You are on page 1of 4

1.

Bahaya Penggunaan Bahan Peledak untuk Menangkap Ikan

Gambar 1. Penggunaan bahan peledak di laut


a. Awal penangkapan ikan menggunakan bahan peledak
Awalnya, penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak diperkenalkan di Indonesia
pada masa perang dunia ke dua. Penangkapan ikan dengan cara ini sangat banyak digunakan,
sehingga sering dianggap sebagai cara penangkapan ikan “tradisional”. Pengeboman ikan pada
mulanya menggunakan bahan peledak komersial berkembang dan cenderung membuat bahan
peledak sendiri dengan menggunakan pupuk kimia, setiap bom beratnya kurang lebih 1 kg dan
ledakannya membunuh ikan dalam radius 15 – 20 meter, terumbu seluas 500 m2 dan
menciptakan lubang di terumbu dengan diameter 3-4 meter, dan pengebom mencari ikan yang
hidup berkelompok (ikan bibir tebal, kerapu, ekor kuning, kakap tua dan surgeon) yang menjadi
sasaran utamanya (Asbar, 2009).

Baca Juga : Pengaruh Cara Perlakuan (Pengolahan), Penyimpanan Terhadap Kandungan Gizi
Makanan

b. Cara penggunaan bahan peledak untuk menangkap ikan


Meskipun peledak yang digunakan berubah dari waktu ke waktu hingga yang paling sederhana
yaitu dengan menggunakan minyak tanah dan pupuk kimia dalam botol, cara penangkapan yang
merusak ini pada dasarnya sama saja. Para penangkap ikan mencari gerombol ikan yang terlihat
dan didekati dengan perahunya. Dengan jarak sekitar 5 meter, peledak yang umumnya memiliki
berat sekitar satu kilogram ini dilemparkan ke tengah tengah gerombol ikan tersebut. Setelah
meledak, para nelayan tersebut memasuki wilayah perairan untuk mengumpulkan ikan yang mati
atau terkejut karena gelombang yang dihasilkan ledakan dengan menyelam langsung atau
dengan menggunakan kompresor. Ledakan tersebut dapat mematikan ikan yang berada dalam 10
hingga 20 m radius peledak dan dapat menciptakan lubang sekitar satu hingga dua meter pada
terumbu karang tempat ikan tersebut tinggal dan berkembang biak

c. Target Ikan yang di tangkap menggunakan bahan peledak


Para penangkap ikan menggunakan cara peledakan, biasanya mencari ikan yang hidupnya
bergerombol. Ikan-ikan karang yang berukuran besar seperti bibir tebal dan kerapu yang biasa
hidup di bawah terumbu karang menjadi sasaran utamanya. Ikan ekor kuning hidup di sepanjang
tubir, atau ikan kakaktua dan kelompok ikan surgeonfish, juga menjadi sasaran peledakan.
Karena besarnya gelombang ledakan, terkadang ikan yang ada di tepi perairan terbuka pun
sering menjadi sasaran. Ikan-ikan tersebut antara lain ikan mackerel dan ikan sarden

d. Kerugian yang ditimbulkan akibat penggunaan bahan peledak


Terumbu karang yang terkena peledakkan secara terus menerus, seringkali tinggal puing-puing
belaka. Terumbu karang dalam yang rusak ini sulit sekali untuk dipulihkan, karena kondisinya
yang berupa puing dan tidak stabil, di atas substrat seperti ini larva karang sulit untuk tumbuh
dan berkembang biak (lihat Buku Panduan Mengenai Ekosistem Terumbu Karang dan
Ekosistem Terkait Lainnya). Selain itu, terumbu karang mati ini tidak lagi menarik bagi ikan
dewasa yang berpindah dan mencari tempat tinggal untuk membesarkan anakan ikannya,
sehingga menurunkan potensi perikanan di masa datang. Selain itu, peledakan terumbu karang
juga menyebabkan banyaknya ikan dan organisme yang hidup dalam komunitas terumbu karang
tersebut, yang bukan merupakan sasaran penangkap ikan, turut mati.

e. Daerah Indonesia yang banyak menggunakan bahan peledak untuk menangkap ikan
Penangkapan ikan dengan peledak seperti ini merupakan tindakan yang melanggar hukum dan
lebih banyak dijumpai di wilayah Indonesia timur. Hal ini karena populasi manusia yang lebih
rendah menyebabkan berkurangnya peluang untuk tertangkap oleh patroli polisi lebih kecil.
Selain itu, di perairan wilayah barat Indonesia menunjukkan ketersediaan ikan yang telah sangat
berkurang, sehingga menangkap ikan dengan menggunakan peledak tidak lagi menguntungkan
(Pet-Soede dan Erdmann).

2. Bahaya Penggunaan Bahan Kimia Sianida untuk Menangkap Ikan

Gambar 2. Racun sianida


a. Mengapa banyak yang menggunakan racun Sianida untuk menangkap ikan?
Penggunaan racun sianida (sodium sianida) yang dilarutkan dalam air laut banyak digunakan
untuk menangkap ikan atau organisme yang hidup di terumbu karang dalam keadaan hidup.
Racun sianida yang sering disebut sebagai “bius” biasanya merupakan cara favorit untuk
menangkap ikan hias, ikan karang yang dimakan (seperti keluarga kerapu dan Napoleon wrasse),
dan udang karang (Panulirus spp.)

b. Cara penggunaan bahan kimia Sianida untuk menangkap ikan


Pada dasarnya, penangkapan ikan seperti ini melibatkan penyelam langsung atau menggunakan
kompresor yang membawa botol berisi cairan sianida dan kemudian disemprotkan ke ikan
sasaran untuk mengejutkannya. Dalam jumlah yang memadai, racun ini membuat ikan atau
organisme lain yang menjadi sasaran “terbius” sehingga para penangkap ikan dengan mudah
mengumpulkan ikan yang pingsan tersebut. Seringkali, ikan dan udang karang yang menjadi
target lalu bersembunyi di dalam terumbu, dan para penangkap ikan ini membongkar terumbu
karang untuk menangkap ikan tersebut.

c. Seberapa besar bahaya yang ditimbulkan menggunakan bahan kimia Sianida?


Cairan sianida yang digunakan untuk menangkap ikan berukuran besar, biasanya berupa larutan
pekat yang dapat mematikan sejumlah organisme yang hidup di terumbu karang, termasuk ikan-
ikan kecil, invertebrata yang bergerak, dan yang paling parah, racun sianida juga mematikan
karang keras.
Racun sianida, bukan saja mencemari ekosistem terumbu karang yang dapat mematikan
organisme yang tidak menjadi sasaran. Terumbu karang dapat rusak karena dibongkar oleh para
penangkap ikan untuk mengambil ikan yang terbius tersebut di rongga-rongga di dalam terumbu.
Selain itu, dalam jangka waktu yang lama, ekosistem yang terkena racun sianida yang terus
menerus dapat memberikan dampak buruk bagi ikan dan organisme lain dalam komunitas
terumbu karang, juga bagi manusia.

3. Dampak Negatif yang Diakibatkan Oleh Bahan Peledak dan Racun Sianida bagi
Manusia dan Kehidupan Laut
Penangkapan ikan yang bersifat merusak (destruktif fishing) merupakan segala bentuk upaya
penangkapan ikan yang membawa dampak negatif bagi populasi biota, dan ekosistem pesisir
laut. Jenis penangkapannya dengan menggunakan racun sianida, potassium dan racun tumbuhan.
Selain itu menangkap ikan dengan menggunakan bahan peledak (bom), adapun dampak yang
ditimbulkan oleh bahan peledak dan racun sianida yaitu :

A. Dampak terhadap manusia


1. Bukan hanya ikan-ikan yang mati, tapi juga racun yang ditimbulkan bisa berdampak
pada manusia itu sendiri.
2. Ikan yang ditangkap dengan sianida itu biasanya cepat busuk, sehingga sangat mudah
dibedakan antara ikan hasil tangkapan yang normal. Bahkan ikan tersebut tidak bisa
diekspor lantaran negara-negara luar tidak bisa membelinya. Apalagi kalau sudah
mengandung racun atau zat kimia.
3. Jika pemakaian sianida dapat mengakibatkan membunuh alga Zoxanthellae yang penting
bagi pertumbuhan polip karang. Dimana Sianida terakumulasi dalam karang dan
membawa dampak jangka panjang, dan penyelam dapat terbunuh akibat keracunan.
4. Dunia internasional mulai mengecam dan mengancam akan memboikot akan ekspor ikan
dari negara yang penangkapannya tergolong masih merusak lingkungan perlu
diwaspadai.

Baca Juga : Proses Pencernaan Makanan secara Mekanik dan Kimiawi


B. Dampak terhadap Makhluk Hidup di Laut

1. Penggunaan bahan berbahaya dapat mengakibatkan rusaknya dan pencemaran bagi


lingkungan perairan, sampai dapat merusak jazad renik dan ikan yang masih kecil
maupun bibit ikan. Sehingga akan memunahkan jenis-jenis ikan tertentu di dunia
perikanan.
2. Lingkungan tempatnya menangkap ikan akan rusak bahkan ekosistem terumbu karang
yang ada di dalamnya juga ikut rusak. Menurut Supriharyono (2007) terumbu karang
Indonesia telah banyak yang rusak, dari luas terumbu karang sekitar 50.000 km 2 yang
ada hanya tinggal 6,48 % kondisinya masih sangat baik, 22,53 % baik, 28,39 % rusak,
dan 42,59 % rusak berat.
3. Sianida mampu membunuh seluruh makhluk hidup yang ada didalamnya (terkena)
lantaran zat kimia ini memiliki kandungan yang mematikan. Oleh karena itu, wajar saja
kalau pemerintah melarang keras penggunaan bahan kimia ini.
4. Sianida bukan saja ikannya yang dimatikan, tapi juga telurnya ikut mati alias tidak bisa
menetas sehingga akan menimbulkan kepunahan.

ikan pun akan banyak berkembang biak dan dapat meningkatkan penghasilan nelayan.

3. Bahaya penangkapan ikan dengan menggunakan jaring Muroami

Saat ini masih sangat banyak di temukan. Jaring Muroami merupakan salah satu alat tangkap
peninggalan Jepang, umumnya digunakan untuk menangkap ikan ekor kuning yang biasanya
ditemukan di tubir karang.

Sejak 2011 lalu, penggunaan jaring ini telah dilarang berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan
dan Perikanan RI Nomor 02 Tahun 2011. Selain merusak karang, penggunaan kompresor oleh
penyelam juga membahayakan kesehatan. Mengapa alat ini dilarang penggunaannya? Berikut
beberapa cara penggunaan jaring Muroami/trawl Jepang;
Jaring Muroami atau juga disebut trawl Jepang adalah
salah satu cara menangkap ikan yang diperkenalkan dari Jepang. Penangkapan menggunakan
kapal utama dan beberapa perahu kecil. Jaring Muroami dipasangi oleh beberapa penyelam
membentuk kantong. Masing-masing penyelam memegang kerincing dari cincin logam yang
saling berkait, lalu mengguncang-guncangkannya untuk menimbulkan suara gemerincing yang
nyaring. Suara ini digunakan penyelam untuk menghalau dan menggiring ikan-ikan ke arah
jaring.

Cara penangkapan ikan ini dilakukan di daerah perairan dangkal berterumbu karang. Akibat
terinjak-injak penyelam, tertimpa pemberat dan juga tertarik jaring, kawasan terumbu karang
menjadi rusak parah.

Para penyelam menggiring ikan-ikan masuk kedalam kantong jaring. Penyelam lalu melepaskan
kaitan jaring dari pemberat di dasar laut, lalu memberikan isyarat kedutan atau tarikan pada
jaring.

Setelah mendapatkan isyarat ini, para penarik jaring di atas perahu kecil akan segera menarik
jaring muroami ke atas perahu mereka masing-masing. Ikan-ikan akan terperangkap di dalam
kantung jaring, lalu diangkat kedalam perahu. Ikan-ikan yang tertangkap kemudian dipindahkan
kedalam kapal utama.

Menangkap ikan dengan jaring Muroami dapat menimbulkan kerusakan lingkungan dan
ekosistem terumbu karang. Karena itulah, kini cara ini telah dilarang.

Dasar hukum pelarangan penggunaan alat penangkapan

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas


Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan;
2. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 71/PERMEN-
KP/2016 Tentang Jalur Penangkapan dan Penempatan Alat Penangkapan Ikan di
Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.

You might also like