtiar diartikan berusaha
karena pada hakikatnya orang yang berusaha berarti memilih. Sabar berarti tahan menderita
sesuatu, tidak lekas marah, tidak lekas patah hati, dan tidak lekas putus asa. Bersyukur adalah
berterima kasih kepada Allah atas karunia yang dianugerahkan kepada dirinya. Qonaah
adalah sikap menerima semua yang telah dikaruniakan Allah SWT kepada kita.
Menerapkan perilaku-perilaku di atas bukan berarti kita menyerah begitu saja, tapi tetap
berusaha sekuat tenaga. Karena segala sesuatu hanya di tangan Allah SWT, manusia hanya
bisa berusaha.

B. Saran
Akan lebih baik apabila setiap manusia senantiasa melakukan akhlak terpuji bagi
dirinya sendiri dengan demikian manusia akan bisa menjadi insan kamil.
DAFTAR PUSTAKA

Hajjaj, Muhammad Fauqi, Tasawuf Islam dan Akhlak, Jakarta: Amzah, 2011
Teguh, Moral Islam dan Moral Jawa, Jember: CSS Jember, 2008
Simuh, Tasawuf dan Perkembangannya dalam Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2002
Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006

You might also like