Professional Documents
Culture Documents
Ditetapkan Oleh,
Panduan Praktek Tanggal Revisi Ketua Divisi Alergi Immunologi
Klinis Juli 2016
a. Angiodema herediter
b. Aspirin
c. Liberator histamin, yaitu zat yang dapat menyebabkan pelepasan
histamin seperti obattiate, obat pelemas otot, obat vasoaktif &
makanan (putih telur, tomat, lobster).
Fisik
a. Urtikaria Papular
Etiologi : gigitan serangga (nyamuk, lebah, dll)
Pruritus bifasik : papular wheal
Reaksi hipersensitivitas tipe I & IV
b. Urtikaria pigmentosa
c. Mastositosis sistemik
d. Infeksi disertai urtikaria
e. Urtikaria dengan penyakit sistemik yang mendasarinya
Penyakit vaskuler kolagen
Keganasan
Ketidakseimbangan sistem endokrin
f. Faktor psikogenik
g. Urtikaria & angioedema idiopatik
Patogenesis Patogenesis:
Pemeriksaan fisik gambaran yang khas, bentuk lesi tipe urtikari Linier (
dermografism), Urtika kecil dikelilingi daerah eritem (U. kolinergik),
pada ekstremitas inferior (U. vaskulitis, papular U), terbatas pada
daerah paparan (U dingin/ solar)
Angioedema
Selulitis
Erisipelas
Dermatitis kontak
SLE
Kasus bedah abdomen
Reaksi anafilaktik Laring
PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)
DEPARTEMEN KESEHATAN ANAK
RSUP.Dr.MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
Diagnosis Kerja Urtikaria
Urinalisis CH50
Anti-FceR autoantibody
(bila ada)
Kondisi Test
Komplikasi
Komplikasi dan
Prognosis Urtikaria merupakan bentuk kutan anafilaksis sistemik, dapat saja
terjadi obstruksi jalan nafas karena edema laring dan sekitarnya, atau
anafilaksis yang dapat mengancam jiwa.
Prognosis
Etiologi Etiologi SSJ sukar ditentukan dengan pasti karena dapat disebabkan
oleh berbagai faktor, walaupun pada umumnya sering dikaitkan
dengan respons imun terhadap obat. Ada yang beranggapan bahwa
sindrom ini merupakan eritema multiforme yang berat dan disebut
eritema multiforme mayor. Beberapa faktor yang sering disebut
sebagai penyebab SSJ di antaranya dapat dilihat pada tabel 1.
Infeksi
Virus Herpes simplex, Mycoplasma
pneumoniae, vaksinia
Jamur Koksidioidomikosis, Histoplasma
Bakteri Streptokokus, Staphylococcus,
Haemolyticus, Mycobacterium
tuberculosis, Salmonela
Parasit Malaria
a. Kelainan kulit
Kelainan kulit dapat berupa eritema, papul, vesikel atau bula
secara simetris, berupa lesi kecil satu-satu atau kelainan luas
pada hampir seluruh tubuh. Sering timbul perdarahan pada lesi
menimbulkan gejala fokal berbentuk target, iris atau mata sapi.
Predileksi pada area ekstensor tangan dan kaki serta muka yang
meluas ke seluruh tubuh sampai kulit kepala. Pada keadaan
lanjut terjadi erosi, ulserasi, kulit mengelupas dan pada kasus
berat pengelupasan kulit dapat terjadi pada seluruh tubuh
disertai paronikia dan pelepasan kuku.
b. Kelainan mukosa
Kelainan mukosa yang tersering adalah pada mukosa mulut
(100%), kemudian disusul oleh kelainan di alat genital (50%),
sedangkan di hidung dan anus jarang (masing-masing 8% dan
4%). Pada selaput mukosa dapat ditemukan vesikel, bula, erosi,
ekskoriasi, perdarahan dan krusta berwarna merah. Kelainan di
mukosa dapat juga terdapat di faring, traktus respiratorius
PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)
DEPARTEMEN KESEHATAN ANAK
RSUP.Dr.MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
bagian atas dan esofagus. Pada faring dapat terbentuk
pseudomembran berwarna putih atau keabuan yang
menimbulkan kesukaran menelan.
c. Kelainan mata
Kelainan mata merupakan 80% diantara semua kasus, yang
tersering ialah konjungtivitis kataralis. Selain itu juga dapat
berupa blefarokonjungtivitis, iritis, iridosiklitis, kelopak mata
biasanya edema dan sulit dibuka. Pada kasus berat dapat terjadi
erosi dan perforasi kornea.
o Rawat di PICU
Tatalaksana o Hentikan faktor penyebab
o Antibiotika diberikan untuk mengatasi infeksi. Dipilih
antibiotika yang jarang menimbulkan alergi, berspektrum luas,
bakterisidal dan tidak ada kontrainidkasi seperti: gentamisin
5mg/kgBB/hari dalam dua dosis, netromisin 4-6 mg/kgBB/hari.
o Topikal :
- Kulit : kompres NaCl 0,9%
- Mulut : kumur-kumur antiseptik
- Mata : lubrikasi dengan air mata buatan
salep mata yang mengandung antibiotika
Kriteria Diagnosis Gejala klinis yang spesifik yaitu ruam purpurik pada kulit, terutama
di bokong dan ekstremitas bawah dengan satu atau lebih gejala
berikut : nyeri obdema, atau perdarahan gastrointestinalis, artralgia
atau artritis dan hematuria atau nefritis.
Langkah Diagnosis :
1. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik
2. Lakukan pemeriksaan laboratorium dan penunjang untuk
mendukung atau menyingkirkan diagnosis. Hasil pemeriksaan
laboratorium pada PHS tidak spesifik, jumlah trombosit normal
atau meningkat, LED dapat meningkat, kadar komplemen
normal, kadar IgA dalam darah limfosit yang mengandung IgA
mungkin meningkat. Urin dan tinja dapat mengandung darah.
Biopsi lesi kulit ada vaskulitis leukositoklastik. Imunofloresensi
pada dinding pembuluh darah, pada deposit IgA dan komplemen.
3. Tegakkan diagnosis, identifikasi luasnya manifestasi klinis dan
telusuri komplikasi.
Tahap lanjut
Fase kronis, mekanisme kerusakan jaringan lebih menonjol
disebabkan respons imun selular karakteristik artritis rematoid
kronik, adanya kerusakan tulang rawan, ligamen, tendo dan
kemudian tulang. Kerusakan ini disebabkan oleh produk enzim
dan pembentukan jaringan granulasi akibat aktivitas sistem imun
selular. Sel limfosit, makrofag dan sinovia dapat mengeluarkan
berbagai macam sitokin seperti kolagenase, prostaglandin serta
plasminogen yang akan mengaktifkan sistem kalikrein dan kinin-
bradikinin. Produk-produk ini akan menimbulkan reaksi
inflamasi dan kerusakan jaringan.
PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)
DEPARTEMEN KESEHATAN ANAK
RSUP.Dr.MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
Tipe onset poliartritis : gejala artritis terjadi pada lebih 4 sendi,
Bentuk Klinis terbanyak pada sendi jari, biasanya simetris, dapat juga pada
(Klasifikasi) sendi lutut, pergelangan kaki dan siku.
Tipe onset oligoartritis : mengenai 4 sendi atau kurang (biasanya
mengenai sendi besar) terutama didaerah tungkai.
Tipe onset sistemik : didapatkan demam intermiten dengan
puncak tunggal atau ganda > 39 0 C selama 2 minggu atau lebih
muncul artritis. Biasanya disertai kelainan sistemik berupa
ruam reumatoid serta kelainan viseral (hepatosplenomegali,
serositis, limpadenopati).
Kriteria Diagnosis Sendi yang terkena artritis terasa hangat dan biasanya tidak terlihat
eritem. Secara klinis ditentukan dengan menemukan paling sedikit 2
gejala inflamasi: gerakan sendi yang terbatas, nyeri atau sakit pada
pergerakan dan panas. Pada anak kecil yang lebih menonjol adalah
kekakuan sendi pada pergerakan terutama pagi hari.
Langkah Diagnosis :
Prognosis 70-90% sembuh tanpa kecacatan, 10% dapat terjadi cacat sampai
dewasa.
Sebagian kecil sekali menjadi bentuk artritis reumatoid dewasa.
Prognosis kurang baik pada tipe onset sistemik atau poliartritis,
atau disertai uveitis kronik, erosi sendi, fase aktif yang
berlangsung lama, nodul reumatoid dan faktor reumatoid positif.
Angka kematian sangat rendah (2-4%), sering dihubungkan dengan
gagal ginjal akibat amilodosis serta infeksi.
PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)
DEPARTEMEN KESEHATAN ANAK
RSUP.Dr.MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
1. Akib AA, Munazir Z, Kurniati N. Buku ajar alergi
Daftar kepustakaan imunologi anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia : edisi ke 2.
2008.
2. Behrm, N, Kliegman, Jenson. 2008. Nelson Textbook of
Pediatrics 18th edition. Pennsylvania: Saunders
3. Cassidy, Petty RE, Laxer RM. Textbook Pediatric
Rheumatology. Philadelphia: Elsevier Saunders. 2010.
Lain-lain (Algaritma,
Protokol, Prosedur,
Standing Order)
PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)
DEPARTEMEN KESEHATAN ANAK
RSUP.Dr.MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK Kode ICD : L93.0
DEPARTEMEN IKA (LES)
RSMH PALEMBANG No Dokumen No.Revisi Halaman :
5 1 1–4
Ditetapkan Oleh,
Panduan Praktek Tanggal Revisi Ketua Divisi Alergi Immunologi
Klinis Juli 2016
b. Hidroksiklorokuin
Untuk dominan kelainan kulit/mukosa dengan atau
tanpa artritis dan gejala konstitusional
Dosis 6-7 mg/kg/hari terbagi 1-2 dosis selama 2
bulan dilanjutkan 5 mg/kg/hari (maksimal 300
mg/hari)
Efek toksik ke retina (reversibel) kontrol
oftalmologi setiap 6 bulan
c. Azathioprin
Indikasi : zat penghemat steroid
Dosis anak : 1-3 mg/kg/hari
PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)
DEPARTEMEN KESEHATAN ANAK
RSUP.Dr.MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
Tatalaksana 4. Imunosupresan
a. Siklofosfamid:
Oral 1-3 mg/kg/hari
Parenteral: awal 500-750 mg/m2LPT maksimum 1
g/m2/hari
Pilih dosis terendah untuk leukopenia ,
trombositopenia, kreatinin >2 g/dl) maksimum
1 g/m2/hari.
Cara pemberian: bolus perinfus 150 ml larutan
D5% dalam NaCl 0,225% (D5 ¼ NS) selama 1
jam bersama hidrasi 2L/m2/hari perinfus selam
24 jam dimulai 12 jam sebelum infus
siklofosfamid.
Pemberian parenteral diulangi setiap bulan
dengan peningkatan 250 mg/m2/bulan sesuai
dengan toleransi selama 6 bulan selanjutnya
tiap 3 bulan sampai 36 bulan total pengobatan.
Siklofosfamid biasanya digunakan bersamaan
dengan metilprednisolon pulse
b. Siklosporin A
Indikasi : LES anak berat yang tidak respon
terhadap imunosupresif lain
Dosis yang digunakan 2-4 mg/kg/hari.
c. Mycophenolate mofetil (MMF)
Untuk induksi dan pemeliharaan remisi, khususnya
pada penderita lupus nefritis
Dosis 600 mg/m2 peroral per 12 jam, tidak lebih
dari 2 gram/hari.
C. Fisioterapi
Diindikasikan bila ada artritis
PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)
DEPARTEMEN KESEHATAN ANAK
RSUP.Dr.MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
.
D. Supportif
1. Diet: setiap pemberian kortikosteroid terutama jangka
panjang harus disertai suplemen Ca dan vitamin D
2. Dosis kalsium :
<6 bulan: 360 mg/hari
6-12 bulan: 540 mg/hari
1-10 tahun: 800 mg/hari
11-18 tahun: 1200 mg/hari
3. Dosis vitamin D aktif (hidroksikolkalsoferol)
BB<30 kg: 20 mcg peroral 3 kali/minggu
BB>30 kg: 50 mcg peroral 3 kali/minggu
E. Pencegahan
1. Pencegahan terhadapa paparan sinar matahari
Hindari paparan sinar matahari dengan tingkat UV
tertinggi: jam 09.00/10.00-15.00/16.00
Pakai lengan panjang, celana panjang, kerudung,
topi, kacamata hitam
Pakai tabir surya/sunblock minimal SPF 24
2. Osteoporosis selama terapi steroid dosis tinggi
Diet tinggi Ca
Vitamin D adekuat
Olahraga
Komplikasi dan Komplikasi
Prognosis Infeksi banyak terjadi pada stadium evolusi. Disamping akibat
defisiensiimun, juga berhubungan dengan pemakaian
kortikosteroid dan imunosupresan.
Penggunaan kortikosteroid menimbulkan efek samping antara
lain atrofi kulit, gangguan hormon, gangguan proses tumbuh
kembang, katarak, hiperglikemia dan lain-lain.
Akibat kerterlibatan visera : gagal ginjal, hipertensi maligna,
ensefalopati, perikarditis, sitopenia autoimun, dsb.
Prognosis
Prognosis penyakit lupus telah membaik dengan angka
survival untuk masa 10 tahun sebesar 80%.
PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)
DEPARTEMEN KESEHATAN ANAK
RSUP.Dr.MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
Referensi Akib AAP, Soepriadi M, Setiabudiawan B. Lupus
Eritematosus Sistemik. Dalam: Akib AAP, Munazir Z,
Kurniati N. Buku ajar alergi imunologi anak. Ikatan Dokter
Anak Indonesia : edisi ke 2. 2008. Hal: 345-72.
Klein-Gitelman MS. Miller ML. Systemic lupus
erithematosus. Chapter 157. Dalam: Behrman RE, Kliegman
RM, Jenson HB, Stanton BF. Nelson Textbook of Pediatrics.
Edisi ke 18. Philadelphia WB Saunders Co 2008.
Cassidy, Petty RE, Laxer RM. Textbook Pediatric
Rheumatology. Philadelphia: Elsevier Saunders. 2010
Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra
EP,Harmoniati ED, Yuliarti K (ed). Pedoman Pelayanan Medis
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jilid II. Jakarta. Badan Penerbit
Ikatan Dokter Anak Indonesi. 2011. Hal: 175-83.
PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)
DEPARTEMEN KESEHATAN ANAK
RSUP.Dr.MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
ALERGI MAKANAN Kode ICD : T78.1
DEPARTEMEN IKA
RSMH PALEMBANG No Dokumen No.Revisi Halaman :
6 1 1–4
Ditetapkan Oleh,
Panduan Praktek Tanggal Revisi Ketua Divisi Alergi Immunologi
Klinis Juli 2016
Faktor genetik
Anak yang salah satu orang tuanya atopi, kemungkinan
terjadinya alergi 17-29%. Bila kedua orang tuanya atopi
kemungkinan alergi 53-58%, jika kedua orang tua dengan alergi
yang sama maka kemungkinan alergi pada anak 60-80%. Anak
dengan HLA-BB cenderung mendapat alergi.
o Pada saluran cerna dapat berupa gatal pada bibir, mulut, faring,
sembab tenggorokkan, muntah-muntah, nyeri perut, kembung,
mencret, perdarahan usus dan protein- losing enteropathy.
o Pada saluran nafas dapat berupa rinitis, asma bronkial atau batuk
kronik berulang.
o Pada kulit dapat berupa urtikaria, angiodema atau dermatitis
atopik.
o Pada kardiovaskular dapat menimbulkan reaksi anafilaksis,
berupa:
- Anafilaksis yang diinduksi makanan.
- Anafilaksis yang diinduksi latihan dan tergantung makanan
(food dependentexercise inducedanaphylaxis) gejala
PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)
DEPARTEMEN KESEHATAN ANAK
RSUP.Dr.MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
anafilaksis timbul setelah makan suatu alergen dan kemudian
diikuti latihan fisik.
-
Kriteria Diagnosis Dasar diagnosis
Ditetapkan Oleh,
Panduan Praktek Tanggal Revisi Ketua Divisi Alergi Immunologi
Klinis Juli 2016
Jumlah
residu
Berat
Protein Konsentrasi asam
Molekul
(Konsentrasi % protein susu) (g/dl) amino
(kDa)
per
molekul
Whey β-laktoglobulin 3–4 18,3 162
(20%) (~ α-laktalbumin 1 – 1,5 14,2 123
5g/dl) Immunoglobulin 0,6 – 1,0 150 -
Casein albumin serum
(80%) bovin 0,1 – 0,4 66,3 582
(~30g/dl) laktoferin 0,09 76,1 703
αS1- αS2- 12 – 15 23,6 199
β- 3–4 25,2 207
κ- 9 – 11 24.0 209
3–4 19.0 169
Pemeriksaan FIsik Pemeriksaan fisik yang mungkin didapatkan: pada kulit tampak
kekeringan kulit, urtikaria, dermatitis atopik, siemen crease, geographic
tongue, mukosa hidung pucat dan wheezing (mengi).
Pemeriksaan Darah tepi: hitung jenis eosinofil >3%, atau jumlah eosinofil total
Penunujang >300/ml.
Kadar IgE total/spesifik susu sapi meninggi.
Uji kulit alergi (uji tusuk=Prick skin test, intradermal, gores)
Eliminasi dan provokasi susu sapi dapat dengan: baku emas adalah
Double Blind Placebo Controle Food Challenge = DBPCFC, atau
dengan modifikasi Double Blind, placebo controled cow’s milk
challenge (DBPCCMC).
Pemeriksaan Darah pada tinja
Tatalaksana Nutrisi:
Tatalaksana - Penghindaran susu sapi harus ketat supaya toleransi dapat cepat
tercapai, tetapi harus memberikan nutrisi yang seimbang dan
sesuai untuk tumbuh kembang anak.
- Diberikan susu hipoalergenik: susu terhidrolisat ekstensif dan
susu formula asam amino. Jika tidak tersedia / kendala biaya
maka bayi > 6 bulan dapat diberi formula kedele (jelaskan pada
orang tua kemungkinan reaksi silang).
Tatalaksana Medikamentosa:
- Reaksi kulit ringan: antihistamin peroral ( hidroksin 1 mg/kg
bb/kali, 2 kali sehari, atau difenhidramin 1 mg/kg bb/kali 4 kali
sehari, atau golongan alkilamin seperti chlortrimeton 0,35 mg/kg
bb/hari dibagi 3 dosis. Angioedema: HCl epinefrin (adrenalin)
larutan 1:1000 :0,01 cc /kg bb (maksimal 0,3 cc) subkutan, jika
perlu diulang 2 kali selang 15 menit dilanjutkan peroral.
- Vaskulitis: prednison, 1-2mg/kg BB/hari. Klinis membaik
kemudian ditapering off secara cepat, biasanya 3 hari
- Asmabronkial: bronkodilator (salbutamol 0,2/mg/kg bb/hari
dibagi 3 dosis peroral atau intravena)
PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)
DEPARTEMEN KESEHATAN ANAK
RSUP.Dr.MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
Edukasi Hindari susu sapi penyebab alergi. Jika makan makanan jadi baca label
komposisinya
Prognosis Baik
Setelah usia 2-3 tahun, biasanya imaturitas saluran cerna akan
membaik. Sehingga gangguan saluran cerna akan ikut berkurang
Angka remisi: 45 - 55% pada tahun pertama, 60-75% pada tahun
kedua, 80-90% pada tahun ketiga.
1. Akib AA, Munazir Z, Kurniati N. Buku ajar alergi imunologi anak.
Daftar Ikatan Dokter Anak Indonesia : edisi ke 2. 2008.
kepustakaan 2. Behrman,N, Kliegman, Jenson. Nelson Textbook of Pediatrics.
Edisi ke 18. Philadelphia WB Saunders Co 2008.
3. Leung, Donald YM, Sampson HA, Geha R. Pediatric Allergy
Principles and Practice. Pennsylvania WB Saunders. 2010.
Lain-lain
(Algaritma,
Protokol,
Prosedur,
Standing Order)
PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)
DEPARTEMEN KESEHATAN ANAK
RSUP.Dr.MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
Ditetapkan Oleh,
Panduan Praktek Tanggal Revisi Ketua Divisi Alergi Immunologi
Klinis Juli 2016
Uji in vitro
Uji diagnostik pada hipersensitivitas obat
Edukasi Beritahukan kepada pasien untuk selalu mengingat nama obat yang
menyebabkan alergi sehingga sedapat mungkin menghindari pemakaian
obat tersebut.
Ditetapkan Oleh,
Panduan Praktek Tanggal Revisi Ketua Divisi Alergi Immunologi
Klinis Juli 2016
Etiologi HIV yaitu virus yang tergolong dalam keluarga retrovirus sub kelompok
lentivirus. Ada 2 tipe yaitu HIV1 & HIV 2, yang walaupun
strukturnya berbeda tapi gejala klinis yang ditimbulkannya sulit
dibedakan. Antibodi yang terbentuk dari kedua virus ini dapat
bereaksi silang.
PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)
DEPARTEMEN KESEHATAN ANAK
RSUP.Dr.MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
HIV masuk sel melalui molekul CD4 pada permukaan sel seperti sel
Patogenesis TCD4 dan sel makrofag terjadi penurunan jumlah dan gangguan
fungsi sel TCD4 melalui efek sitopatik langsung dan efek sitopatik
tidak langsung.
Cara penularan
Pada bayi dan anak, penularan HIV melalui ibu hamil yang mengidap
HIV, dapat juga terjadi intrapartum dan melalui ASI, transfusi darah
yang mengandung HIV atau produk darah yang berasal dari donor yang
mengandung HIV, jarum suntik yang tercemar HIV dan hubungan
seksual dengan pengidap HIV.
Faktor risiko untuk tertular HIV pada bayi dan anak adalah :
a. Berdasarkan CD4+
Imunodefisi CD4+ menurut umur
ensi
<11 bln 12-35 bln 36-59 bln >5
(%) (%) (%) th(sel/mm3)
Tidak ada >35 >30 >25 >500
Ringan 30-35 25-30 20-25 350-499
Sedang 25-30 20-25 15-20 200-349
Berat <25 <20 <15 <200
atau<15%
Prognosis Penyakit infeksi HIV berakibat fatal, 75% meninggal dalam 3 tahun
sejak diagnosis AIDS ditegakkan.
Ditetapkan Oleh,
Panduan Praktek Tanggal Revisi Ketua Divisi Alergi Immunologi
Klinis Juli 2016
Reaksi anafilaktoid
siklooksigenase
Reaksi anafilaktoid
Bentuk Klinis Tergantung organ dan derajat beratnya serangan, penderita harus
(Klasifikasi) dimonitor status respirasi dan kardiovaskuler
Kulit
Flushing, pruritus, urtikaria, angioedema, ruam morbiliformis, pilor
erecti
Reaksi lokal
Oral
Pruritus pada bibir, lidah, palatum, edema pada bibir dan lidah,
rasa seperti logam di mulut
PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)
DEPARTEMEN KESEHATAN ANAK
RSUP.Dr.MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
Kardiovaskuler
Pingsan/sinkop, nyeri dada, disritmia, hipotensi
Takikardia kompensata karena penurunan tonus pembuluh darah
Kebocoran kapiler dapat menyebabkan kehilangan volume
intravaskuler dan hipotensi
Gastrointestinal
Mual, kolik, muntah, diare
Kriteria Diagnosis Diagnosis ditegakkan secara klinis, perlu dicari riwayat penggunaan
obat, makanan, gigitan binatang, atau transfusi. Pada beberapa keadaan
dapat timbul keraguan terhadap penyebab lain sehingga perlu
dipikirkan diagnosis banding.
Langkah diagnosis anamnesis yang cermat dan pemeriksaan fisik
Diffrential Pada reaksi sistemik ringan dan sedang: urtikaria dan angioedema
diagnosis
Pada reaksi sitemik berat, harus dipertimbangkan semua penyebab
distres pernapasan, kolaps kardiovaskular, dan hilangnya kesadaran
antara lain adalah reaksi vasovagal, dan serangan sinkop, infark
miokard, reaksi insulin, dan reaksi histeria.