Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
Preseptor
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
“Acute Heart Failure” ini dapat kami selesaikan dengan baik dan sesuai dengan
penulis mengenai Acute Heart Failure, serta menjadi salah satu syarat dalam
Universitas Andalas.
Kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
banyak membantu dalam pembuatan laporan kasus ini, khususnya dr. M. Fadil,
Sp.JP (K), FIHA sebagai preseptor dan dokter-dokter residen jantung yang telah
kepada kami. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada rekan-rekan
sesama dokter muda dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam
penyusunan laporan kasus ini yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu disini.
KATA PENGANTAR……………………………………………….……….. 2
DAFTAR ISI………………………………………………………………….. 3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….. 4
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….…….…..
BAB I
PENDAHULUAN
pada tahun 2012 mencapai 5,7 juta penduduk dan diperkirakan meningkat sebesar
46% pada tahun 2030 menjadi 8 juta penduduk. Gagal jantung akut merupakan
penyebab pertama rawatan pada pasien usia >65 tahun dengan mortalitas saat
rawat sebesar 4-7%, mortalitas saat 2-3 bulan selesai rawat sebesar 7-11% dan
Berdasarkan data registri Amerika dan Eropa diperoleh tiga kunci demografi
pasien gagal jantung akut, yaitu mayoritas pria dengan rerata usia >70 tahun,
kronik.2
gagal jantung akut dengan hipertensi, gagal jantung akut dengan edema pulmonal,
syok kardiogenik, high output failure dan gagal jantung kanan. Klasifikasi
hemodinamik perfusi perifer dan kongesti paru, yaitu warm and dry, warm and
Penatalaksanaan dilakukan dalam tiga fase yaitu akut untuk stabilisasi, setelah
Failure.
Metode penulisan yang dipakai pada laporan kasus ini berupa hasil
anamnesis dan pemeriksaan pasien, diagnosis dan tatalaksana kasus serta tinjauan
kepustakaan yang mengacu kepada berbagai literatur termasuk buku teks dan
artikel ilmiah.
BAB 2
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. MI
Umur : 55 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Sesak napas yang meningkat sejak 1 hari sebelum masuk RS.
Sesak napas yang meningkat sejak 1 hari yang lalu. Sesak tidak berbunyi
menciut, sesak tidak dipengaruhi cuaca dan makanan. DOE (+), PND (+),
OP (+). Riwayat sesak napas sebelumnya (-), riwayat sembab pada kedua
tungkai (-).
Batuk (+) sejak 3 hari sebelum masuk RS, tidak berdahak, riwayat batuk
Nyeri dada (+) yang hilang timbul, durasi <5 menit, tidak menjalar,
distal LCX.
Aspilet 1x80 mg, Atorvastatin 1x40 mg, Brilinta 2x90 mg, Ramipril 1x2,5
Merokok (-)
Hipertensi (-)
DM (-)
Riwayat Keluarga
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital
- Kesadaran : CMC
- Suhu : 36,5 C
- Berat badan : 43 kg
Pemeriksaan Fisik
Kulit
Kepala
Normocephal
Mata
Telinga
Hidung
Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, dan JVP 5+3 cmH20
Paru
Jantung
Abdomen
- Perkusi : Timpani
Ekstremitas
Akral hangat, edema tungkai (-/-), capillary refilling time <2 detik
Alat Kelamin
Tidak diperiksa
Anus
Tidak diperiksa
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb : 13,1 g/dl
Ht : 40 %
Leukosit : 10.300/mm3
Trombosit : 168.000/mm
Pemeriksaan AGD
pH : 7,43
S02 : 99%
Pemeriksaan EKG
Irama sinus takikardi, QRS rate 150 x/menit, axis LAD, gelombang P
normal, PR interval 0,12 detik, QRS duration 0,06 detik, segmen ST normal, Q
patologis di V1-V2, T inverted di II, III, avF, LVH (+), RVH (-).
Pemeriksaan Rontgen
CTR 65%, segmen aorta normal, segmen pulmonal normal, pinggang
DIAGNOSIS KERJA
AHF ec ACS
Susp. CAP
TATALAKSANA
TATALAKSANA IGD
O2 binasal 4 L/menit
Brilinta® 180 mg
Rencana:
● Ekokardiografi
PROGNOSIS
20/2/2018
O/ KU Kes TD Nd Nf T
sdg cmc 94/66 80 20 af
A/ - AHF ec ACS
- CAP
P/ - Lasix 3 mg/jam
- Aspilet 1x80 mg
- Brilinta® 2x90 mg
- Atorvastatin 1x40 mg
- Lovenox 2x0,6 cc
- Ranitidin 2x50 mg
- Azythromicin 500 mg
- Bisoprolol 1x1,25 mg
21/2/2018
O/ KU Kes TD Nd Nf T
sdg cmc 96/64 82 20 af
A/ - AHF ec ACS
- CAP
- Aspilet 1x80 mg
- Brilinta® 2x90 mg
- Ranitidin 2x50mg
- Azythromicin 500 mg
- Atorvastatin 1x40mg
- Bisoprolol 1x2,5 mg
BAB III
DISKUSI
RSUP Dr. M. Djamil sejak 17 Februari 2018 dengan diagnosis AHF ec ACS.
menderita sesak napas yang meningkat sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Sesak tidak menciut, tidak dipengaruhi oleh makanan atau minuman, sehingga
Sesak nafas pada pasien ini merupakan sesak yang khas pada pasien
excercise (+) akibat adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai dari
terjadi bendungan pada paru yang berakibat sesak napas. Pasien tidak pernah
Pasien juga mengeluhkan nyeri dada, yang hilang timbul, durasi < 5 menit,
tidak menjalar, disertai keringat dingin, mual dan muntah tidak ada. Riwayat nyeri
dada sebelumnya ada. Pasien merupakan post rawatan Bangsal Jantung RSUP Dr.
distal LCX. Pasien kontrol rutin ke Poliklinik Jantung dan diberikan terapi Aspilet
1x80 mg, Atorvastatin 1x40 mg, Brilinta 2x90 mg, Ramipril 1x2,5 mg, Bisoprolol
1x2,5 mg, dan Nitrat 2x0,5 mg. Nyeri dada pada pasien tidak dipengaruhi oleh
gerakan respirasi, perubahan posisi tubuh dan kondisi lain seperti riwayat serta
infeksi lainnya sehingga mengarah kepada nyeri iskemik. Hal ini berkaitan
dengan manifestasi akut dari plak ateroma pembuluh darah koroner yang koyak
atau pecah. Hal ini berkaitan dengan perubahan komposisi plak dan penipisan
nafas 30 kali/menit, TB 155 cm, BB 43 kg, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
dada simetris. Pemeriksaan paru ditemukan inspeksi, palpasi, dan perkusi dalam
batas normal, auskultasi suara nafas vesikuler, Rh +/+, Wh -/-. Timbulnya ronki
pada paru disebabkan oleh transudasi cairan dari kapiler paru ke ruang interstisial.
pompa jantung. Pada pemeriksaan fisik jantung ditemukan iktus kordis tidak
terlihat. Palpasi ditemukan iktus kordis teraba 1 jari lateral LMCS RIC VI.
Perkusi ditemukan batas jantung kiri 1 jari lateral LMCS RIC VI. Auskultasi
didapatkan S1-S2 reguler, gallop (-), murmur (-). Pada pemeriksaan jantung,
ditemukan akral hangat dan CRT <2 s yang menandakan perfusi ke jaringan yang
masih baik.
Pada pemeriksaan EKG didapatkan irama sinus takikardi, QRS rate 150
x/menit, axis LAD, gelombang P normal, PR interval 0,12 detik, QRS duration
0,06 detik, segmen ST normal, Q patologis di V1-V2, T inverted di II, III, avF,
LVH (+), RVH (-). Pada gambaran EKG didapatkan adanya T inverted di II, III,
Pada pemeriksaan foto toraks didapatkan CTR 65%, segmen aorta normal,
segmen pulmonal normal, pinggang jantung (+), apeks tertanam, infiltrat (+),
kranialisasi (-). Apex tertanam dan CTR 65% menandakan adanya LVH.
Peningkatan ini bisa menjadi penanda terjadinya ACS dalam tubuh pasien yang
fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada pasien ini didapatkan dari anamnesis
kardiomegali. Pada pemeriksaan fisik juga ditemukan peningkatan JVP. Hal ini
akut, kronis dan acute on chronic. Pada gagal jantung akut manifestasi klinis
berupa sesak napas yang muncul secara cepat (< 24 jam) akibat kelainan fungsi
sistolik atau diastolik atau irama jantung, atau kelebihan beban awal (preload),
secara mendadak (<24 jam) dan biasanya mengancam nyawa. Gejala gagal
jantung akut dapat muncul pada pasien yang awalnya tanpa manifestasi klinis
namun dengan pencetus, seperti: sindrom koroner akut, hipertensi berat, atau
regurgitasi katup jantung, atau bisa juga terjadi gejala gagal jantung akut pada
pasien yang sudah dikenal dengan gagal jantung kronis, gejala akut tersebut dapat
gagal ginjal, hipertensi yang tidak terkontrol, infark miokard, dan putus obat.
Pada pasien ini sesak napas terjadi <24 jam dan sudah dikenal mengalami
-
Penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung akut diberikan sesuai dengan
tipe gagal jantung (penyebab dan faktor presipitasi) dan tingkat keparahannya
dengan tujuan memperbaiki kondisi secara klinis dan labor serta menstabilkan
pasien ini berupa NaCl 0,9% 500cc/24 jam dan drip furosemid 5 mg/jam.
Pemberian diuretik bertujuan mengurangi gejala sesak dan tanda kongesti dan
direkomendasikan secara intravena baik bolus maupun infus agar dapat mencapai
status euvolemia (warm and dry). Diuretik diberikan dalam dosis serendah
pada pasien dengan tekanan darah sistolik >110 mmHg yang tidak memiliki
stenosis katup mitral dan/atau aorta.6 Nitrat intravena diidikasikan pada iskemia
UAP/NSTEMI. Aspirin 160 mg dan Ticagrelor 180 mg diberikan pada pasien ini
masa rawatan, pasien tetap melanjutkan DAPT namun dengan perubahan dosis
yaitu Aspilet 1x80 mg dan Ticagrelor 2x90 mg. Pemberian Ranitidin 2x50 mg
furosemid juga tetap dilanjutkan untuk mengatasi tanda kongesti dari gagal
jantung namun dengan dosis lebih rendah yaitu 3 mg/jam. Bisoprolol 1x1,25 mg
diberikan pada pasien sebagai terapi lanjutan AHF selama rawatan. Bisoprolol
bagi pasien gagal jantung dengan fraksi ejeksi <40% setelah kondisi stabil, untuk
mg diberikan pada pasien ini untuk mengobati infeksi pada paru. Pemberian
diberikan pada pasien UAP ataupun NSTEMI tanpa melihat nilai awal kolesterol
saturasi oksigen dan cairan harian harus dimonitor secara berkala.4 Penilaian
klinis dan tatalaksana selama rawat merupakan kunci pencegahan rawat ulang 30
hari. Penilaian status volume seperti pengukuran JVP, perabaan hepar, penilaian
edema tungkai danronki halus dianjurkan dalam mencegah kejadian rawat ulang.6
DAFTAR PUSTAKA
4. ESC guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart
7. ESC guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart