You are on page 1of 11

PATCH TEST

Patch test merupakan suatu test kulit untuk mengidentifikasi apakah suatu substansi
berada dalam keadaan kontak dengan kulit yang dapat menyebabkan peradangan kulit
(dermatitis kontak) dengan menggunakan potongan kecil kain atau kertas saring yang
diimpregnasi dengan allergen yang dicurigai, ditempelkan pada kullit untuk jangka waktu
tertentu, pembengkakan atau kemerahan menunjukkan reaksi positif. Ada dua jenis dermatitis
kontak, yaitu :
1. Dermatitis kontak iritan
Suatu reaksi iritasi disebabkan oleh kontak langsung dari suatu zat iritan dengan kulit dan
tidak melibatkan sistem kekebalan tubuh.
2. Dermatitis kontak alergi
Semua daerah kulit yang berada dalam kontak dengan alergen mengembangkan ruam.
Ruam akan hilang jika Anda menghindari kontak dengan substansi.
Prinsip kerja dari patch test, yaitu individu yang tersensitisasi, antigen primer-spesifik
limfosit T akan beredar ke seluruh tubuh dan mampu menciptakan suatu reaksi hipersensitivitas.

Indikasi Patch Test


 Persistent eczematous eruptions ketika kontak dengan alergen
 Dermatitis kronis yang mengenai tangan, kaki, wajah, atau mata
 Pasien Eczematous dermatitis dengan resiko tinggi terkena dermatitis, seperti petugas
medis, cosmetologists, teknisi, pekerja pabrik karet dan plastik
 Penggunaan obat yang tidak adekuat

Individu atau Penderita


Persiapan menjelang uji tempel tidak begitu ketat, sebaiknya dihindari pemakaian obat-obatan
antihistamin dan kortikosteroid, terutama pada penggunaan lokalnya.

Keadaan kulit
a. Bebas dari dermatitis
b. Pada bekas dermatitis sebaiknya dilakukan sebulan setelah sembuh
c. Tidak terlalu dekat dengan dermatitis yang ada, sebab daerah tersebut lebih peka hingga dapat
menimbulkan reaksi positif palsu
d. Bebas dari kelainan kulit yang lain terutama yang dapat menyulitkan pembacaan atau akibat
lain yang tidak kita harapkan. Misalnya nevus atau tumor-tumor prakanker: kalau terjadi reaksi
berupa dermatitis dan gatal maka akan digaruk. Ini merupakan rangsangan terhadap nevus atau
prakanker tadi untuk mengalami malignansi
e. Bebas dari rambut yang lebat
f. Bebas dari kosmetik, salep-salep. Kortikosteroid topikal harus dibebaskan pula paling sedikit 2
minggu sebelumnya.

Daerah tempat tes


Pilihan utama: punggung, oleh karena:
a. Lapisan tanduk cukup tipis sehingga penyerapan bahan cukup besar
b. Tempatnya luas sehingga banyak bahan yang bisa diteskan secara serentak (bisa sampai 50
bahan atau lebih)
c. Tempatnya terlindung hingga tidak mudah lepas, baik disengaja maupun tidak
d. Bahan yang menempel tidak banyak mengalami gerakan, lepas atau kendor, sehingga
kontaknya dengan kulit cukup terjamin
e. Jika terjadi dermatitis atau sampai terjadi sikatriks tidak tampak dari luar oleh karena
terlindung. Pilihan lain:
a. Lengan atas bagian lateral
b. Lengan bawah bagian volar.

Prosedur Pemeriksaan
Macam prosedur patch test :
1. Patch test terbuka
Patch test terbuka dilakukan dengan mengoleskan sediaan uji pada luas tertentu,
lokasi lekatan biarkan terbuka selama 24 jam, amati reaksi kulit yang terjadi.
Iritan primer umumnya lebih menyebabkan rasa pedih dari gejala rasa gatal dan
reaksi kulit yang ditimbulkan lebih cepat dibandingkan allergen. Reaksi kulit yang
disebabkan iritan primer terjadi beberapa menit hingga satu jam setelaj pelekatan
sedangkan allergen baru menimbulkan reaksi kulit dalam waktu 24-48 jam. Reaksi kulit
karena iritan primer hanya nampak pada daerah pelekatan sedangkan pada allergen akan
menyebar pada lokasi pelekatan.
Patch test terbuka terutama digunakan untuk pengujian sediaan uji yang
mengandung minyak atsiri. Patch test terbuka dapat digunakan sebagai kosmetik, seperti
alat pengikat rambut, shampoo, sabun, detergen, dll.
2. Patch test tertutup
Uji tempel tertutup dilakukan dengan menggunakan tinta tempel jika dikehendaki
pengujian ganda atau talam tempel jika dikehendaki pengujian tunggal. Sediaan uji
dilekatkan pada talam tempel setelah lokasi lekatan ditempeli tinta/talam tempel. Biarkan
dalam waktu tertentu tergantung prosedur uji yang digunakan. Kemudian diamati reaksi
kulit yang terjadi pada uji tempel tertutup.
Panel di uji instruksi sebagai berikut :
Jika terjadi reksi kuli yang parah dan tidak tertahankan buka talam tempel dari daerah
lokasi lekatan yang terasa sangat gatal dan pedih tanpa mengganggu talam tempel yang
lain dan untuk mengurangi keradangan daerah lokasi lekatan dapat kompres dengan air
dingin tanpa menggangu talam tempel yang lain.
Jika panel masih terasa sakit boleh menelan obat analgetik
Tinta tempel/talam tempel dan lokasi lekatan harus dijaga agar tidak basah, tidak boleh di
lap dan tidak boleh di garuk.
3. Patch test sinar
Patch test sinar (pada dasarnya sama dengan uji tempel tertutup).
standart patch tests T.R.U.E tests several positive result

Persiapan
Pastikan bahwa kondisi antigen yang digunakan dalam keadaan layak pakai, perhatikan
cara penyimpanan dan tanggal kadaluarsanya. Jangan menggunakan antigen bukan standar,
seperti bahan kimia murni, atau lebih sering bahan campuran yang berasal dari rumah,
lingkungan kerja atau tempat rekreasi. Mungkin ada sebagian bahan tersebut yang bersifat
toksik, atau walaupun memberikan efek toksik secara sistemik. Oleh karena itu, bila
menggunakan bahan tidak standar, apalagi dengan bahan industry, harus berhati-hati sekali.
Jangan lakukan pengujian dengan bahan yang tidak diketahui.
Bahan yang bias digunakan adalah bahan yang biasa secara rutin dan dibiarkan
menempel di kulit, misalnya kosmetik, pelembab. Bila menggunakan bahan yang secara rutin
dipakaki dengan air untuk membilasnya, misalnya sampo, pasta gigi, harus diencerkan terlebih
dahulu. Bahan yang tidak larut dalam air diencerkan atau dilarutkan dalam vaselin atau minyak
mineral. Produk yang diketahui bersifat iritan, misalnya deterjen, hanya boleh diuji bila diduga
keras penyebab alergi. Apabila pakaian, sepatu, atau sarung tangan yang dicurigai penyebab
alergi maka pengujian dilakukan dengan potongan kecil bahan tersebut yang direndam dalam air
garam yang tidak dibubuhi bahan pengawet, atau air, dan ditempelkan di kulit dengan memakai
Finn chamber dan didiamkan 48 jam. Hasil positif dengan bahan bukan standar perlu control (5
samapi 10 orang) untuk menyingkirkan kemungkinan karena iritasi.
Harus diingat bahwa kortikosteroid dan obat imunosupresan dapat menekan reaksi ini
sehingga memberi hasil negatif palsu. Setelah itu lakukan anamnesis tentang apakah pernah
berkontak sebelumnya dengan antigen yang akan digunakan, tempat di mana mulai terjadinya
ruam dan bagaimana perkembangannya, riwayat pengobatan sebelumnya, hal yang berhubungan
dengan timbulnya ruam, seperti penyakit yang berhubungan, pekerjaan, lingkungan, kebiasaan,
dsb.

Pengujian
1. Patch test harus dilakukan pada kulit dengan dermatitis yang tidak jelas
2. Alergen dicampur dengan bahan non-alergi (dasar) dengan konsentrasi yang sesuai.
Kemudian oleskan pada kulit, biasanya pada punggung atas
3. Gunakan pita perekat digunakan dan tandai lokasi uji coba
4. Diamkan selama 48 jam, selama itu jangan sampai kena air atau berolahraga karena jika
pita perekat lepas proses harus diulang
5. Patch tidak boleh terkena sinar matahari atau sumber lain seperti sinar ultraviolet (UV)
6. Setelah 48 jam patch dilepaskan
7. Pembacaan dilakukan dilakukan 2 kali. Pembacaan awal dilakukan satu jam kemudian
setelah pelepasan pembacaan akhir lakukan 48 jam kemudian. Pembacaan lebih dari 48
jam akan meningkatkan hasil positif palsu sebesar 34 %

Penilaian atau Interpretasi atau Pembacaan

Setelah 48 jam bahan tadi dilepas. Pembacaan dilakukan 15-25 menit kemudian,
supaya kalau ada tandatanda akibat tekanan, penutupan dan pelepasan dari Unit uji
tempel yang menyerupai bentuk reaksi, sudah hilang. Cara penilaiannya ada bermacam-
macam pendapat. Yang dianjurkan oleh ICDRG sebagai berikut:

(-) : negatif
(IR) : iritasi (kulit merah sekali, contoh : ruam keringat, follicular pustules, purpura dan burn-
like reactions)
(+/-) : samar-samar, tidak pasti, meragukan (kemerahan ringan saja, contoh macula
eritematosa)
(+) : reaksi lemah (nonvesikular : eritema, infiltrate, papul)
(+ +) : reaksi kuat (edema atau vesikel)
(+ + +) : reaksi sangat kuat (merah intens, bula atau ulkus)
(NT) : tidak diuji.
Relevansi tergantung pada lokasi dan jenis dermatitis dan alergen tertentu. Interpretasi
hasil membutuhkan pengalaman yang cukup dan pelatihan.

Bila perlu, misalnya dugaan klinis kuat, tetapi hasil tes negatif, pembacaan dilakukan 72
jam setelah penempelan, atau bahkan juga 1 minggu setelah penempelan, tanpa menempelkan
lagi bahan tadi. Ini untuk mengetahui mungkin reaksinya lambat (delayed reaction).
Pada pembacaan mungkin kita dapat kecewa oleh karena terjadinya beberapa reaksi yang tidak
kita harapkan, misalnya:
a. Reaksi iritasi
b. Reaksi alergi oleh unit uji temple
c. Maserasi oleh kelenjar keringat
d. Retensi keringat
e. Miliaria
f. Perubahan warna dari bahan
g. Reaksi isomorfik (fenomen koebner)
h. Reaksi pustulasi
i. Reaksi positif palsu
j. Folikulitis

Di sini yang hampir serupa yaitu bentuk reaksi alergi dengan reaksi iritasi, maka untuk ini perlu
kita bedakan:

Reaksi Positif Palsu


Reaksinya sendiri betul-betul positif, tidak palsu. Yang dimaksud “palsu” disini yaitu apabila
tidak mencerminkan reaksi alergi terhadap bahan yang diteskan itu, tetapi reaksi timbul oleh
karena adanya faktor-faktor lain, misalnya:
a. Dalam bahan tes maupun unit uji tempel terdapat unsur-unsur yang iritatif.
b. Bahan tes dengan konsentrasi yang terlalu tinggi atau jumlahnya terlalu banyak.
c. Kulit dalam keadaan terlalu peka, misalnya bekas dermatitis, sedang menderita dermatitis
yang akut atau luas dan sebagainya.
HAL YANG MUNGKIN TERJADI PADA PATCH TEST
Terjadinya Reaksi Positif

Ini menunjukkan bahwa penderita bersifat alergik terhadap bahan yang diteskan. Hasil ini akan
sangat berarti bila bahan tersebut sesuai dengan dugaan yang diperoleh dari riwayat penyakit dan
pemeriksaan fisik, hingga diagnosis yang mantap bisa ditegakkan.Akan tetapi mungkin pula
hasilnya tidak sesuai dengan apa yang kita perkirakan. Ini bisa terjadi bila kita melakukan tes
dengan bermacam-macam bahan, terutama bahan tes standar. Kemungkinan terjadinya hal ini
oleh karena:

a. Reaksi positif terhadap bahan tersebut sesuai dengan dermatitis masa lalu, yang pada saat ini
tidak tampak, tetapi kulit masih tetap peka terhadap bahan tersebut, sedangkan penyebab dari
dermatitis yang sekarang belum dapat dibuktikan.
b. Penderita memang peka terhadap beberapa bahan yang menimbulkan reaksi positif, yang tidak
ada hubungannya dengan penyakit sekarang. Ia belum pernah menderita dermatitis yang
disebabkan oleh bahan-bahan itu oleh karena belum ada kesempatan atau tidak penah kontak
dengan bahan tersebut secara cukup lama.
c. Reaksi tersebut masih ada hubungannya dengan dermatitis yang sekarang, tetapi tidak secara
langsung, yaitu berupa kepekaan silang (cross sensitisation). Bahan penyebab dermatitis yang
sekarang mempunyai struktur kimia yang serupa dengan bahan yang menimbulkan reaksi positif.
Sebagai contoh : bahan dalam cat rambut dengan bahan anestesi lokal. Kalau penderita peka
terhadap cat rambut, mungkin ia peka pula terhadap anestesi lokal.

Terjadinya Reaksi Negatif


Kemungkinannya adalah:
1. Memang penderita tidak peka terhadap bahan yang diteskan.
2. Negatif palsu, yaitu yang semestinya positif, tetapi oleh karena beberapa kesalahan teknik,
reaksinya negatif. Ini disebabkan antara lain oleh karena:
a. Nilai ambang konsentrasi belum tercapai.
b. Bahan tersebut bersifat photo-sensitiser, yang untuk terjadinya reaksi positif diperlukan sinar
matahari atau sinar ultra violet
c. Bahan sudah rusak.

negative patch test reactions

reaction (hair dye discolouration) irritant reaction +/-reaction

Positive patch test reactions

+ reaction ++ reaction +++ reaction

+ reaction ++ reaction

Hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan patch test :


1. Dermatitis harus sudah sembuh. Bila masih dalam keadaan akut atau berat dapat terjadi
reaksi “angry back” atau “excited skin”, reaksi positif palsu dapat juga menyebabkan
penyakit yang sedang diderita memburuk.
2. Tes dilakukan sekurang-kurangnya satu minggu setelah pemakaian kortikosteroid
sistemik dihentikan sebab dapat menghasilkan reaksi negative palsu. Pemberian
kortikosteroid topical di punggung dihentikan sekurang-kurangnya satu minggu sebelum
tes dilaksanakan. Luka bakar sinar matahari yang terjadi 1-2 minggu sebelum test
dilakukan juga dapat member hasil negatif palsu. Sedangkan antihistamin sistemik tidak
mempengaruhi hasil tes, kecuali diduga karena urtikaria kontak.
3. Patch test dibuka setelah dua hari, kemudian dibaca; pembacaan kedua dilakukan pada 48
jam setelahnya.
4. Penderita dilarang melakukan aktivitas yang menyebebkan uji temple menjadi longgar,
karena memberikan hasil negative palsu. Penderita juga dilarang mandi sekurang-
kurangnya dalam 48 jam dan menjaga punggung agar tetap kering.
5. Jangan menggunakan bahan standar pada penderita urtikaria dadakan karena dapat
menimbulkan urtikaria generalisata bahkan reaksi anafilaksis. Pada penderita seperti ini
dilakukan tes dengan prosedur khusus.
Reaksi positif palsu dapat terjadi bila konsentrasi terlalu tinggi atau bahan tersebut
bersifat iritan bila dalam keadaan tertutup (oklusi), efek pinggir uji temple, umunya karena
iritasi, bagian tepi menunjukkan reaksi lebih kuat, sedang di bagian tengahnya reaksi ringan atau
sama sekali tidak ada. Hal tersebut dikarenakan meningkatnya iritasi konsentrasi cairan di bagian
pinggir. Sebablain oleh karena efek tekan, terjadi bila menggunakan bahan padat.
Reaksi negatif palsu dapat terjadi misalnya konsentrasi terlalu rendah, vehikulum tidak
tepat, bahan uji temple tidak melekat dengan baik, atau longgar akibat pergerakan, kurang cukup
waktu pemberian kortikosteroid sistemik atau topical poten yang lama dipakai pada area
pengujian.
Efek samping pemeriksaan ini dapat terjadi suatu reaksi kemerahan yang persisten
selama 3-10 hari tanpa meninggalkan sikatriks. Pada orang yang sangat sensitif dapat timbul
vesikel dan ulserasi pada lebih dari satu lokasi antigen.
Dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi akan menunjukkan perbedaan
reaksi. Suatu reaksi iritasi menunjukkan penonjolan segera setelah patch dihapus dan memudar
pada hari berikutnya. Suatu reaksi alergi menonjol pada hari kelima setelah patch dihapus. Suatu
zat yang menyebabkan reaksi iritasi bisa memperburuk dermatitis apapun yang mendasari seperti
eksim atopik, tapi ini tidak akan memburuk dan dapat dicegah dengan memakai krim penghalang
atau krim pelembab dengan intensitas tinggi. Sebuah zat yang menyebabkan reaksi alergi akan
menyebabkan dermatitis dan harus dihindari sama sekali jika memungkinkan. Semakin sering
kulit terpapar alergen, semakin buruk reaksi alergi ternbentuk.
Beberapa pasien harus menjalani tes photopatch karena kulit yang sensitive jika terkena
sinar matahari ( fotosensitivitas ). Hal tersebut dikarenakan ada beberapa bahan kimia yang
mampu menghasilkan reaksi alergi jika terkena cahaya (biasanya jenis sinar ultraviolet A, UVA).
Pasien yang sensitif terhadap cahaya, ruam akan muncul pada bagian-bagian tubuh yang
biasanya terkena cahaya (kebanyakan wajah, 'V' dari leher dan tangan) tetapi tidak muncul di
daerah yang terlindung dari cahaya (misalnya di bawah dagu dan daerah segitiga antara hidung
dan mulut).
DAFTAR PUSTAKA

FK UI. 1987. Ilmu Penyakit Kulit dan kelamin. Edisi Kelima. Jakarta: Balai Penerit FK UI.
Journal.unair.ac.id : Keuntungan dan Kerugian Patch Test (Uji Tempel) Dalam Upaya
Menegakkan Diagnosa Penyakit Kulit Akibat Kerja (Occupational Dermatosis)

You might also like