You are on page 1of 24

MAKALAH

MATA KULIAH HUKUM KEUANGAN NEGARA

UPAYA MENSINERGIKAN PEMERIKSAAN PENGELOLAAN


DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA (PPTKN)
DI LINGKUP INTERNAL DAN EKSTERNAL PEMERINTAH
INDONESIA

Disusun oleh:

TIMOTHY HAPPY SANTOSO

D III AKUNTANSI 2-16 / NO. ABSEN: 35

NPM. 1302170569

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena karunia dan anugerah-Nya, saya selaku penulis dapat
menyelesaikan makalah Hukum Keuangan Negara ini dengan sebaik
mungkin dan tepat pada waktunya. Kami juga mengucapkan terimakasih
kepada Dosen Mata Kuliah Hukum Keuangan Negara, Bapak Abdul Gofar
atas tugas yang telah diberikan beliau sehingga kami mendapat wawasan
mendalam mengenai sistem konstitusi dan implementasinya di Indonesia.

Makalah kami yang berjudul ini “Upaya Mensinergikan PPTKN di


Lingkup Internal dan Eksternal Pemerintah” mendeskripsikan mengenai
sistem pengawasan terhadap penyelenggaraan keuangan negara di
berbagai sektor. Hal ini menjadi sangat signifikan, karena menentukan
bagaimana LKPP yang disusun oleh Kementerian Keuangan dari berbagai
LKK/L merupakan hasil murni yang sebagaimana dinyatakan oleh BPK
sebagai lembaga pemeriksaan keuangan ekstern. Perlu ada koordinasi dan
sinergi baik dari lembaga audit internal dan eksternal, karena hal ini akan
meningkatkan proses check and balance, sehingga dapat mencapai hasil
yang diinginkan seperti efisien, efektif, transparan, dan lain-lain.

Harapan penulis dengan adanya makalah ini dapat membuka


wawasan dan pengetahuan baru mengenai PPTKN di negara kita dan
menjadi pendorong rasa peduli dan pemahaman mendalam kita untuk
Indonesia. Saya sepenuhnya menyadari bahwa baik dalam penyusunan
hingga penyampaian materi makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga saya sangat menerima adanya kritik dan saran yang sifatnya
membangun agar demi evaluasi bagi saya sebagai mahasiswa untuk
kepenulisan yang lebih baik lagi ke depannya. Akhir kata, Terimakasih.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii


DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I.......................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah ......................................................... 2
1.4 Metode Penulisan ....................................................................... 2
1.5 Manfaat ........................................................................................ 3
BAB II ......................................................................................................... 4
LANDASAN TEORI .................................................................................... 4
2.1 Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara (PPTKN) .................................................................................... 4
Definisi Pemeriksaan Pengelolaan Keuangan Negara ........................ 4
Lingkup Pemeriksaan Pengelolaan Keuangan Negara ........................ 5
Pelaksanaan Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara ................................................................................ 6
Hasil Pemeriksaan dan Tindak Lanjut ................................................ 10
2.2 Sistem Pengendalian Internal Pemerintah ............................. 14
BAB III ...................................................................................................... 16
PEMBAHASAN ........................................................................................ 16
3.1 Korelasi antara Auditor Internal dan Auditor Eksternal ........ 16
3.2 Bentuk Sinergi yang Dapat Dilakukan oleh APIP dan BPK ... 17
3.3 Relevansi Sinergi APIP-BPK dengan PPTKN yang Efektif,
Efisien, dan Transparan ..................................................................... 18
BAB IV ..................................................................................................... 20
PENUTUP ................................................................................................ 20
4.1 Kesimpulan ............................................................................... 20
4.2 Penutup ..................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara (PPTKN) merupakan bagian dari penyelenggaraan
keuangan negara di pemerintah pusat maupun daerah. Hal ini bisa
diindikasikan dari eksistensi UU No. 15 Tahun 2004 merupakan
bagian dari paket UU Keuangan Negara, di samping UU No. 17
Tahun 2004 dan UU No. 1 Tahun 2004.
Berdasarkan artikel Berita Satu pada tanggal 4 Juni 2018
yang berjudul Opini WTP Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
Meningkat, untuk LKPP Tahun 2017 mendapat opini WTP (Wajar
Tanpa Pengecualian) sebanyak 91% oleh BPK yang mana ini secara
akumulatif dari 87 LKK/L dan 1 LKBUN. Hal ini meningkat dibanding
tahun 2016 yang mencapai 84% - peningkatan yang cukup
signifikan. BPK memberi opini WTP untuk 79 LKK/L dan 1 LKBUN,
opini WDP (Wajar Dengan Pengecualian) untuk 6 LKK/L, dan opini
TMP (Tidak Menyatakan Pendapat)/Disclaimer untuk 2 LKK/L.
Alasan mengapa masih belum WTP-nya 8 LKK/L adalah adanya
permasalahan PNBP, belanja barang, belanja modal, piutang bukan
pajak, persediaan, aset tetap dan aset lainnya, serta utang kepada
pihak ketiga. BPK pun menambahkan bahwa perlu pemerintah
meningkatkan perbaikan pengelolaan dan pertanggungjawaban
APBN di tahun mendatang.
Mengingat bahwa eksistensi PPTKN ini penting untuk K/L,
Pemerintah Pusat, dan Daerah, maka perlu ada kesadaran dari para
pemangku kepentingan mengenai koordinasi dan sinergi oleh
lembaga audit internal – APIP dan lembaga audit eksternal – BPK.
Dengan meningkatkan sinergi di kedua lembaga, tercapainya
laporan keuangan WTP untuk semua institusi bukan lagi mustahil.

1
1.2 Rumusan Masalah
Dalam menentukan kesimpulan guna terarahnya pokok bahasan
yang akan disampaikan, adapun rumusan masalah yang akan
diangkat agar dapat diungkapkan dalam bagian Kesimpulan.
 Apa yang melandasi secara hukum penyelenggaraan PPTKN
di pemerintah?
 Mengapa pemerintah membutuhkan sinergi di lembaga audit
internal maupun eksternal?
 Bagaimana korelasi antara sinergi antar kedua lembaga
dengan hasil yang diinginkan oleh pemerintah dan pemangku
kepentingan?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


Dalam penyusunan makalah ini tentunya memiliki beberapa
tujuan. Adapun tujuan yang ingin dicapai dari tersusunnya makalah
ini antara lain sebagai berikut.
 Memberikan dan membuka wawasan bagi para pembaca
mengenai pemeriksaan pengelolaan keuangan negara dan
pelaksanaannya.
 Memberi penjelasan bukan hanya sebatas teori, namun
disertai dengan kasus yang relevan untuk direfleksikan dan
didiskusikan. Kasus saat ini meningkatkan sinergi lembaga
PPTKN internal dan eksternal dalam pemerintah.

1.4 Metode Penulisan


Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah “Aspek
Hukum Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah” adalah Metode
Studi Pustaka. Metode Studi Pustaka merupakan studi kepustakaan
yang penggalian informasi dan pengetahuannya melalui
pengumpulan data/referensi dari berbagai sumber, antara lain
sumber bacaan dan media elektronik.
Penyusunan makalah ini memerlukan suatu sistematika yang
dapat memudahkan pembaca dan agar dapat runtut dan tidak

2
tercecer. Secara sistematis, membuat makalah yang terdiri atas 3
bab dan daftar pustaka, antara lain sebagai berikut.

Bab I PENDAHULUAN

Dalam bab ini, memaparkan latar belakang, rumusan


masalah, tujuan penyusunan, metode dan sistematika, dan manfaat
dalam penyusunan makalah.

Bab II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini, memberikan informasi atau data yang


menunjang suatu pokok permasalahan.

Bab III PEMBAHASAN

Bab ini memberikan suatu pemaparan materi berkaitan


dengan landasan teori yang telah disampaikan pada bab II

Bab IV PENUTUP

Bab ini memberikan suatu kesimpulan (conclusion) yang


tersaji secara lengkap terhadap apa yang telah dipaparkan

DAFTAR PUSTAKA

Bagian ini menyajikan sumber-sumber informasi yang


digunakan sebagai referensi dari penyusunan makalah ini. Referensi
yang digunakan meliputi sumber bacaan seperti buku dan media
elektronik seperti internet.

1.5 Manfaat
Dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan bagi
kalangan pembaca khususnya di lingkungan PKN STAN dan
Kementerian Keuangan untuk memberi pemahaman bahwa sinergi
adalah penting untuk meningkatkan kualitas LKPP yang pada
akhirnya dapat memberikan pengaruh positif bagi keuangan negara
khususnya penerimaan negara. Hal ini menjadi concern bagi seluruh
masyarakat karena ini adalah isu penting di tingkat nasional.

3
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab


Keuangan Negara (PPTKN)
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara mengatur
pemeriksaan keuangan negara oleh Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK). Sebelum berlakunya Undang-Undang ini, dalam pelaksanaan
tugas pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara, BPK berpedoman berpedoman kepada Instructie en Verdere
Bepalingen voor de Algemene Rekenkomer atau IAR (Staatsblad
Tahun 1898 Nomor 9 sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Staatsblad Tahun 1933 Nomor 320). Undang-Undang ini bertujuan
untuk mewujudkan pengelolaan keuangan negara sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor
1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, di mana perlu
dilakukan pemeriksaan oleh satu badan pemeriksa keuangan yang
bebas dan mandiri, sebagaimana telah ditetapkan dalam Pasal 23E
Undang-Undang Dasar 1945. (Indonesia, 2004)

Definisi Pemeriksaan Pengelolaan Keuangan Negara


Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara atau Audit Keuangan Negara adalah proses identifikasi
masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen,
obyektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk
menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan
informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan
Negara. (Indonesia, 2004)

4
Lingkup Pemeriksaan Pengelolaan Keuangan Negara
Pemeriksaan keuangan negara meliputi pemeriksaan atas
pengelolaan keuangan negara dan pemeriksaan atas tanggung
jawab keuangan negara. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
merupakan lembaga audit eksternal yang melaksanakan
pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara.
Dalam hal pemeriksaan dilaksanakan oleh Akuntan Publik
berdasarkan ketentuan undang undang, laporan hasil pemeriksaan
tersebut wajib disampaikan kepada BPK dan dipublikasikan.
Penyampaian laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud
diperlukan agar BPK dapat melakukan evaluasi pelaksanaan
pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan publik. Hasil
pemeriksaan akuntan publik dan evaluasi tersebut selanjutnya
disampaikan oleh BPK kepada lembaga perwakilan, sehingga dapat
ditindaklanjuti sesuai dengan kewenangannya.
Pemeriksaan sebagaimana dimaksud terdiri atas
pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan
dengan tujuan tertentu:
 Pemeriksaan Keuangan adalah pemeriksaan atas laporan
keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Pemeriksaan keuangan ini dilakukan oleh BPK dalam rangka
memberikan pernyataan opini tentang tingkat kewajaran
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah.
 Pemeriksaan Kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan
keuangan negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi
dan efisiensi serta pemeriksaan aspek efektivitas yang lazim
dilakukan bagi kepentingan manajemen oleh aparat
pengawasan intern pemerintah.
 Pemeriksaan dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan
yang tidak termasuk dalam pemeriksaan keuangan dan
pemeriksaan kinerja. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu

5
meliputi antara lain pemeriksaan atas hal hal lain di bidang
keuangan, pemeriksaan investigatif, dan pemeriksaan atas
sistem pengendalian intern pemerintah.
Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dilaksanakan
berdasarkan standar pemeriksaan. Standar dimaksud disusun oleh
BPK dengan mempertimbangkan standar di lingkungan profesi audit
secara internasional. Dalam penyusunan standar pemeriksaan
sebagaimana dimaksud pada ayat ini, BPK menetapkan proses
penyiapan standar dan berkonsultasi mengenai substansi standar
kepada Pemerintah. Proses penyiapan standar dimaksud
mencakup langkah langkah yang perlu ditempuh secara cermat
(due process) dengan melibatkan organisasi terkait dan
mempertimbangkan standar pemeriksaan internasional agar
dihasilkan standar yang diterima secara umum.

Pelaksanaan Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung


Jawab Keuangan Negara
Penentuan obyek pemeriksaan, perencanaan dan
pelaksanaan pemeriksaan, penentuan waktu dan metode
pemeriksaan, serta penyusunan dan penyajian laporan
pemeriksaan dilakukan secara bebas dan mandiri oleh BPK.
BPK memiliki kebebasan dan kemandirian dalam ketiga tahap
pemeriksaan, yakni perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil
pemeriksaan. Kebebasan dalam tahap perencanaan mencakup
kebebasan dalam menentukan obyek yang akan diperiksa, kecuali
pemeriksaan yang obyeknya telah diatur tersendiri dalam undang
undang, atau pemeriksaan berdasarkan permintaan khusus dari
lembaga perwakilan.
Dalam merencanakan tugas pemeriksaan, BPK
memperhatikan permintaan, saran, dan pendapat lembaga
perwakilan. Permintaan dimaksud dapat berupa hasil keputusan

6
rapat paripurna, rapat kerja, dan alat kelengkapan lembaga
perwakilan.
Dalam rangka membahas permintaan, saran, dan pendapat
sebagaimana dimaksud, BPK atau lembaga perwakilan
mengadakan pertemuan konsultasi.
Dalam merencanakan tugas pemeriksaan, BPK dapat
mempertimbangkan informasi dari pemerintah, bank sentral, dan
masyarakat. Informasi dari pemerintah termasuk dari lembaga
independen yang dibentuk dalam upaya pemberantasan korupsi,
kolusi, dan nepotisme, seperti Komisi Pemberantasan Korupsi,
Komisi pengawasan Persaingan Usaha, dan Pusat Pelaporan dan
Analisis Transaksi Keuangan. Informasi dari masyarakat termasuk
penelitian dan pengembangan, kajian, pendapat dan keterangan
organisasi profesi terkait, berita media massa, pengaduan langsung
dari masyarakat.
Dalam menyelenggarakan pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara, BPK dapat memanfaatkan hasil
pemeriksaan aparat pengawasan intern pemerintah. Untuk
keperluan sebagaimana dimaksud, laporan hasil pemeriksaan intern
pemerintah wajib disampaikan kepada BPK.
Dalam melaksanakan tugas pemeriksaan, BPK dapat
menggunakan pemeriksa dan/atau tenaga ahli dari luar BPK yang
bekerja untuk dan atas nama BPK. Penggunaan pemeriksa
dan/atau tenaga ahli dari luar BPK dilakukan apabila BPK tidak
memiliki/tidak cukup memiliki pemeriksa dan/atau tenaga ahli yang
diperlukan dalam suatu pemeriksaan. Pemeriksa dan/atau tenaga
ahli dalam bidang tertentu dari luar BPK dimaksud adalah pemeriksa
di lingkungan aparat pengawasan intern pemerintah, pemeriksa,
dan/atau tenaga ahli lain yang memenuhi persyaratan yang
ditentukan oleh BPK. Penggunaan pemeriksa yang berasal dari
aparat pengawasan intern pemerintah merupakan penugasan
pimpinan instansi yang bersangkutan.

7
Untuk mewujudkan perencanaan yang komprehensif, BPK
dapat memanfaatkan hasil pemeriksaan aparat pengawasan intern
pemerintah, memperhatikan masukan dari pihak lembaga
perwakilan, serta informasi dari berbagai pihak. Sementara itu
kebebasan dalam penyelenggaraan kegiatan pemeriksaan antara
lain meliputi kebebasan dalam penentuan waktu pelaksanaan dan
metode pemeriksaan, termasuk metode pemeriksaan yang bersifat
investigatif. Selain itu, kemandirian BPK dalam pemeriksaan
keuangan negara mencakup ketersediaan sumberdaya manusia,
anggaran, dan sarana pendukung lainnya yang memadai.
BPK dapat memanfaatkan hasil pekerjaan yang dilakukan
oleh aparat pengawasan intern pemerintah. Dengan demikian, luas
pemeriksaan yang akan dilakukan dapat disesuaikan dan
difokuskan pada bidang bidang yang secara potensial berdampak
pada kewajaran laporan keuangan serta tingkat efisiensi dan
efektivitas pengelolaan keuangan negara. Untuk itu, aparat
pengawasan intern pemerintah wajib menyampaikan hasil
pemeriksaannya kepada BPK.
Dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan, pemeriksa dapat:
 meminta dokumen yang wajib disampaikan oleh pejabat
atau pihak lain yang berkaitan dengan pelaksanaan
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara;
 mengakses semua data yang disimpan di berbagai media,
aset, lokasi, dan segala jenis barang atau dokumen dalam
penguasaan atau kendali dari entitas yang menjadi obyek
pemeriksaan atau entitas lain yang dipandang perlu
dalam pelaksanaan tugas pemeriksaannya;
 melakukan penyegelan tempat penyimpanan uang,
barang, dan dokumen pengelolaan keuangan negara;
Penyegelan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh

8
pemeriksa sebagai salah satu bagian dari prosedur
pemeriksaan paling lama 2 x 24 jam dengan
memperhatikan kelancaran pelaksanaan
pekerjaan/pelayanan di tempat yang diperiksa.
Penyegelan hanya dilakukan apabila pemeriksaan atas
persediaan uang, barang, dan/atau dokumen pengelolaan
keuangan negara terpaksa ditunda karena sesuatu hal.
Penyegelan dilakukan untuk mengamankan uang,
barang, dan/atau dokumen pengelolaan keuangan
negara dari kemungkinan usaha pemalsuan, perubahan,
pemusnahan, atau penggantian pada saat pemeriksaan
berlangsung.
 meminta keterangan kepada seseorang; Permintaan
keterangan dilakukan oleh pemeriksa untuk memperoleh,
melengkapi, dan/atau meyakini informasi yang dibutuhkan
dalam kaitan dengan pemeriksaan. Yang dimaksud
dengan seseorang adalah perseorangan atau badan
hukum.
 memotret, merekam dan/atau mengambil sampel sebagai
alat bantu pemeriksaan. Kegiatan pemotretan,
perekaman, dan/atau pengambilan sampel (contoh) fisik
obyek yang dilakukan oleh pemeriksa bertujuan untuk
memperkuat dan/atau melengkapi informasi yang
berkaitan dengan pemeriksaan.
Dalam rangka meminta keterangan kepada sesorang
sebagaimana dimaksud, BPK dapat melakukan pemanggilan
kepada seseorang. Tata cara pemanggilan dimaksud ditetapkan
oleh BPK setelah berkonsultasi dengan Pemerintah.
Dalam rangka pemeriksaan keuangan dan/atau kinerja,
pemeriksa melakukan pengujian dan penilaian atas pelaksanaan
sistem pengendalian intern pemerintah. Pengujian dan penilaian
dimaksud termasuk atas pelaksanaan sistem kendali mutu dan hasil

9
pemeriksaan aparat pemeriksa intern pemerintah. Dengan
pengujian dan penilaian dimaksud BPK dapat meningkatkan
efisiensi dan efektifitas pelaksanaan pemeriksaan. Hasil pengujian
dan penilaian tersebut menjadi masukan bagi pemerintah untuk
memperbaiki pelaksanaan sistem pengendalian dan kinerja
pemeriksaan intern.
Pemeriksa dapat melaksanakan pemeriksaan investigatif
guna mengungkap adanya indikasi kerugian negara/daerah
dan/atau unsur pidana.
Apabila dalam pemeriksaan ditemukan unsur pidana, BPK
segera melaporkan hal tersebut kepada instansi yang berwenang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Tata
cara penyampaian laporan sebagaimana dimaksud diatur bersama
oleh BPK dan Pemerintah.

Hasil Pemeriksaan dan Tindak Lanjut

Pemeriksa menyusun laporan hasil pemeriksaan (LHP)


setelah pemeriksaan selesai dilakukan. Dalam hal diperlukan,
pemeriksa dapat menyusun laporan interim pemeriksaan. Laporan
interim pemeriksaan dimaksud, diterbitkan sebelum suatu
pemeriksaan selesai secara keseluruhan dengan tujuan untuk
segera dilakukan tindakan pengamanan dan/atau pencegahan
bertambahnya kerugian.
Muatan laporan-laporan hasil pemeriksaan:
 LHP atas laporan keuangan pemerintah memuat opini.
 LHP atas kinerja memuat temuan, kesimpulan, dan
rekomendasi.
 LHP dengan tujuan tertentu memuat kesimpulan.
Opini merupakan pernyataan profesional pemeriksa
mengenai kewajaran informasi keuangan disajikan dalam laporan
keuangan yang didasarkan pada kriteria:

10
 kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan;
 kecukupan pengungkapan (adequate disclosures);
 kepatuhan terhadap peraturan perundang undangan; dan
 efektivitas sistem pengendalian intern.
Terdapat 4 jenis opini yang dapat diberikan oleh pemeriksa, yakni:
 opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion);
 opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion);
 opini tidak wajar (adversed opinion); dan
 pernyataan menolak memberikan opini (disclaimer of opinion).
Tanggapan pejabat pemerintah yang bertanggung jawab atas
temuan, kesimpulan, dan rekomendasi pemeriksa, dimuat atau
dilampirkan pada LHP.
LHP atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP)
disampaikan oleh BPK kepada DPR dan DPD selambat-lambatnya
2 bulan setelah menerima laporan keuangan dari pemerintah pusat.
Yang dimaksud dengan LKPP adalah laporan keuangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
LHP atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)
disampaikan oleh BPK kepada DPRD selambat-lambatnya 2 bulan
setelah menerima laporan keuangan dari pemerintah daerah. Yang
dimaksud dengan LKPD adalah laporan keuangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara.
LHP kinerja dan LHP dengan tujuan tertentu disampaikan
kepada DPR/DPD/DPRD sesuai dengan kewenangannya, dan
disampaikan pula kepada Presiden/gubernur/bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya.
Selain disampaikan kepada lembaga perwakilan, LHP juga
disampaikan oleh BPK kepada pemerintah. Dalam hal LHP
keuangan, hasil pemeriksaan BPK digunakan oleh pemerintah untuk

11
melakukan koreksi dan penyesuaian yang diperlukan, sehingga
laporan keuangan yang telah diperiksa (audited financial statements)
memuat koreksi dimaksud sebelum disampaikan kepada
DPR/DPRD. Pemerintah diberi kesempatan untuk menanggapi
temuan dan kesimpulan yang dikemukakan dalam laporan hasil
pemeriksaan. Tanggapan dimaksud disertakan dalam laporan hasil
pemeriksaan BPK yang disampaikan kepada DPR/DPRD.
Ikhtisar Hasil Pemeriksaan (IHP) Semester disampaikan
kepada lembaga perwakilan selambat lambatnya 3 bulan sesudah
berakhirnya semester yang bersangkutan. IHP sebagaimana
dimaksud disampaikan pula kepada
Presiden/gubernur/bupati/walikota selambat lambatnya 3 bulan
sesudah berakhirnya semester yang bersangkutan.
IHP disampaikan kepada DPR/DPD/DPRD sesuai dengan
kewenangannya, dan kepada Presiden serta
gubernur/bupati/walikota yang bersangkutan agar memperoleh
informasi secara menyeluruh tentang hasil pemeriksaan.
Dalam rangka transparansi dan peningkatan partisipasi
publik, Undang undang ini menetapkan bahwa setiap laporan hasil
pemeriksaan yang sudah disampaikan kepada lembaga perwakilan
dinyatakan terbuka untuk umum. Laporan hasil pemeriksaan yang
terbuka untuk umum berarti dapat diperoleh dan/atau diakses oleh
masyarakat. Dengan demikian, masyarakat dapat memperoleh
kesempatan untuk mengetahui hasil pemeriksaan, antara lain
melalui publikasi dan situs web BPK. LHP yang dinyatakan terbuka
tidak termasuk laporan yang memuat Rahasia Negara yang diatur
dalam peraturan perundang undangan.
Pejabat wajib menindaklanjuti rekomendasi dalam LHP.
Tindak lanjut atas rekomendasi dapat berupa pelaksanaan seluruh
atau sebagian dari rekomendasi. Dalam hal sebagian atau seluruh
rekomendasi tidak dapat dilaksanakan, pejabat wajib memberikan
alasan yang sah.

12
Pejabat juga wajib memberikan jawaban atau penjelasan
kepada BPK tentang tindak lanjut atas rekomendasi dalam LHP.
Jawaban atau penjelasan sebagaimana dimaksud disampaikan
kepada BPK selambat lambatnya 60 hari setelah laporan hasil
pemeriksaan diterima.
BPK memantau pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil
Pemeriksaan (TLHP). Dalam rangka pemantauan sebagaimana
dimaksud pada ayat ini, BPK menatausahakan laporan hasil
pemeriksaan dan menginventarisasi permasalahan, temuan,
rekomendasi, dan/atau tindak lanjut atas rekomendasi dalam laporan
hasil pemeriksaan. Selanjutnya BPK menelaah jawaban atau
penjelasan yang diterima dari pejabat yang diperiksa dan/atau
atasannya untuk menentukan apakah tindak lanjut telah dilakukan.
Pejabat yang diketahui tidak melaksanakan kewajiban
sebagaimana dimaksud dapat dikenai Sanksi Administratif sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
kepegawaian. BPK memberitahukan hasil pemantauan TLHP
sebagaimana dimaksud kepada lembaga perwakilan dalam hasil
pemeriksaan semester.
Lembaga perwakilan menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK
dengan melakukan pembahasan sesuai dengan kewenangannya.
DPR/DPRD meminta penjelasan kepada BPK dalam rangka
menindaklanjuti hasil pemeriksaan.
DPR/DPRD dapat meminta BPK untuk melakukan
pemeriksaan lanjutan. Pemeriksaan lanjutan sebagaimana
dimaksud pada ayat ini dapat berupa pemeriksaan hal hal yang
berkaitan dengan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan
dengan tujuan tertentu.
DPR/DPRD dapat meminta Pemerintah untuk melakukan
tindak lanjut atas hasil pemeriksaan dan/atau hasil pemeriksaan
lanjutan.

13
2.2 Sistem Pengendalian Internal Pemerintah
Menurut PP Nomor 60 Tahun 2008, SPI (Sistem
Pengendalian Internal) adalah proses integral pada tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan
seluruh pegawai untuk memberi keyakinan memadai atas
tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif & efisien,
keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. SPIP adalah SPI
yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah
pusat dan pemerintah daerah. (Indonesia, Peraturan Pemerintah
Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Lingkungan Pengendalian, 2008)
Penyelenggaraan SPIP dalam pengelolaan keuangan negara
bertujuan untuk mencapai akuntabilitas dalam keuangan dan kinerja.
Segala proses dari perumusan kebijakan hingga
pertanggungjawaban semua perlu ada manajemen yang merujuk
pada hakikat suatu pemerintahan yang good governance.
Akuntabilitas dalam mewujudkan clean governance terdiri atas dua,
yakni Akuntabilitas Keuangan dan Kinerja. Akuntabilitas keuangan
terdiri atas indikator opini WTA (Wilayah Tertib Administrasi) yang
mengukur seberapa institusi tersebut sudah tertib dalam
administrasinya dan indikator opini WTP (Wajar Tanpa
Pengecualian) yang mengukur tingkat kewajaran dan keandalan
(reliable) laporan keuangan institusi terkait. Untuk akuntabilitas
kinerja, terdiri atas indikator opini WBK (Wilayah Bebas Korupsi)
yang memberikan judgement bahwa insitusi terkait sudah sesuai
prosedur yang berlaku dan tidak ada praktik KKN di dalamnya.
SPIP bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai
terhadap empat hal, yaitu :
1. Tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan
penyelenggaraan pemerintahan negara
2. Keandalan pelaporan keuangan
3. Pengamanan aset negara

14
4. Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Tujuan tersebut mengisyaratkan bahwa jika dilaksanakan
dengan baik dan benar, SPIP akan memberi jaminan dimana seluruh
penyelenggara negara, mulai dari pimpinan hingga pegawai di
instansi pemerintah, akan melaksanakan tugasnya dengan jujur dan
taat pada peraturan. Akibatnya, tidak akan terjadi penyelewengan
yang dapat menimbulkan kerugian negara. Ini dapat dibuktikan,
misalnya, melalui laporan keuangan pemerintah yang andal dan
mendapat predikat Wajar Tanpa Pengecualian.
Dengan adanya PP Nomor 60 Tahun 2008 sebagai kekuatan
hukum dari SPIP, setiap instansi pemerintah berkewajiban
menerapkan SPIP dalam kegiatannya. Penerapan SPIP dengan baik
dan benar akan meningkatkan citra instansi pemerintah karena
mampu mencapai tujuannya secara efektif dan efisien, menampilkan
laporan keuangan yang andal, serta menghindarkan negara dari
kerugian karena memiliki SDM yang taat pada peraturan.
Ada lima unsur SPIP yang mewajibkan pimpinan instansi
pemerintah untuk memiliki kompetensi tertentu dan melaksanakan
tugas-tugas tertentu. Terdiri dari lingkungan pengendalian, penilaian
resiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, dan
pengawasan. Untuk itu, sudah saatnya seluruh pimpinan instansi
pemerintah mempersiapkan dirinya dan organisasi yang dipimpinnya
untuk menerapkan SPIP. (Rahmani, 2011)

15
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Korelasi antara Auditor Internal dan Auditor Eksternal


Sesuai Pasal 9 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara, dinyatakan bahwa dalam menyelenggarakan pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, Badan
Pemeriksa Keuangan dapat memanfaatkan hasil pemeriksaan
Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP). Untuk itu, laporan hasil
pemeriksaan APIP wajib disampaikan kepada BPK. Dengan
disampaikan LHP dari APIP kepada BPK, maka dapat dijustifikasi
dan direkonsiliasi antara kedua hasil tersebut. Hal ini juga
menunjukkan seberapa besar integritas suatu institusi dan lembaga
dalam menjalankan peran kelembagaan publiknya.
Dalam pelaksanaan pemeriksaan, pengawasan, dan
pertanggungjawaban keuangan negara yang dilakukan oleh auditor
internal (APIP) dan auditor eksternal (BPK) memegang peran,
fungsi, dan lingkup yang berbeda dalam banyak hal. Keduanya
memiliki peran dalam perwujudan pemerintah melaksanakan
prosedur check and balance yang kini kiat digencarkan oleh baik
pemerintah pusat dan daerah.
Ditinjau dari sudut pandang audit manajemen, keduanya
memiliki dua sisi yang berbeda. Dari aspek output yang dihasilkan
oleh auditor internal, umumnya berupa rekomendasi, sedangkan
output yang dihasilkan oleh auditor eksternal berupa opini. Dari
aspek independensi pun terjadi perbedaan signifikan. Seperti yang
kita tahu, bahwa auditor eksternal memiliki independensi terhadap
manajemen dari K/L bersangkutan yang diaudit, namun auditor
internal tidak sepenuhnya independen terhadap manajemen dalam
hal ini adalah Kementerian/Lembaga.

16
3.2 Bentuk Sinergi yang Dapat Dilakukan oleh APIP dan BPK
Sinergi antara Badan Pemeriksa Keuangan dan Aparat
Pengawas Intern Pemerintah (APIP) sangat diperlukan dalam
pencegahan dan pemberantasan korupsi di Indonesia. Dengan
sinergi tersebut, sejak dini dapat dilakukan pengecekan dan
pengujian untuk mengetahui apabila terjadi penyimpangan dalam
penyelenggaraan dan pengeloaan tanggung jawab keuangan
negara. Selain bentuk tindakan preventif dari korupsi, sinergi ini guna
meningkatkan akuntabilitas BPK dan APIP dalam
menyelenggarakan audit terhadap LKPP maupun LKK/L. (BPK,
2017)
Dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, manajemen
bertanggung jawab untuk mengendalikan tindak kecurangan. Oleh
karena itu, pengelola keuangan negara dan Kementerian Keuangan
membangun suatu sistem pengendali intern untuk menuju good
governance dan menjadi faktor penting mencegah terjadinya tindak
korupsi.
Untuk itu, peran APIP sangat diperlukan sebagai benteng
pertama dalam mencegah adanya penyimpangan. APIP bertugas
melakukan pengawasan intern atas pelaksanan tugas dan fungsi
instansi pemerintah. Pengawasan intern tersebut melalui audit,
review, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya.
Selain itu, sinergi antara Aparat Pengawas Intern Pemerintah
(APIP) sebagai auditor internal serta Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) sebagai auditor ekternal mutlak dilakukan untuk
meningkatkan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan
di seluruh intansi pemerintah.
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi – Asman Abrur mengingatkan bahwa dengan kenyataan
masih banyaknya instansi pemerintah baik pusat maupun daerah
yang memiliki nilai akuntabilitas dibawah B pada evaluasi Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) tahun 2016,

17
hanya memberikan kontribusi terhadap pemborosan keuangan
negara dan tidak memberikan manfaat ataupun hasil bagi
masyarakat. (PANRB, 2017)
Oleh karena itu, ke depan ia telah mentargetkan seluruh
instansi pemerintah untuk mencapai target nilai akuntabilitas kinerja
SAKIP minimal B agar efisiensi penggunaan anggaran negara dapat
tercapai secara signifikan dan memberikan manfaat nyata bagi
masyarakat
Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas penggunaan
anggaran negara, sinergi antara APIP dan BPK harus
dimaksimalkan agar pengawasan pengelolaan keuangan negara
dapat tercapai secara optimal.
Sementara itu, Anggota BPK Prof. Dr. Eddy Mulyadi Soepardi,
CFr.A, CA menyampaikan bahwa betapa pentingnya melaksanakan
sinergi antara APIP dan BPK karena saat ini Pemerintah Indonesia
memiliki tantangan besar dalam pengawasan pengelolaan dan
keuangan negara, antara lain metode pemeriksaan yang belum
efisien, cakupan pengawasan internal dan pengawasan eksternal
belum memenuhi kebutuhan, serta kualitas rekomendasi dan
tindaklanjut hasil pengawasan dan pemeriksaan belum maksimal.
Untuk menyelesaikan tantangan ini, maka sinergi antara
pengawas internal dan pemeriksa eksternal sangat dibutuhkan,
karena dengan langkah maju bersama pemeriksaan akan lebih
efisien, audit coverage akan meningkat signifikan, serta kualitas
rekomendasidan tindak lanjut dapat dilaksanakan secara pasti dan
nyata demi terwujudnya efisiensi dan efektivitas pengelolaan
keuangan negara,”
3.3 Relevansi Sinergi APIP-BPK dengan PPTKN yang Efektif,
Efisien, dan Transparan
Dalam rangka sinkronisasi perencanaan dan penganggaran
pembangunan nasional, salah satu maksud dan tujuannya adalah
bagaimana pemerintah meningkatkan koordinasi dan upaya

18
optimalisasi dan efisiensi anggaran. Ada beberapa hal yang perlu
ditingkatkan oleh pemerintah, antara lain sebagai berikut.
1. Pemanfaatan teknologi yang tersistematisasi dan terbarukan.
Di era milenial ini, dunia internasional telah berhadapan
dengan situasi dimana manusia “dimanjakan” oleh teknologi-
teknologi yang telah berevolusi dan berinovasi dalam beberapa
tahun terakhir. Bahkan, banyak tenaga kerja manusia yang
sudah digantikan oleh mesin-mesin yang canggih dan AI
(Artificial Intellegence). Hal ini menunjukkan bahwa teknologi
cenderung membawa efektivitas dan efisiensi dalam
pelaksanaan suatu pekerjaan.
Dalam kaitannya dengan pengawasan terhadap keuangan
negara dapat dilakukan pemangkasan birokrasi dan otomatisasi
dengan menggunakan suatu sistem akuntansi yang dapat
meningkatkan akuntabilitas dan mendeteksi adanya
kekurangwajaran suatu laporan keuangan. Memang hal ini akan
menimbulkan masalah baru apabila terjadi kerusakan sistem dan
suatu cyber crime yang dapat mengancam keuangan negara.
Tapi setidaknya untuk beberapa sektor keuangan perlu
disistematisasi untuk meminimalisir adanya kecurangan (fraud)
dan kurangnya keandalan laporan keuangan.
2. Ditingkatkannya frekuensi dan volume koordinasi antara BPK
dan APIP dalam melaksanakan audit secara komprehensif.
Tentu akan menjadi masalah apabila baik BPK maupun APIP
memberikan suatu opini dan rekomendasi yang tidak sinkron.
Perlunya sinkronisasi dan peningkatan kualitas koordinasi antara
BPK dan APIP dapat mewujudkan nilai integritas di suatu institusi
dalam melaporkan keuangannya. Maka, kurangnya adequate
informasi dari laporan keuangan, ketidakjelasan, dan
sebagainya dapat diminimalisir dan dihilangkan sehingga bukan
mustahil jika dengan LKPP yang mendapat opini WTP terdiri atas
seluruh K/L dan BUN yang beropini WTP juga.

19
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan materi yang telah dipaparkan, dapat dipahami
bahwa kebijakan pemerintah yang relevan terkait upaya
mensinergikan pengawasan oleh auditor internal dan eksternal
memegang kendali yang strategis dalam mewujudkan UU No. 15
Tahun 2004 itu sendiri. Hal ini membuat pemahaman kita secara
sepenuhnya menyadari bahwa sinergi ini sangatlah diperlukan
karena selain menjamin keandalan laporan keuangan yang disusun
oleh tiap-tiap Kementerian/Lembaga, hal ini juga akan mengurangi
setidaknya potensi dari kerawanan tindak pidana korupsi itu sendiri.
Dalam hal wajarnya suatu LKPP dan kinerja suatu K/L dapat
menjamin bahwa semua administrasi dan kegiatan operasi dalam
melaksanakan mandat pelayanan masyarakat sudah sesuai dengan
SOP dan dapat menjadikan K/L tersebut terbebas dari korupsi. Hal
ini memang menjadi perhatian pemerintah dalam membuat setiap
K/L dapat menstimulus dan menunjang auditor internalnya untuk
bersinergi dan membuat koordinasi kepada BPK terkait pengawasan
dan pemeriksaan terhadap pengelolaan keuangan negara.

4.2 Penutup
Demikianlah makalah yang dapat dipaparkan. Saya selaku penulis
makalah sepenuhnya menyadari bahwa baik secara fisik maupun
substansi dari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
sebagai penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca sekalian yang bersifat membangun demi evaluasi bagi
penulis untuk ke depannya. Akhir kata, Terimakasih.

20
DAFTAR PUSTAKA

BPK. (2017, April 11). BPK Selenggarakan Seminar antara Aparat Pengawasan
Internal Pemerintah APIP dan BPK. Dipetik Juli 17, 2018, dari Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia: http://www.bpk.go.id/news/bpk-
selenggarakan-seminar-sinergi-antara-aparat-pengawasan-internal-
pemerintah-apip-dan-bpk
Indonesia. (2004, Juni 19). Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Jakarta:
Sekretariat Negara. Dipetik Juli 4, 2018, dari WikiAPBN: Sebuah Ensiklopedia
Kementerian Keuangan: http://www.wikiapbn.org/pemeriksaan-keuangan-
negara/
Indonesia. (2008). Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Tentang
Lingkungan Pengendalian. Jakarta: Sekretariat Negara.
PANRB, K. (2017, April 11). Tingkatkan Akuntabilitas dan Transparansi Keuangan
Negara, MenPANRB: Optimalkan Sinergi antara BPK dan APIP. Dipetik Juli
17, 2018, dari MenPANRB: https://www.menpan.go.id/site/berita-
terkini/tingkatkan-akuntabilitas-dan-transparansi-keuangan-negara-menpanrb-
optimalkan-sinergi-antara-bpk-dan-apip
Rahmani, N. (2011, Oktober 28). Mengenal Sistem Pengendalian Internal
Pemerintah. Dipetik Juli 17, 2018, dari Badan Pendidikan dan Pelatihan
Keuangan Kementerian Keuangan RI: http://bppk.kemenkeu.go.id/id/berita-
medan/12048-mengenal-sistem-pengendalian-intern-pemerintah

21

You might also like