You are on page 1of 11

NO.

PEMBAHASAN PERBANDINGAN
KONSEP TEORI ANALISIS
1. Identitas klien 1. Identitas klien meliputi :
nama, umur, jenis
kelamin, status,
pendidikan, agama,
pekerjaan, suku bangsa,
tangal masuk, tanggal
pengkajian, no. Rekam
medik, diagnosa medik,
ruang rawat dan alamat
2. Identitas penanggung
jawab : nama, umur,
jenis kelamin, pekerjaan,
agama, hubungan
dengan klien, alamat
(Damaiyanti & Iskandar,
2012).
2. Alasan masuk Faktor pencetus yaitu stressor,
dan faktor sosial budaya, dan biokimia,
prespitasi stress dan kecemasan akan
meningkat bila terjadi
penurunan stabilitas keluarga,
perpisahan dari orang yang
penting atau diasingkan dari
kelompok. Stress dan
kecemasan akan merangsang
tubuh untuk mengeluarkan zat
halusinogen dan faktor
psikologis dimana intensitas
yang ekstrim dan memanjang
disertai terbatasnya mengatasi
kemampuan menangani masalah
kemungkinan berkembangnya
orientasi realitas dan klien
biasanya mengembangkan
koping untuk menghindari
kenyataan yang tidak
menyenangkan. Pasien dengan
halusinasi biasanya berawal dari
tindakan menghindarkan diri
dari interaksi masyarakat. Dari
tindakan pasien tersebut
menyebabkan pasien dengan
halusinasi merasakan kejenuhan
(Damaiyanti & Iskandar, 2012).
Faktor pencetus yang lain
(stuart & sundeen 1998)
diantaranya adalah faktor
kesehatan seperti kurang tidur
dan kelelahan, lingkungan
seperti kurangnya kebebasan
hidup, dukungan sosial, dan
tekanan kerja. Faktor pencetus
biasanya terjadi adalah sikap
dan perilaku, merasa tidak
mampu, putus asa, merasa
gagal, kehilangan kendali diri,
merasa mempunyai kekuatan
lebih, tidak dapat memenuhi
kebutuhan spiritual,
kemampuan sosialisasi rendah,
perilaku agresif, perilaku
kekerasan
3. Faktor Faktor pendukung terjadinya
predisposisi halusinasi bisa disebabkan
karena faktor genetik, diamana
sebagian besar pasien haluinasi
mempunyai riwayat keturunan
dari keluarganya. Faktor
pendukung lain adalah faktor
neurologis dimana kortek
prefrontal dan limbik pada
skizofrenia tidak pernah
berkembang penuh. Ditemukan
juga pada skizofrenia terjadinya
penurunan volume dan fungsi
otak yang abnormal, sehingga
hal ini menyebabkan pasien
dengan halusinasi mengalami
gangguan pada penerapan
indera karena ada saraf otak ang
terganggu (Damaiyanti &
Iskandar, 2012).
4. Pengkajian 1. Genogram : berisi
psikologis tentang struktur keluarga
dengan minimal tiga
generasi
2. Konsep diri
a. Citra tubuh : klien
dengan halusinasi
masih
memperhatikan
penampilan
tubuhnya, jika
halusinasi
disebabkan karena
harga diri rendah,
biasanya pasien acuh
tak acuh pada
penampilannya
b. Identitas : meliputi
status dan posisi
klien dikeluarga dan
kepuasan sebagai
laki-laki/ perempuan
c. Peran diri : meliputi
peran yang diemban
oleh klien
dilingkungan dan
keluarga
d. Ideal diri : persepsi
indivudi tentang
bagaimanan ia harus
berperilaku sesuai
standart pribadi
e. Harga diri : penilaian
diri terhadap hasil
yang dicapai dengan
menganalisa
seberapa jauh
perilaku memenuhi
ideal diri
3. Hubungan sosial : klien
skizofrenia dengan
halusinasi biasanya
bersifat curiga dan
bermusuhan, menarik
diri, menghindar dari
orang lain, mudah
tersinggung sehingga
klien mengalami
kesukaran berinteraksi
dengan orang lain
4. Spiritual : meliputi nilai
dan keyakinan yaitu
pandangan dan
keyakinan klien terhadap
gangguan jiwa, kegiatan
ibadah yaitu kegiatan
ibadah individu dan
keluarga dirumah dan
pendapat klien tentang
kegiatan ibadah serta
pendapat klien tentang
kondisinya berhubungan
dengan agama yang
dianutnya (Damaiyanti
& Iskandar, 2012).
5. Pemeriksaan 1. Keadaan umum
fisik merupakan keadaan
pasien yang dinilai dari
eksternal
2. Kesadaran : Pasien
dengan masalah
halusinasi biasanya
sadar, tidak mengalami
gangguan tingkat
kesadaran
3. TTV meliputi : tekanan
darah, denyut nadi,
respirasi dan suhu badan
4. Ukur meliputi : berat
badan dan tinggi badan
5. Keluhan fisik meliputi
keluhan yang dialami
pasien (Damaiyanti &
Iskandar, 2012).
6. Status mental 1. Penampilan : tidak
mengalami
penyimpangan pada
penampilannya. Klien
terkadang tidak terlihat
jika mengalami
gangguan jiwa, sebab
halusinasi tidak setiap
saat muncul
2. Pembicaraan : cepat dan
terjadi inkoherensi
3. Aktivitas motorik :
terlihat lesu, sering tidur,
tegang, gelisah. Jika
pasien halusinasi disertai
isolasi sosial biasanya
aktivitas pasien tidak
mengalami ganggguan
4. Mood : klien terlihat
sedih, gembira
berlebihan, putus asa,
ketakutan atau khawatir.
Pada pasien skizifrenia
biasanya ketakutan.
Afek : klien datar,
tumpul labil atau tidak
sesuai. Biasanya klien
skizofrenia afek klien
labil kadang-kadang
tumpul dan tidak sesuai
5. Interaksi selama
wawancara : klien
kooperatif, bermusuhan,
kontak mata kurang
6. Persepsi sensorik :
meliputi mengenai
pendengaran,
penglihatan, pengecap,
penghidu, peraba,
cenestetik, maupun
kinestetik. Klien
halusinasi perlu dikaji
lebih dalam tentang
halusinasinya mengenai
jenis, isi, frekuensi,
waktu, situasi dan
respon pasien, saat
terjadi halusinasi
7. Proses pikir :
a. Arus pikir : apakah
pembicaraan klien
mengalami
sirkumtantial,
tangensial,
kehilangan asosiasi,
slight of idea dan
blocking
b. Isi pikir dan Bentuk
pikir : kadang-
kadang ada ide yang
tidak realistik eperti
waham
8. Kesadaran dan memori :
apakah klien mampu
mengingat kejadian saat
inim kejadian yang baru
saja terjadi dan kejadian
masa lalu. Pasien dengan
masalah halusinasi
biasanya sadar, tidak
mengalami gangguan
tingkat kesadaran
9. Tingkat konsentrasi dan
berhitung : biasanya
klien kurang
memusatkan perhatian
dan konsentrasi karena
tenggelam dalam
halusinasinya. Pada
umumnya kemampuan
berhitung klien dengan
halusinasi masih baik
10. Kemampuan penilaian :
klien tidak mengalami
kesulitan dalam
meyelesaikan masalah,
klien mampu mengambil
keputusan yang tepat
11. Daya tilik diri : klien
biasanya mengetahui
alasan masuk ke rumah
sakit (Damaiyanti &
Iskandar, 2012).
7. Kebutuhan Meliputi dengan siapa klien
persiapan pulang tinggal sepulang dirumah sakit,
rencana klien berkaitan dengan
minum obat dan kontrol,
pekerjaan yang dilakukan,
aktivitas untuk mengisi waktu
luang serta sumber biaya,
adanya orang-orang yang
menjadi support system bagi
klien dan tempat rujukan
pengobatan atau perawatan
(Damaiyanti & Iskandar, 2012).
8. Mekanisme Pada pasien dengan skizofrenia
koping perlu dikahji mekanisme koping
yang digunakan sebelum pasien
masuk rumah sakit maupun
mekanisme koping pasien
selama menghadapi masalah
dirumah sakit jiwa (Damaiyanti
& Iskandar, 2012).
9. Masalah Perlu dikaji seperti apa masalah
psikososial dan psikososial dan masalah pasien
linkungan dilingkungannya, apakah pasien
sering bermasalah dengan orang
disekitarnya (Damaiyanti &
Iskandar, 2012).
10. Aspek Pengetahuan klien perlu dikaji
pengetahuan untuk mengetahui seberapa jauh
pasien mengenal penyakitnya.
Hal ini juga digunakan
merencanakan kegiatan atau
tindakan selanjutnya
(Damaiyanti & Iskandar, 2012).
11. Aspek medis Pada klien skizofrenia dengan
halusinasi baisanya
mendapatkan obat-obat anti
psikosis seperti : haloperidol,
clorpromazinc dan anti
kolinergik seperti triheksifenidil
serta electro convulsive therapy
(ECT) (Damaiyanti & Iskandar,
2012).
12. Pohon masalah Menurut Keliat, 2006 adalah
13. Diagnosa Menurut Fitria , 2009 :
keperawatan 1. Resiko perilaku
meciderai diri
berhubungan dengan
halusinasi
2. Gangguan persepsi
sensori berhubungan
dengan menarik diri
3. Isolasi sosial menarik
diri berhubungan dengan
harga diri rendah
4. Gangguan pemeliharaan
berhubungan dengan
deficit perawatan diri :
mandi dan berhias
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung.


Refika Aditama

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasae dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan. Jakarta. Salemba Medika

Keliat B, dkk. 2006. Proses Keperawatan Jiwa Edisi II. Jakarta. EGC

Stuart and sundeen. 1998. Keperawatan Jiwa (Terjemahan), alih bahsa : Achir Yani
Edisi III. Jakarta : EGC

You might also like