Professional Documents
Culture Documents
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH NO RM :
SURAKARTA KESEHATAN ANAK 414322
1
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH NO RM :
SURAKARTA KESEHATAN ANAK 414322
Umur : 7 tahun
PEMERIKSAAN Nama : An. DD
Ruang : Delima
JASMANI Jenis Kelamin : Perempuan
Kelas : II
PEMERIKSAAN OLEH: Risya Nur Fadillah, S.Ked Ellya Afiani K, S.ked
Tanggal 31 Juli 2018
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : cukup, kesadaran : compos mentis
Vital Sign
TD : 90/60 mmHg
HR : 105x/menit
RR : 35x/menit
Suhu : 36,2 ºC
Status Gizi
BB/U : 14 kg / 4 thn
BB/U: gizi baik (-2SD sampai 2SD)
Kesimpulan : status gizi baik (menurut WHO)
PEMERIKSAAN KHUSUS
Kulit : petekie (-), erosi mukosa (-), ikterik (-), turgor kulit berkurang (+), tes rumple leed (-)
Kepala : ukuran normocephal, rambut panjang, lurus, berwarna hitam
Mata : ca (-/-), si (-/-), reflek cahaya (+/+), pupil isokor, mata cekung (-),
oedem palpebra (+)
Hidung : sekret (-/-), epistaksis (-/-), nafas cuping hidung (-/-)
Mulut : berdarah (-), sianosis (-), lidah tifoid (-)
Leher : pembesaran limfonodi leher (-), massa (-) kaku kuduk (-)
Thorax : simetris, retraksi subcostal dan suprasternal (+), ketinggalan gerak (-)
Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis kuat angkat
Perkusi : batas kanan atas : SIC II linea parasternalis dextra
batas kanan bawah : SIC IV linea parasternalis dextra
batas kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra
2
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH NO RM :
SURAKARTA KESEHATAN ANAK 414322
3
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH NO RM :
SURAKARTA KESEHATAN ANAK 414322
Refleks patologis : babinski (-), chaddock (-), oppenheim (-), gordon (-), rosolimo (-)
Meningeal Sign : kaku kuduk (-), brudzinski k I (-), brudzinski II (-), brudzinski III (-)
brudzinski IV (-)
Sensibilitas : dalam batas normal
Kesan : extremitas superior et inferior dalam batas normal
4
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH NO RM :
SURAKARTA KESEHATAN ANAK 414322
8. Trombosit 11 uL 150.000-300.000/uL
9. Limfosit 53.5 % 20-40%
(30 Juli 2018) pagi
No Parameter Jumlah Satuan Nilai Rujukan
1. Leukosit 5.6 uL 4000-10000 /uL
2. Eritrosit 4.92 uL 3,5-5,5 / uL
3. Hemoglobin 13.2 gr/dl 11-16 g/dl
4. Hematokrit 41.1 % 37-54%
5. MCV 83.5 femtoliter 82-92 fl
6. MCH 26.8 Pikograms 27-31 pg
7. MCHC 32.1 g/dl 32-36 g/dl
8. Trombosit 9000 uL 150.000-300.000/uL
9. Limfosit 50.3 % 20-40%
(30 Juli 2018) malam
No Parameter Jumlah Satuan Nilai Rujukan
1. Leukosit 9.4 uL 4000-10000 /uL
2. Eritrosit 4.73 uL 3,5-5,5 / uL
3. Hemoglobin 12.5 gr/dl 11-16 g/dl
4. Hematokrit 38.7 % 37-54%
5. MCV 81.9 femtoliter 82-92 fl
6. MCH 26.4 Pikograms 27-31 pg
7. MCHC 32.3 g/dl 32-36 g/dl
8. Trombosit 24.000 uL 150.000-300.000/uL
9. Limfosit 45.4 % 20-40%
(31 Juli 2018) pagi
No Parameter Jumlah Satuan Nilai Rujukan
1. Leukosit 9.7 uL 4000-10000 /uL
2. Eritrosit 5.01 uL 3,5-5,5 / uL
3. Hemoglobin 13.4 gr/dl 11-16 g/dl
4. Hematokrit 41.4 % 37-54%
5. MCV 82.7 femtoliter 82-92 fl
6. MCH 26.7 Pikograms 27-31 pg
7. MCHC 32.3 g/dl 32-36 g/dl
8. Trombosit 36000 uL 150.000-300.000/uL
9. Limfosit 44.5 % 20-40%
(31 Juli 2018) malam
No Parameter Jumlah Satuan Nilai Rujukan
1. Leukosit 8.6 uL 4000-10000 /uL
2. Eritrosit 4.86 uL 3,5-5,5 / uL
3. Hemoglobin 12.6 gr/dl 11-16 g/dl
4. Hematokrit 40.0 % 37-54%
5. MCV 82.3 femtoliter 82-92 fl
6. MCH 25.9 Pikograms 27-31 pg
7. MCHC 31.5 g/dl 32-36 g/dl
5
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH NO RM :
SURAKARTA KESEHATAN ANAK 414322
FOLLOW UP
6
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH NO RM :
SURAKARTA KESEHATAN ANAK 414322
7
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH NO RM :
SURAKARTA KESEHATAN ANAK 414322
84000 3x1/3
- Inj Ranitidin
1\2 amp
- Inj extra Lasix
4 mg
PINDAH
RUANGAN
4. Jumat/ 3-8-18 Keluarga pasien N = 55 Dengue shock PULANG
mengeluh tidak Rr = 35 syndrome H+9
demam dan tidak S = 36,5
nyeri perut Leukosit = 3,6
Hb = 12,0
Ht = 37,4
Trombosit =
113.000
RINGKASAN ANAMNESIS
Pasien anak laki-laki usia 4 tahun diantar keluarganya pukul 10.30 ke IGD RSUD dr.Harjono
Ponorogo karena demam selama 3 hari. Menurut keluarga, demam timbul mendadak dan
demamnya terus-menerus. Pasien juga mengeluhkan lemas, nyeri kepala dan nafsu makan
turun. Pasien muntah hingga 3 kali. BAB dan BAK normal. Batuk (+), Pilek (+), mata cekung
(-), keringat dingin (-), haus (-), nyeri sendi (-), mimisan (-), bintik merah pada kulit (-).
Tidak terdapat riwayat penyakit serupa yang pernah dialami pasien
Tidak terdapat riwayat penyakit pada keluarga
Terdapat riwayat penyakit serupa di lingkungan tempat tinggal pasien
Riwayat ANC baik, persalinan spontan, riwayat PNC baik.
Pasien dahulu mendapatkan ASI eksklusif.
Imunisasi dasar lengkap berdasarkan PPI, dan sudah mendapat ulangan.
Perkembangan dan kepandaian baik.
Terdapat masalah pada sistem cerebrospinal, gastrointestinal, otonom, musculoskeletal yaitu
demam 3 hari, mual, pusing dan lemas
Keadaan sosial ekonomi kurang cukup dan kondisi lingkungan rumah kurang baik.
8
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH NO RM :
SURAKARTA KESEHATAN ANAK 414322
LABORATORIUM
Darah Lengkap : terjadi penurunan jumlah leukosit, hematokrit dan trombosit.
DIAGNOSA KERJA
- DSS
DD: Demam dengue, demam chikungunya
RENCANA PENGELOLAAN
Rencana Tindakan
Tirah baring
Monitoring kondisi umum
Obat antipiretik atau kompres
9
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH NO RM :
SURAKARTA KESEHATAN ANAK 414322
10
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH NO RM :
SURAKARTA KESEHATAN ANAK 414322
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DENGUE SYOK SINDROM
A. Definisi
Demam berdarah dengue adalah penyakit demam berdarah akut yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditandai dengan empat manifestasi klinis
utama yaitu demam tinggi, fenomena hemoragik, hepatomegali pada kasus yang
berat dapat disertai tanda kegagalan sirkulasi (WHO-TDR, 2009).
Sindrom syok dengue adalah sindrom penyakit infeksi virus dengue yang
menunjukan manifestasi klinis gangguan fungsi sirkulasi darah ditandai dengan
nadi yang cepat, lemah sampai tidak teraba, jarak sistole dan diastole menjauh atau
mendekat disertai petanda tensi menurun sampai 0. Pada perabaan ujung tangan
dan kaki teraba dingin (Soegijanto, 2012).
B. Epidemiologi
Di Indonesia infeksi virus dengue pertama kali ditemukan di Surabaya
Penyakit ini cenderung meningkat dan meluas ke seluruh Indonesia, DKI Jakarta
pada tahun 2007 ditemukan 27.959 kasus dengan CFR 1,59% (Risniati et al.,
2011). Prevalensi DBD dengan syok di indonesia hampir semua rumah sakit di
indonesia adalah 16-40% dengan angka kematian antara 5,7% dan 50% (Kan &
Rampengan, 2004).
C. Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus
dengue, yang termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus
merupakan virus dengan diameter 30nm terdiri dari asam ribonukleat rantai
tunggal dengan berat molekul 4x106. Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1,
DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue
atau demam berdarah dengue. Keempat serotipe ditemukan di Indonesia dengan
DEN-3 merupakan serotipe terbanyak. (Suhendro et al., 2014).
Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3
atau 4 serotipe selama hidupnya.Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan
11
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH NO RM :
SURAKARTA KESEHATAN ANAK 414322
12
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH NO RM :
SURAKARTA KESEHATAN ANAK 414322
diasumsikan orang tua anak sudah sembih. Sehingga pengobatan terabaikan dan
anak masuk dalam fase kritis dengan kondisi syok (Setiawati, 2011).
e. Lama pengurusan rujukan
Proses rujukan yang dilakukan oleh Puskesmas sehubungan dengan
kebutuhan jaminan perawatan bagi pasien yang menggunakan asuransi kesehatan
(ASKES), Jamkesmas, Jamkesda, Jamkesprov dimana untuk pengurusan tersebut
baru diupayakan setelah menderita DBD oleh dokter yang memeriksa dan
disarankan untuk dirawat dirumah sakit, proses tersebut menyebabkan
keterlambatan pasien diberi penangangan sehingga berisiko untuk menjadi DBD
yang berat (Harisnal, 2012)
f. Kesalahan diagnosis
Faktor yang menyebabkan DBD menjadi syok adalah
keterlambatan/kesalahan diagnosis karena gejala awal DBD menyerupai demam
penyakit lain seperti; flu, thypoid atau campak. Diagnosis awal yang tepat dapat
menurunkan angka kematian DBD dan SSD (Soegijanto et al., 2012).
E. Patogenesis
Patofisiologi DBD dan SSD adalah peningkatan akut permeabilitas vaskular
yang mengarah ke kebocoran plasma dalam ruang ekstravaskular. Terdapat dua
teori immunopatogenesis DBD dan SSD yang masih kontroversial yaitu infeksi
sekunder secondary heterologus infection dan antibody dependent enhancement
(ADE). seseorang mendapatkan infeksi sekunder oleh satu serotipe virus dengue,
akan terjadi proses kekebalan terhadap infeksi serotipe virus dengue tersebut untuk
jangka waktu yang lama. Tetapi jika orang tersebut mendapatkan infeksi sekunder
oleh serotipe virus dengue lainnya, maka akan terjadi infeksi yang berat
(Soegijanto, 2012).
Antibody heterologus yang terbentuk pada infeksi primer, akan membentuk
kompleks dengan infeksi virus dengue serotipe baru yang berbeda yang tidak
dapat dinetralisasi bahkan cenderung membentuk kompleks yang infeksius dan
bersifat oponisasi internalisasi, selanjutnya akan teraktivasi dan memproduksi IL-
13
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH NO RM :
SURAKARTA KESEHATAN ANAK 414322
1, IL-6, tumor necrosis factor-alpha (TNF-A) dan platelet activating factor (PAF),
akibatnya akan terjadi peningkatan (enhancement) infeksi virus dengue (Candra,
2010).
IL-1, IL-6, dan TNF-alfa sebagai pirogen endogen merangsang demam di
hipotalamus dan juga dikenal sebagai vasoaktif sitokin dimana merangsang
endotel pembuluh darah menyebabkan permeabilitas meningkat. Aktivasi monosit
dan makrofag memicu timbulnya banyak mediator vasoaktif yang menyebabkan
proses peradangan sel endotel mengalami kerusakan dan terjadilah kebocoran
kapiler pembuluh darah (Soegijanto, 2012).
Kompleks antigen-antibodi (virus antibody complex) yang selanjutnya akan
mengakibatkan aktivasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi
C3 dan C5 menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan
merembesnya plasma dari ruang intravaskular ke ruang ekstravaskular. Pada
pasien dengan syok berat, volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari 30%
dan berlangsung selama 24-48 jam. Perembesan plasma ini terbukti dengan
adanya, peningkatan kadar hematokrit, penurunan kadar natrium, dan terdapatnya
cairan di dalam rongga serosa (efusi pleura, asites) (Soedarmo, 2009).
Sebagai tanggapan terhadap infeksi virus dengue, kompleks antigen-
antibodi selain mengaktivasi sistem komplemen, juga menyebabkan agregasi
trombosit dan mengaktivitasi sistem koagulasi melalui kerusakan sel endotel
pembuluh darah. Kedua faktor tersebut akan menyebabkan perdarahan pada DBD.
Agregasi trombosit terjadi sebagai akibat dari perlekatan kompleks antigen-
antibodi pada membran trombosit mengakibatkan pengeluaran ADP, sehingga
trombosit melekat satu sama lain. Hal ini akan menyebabkan trombosit
dihancurkan oleh RES (reticulo endothelial system) sehingga terjadi
trombositopenia. Agregasi trombosit ini akan menyebabkan pengeluaran platelet
faktor III mengakibatkan terjadinya koagulopati konsumtif, ditandai dengan
peningkatan FDP (fibrinogen degredation product) sehingga terjadi penurunan
factor pembekuan (Soedarmo, 2009).
14
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH NO RM :
SURAKARTA KESEHATAN ANAK 414322
FDP meningkat
Kegagalan fungsi Perdarahan hebat Renjatan
trombosit
15
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH NO RM :
SURAKARTA KESEHATAN ANAK 414322
patognomonik DBD, sedangkan kelainan organ lain serta manifestasi yang tidak
lazim dikelompokkan ke dalam expanded dengue syndrome atau isolated
organopathy. Secara klinis, DD dapat disertai dengan perdarahan atau tidak;
sedangkan DBD dapat disertai syok atau tidak (Gambar 1).
16
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH NO RM :
SURAKARTA KESEHATAN ANAK 414322
Gambaran klinis
1. Undifferentiated fever (sindrom infeksi virus)
Pada undifferentiated fever, demam sederhana yang tidak dapat dibedakan
dengan penyebab virus lain. Demam disertai kemerahan berupa
makulopapular, timbul saat demam reda. Gejala dari saluran pernapasan
dan saluran cerna sering dijumpai.
2. Demam dengue (DD)
Anamnesis:
demam mendadak tinggi, disertai nyeri kepala, nyeri otot & sendi/tulang,
nyeri retro-orbital, photophobia, nyeri pada punggung, facial flushed, lesu,
tidak mau makan, konstipasi, nyeri perut, nyeri tenggorok, dan depresi
umum.
Pemeriksaan fisik :
Demam: 39-40°C, berakhir 5-7 hari
17
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH NO RM :
SURAKARTA KESEHATAN ANAK 414322
Pada hari sakit ke 1-3 tampak flushing pada muka (muka kemerahan),
leher, dan dada
Pada hari sakit ke 3-4 timbul ruam kulit makulopapular/rubeolliform
Mendekati akhir dari fase demam dijumpai petekie pada kaki bagian
dorsal, lengan atas, dan tangan
Convalescent rash, berupa petekie mengelilingi daerah yang pucat
pada kulit yg normal, dapat disertai rasa gatal
Manifestasi perdarahan
Uji bendung positif dan/atau petekie
Mimisan hebat, menstruasi yang lebih banyak, perdarahan saluran
cerna (jarang terjadi, dapat terjadi pada DD dengan trombositopenia)
3. Demam berdarah dengue (DBD)
Terdapat tiga fase dalam perjalanan penyakit, meliputi fase demam, kritis,
dan masa penyembuhan (convalescence, recovery)
a. Fase Demam
Anamnesis :
Demam tinggi, 2-7 hari, dapat mencapai 40°C, serta terjadi kejang
demam. Dijumpai facial flush, muntah, nyeri kepala, nyeri otot dan
sendi, nyeri tenggorok dengan faring hiperemis, nyeri di bawah
lengkung iga kanan, dan nyeri perut.
Pemeriksaan fisik
1) Manifestasi perdarahan
Uji bendung positif (≥10 petekie/inch2) merupakan manifestasi
perdarahan yang paling banyak pada fase demam awal.
Mudah lebam dan berdarah pada daerah tusukan untuk jalur vena.
Petekie pada ekstremitas, ketiak, muka, palatum lunak.
Epistaksis, perdarahan gusi
Perdarahan saluran cerna
Hematuria (jarang)
18
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH NO RM :
SURAKARTA KESEHATAN ANAK 414322
Menorrhagia
2) Hepatomegali teraba 2-4 cm di bawah arcus costae kanan dan
kelainan fungsi hati (transaminase) lebih sering ditemukan pada
DBD.
Berbeda dengan DD, pada DBD terdapat hemostasis yang tidak
normal, perembesan plasma (khususnya pada rongga pleura dan rongga
peritoneal), hipovolemia, dan syok, karena terjadi peningkatan
permeabilitas kapiler. Perembesan plasma yang mengakibatkan
ekstravasasi cairan ke dalam rongga pleura dan rongga peritoneal terjadi
selama 24-48 jam.
b. Fase Kritis
Fase kritis terjadi pada saat perembesan plasma yang berawal pada masa
transisi dari saat demam ke bebas demam (disebut fase time of fever
defervescence) ditandai dengan,
1) Peningkatan hematokrit 10%-20% di atas nilai dasar
2) Tanda perembesan plasma seperti efusi pleura dan asites, edema
pada dinding kandung empedu. Foto dada (dengan posisi right
lateral decubitus = RLD) dan ultrasonografi dapat mendeteksi
perembesan plasma tersebut.
3) Terjadi penurunan kadar albumin >0.5g/dL dari nilai dasar / <3.5 g
% yang merupakan bukti tidak langsung dari tanda perembesan
plasma
4) Tanda-tanda syok: anak gelisah sampai terjadi penurunan
kesadaran, sianosis, nafas cepat, nadi teraba lembut sampai tidak
teraba. Hipotensi, tekanan nadi ≤20 mmHg, dengan peningkatan
tekanan diastolik. Akral dingin, capillary refill time memanjang (>3
detik). Diuresis menurun (< 1ml/kg berat badan/jam), sampai
anuria.
19
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH NO RM :
SURAKARTA KESEHATAN ANAK 414322
20
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH NO RM :
SURAKARTA KESEHATAN ANAK 414322
21
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH NO RM :
SURAKARTA KESEHATAN ANAK 414322
2) Hipoalbuminemia
g. Perhatian :
1) Pada kasus syok, hematokrit yang tinggi dan trombositopenia yang
jelas, mendukung diagnosis DSS.
2) Nilai LED rendah (<10mm/jam) saat syok membedakan DSS dari
syok sepsis.
22
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH NO RM :
SURAKARTA KESEHATAN ANAK 414322
23
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH NO RM :
SURAKARTA KESEHATAN ANAK 414322
24
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH NO RM :
SURAKARTA KESEHATAN ANAK 414322
2. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan foto dada dalam posisi right lateral decubitus dilakukan atas
indikasi,
a. Distres pernafasan/ sesak
b. Dalam keadaan klinis ragu-ragu, namun perlu diingat bahwa terdapat
kelainan radiologis terjadi apabilapada perembesan plasma telah mencapai
20%-40%
c. Pemantauan klinis, sebagai pedoman pemberian cairan, dan untuk menilai
edema paru karena overload pemberian cairan.
d. Kelainan radiologi yang dapat terjadi: dilatasi pembuluh darah paru terutama
daerah hilus kanan, hemitoraks kanan lebih radioopak dibandingkan yang
kiri, kubah diafragma kanan lebih tinggi daripada kanan, dan efusi pleura.
25
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH NO RM :
SURAKARTA KESEHATAN ANAK 414322
26
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH NO RM :
SURAKARTA KESEHATAN ANAK 414322
dan lembab, letargi atau gelisah, tampak lemas, perdarahan (misalnya BAB
berwarna hitam atau muntah hitam),sesak nafas, tidak buang air kecil lebih
dari 4-6 jam atau kejang.
2. Prinsip umum terapi cairan pada DBD
a. Kristaloid isotonik harus digunakan selama masa kritis.
b. Cairan koloid digunakan pada pasien dengan perembesan plasma hebat, dan
tidak ada respon pada minimal volume cairan kristaloid yang diberikan.
c. Volume cairan rumatan + dehidrasi 5% harus diberikan untuk menjaga
volume dan cairan intravaskular yang adekuat.
d. Pada pasien dengan obesitas, digunakan berat badan ideal sebagai acuan
untuk menghitung volume cairan.
e. Kecepatan cairan intravena harus disesuaikan dengan keadaan klinis.
f. Transfusi suspensi trombosit pada trombositopenia untuk profilaksis tidak
dianjurkan
g. Pemeriksaan laboratorium baik pada kasus syok maupun non syok saat tidak
ada perbaikan klinis walaupun penggantian volume sudah cukup, maka
perhatikan ABCS yang terdiri dari, A – Acidosis: gas darah, B – Bleeding:
hematokrit, C – Calsium: elektrolit, Ca++ dan S – Sugar: gula darah
(dekstrostik)
27
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH NO RM :
SURAKARTA KESEHATAN ANAK 414322
28
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH NO RM :
SURAKARTA KESEHATAN ANAK 414322
29
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH NO RM :
SURAKARTA KESEHATAN ANAK 414322
Fase Recovery
Pada fase penyembuhan diperlukan cairan rumatan atau cairan oral, serta monitor
tiap 12-24 jam.
Indikasi untuk pulang
Pasien dapat dipulangkan apabila telah terjadi perbaikan klinis sebagai berikut :
a. Bebas demam minimal 24 jam tanpa menggunakan antipiretik
b. Nafsu makan telah kembali
c. Perbaikan klinis, tidak ada demam, tidak ada distres pernafasan, dan nadi
teratur
d. Diuresis baik
e. Minimum 2-3 hari setelah sembuh dari syok
f. Tidak ada kegawatan napas karena efusi pleura, tidak ada asites
g. Trombosit >50.000 /mm3. Pada kasus DBD tanpa komplikasi, pada umumnya
jumlah trombosit akan meningkat ke nilai normal dalam 3-5 hari.
30
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH NO RM :
SURAKARTA KESEHATAN ANAK 414322
J. Komplikasi
1. Demam Dengue
Perdarahan dapat terjadi pada pasien dengan ulkus peptik, trombositopenia
hebat, dan trauma.
2. Demam Berdarah Dengue
a. Ensefalopati dengue dapat terjadi pada DBD dengan atau tanpa syok.
b. Kelainan ginjal akibat syok berkepanjangan dapat mengakibatkan gagal
ginjal akut.
c. Edema paru dan/ atau gagal jantung seringkali terjadi akibat overloading
pemberian cairan pada masa perembesan plasma
d. Syok yang berkepanjangan mengakibatkan asidosis metabolik & perdarahan
hebat (DIC, kegagalan organ multipel)
e. Hipoglikemia / hiperglikemia, hiponatremia, hipokalsemia akibat syok
berkepanjangan dan terapi cairan yang tidak sesuai
DAFTAR PUSTAKA
31
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH NO RM :
SURAKARTA KESEHATAN ANAK 414322
32