Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
NPM. 1302170569
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena karunia dan anugerah-Nya, saya selaku penulis dapat
menyelesaikan makalah Hukum Keuangan Negara ini dengan sebaik
mungkin dan tepat pada waktunya. Kami juga mengucapkan terimakasih
kepada Dosen Mata Kuliah Hukum Keuangan Negara, Bapak Abdul Gofar
atas tugas yang telah diberikan beliau sehingga kami mendapat wawasan
mendalam mengenai sistem konstitusi dan implementasinya di Indonesia.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Dalam menentukan kesimpulan guna terarahnya pokok bahasan
yang akan disampaikan, adapun rumusan masalah yang akan
diangkat agar dapat diungkapkan dalam bagian Kesimpulan.
Apa yang melandasi secara hukum penyelenggaraan PPTKN
di pemerintah?
Mengapa pemerintah membutuhkan sinergi di lembaga audit
internal maupun eksternal?
Bagaimana korelasi antara sinergi antar kedua lembaga
dengan hasil yang diinginkan oleh pemerintah dan pemangku
kepentingan?
2
tercecer. Secara sistematis, membuat makalah yang terdiri atas 3
bab dan daftar pustaka, antara lain sebagai berikut.
Bab I PENDAHULUAN
Bab IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
1.5 Manfaat
Dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan bagi
kalangan pembaca khususnya di lingkungan PKN STAN dan
Kementerian Keuangan untuk memberi pemahaman bahwa sinergi
adalah penting untuk meningkatkan kualitas LKPP yang pada
akhirnya dapat memberikan pengaruh positif bagi keuangan negara
khususnya penerimaan negara. Hal ini menjadi concern bagi seluruh
masyarakat karena ini adalah isu penting di tingkat nasional.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
4
Lingkup Pemeriksaan Pengelolaan Keuangan Negara
Pemeriksaan keuangan negara meliputi pemeriksaan atas
pengelolaan keuangan negara dan pemeriksaan atas tanggung
jawab keuangan negara. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
merupakan lembaga audit eksternal yang melaksanakan
pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara.
Dalam hal pemeriksaan dilaksanakan oleh Akuntan Publik
berdasarkan ketentuan undang undang, laporan hasil pemeriksaan
tersebut wajib disampaikan kepada BPK dan dipublikasikan.
Penyampaian laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud
diperlukan agar BPK dapat melakukan evaluasi pelaksanaan
pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan publik. Hasil
pemeriksaan akuntan publik dan evaluasi tersebut selanjutnya
disampaikan oleh BPK kepada lembaga perwakilan, sehingga dapat
ditindaklanjuti sesuai dengan kewenangannya.
Pemeriksaan sebagaimana dimaksud terdiri atas
pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan
dengan tujuan tertentu:
Pemeriksaan Keuangan adalah pemeriksaan atas laporan
keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Pemeriksaan keuangan ini dilakukan oleh BPK dalam rangka
memberikan pernyataan opini tentang tingkat kewajaran
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah.
Pemeriksaan Kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan
keuangan negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi
dan efisiensi serta pemeriksaan aspek efektivitas yang lazim
dilakukan bagi kepentingan manajemen oleh aparat
pengawasan intern pemerintah.
Pemeriksaan dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan
yang tidak termasuk dalam pemeriksaan keuangan dan
pemeriksaan kinerja. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu
5
meliputi antara lain pemeriksaan atas hal hal lain di bidang
keuangan, pemeriksaan investigatif, dan pemeriksaan atas
sistem pengendalian intern pemerintah.
Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dilaksanakan
berdasarkan standar pemeriksaan. Standar dimaksud disusun oleh
BPK dengan mempertimbangkan standar di lingkungan profesi audit
secara internasional. Dalam penyusunan standar pemeriksaan
sebagaimana dimaksud pada ayat ini, BPK menetapkan proses
penyiapan standar dan berkonsultasi mengenai substansi standar
kepada Pemerintah. Proses penyiapan standar dimaksud
mencakup langkah langkah yang perlu ditempuh secara cermat
(due process) dengan melibatkan organisasi terkait dan
mempertimbangkan standar pemeriksaan internasional agar
dihasilkan standar yang diterima secara umum.
6
rapat paripurna, rapat kerja, dan alat kelengkapan lembaga
perwakilan.
Dalam rangka membahas permintaan, saran, dan pendapat
sebagaimana dimaksud, BPK atau lembaga perwakilan
mengadakan pertemuan konsultasi.
Dalam merencanakan tugas pemeriksaan, BPK dapat
mempertimbangkan informasi dari pemerintah, bank sentral, dan
masyarakat. Informasi dari pemerintah termasuk dari lembaga
independen yang dibentuk dalam upaya pemberantasan korupsi,
kolusi, dan nepotisme, seperti Komisi Pemberantasan Korupsi,
Komisi pengawasan Persaingan Usaha, dan Pusat Pelaporan dan
Analisis Transaksi Keuangan. Informasi dari masyarakat termasuk
penelitian dan pengembangan, kajian, pendapat dan keterangan
organisasi profesi terkait, berita media massa, pengaduan langsung
dari masyarakat.
Dalam menyelenggarakan pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara, BPK dapat memanfaatkan hasil
pemeriksaan aparat pengawasan intern pemerintah. Untuk
keperluan sebagaimana dimaksud, laporan hasil pemeriksaan intern
pemerintah wajib disampaikan kepada BPK.
Dalam melaksanakan tugas pemeriksaan, BPK dapat
menggunakan pemeriksa dan/atau tenaga ahli dari luar BPK yang
bekerja untuk dan atas nama BPK. Penggunaan pemeriksa
dan/atau tenaga ahli dari luar BPK dilakukan apabila BPK tidak
memiliki/tidak cukup memiliki pemeriksa dan/atau tenaga ahli yang
diperlukan dalam suatu pemeriksaan. Pemeriksa dan/atau tenaga
ahli dalam bidang tertentu dari luar BPK dimaksud adalah pemeriksa
di lingkungan aparat pengawasan intern pemerintah, pemeriksa,
dan/atau tenaga ahli lain yang memenuhi persyaratan yang
ditentukan oleh BPK. Penggunaan pemeriksa yang berasal dari
aparat pengawasan intern pemerintah merupakan penugasan
pimpinan instansi yang bersangkutan.
7
Untuk mewujudkan perencanaan yang komprehensif, BPK
dapat memanfaatkan hasil pemeriksaan aparat pengawasan intern
pemerintah, memperhatikan masukan dari pihak lembaga
perwakilan, serta informasi dari berbagai pihak. Sementara itu
kebebasan dalam penyelenggaraan kegiatan pemeriksaan antara
lain meliputi kebebasan dalam penentuan waktu pelaksanaan dan
metode pemeriksaan, termasuk metode pemeriksaan yang bersifat
investigatif. Selain itu, kemandirian BPK dalam pemeriksaan
keuangan negara mencakup ketersediaan sumberdaya manusia,
anggaran, dan sarana pendukung lainnya yang memadai.
BPK dapat memanfaatkan hasil pekerjaan yang dilakukan
oleh aparat pengawasan intern pemerintah. Dengan demikian, luas
pemeriksaan yang akan dilakukan dapat disesuaikan dan
difokuskan pada bidang bidang yang secara potensial berdampak
pada kewajaran laporan keuangan serta tingkat efisiensi dan
efektivitas pengelolaan keuangan negara. Untuk itu, aparat
pengawasan intern pemerintah wajib menyampaikan hasil
pemeriksaannya kepada BPK.
Dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan, pemeriksa dapat:
meminta dokumen yang wajib disampaikan oleh pejabat
atau pihak lain yang berkaitan dengan pelaksanaan
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara;
mengakses semua data yang disimpan di berbagai media,
aset, lokasi, dan segala jenis barang atau dokumen dalam
penguasaan atau kendali dari entitas yang menjadi obyek
pemeriksaan atau entitas lain yang dipandang perlu
dalam pelaksanaan tugas pemeriksaannya;
melakukan penyegelan tempat penyimpanan uang,
barang, dan dokumen pengelolaan keuangan negara;
Penyegelan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh
8
pemeriksa sebagai salah satu bagian dari prosedur
pemeriksaan paling lama 2 x 24 jam dengan
memperhatikan kelancaran pelaksanaan
pekerjaan/pelayanan di tempat yang diperiksa.
Penyegelan hanya dilakukan apabila pemeriksaan atas
persediaan uang, barang, dan/atau dokumen pengelolaan
keuangan negara terpaksa ditunda karena sesuatu hal.
Penyegelan dilakukan untuk mengamankan uang,
barang, dan/atau dokumen pengelolaan keuangan
negara dari kemungkinan usaha pemalsuan, perubahan,
pemusnahan, atau penggantian pada saat pemeriksaan
berlangsung.
meminta keterangan kepada seseorang; Permintaan
keterangan dilakukan oleh pemeriksa untuk memperoleh,
melengkapi, dan/atau meyakini informasi yang dibutuhkan
dalam kaitan dengan pemeriksaan. Yang dimaksud
dengan seseorang adalah perseorangan atau badan
hukum.
memotret, merekam dan/atau mengambil sampel sebagai
alat bantu pemeriksaan. Kegiatan pemotretan,
perekaman, dan/atau pengambilan sampel (contoh) fisik
obyek yang dilakukan oleh pemeriksa bertujuan untuk
memperkuat dan/atau melengkapi informasi yang
berkaitan dengan pemeriksaan.
Dalam rangka meminta keterangan kepada sesorang
sebagaimana dimaksud, BPK dapat melakukan pemanggilan
kepada seseorang. Tata cara pemanggilan dimaksud ditetapkan
oleh BPK setelah berkonsultasi dengan Pemerintah.
Dalam rangka pemeriksaan keuangan dan/atau kinerja,
pemeriksa melakukan pengujian dan penilaian atas pelaksanaan
sistem pengendalian intern pemerintah. Pengujian dan penilaian
dimaksud termasuk atas pelaksanaan sistem kendali mutu dan hasil
9
pemeriksaan aparat pemeriksa intern pemerintah. Dengan
pengujian dan penilaian dimaksud BPK dapat meningkatkan
efisiensi dan efektifitas pelaksanaan pemeriksaan. Hasil pengujian
dan penilaian tersebut menjadi masukan bagi pemerintah untuk
memperbaiki pelaksanaan sistem pengendalian dan kinerja
pemeriksaan intern.
Pemeriksa dapat melaksanakan pemeriksaan investigatif
guna mengungkap adanya indikasi kerugian negara/daerah
dan/atau unsur pidana.
Apabila dalam pemeriksaan ditemukan unsur pidana, BPK
segera melaporkan hal tersebut kepada instansi yang berwenang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Tata
cara penyampaian laporan sebagaimana dimaksud diatur bersama
oleh BPK dan Pemerintah.
10
kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan;
kecukupan pengungkapan (adequate disclosures);
kepatuhan terhadap peraturan perundang undangan; dan
efektivitas sistem pengendalian intern.
Terdapat 4 jenis opini yang dapat diberikan oleh pemeriksa, yakni:
opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion);
opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion);
opini tidak wajar (adversed opinion); dan
pernyataan menolak memberikan opini (disclaimer of opinion).
Tanggapan pejabat pemerintah yang bertanggung jawab atas
temuan, kesimpulan, dan rekomendasi pemeriksa, dimuat atau
dilampirkan pada LHP.
LHP atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP)
disampaikan oleh BPK kepada DPR dan DPD selambat-lambatnya
2 bulan setelah menerima laporan keuangan dari pemerintah pusat.
Yang dimaksud dengan LKPP adalah laporan keuangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
LHP atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)
disampaikan oleh BPK kepada DPRD selambat-lambatnya 2 bulan
setelah menerima laporan keuangan dari pemerintah daerah. Yang
dimaksud dengan LKPD adalah laporan keuangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara.
LHP kinerja dan LHP dengan tujuan tertentu disampaikan
kepada DPR/DPD/DPRD sesuai dengan kewenangannya, dan
disampaikan pula kepada Presiden/gubernur/bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya.
Selain disampaikan kepada lembaga perwakilan, LHP juga
disampaikan oleh BPK kepada pemerintah. Dalam hal LHP
keuangan, hasil pemeriksaan BPK digunakan oleh pemerintah untuk
11
melakukan koreksi dan penyesuaian yang diperlukan, sehingga
laporan keuangan yang telah diperiksa (audited financial statements)
memuat koreksi dimaksud sebelum disampaikan kepada
DPR/DPRD. Pemerintah diberi kesempatan untuk menanggapi
temuan dan kesimpulan yang dikemukakan dalam laporan hasil
pemeriksaan. Tanggapan dimaksud disertakan dalam laporan hasil
pemeriksaan BPK yang disampaikan kepada DPR/DPRD.
Ikhtisar Hasil Pemeriksaan (IHP) Semester disampaikan
kepada lembaga perwakilan selambat lambatnya 3 bulan sesudah
berakhirnya semester yang bersangkutan. IHP sebagaimana
dimaksud disampaikan pula kepada
Presiden/gubernur/bupati/walikota selambat lambatnya 3 bulan
sesudah berakhirnya semester yang bersangkutan.
IHP disampaikan kepada DPR/DPD/DPRD sesuai dengan
kewenangannya, dan kepada Presiden serta
gubernur/bupati/walikota yang bersangkutan agar memperoleh
informasi secara menyeluruh tentang hasil pemeriksaan.
Dalam rangka transparansi dan peningkatan partisipasi
publik, Undang undang ini menetapkan bahwa setiap laporan hasil
pemeriksaan yang sudah disampaikan kepada lembaga perwakilan
dinyatakan terbuka untuk umum. Laporan hasil pemeriksaan yang
terbuka untuk umum berarti dapat diperoleh dan/atau diakses oleh
masyarakat. Dengan demikian, masyarakat dapat memperoleh
kesempatan untuk mengetahui hasil pemeriksaan, antara lain
melalui publikasi dan situs web BPK. LHP yang dinyatakan terbuka
tidak termasuk laporan yang memuat Rahasia Negara yang diatur
dalam peraturan perundang undangan.
Pejabat wajib menindaklanjuti rekomendasi dalam LHP.
Tindak lanjut atas rekomendasi dapat berupa pelaksanaan seluruh
atau sebagian dari rekomendasi. Dalam hal sebagian atau seluruh
rekomendasi tidak dapat dilaksanakan, pejabat wajib memberikan
alasan yang sah.
12
Pejabat juga wajib memberikan jawaban atau penjelasan
kepada BPK tentang tindak lanjut atas rekomendasi dalam LHP.
Jawaban atau penjelasan sebagaimana dimaksud disampaikan
kepada BPK selambat lambatnya 60 hari setelah laporan hasil
pemeriksaan diterima.
BPK memantau pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil
Pemeriksaan (TLHP). Dalam rangka pemantauan sebagaimana
dimaksud pada ayat ini, BPK menatausahakan laporan hasil
pemeriksaan dan menginventarisasi permasalahan, temuan,
rekomendasi, dan/atau tindak lanjut atas rekomendasi dalam laporan
hasil pemeriksaan. Selanjutnya BPK menelaah jawaban atau
penjelasan yang diterima dari pejabat yang diperiksa dan/atau
atasannya untuk menentukan apakah tindak lanjut telah dilakukan.
Pejabat yang diketahui tidak melaksanakan kewajiban
sebagaimana dimaksud dapat dikenai Sanksi Administratif sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
kepegawaian. BPK memberitahukan hasil pemantauan TLHP
sebagaimana dimaksud kepada lembaga perwakilan dalam hasil
pemeriksaan semester.
Lembaga perwakilan menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK
dengan melakukan pembahasan sesuai dengan kewenangannya.
DPR/DPRD meminta penjelasan kepada BPK dalam rangka
menindaklanjuti hasil pemeriksaan.
DPR/DPRD dapat meminta BPK untuk melakukan
pemeriksaan lanjutan. Pemeriksaan lanjutan sebagaimana
dimaksud pada ayat ini dapat berupa pemeriksaan hal hal yang
berkaitan dengan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan
dengan tujuan tertentu.
DPR/DPRD dapat meminta Pemerintah untuk melakukan
tindak lanjut atas hasil pemeriksaan dan/atau hasil pemeriksaan
lanjutan.
13
2.2 Sistem Pengendalian Internal Pemerintah
Menurut PP Nomor 60 Tahun 2008, SPI (Sistem
Pengendalian Internal) adalah proses integral pada tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan
seluruh pegawai untuk memberi keyakinan memadai atas
tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif & efisien,
keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. SPIP adalah SPI
yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah
pusat dan pemerintah daerah. (Indonesia, Peraturan Pemerintah
Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Lingkungan Pengendalian, 2008)
Penyelenggaraan SPIP dalam pengelolaan keuangan negara
bertujuan untuk mencapai akuntabilitas dalam keuangan dan kinerja.
Segala proses dari perumusan kebijakan hingga
pertanggungjawaban semua perlu ada manajemen yang merujuk
pada hakikat suatu pemerintahan yang good governance.
Akuntabilitas dalam mewujudkan clean governance terdiri atas dua,
yakni Akuntabilitas Keuangan dan Kinerja. Akuntabilitas keuangan
terdiri atas indikator opini WTA (Wilayah Tertib Administrasi) yang
mengukur seberapa institusi tersebut sudah tertib dalam
administrasinya dan indikator opini WTP (Wajar Tanpa
Pengecualian) yang mengukur tingkat kewajaran dan keandalan
(reliable) laporan keuangan institusi terkait. Untuk akuntabilitas
kinerja, terdiri atas indikator opini WBK (Wilayah Bebas Korupsi)
yang memberikan judgement bahwa insitusi terkait sudah sesuai
prosedur yang berlaku dan tidak ada praktik KKN di dalamnya.
SPIP bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai
terhadap empat hal, yaitu :
1. Tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan
penyelenggaraan pemerintahan negara
2. Keandalan pelaporan keuangan
3. Pengamanan aset negara
14
4. Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Tujuan tersebut mengisyaratkan bahwa jika dilaksanakan
dengan baik dan benar, SPIP akan memberi jaminan dimana seluruh
penyelenggara negara, mulai dari pimpinan hingga pegawai di
instansi pemerintah, akan melaksanakan tugasnya dengan jujur dan
taat pada peraturan. Akibatnya, tidak akan terjadi penyelewengan
yang dapat menimbulkan kerugian negara. Ini dapat dibuktikan,
misalnya, melalui laporan keuangan pemerintah yang andal dan
mendapat predikat Wajar Tanpa Pengecualian.
Dengan adanya PP Nomor 60 Tahun 2008 sebagai kekuatan
hukum dari SPIP, setiap instansi pemerintah berkewajiban
menerapkan SPIP dalam kegiatannya. Penerapan SPIP dengan baik
dan benar akan meningkatkan citra instansi pemerintah karena
mampu mencapai tujuannya secara efektif dan efisien, menampilkan
laporan keuangan yang andal, serta menghindarkan negara dari
kerugian karena memiliki SDM yang taat pada peraturan.
Ada lima unsur SPIP yang mewajibkan pimpinan instansi
pemerintah untuk memiliki kompetensi tertentu dan melaksanakan
tugas-tugas tertentu. Terdiri dari lingkungan pengendalian, penilaian
resiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, dan
pengawasan. Untuk itu, sudah saatnya seluruh pimpinan instansi
pemerintah mempersiapkan dirinya dan organisasi yang dipimpinnya
untuk menerapkan SPIP. (Rahmani, 2011)
15
BAB III
PEMBAHASAN
16
3.2 Bentuk Sinergi yang Dapat Dilakukan oleh APIP dan BPK
Sinergi antara Badan Pemeriksa Keuangan dan Aparat
Pengawas Intern Pemerintah (APIP) sangat diperlukan dalam
pencegahan dan pemberantasan korupsi di Indonesia. Dengan
sinergi tersebut, sejak dini dapat dilakukan pengecekan dan
pengujian untuk mengetahui apabila terjadi penyimpangan dalam
penyelenggaraan dan pengeloaan tanggung jawab keuangan
negara. Selain bentuk tindakan preventif dari korupsi, sinergi ini guna
meningkatkan akuntabilitas BPK dan APIP dalam
menyelenggarakan audit terhadap LKPP maupun LKK/L. (BPK,
2017)
Dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, manajemen
bertanggung jawab untuk mengendalikan tindak kecurangan. Oleh
karena itu, pengelola keuangan negara dan Kementerian Keuangan
membangun suatu sistem pengendali intern untuk menuju good
governance dan menjadi faktor penting mencegah terjadinya tindak
korupsi.
Untuk itu, peran APIP sangat diperlukan sebagai benteng
pertama dalam mencegah adanya penyimpangan. APIP bertugas
melakukan pengawasan intern atas pelaksanan tugas dan fungsi
instansi pemerintah. Pengawasan intern tersebut melalui audit,
review, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya.
Selain itu, sinergi antara Aparat Pengawas Intern Pemerintah
(APIP) sebagai auditor internal serta Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) sebagai auditor ekternal mutlak dilakukan untuk
meningkatkan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan
di seluruh intansi pemerintah.
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi – Asman Abrur mengingatkan bahwa dengan kenyataan
masih banyaknya instansi pemerintah baik pusat maupun daerah
yang memiliki nilai akuntabilitas dibawah B pada evaluasi Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) tahun 2016,
17
hanya memberikan kontribusi terhadap pemborosan keuangan
negara dan tidak memberikan manfaat ataupun hasil bagi
masyarakat. (PANRB, 2017)
Oleh karena itu, ke depan ia telah mentargetkan seluruh
instansi pemerintah untuk mencapai target nilai akuntabilitas kinerja
SAKIP minimal B agar efisiensi penggunaan anggaran negara dapat
tercapai secara signifikan dan memberikan manfaat nyata bagi
masyarakat
Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas penggunaan
anggaran negara, sinergi antara APIP dan BPK harus
dimaksimalkan agar pengawasan pengelolaan keuangan negara
dapat tercapai secara optimal.
Sementara itu, Anggota BPK Prof. Dr. Eddy Mulyadi Soepardi,
CFr.A, CA menyampaikan bahwa betapa pentingnya melaksanakan
sinergi antara APIP dan BPK karena saat ini Pemerintah Indonesia
memiliki tantangan besar dalam pengawasan pengelolaan dan
keuangan negara, antara lain metode pemeriksaan yang belum
efisien, cakupan pengawasan internal dan pengawasan eksternal
belum memenuhi kebutuhan, serta kualitas rekomendasi dan
tindaklanjut hasil pengawasan dan pemeriksaan belum maksimal.
Untuk menyelesaikan tantangan ini, maka sinergi antara
pengawas internal dan pemeriksa eksternal sangat dibutuhkan,
karena dengan langkah maju bersama pemeriksaan akan lebih
efisien, audit coverage akan meningkat signifikan, serta kualitas
rekomendasidan tindak lanjut dapat dilaksanakan secara pasti dan
nyata demi terwujudnya efisiensi dan efektivitas pengelolaan
keuangan negara,”
3.3 Relevansi Sinergi APIP-BPK dengan PPTKN yang Efektif,
Efisien, dan Transparan
Dalam rangka sinkronisasi perencanaan dan penganggaran
pembangunan nasional, salah satu maksud dan tujuannya adalah
bagaimana pemerintah meningkatkan koordinasi dan upaya
18
optimalisasi dan efisiensi anggaran. Ada beberapa hal yang perlu
ditingkatkan oleh pemerintah, antara lain sebagai berikut.
1. Pemanfaatan teknologi yang tersistematisasi dan terbarukan.
Di era milenial ini, dunia internasional telah berhadapan
dengan situasi dimana manusia “dimanjakan” oleh teknologi-
teknologi yang telah berevolusi dan berinovasi dalam beberapa
tahun terakhir. Bahkan, banyak tenaga kerja manusia yang
sudah digantikan oleh mesin-mesin yang canggih dan AI
(Artificial Intellegence). Hal ini menunjukkan bahwa teknologi
cenderung membawa efektivitas dan efisiensi dalam
pelaksanaan suatu pekerjaan.
Dalam kaitannya dengan pengawasan terhadap keuangan
negara dapat dilakukan pemangkasan birokrasi dan otomatisasi
dengan menggunakan suatu sistem akuntansi yang dapat
meningkatkan akuntabilitas dan mendeteksi adanya
kekurangwajaran suatu laporan keuangan. Memang hal ini akan
menimbulkan masalah baru apabila terjadi kerusakan sistem dan
suatu cyber crime yang dapat mengancam keuangan negara.
Tapi setidaknya untuk beberapa sektor keuangan perlu
disistematisasi untuk meminimalisir adanya kecurangan (fraud)
dan kurangnya keandalan laporan keuangan.
2. Ditingkatkannya frekuensi dan volume koordinasi antara BPK
dan APIP dalam melaksanakan audit secara komprehensif.
Tentu akan menjadi masalah apabila baik BPK maupun APIP
memberikan suatu opini dan rekomendasi yang tidak sinkron.
Perlunya sinkronisasi dan peningkatan kualitas koordinasi antara
BPK dan APIP dapat mewujudkan nilai integritas di suatu institusi
dalam melaporkan keuangannya. Maka, kurangnya adequate
informasi dari laporan keuangan, ketidakjelasan, dan
sebagainya dapat diminimalisir dan dihilangkan sehingga bukan
mustahil jika dengan LKPP yang mendapat opini WTP terdiri atas
seluruh K/L dan BUN yang beropini WTP juga.
19
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan materi yang telah dipaparkan, dapat dipahami
bahwa kebijakan pemerintah yang relevan terkait upaya
mensinergikan pengawasan oleh auditor internal dan eksternal
memegang kendali yang strategis dalam mewujudkan UU No. 15
Tahun 2004 itu sendiri. Hal ini membuat pemahaman kita secara
sepenuhnya menyadari bahwa sinergi ini sangatlah diperlukan
karena selain menjamin keandalan laporan keuangan yang disusun
oleh tiap-tiap Kementerian/Lembaga, hal ini juga akan mengurangi
setidaknya potensi dari kerawanan tindak pidana korupsi itu sendiri.
Dalam hal wajarnya suatu LKPP dan kinerja suatu K/L dapat
menjamin bahwa semua administrasi dan kegiatan operasi dalam
melaksanakan mandat pelayanan masyarakat sudah sesuai dengan
SOP dan dapat menjadikan K/L tersebut terbebas dari korupsi. Hal
ini memang menjadi perhatian pemerintah dalam membuat setiap
K/L dapat menstimulus dan menunjang auditor internalnya untuk
bersinergi dan membuat koordinasi kepada BPK terkait pengawasan
dan pemeriksaan terhadap pengelolaan keuangan negara.
4.2 Penutup
Demikianlah makalah yang dapat dipaparkan. Saya selaku penulis
makalah sepenuhnya menyadari bahwa baik secara fisik maupun
substansi dari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
sebagai penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca sekalian yang bersifat membangun demi evaluasi bagi
penulis untuk ke depannya. Akhir kata, Terimakasih.
20
DAFTAR PUSTAKA
BPK. (2017, April 11). BPK Selenggarakan Seminar antara Aparat Pengawasan
Internal Pemerintah APIP dan BPK. Dipetik Juli 17, 2018, dari Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia: http://www.bpk.go.id/news/bpk-
selenggarakan-seminar-sinergi-antara-aparat-pengawasan-internal-
pemerintah-apip-dan-bpk
Indonesia. (2004, Juni 19). Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Jakarta:
Sekretariat Negara. Dipetik Juli 4, 2018, dari WikiAPBN: Sebuah Ensiklopedia
Kementerian Keuangan: http://www.wikiapbn.org/pemeriksaan-keuangan-
negara/
Indonesia. (2008). Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Tentang
Lingkungan Pengendalian. Jakarta: Sekretariat Negara.
PANRB, K. (2017, April 11). Tingkatkan Akuntabilitas dan Transparansi Keuangan
Negara, MenPANRB: Optimalkan Sinergi antara BPK dan APIP. Dipetik Juli
17, 2018, dari MenPANRB: https://www.menpan.go.id/site/berita-
terkini/tingkatkan-akuntabilitas-dan-transparansi-keuangan-negara-menpanrb-
optimalkan-sinergi-antara-bpk-dan-apip
Rahmani, N. (2011, Oktober 28). Mengenal Sistem Pengendalian Internal
Pemerintah. Dipetik Juli 17, 2018, dari Badan Pendidikan dan Pelatihan
Keuangan Kementerian Keuangan RI: http://bppk.kemenkeu.go.id/id/berita-
medan/12048-mengenal-sistem-pengendalian-intern-pemerintah
21