Professional Documents
Culture Documents
Anak balita adalah anak usia kurang dari lima tahun, anak yang usianya 1-5 tahun.
Anak usia 1-5 tahun dapat pula dikatakan mulai disapih atau selepas menyusu sampai
tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga jenis makanan dan cara pemberiannya
menjadi dua, yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang dikenal
dengan “ batita “ dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal
dengan usia “ prasekolah”. Batita sering disebut konsumen pasif, sedangkan usia
1. Karakteristik batita
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan
dari apa yang disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian, sebaiknya anak balita
diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan masa batita lebih
besar dari masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif
lebih besar. Namun, perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang
mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil daripada anak yang usianya lebih
besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi
sering.
2. Karakteristik Usia Prasekolah
Pada usia prasekolah, anak menjadi konsumen aktif, yaitu mereka sudah dapat
memilih makanan yang disukainya. Masa ini juga sering dikenal sebagai “ masa keras
lebih besar, anak mulai senang jajan. Jika hal ini dibiarkan, jajanan yang dipilih dapat
mengurangi asupan zat gizi yang diperlukan bagi tubuhnya sehingga anak kurang gizi.
Perilaku makan sangat dipengaruhi oleh kedaan psikologis, kesehatan, dan sosial
anak. Oleh karena itu, kedaan lingkungan dan sikap keluarga merupakan hal yang
sangat penting dalam pemberian makan pada anak agar anak tidak cemas dan khawatir
terhadap makanannya. Seperti pada orang dewasa, suasana yang menyenangkan dapat
usus terganggu.
1. Marasmus
Pada kasus marasmus, anak terlihat kurus kering sehingga wajahnya seperti orang
2. Kwashiorkor
Anak terlihat gemuk semu akibat edema, yaitu penumpukan cairan di sela- sela sel
karena penyakit infeksi padahal cadangan protein dalam tubuh sudah habis.
3. Marasmik-kwashiorkor
Bentuk ini merupakan kombinasi antara marasmus dan kwashiorkor. Kejadian ini
dikarenakan kebutuhan energi dan protein yang meningkat tidak dapat terpenuhi dari
asupannya.
2. Obesitas
lingkungan. Tentu saja, faktor utama adalah asupan energi yang tidak sesuai dengan
penggunaan.
Ada beberapa hal yang sering penyebab terjadinya gangguan gizi, baik yang secara
langsung maupun tidak langsung. Berbagai faktor yang secara tidak langsung
mendorong terjadinya gangguan gizi terutama pada anak Balita antara lain sebagai
berikut:
berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan seadanya saja. Dengan
demikian, kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan pada keluarga yang
berpenghasilan kurang akan tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan relatif baik
(cukup). Keadaan ini menunjukkan bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan bagi
kesehatan tubuh mempunyai sebab buruknya mutu gizi makanan keluarga, khususnya
makanan anak bali. Masalah gizi karena kurang pengetahuan dan keterampilan
Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak digunakan
atau hanya digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang tidak baik
terhadap bahan makanan itu. Penggunaan bahan makanan itu dianggap dapat
menurunkan harkat keluarga. Jenis sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan daun ubi
kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein dibeberapa daerah masih
Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan tertentu masih
sering kita jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap anak untuk makan
telur, ikan, ataupun daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak ada datanya dan
hanya diwarisi secara dogmatis turun temurun, padahal anak itu sendiri sangat
Kadang-kadang kepercayaan orang akan sesuatu makanan anak kecil membuat anak
sulit mendapat cukup protein. Beberapa orang tua beranggap ikan, telur, ayam, dan
jenis makanan protein lainnya memberi pengaruh buruk untuk anak kecil. Anak yang
terkena diare malah dipuasakan (tidak diberi makanan). Cara pengobatan seperti ini
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau disebut sebagai
faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang
diperlukan.
Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang menderita
gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau adiknya yang baru telah
Anak yang dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan perawatan ibunya, baik
perawatan makanan maupun perawatan kesehatan dan kasih sayang, jika dalam masa
2 tahun itu ibu sudah hamil lagi, maka bukan saja perhatian ibu terhadap anak akan
menjadi berkurang.akan tetapi air susu ibu ( ASI ) yang masih sangat dibutuhkan anak
yang kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut juga sangat rendah, dengan
penghentian pemberian ASI karena produksi ASI berhenti, akan lebih cepat
mendorong anak ke jurang malapetaka yang menderita gizi buruk, yang apabila tidak
segera diperbaiki maka akan menyebabkan kematian. Karena alasan inilah dalam
f. Sosial Ekonomi.
Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan
yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah makanan.
g. Penyakit Infeksi.
Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan. Penyakit
ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk
saluran pernapasan atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis, cacingan.
BBI anak = 2n + 8
Anak balita usia 14 bulan, sebelum usia balita ini dimasukan rumus, terlebih dahulu
usia 14 bulan diuraikan menjadi tahun dan bulan yaitu 1 tahun 2 bulan dimana 1 tahun
adalah 12 bulan. Karena n adalah usia dalam tahun dan bulan maka 1 tahun 2 bulan
ditulis dengan 1,2 (dibaca 1 tahun 2 bulan). Selanjutnya baru dimasukan kedalam
rumus yaitu :
BBI anak = 2n + 8
= (2 x 1,2) + 8
= 2,4 + 8
=10,4
Jadi hasilnya Berat Badan Ideal untuk anak balita usia 14 bulan adalah 10,4 kg.