You are on page 1of 26

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ENTITAS KONSOLIDASI DAN LAPORAN KEUANGAN
KONSOLIDASIAN” tepat sesuai waktu yang telah ditentukan.

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan 2.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Akuntansi


Keuangan Lanjutan 2 yang membimbing kami dalam penulisan makalah ini, serta
teman-teman yang telah bekerja sama dengan baik sehingga makalah ini dapat
selesai tepat pada waktunya.

Kami sadar bahwa dalam menulis makalah ini masih banyak kekurangan,
untuk itu dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan kritik dan saran.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk semua pihak.

Bandung, Februari 2017

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 1


DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 5
1.3 Tujuan Pembahasan .................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 6
2.1 Pengertian Laporan Konsolidasi ..................................................................... 6
2.2 Kegunaan Laporan Keuangan Konsolidasi .................................................... 6
2.3 Keterbatasan Laporan Keuangan Konsolidasi ................................................ 8
2.4 Laporan Keuangan Anak Perusahaan ............................................................. 8
2.5 Laporan Keuangan Konsolidasi : Konsep dan Standar .................................. 9
2.5.1 Pandangan Tradisional mengenai Pengendalian..................................... 9
2.5.2 Pengendalian Tidak Langsung .............................................................. 10
2.5.3 Kemampuan Untuk Memiliki Pengendalian......................................... 10
2.5.4 Perbedaan Periode Fiskal ...................................................................... 11
2.6 Gambaran Umum Proses Konsolidasi .......................................................... 11
2.7 Ilustrasi Proses Konsolidasi .......................................................................... 11
2.8 Entitas Konsolidasi ....................................................................................... 13
2.8.1 Kepemilikan Antarperusahaan .............................................................. 15
2.8.2 Piutang dan Utang Antarperusahaan..................................................... 15
2.8.3 Penjualan Antarperusahaan................................................................... 16
2.8.4 Perbedaan antara Biaya Perolehan dan Nilai Buku .............................. 17
2.8.5 Sudut Pandang Entitas Tunggal ............................................................ 17
2.9 Kepentingan Non Pengendali ....................................................................... 20
2.10 Laporan Keuangan Gabungan .................................................................... 20
2.11 Entitas Bertujuan Khusus dan Entitas Kepemilikan Variabel (Variable
Interest Entities) ........................................................................................ 20
2.12 Pertimbangan Lain – Pendekatan yang Berbeda untuk Konsolidasi .......... 21
2.12.1 Teori Konsolidasi ................................................................................ 21
2.12.2 Perbandingan antara Teori-Teori Alternatif ....................................... 21
2.12.3 Praktik Saat Ini.................................................................................... 22

2
2.12.4 Praktik di Masa Depan ........................................................................ 22
2.13 Pengungkapan ............................................................................................. 23
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 25
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................28

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dewasa ini, proses pengabungan unit bisnis menjadi hal yang lazim
ditemui. Kemudahan teknologi, perjanjian perdagangan bebas, dan motif mencari
keuntungan adalah beberapa hal yang lazim melatar belakangi suatu perusahaan
untuk melakukan penggabungan. Bentuk penggabungan bisa beraneka ragam
seperi joint venture, akuisisi, maupun merger. Aktivitas penggabungan bisnis
tersebut tidak hanya berdampak pada kegiatan produksi atau pemasarannya saja,
melainkan semua aspek termasuk aspek keuangannya.

Karena terdiri dari beberapa unit perusahaan yang tergabung menjadi satu,
pencatatan keuangan perusahaan yang telah berkonsolidasi tidak sama dengan
perusahaan yang hanya berdiri sendiri. Pencatatan keuangan perusahaan yang
telah berkonsolidasi menjadi lebih rumit dibandinkan dengan perusahaan yang
berdiri sendiri. Dalam pencatatan keuangan konsolidasi, dikenal entitas induk
(yang mengendalikan) dan entitas anak (yang dikendalikan).

Hal yang membuat mengapa laporan keuangan konsolidasi rumit adalah


adanya peraturan yang mengharuskan dibuatnya laporan keuangan konsolidasi
bagi unit usaha yang bergabung dan telah memenuhi syarat. Selain adanya
peraturan yang mengharuskan adanya laporan keuangan konsolidasi, hal yang
membuat pelaporan keuangan ini menjadi rumit adalah pemahaman bahwa entitas
induk dan anak adalah berbeda, namun dalam perhitungannya ada akun-akun yang
sama yang harus dieliminasi. Adanya kepentingan nonpengendali juga membuat
laporan keuangan konsolidasi lebih rumit dibandingkan laporan keuangan
perusahaan yang berdiri sendiri.

Pada makalah ini selanjutnya akan dijelaskan lebih detail mengenai apa itu
pelaporan keuangan konsolidasi, gabungan usaha yang seperti apa yang harus
mengadakan laporan keuangan konsolidasi, serta cara perhitungan laporan
keuangan konsolidasi.

4
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang pembuatan makalah yang telah dituliskan


diatas, maka bisa diintisarikan rumusan masalah dari penulisan makalah ini yang
nantinya menjadi pokok bahasan, yaitu:

1. Apa pengertian dari laporan keuangan konsolidasi?


2. Apa kegunaan laporan keuangan konsolidasi?
3. Apa keterbatasan yang ada pada pelaporan keuangan konsolidasi?
4. Bagaimana konsep dan standar dari pelaporan keuangan konsolidasi ini?
5. Bagaimana perhitungan laporan konsolidasi jika penguasaaan anak
perusahaan 100% atau kurang dari 100% ?

1.3 Tujuan Pembahasan

Setelah pokok bahasan dari makalah ini terjawab, maka tujuan dari
penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui definisi dari keuangan konsolidasi


2. Untuk mengetahui manfaat dari dibuatnya laporan keuangan konsolidasi
3. Untuk mengetahui keterbatasan-keterbatasan yang ada pada laporan keuangan
konsolidasi
4. Untuk mengetahui konsep dan standar dari laporan keuangan konsolidasi
5. Untuk mengetahui perhitungan laporan keuangan konsolidasi baik yang
kepemilikan 100% maupun kuran dari 100%

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Laporan Konsolidasi


Konsolidasi adalah kombinasi bisnis yang terjadi karena pengendalian
tidak menyatukan proses entitas-entitas yang bergabung. Masing-masing entitas
tetap beroparasi secara terpisah dan independen serta membuat laporan keuangan
individu. Akan tetapi, entitas-entitas tersebut berada dalam satu pengendalian
yang dilakukan oleh pihak yang bergabung.Entitas pengendali disebut dengan
entitas induk dan entitas yang dikendalikan disebut dengan entitas anak.
Konsolidasi diharuskan jika suatu perusahaan memiliki mayoritas saham beredar
dari perusahaan lain.

Karena entitas-entitas yang bergabung dalam pengendalian tetap beroprasi


secara individu, Standar Akuntansi Keuangan (SAK) mensyaratkan disusunnya
suatu laporan keuangan gabungan, yang dalam istilah akuntansi disebut laporan
keuangan konsolidasi. Laporan keuangan konsolidasian menyajikan posisi
keuangan dan hasil operasi untuk induk perusahaan dari satu atau lebih anak
perusahaan seakan-akan entitas-entitas individual tersebut adalah satu entitas atau
perusahaan. Laporan keuangan konsolidasi wajib disusun oleh entitas induk atau
pengendali tertinggi dalam suatu kelompok usaha. Berdasarkan PSAK 65 (revisi
2013), induk perusahaan harus mempersiapkan laporan keuangan konsolidasi.

Secara hukum, entitas induk dan entitas anak adalah entitas-entitas yang
berbeda, bahkan undang-undang anti trust mensyaratkan arm’s length transaction
diantara entitas yang berafiliasi. Dengan persyaratan ini, entitas induk tidak
diperkenankan membedakan harga jual atau pembelian produk terhadap entitas
anak dan entitas lain yang tidak berafiliasi.

2.2 Kegunaan Laporan Keuangan Konsolidasi


Laporan keuangan konsolidasi terutama ditunjukan untuk kepentingan
pihak-pihak yang memiliki kepentingan jangka panjang dengan induk perusahaan
seperti pemegang saham, kreditur dan penyedia dana. Laporan keuangan

6
konsolidasi seringkali merupakan satu-satunya cara untuk mendapatkan gambaran
yang jelas dari total sumber daya perusahaan hasil gabungan tersebut.

Pemegang saham yang ada dan calon pemegang saham dari induk
perusahaan umumnya mempunyai kepentingan paling besar atas laporan
keuangan konsolidasi disbanding laporan masing-masing perusahaan secara
individu karena nasib induk perusahaan dipengaruhi oleh oprasi dari anak-anak
perusahaan. Ketika anak perusahaan menghasilkan laba, laba tersebut akan diakui
oleh induk perusahaan. Dan sebaliknya, kerugian yang diterima oleh anak
perusahaan juga akan berpengaruh kepada induk perusahaan. Dengan melihat
laporan keuangan konsolidasi, pemilik dan calon pemilik lebih mampu untuk
menentukan efisiensi dari manajemen dalam memanfaatkan sumber daya yang
berada pada pengendaliannya.

Kreditur jangka panjang dari induk perusahaan juga memperhatikan


kegunaan laporan keuangan konsolidasi karena pengaruh oprasional anak
perusahaan terhadap kesehatan keseluruhan perusahaan dan masa depan induk
perusahaan,relevan untuk pengambilan keputusan kreditur. Walaupun induk
perusahaan dan anak perusahaan adalah entitas yang terpisah, kreditur induk
perusahaan mempunyai klaim tidak langsung atas asset-aset anak perusahaan.

Manajemen induk perusahaan mempunyai kepentingan yang berkelanjutan


untuk informasi terkini baik mengenai oprasi gabungan dari entitas konsolidasi
dan juga mengenai perusahaan-perusahaan individual yang membentuk entitas
konsolidasi. Sebagai contoh, anak perusahaan individual dapat mempunyai
volatilitas tinggidalam oprasinya, setelah hasiloprasi dan neraca digabung,
manager dapat mengetahui pengaruh keseluruhan aktivitas pada periode tersebut.
Sebaliknya, informasi mengenai perusahaan-perusahaan individual dalam entitas
konsolidasi juga dapat berguna. Contohnya, manajer dapat mengkompensasi
kekurangan kas di suatu anak perusahaan dengan kelebihan kas dari anak
perusahaan lain tanpa perlu melakukan pinjaman dari luar yang memerlukan biaya
tambahan. Manajer induk perusahaan menaruh perhatian kepada laporan
keuangan konsolidasi untuk mengevaluasi kinerja dari masing-masing entitas.

7
2.3 Keterbatasan Laporan Keuangan Konsolidasi
Walaupun laporan keuangan konsolidasi berguna, tetap harus diingat bahwa
laporan keuangan konsolidasi tetap memiliki keterbatasan. Beberapa informasi
akan hilang setiap kumpulan data digabungkan. Beberapa keterbatasan dari
laporan keuangan konsolidasi adalah sebagai berikut:

1. Karena hasil oprasi dan posisi keuangan dari masing-masing perusahaan


yang dimasukan dalam laporan keuangan konsolidasi tidak diungkapkan,
maka kinerja atau posisi dari satu atau lebih perusahaan dapat
disembunyikan oleh kinerja baik dari perusahaan lainnya.
2. Tidak semua saldo laba konsolidasi tersedia untuk deviden induk
perusahaan karena sebagian dapat mencerminkan bagian induk
perusahaan atas laba anak perusahaan yang belum dibagikan. Begitu pula
karena laporan keuangan konsolidasi termasuk asset anak perusahaan,
tidak semua asset yang ditampilkan tersedia untuk pembagian deviden
induk perusahaan.
3. Karena rasio-rasio keuangan berdasarkan laporan keuangan konsolidasi
dihitung berdasarkan informasi gabungan, rasio-rasio tersebut tidak
mewakili perusahaan mana pun yang dikonsolidasi, termasuk induk
perusahaan.
4. Akun-akun yang sama dari perusahaan-perusahaan berbeda yang
digabungkan dalam konsolidasi, bisa jadi tidak seluruhnya dapat
diperbandingkan. Sebagai contoh, panjang siklus oprasi dari perusahan-
perusahaan yang berbeda dapat bervariasi, menyebabkan piutang dari
panjang periode yang sama diklasifikasikan berbeda.
5. Informasi tambahan tentang masing-masing perusahaan atau kelompok
perusahaan yang termasuk dalam konsolidasi sering sekali diperlukan
untuk penyajian wajar, tetapi tambahan pengungkapan tersebut dapat
menyebabkan catatan atas laporan keuangan menjadi sangat banyak.

2.4 Laporan Keuangan Anak Perusahaan


Sebagian pengguna laporan keuangan dapat mempunyai kepentingan
dalam laporan keuangan tersendiri dari setiap anak perusahaan, baik untuk
menggantikan atau sebagai tambahan dari laporan keuangan konsolidasian.

8
Walaupun manajemen induk perusahaan mempunyai kepentingan dengan seluruh
entitas konsolidasi juga dengan individual anak perusahaan, kreditur, pemegang
saham preferen, dan pemegang saham biasa non-pengendali dari anak perusahaan
lebih tertarik pada laporan keuangan tersendiri anak perusahaan di mana mereka
mempunyai kepentingan. Karena anak perusahaan secara legal terpisah dari induk
perusahaan, kreditur dam pemegang saham anak perusahaan umumnya tidak
mempunyai klaim terhadap induk perusahaan dan juga pemegang saham anak
perusahaan tidak mendapat bagian dari laba induk perusahaan. Oleh karena itu,
laporan keuangan konsolidasian biasanya hanya mempunyai sedikit kegunaan
bagi mereka yang berkepentingan untuk memperoleh informasi tentang asset ,
modal , atau laba individual anak perusahaan.

2.5 Laporan Keuangan Konsolidasi : Konsep dan Standar


2.5.1 Pandangan Tradisional mengenai Pengendalian
Selama bertahun-tahun, satu-satunya kriteria paling penting untuk
menentukan apakah setiap anak perusahaan harus dikonsolidasi adalah
pengendalian. PSAK 4 menyatakan bahwa laporan keuangan konsolidasi biasanya
diterapkan untuk sekelompok perusahaan ketika salah satunya “memiliki
pengendalian atas kepentingan keuangan di perusahaan-perusahaan lainnya”.
Dinyatakan juga bahwa “kondisi umum untuk pengendalian atas kepentingan
keuangan adalah kepemilikan berhak suara mayoritas”. Dalam praktiknya,
pengendalian ditentukan dari proporsi saham berhak suara perusahaan yang
dimiliki secara langsung maupun tidak langsung oleh perusahaan lain. Kriteria ini
diformalkan oleh PSAK 4, yang mengharuskan konsolidasi semua anak
perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh induk perusahaan, kecuali
induk perusahaan tidak mempunyai pengendalian. PSAK 4 tidak melarang
konsolidasi kepemilikan kurang dari mayoritas, tetapi konsolidasi seperti itu
jarang ditemui dalam praktik.

2.5.2 Pengendalian Tidak Langsung


Pandangan tradisional mengenai pengendalian terdiri dari pengendalian
langsung dan tidak langsung. Pengendalian langsung (direct control) biasanya
terjadi jika suatu perusahaan memiliki mayoritas saham biasa perusahaan lain.
Pengendalian tidak langsung (indirect control) atau bentuk piramida terjadi jika

9
saham biasa suatu perusahaan dimiliki oleh satu atau lebih perusahaan yang
semuanya dalam pengendalian bersama.

Contoh dari pengendalian tidak langsung dari PT Z oleh PT P termasuk


situasi kepemilikan sebagai berikut:

P P P
80%
90%
80%

80%
X X Y W X Y
30%
60% 15% 15%

Z Z Z

(1) (2) (3)

Di (1), P memiliki 80% X, yang memiliki 60% Z.

Di (2), P memiliki 90% X dan 70% Y; X memiliki 40% Z dan Y memiliki 30% Z.

Di (3), P memiliki 90% X dan 80%Y; X memiliki 80% W dan 30% Z; Y memiliki
15% Z; dan W memiliki 15% Z.

Pada masing-masing situasi, pengendalian P atas Z bersifat tidak langsung


karena P memperoleh pengendalian tersebut dengan mengendalikan perusahaan-
perusahaan lain yang mengendalikan Z.

2.5.3 Kemampuan Untuk Memiliki Pengendalian


Dalam situasi tertentu, pemegang saham mayoritas anak perusahaan
mungkin tidak mampu untuk mempunyai kendali walaupun mereka mempunyai
lebih dari 50% saham berhak suara yang beredar. Hal ini bisa terjadi, sebagai
contohnya, jika anak perusahaan dalam kondisi reorganisasi legal atau dalam
kepailitan; walaupun induk perusahaan memiliki kepemilikan mayoritas,
pengendalian ada pada peradilan atau trustee yang ditunjuk oleh pengadilan.

10
Begitupula jika anak perusahaan berada di Negara lain dan Negara
tersebut memberikan batasan pada anak perusahaan yang mencegah pengambilan
laba atau asset ke induk perusahaan, konsolidasi dari anak perusahaan tersebut
tidak sesuai karena ketidakmampuan induk perusahaan untuk mengendalikan
aspek penting dari oprasi anak perusahaan.

2.5.4 Perbedaan Periode Fiskal


Perbedaan periode fiskal dari induk perusahaan dan anak perusahaan tidak
menyebabkan konsolidasi tidak diterapkan atas anak perusahaan tersebut. Sering
terjadi periode fiskal anak perusahaan, jika berbeda dengan induk perusahaan,
diubah untuk disamakan dengan periode fiskal induk perusahaan. Baik Bapepam
maupun standar akuntansi yang berlaku memperbolehkan konsolidasi dari laporan
keuangan anak perusahaan tanpa menyesuaikan periode fiskal anak perusahaan
jika periode fiskal tersebut tidak berbeda lebih dari tiga bulan dari periode fiskal
induk perusahaan dan jika dilakukan pengakuan terhadap kejadian-kejadian yang
mempunyai pengaruh material terhadap posisi keuangan atau hasil operasi.

2.6 Gambaran Umum Proses Konsolidasi


Laporan keuangan tersendiri dari perusahaan-perusahaan yang terlibat
merupakan titik awal tiap kali laporan keuangan konsolidasian dibuat. Laporan
keuangan tersendiri tersebut ditambahkan bersama sama, setelah beberapa
penyesuaian dan eliminasi, untuk menghasilkan laporan keuangan konsolidasian.
Penyesuaian dan eliminasi tersebut terkait dengan transaksi dan kepemilikan antar
perusahaan. Entitas konsolidasi secara keseluruhan harus melaporkan hanya
transaksi dengan pihak diluar entitas konsolidasi dan piutang dari atau utang
kepada pihak eksternal. Jadi, penyesuain dan eliminiasi diperlukan sebagai bagian
dari proses konsolidasi ditujukan untuk memastikan bahwa laporan keuangan
konsolidasian disajikan seakan-akan perusahaan perusahaan tersebut merupakan
perusahaan tunggal.

2.7 Ilustrasi Proses Konsolidasi


Konsep dasar yang diterapkan untuk pembuatan laporan keuangan
konsilidasian akan diilustrasikan dalam contoh berikut. Focus contoh ini pada
laporan posisi keuangan, tetapi konsep tersebut juga berlaku untuk laporan
keuangan yang lain. Asumsikan pada tanggal 1 januari 20x1, PT Indah membeli

11
nilai buku semua saham biasa PT Andika. Pada akhir 20x1, laporan posisi
keuangan dari kedua perusahaan tampak sebagai berikut.

Laporan Posisi Keuangan

31 desember 20x1

PT Indah PT Andika
Aset
Kas Rp 5.000.000 Rp 3.000.000
Piutang (bersih) 84.000.000 30.000.000
Persediaan 95.000.000 60.000.000
Aset tetap (bersih) 375.000.000 250.000.000
Aset Lain-lain 25.000.000 15.000.000
Investasi pada saham PT Andika 300.000.000 ___________
Total Aset Rp 884.000.000 Rp 358.000.000
Liabilitas dan Ekuitas
Utang Jangka Pendek Rp 60.000.000 Rp 5.000.000
Utang Jangka Panjang 200.000.000 50.000.000
Modal Saham Biasa 500.000.000 200.000.000
Saldo Laba 124.000.000 100.000.000
Total Liabilitas dan Ekuitas Rp 884.000.000 Rp 358.000.000

Informasi tambahan terkait dengan PT Indah dan PT Andika adalah


sebagai berikut.

1. PT Indah menggunakan metode ekuitas dasar untuk mencatat investasi


pada PT Andika. Akun investasi dicatat pada nilai buku aset bersih PT
Andika dan disesuaikan dengan bagian PT Indah atas laba dan dividen
PT Andika.

12
2. PT Andika berutang ke PT Indah senilai Rp 1.000.000 pada akhir
tahun.
3. PT Andika membeli persediaan dari PT Indah senilai Rp 6.000.000
selama tahun 20x1. Persediaan tersebut mempunyai biaya perolehan
awal Rp 4.000.000. PT Andika masih memegang persediaan tersebut
pada akhir periode.

2.8 Entitas Konsolidasi


Diagram beikut ini dapat membantu untuk memahami entitas konsolidasi :

Induk
Entitas Perusahaan
Konsolidasi

Anak
Perusahaan

Kotak yang berisi induk perusahaan dan anak perusahaan mengindikasikan


entitas legal. Transaksi dicatat dalam pembukuan kedua entitas legal. Garis putus-
putus melingkar dapat dianggap sebagai entitas konsolidasi, yang terdiri dari
induk perusahaan dan anak perusahaan. Entitas konsolidasi tidak mempunyai
eksistensi legal tetapi dianggap mempunyai realitas ekonomi.

Transaksi atau hubungan kepemilikan yang terjadi melintasi garis putus-


putus melibatkan pihak luar dan dicerminkan secara tepat dalam laporan keuangan
konsolidasi. Transaksi atau hubungan yang terjadi seluruhnya dalam entitas
konsolidasi tidak dicerminkan dalam laporan keuangan konsolidasi karena tidak
melibatkan pihak luar. Sebaliknya, transaksi atau hubungan tersebut dipandang
terjadi dalam satu entitas akuntansi dan karenanya, tidak memenuhi syarat untuk
dimasukkan dalam laporan keuangan konsolidasi.

13
Laporan posisi keuangan konsolidasian untuk PT Indah dan PT Andika
ditampilkan pada figure 3-1, bersamaan dengan perhitungan yang digunakan
untuk saldo-saldo dilaporkan.

PT Indah

Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian

31 Desember 20x1

Aset Liabilitas dan ekuitas


Kas Rp 8.000.000a Utang jangka pendek Rp 67.000.000f
Piutang (bersih) 113.000.000b Utang jangka panjang 250.000.000g
Persediaan 153.000.000c Modal saham biasa 500.000.000h
Aset Tetap (bersih) 625.000.000d Saldo laba 122.000.000i
Aset lain-lain 40.000.000e
Total aset Rp 939.000.000 Total liabilitas dan ekuitas Rp 939.000.000
a
kas Rp 5.000.000 + Rp 3.000.000 = Rp 8.000.000

b
piutang bersih Rp 84.000.000 + Rp 30.000.000 – Rp 1.000.000 = Rp 113.000.000

c
persediaan Rp 95.000.000 + Rp 60.000.000 – Rp 2.000.000 = Rp 153.000.000

d
aset tetap (bersih) Rp 375.000.000 + Rp 250.000.000 = Rp 625.000.000

e
aset lain-lain Rp 25.000.000 + Rp 15.000.000 = Rp 40.000.000

f
utang jangka pendek Rp 60.000.000 + Rp 8.000.000 – Rp 1.000.000 = Rp
67.000.000

g
utang jangka panjang Rp 200.000.000 + Rp 50.000.000 = Rp 250.000.000

h
modal saham biasa Rp 500.000.000 + Rp 200.000.000 – Rp 200.000.000 = Rp
700.000.000

i
saldo laba Rp 124.000.000 + Rp 100.000.000 – Rp 100.000.000 – Rp
200.000.000 = Rp 122.000.000

14
Pada contoh PT Indah dan PT Andika, beberapa hal perlu mendapat
perhatian khusus untuk memastikan bahwa laporan keuangan konsolidasian
menampilkan seakan-akan laporan keuangan tersebut adalah laporan keuangan
dari satu perusahaan tunggal.

1. Kepemilikan antarperusahaan
2. Piutang dan utang antarperusahaan
3. Penjualan antar perusahaan

2.8.1 Kepemilikan Antarperusahaan


Saham biasa PT Indah dimiliki oleh pihak luar entitas konsolidasi dan
dianggap sebagai saham biasa dari entitas keseluruhan. Sebaliknya, saham biasa
PT Andika, dimiliki seluruhnya dalam entitas konsolidasi dan bukan saham yang
beredar dilihat dari sudut pandang konsolidasi. Hubungan ini dapat diilustrasikan
sebagai berikut.

Saham
biasa
PT. Indah PT. Indah

Entitas Saham Biasa


Konsolidasi PT. Andika

PT. Andika

Karena suatu perusahaan tidak dapat melaporkan investasi pada dirinya


sendiri dalam laporan keuangannya, saham biasa PT Andika dan investasi PT
Indah dalam saham tersebut harus dieliminasi. Saham biasa PT Indah tetap
sebagai saham biasa entitas konsolidasi.

2.8.2 Piutang dan Utang Antarperusahaan


Piutang dan utang antarperusahaan dapat dilihat sebagai berikut.

15
PT. Indah
Piutang utang
Entitas antarperusahaan
Konsolidasi Rp 1.000.000

PT. Andika

Satu perusahaan tidak dapat berutang kepada dirinya sendirinya sendiri.


Walaupun sebagai perusahaan terpisah PT Indah melaporkan piutang usaha
sebesar RP 1.000.000 dari PT Andika dan PT Andika melaporkan utang usaha
sebesar Rp 1.000.000 ke PT Indah, piutang dan utang seperti itu tidak ada dari
sudut pandang konsolidasi. Karena itu, Rp 1.000.000 dieliminasi dari piutang dan
utang dalam mambuat neraca konsolidasi.

2.8.3 Penjualan Antarperusahaan


Perusahaan tunggal tidak dapat mengakui laba dan menaikkan nilai
persediaannya hanya karena persediaan tersebut ditransfer dari satu departemen/
divisi ke departemen/ divisi yang lain. Hal ini juga berlaku untuk penjualan
antarperusahaan dalam entitas konsolidasi.

Contoh penjualan barang dagangan dari PT Indah ke PT Andika juga harus


dilihat dari konteks entitas tunggal, sebagaimana di ilustrasikan dalam diagram
berikut :

Harga pokok
penjualan
Rp.4.000.000

PT Indah

Penjualan
Rp.6.000.000

Entitas
Konsolidasi
PT Andika

16
Perusahaan tunggal tidak dapat mengakui laba dan menaikan nilai
persediaan hanya karena persediaan tersebut di transfer dari satu departemen atau
divisi lain. Hal ini juga berlaku untuk penjualan antar perusahaan dalam entitas
konsolidasi. Dalam contoh ini persediaan antarperusahaan yang tersedia pada
akhir periode (Rp.6.000.000) harus dinyatakan kembali menjadi biaya perolehan
awalnya untuk entitas konsolidasi, Rp.4.000.000 yang di bayarkan PT Indah pada
saat membeli persediaan tersebut. Begitu pula, sebesar Rp.2.000.000 yang diakui
dari penjualan antarperusahaan dan termasuk dalam saldo lab
antarperusahaantidak boleh dimasukan dalam neraca konsolidasi. Karena itu,
persediaan dan saldo laba dikurangi laba antar perusahaanyang belum direakisasi
sebesar Rp.2.000.000 pada saat pembuatan neraca konsolidasi. Dalam pembuatan
laporan laba rugi konsolidasi, penjualan antarperusahaan sebesar Rp.6.000.000
juga harus dikeluarkan dari pendapatan gabungan PT Indah dan PT Andika karena
penjualan tersebut tidak mencerminkan penjulan ke pihak eksternal.

2.8.4 Perbedaan antara Biaya Perolehan dan Nilai Buku


PT Indah membeli investasi pada saham biasa PT Andika sebesar nilai
bukunya. Dalam kenyataannya, harga beli anak perusahaan biasanya berbeda
dengan nilai buku saham yang diakuisisi. Diferensial ini diperlakukan dengan cara
yang sama dalam pembuatan laporan keuangan konsolidasi seperti dalam merger.
Jika PT indah membayar lebih untuk investasinya di PT Andika diatas dinilai
buku saham yang diakuisisi (diferensial debit), selisih tersebut dalam konsolidasi
dialokasikan ke aset dan kewajiban tertentu dari PT Andika atau goodwill.

2.8.5 Sudut Pandang Entitas Tunggal


 Mekanisme Proses Konsolidasi
Kertas kerja digunakan untuk memfasilitasi proses penggabungan dan
penyesuaian saldo akun dalam konsilidasi. Induk perusahaan dan anak
perusahaan mempunyai pembukuan masing-masing. Tidak pembukuan
untuk entitas konsolidasi. Yang terjadi, saldo akun-akun pada setiap akhir
periode diperoleh dari pembukuan induk perusahaan dan anak perusahaan
dan dimasukan dalam kertas kerja konsolidasi.

17
2.9 Kepentingan Non Pengendali
Klaim dari pemegang saham atas laba dan asset bersih anak perusahaan
disebut kepentingan nonpengendali. Pemegang saham nonpengendali mempunyai
klaim atas asset dan laba anak perusahaan karena adanya kepemilikan saham.
(a) Eliminasi piutang/Utang antarperusahaan
(b) Eliminasi laba antarperusahaan belum terealisasi yang terdapat dalam

PT INDAH DAN ANAK PERUSAHAAN


Kertas Kerja Neraca Konsolidasi
31 Desember 20X1
Eliminasi
Item PT Indah PT Andika Debit Kredit Konsolidasi
Kas Rp. 5.000.000 Rp.3.000.000 Rp. 8.000.000
Piutang(bersih) 84.000.000 30.000.000 (a).Rp.1.000.000 113.000.000
Persediaan 95.000.000 60.000.000 (b). 153.000.000
2.000.000
Aset Tetap 375.000.000 250.000.000 625.000.000
(bersih)
Aset lain-lain 25.000.000 15.000.000 40.000.000
Investasi pd
saham PT 300.000.000 (c) 300.000.000
Andika
Rp.884.000.000 Rp.358.000.000 Rp.939.000.000
Utang jk Rp.60.000.000 Rp. 5.000.000 (a)Rp. Rp. 67.000.000
pendek 1.000.000
Utang jk 200.000.000 50.000.000 250.000.000
Panjang
Saham biasa 500.000.000 200.000.000 (c) 500.000.000
200.000.000
Saldo laba 124.000.000 100.000.000 (c) 122.000.000
100.000.000
(b)
2.000.000
Rp. Rp. Rp. 18
884.000.000 Rp.358.000.000 303.000.000 303.000.000 Rp.939.000.000
persediaan akhir terhadap saldo laba konsolidasi
(c) Eliminasi investasi dengan ekuitas pemegang saham anak perusahaan

 Kepemilikan Minoritas
Induk perusahaan tidak selalu memiliki 100% saham biasa anak perusahaan
yang beredar. Induk perusahaan dapat memiliki kurang dari 100% saham suatu
perusahaan dalam penggabungan usaha, atau pada awalnya memiliki 100% tapi
kemudian dijual atau diberikan beberapa lembar ke pihak lain. Dalam
mengonsolidasi anak perusahaan, induk perusahaan hanya perlu mempunyai
kepemilikian pengendali. Saham lain dari anak perusahaan yang tidak dimiliki
induk perusahaan disebut pemegang saham “non pengendali” atau “minoritas”.
Pemegang saham minoritas jelas mempunyai klaim atas aset dan laba anak
perusahaan karena adanya kepemilikan saham mereka. Karena umumya semua
aset, kewajiban dan laba anak perusahaan dimasukkan dalam laporan keuangan
konsolidasi, klaim pemegang saham minoritas atas hal-hal tersebut dilaporkan.
Klaim pemegang saham minoritas atas aset bersih anak perusahaan umumnya
disajikan diantara kewajiban dan ekuitas pemegang saham di neraca konsolidasi.
Bagian laba bersih anak perusahaan yang dialokasikan ke pemilikan minoritas
umumnya dikurangi dari laba yang tersedia untuk semua pemegang saham untuk
menghasilkan laba bersih konsolidasi dalam laporan laba rugi konsolidasi.
Walaupun alokasi tersebut tidak memenuhi beban, biasaya di perlakukan seperti
perlakuan beban umumnya.
Jika anak perusahaan mempunyai laba bersih Rp 150.000.000 dan
pemegang saham non-pengendali mempunyai 10% saham anak perusahaan, maka
bagian mereka atas laba adalah Rp 15.000.000 (Rp 150.000.000 x 0,10). Begitu
pula, jika ekuitas pemegang saham anak perusahaannya terdiri dari saham biasa
sebesar Rp 600.000.000 dan saldo laba Rp 200.000.000, total kepentingan non-
pengendali, yang mencerminkan klaim pemegang saham non-pengendali atas
asset bersih anak perusahaan, dihitung sebagai berikut.

19
Saham biasa anak perusahaan Rp 600.000.000

Saldo laba anak perusahaan Rp 200.000.000

Nilai buku anak perusahaan Rp 800.000.000

Bagian proposional pemegang saham nonpengendali x 0,10

Kepentingan nonpengendali Rp 80.000.000

2.10 Laporan Keuangan Gabungan


Laporan keuangan gabungan (combined financial statements) merupakan
laporan keuangan yang di dalamnya terdapat kelompok perusahaan – perusahaan
yang mempunyai hubungan istimewa tanpa adanya induk perusahaan atau pemilik
lain. Laporan keuangan gabungan umumnya dibuat jika seseorang, bukan
perusahaan, memiliki atau mengendalikan beberapa perusahaan dan ingin
menggabungkan semuanya dalam satu kumpulan laporan keuangan.
Prosedur yang digunakan untuk membuat laporan keuangan gabungan
intinya sama dengan prosedur yang digunakan untuk membuat laporan keuangan
konsolidasi. Semua piutang dan utang antarperusahaan, transaksi antarperusahaan,
serta laba dan rugi antarperusahaan yang belum direalisasi harus dieliminasi
dengan cara yang sama dalam pembuatan laporan keuangan konsolidasi.

2.11 Entitas Bertujuan Khusus dan Entitas Kepemilikan Variabel (Variable


Interest Entities)
PSAK 4 menetapkan standar konsolidasi dalam kondisi dimana suatu
perusahaan mengendalikan perusahaan lainnya dan menetapkan kepentingan
pengendali berhak suara sebagai kondisi umum yang menyebabkan perlunya
konsolidasi. PSAK 4 juga mengharuskan konsolidasi terhadap anak perusahaan
dengan kepentingan pengendali. PSAK 4 tidak memberikan dasar yang jelas
untuk konsolidasi.
Entitas jenis khusus dikenal dengan istilah entitas bertujuan khusus –
EBK yang merupakan perusahaan, trusts, atau persekutuan yang dibentuk untuk

20
satu tujuan khusus. Entitas tersebut biasanya tidak mempunyai kegiatan operasi
yang substansial dan digunakan hanya untuk tujuan pendanaan.
2.12 Pertimbangan Lain – Pendekatan yang Berbeda untuk Konsolidasi
2.12.1 Teori Konsolidasi
a. Teori perorangan ( proprietary theory)
Teori perorangan dari akuntansi menganggap perusahaan adalah
kepanjangan dari pemiliknya. Asset, kewajiban, pendapatan dan beban
perusahaan dianggap merupakan bagian dari pemiliknya. Ketika
diaplikasikan dalam pembuatan laporan keuangan konsolidasi, konsep
perorangan menghasilkankonsolidasi pro rata.
b. Teori induk perusahaan ( parent company theory)
Teori induk perusahaan lebih sesuai dengan perusahaan modern dan
pembuatan laporan keuangan konsolidasi dibandingkan pendekatan
perorangan. Teori induk perusahaan mengakui bahwa induk perusahaan
mempunyai pengendalian efektif atas semua asset dan kewajiban anak
perusahaan, bukan hanya atas bagian proporsionalnya.
c. Teori entitas (entity theory)
Teori entitas berfokus pada perusahaan sebagai entitas ekonomis terpisah
bukan pada hak kepemilikan dari pemegang saham. Penekanan dalam
pendekatan entitas adalah pada entitas konsolidasi itu sendiri, dengan
pemegang saham pengendali dan pemegang saham nonpengendali
dipandang sebagai dua kelompok yang terpisah, masing – masing
memiliki ekuitas yang sama dalam entitas konsolidasi.

2.12.2 Perbandingan antara Teori-Teori Alternatif


Dalam teori perorangan, hanya asset dan kewajiban anak perusahaan
sebesar bagian kepemilikan induk perusahaan yang termasuk dalam neraca
konsolidasi, dengan jumlah berdasarkan nilai wajar asset dan kewajiban tersebut
per tanggal kepemilikan mayoritas anak perusahaan diperoleh.
Pendekatan induk perusahaan memasukkan semua asset dan kewajiban
anak perusahaan di neraca konsolidasi. Namun hanya bagian induk atas
peningkatan nilai wajar dan goodwill yang dimasukkan dalam laporan keuangan
konsolidasi.

21
Seluruh nilai asset dan kewajiban anak perusahaan dimasukkan di neraca
konsolidasi berdasarkan metode entitas. Jumlah yang tertera dalam laporan
keuangan didasarkan pada nilai wajar penuh pada tanggal penggabungan usaha,
dan nilai penuh goodwill dimasukkan seluruhnya berapa pun persentase
kepemilikan yang dimiliki induk perusahaan.

2.12.3 Praktik Saat Ini


Prosedur yang saat ini digunakan dalam praktik tidak hanya merupakan
pendekatan induk perusahaan, tapi juga termasuk elemen pendekatan entitas.
Jumlah dari asset bersih anak perusahaan yang diakui di neraca konsolidasi pada
tanggal akuisisi pada praktiknya sama dengan pendekatan induk perusahaan.
Penentuan laba bersih pada praktiknya mengikuti pendekatan induk perusahaan,
kecuali perlakuan transaksi antarperusahaan yang umumnya konsisten dengan
pendekatan entitas.

2.12.4 Praktik di Masa Depan


Di masa depan, ada kemungkinan perubahan menuju pendekatan entitas,
di mana mengharuskan perhitungan laba bersih konsolidasi untuk entitas
konsolidasi secara keseluruhan dan mengalokasikan laba tersebut antara
kepentingan non-pengendali dan kepentingan pengendali (pemilik entitas publik).
Jadi jika induk perusahaan mengonsolidasikan kepemilikan anak perusahaan yang
tidak dimiliki seluruhnya, maka laporan laba rugi konsolidasian akan disajikan
sebagai berikut :

Pendapatan Rp 1.800.000.000
Beban (Rp 800.000.000)
Laba bersih konsolidasi Rp 1.000.000.000
Dikurangi : Laba bersih konsolidasi yang didistribusikan
ke kepentingan non pengendali di anak perusahaan (Rp 75.000.000)
Laba bersih konsolidasi yang didistribusikan
ke kepentingan pengendali Rp 925.000.000

Walaupun bentuk penyajian masih berfokus pada kepentingan pengendali,


namun penyajian ini memperlakukan bagian laba untuk kepentingan non-

22
pengendali lebih sebagai alokasi laba bersih konsolidasi dibanding pengurang
untuk mendapatkan nilai laba bersih konsolidasi.
Kepentingan nonpengendali di laporan posisi keuangan diperlakukan
sebagai bagian kepemilikan di laporan posisi keuangan seperti di laporan laba
rugi. Artinya, kepentingan nonpengendali dilaporkan di laporan posisi keuangan
konsolidasian dibagian ekuitas pemegang saham, dengan cara seperti berikut :

Ekuitas :
Kepentingan pengendali
Saham biasa Rp 10.000.000.000
Agio saham biasa Rp 50.000.000.000
Saldo laba Rp 30.000.000.000
Total kepentingan pengendali Rp 90.000.000.000
Kepentingan nonpengendali di anak perusahaan Rp 5.000.000.000
Total Ekuitas Rp 95.000.000.000

Perubahan akan mengharuskan pengakuan, pada tanggal penggabungan,


kenaikan nilai wajar penuh terkait dengan asset dan liabilitas yang diperoleh
dalam kombinasi bisnis, bersamaan bdengan jumlah penuh goodwill implicit,
termasuk bagian yang berhubungan dengan kepentingan nonpengendali.
Keharusan ini konsisten dengan teori entitas. Tidak diperlakukan secara retroaktif
untuk akuisisi yang terjadi sebelumnya.

2.13 Pengungkapan
PSAK 67(revisi 2013) “Pengungkapan Kepentingan dalam Entitas Lain”
diantaranya mengharuskan hal-hal berikut ini diungkapkan dalam laporan
keuangan konsolidasi :
1. Sifat hubungan antara induk dan anak perusahaan apabila induk
perusahaan tidak memiliki, secara langsung atau tidak langsung melalui
anak perusahaan lain, lebih dari separuh hak suara.
2. Alasan-alasan mengapa kepemilikan lebih dari separuh hak suara, secara
langsung atau tidak langsung melalui anak perusahaan lain, tidak
memiliki pengaruh signifikan atas anak perusahaan.

23
3. Sifat dan lingkup setiap batasan signifikan misalnya, sebagai konsekuensi
perjanjian yang ditandatangani atau sebagai kondisi dari badan pengatur,
sesuai dengan kapabilitas anak perusahaan untuk mentransfer dana kepada
induk perusahaan sebagai pelunasan pinjaman atau uang muka.
4. Apabila induk perusahaan kehilangan kendali atas anak perusahaan, maka
induk perusahaan melaporkan keuntungan atau kerugian dari transaksi
tersebut.
5. Ketika induk perusahaan menyusun laporan keuangan tersendiri, maka a)
keuangan adalah laporan keuangan tersendiri sebagai informasi tambahan
pada laporan keuangan konsolidasian, b) daftar investasi di Negara lai,
termasuk nama, kepemilika, Negara, hak suara, dan lain-lain, serta c)
metode yang digunakan dalam akuntansi untuk investasi tersebut.

24
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Laporan keuangan konsolidasian menyajikan posisi keuangan dan hasil


operasi dari induk perusahaan dan satu atau lebih anak perusahaan seakan-akan
mereka adalah perusahaan tunggal. Sebagai hasilnya, kelompok perusahaan yang
secara legal terpisah digambarkan sebagai entitas ekonomis tunggal oleh laporan
keuangan konsolidasian. Semua indikasi adanya kepemilikan antar perusahaan
dan pengaruh dari semua transaksi antar perusahaan tidak dimasukkan dalam
laporan keuangan konsolidasian. Pendekatan dasar dalam pembuatan laporan
keuangan konsolidasian adalah untuk menggabungkan laporan keuangan
tersendiri dari perusahaan-perusahaan individual yang akan dikonsolidasi dan
kemudian untuk mengeliminasi dan menyesuaikan hal-hal yang tidak akan
muncul atau akan muncul berbeda, jika perusahan-perusahaan tersebut adalah
satu.

Standar konsolidasi saat ini mengharuskan laporan keuangan konsolidasian


memasukkan semua perusahaan yang berada dalam pengendalian bersama,
kecuali pengendalian tersebut dipertanyakan. Laporan keuangan konsolidasian
disajikan terutama untuk mereka yang mempunyai kepentingan jangka panjang
dalam induk perusahaan, terutama pemegang sahan dan kreditur jangka panjang
induk perusahaan.

25
DAFTAR PUSTAKA

E. Baker, Richard, dkk. 2015. Akuntansi Keuangan Lanjutan (Perspektif


Indonesia). Jakarta: Salemba Empat

26

You might also like