You are on page 1of 19

TUGAS PASIENT SAFETY

RCA (ROOT CAUSE ANALYSIS)

OLEH :

KELOMPOK 5 :

IKHSAN DWISETYANDI 1110322007

RATIH DERMA KAMSIL 1110322011

WIDYA HERLINA 1110322053

ARIF BUDIMAN 1110322069

NICHE MAIVIO RAHMI 1110323013

VELIANA ANDRIKA 1110323043

ELDASWINDA 1110323059

LOVITA RIZKI AMELIA 1010322049

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2014

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan pasien atau Patient safety merupakan hal yang marak dibicarakan
dan harus diterapakan dalam dunia kesehatan. Pertemuan tahunan Joint Comission
Internasional tahun 2005 telah menekankan pentingnya pelayanan kesehatan yang
aman. Kesalahan yang terjadi pada upaya pelayanan kesehatan adalah kesalahan dalam
mendiagnosis, kesalahan dalam menggunakan alat bantu penegakan diagnosis,
kesalahan dalam melakukan follow up, pengobatan yang salah atau kejadian yang tidak
diharapkan setelah pemberian pengobatan.

Permasalahan-permasalahan diatas dapat terjadi karena penggunaan teknologi


yang tidak diimbangi kompetensi penggunanya, bertambahnya pemberi pelayanan
kesehatan tanpa mengindahkan komunikasi antar individu serta tingginya angka
kesakitan serta kecelakaan, perlunya pengambilan keputusan yang cepat dan tepat yang
menyebabkan stressor tersendiri serta kelelahan yang dialami oleh para staff medis
karena keterbatasan jumlah staff yang tersedia. Salah satu budaya patient safety adalah
mengkomunikasikan kesalahan, melaporkan kesalahan dengan tetap berpegang pada
keselamatan pasien dan belajar dari kesalahan dan mendesain ulang sistem keselamatan
pasien yang lebih baik.

Untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi, dicetuskan suatu ide sistem


analisis yang proaktif sebagai strategi pencegahan error. Root cause merupakan alasan
yang paling mendasar terjadinya kejadian yang tidak diharapkan. Apabila permasalahan
utama tidak dapat diidentifikasi, maka kendala-kendala kecil akan makin bermunculan
dan masalah tidak akan berakhir. Oleh karena itu, mengidentifikasi dan mengeliminasi
akar suatu permasalahan merupakan hal yang sangat penting. Root cause analysis
merupakan suatu proses mengidentifikasi penyebab-penyebab utama suatu
permasalahan dengan menggunakan pendekatan yang terstruktur dengan teknik yang
telah didesain untuk berfokus pada identifikasi dan penyelesaian masalah.

2
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah:

1. Apa defenisi dari Root Cause Analysis?


2. Bagaimana metode identifikasi akar penyebab ?
3. Bagaimana prinsip – prinsip umum Root Cause Analysis ?
4. Apa jenis – jenis masalah dasar ?
5. Bagaimana langkah – langkah Root Cause Analysis ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah

1. Mengetahui defenisi dari Root Cause Analysis.


2. Mengetahui metode identifikasi akar penyebab.
3. Mengetahui prinsip – prinsip umum Root Cause Analysis.
4. Mengetahui jenis – jenis masalah dasar.
5. Mengetahui langkah – langkah Root Cause Analysis.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi RCA

Analisa akar masalah (Root Cause Analysis / RCA) adalah sebuah alat kerja
yang sangat berguna untuk mencari akar masalah dari suatu insiden yang telah terjadi.
Sedangkan untuk menganalisa masalah yang belum terjadi, yaitu menggunakan alat
yang disebut FMEA. Menemukan akar masalah merupakan kata kunci. Sebab, tanpa
mengetahui akar masalahnya, suatu insiden tidak dapat ditanggulangi dengan tepat,
yang berakibat pada berulangnya kejadian insiden tersebut dikemudian hari.

Root Cause Analysis (RCA) merupakan pendekatan terstruktur untuk


mengidentifikasi faktor-faktor berpengaruh pada satu atau lebih kejadian-kejadian yang
lalu agar dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja (Corcoran 2004). Selain itu,
pemanfaatan RCA dalam analisis perbaikan kinerja menurut Latino dan Kenneth (2006)
dapat memudahkan pelacakan terhadap faktor yang mempengaruhi kinerja. Root
Cause(s) adalah bagian dari beberapa faktor (kejadian, kondisi, faktor organisasional)
yang memberikan kontribusi, atau menimbulkan kemungkinan penyebab dan diikuti
oleh akibat yang tidak diharapkan.

Analisis Akar Masalah (RCA) adalah teknik populer dan sering digunakan yang
membantu orang menjawab pertanyaan mengapa masalah terjadi di tempat pertama.
Analisis akar masalah berusaha untuk mengidentifikasi

2.2 Metode Identifiksi Akar Penyebab

Terdapat berbagai metode evaluasi terstruktur untuk mengidentifikasi akar


penyebab (root cause) suatu kejadiaan yang tidak diharapkan (undesired outcome). Jing
(2008) menjelaskan lima metode yang populer untuk mengidentifikasi akar penyebab

4
(root cause) suatu kejadiaan yang tidak diharapkan (undesired outcome) dari yang
sederhana sampai dengan komplek yaitu : 1) Is/Is not comparative analysis, 2) 5 Why
methods, 3) Fishbone diagram, 4) Cause and effect matrix, dan 5) Root Cause Tree.

a. Is/Is not comparative analysis

Is/Is not comparative analysis merupakan metoda komparatif yang digunakan


untuk permasalahan sederhana, dapat memberikan gambaran detil apa yang terjadi dan
telah sering digunakan untuk menginvestigasi akar masalah.

b. 5 Why methods

5 Why methods merupakan alat analisis sederhana yang memungkinkan untuk


menginvestigasi suatu masalah secara mendalam.

c. Fishbon diagram

Fishbon diagram merupakan alat analisis yang populer, yag sangat baik untuk
menginvestigasi penyebab dalam jumlah besar. Kelemahan utamanya adalah hubungan
antar penyebab tidak langsung terlihat, dan interaksi antar komponen tidak dapat
teridentifikasi.

d. Cause and effect matrix

Cause and effect matrix merupakan matrik sebab akibat yang dituliskan dalam
bentuk tabel dan memberikan bobot pada setiap faktor penyebab masalah.

e. Root Cause Tree

Root Cause Tree merupakan alat analisis sebab – akibat yang paling sesuai
untuk permasalahan yang kompleks. Manfaat utama dari alat analisis tersebut yaitu
memungkinkan untuk mengidentifikasi hubungan diantara penyebab masalah.

2.3 Prinsip-Prinsip Umum Analisis Akar Penyebab

 Tujuan utama dari RCA adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor


yang mengakibatkan sifat, besarnya, lokasi, dan waktu dari hasil berbahaya
(konsekuensi) dari satu atau lebih peristiwa masa lalu dalam rangka untuk

5
mengidentifikasi apa perilaku, tindakan, kelambanan, atau kondisi perlu diubah
untuk mencegah terulangnya hasil berbahaya serupa dan untuk
mengidentifikasi pelajaran yang bisa dipelajari untuk mempromosikan
pencapaian konsekuensi yang lebih baik. ("Sukses" didefinisikan sebagai
pencegahan hampir pasti kekambuhan.
 Agar efektif, RCA harus dilakukan secara sistematis, biasanya sebagai
bagian dari penyelidikan, dengan kesimpulan dan akar penyebab yang
diidentifikasi didukung oleh bukti yang terdokumentasi. Biasanya upaya tim
diperlukan.
 Mungkin ada lebih dari satu akar penyebab suatu peristiwa atau masalah,
bagian yang sulit adalah menunjukkan kegigihan dan mempertahankan upaya
yang diperlukan untuk menentukan mereka.
 Tujuan mengidentifikasi semua solusi untuk masalah adalah untuk
mencegah kekambuhan pada biaya terendah dengan cara yang paling
sederhana. Jika ada alternatif yang sama-sama efektif, maka pendekatan biaya
sederhana atau terendah disukai.
 Akar penyebab diidentifikasi tergantung pada cara di mana masalah atau
peristiwa didefinisikan. Pernyataan masalah yang efektif dan deskripsi acara
(sebagai kegagalan, misalnya) sangat membantu, atau bahkan diperlukan.
 Agar efektif, analisis harus membentuk urutan kejadian atau waktu untuk
memahami hubungan antara iuran (kausal) faktor, akar penyebab (s) dan
masalah pasti atau acara untuk mencegah di masa depan.
 Analisis akar penyebab dapat membantu untuk mengubah budaya reaktif
(yang bereaksi terhadap masalah) menjadi budaya ke depan yang memecahkan
masalah sebelum terjadi atau meningkat. Lebih penting lagi, mengurangi
frekuensi masalah yang terjadi dari waktu ke waktu dalam lingkungan di mana
proses RCA digunakan.
 RCA merupakan ancaman bagi banyak budaya dan lingkungan.
Ancaman terhadap budaya sering bertemu dengan resistensi. Mungkin ada
bentuk lain dari dukungan manajemen yang dibutuhkan untuk mencapai
efektivitas RCA dan kesuksesan. Misalnya, "non-hukuman" terhadap kebijakan
pengidentifikasi masalah mungkin diperlukan.

6
2.4 Jenis Masalah Dasar

Biasanya akan menemukan tiga jenis dasar masalah:

1) Masalah fisik - Tangible, item materi gagal dalam beberapa cara


(misalnya, rem mobil berhenti bekerja).
2) Masakah Manusia - Orang-orang melakukan sesuatu yang salah, atau
tidak melakukan sesuatu yang diperlukan. Manusia biasanya menyebabkan
menyebabkan penyebab fisik (misalnya, tidak ada satu diisi minyak rem, yang
menyebabkan rem gagal).
3) Masalah Organisasi - Sebuah sistem, proses, atau kebijakan yang
digunakan orang untuk membuat keputusan atau melakukan pekerjaan mereka
rusak (misalnya, tidak ada satu orang yang bertanggung jawab atas pemeliharaan
kendaraan, dan semua orang menganggap orang lain telah mengisi minyak rem).

Analisis Akar Masalah melihat ketiga jenis penyebab. Ini melibatkan


menyelidiki pola efek negatif, menemukan kelemahan yang tersembunyi dalam sistem,
dan menemukan tindakan-tindakan tertentu yang memberikan kontribusi untuk masalah
ini. Hal ini sering berarti bahwa RCA mengungkapkan lebih dari satu akar masalah.

Kita dapat menerapkan Analisis Akar Masalah untuk hampir semua situasi.
Menentukan seberapa jauh untuk pergi dalam penyelidikan Anda membutuhkan
penilaian yang baik dan akal sehat. Secara teori, Anda bisa terus melacak akar kembali
ke Zaman Batu, tetapi upaya tidak akan melayani tujuan yang berguna. Hati-hati untuk
memahami ketika telah menemukan penyebab yang signifikan yang dapat, pada
kenyataannya, diubah.

2.5 Langkah – Langkah RCA

Prinsip RCA adalah mencari apa yang terjadi, mengapa hal tersebut terjadi, dan
apa yang bisa dilakukan untuk mencegah pengulangan kejadian tersebut. Apapun hasil
RCA, manajemen puncak di rumah sakit harus mendukung hasilnya, memperhatikan
rekomendasinya dengan teliti, dan membuat langkah perubahan.

7
Berikut adalah langkah-langkah RCA seperti yang disarankan oleh komite
keselamatan pasien rumah sakit di Indonesia.

1. Identifikasi / klasifikasi insiden

Masalah yang akan dibahas harus didefinisikan dengan baik. Pembatasan masalah
dapat dilakukan untuk membuat fokus lebih cermat. Pembatasan masalah bisa dimulai
dari definisi impact atau harm yang terjadi, kerangka waktu kejadian, dan unit-unit kerja
yang terlibat. Dampak yang terjadi meliputi dampak medis dan non medis. Dampak
medis pada pasien biasanya sudah terlihat dengan jelas dari berkas rekam medis.
Dampak non medis dapat terjadi pada pasien dan pada rumah sakit. Pada pihak
manapun yang terjadi, dampak non medis biasanya berputar pada masalah medikolegal,
kerugian ekonomis, dan dampak sosial lain.

Salah satu alat yang dapat dipakai untuk melakukan klasifikasi dan prioritas
masalah adalah membuat peringkat masalah berdasarkan Konsekuensi (Consequence)
dan Likelihood. Consequence adalah seberapa berat dampak dari masalah itu.
Sedangkan Likelihood adalah seberapa sering masalah itu terjadi. Consequence dan
Likelihood diperingkat menggunakan angka dari 1 sampai 5. Makin tinggi angka
berarti makin berat atau makin sering. Setelah angka nilai Consequence (C) dan
Likelihood (L) didapat, kedua angka tersebut dilakukan perkalian. Angka hasil
perkalian itulah yang menentukan peringkatnya. Makin tinggi angkanya, makin tinggi
peringkatnya. Kita dapat menggolongkan peringkat menjadi empat golongan, yaitu
ekstrim (15 – 25), besar (8 – 12), sedang (4 – 6), kecil (1 – 3).

Penjelasan tentang Consequence dan Likelihood dapat dilihat disini. Organisasi


dapat membuat kebijakan bahwa hanya masalah yang mempunyai peringkat ekstrim (15
– 25) saja yang dilakukan prosedur RCA.

Contoh:

Perawat tertusuk jarum. Konsekuensi dari insiden ini adalah 4, karena dampak
dari tertusuk jarum adalah berat (dapat tertular penyakit HIV, Hepatitis B, C, dll).
Likelihood dari insiden ini adalah 5, karena insiden ini terjadi setiap bulan. Sehingga,

8
peringkat risikonya adalah: 4 X 5 = 20 (ekstrim). Peringkat insiden ini memenuhi
kriteria untuk dilakukan prosedur RCA.

Catatan:

untuk kejadian yang berdampak berat (konsekuensinya 4 atau 5, tetapi sangat jarang
terjadi, peringkat resikonya disamakan dengan ekstrim dan dilakukan prosedur RCA.

2. Membentuk tim RCA

Membentuk tim RCA merupakan langkah berikutnya yang penting. Tanpa tim
yang representatif, hasil aktifitas RCA tidak akan valid. Rekomendasi yang
dihasilkannya pun tidak tepat. Oleh karena itu, perlu perhatian khusus untuk
menentukan siapa saja yang dipilih untuk menjadi anggota tim.

Sebagai pedoman, anggota tim haruslah orang-orang yang kompeten dalam


bidang yang akan dibahas. Kemudian, mereka juga harus dalam posisi netral, bukan
orang yang ada sangkut-pautnya langsung dengan masalah yang akan dibahas. Jika
diperlukan, dapat ditunjuk seorang ahli dari luar organisasi untuk menambah bobot dari
tim ini. Jumlah anggota tim jangan terlalu banyak. Ukuran yang normal adalah antara
5 sampai 8 orang.

Root cause analysis sebaiknya dilakukan oleh tim yang telah dilatih RCA,
matang, menguasai berbagai aspek pelayanan di rumah sakit, multidisipliner, gigih,
tidak mudah menyerah, teliti, dan jujur. Tim ideal yang disarankan terdiri dari ahli
analisis, peneliti atau ahli eksternal, kepala bidang atau salah satu direktur, dokter
spesialis atau konsultan, supervisor klinis keperawatan, dan seorang yang menguasai
unit kerja yang terlibat dengan baik.

Contoh:

Pada kasus tertusuk jarum di atas, anggota tim RCA adalah: manajer keperawatan,
manajer mutu, koordinator pengendalian infeksi, manajer penunjang medis, koordinator
K3.

9
3. Investigasi / Pengumpulan Data

Pada investigasi, dilakukan kajian terhadap laporan kasus. Kajian terhadap


laporan kasus dimulai dengan ringkasan kronologis kasus yang terjadi, pencatatan staf
yang terlibat, dan beberapa wawancara. Cahyono (2008) menambahkan bahwa dalam
pengumpulan informasi kasus ini hendaknya dilakukan dengan wawancara, observasi,
dan dokumentasi yang cermat, hati-hati, dan valid. Cermat berarti tidak meninggalkan
detail. Prinsip kehati-hatian dilakukan untuk menjaga objektivitas dan agar tidak
menyinggung perasaan staf. Valid berarti data yang dikumpulkan relevan sesuai dengan
keperluan.

4. Penyajian Data

Penyajian data dipergunakan sebagai alat memetakan kronologi kejadian. Ada


empat metode yang biasa dipakai dalam memetakan kronologi insiden, yaitu 1)
kronologi narasi; 2) timeline; 3) tabular timeline; dan 4) time person grid.

Kronologi narasi biasa dilakukan untuk mengawali pembahasan kasus atau


justru ditampilkan pada laporan akhir. Kronologi narasi cukup nyaman dibaca namun
tidak praktis untuk analisis karena kurang terstruktur. Gunakan kronologi narasi hanya
pada kasus yang tidak kompleks.

Timeline lebih mudah dibaca karena menyajikan urutan kejadian secara


sekuensial. Analisis lebih mudah dilakukan karena dapat dicari dari deretan kejadian
berbasis waktu.

Tabular timeline lebih lengkap daripada timeline karena telah selain menyajikan
urutan kejadian, juga dilengkapi dengan good practice dan masalah pelayanan pada tiap
kejadian yang dicatat. Tabular timeline cocok pada kejadian yang berlangsung lama dan
melibatkan berbagai orang dan unit kerja.

Time person grid digunakan pada kejadian dengan waktu pendek namun
melibatkan beberapa staf atau profesi. Kolom paling kiri memuat daftar staf, sementara
baris paling atas mencatat perjalanan waktu. Keberadaan staf dituliskan pada tiap kolom
di bawah waktu dari awal sampai akhir.

10
Pada kasus tertusuk jarum seperti di atas, kita cukup menggunakan narrative
chronology, karena insiden tersebut merupakan peristiwa tunggal dan prosesnya tidak
kompleks.

Contoh:

5. Identifikasi masalah

Prinsip utama dalam identifikasi masalah adalah menentukan penyimpangan dari


standar pelayanan yang sudah ada. Satu sentinel event bisa terdiri dari beberapa masalah
pelayanan. Secara umum, ada dua macam masalah pelayanan, yaitu error of omission
(tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan), dan error of comission
(melakukan sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan). Cara paling mudah dalam
mengidentifikasi masalah adalah dengan brainstorming dan dengan focused group
discussion.

6. Analisis Informasi

Bagian ini adalah bagian yang paling sulit. Komite keselamatan pasien rumah
sakit menawarkan enam cara analisis, namun kita akan membatasi dalam dua cara saja,
yaitu 5 why dan fishbone diagram. Dengan metode 5 why, peneliti akan lebih mudah
mencari penyebab sampai mendalam, sementara fishbone diagram memudahkan
peneliti mencari berbagai macam penyebab yang berkontribusi pada sentinel event.

Metode 5 why dilakukan dengan cara memperdalam pertanyaan yang diawali dengan
“mengapa” sebanyak lima kali. Contoh paling mudah adalah pada kasus pasien jatuh:

 “Mengapa pasien cedera?” — Karena jatuh.


 “Mengapa pasien jatuh?” — Karena pelindung sisi tempat tidur tidak
dipasang.

11
 “Mengapa pelindung sisi tempat tidur tidak dipasang?” — Karena
perawat yunior tidak tahu bahwa pelindung sisi tempat tidur harus dipasang.
 “Mengapa perawat yunior ini tidak tahu?” — Karena tidak dilatih.
 “Mengapa tidak dilatih?” — Karena rumah sakit belum mempunyai
program pelatihan bagi perawat baru.

Berbeda dengan metode 5 why yang dapat menganalisis masalah sampai dalam,
metode fishbone diagram menawarkan faktor kontribusi yang semakin banyak. Tuliskan
permasalahan pada kepala ikan, dan pada tulang belakangnya, gambarlah duri-duri yang
mewakili faktor kontribusi. Mulailah dengan empat kelompok dasar, yaitu pasien,
proses, staf pendukung, dan staf utama (Nelson dkk, 2007). Hati-hati mempergunakan
fishbone diagram. Bukan karena bahaya tertusuk duri, namun karena faktor kontribusi
yang dihasilkannya bisa sangat banyak sehingga menyulitkan analisis akar masalah.
Fishbone diagram sering juga disebut sebagai diagram Ishikawa.

Pertanyaan Triase RCA

1. Apakah masalah yang berkaitan dengan pengkajian merupakan faktor


dalam situasi ini?

Jika iya, lihat faktor manusia, pertanyaan faktor komunikasi

2. Apakah masalah yang berkaitan dengan pelatihan staf dan kompetensi


staf merupakan faktor dalam kejadian ini?

Jika iya, lihat faktor manusia, pertanyaan pelatihan

3. Apakah peralatan terlibat dalam kejadian ini?

Jika iya, lihat pertanyaan peralatan lingkungan dan faktor manusia, pertanyaan
pelatihan

4. Apakah kekurangan informasi atau salah interpretasi merupakan faktor


dalam kejadian ini?

Jika iya, lihat faktor manusia, pertanyaan faktor komunikasi

5. Apakah komunikasi merupakan faktor dalam kejadian ini?

Jika iya, lihat faktor manusia, pertanyaan faktor komunikasi

12
6. Apakah prosedur/ kebijakan/aturan yang memadai- dan kekurangannya –
merupakan faktor dalam kejadian ini?

Jika iya, lihat pertanyaan faktor prosedur kebijakan/aturan

7. Apakah kegagalan penghalang yang dirancang untuk melindungi pasien,


staf, peralatan, atau lingkungan merupakan faktor dalam kejadian ini?

Jika iya, liat penghalang dan tanggapan terhadap hal itu

8. Apakah personal dan masalah personal merupakan faktor dalam kejadian


in?

Jika iya, lihat faktor manusia, pertanyaan pelatihan, komunikasi dan


kelelahan/penjadwalan

Terus datang kembali ke pertanyaan ini hingga anda puas bahwa anda telah
menjawab semua pertanyaan anda

Pada kasus tertusuk jarum seperti di atas, contoh diagram tulang ikannya adalah
seperti dibawah ini

13
Hasil dari analisa ini adalah didapatkannya faktor yang berperan terhadap insiden
tersebut. Untuk setiap faktor yang berperan, dilakukan prosedur pertanyaan “5 Why”
sampai tidak ada jawaban lagi yang dapat dikemukakan. Jawaban terakhir itulah yang
biasanya merupakan akar masalah.

Pada kasus tertusuk jarum di atas, akar masalahnya adalah:

 Belum dilakukan tinjauan keselamatan pada alat (faktor peralatan).


 Belum ada prosedur yang aman (faktor kebijakan / prosedur).
 Barrier yang ada tidak dirancang untuk melindungi staf (faktor
penghalang).

Sebagai bagian akhir dari analisa ini, kita mencoba membuat pernyataan sebab
akibat, untuk menguji apakah akar masalah yang kita dapatkan berhubungan sebab
akibat dengan insiden yang terjadi. Juga untuk menguji, apakah jika akar masalah
tersebut di atasi, insiden dapat dihindari.

Contoh pernyataan sebab akibat:

Karena belum dilakukan tinjauan keselamatan pada syringe AGD, maka belum
ada mekanisme yang menjamin keselamatan selama memakai alat tersebut, yang
menyebabkan mekanisme yang ada gagal mencegah terjadinya insiden tertusuk jarum.

Belum ada prosedur yang aman menyebabkan jarum syringe AGD ditutup lagi
setelah digunakan dan dibawa keluar ruangan, yang mengakibatkan meningkatnya
peluang terjadinya insiden tertusuk jarum.

Penghalang yang ada tidak dirancang untuk melindungi staf yang menyebabkan
terjadinya insiden staf perawat tertusuk jarum.

7. Susun Rekomendasi

Menyusun rekomendasi merupakan hal yang paling penting dari aktifitas RCA ini.
Karena tanpa rekomendasi, masalah tidak dapat diselesaikan dan terus membebani
organisasi. Ibarat berobat ke dokter, pasien tidak cukup diberi tahu tentang
diagnosanya, tapi jauh lebih penting adalah diberi pengobatan yang tepat.

14
Menyusun rekomendasi memerlukan pengetahuan dan pemahaman yang memadai
tentang masalah yang sedang dihadapi. Disinilah arti penting dari anggota tim.
Anggota tim RCA harus memiliki kompetensi dan kapasitas yang memadai untuk
melakukan hal itu. Referensi yang dikumpulkan pada tahap mengumpulkan data di atas
dapat dipakai untuk membantu proses ini.

Ada satu alat yang sangat berguna untuk menyusun penyelesaian masalah ini.
Alat itu disebut analisa penghalang (barrier analysis).

Namun, sebelum masuk ke dalam analisa penghalang, kita perlu memahami


dahulu pengertian penghalang dihubungkan dengan kemampuannya mencegah
terjadinya insiden. Ilustrasi tentang penghalang dihubungkan dengan kemampuannya
mencegah terjadinya insiden adalah sebagai berikut:

Dari ilustrasi di atas, jelas terlihat bahwa tebal lapisan penghalang tidaklah sama.
Yang paling kuat adalah adanya alat, sedangkan yang paling lemah adalah kebijakan /
prosedur.

Contoh:

Aktifitas berenang: Memakai pelampung (alat) jauh lebih efektif dalam mencegah
insiden tenggelam dibandingkan berenang dengan prosedur yang benar (kebijakan /
prosedur).

Ilustrasi di atas memberikan penjelasan kepada kita, bahwa jika kita ingin mencari
solusi atas suatu masalah, utamakan solusinya adalah berupa alat / disain. Jika alat tidak
ada, barulah cari solusi lain.

15
Sekarang kita kembali ke analisa penghalang. Dengan berpedoman pada ilustrasi
di atas, maka analisa penghalang untuk kasus tertusuk jarum tersebut adalah

Berdasarkan analisa penghalang di atas, kita dapat membuat rekomendasi


penyelesaian masalah. Rekomendasi penyelesaian masalah yang baik harus juga
mencantumkan ukuran keberhasilan, penanggung jawab, dan batas waktu penyelesaian.
Tujuan dari itu adalah agar rekomendasi yang kita berikan dapat diukur keberhasilan
pelaksanaannya, jelas siapa penanggung jawabnya, serta ada batas waktu yang jelas
kapan rekomendasi itu harus terlaksana.

Contoh rekomendasi kasus tertusuk jarum dapat anda lihat dibawah ini :

8. Membuat Laporan RCA

16
Laporan RCA berisi rincian seluruh kegiatan pelaksanaan RCA mulai dari awal
sampai rekomendasi yang diberikan. Laporan ini kemudian disampaikan kepada
pemimpin organisasi untuk disetujui. Proses persetujuan ini sangat penting. Karena
tanpa persetujuan pemimpin, rekomendasi tak dapat dieksekusi dan dilaksanakan.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Root Cause Analysis (RCA) merupakan pendekatan terstruktur untuk


mengidentifikasi faktor-faktor berpengaruh pada satu atau lebih kejadian-kejadian yang
lalu agar dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja. Root cause analysis merupakan
suatu proses mengidentifikasi penyebab-penyebab utama suatu permasalahan dengan
menggunakan pendekatan yang terstruktur dengan teknik yang telah didesain untuk
berfokus pada identifikasi dan penyelesaian masalah. Menemukan akar masalah
merupakan kata kunci. Sebab, tanpa mengetahui akar masalahnya, suatu insiden tidak
dapat ditanggulangi dengan tepat, yang berakibat pada berulangnya kejadian insiden
tersebut dikemudian hari.

Salah satu budaya patient safety adalah mengkomunikasikan kesalahan,


melaporkan kesalahan dengan tetap berpegang pada keselamatan pasien dan belajar dari
kesalahan dan mendesain ulang sistem keselamatan pasien yang lebih baik. Untuk
menyelesaikan permasalahan yang terjadi, dicetuskan suatu ide sistem analisis yang
proaktif sebagai strategi pencegahan error. Oleh karena itu, mengidentifikasi dan
mengeliminasi akar suatu permasalahan merupakan hal yang sangat penting.

3.2 Saran

Setelah membaca makalah ini diharapkan tenaga medis khususnya perawat dan
calon perawat dapat memanfaatkan dan mengaplikasikan Root Cause Analysis (RCA)
dalam tindakan medis khususnya keperawatan. Untuk meningkatkan kinerja dan
keselamatan pasien.

18
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, JBSB. 2008. Membangun Budaya Keselamatan Pasien dalam Praktik


Kedokteran. Yogyakarta: Kanisius.

Doggett, AM (2004) Perbandingan statistik Tiga Alat Analisa Penyebab Diperoleh dari:

http://atmae.org/jit/Articles/doggett010504.pdf

Doggett, AM (2005). Analisa Penyebab: Sebuah Kerangka Selection Tool. Diperoleh


dari: http://people.wku.edu/mark.doggett/qmjv12i4doggett.pdf

19

You might also like