You are on page 1of 16

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN AKUNTANSI

SYARIAH

NAMA KELOMPOK :

PUTRI INDRIANA 43214010157


DENA SABILLA ANGGRAILITA 43214010162
MUTIARA DANA 43214010307

Program Studi Akuntansi


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2017
Kata Pengantar

Assalamualaikum wr.wb

Pertama-tama kita panjatkan puji dan syukur atas rahmat&ridho Allah SWT.
Karena tanpa rahmat dan ridho-Nya, kami tidak dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan selesai tepat waktu. Tidak lupa pula kami ucapkan Terima Kasih
kepada Ibu Fitri Indriawati, SE, M.Si yaitu dosen mata kuliah Akuntansi Syariah
yang membimbing kami dengan memberikan tugas ini sehingga kami lebih
mengerti mengenai “SEJARAH DAN PERKEMBANGAN AKUNTANSI SYARIAH”.

Dan tidak lupa kami meminta kepada para pembaca agar selalu
memberikan komentar baik dan buruknya makalah ini demi tercapainya makalah
yang baik, karena tanpa komentar dari pembaca maka makalah ini tidak dapat
diketahui kekurangannya.

Kurang atau lebihnya, kami selaku penulis meminta maaf apabila dalam
pembuatan makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan pada penulisannya.
Maka dari itu kami mohon saran dan kritik dari teman-teman maupun dosen demi
tercapainya makalah yang baik.

Terima kasih, wassalamualaikum wr.wb

Jakarta, 16 September 2017

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang di atas dapat disimpulkan rumusan masalahnya adalah :

1. Bagaimana Perkembangan Awal dan Sejarah Akuntansi ?


2. Bagaimana Perkembangan Akuntansi Syariah ?
3. Bagaimana Hubungan Akuntansi Modern dan Akuntansi Islam ?

C. TUJUAN MASALAH

Tujuan dari pembuatan makalah ini :

1. Menyelesaikan tugas makalah akuntansi syariah


2. Agar mahasiswa dapat memahami dan mengerti bagaimana
perkembangan awal dan sejarah akuntansi.
3. Agar mahasiswa dapat memahami dan mengerti bagaimana
perkembangan akuntansi syariah.
4. Agar mahasiswa dapat memahami dan mengerti bagaimana hubungan
akuntansi modern dan akuntansi islam.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Perkembangan Awal dan Sejarah Akuntansi

 Perkembangan Awal Akuntansi

Pada awalnya akuntansi merupakan bagian dari ilmu pasti, yaitu bagian dari
ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan masalah hukum alam dan
perhitungan yang bersifat memiliki kebenaran absolut. Sebagai bagian dari ilmu
pasti yang perkembangannya bersifat akumulatif, maka setiap penemuan metode
baru dalam akuntansi akan menambah dan memperkaya ilmu akuntansi tersebut.
Bahkan pemikir akuntansi pada awal perkembangannya merupakan seorang ahli
matematika seperti Luca Paciolli dan Musa Al-khawarizmy.

Penemuan metode baru dalam akuntansi senantiasa mengalami penyesuaian


dengan kondisi setempat, sehingga dalam perkembangannya, ilmu akuntansi
lebih cenderung menjadi bagian dari ilmu sosial (social science), yaitu bagian dari
ilmu pengetahuan yang mempelajari fenomena keadaan masyarakat dengan
lingkungan yang bersifat lebih relatif.

Perubahan ilmu akuntansi dari bagian ilmu pasti menjadi ilmu sosial lebih
disebabkan oleh faktor-faktor perubahan dalam masyarakat yang semula
dianggap sebagai sesuatu yang konstan, misalnya transaksi usaha yang akan
dipengaruhi oleh budaya dan tradisi serta kebiasaan dalam masyarakat. Oleh
karena itu, akuntansi masih berada ditengah-tengah pembagian ilmu tersebut
hingga kini. Bahkan mayoritas pemikir akuntansi saat ini masih manitikberatkan
peda pemikiran positif melalui penggunaan data empiris dengan pengolahan yang
bersifat matematis.

Akuntansi dalam islam merupakan alat (tool) untuk melaksanakan perintah


Allah SWT dalam (QS 2:282) untuk melakukan pencatatan dalam melakukan
transaksi usaha. Implikasi lebih jauh adalah keperluan terhadap suatu sistem
pencatatan tentang hak dan kewajiban, pelapor yang terpadu dan komprehensif.

Islam memandang akuntansi tidak sekedar ilmu yang bebas nilai untuk
melakukan pencatatn dan pelaporan saja, tetapi juga sebagai alat untuk
menjalankan nilai-nilai islam (Islamic values) sesuai ketentuan syariah.

Perkembangan akuntansi dengan domain “aritmathic quality”-nya, sangat


ditopang oleh ilmu lain khususnya aritmathic, algebra, mathematics, algorithm
pada abad ke-9 M. ilmu ini lebih dahulu berkembang sebelum perkembangan
bahasa. Ilmu penting ini ternyata dikembangkan oleh filosofi islam yang terkenal
yaitu Abu Ya’kub bin Ishaq Al Kindi yang lahir tahun 801 M. Al Karki (1020) dan
Al-khawarizmy yang merupakan asal kata dari alGorithm, algebra juga berasal dari
kata Arab yaitu “al-jabr”. Demikian juga penemuan Al-khawarizmy berupa sistem
nomor, desimal, dan angka “0” (zero, sifr, koosong, nol) yang kita pakai sekarang
yang disebut angka Arab sudah dikenal sejak 830 m, yang sudah diakui oleh
Hendriksen penulis buku “Accounting Theory” merupakan sumbangan Arab Islam
terhadap akuntansi.

Ibnu Khaldun (lahir tahun 1332) adalah seorang filosof Islam yang juga telah
bicara tentang politik, sosiologi, ekonomi, bisnis, perdagangan. Bahkan ada
dugaan bahwa pemikiran mereka itulah yang sebenarnya dikemukakan oleh para
filosof Barat belakangan yang muncul pada abad ke-18 M. Al-khawarizmy-lah
yang memberikan kontribusi besar bagi perkembangan matematika modern
Eropa. Akuntansi modern yang dikembangkan dari persamaan algebra dengan
konsep-konsep dasarnya untuk digunakan memecahkan persoalan pembagian
harta warisan secara adil sesuai dengan syariah yang ada di al-Quran, perkara
hukum (law suit) dan praktik bisnis perdagangan.

Sudah banyak pula ahli akuntan yang mengakui keberadaan akuntansi Islam
itu, misalnya RE Gambling, William Roget, Baydoun, Hayashi dari Jepang, dan
lain-lain. Seperti Paciolli yang memperkenalkan sistem double entry melalui ilmu
matematika. Sistem akuntansi dibangun dari dasar kesamaan akuntansi Aset =
Liabilitas + Ekuitas (A = L + E). Karena aljabar ditemukan pertama-tama oleh
ilmuwan muslim dizaman keemasan Islam, maka sangat logis jika ilmu akuntansi
juga telah berkembang pesat di zaman itu, paling tidak menjadi dasar
perkembangannya.

 Sejarah Akuntansi

Akuntansi merupakan salah satu profesi tertua di dunia. Dari sejak zaman
prasejarah, keluarga memiliki perhitungan tersendiri untuk mencatat makanan dan
pakaian yang harus mereka persiapkan dan mereka gunakan pada saat musim
dingin. Ketika masyarakat mulai menganal adanya “perdagangan”, maka pada
saat yang sama mereka telah mengenal konsep nilai (value)dan memulai sistem
moneter (monetary system). Bukti tentang pencatatan (bookkeeping) tersebut
dapat ditemukan dari mulai kerajaan Babilonia (4500 SM), Firaun Mesir dan kode-
kode Hammurabi (2250 SM), sebagaimana ditemukan adanya kepingan
pencatatan akuntansi di Ebla, Syria Utara.

Paciolli, seorang ilmuwan dan pengajar dibeberapa universitas yang lahir di


Tuscany-Italia pada tahun 1445, merupakan orang yang dianggap menemukan
persamaan akuntansi untuk pertama kali pada tahun 1494 dengan bukunya :
Summa de Arithmetica Geometria et Proportionalita (A Review of Arithmetic,
Geometry and Proportions). Dalam buku tersebut, beliau menerangkan mengenai
double entry bookkeeping sebagai dasar perhitungan akuntansi modern, bahkan
juga hampir seluruh kegiatan rutin akuntansi yang kita kenal saat ini seperti
penggunaan jurnal, buku besar (ledger) dan memorandum. Pada penjelasan
mengenai buku besar telah termasuk asset, utang, modal, pendapatan dan beban.
Ia juga telah menjelaskan mengenai ayat jurnal penutup (closing entries) dan
menggunakan neraca saldo (trial balance) untuk mengetahui saldo buku besar
(ledger).

Sebenarnya, Luca Paciolli bukanlah orang yang menemukan double entry


book keeping system, mengingat sistem tersebut telah dilakukan sejak adanya
perdagangan antara Venice dan Genoa pada awal abad ke-13 M setelah
terbukanya jalur perdagangan antara Timur Tengah dan Kawasan Mediterania.
Bahkan, pada tahun 1340 Bendahara kota Massri telah melakukan pencatatan
dalam bentuk double entry. Hal ini pun diakui oleh Luca Paciolli bahwa apa yang
telah dituliskannya berdasarkan apa yang telah terjadi di Venice sejak satu abad
sebelumnya.

Menurut Peragallo, orang yang menuliskan double entry pertama kali adalah
seorang pedagang yang bernama Banedetto Contrugli dalam buku Della Mercatua
el del Mercate Perfetto pada tahun 1458 namun baru diterbitkan pada tahun 1573.

Menurut Vernon Kam (1990), ilmu akuntansi diperkenalkan pada zaman


Feodalisme Barat. Namun, setelah dilakukan penelitian sejarah dan arkeologi
ternyata banyak data yang membuktikan bahwa jauh sebelum penulisan ini sudah
dikenal akuntansi. Perlu diingat bahwa matematika dan sistem angka sudah
dikenal Islam sejak abad ke-9 M. ini berarti bahwa ilmu matematika yang ditulis
Luca Paciolli pada tahun 1491 bukan hal yang baru lagi karena sudah dikenal
Islam 600 tahun sebelumnya dalam buku “Accounting Theory”, Vernon Kam
(1990) menulis :

“Menurut sejarahnya, kita mengetahui bahwa sistem pembukuan double entry


muncul di Italia pada abad ke-13. Itulah catatan paling tua yang kita miliki
mengenai sistem akuntansi “double entry” sejak akhir abad ke-13 itu. Namun
adalah mungkin sistem double entry sudah ada sebelumnya.

Hendriksen, dalam buku “Accounting Theory” menulis :

“…the introduction pf Arabic Numerical greatly facilitated the growth of


accounting.” Penemuan angka Arab sangat membantu perkembangan
akuntansi).

Kutipan ini menandai anggapan bahwa sumbangan Arab terhadap


perkembangan disiplin akuntansi sangat besar. Dapat kita catat bahwa
penggunaan angka Arab mempunyai andil besar dalam perkembangan ilmu
akuntansi. Artinya besar kemungkinan bahwa dalam peradaban Arab sudah ada
metode pencatatan akuntansi. Bahkan mungkin mereka yang memulainya.
Bangsa Arab pada waktu itu sudah memiliki administrasi yang cukup maju, praktik
pembukuan telah menggunakan buku besar umum, jurnal, buku kas, laporan
periodik dan penutupan buku.

Majunya peradaban sosial budaya Arab waktu itu tidak hanya pada aspek
ekonomi atau perdagangan saja, tetapi juga pada proses transformasi ilmu
pengetahuan yang berjalan dengan baik. Selain, aljabr, Alkhawarizmi (logaritma)
juga telah berkembang kedokteran dari Ibnu Sina (Avicenna), kimia karya besar
Ibnu Risyd (Averos), ilmu ekonomi (Ibnu Khaldun), dan lain-lain. Jadi pada masa
itu Islam telah menciptakan ilmu murni atau pure science (aljabar, ilmu ukur, fisika,
kimia) dan juga ilmu terapan atau applied science (kedokteran, astronomi dan
sebagainya).

Menurut Littleton (dalam Boydoun, 1959) perkembangan akuntansu di suatu


lokasi tidak hanya disebabkan oleh masyarakat di lokasi itu sendiri, melainkan juga
dipengaruhi oleh perkembangan pada saat atau periode waktu tersebut dan dari
masyrakat lainnya. Mengingat bahwa Paciolli sendiri telah mengakui bahwa
akuntansi telah dilakukan satu abad sebelumnya dan Venice sendiri telah menjadi
salah satu pusat perdagangan terbuka, maka sangat terbuka kemungkinan bahwa
telah terjadi pertukaran informasi dengan para pedagang muslim yang telah
mengembangkan hasil pemikiran dari ilmuwan muslim. Lieber (dalam Boydoun,
1968), menyatakan bahwa para pemikir di Italia memiliki pengetahuan tentang
bisnis yang baik disebabkan hubungannya dengan rekan bisnis muslimnya.
Bahkan, Have (1976) mengatakan bahwa Italia meminjam konsep double entry
dari Arab.

Para ilmuwan muslim sendiri telah memberikan kontribusi yang besar,


terutama adanya penemuan angka nol dan konsep perhitungan desimal.
Mangingat orang-orang Eropa mengerti aljabar dengan menerjemahkan tulisan
dari bahasa Arab, tidak mustahil bahwa merekalah yang pertama kali melakukan
bookkeeping (Heaps, dalam Napier, 2007). Para pemikir Islam itu antara lain: Al
Khasandy, Jabir Ibnu Hayyan, Ar Razy, Al Kindy, Al Khawarizmy, Avicenna, Abu
Bacer dan Al Mazendarany.

Transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi pada masyarakat


Arab menarik sejumlah kalangan ilmuwan dari Eropa seperti Leonardo Fibonacci
da Pisa yang melakukan perjalanan ilmiahnya ke Timur Tengah. Dialah yang
memperkenalkan angka Arab dan alajabar atau metode perhitungan ke benua
Eropa pada tahun1202 melalui bukunya yang berjudul “Liber Abacci” serta
memasyarakatkan penggunaan angka Arab tersebut pada kehidupan sehari-hari
termasuk dalam kegiatan ekonomi dan transaksi perdagangan. Sementara teknik
tata buku berpasangan di Eropa itu sendiri dimulai pada tahun 1135 M di Palermo,
Sicirly, Italia yang menunjukkan dominasi pengaruh pencatatan pembukuan Arab.

Selain dari bangsa Eropa yang belajar ke Timur Tengah, pedagang-pedagang


muslim pun tak kalah andilnya di dalam menyiarkan (transformasi) ilmu
pengetahuan. Ini dimungkinkan, mengingat kekuasaan Islam saat ini sudah
menyebar hampir separuh daratan Eropa dan afrika, dari Jazirah Arab, meluas ke
Byzantium, Mesir, Suriah, Palestina, Irak (Mesopotamia, Persia, seluruh Afrika
Utara) berlanjut ke Spanyol dengan penyerbuan pasukan yang dikomandani
Panglima Jabal Thariq (kemudian dikenal dengan selat Giblartar), ke Italia dan
daerah-daerah Asia Timur sampai perbatasan Cina.

Terjadinya proses tranformasi ilmu pengetahuan tadi, juga dimungkinkan


mengingat Al-Quran yang menyerukan semua orang untuk berdakwah. Kota-kota
yang berada diwilayah kekuasaan Islam tersebut seperti Kairo, Alexandria,
Damsyik, Baghdad merupakan pusat perdagangan internasional yang cukup
pesat dan ramai. Melalui perdagangan inilah kebudayaan dan teknologi muslim
tersebar di Eropa Barat, Amalfi, Venice, Pisa dan Genoa merupakan pelabuhan
utama yang terpenting yang menghubungkan perdagangan dari pelabuhan
perdagangan muslim di Afrika Utara dan Laut Tengah bagian timur, ke kota-kota
Kristen seperti Barcelona, Konstantinopel dan Acre.

Apa yang dilakukan oleh Luca Paciolli memiliki kemiripan dengan apa yang
telah disusun oleh pemikir muslim pada abad ke-8-10 M. kemiripan tersebut
amtara lain (Siswantoro, 2003) adalah sebagai berikut.

Tahun Luca Paciolli Islam


In the name of God Bismillah (dengan nama Allah
Client Mawla
Cheque Sakk
Separate Sheet Waraka Khidma
Closing Book Yutbak
622 M Journal Jaridah
750 M Receivable-Subsidiary Ledger Al Awraj
750 M General Journal Daftar Al Yawmiah
750 M Journal Voucher Ash Shadad
Abad 8 M Collectible Debt Arra’ej Menal Mal
Uncollectible Debt Munkaser Menal Mal
Doubtful, difficult, complicated debt Al Mutaakhher wal Mutahyyer
Auditing Hisab
Chart of Account Sabh Al asha

telah disebutkan diawal bab ini bahwa akuntansi sebagai bagian dari ilmu
sosial (social science), memungkinkan terjadinya pengulangan (repetition) di
berbagai masyarakat, sehingga keterlibatan akuntansi syariah dalam
perkembangan akuntansi konvensional ataupun sebaliknya masih diperdebatkan
hingga saat ini (Napier, 2007).

2. Perkembangan Akuntansi Syariah

 Zaman Awal Perkembangan Islam

Pendeklarasian Negara Islam Madinah (tahun 622 M atau bertepatan dengan


tahun 1 H) didasari oleh konsep bahwa seluruh muslim adalah bersaudara tanpa
memandang ras, suku, warna kulit dan golongan, sehingga seluruh kegiatan
kenegaraan dilakukan secara bersama dan gotong-royong di kalangan para
muslimin. Hal ini dimungkinkan karena Negara yang baru berdiri tersebut hampir
tidak memiliki pemasukan ataupun pengeluaran. Muhammad Rasulullah SAW
bertindak sebagai seorang Kepala Negara yang juga merangkap sebagai Ketua
Mahkamah Agung, Mufti Besar dan Panglima Perang Tertinggi juga penanggung
jawab administrasi Negara. Bentuk sekretariat Negara masih sangat sederhana
dan baru didirikan pada akhir tahun ke-6 Hijriah.

Telah menjadi tradisi, bahwa bangsa Arab melakukan 2 kali perjalanan kafilah
perdagangan, yaitu musim dingin dengan tujuan perdagangan ke Yaman dan
musim panas dengan tujuan ke As-Syam (sekarang Syria, Lebanon, Jordania,
Palestina dan Israel). Perdagangan tersebut pada akhirnya berkembang hingga
ke Eropa terutama setelah penaklukan mekkah.

Dalam perkembangan selanjutnya, ketika ada kewajiban zakat dan ’ushr


(pajak pertanian dari muslim), perluasan wilayah sehingga dikenal adanya jizyah
(pajak perlindungan dari nonmuslim) dan kharaj (pajak hasil pertanian dari
nonmuslim), maka Rasul mendirikan Baitul Maal pada awak abad ke-7. Konsep ini
cukup maju pada zaman tersebut di mana seluruh penerimaan dikumpulkan
secara terpisah dengan pemimpin Negara dan baru akan dikeluarkan untuk
kepentingan Negara. Walaupun disebutkan pengelolaan Baitul Maal masih
sederhana, tetapi nabi telah menunjuk petugas qadi, ditambah para sekretaris dan
pencatat administrasi pemerintahan. Mereka ini berjumlah 42 orang dan dibagi
dalam empat bagian yaitu: sekretaris pernyataan, sekretaris hubungan dan
pencatatan tanah, sekretaris perjanjian, dan sekretaris peperangan.

 Zaman Empat Khalifah

Pada pemerintahan Abu Bakar, pengelolaan Baitul Maal masih sangat


sederhana dimana penerimaan dan pengeluaran dilakukan secara seimbang
sehingga hampir tidak pernah ada sisa.

Perubahan sistem administrasi yang cukup signifikan dilakukan di era


kepemimpinan khalifah Umar bin Khattab dengan memperkenalkan istilah Diwan
oleh Sa’ad bin Abi Waqqas (636 M). Asal kata Diwan dari bahasa Arab yang
merupakan bentuk kata benda dari Dawwana yang berarti penulisan. Diwan dapat
di artikan sebagai tempat dimana pelaksana duduk, berkerja dan dimana
akuntansi dicatat dan disimpan. Diwan ini berfungsi untuk mengurusi pembayaran
gaji.

Khalifah Umar menunjukkan beberapa orang pengelola dan pencatat dari


Persia untuk mengawasi pembukuan Baitul Maal. Pendirian Diwan ini berasal dari
usulan Homozon-seorang tahanan Persia dan menerima Islam-dengan
menjelaskan tentang sistem administrasi yang dilakukan oleh Raja Sasanian
(Siswantoro, 2003). Ini terjadi setelah peperangan Al-Qadisiyyah-Persia dengan
panglima perang Sa’ad bin Abi Waqqas, Al Walid bin Mughirah yang juga sahabat
nabi mengusulkan agar ada pencatatan untuk penerimaan dan pengeluaran
Negara.

Hal ini kembali menunjukkan bahwa akuntansi berkembang dari suatu lokasi
ke lokasi lain sebagai akibat dari hubungan antar masyarakat. Selain itu, Baitul
Maal juga sudah tidak terpusat lagi di Madinah tapi juga daerah-daerah taklukan
Islam. Diwan yang dibentuk oleh khalifah Umar memiliki 14 department dan 17
kelompok, di mana pembagian department tersebut menunjukkan adanya
pembagian tugas dalam sistem keuangan yang baik. Pada masa itu istilah awal
pembukuan di kenal dengan Jarridah atau menjadi istilah Journal dalam bahasa
inggris yang berarti berita. Di Venice istilah ini dikenal dengan sebutan zournal.

Fungsi akuntansi telah dilakukan oleh berbagai pihak dalam istilah Islam
seperti: Al-Amil, Mubashor, Al-Katib, namun yang paling terkenal adalah Al-Katib
yang menunjukkan orang yang bertanggung jawab untuk menuliskan dan
mencatat informasi baik keuangan maupun nonkeuangan. Sedangkan, untuk
khusus akuntan dikenal juga dengan nama Muhasabah/Muhtasib yang
menunjukkan orang yang bertanggung jawab melakukan perhitungan.

Muhtasib adalah orang yang bertanggung jawab atas lembaga Al Hisba tidak
bertanggung jawab kepada eksekutif. Muhtasib bisa juga menyangkut
pengawasan pasar yang bertanggung jawab tidak hanya menyangkut masalah
ibadah. Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa Muhtasib adalah kewajiban publik.
Muhtasib ini bertugas menjelaskan berbagai tindakan yang tidak pantas dilakukan
dalam berbagai bidang kehidupan. Termasuk tugas muhtasib adalah mengawasi
orang yang tidak shalat, tidak puasa, mereka yang memiliki sifat dengki,
berbohong, melakukan penipuan, mengurangi timbangan, praktik kecurangan
dalam industri, perdagangan, agama dan sebagainya (Shiddiqi dalam Boydoun,
1982).

Muhtasib memiliki kekuasaan yang luas, termasuk pengawasan harta,


kepentingan sosial, pelaksanaan ibadah pribadi dan pemeriksaan transaksi bisnis.
Akram Khan memberikan 3 (tiga) kewajiban muhtasib, yaitu sebagai berikut.

1. Pelakaan hak Allah termasuk kegiatan ibadah: semua jenis shalat,


pemeliharaan masjid.
2. Pelaksanaan hak-hak masyarakat: perilaku di pasar, kebenaran
timbangan, kejujuran bisnis.
3. Pelaksanaan yang berkaitan dengan keduanya: menjaga kebersihan jalan,
lampu jalan, bangunan yang menganggu masyarakat dan sebagainya.

Pada zaman kekhalifahan sudah dikenal Keuangan Negara. Kedaulatan Islam


telah memiliki departemen-departemen atu disebut dengan Diwa, ada Diwan
Pengeluaran (Diwan An-nafaqat), Militer (Diwan Al Jayash), pengawasan,
pemungutan hasil dan sebagainya. Diwan Pengawas Keuangan disebut Diwan Al-
Kharaj yang bertugas mengawasi semua hal yang berkaitan dengan penghasilan.
Pada zaman khalifah Mansur dikenal Khitabah al Rasul al Shurta. Salah satu
pejabat di dalamnya itulah disebut muhtasib yang lebih difokuskan pada sisi
pengawasan pelaksanaan agama dan moral, misalnya mengenai timbangan,
kecurangan dalam penjualan, orang yang tidak bayar utang, orang yang tidak
shalat jumat, tidak puasa pada bulan Ramadan, pelaksanaan masa idah, bahkan
termasuk memeriksa iman. Ia juga menjaga moral masyarakat, hubungan laki-laki
dengan perempuan, menjaga jangan ada yang minum arak, melarang music yang
diharamkan, mainan yang tidak baik, transaksi bisnis yang curang, riba, kejahatan
pada budak, binatang dan sebagainya.

Di sisi lain, ada juga fungsi muhtasib dalam bidang pelayanan umum (public
services) misalnya: pemeriksaan kesehatan, supplai air, memastikan orang miskin
mendapat tunjangan, bangunan yang mau roboh, memeriksa kelayakan
pembangunan rumah, ketidaknyamanan dan keamanan berlalu lintas, jalan untuk
pejalan kaki, menjaga keamanan dan kebersihan pasar. Dari berbagai fungsi
shahib al shurta dan muhtasib ini dapat disimpulkan bahwa fungsi utamanya
adalah untuk mencegah pelanggaran terhadap hukum baik hukum sipil maupun
hukum agama.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa akuntansi Islam adalah menyangkut semua


praktik kehidupan yang lebih luas tidak hanya menyangkut praktik ekonomi dan
bisnis sebagaimana dalam sistem kapitalis. Akuntansi Islam sebenarnya lebih luas
dari hanya perhitungan angka, informasi keuangan atau pertanggungjawaban. Dia
menyangkut semua penegakkan hukum sehingga tidak ada pelanggaran hukum
baik hukum sipil atau hukum yang berkaitan dengan ibadah. Kalau ini yang kita
anggap sebagai unsur utamanya akuntansi, maka lebih “compatible” dengan
sistem akuntansi Ilahiyah dan Akuntansi Amal yang kita kenal dalam Al-Quran atau
lebih dekat dengan “auditor” dalam bahasa akuntansi kontemporer.

Pengembangan lebih komprehensif mengenai Baitul Maal dilanjutkan pada


masa Khalifah Ali bin Abi Thalib. Pada masa pemerintahan beliau, sistem
administrasi Baitul Maal baik ditingkat pusat dan lokal telah bejalan baik serta telah
terjadi surplus pada Baitul Maal dan dibagikan secara prporsional sesuai tuntunan
Rasulullah. Adanya surplus ini menunjukkan bahwa proses pencatatn dan
pelaporan telah berlangsung dengan baik.

3. Hubungan Akuntansi Modern dan Akuntansi Islam

Perkembangan ilmu pengetahuan termasuk sistem pencatatn pada zaman


dinasti Abbasiah (750-1258 M) sudah demikian maju, sementara pada kurun
waktu yang hampir bersamaan, Eropa masih berada dalam periode The Dark
Ages. Dari sini, kita dapat melihat hubungan antara Luca Paciolli dan Akuntansi
Islam.

Luca Paciolli sebagimana telah diterangkan pada bagian sebelumnya, adalah


seorang ilmjun sekaligus juga seorang pengajar di beberapa universitas Italia
seperti Venice, Milan Florence dan Roma. Untuk itu, beliau telah membaca banyak
buku termasuk bukuyang telah diterjemahkan. Hal ini dibuktikan bahwa sejak
tahun 1202 M, buku-buku para ilmuwan muslim/arab telah banyak diterjemahkan
ke Negara Eropa seperti yang dilakukan oleh Leonardo Fibinacci of Pisa dengan
judul Liber Abacci, Verba Filiorum dan Epistola de proportitione et
proportionalitate. Pisa banyak belajar mengenai angka dan bahasa Arab.
Sehingga didalam bukunya disebutkan bahwa ia menyarankan danmenerangkan
manfaat mengenai angka Arab termasuk dalam pencatatn transaksi.

Pada tahun 1429 M, angka Arab dilarang untuk digunakan oleh pemerintah
Italia. Luca Paciolli selalu tertarik untuk belajar tentang hal tersebut serta belajar
dari Alberti seorang ahli matematika yang belajar dari pemikir Arab dan selalu
menjadikan karya Pisa sebagai rujukan. Tahun 1484 M, Paciolli pergi dan bertemu
dengan temannya Onofrio Dini Florence seorang pedagang yang suka berpergian
ke Afrika Utara dan Konstantinopel, sehingga diduga Paciolli mendapat ide
tentang double entry tersebut dari temannya ini. Bahkan, Alferd Lieber (1969)
mendukung pendapat tersebut bahwa memang ada pengaruh pedagang Arab
pada Italia, walaupun Arab itu tidak berarti hanya muslim saja.

Alasan teknis yang mendukung hal tersebut adalah: Luca Paciolli mengatakan
bahwa setiap transaksi harus dicatat dua kali yaitu di sisi sebelah kredit dan di sisi
sebelah debit. Dengan kata lain bahwa pencatatan harus diawali dengan menulis
sebelah kredit kemudian di sebelah debit. Hal ini memunculkan dugaan bahwa
Paciolli menerjemahkan hal tersebut dari bahasa Arab yang memang menulis dari
sebelah kanan.

Penelitian tentang sejarah dan perkembangan akuntansi memang perlu dikaji


lebih dalam lagi mengingat masih dipertanyakan bukti-bukti autentik/langsung
tentang hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh Napier (2007). Hal tersebut
tentu harus tetap dilakukan oleh para ilmuwan muslim saat ini dan pembuktian
tersebut akan menempouh jalan masih panjang mengingat bukti-bukti autentik dari
zaman
BAB III

PENUTUP

You might also like

  • Ipi 309841
    Ipi 309841
    Document4 pages
    Ipi 309841
    Wendo Bijaksono
    No ratings yet
  • Langkah Rab
    Langkah Rab
    Document5 pages
    Langkah Rab
    Wendo Bijaksono
    No ratings yet
  • Pendahuluan & Tata Aturan
    Pendahuluan & Tata Aturan
    Document7 pages
    Pendahuluan & Tata Aturan
    Wendo Bijaksono
    No ratings yet
  • Plagiarism
     Plagiarism
    Document19 pages
    Plagiarism
    Wendo Bijaksono
    No ratings yet
  • Cover
    Cover
    Document5 pages
    Cover
    Wendo Bijaksono
    No ratings yet
  • Arti Dari Google
    Arti Dari Google
    Document114 pages
    Arti Dari Google
    Wendo Bijaksono
    No ratings yet
  • CV M Mutazar
    CV M Mutazar
    Document1 page
    CV M Mutazar
    Wendo Bijaksono
    No ratings yet
  • JRD
    JRD
    Document10 pages
    JRD
    Wendo Bijaksono
    No ratings yet
  • Bab I
    Bab I
    Document5 pages
    Bab I
    Wendo Bijaksono
    No ratings yet
  • Bab V
    Bab V
    Document1 page
    Bab V
    Wendo Bijaksono
    No ratings yet
  • Cover Judul
    Cover Judul
    Document1 page
    Cover Judul
    Wendo Bijaksono
    No ratings yet
  • Maintenance Service New
    Maintenance Service New
    Document15 pages
    Maintenance Service New
    Wendo Bijaksono
    No ratings yet
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Document2 pages
    Bab Ii
    Wendo Bijaksono
    No ratings yet
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Document1 page
    Daftar Pustaka
    Wendo Bijaksono
    No ratings yet
  • Bab Ii - TP
    Bab Ii - TP
    Document14 pages
    Bab Ii - TP
    Wendo Bijaksono
    No ratings yet
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Document2 pages
    Kata Pengantar
    Wendo Bijaksono
    No ratings yet
  • Cover
    Cover
    Document1 page
    Cover
    Wendo Bijaksono
    No ratings yet
  • Cover
    Cover
    Document1 page
    Cover
    Wendo Bijaksono
    No ratings yet