Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
KELOMPOK 5 :
ELDASWINDA 1110323059
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
Keselamatan pasien atau Patient safety merupakan hal yang marak dibicarakan
dan harus diterapakan dalam dunia kesehatan. Pertemuan tahunan Joint Comission
Internasional tahun 2005 telah menekankan pentingnya pelayanan kesehatan yang
aman. Kesalahan yang terjadi pada upaya pelayanan kesehatan adalah kesalahan dalam
mendiagnosis, kesalahan dalam menggunakan alat bantu penegakan diagnosis,
kesalahan dalam melakukan follow up, pengobatan yang salah atau kejadian yang tidak
diharapkan setelah pemberian pengobatan.
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah:
1.3 Tujuan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Analisa akar masalah (Root Cause Analysis / RCA) adalah sebuah alat kerja
yang sangat berguna untuk mencari akar masalah dari suatu insiden yang telah terjadi.
Sedangkan untuk menganalisa masalah yang belum terjadi, yaitu menggunakan alat
yang disebut FMEA. Menemukan akar masalah merupakan kata kunci. Sebab, tanpa
mengetahui akar masalahnya, suatu insiden tidak dapat ditanggulangi dengan tepat,
yang berakibat pada berulangnya kejadian insiden tersebut dikemudian hari.
Analisis Akar Masalah (RCA) adalah teknik populer dan sering digunakan yang
membantu orang menjawab pertanyaan mengapa masalah terjadi di tempat pertama.
Analisis akar masalah berusaha untuk mengidentifikasi
4
(root cause) suatu kejadiaan yang tidak diharapkan (undesired outcome) dari yang
sederhana sampai dengan komplek yaitu : 1) Is/Is not comparative analysis, 2) 5 Why
methods, 3) Fishbone diagram, 4) Cause and effect matrix, dan 5) Root Cause Tree.
b. 5 Why methods
c. Fishbon diagram
Fishbon diagram merupakan alat analisis yang populer, yag sangat baik untuk
menginvestigasi penyebab dalam jumlah besar. Kelemahan utamanya adalah hubungan
antar penyebab tidak langsung terlihat, dan interaksi antar komponen tidak dapat
teridentifikasi.
Cause and effect matrix merupakan matrik sebab akibat yang dituliskan dalam
bentuk tabel dan memberikan bobot pada setiap faktor penyebab masalah.
Root Cause Tree merupakan alat analisis sebab – akibat yang paling sesuai
untuk permasalahan yang kompleks. Manfaat utama dari alat analisis tersebut yaitu
memungkinkan untuk mengidentifikasi hubungan diantara penyebab masalah.
5
mengidentifikasi apa perilaku, tindakan, kelambanan, atau kondisi perlu diubah
untuk mencegah terulangnya hasil berbahaya serupa dan untuk
mengidentifikasi pelajaran yang bisa dipelajari untuk mempromosikan
pencapaian konsekuensi yang lebih baik. ("Sukses" didefinisikan sebagai
pencegahan hampir pasti kekambuhan.
Agar efektif, RCA harus dilakukan secara sistematis, biasanya sebagai
bagian dari penyelidikan, dengan kesimpulan dan akar penyebab yang
diidentifikasi didukung oleh bukti yang terdokumentasi. Biasanya upaya tim
diperlukan.
Mungkin ada lebih dari satu akar penyebab suatu peristiwa atau masalah,
bagian yang sulit adalah menunjukkan kegigihan dan mempertahankan upaya
yang diperlukan untuk menentukan mereka.
Tujuan mengidentifikasi semua solusi untuk masalah adalah untuk
mencegah kekambuhan pada biaya terendah dengan cara yang paling
sederhana. Jika ada alternatif yang sama-sama efektif, maka pendekatan biaya
sederhana atau terendah disukai.
Akar penyebab diidentifikasi tergantung pada cara di mana masalah atau
peristiwa didefinisikan. Pernyataan masalah yang efektif dan deskripsi acara
(sebagai kegagalan, misalnya) sangat membantu, atau bahkan diperlukan.
Agar efektif, analisis harus membentuk urutan kejadian atau waktu untuk
memahami hubungan antara iuran (kausal) faktor, akar penyebab (s) dan
masalah pasti atau acara untuk mencegah di masa depan.
Analisis akar penyebab dapat membantu untuk mengubah budaya reaktif
(yang bereaksi terhadap masalah) menjadi budaya ke depan yang memecahkan
masalah sebelum terjadi atau meningkat. Lebih penting lagi, mengurangi
frekuensi masalah yang terjadi dari waktu ke waktu dalam lingkungan di mana
proses RCA digunakan.
RCA merupakan ancaman bagi banyak budaya dan lingkungan.
Ancaman terhadap budaya sering bertemu dengan resistensi. Mungkin ada
bentuk lain dari dukungan manajemen yang dibutuhkan untuk mencapai
efektivitas RCA dan kesuksesan. Misalnya, "non-hukuman" terhadap kebijakan
pengidentifikasi masalah mungkin diperlukan.
6
2.4 Jenis Masalah Dasar
Kita dapat menerapkan Analisis Akar Masalah untuk hampir semua situasi.
Menentukan seberapa jauh untuk pergi dalam penyelidikan Anda membutuhkan
penilaian yang baik dan akal sehat. Secara teori, Anda bisa terus melacak akar kembali
ke Zaman Batu, tetapi upaya tidak akan melayani tujuan yang berguna. Hati-hati untuk
memahami ketika telah menemukan penyebab yang signifikan yang dapat, pada
kenyataannya, diubah.
Prinsip RCA adalah mencari apa yang terjadi, mengapa hal tersebut terjadi, dan
apa yang bisa dilakukan untuk mencegah pengulangan kejadian tersebut. Apapun hasil
RCA, manajemen puncak di rumah sakit harus mendukung hasilnya, memperhatikan
rekomendasinya dengan teliti, dan membuat langkah perubahan.
7
Berikut adalah langkah-langkah RCA seperti yang disarankan oleh komite
keselamatan pasien rumah sakit di Indonesia.
Masalah yang akan dibahas harus didefinisikan dengan baik. Pembatasan masalah
dapat dilakukan untuk membuat fokus lebih cermat. Pembatasan masalah bisa dimulai
dari definisi impact atau harm yang terjadi, kerangka waktu kejadian, dan unit-unit kerja
yang terlibat. Dampak yang terjadi meliputi dampak medis dan non medis. Dampak
medis pada pasien biasanya sudah terlihat dengan jelas dari berkas rekam medis.
Dampak non medis dapat terjadi pada pasien dan pada rumah sakit. Pada pihak
manapun yang terjadi, dampak non medis biasanya berputar pada masalah medikolegal,
kerugian ekonomis, dan dampak sosial lain.
Salah satu alat yang dapat dipakai untuk melakukan klasifikasi dan prioritas
masalah adalah membuat peringkat masalah berdasarkan Konsekuensi (Consequence)
dan Likelihood. Consequence adalah seberapa berat dampak dari masalah itu.
Sedangkan Likelihood adalah seberapa sering masalah itu terjadi. Consequence dan
Likelihood diperingkat menggunakan angka dari 1 sampai 5. Makin tinggi angka
berarti makin berat atau makin sering. Setelah angka nilai Consequence (C) dan
Likelihood (L) didapat, kedua angka tersebut dilakukan perkalian. Angka hasil
perkalian itulah yang menentukan peringkatnya. Makin tinggi angkanya, makin tinggi
peringkatnya. Kita dapat menggolongkan peringkat menjadi empat golongan, yaitu
ekstrim (15 – 25), besar (8 – 12), sedang (4 – 6), kecil (1 – 3).
Contoh:
Perawat tertusuk jarum. Konsekuensi dari insiden ini adalah 4, karena dampak
dari tertusuk jarum adalah berat (dapat tertular penyakit HIV, Hepatitis B, C, dll).
Likelihood dari insiden ini adalah 5, karena insiden ini terjadi setiap bulan. Sehingga,
8
peringkat risikonya adalah: 4 X 5 = 20 (ekstrim). Peringkat insiden ini memenuhi
kriteria untuk dilakukan prosedur RCA.
Catatan:
untuk kejadian yang berdampak berat (konsekuensinya 4 atau 5, tetapi sangat jarang
terjadi, peringkat resikonya disamakan dengan ekstrim dan dilakukan prosedur RCA.
Membentuk tim RCA merupakan langkah berikutnya yang penting. Tanpa tim
yang representatif, hasil aktifitas RCA tidak akan valid. Rekomendasi yang
dihasilkannya pun tidak tepat. Oleh karena itu, perlu perhatian khusus untuk
menentukan siapa saja yang dipilih untuk menjadi anggota tim.
Root cause analysis sebaiknya dilakukan oleh tim yang telah dilatih RCA,
matang, menguasai berbagai aspek pelayanan di rumah sakit, multidisipliner, gigih,
tidak mudah menyerah, teliti, dan jujur. Tim ideal yang disarankan terdiri dari ahli
analisis, peneliti atau ahli eksternal, kepala bidang atau salah satu direktur, dokter
spesialis atau konsultan, supervisor klinis keperawatan, dan seorang yang menguasai
unit kerja yang terlibat dengan baik.
Contoh:
Pada kasus tertusuk jarum di atas, anggota tim RCA adalah: manajer keperawatan,
manajer mutu, koordinator pengendalian infeksi, manajer penunjang medis, koordinator
K3.
9
3. Investigasi / Pengumpulan Data
4. Penyajian Data
Tabular timeline lebih lengkap daripada timeline karena telah selain menyajikan
urutan kejadian, juga dilengkapi dengan good practice dan masalah pelayanan pada tiap
kejadian yang dicatat. Tabular timeline cocok pada kejadian yang berlangsung lama dan
melibatkan berbagai orang dan unit kerja.
Time person grid digunakan pada kejadian dengan waktu pendek namun
melibatkan beberapa staf atau profesi. Kolom paling kiri memuat daftar staf, sementara
baris paling atas mencatat perjalanan waktu. Keberadaan staf dituliskan pada tiap kolom
di bawah waktu dari awal sampai akhir.
10
Pada kasus tertusuk jarum seperti di atas, kita cukup menggunakan narrative
chronology, karena insiden tersebut merupakan peristiwa tunggal dan prosesnya tidak
kompleks.
Contoh:
5. Identifikasi masalah
6. Analisis Informasi
Bagian ini adalah bagian yang paling sulit. Komite keselamatan pasien rumah
sakit menawarkan enam cara analisis, namun kita akan membatasi dalam dua cara saja,
yaitu 5 why dan fishbone diagram. Dengan metode 5 why, peneliti akan lebih mudah
mencari penyebab sampai mendalam, sementara fishbone diagram memudahkan
peneliti mencari berbagai macam penyebab yang berkontribusi pada sentinel event.
Metode 5 why dilakukan dengan cara memperdalam pertanyaan yang diawali dengan
“mengapa” sebanyak lima kali. Contoh paling mudah adalah pada kasus pasien jatuh:
11
“Mengapa pelindung sisi tempat tidur tidak dipasang?” — Karena
perawat yunior tidak tahu bahwa pelindung sisi tempat tidur harus dipasang.
“Mengapa perawat yunior ini tidak tahu?” — Karena tidak dilatih.
“Mengapa tidak dilatih?” — Karena rumah sakit belum mempunyai
program pelatihan bagi perawat baru.
Berbeda dengan metode 5 why yang dapat menganalisis masalah sampai dalam,
metode fishbone diagram menawarkan faktor kontribusi yang semakin banyak. Tuliskan
permasalahan pada kepala ikan, dan pada tulang belakangnya, gambarlah duri-duri yang
mewakili faktor kontribusi. Mulailah dengan empat kelompok dasar, yaitu pasien,
proses, staf pendukung, dan staf utama (Nelson dkk, 2007). Hati-hati mempergunakan
fishbone diagram. Bukan karena bahaya tertusuk duri, namun karena faktor kontribusi
yang dihasilkannya bisa sangat banyak sehingga menyulitkan analisis akar masalah.
Fishbone diagram sering juga disebut sebagai diagram Ishikawa.
Jika iya, lihat pertanyaan peralatan lingkungan dan faktor manusia, pertanyaan
pelatihan
12
6. Apakah prosedur/ kebijakan/aturan yang memadai- dan kekurangannya –
merupakan faktor dalam kejadian ini?
Terus datang kembali ke pertanyaan ini hingga anda puas bahwa anda telah
menjawab semua pertanyaan anda
Pada kasus tertusuk jarum seperti di atas, contoh diagram tulang ikannya adalah
seperti dibawah ini
13
Hasil dari analisa ini adalah didapatkannya faktor yang berperan terhadap insiden
tersebut. Untuk setiap faktor yang berperan, dilakukan prosedur pertanyaan “5 Why”
sampai tidak ada jawaban lagi yang dapat dikemukakan. Jawaban terakhir itulah yang
biasanya merupakan akar masalah.
Sebagai bagian akhir dari analisa ini, kita mencoba membuat pernyataan sebab
akibat, untuk menguji apakah akar masalah yang kita dapatkan berhubungan sebab
akibat dengan insiden yang terjadi. Juga untuk menguji, apakah jika akar masalah
tersebut di atasi, insiden dapat dihindari.
Karena belum dilakukan tinjauan keselamatan pada syringe AGD, maka belum
ada mekanisme yang menjamin keselamatan selama memakai alat tersebut, yang
menyebabkan mekanisme yang ada gagal mencegah terjadinya insiden tertusuk jarum.
Belum ada prosedur yang aman menyebabkan jarum syringe AGD ditutup lagi
setelah digunakan dan dibawa keluar ruangan, yang mengakibatkan meningkatnya
peluang terjadinya insiden tertusuk jarum.
Penghalang yang ada tidak dirancang untuk melindungi staf yang menyebabkan
terjadinya insiden staf perawat tertusuk jarum.
7. Susun Rekomendasi
Menyusun rekomendasi merupakan hal yang paling penting dari aktifitas RCA ini.
Karena tanpa rekomendasi, masalah tidak dapat diselesaikan dan terus membebani
organisasi. Ibarat berobat ke dokter, pasien tidak cukup diberi tahu tentang
diagnosanya, tapi jauh lebih penting adalah diberi pengobatan yang tepat.
14
Menyusun rekomendasi memerlukan pengetahuan dan pemahaman yang memadai
tentang masalah yang sedang dihadapi. Disinilah arti penting dari anggota tim.
Anggota tim RCA harus memiliki kompetensi dan kapasitas yang memadai untuk
melakukan hal itu. Referensi yang dikumpulkan pada tahap mengumpulkan data di atas
dapat dipakai untuk membantu proses ini.
Ada satu alat yang sangat berguna untuk menyusun penyelesaian masalah ini.
Alat itu disebut analisa penghalang (barrier analysis).
Dari ilustrasi di atas, jelas terlihat bahwa tebal lapisan penghalang tidaklah sama.
Yang paling kuat adalah adanya alat, sedangkan yang paling lemah adalah kebijakan /
prosedur.
Contoh:
Aktifitas berenang: Memakai pelampung (alat) jauh lebih efektif dalam mencegah
insiden tenggelam dibandingkan berenang dengan prosedur yang benar (kebijakan /
prosedur).
Ilustrasi di atas memberikan penjelasan kepada kita, bahwa jika kita ingin mencari
solusi atas suatu masalah, utamakan solusinya adalah berupa alat / disain. Jika alat tidak
ada, barulah cari solusi lain.
15
Sekarang kita kembali ke analisa penghalang. Dengan berpedoman pada ilustrasi
di atas, maka analisa penghalang untuk kasus tertusuk jarum tersebut adalah
Contoh rekomendasi kasus tertusuk jarum dapat anda lihat dibawah ini :
16
Laporan RCA berisi rincian seluruh kegiatan pelaksanaan RCA mulai dari awal
sampai rekomendasi yang diberikan. Laporan ini kemudian disampaikan kepada
pemimpin organisasi untuk disetujui. Proses persetujuan ini sangat penting. Karena
tanpa persetujuan pemimpin, rekomendasi tak dapat dieksekusi dan dilaksanakan.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan tenaga medis khususnya perawat dan
calon perawat dapat memanfaatkan dan mengaplikasikan Root Cause Analysis (RCA)
dalam tindakan medis khususnya keperawatan. Untuk meningkatkan kinerja dan
keselamatan pasien.
18
DAFTAR PUSTAKA
Doggett, AM (2004) Perbandingan statistik Tiga Alat Analisa Penyebab Diperoleh dari:
http://atmae.org/jit/Articles/doggett010504.pdf
19