You are on page 1of 12

JURNAL SHARING

“Effect of Combining Music Media Therapy with Lower Extremity


Exercise on Elderly Patients With Diabetes Mellitus”

Disusun untuk memenuhi tugas pendidikan profesi ners di Rumah Sakit Tentara
Tingkat II dr. Soepraoen Malang

Oleh :

Shelly Leonia Sisca 170070301111114

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
1. Identitas Jurnal
1. Authors : Li Ji, Jiao-Jiao Bai, Jiao Sun, Yue Ming, Li-
Rong Chen
2. Title : Effect of Combining Music Media Theraphy
With Lower Extremity Exercise on Elderly
Patients With Diabetes Mellitus
3. Source : International Journal of Nursing Sciences XXX
(2015) 1-5
4. Publisher : Elsevier Inc.
5. Publication Type : Article Journal
6. Language : English
7. Published Online : 30 July 2015
8. DOI : http://www.elsevier.com/journals/international-
journal-of-nursing-sciences/2352-0132

1.1 Istilah dalam jurnal


 Diabetes mellitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh
ketidakmampuan organ pankreas untuk memproduksi hormon
insulin dalam jumlah yang cukup atau karena ketidakmampuan
tubuh dalam menggunakan insulin yang dihasilkan oleh
pankreas secara efektif. Manifestasi yang nampak yaitu
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
 ABI disebut juga ankle brachial index adalah prosedur
pemeriksaan diagnostik sirkulasi ekstremitas bawah untuk
mendeteksi kemungkinan adanya peripheral artery disease
(PAD) dengan cara membandingkan tekanan darah sistolik
tertinggi dari kedua pergelangan kaki dan lengan

2. Latar Belakang
Diabetes adalah suatu penyakit yang disebabkan karena tubuh
tidak mampu mengendalikan jumlah glukosa dalam aliran darah. Hal
ini menyebabkan hiperglikemia. Faktor utama pada diabetes ialah
insulin yang memberi sinyal kepada sel tubuh agar menyerap glukosa.
Diabetes dapat dikontrol, namun apabila penyakit diabetes tidak
dikontrol dapat menimbulkan komplikasi seperti kebutaan dan stroke.
Menurut data terkini dari International Diabetes Federation (IDF),
sebanyak 285 juta orang di seluruh dunia menghidap diabetes. Angka
ini dikemukakan pada 20th World Diabetes Congress di Montreal,
Canada. Sementara di Asia Tenggara diperkirakan 59 juta orang
menghidap diabetes. Hasil survey yang dilakukan pada penderita
diabetes di dunia menemukan pasien lansia yang didiagnosis dengan
diabetes mellitus terus meningkat dan saat ini prosentasenya sebesar
20,4%. Hal ini juga berkaitan dengan pasien lansia yang memiliki
penyakit pembuluh darah perifer. Penyakit pembuluh darah perifer
yang berhubungan dengan diabetes dapat menghambat
penyembuhan ulkus dan meningkatkan risiko amputasi.
Sebuah asosiasi diabetes di Amerika menyatakan bahwa latihan
fisik untuk penderita diabetes harus dilakukan setidaknya tiga kali per
minggu. Latihan fisik secara teratur dalam jangka waktu panjang
penting untuk mempromosikan metabolisme, meningkatkan
sensitivitas insulin dan penurunan gula darah. Selain itu, latihan fisik
juga penting untuk merangsang sirkulasi darah di tungkai bawah dan
mencegah ulkus pada kaki. Karena rendahnya tingkat gerakan pada
pasien usia lanjut sementara latihan fisik berperan penting dalam
proses pengontrolan gula darah pada pasien diabetes mellitus, perlu
dilakukan perumusan metode yang dapat digunakan untuk
pemenuhan latihan ekstremitas bawah dan sirkulasi darah di kaki
pada penderita diabetes berusia lanjut.

3. Tujuan Penulisan
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pemenuhan latihan
ekstremitas bawah dan sirkulasi darah di kaki pada penderita diabetes
berusia lanjut yang disertai dengan kombinasi musik sebagai media
terapi dan regimen latihan ekstremitas bawah.
4. Metode Penelitian
4.1 Pemilihan Pasien
Sebanyak 72 pasien diabetes yang berusia diatas 60 tahun
dan termasuk kategori pada level 0 dengan klasifikasi skala pada
kaki diabetes menurut Wagner (Wagner Classification of Diabetic
Foot). Semua pasien ini berasal dari departemen endokrin dari
rumah sakit Hua Dong yang bergabung dengan Universitas Fudan
di Shanghai, Cina pada bulan April 2013 dan Oktober 2013.
Kriteria eksklusi meliputi orang-orang diabetes yang tidak dapat
berjalan secara normal, seseorang yang mengalami nyeri tungkai
bawah, arthritis parah, sistem saraf dan penyakit kardiovaskular,
serta komplikasi lain yang terbatas aktifitas fisik mereka dan
disfungsi kognitif.

4.2 Rancangan Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan percobaan kontrol secara acak.
Sebanyak 72 pasien tersebut di bagi menjadi dua kelompok di
pilih secara acak yang mana kelompok pertama dengan intervensi
(n=34) menerima terapi media musik dengan latihan ekstremitas
bawah dan kelompok kedua
dengan kontrol (n=38) hanya
menerima latihan ekstremitas
bawah tanpa mendapatkan
terapi musik. Kategori akhir
primer dari penelitian ini
termasuk kepatuhan dalam
latihan, dan pengukuran hasil
dari (ABI). Pada Tabel 1
menunjukkan karakteristik
pasien terhadap pengobatan
yang dilakukan pada alokasi : jenis kelamin, tingkat pendidikan,
usia, waktu sejak diagnosis, dll. Penelitian ini telah memenuhi
kode etik dari Universitas Funan dan setiap pasien yang terlibat
telah menandatangani inform consent.

4.3 Terapi Latihan


Kedua kelompok eksperimen dan kontrol menerima
intervensi latihan ekstremitas yang bawa, terutama terdiri dari
latihan resistif dan dikembangkan oleh Pusat Diabetes Joslin di
Amerika Serikat (cabang dari institusi Pengajaran dan Lembaga
Penelitian Sekolah Kedokteran di Harvard). Latihan khusus ini
terdiri dari penguatan paha depan, keseimbangan pergelangan
kaki dengan cara menendang sebelum dan setelah latihan
pemanasan. Latihan ini dilakukan selama 15 menit setiap hari
selama kurang lebih 6 bulan. Kondisi pasien di amati setiap saat
selama proses latihan untuk mencegah potensi terjadinya
komplikasi kesehatan pasien.

4.4 Intervensi Media Musik


- Pemilihan media musik
Menurut pilihan musik tertentu berasal dari 15 pasien usia
lansia, lima genre musik yang awalnya dipilih, termasuk klasik,
lagu daerah, ceria, musik rohani dan musik yang
menenangkan. Pemilihan akhir dari genre musik itu "estetika
musik yang menenangkan" berdasarkan pilihan pasien setelah
mendengarkan sampel musik dari masing-masing jenis.
Setelah penilaian, profesor musik mengarransemen lagu
menggunakan piano sintetis dengan tempo 4/4, dan paparan
musik ini dikombinasikan dengan program latihan ekstremitas
bawah.
- Intervensi
Para pasien lansia diabetes pada kelompok intervensi
selesai menjalani seluruh pengobatan dipandu oleh para
peneliti. Pasien ini menjalani latihan ekstremitas bawah selama
15 menit setiap harinya sambil mendengarkan musik kelompok,
dengan disertai pengenalan gerakan latihan ekstremitas bawah
setiap minggunya selama empat minggu berturut-turut. Pasien
kemudian diekspos untuk mengombinasikan potongan musik
kolektif dengan latihan ekstremitas bawah setiap bulan selama
setidaknya enam bulan.

4.5 Pengukuran
- Kepatuhan lansia penderita diebetes terhadap latihan
ekstremitas bawah
Kepatuhan latihan pada lansia penderita diabetes diukur
dengan menggunakan skala kepatuhan latihan diabetes. skala
terdiri dari lima item, dengan setiap item diberi skor antara satu
dan lima. Skor yang lebih rendah menunjukkan lebih besar
tingkat kepatuhan terhadap latihan. Metode menilai skala yang
sama dengan pengetahuan-pertanyaan tentang latihan
ekstremitas bawah. Skala Cronbach koefisien  yaitu 0,851
dan CVI yaitu 0,905.
- Pengetahuan Latihan Ekstremitas Bawah
Tingkat pengetahuan pasien pada regimen latihan diukur
dengan menggunakan kuisioner pengetahuan yang dirancang
oleh para peneliti. Kuesioner meliputi sepuluh item, masing-
masing menerima skor antara satu dan lima menurut Likert 5.
Total skor berkisar antara sepuluh dan 50, dengan nomor yang
lebih tinggi menunjukkan pengetahuan yang lebih baik. Daftar
Pertanyan yang valid dinilai oleh lima profesor, termasuk dua
pakar pendidikan diabetes, dua perawat spesialis diabetes dan
satu endokrinologi. Konten Validitas Indeks (CVI) adalah 0,921
dan koefisien alpha Cronbach adalah 0,871.
- Kecepatan puncak arteri dorsal
Indeks ini diukur menggunakan Detektor Arus Doppler ES-
1000SPM.
- ABI (Ankle Brachialis Index)
ABI dievaluasi menggunakan dua cara yaitu Doppler detektor
aliran darah (ES-1000SPM, Hadeco, Jepang). Analisis ini
dilakukan setelah minimal 5-min beristirahat dalam posisi
terlentang/supinasi. Tingkat ABI dihitung sebagai rasio
membandingkan tekanan darah tertinggi sistolik antara arteri
tibialis posterior dan arteri dorsalis pedis ke yang lebih tinggi
yaitu arteri brakialis di lengan. Tingkatan ABI diklasifikasikan
sesuai interpretasi ABI: nilai normal untuk arteri ekstremitas
bawah adalah antara 0,9 dan 1,30, lesi vaskular ringan antara
0,70 dan 0,89, lesi pembuluh darah sedang antara 0,40 dan
0,69, dan lesi vaskular yang parah dengan ABI <0,40. Semua
pengukuran dievaluasi sebelum intervensi. Pengukuran ABI,
kecepatan puncak arteri dorsal dan kepatuhan terhadap latihan
ekstremitas bawah pada pasien diabetes telah diperiksa
dengan mematuhi intervensi media musik untuk tiga dan enam
bulan di Rumah Sakit Hua Dong, yang berkerjasama dengan
Universitas Fudan.

4.6 Metode Statistik


Data klinis direpresentasikan sebagai rata-rata ± standar deviasi
dan dibandingkan dengan menggunakan t independen atau x2 tes,
secara berturut-turut. Data dianalisis dengan menggunakan SPSS
statistik versi 17.0. Signifikasi statistik didefinisikan sebagai p
<0,05.
5. Hasil Penelitian dalam Jurnal
Tabel 1 menunjukkan
karakteristik umum pasien
yang dilakukan regimen
pengobatan pada alokasi
dilakukan pada alokasi : jenis
kelamin, tingkat pendidikan,
usia, waktu sejak diagnosis,
hasil pemeriksaan laboratorium
yang berhubungan dengan
diabetes mellitus, pemeriksaan
BMI dan skor pengetahuan
pasien yang diperoleh dari kuisioner yang dibagikan sebelumnya
kepada pasien.

Tabel 2 ini menunjukkan


skor yang diperoleh
pasien dengan latihan
ekstremitas bawah yang
dilakukan selama 3 dan 6
bulan diantara dua
kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimental dengan
3 perlakuan. Terdapat perubahan yang cukup signifikan dengan nilai t
= 9,155 dan nilai p = <0,001.

Tabel 3 merupakan ABI


setelah 3 dan 6 bulan
intervensi pada kedua
kelompok. Jika kita amati
pada tabel tersebut
terdapat perbedaan yang signifikan pada statistik antara ABI dari
perlakuan kelompok eksperimental dan kelompok kontrol setelah
dilakukan intervensi selama 6 bulan dengan nilai t = 2,540 dan nilai
p = 0,013.

Kecepatan puncak/nilai
tertinggi dari arteri
dorsal secara signifikan
berbeda antara kedua
kelompok selama 6
bulan latihan
ditunjukkan dengan nilai t = 5,244 dan nilai p = <0,001. Sesuai dengan
tabel 4 peningkatan kecepatan aliran puncak dorsalis pedis arteri
memainkan peran dalam melindungi pembuluh darah perifer, media
musik memainkan peranan penting dalam meningkatkan kepatuhan
pasien untuk latihan karena musik dapat membuat pasien rileks
sehingga pasien memiliki kesadaran penuh terhadap apa yang harus
di lakukan.

6. Pembahasan Hasil Penelitian


- Media musik memperbaiki cara pemenuhan latihan ekstremitas
bawah
Setelah 3 bulan menjalani penelitian didapatkan bahwa grup
intervensi dengan perlakuan kombinasi antara media musik dengan
latihan ekstremitas bawah menunjukkan skor yang lebih tinggi
(18,55 ± 1,13) dibandingkan dengan grup control yang hanya diberi
latihan ekstremitas bawah saja (21.18 ± 1.03). Media musik
memberi perubahan pada latihan ekstremitas pasien diabetes.
Diabetes melitus merupakan penyakit kronik yang dapat
menyebabkan beberapa komplikasi kesehatan. Mayoritas pasien
telah banyak kehilangan keyakinan, lambat laun klien akan cemas,
atau bahakan menjadi depresi, sehingga terapi musik sangat
dibutuhkan oleh klien penderita diabetes. Terapi musik dapat
mempengaruhi saraf simpatik yang akan membantu menurunkan
Heart Rate dan RR (Respiration Rate) serta mempengaruhi sistem
saraf dan otot. Tujuan utama dari terapi ini adalah untuk
menghilangkan nyeri, menurunkan tingkat depresi, menurunkan
spasme otot, memperbaiki status neuro dan melatih fungsi motorik
klien. Skor ABI juga menunjukkan adanya peningkatan tekanan
pada daerah perifer klien.
- Kombinasi media musik
Setelah diberi perlakuan selama 6 bulan, rata-rata kecepatan
maksimal dari arteri dorsalis pada grup intervensi yakni 15,91 ± 0,
81 cm/s meningkat/ lebih tinggi dibandingkan dengan grup kontrol
yakni 14,94 ± 0,78 cm/s. Klien menjadi lebih rileks sehingga Laju
kecepatan maximal darah akan memberikan aliran tinggi pada
vaskuler menuju perifer selama kontraksi jantung. Hal ini terjadi
karena Kombinasi terapi musik dengan latihan ekstremitas bawah
dapat meningkatkan sirkulasi darah pada tubuh bagian bawah.
Beberapa dari klien menderita diabetes terdapat arteri stenosis
yang mana arteri stsenosis tersebut dapat menurunkan laju
kecepatan maksimal darah yang disebabkan oleh adanya
peningkatan resisten aliran darah. Latihan ekstremitas tidak hanya
menaikkan status vaskularisasi, menambah perbaikan sirkulasi
pada jaringan yang mengalami iskemi, tetapi juga meningkatkan
sensitivitas insulin, menurunkan tingkat resiten insulin, dan
meregulasi gula darh agar terjadi perlambatan lesi pada anggota
tubuh bagian bawah. Pada penelitian ini ditemukan sebuah unsur
utama bahwa terdapat hal yang perlu digaris bawahi untuk
mencegah dan mengobati masalah kaki pada klien dengan
diabetes dari latihan ekstremitas bawah yaitu dengan cara
meningkatkan status sirkulasi darah terutama didaerah tibia
posterior dan dorsalis pedis. Penelitian lain di China menyebutkan
bahwa peningkatan kecepatan aliran puncak itu akan dapat
melindungi dan mempertahankan pembuuh darah di perifer.
Sedangkan media musik akan memperkuat terapi karena dapat
meningkatkan kepatuhan klien, sehingga tidak ada perbedaan yang
terlalu signifikan pada aliran puncak dorsalis pedis setelah
mendapat perlakuan selama 3 bulan. Hal ini dikarenakan waktu
yang disediakan masih belum cukup dalam artian terapi dan
mangemen dari penyakit diabetes membutuhkan proses lama yang
dinamis, serta berkelanjutan.
- Kombinasi media musik dengan latihan ekstremitas bawah
meningkatkan vaskularisasi organ lesi pada penderita diabetes
mellitus usia lanjut
Pasien diabetes memiliki resiko yang tinggi terhada berbagai
macam penyakit vaskuler yang berat, contohnya yaitu CAD
(cerebro vascular disease) dan PAD (perypheral artery disease).
PAD itu sendiri mempunyai beberapa klasifikasi terutama LEAD
(Lower extremity Arterial disease) penyakit ini dapat menyebabkan
gangren pada kaki, sehingga pada beberapa pasien membutuhkan
amputasi pada ekstremitas bagian bawah. ABI merupakan cara
paling akurat dan simple dalam mendiagnosa status vaskuler
perifer klien. Normal nilai ABI yakni 0,9- 1,3, semakin rendah skor
ABI maka akan semakin buruk pula prognosis nya. Dalam
penelitian tersebut menunjukkan bahwa nilai ABI pada grup kontrol
tidak menunjukkan skor ABI yang signifikan, sedangkan pada grup
intervensi menunjukkan adanya peningkatan sirkulasi darah dan
memperbaiki status vaskuleri pada daerah lesi. Semakin lama
pasien patuh terhadap latihan tersebut, maka akan semakin baik
pula hasil terapi yang didapatkan. Dengan catatan adanya
monitoring secara rutin pasien terhadap adanya hipoglikemi dan
reaksi reaksi yang lain akibat proses terapi.

7. Aplikasi Hasil Penelitian pada Setting Pelayanan di Indonesia


Di Indonesia, terutama di berbagai area perkotaan sudah
menerapkan senam kaki diabetec yang dilakukan oleh penderita
diabetes mellitus atau bukan penderita untuk mencegah terjadinya
luka dan membantu melancarkan peredaran darah pada bagian kaki.
Penatalaksanaan senam kaki ini sendiri dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan TTv terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan,
mengecek status respiratori dan mengkaji status emosi pasien.
Sirkulasi darah pasien pada kaki juga diukur dengan menggunakan
doppler kemudian dilakukan penyuluhan dan berlanjut pada tindakan.
Pada akhir tindakan dilakukan evaluasi kembali terhadap TTV dan
sirkulasi darah. Jika kita menghubungkan antara hasil penelitian jurnal
ini dengan realita yang terjadi di indonesia, hasil penelitian pada jurnal
dapat diterapkan dan memberikan inspirasi baru pada setting
keperawatan diIndonesia untuk lebih mengkreasikan senam kaki
diabetic yang sudah ada. Karena sebagian besar senam kaki diabetic
di Indonesia dilakukan tanpa adanya iringan musik. Namun untuk
menerapkan hal tersebut perlu dilakukan kerjasama yang baik antara
pihak-pihak yang terlibat dalam keberhasilan metode tersebut (seperti
tenaga kesehatan dan komposer musik).

8. Kesimpulan
Penelitian ini membuktikan bahwa terapi yang dilakukan dengan
menggabungkan media musik dan latihan ekstremitas bawah secara
signifikan meningkatkan kepatuhan pasien lansia diabetes mellitus
dan memperlancar sirkulasi darah pada ekstremitas bawah

9. Saran
Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya melibatkan sampel dengan
jumlah yang lebih banyak dan bervariasi serta lebih memperluas area
penelitiannya (tidak hanya pada satu rumah sakit) agar dapat benar-
benar mengetahui pengaruh kombinasi terapi (yang dilakukan dengan
media musik dan latihan ekstremitas bawah) pada penderita diabetes
mellitus usia lanjut dengan melibatkan 3 kategori yang ada seperti
telah dipaparkan pada penelitian ini. Selain itu media musik harus
disesuaikan dengan status psikologis dan fisiologis masing-masing
individu agar mendapatkan hasil yang lebih maksimal dan akurat.

You might also like